Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perbenihan dan produksi benih, meliputi sistem perbenihan, tujuan dan sasaran program perbenihan, aspek-aspek khusus pengelolaannya, serta masalah-masalah teknis dan operasional yang dihadapi."
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
1. MANAJEMEN PERBENIHAN DAN PRODUKSI BENIH
• BENIH
• MUTU BENIH
• MANAJEMEN MUTU BENIH
• SISTEM PERBENIHAN
• MANAJEMEN SISTEM PERBENIHAN
• MANAJEMEN PERENCANAAN PROD. BENIH
• INDUSTRI BENIH
2. MANAJEMEN PERBENIHAN DAN
PRODUKSI BENIH
Program perbenihan langkah penting dalam pembangunan
pertanian.
Efektivitasnya ditentukan kemajuan aspek lain
(irigasi, masukan-masukan lain).
Program perbenihan hendaknya dikembangkan secara tuntas.
Tiga dasar pengembangan program perbenihan: dorongan
tingkat tinggi, program pemuliaan tanaman yang produktif,
usaha-usaha yang terkoordinasi.
3. KEBIJAKAN DASAR, TUJUAN DAN SASARAN
PROGRAM PERBENIHAN
Empat usaha pokok pemerintah untuk peningkatan produksi pertanian:
Intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi (semuanya
meningkatkan kebutuhan benih bermutu tinggi).
Kebijakan dasar pemerintah dalam program perbenihan:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga
perbenihan dari hulu sampai ke hilir.
2. Mengalihkan secara bertahap usaha pengadaan dan penyaluran
benih komersial dari lembaga pemerintah kepada swasta.
3. Membimbing, membina dan mengawasi pengadaan benih bermutu
dengan pertimbangan sertifikasi benih tetap ditangani pemerintah.
4. Mengusahakan agar pengadaan dan penyaluran benih bermutu
dipenuhi oleh masing-masing daerah (provinsi).
4. TUJUAN PROGRAM PERBENIHAN
• Meletakkan dasar-dasar
pengembangan industri perbenihan
• Mengembangkan usaha swasta di
bidang perbenihan, terutama
pengolahan dan pemasaran benih;
meningkatkan atau mendorong
kesadaran petani untuk menggunakan
benih unggul bermutu.
5. SASARAN PROGRAM PERBENIHAN
• Tepat varietas, sesuai dengan kondisi tempat
yang memerlukan.
• Tepat jumlah, sesuai dengan kebutuhan.
• Tepat mutu, benih bermutu baik.
• Tepat waktu, tersedia pada saat diperlukan.
• Tepat lokasi, tersedia di tempat yang
memerlukan.
• Tepat harga, harganya terjangkau oleh
petani.
6. KEBJAKAN OPERASIONAL DALAM PRODUKSI
DAN DISTRIBUSI BENIH
• Berawal dari pemberian kualifikasi benih secara fungsional.
• Dilanjutkan dengan kualifikasi benih secara agronomi.
• Saat ini kualifikasi benih secara teknologi/bioteknologi.
Dalam rangka sertifikasi benih terdapat empat kelas benih:
Benih Penjenis (Breeder Seed, BS) Puslibangtan
Benih Dasar (Foundation Seed, FS) Dirjen Tan. Pangan
Benih Pokok (Stock Seed, SS) Dirjen Tan. Pangan
Benih Sebar (Extension Seed, ES) Dinas Pert. Provinsi
7. PEMBINAAN PROGRAM PERBENIHAN
Kebijakan operasional sejak 1982:
1. Pengubahan sistem perbanyakan benih dari alir generasi tunggal
menjadi alir generasi majemuk (poly generation flow)
2. Pemberian peran yang lebih besar kepada perusahaan BUMN dan
swasta.
3. Pengurangan dana sumber APBN untuk kegiatan operasional Balai
Benih.
