SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
Hiponimi dan Hipernimi
Kata hiponimi berasal dari bahasa
Yunani kono, yaitu onoma berarti
‘Nama’dan hypo ‘dibawah’. Secara
harfiah berarti ‘Nama yang termasuk
dibawah nama lain’.
Umpamanya kata tongkol adalah hiponim terhadap
ikan sebab makna tongkol berada atau termasuk
dalam makna kata ikan. Kalau diskemakan
menjadi:
IKAN
tongkol
Bandeng
Tenggiri
Teri
Mujair
Cakalang
Dalam hal ini relasi antara ikan dengan tongkol
(Atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi.
Jadi, kalau tongkol berhiponim terhadap
ikan, maka ikan berhipernim terhadap tongkol.
Perhatikan bagan sebagai berikut:
Tongkol Ikan
Hiponim
Hipernim
Contoh lain, kata bemo dan kendaraan.
Kata bemo berhiponim terhadap kata
kendaraan, sebab bemo adalah salah satu
jenis kendaraan.
Konsep hiponimi dan hipernimi
mengandaikan adanya kelas bawahan
dan kelas atasan, adanya makna sebuah
kata yang berada di bawah makna kata
lainnya.
Kalau diskemakan seluruhnya akan menjadi:
Makhluk
Manusia Binatang
Ikan Kambing Monyet Gajah
Tongkol
Bandeng
Cakalang
Mujair
Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa
(terutama kata,bisa juga frase) yang memiliki
makna lebih dari satu. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dalam bahasa indonesia kata
kepala setidaknya mengacu kepada enam buah
konsep/makna:
Kepala
Makna 1
Makna 2
Makna 3
Makna 4
Makna 5
Makna 6
Umpamanya makna leksikal kata kepala di
atas adalah ‘bagian tubuh manusia atau
hewan dari leher ke atas’.
Kata kepala di atas, antara lain, memiliki
komponen makna :
1. Terletak disebelah atas atau depan
2. Merupakan bagian yang penting (tanpa kepala
manusia tidak bisa hidup, tetapi tanpa kaki atau
lengan masih bisa hidup)
3. Berbentu bulat
Dalam perkembangan selanjutnya komponen-
komponen makna ini berkembang menjadi
makna-makna tersendiri.
Kita ambil contoh lain, kata kaki yang
memiliki komponen makna, antara lain:
1. Anggota tubuh manusia (juga binatang)
2. Terletak di sebelah bawah
3. Berfungsi sebagai penopang untuk
berdiri
Kalau kita perhatikan kata kepala dan kata kaki
dengan segala macam maknanya itu maka kita dapat
menyatakan bahwa makna-makna yang banyak dari
sebuah kata yang polisemi. Kata kepala yang berarti ‘
pemimpin’ atau ‘ketua baru muncul dalam penuturan
karena kehadirannya dalam prase seperti prase kepala
sekolah, kepala gerombolan, dan kepala rombongan.
Berbeda dengan makna asalnya yang sudah jelas dari
makna leksikalnya karena adanya referen tertentu dari kata
tersebut.
Satu persoalan lagi dengan polisemi ini adalah
bagaimana kita bisa membedakannya dengan bentuk-
bentuk yang disebut homonimi. Perbedaan yang jelas ialah
homonimi bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata
atau lebih yang kebetulan bentuknya sama.
Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai
kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Konsep ini
tidak salah, tetapi juga kurang tepat sebab kita dapat
dibedakan dengan polisemi. Sedangkan kegandaan makna
dalam Ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih
besar, yaitu prase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat
penapsiran struktur gramatikal yang berbeda.
Pembicara mengenai ambiguitas ini tampaknya sama
dengan pembicara mengenai homonimi. Contoh kalimat
istri lurah yang baru itu cantik pada pembicara tentang
homonimi, juga dapat menjadi contoh dalam pembicara
ambiguitas
Redundansi
Istilah redundansi diartikan sebagai ‘berlebih-
lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu
bentuk ujaran’. Umpamanya kalimat bola di tendang si
Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan
bola di tendang oleh si udin pemakaian kata oleh pada
kalimat kedua di anggap sebagai sesuatu yang
redundansi, yang berlebih-lebih, dan yang sebenarnya
tidak perlu.
Secara semantik masalah redundansi sebetulnya
tidak ada, sebab salah satu prinsip dasar semantik
adalah bila bentuk berbeda maka maknapun akan
berbeda.

