Zaman Megalitikum adalah zaman batu besar dimana masyarakat sudah mampu membuat kebudayaan dari batu-batu besar seperti menhir, dolmen, dan peti kubur batu. Masyarakat pada zaman ini juga sudah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme serta mulai hidup menetap dan bermukim.
4. Apa itu zaman Megalithikum?
Kata Megalithikum berasal dari Megalitik yang
berasal dari kata mega yang berarti besar,
dan lithos yang berarti batu.
Zaman Megalitikum biasa disebut dengan
zaman batu besar, karena pada zaman ini
manusia sudah dapat membuat dan
meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari
batu-batu besar.
5. Ciri-ciri
- Manusia sudah dapat menghasilkan
kebudayaan yang terbuat dari batu-batu
besar
- Manusia sudah mengenal kepercayaan
utamanya yaitu animisme
6. Kepercayaan yang dianut
pada zaman Megalithikum
Kepercayaan masyarakat semakin bertambah mempunyai
konsep tentang apa yang terjadi dengan seseorang yang
telah meninggal
Kepercayaan masyarakat pada masa ini diwujudkan dalam
berbagai upacara tradisi Megalitikum/upacara-upacara
keagamaan, persembahan kepada dewa dan upacara
penguburan mayat yang dibekali dengan benda milik pribadi ke
kuburnya.
Anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada pada
suatu tempat yang lebih tinggi. Di Indonesia, kepercayaan
dan pemujaan terhadap roh nenek moyang terlihat melalui
peninggalan berupa tugu-tugu batu/ bangunan megalitikum
yang letaknya di puncak bukit, di lereng gunung/ tempat yang
lebih tinggi dari daratan sekitarnya
7. Dinamisme
Kepercayaan kepada kekuatan gaib yang
terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya
pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan
benda-benda lain yang dianggap keramat.
Animisme
Kepercayaan kepada roh nenek moyang atau
leluhur. Mereka percaya, manusia setelah
meninggal rohnya tetap ada dan tinggal ditempat-
tempat tertentu dan harus diberi sesajen pada
waktu-waktu tertentu.
10. Artefak peninggalan zaman
megalithikum
1.Menhir
Menhir adalah bangunan yang
berupa tugu batu yang
didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek
moyang.
Lokasi tempat ditemukannya
menhir di Indonesia :
Pasemah (Sumatera Selatan),
Sulawesi Tengah dan
Kalimantan.
11. Fungsi Menhir adalah sebagai berikut :
Sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang
Tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang
telah meninggal
Tempat menampung kedatangan roh
12. 2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari
batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya
sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek
moyang yang telah meninggal.
Lokasi tempat penemuannya adalah Lebak
Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang
di Jawa Timur
14. 3.Dolmen
Dolmen merupakan meja
dari batu yang berfungsi
sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan.
Lokasi penemuan dolmen
antara lain Cupari Kuningan
/ Jawa Barat, Bondowoso /
Jawa Timur, Merawan,
Jember / Jatim, Pasemah /
Sumatera, dan NTT.
16. 4.Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu
atau peti mayat yang terbuat dari
batu. Bentuknya menyerupai
lesung dari batu utuh yang diberi
tutup. Daerah tempat
ditemukannya sarkofagus adalah
Bali.
18. 5.Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-
batu besar. Kubur batu dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat
berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas
dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari
Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari
(Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur).
20. 6.Arca batu
Arca / patung-patung dari batu yang berbentuk
binatang atau manusia. Bentuk binatang yang
digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan
moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang
ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya
manusia dengan penampilan yang dinamis seperti
arca batu gajah. Fungsi untuk Penghormatan
terhadap tokoh yang disukai.
Daerah-daerah sebagai tempat penemuan arca
batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Arca batu juga di temukan di Sumatra
Selatan dan di teliti oleh Von Heine Geldern.
22. 7.Waruga
Waruga adalah peti jenazah
kecil yg berbentuk kubus dan
ditutup dengan batu lain yg
berbentuk atap rumah dan
merupakan peninggalan
budaya minahasa. Banyak
ditemukan di Minahasa.
23. Fungsi utama waruga adalah sebagai kuburan.
Di samping tulang belulang atau mayat, alat-alat
perang seperti wengkow (tombak), kelung (parang
dan perisai) disimpan juga di dalam waruga.
Yang menempati waruga biasanya adalah tokoh,
panglima perang atau para dotu-dotu, pemimpin
(yang merintis pemukiman baru). Jadi mereka yang
dituakan atau dihormati sebagai tokoh di negeri
tersebut. Jadi tidak semua orang bisa dikuburkan di
dalam waruga. Menurut sejarah Minahasa,
diperkirakan bahwa waruga-waruga ini telah ada
sejak abad ke 4 sampai abad ke 6.
25. Sosial
Mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada
tanah-tanah persawahan kehidupan bercocok tanamnya dikenal
dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara
membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak
subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih
subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini
dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya
Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal
di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan
memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan
bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan
perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai
kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai
berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup
yang terjadi.
26. Jumlah anggota kelompoknya semakin besar
sehingga membuat kelompok-kelompok
perkampungan, meskipun mereka masih sering
berpindah-pindah tempat tinggal.
Populasi penduduk meningkat. Usia rata-rata
manusia masa ini 35 tahun.
Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh
karena itu di buat peraturan, untuk menjaga
ketertiban kehidupan masyarakat.
Mereka hidup bergotong royong, sehingga
mereka saling melengkapi, saling membantu, dan
saling berinteraksi dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya.
27. BUDAYA
Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah
dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan
kebudayaan yang lebih baik
Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok
tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari
tanah liat, batu maupun tulang
Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam: Beliung
Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan,
Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus,
kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
28. Budaya megalitikum di
Indonesia
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi
Sumatera Selatan. Tinggalan megalitik Pasemah
muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-
patung dipahat dengan begitu dinamis dan
monumental, yang mencirikan kebebasan sang
seniman dalam memahat.
Nias. Etnik Nias masih menerapkan beberapa
elemen megalitik dalam kehidupannya.
Contohnya Rangkaian kegiatan mendirikan batu
besar (dolmen) untuk memperingati kematian
seorang penting di Nias.
29. Sumba. Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga
masih kental menerapkan beberapa elemen
megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu
masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja
batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
30. EKONOMI
Mereka telah mengenal sistem barter, dimana terjadi pertukaran
barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem
barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem
perdagangan/ sistem ekonomi dalam masyarakat.
Hubungan antar anggota masyarakat semakin erat baik itu di
lingkungan daerah tersebut maupun di luar daerah
Sistem perdagangan semakin berkembang seiring dengan semakin
berkembangnya kehidupan masyarakat.
Untuk memperlancar diperlukan suatu tempat khusus bagi
pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada
perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat
dapat memenuhi sebuah kebutuhan hidupnya.
31. POLITIK
Diangkat seorang pemimpin
yang:
1. berwibawa,
2. kuat, dan
3. disegani untuk mengatur para
masyarakatnya.
4. Yang paling tua dan di tuakan