4. Pengadaan dan penyaluran BS kepada Balai Benih Induk (BBI) oleh
Puslitbangtan dengan koordinasi Dirjen Pertanian Tanaman
Pangan/Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan
5. Pengadaan dan penyaluran ES oleh BUMN, koperasi dan swasta.
6. Pengawasan mutu dan sertifikasi benih serta pembinaan dan
bimbingan bagi penangkar benih tetap ditangani pemerintah.
7. Pembinaan mutu benih melalui kebijakan diversifikasi mutu, yaitu
penggunaan benih bersertifikat (ES) dan benih berlabel merah
jambu bagi petani.
8. Pemberian subsidi bagi perusahaan benih BUMN.
8. ANATOMI SISTEM PERBENIHAN
• Sukses nasional dalam program swasembada beras merupakan
bukti keberhasilan pembangunan bidang pertanian khususnya
perbenihan.
• Sistem perbenihan meliputi enam subsistem, yaitu:
1. Penelitian dan pengembangan
2. Pengadaan
3. Pengawasan
4. Pendidikan dan pelatihan
5. Penyuluhan
6. Penggunaan benih
9. 1. Subsistem Penelitian dan pengembangan
Lembaga atau perorangan yang terlibat: Puslitbangtan, Balai Penelitian
Tanaman Pangan, Universitas, Pemulia tanaman.
Kegiatannya meliputi pembakuan teknologi pengujian dan pemurnian
benih menghasilkan varietas baru (BS) beserta IPTEK nya.
Sasaran kegiatannya adalah menghasilkan kriteria mutu benih, baik mutu
fisik, fisiologik maupun genetik.
Pengujian mutu benih dilakukan oleh BPSBTPH dengan menggunakan
metode-metode baku baik di laboratorium maupun di lapang.
10. 2.Subsistem pengadaan benih
Lembaga atau perorangan yang telibat memiliki orientasi menghasilkan
benih bermutu yang dapat menubuhkan tanaman yang berproduksi
normal.
Subsistem pengadaan harus dapat menjangkau pasar benih. Komponen
pasar orientasinya merebut kepercayaan para konsumen, yang
keberhasilannya sangat tergantung pada usaha-usaha sebelumnya.
Ekses dari usaha subsistem pengadaan apabila tidak ada pengawasan
dan penilaian yang objektif adalah kerugian bagi konsumen.
OLeh karena itu penting sekali ada pihak ketiga yang melaksanakan dan
menentukan penilaian hasil subsistem pengadaan benih. Penilaian harus
dilakukan secara objektif berdasarkan kejujuran yang tidak memihak
siapapun kecuali kebenaran penilaiannya.
11. 3.Subsistem pengawasan
Subsistem ini memiliki komponen-komponen pengawasan di lapang dan
di laboratorium.
Pengawas lapang bekerja mulai pemeriksaan lapang produksi (kondisi
lahan, kemurnian tanaman, stadium pertumbuhan tanaman vegetatif dan
generatif).
Pengawas laboratorium bekerja untuk menentukan mutu genetik,
fisiologik dan fisik benih.
Subsistem pengawasan harus mampu menjangkau petani konsumen
untuk mengumpulkan penilaian konsumen.
12. 4. Subsistem pendidikan dan pelatihan
Sasaran subsistem ini adalah penumbuhan kesadaran akan mutu
benih melalui pendidikan formal maupun informal.
Kebenaran mutu benih yang lebih ditentukan oleh mutu genetiknya,
akan lebih banyak dapat mendukung persyaratan teknologi maju.
Misalnya dalam sifat pertumbuhan yang merata, masak merata, letak
buah pada batang dengan ketinggian yang sama, semuanya akan
menunjang penggunaan mesin penanam, mesin pemanen ataupun
mesin pengering yang dapat dilakukan secara homogen.
Sertifikasi bertujuan untuk menjaga kebenaran mutu genetik, mutu
fisiologik dan mutu fisik sesuai dengan janji pihak produsen kepada
konsumen secara berkesinambungan dalam pemenuhan kebutuhan
benih yang bermutu. Apalagi dalam menghadapi peredaran benih yang
ragamnya juga bertambah, maka jaminan itu semakin dituntut oleh
konsumen.