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Sari aprianti

Ähnlich wie Sari aprianti (20)

Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satuRelasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantik
 
Semantik leksikal
Semantik leksikalSemantik leksikal
Semantik leksikal
 
KAIDAH MAKNA
KAIDAH MAKNAKAIDAH MAKNA
KAIDAH MAKNA
 
Bab 7-sarwo-edi
Bab 7-sarwo-ediBab 7-sarwo-edi
Bab 7-sarwo-edi
 
Semantik bahasa indonesia
Semantik bahasa indonesiaSemantik bahasa indonesia
Semantik bahasa indonesia
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantik
 
Homonim
HomonimHomonim
Homonim
 
Semantik Pragmatis
Semantik PragmatisSemantik Pragmatis
Semantik Pragmatis
 
Semantik makna
Semantik maknaSemantik makna
Semantik makna
 
Semantik 1
Semantik 1Semantik 1
Semantik 1
 
Makalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang maknaMakalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang makna
 
6753187 semantik
6753187 semantik6753187 semantik
6753187 semantik
 
makalah semantik
makalah semantikmakalah semantik
makalah semantik
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Morfofonemik
MorfofonemikMorfofonemik
Morfofonemik
 
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxpower_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
 
Bahan mentah
Bahan mentahBahan mentah
Bahan mentah
 
analisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxanalisa simantik.pptx
analisa simantik.pptx
 

Sari aprianti

  • 1. Hiponimi dan Hipernimi Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kono, yaitu onoma berarti ‘Nama’dan hypo ‘dibawah’. Secara harfiah berarti ‘Nama yang termasuk dibawah nama lain’.
  • 2. Umpamanya kata tongkol adalah hiponim terhadap ikan sebab makna tongkol berada atau termasuk dalam makna kata ikan. Kalau diskemakan menjadi: IKAN tongkol Bandeng Tenggiri Teri Mujair Cakalang
  • 3. Dalam hal ini relasi antara ikan dengan tongkol (Atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Jadi, kalau tongkol berhiponim terhadap ikan, maka ikan berhipernim terhadap tongkol. Perhatikan bagan sebagai berikut: Tongkol Ikan Hiponim Hipernim
  • 4. Contoh lain, kata bemo dan kendaraan. Kata bemo berhiponim terhadap kata kendaraan, sebab bemo adalah salah satu jenis kendaraan. Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya.
  • 5. Kalau diskemakan seluruhnya akan menjadi: Makhluk Manusia Binatang Ikan Kambing Monyet Gajah Tongkol Bandeng Cakalang Mujair
  • 6. Polisemi Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata,bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam bahasa indonesia kata kepala setidaknya mengacu kepada enam buah konsep/makna: Kepala Makna 1 Makna 2 Makna 3 Makna 4 Makna 5 Makna 6
  • 7. Umpamanya makna leksikal kata kepala di atas adalah ‘bagian tubuh manusia atau hewan dari leher ke atas’. Kata kepala di atas, antara lain, memiliki komponen makna : 1. Terletak disebelah atas atau depan 2. Merupakan bagian yang penting (tanpa kepala manusia tidak bisa hidup, tetapi tanpa kaki atau lengan masih bisa hidup) 3. Berbentu bulat
  • 8. Dalam perkembangan selanjutnya komponen- komponen makna ini berkembang menjadi makna-makna tersendiri. Kita ambil contoh lain, kata kaki yang memiliki komponen makna, antara lain: 1. Anggota tubuh manusia (juga binatang) 2. Terletak di sebelah bawah 3. Berfungsi sebagai penopang untuk berdiri
  • 9. Kalau kita perhatikan kata kepala dan kata kaki dengan segala macam maknanya itu maka kita dapat menyatakan bahwa makna-makna yang banyak dari sebuah kata yang polisemi. Kata kepala yang berarti ‘ pemimpin’ atau ‘ketua baru muncul dalam penuturan karena kehadirannya dalam prase seperti prase kepala sekolah, kepala gerombolan, dan kepala rombongan. Berbeda dengan makna asalnya yang sudah jelas dari makna leksikalnya karena adanya referen tertentu dari kata tersebut. Satu persoalan lagi dengan polisemi ini adalah bagaimana kita bisa membedakannya dengan bentuk- bentuk yang disebut homonimi. Perbedaan yang jelas ialah homonimi bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan bentuknya sama.
  • 10. Ambiguitas Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Konsep ini tidak salah, tetapi juga kurang tepat sebab kita dapat dibedakan dengan polisemi. Sedangkan kegandaan makna dalam Ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu prase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penapsiran struktur gramatikal yang berbeda. Pembicara mengenai ambiguitas ini tampaknya sama dengan pembicara mengenai homonimi. Contoh kalimat istri lurah yang baru itu cantik pada pembicara tentang homonimi, juga dapat menjadi contoh dalam pembicara ambiguitas
  • 11. Redundansi Istilah redundansi diartikan sebagai ‘berlebih- lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran’. Umpamanya kalimat bola di tendang si Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan bola di tendang oleh si udin pemakaian kata oleh pada kalimat kedua di anggap sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebih, dan yang sebenarnya tidak perlu. Secara semantik masalah redundansi sebetulnya tidak ada, sebab salah satu prinsip dasar semantik adalah bila bentuk berbeda maka maknapun akan berbeda.