Semua uraian di atas memerlukan kegiatan pendidikan dan pelatihan
kepada semua pihak yang terlibat dalam sistem perbenihan.
13. 5.Subsistem penyuluhan
Sasarannya adalah agar para petani dapat melaksanakan teknologi
produksi pangan sebaik-baiknya, dan dalam hal penggunaan benih
tanggap terhadap mutu benih.
Lembaga atau perorangan yang terlibat dalam subsistenm ini adalah
BPP, PPS, PPM, PPL yang kegiatannya meliputi penyuluhan tentang mutu
benih bagi petani, di samping materi lainnya yang berkaitan dengan
teknik budidaya tanaman.
6. Subsistem penggunaan benih (PETANI/PENANGKAR)
Lembaga atau perorangan yang terlibat dalam subsistem ini adalah
produsen benih pemakai benih sumber yang akan menghasilkan kelas
benih berikutnya dan petani pemakai benih sebar atau berlabel merah
jambu yang menghasilkan produk konsumsi.
14. PENGELOLAAN SISTEM PERBENIHAN
Tujuan utama dari perusahaan benih adalah:
- Untuk menghasilkan dan memasarkan benih bermutu
tinggi.
- Memenangkan kepercayaan dari pemakai benih (petani).
- Menjamin penghasilan yang memadai atas modal yang
diinvestasikan.
Perusahaan benih memerlukan kepemimpinan yang efisien,
dinamis dan imajinatif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
15. PENGADAAN VERSUS KEBUTUHAN BENIH
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam setiap subsistem perbenihan:
1. Kebijakan pola pergiliran varietas dalam penanggulangan serangan hama dan
penyakit menimbulkan kesulitan dalam penyediaan benih sumber (FS dan SS)
dari varietas yang dianjurkan.
2. Tidak adanya jaminan pasokan benih sumber dan keterbatasan permodalan
penangkar benih.
3. Kegiatan produksi benih unggul memerlukan biaya tinggi sehingga harga benih
di tingkat petani menjadi mahal, lebih-lebih mengingat penggunaan benih adalah
musiman sedangkan penanganan ekstra diperlukan untuk mencegah
kemundurannya.
4. Persepsi yang bervariasi terhadap mutu benih terutama petani yang kurang
maju.
5. Lemahnya pengawasan internal oleh produsen benih dan kurang memadainya
pengawasan eksternal oleh pemerintah (pemalsuan).
6. Periode pemasaran benih tertentu relatif singkat (kedelai).
7. Faktor perbanyakan benih tertentu (kedelai, kacang tanah) rendah di samping
daya simpannya juga rendah.
16. ASPEK KHUSUS PENGELOLAAN SISTEM PERBENIHAN
Beberapa permasalahan khusus pengelolaan sistem perbenihan:
1. Produksi benih bukanlah pabrik konvensional yang dapat
dikendalikan secara sempurna melainkan sangat dipengaruhi
perubahan varietas, kondisi iklim yang berbeda, perubahan
ancaman hama dan penyakit menuntut perubahan dalam teknologi.
2. Langkah-langkah produksi mengikuti rangkaian yang telah
ditentukan dan memerlukan pemantauan yang konsisten serta
tindakan segera jika timbul masalah.
3. Produksi disebarkan di wilayah yang luas dan melibatkan banyak
pemakai benih yang berbeda-beda pengalaman, kapasitas produksi
dan kemampuannya.
4. Benih sebagai produk akhir merupakan benda hidup yang harus
ditangani secara hati-hati dan digunakan sebelum benih tersebut
mati.
17. MEMPRODUKSI, MENGOLAH, DAN
MENYIMPAN BENIH
• Petunjuk umum merencanakan produksi benih
1. Tentukan target produksi berdasarkan data yang tepat dan permintaan
petani.
2. Hitung keperluan-keperluan produksi untuk setiap generasi ebnih, yaitu
benih penjenis, benih dasar, benih pokok dan benih sebar menurut lahan
yang diperlukan untuk produksi benih dan keperluan produksi total.
3. Siapkan suatu bagan alur sistem produksi secara umum yang mencakup di
mana dan oleh siapa dihasilkan, oleh siapa diperiksa dan di mana diuji dsb.
4. Siapkan sampai tuntas ongkos-ongkos untk peralatan dan fasilitas-fasilitas.
5. Tentukan keperluan personal, misalnya personal lapang, personal tanaman,
personal laboratorium, personal administrasi dsb.
6. Buat rencana/sketsa pemasaran benih dan struktur harga.
7. Siapkan suatu jadwal produksi benih untuk periode 4 tahun.
8. Siapkan kalender operasi yang rinci.
9. Rinci situasi khusus lain yang dapat menggagalkan rencana.
18. • Menetapkan wilayah/lahan untuk produksi benih
Wilayah produksi benih harus dikonsentrasikan di wilayah yang
tidak terpisah-pisah dan cocok untuk produksi. Keuntungan
pendekatan wilayah yang demikian adalah:
1. Memudahkan penyediaan bantuan teknis, supervisi dan latihan
bagi penangkar dan pengawas benih yang terlibat dalam
pekerjaan produksi benih. Dapat menghemat biaya.
2. Memudahkan pelaksanaan pengembangan yang terintegrasi.
3. Menghindari masalah isolasi dan roguing.
4. Memudahkan sertifikasi benih, pengambilan contoh benih,
pengujian benih, pengolahan benih, penyimpanan, serta
pergerakan dan distribusi benih.
19. • Kriteria pemilihan tempat:
1. Harus memiliki kondisi agroklimat yang cocok, dengan curah
hujan dan kelembaban yang tinggi harus dihindari.
2. Untuk mencapai faktor perbanyakan benih yang maksimum,
wilayah harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan di
atas rata-rata.
3. Untuk mencapai produksi yang ekonomis wilayah harus
memiliki gangguan alami minimum.
4. Wilayah produksi benih harus mudah mendapatkan tenaga
kerja.
5. Wilayah memiliki fasilitas jalan yang memadai.
6. Wilayah memiliki sistem komunikasi yang baik.
20. • Teknik budidaya yang efisien
• Pemeliharaan kebenaran varietas
• Pemanenan tepat waktu dan pengeringan
yang efisien
• Bimbingan dan pelatihan bagi prapenangkar
• Mendorong prapenangkar untuk menghasil-
kan benih lebih baik
• Pengolahan dan penyimpanan benih
21. MASALAH TEKNIS DAN OPERASIONAL
• Iklim yang basah
• Fasilitas dan peralatan
• Kurangnya supervisi yang mampu
• Unit produksi yang kecil
• Benih bermutu rendah
• Pemasaran dan distribusi
• Kurang pengalaman
22. PENENTUAN KEBUTUHAN BENIH
Yang perlu dipersiapkan:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang terlibat
dalam menentukan laju penambahan benih
berbagai spesies.
2. Menghitung dan menggunakan faktor perbanyakan
benih ketika merencanakan program perbanyakan
benih.
3. Menganalisis dan menetapkan faktor-faktor yang
paling berpengaruh pada pencapaian sasaran
perbanyakan benih dan membuat rekomendasi
berdasarkan pada analisis tersebut.
23. PRINSIP DAN KONSEP PERBANYAKAN BENIH
Prasyarat kegiatan perbanyakan benih adalah:
1. Adanya prosedur pelepasan varietas.
2. Adanya lembaga atau organisasi yang
bertanggung jawab atas langkah-langkah
perbanyakan benih secara berangkai.
3. Adanya metode dan jadwal perbanyakan benih.
4. Adanya taraf pasokan yang diperlukan untuk
setiap varietas dan kelas benih.