Sejarah Islam di Timbuktu dan Keunikan Kota Tua Afrika
1. Timbuktu adalah sebuah kota di mali, afrika barat. Kota ini adalah rumah dari universitas
sankore dan madrasah lainnya. Dan juga, kota ini adalah pusat dari penyebaran islam di afrika pada
abad ke-15 dan abad ke-16. 3 masjid utamanya, djingereber, sankore dan sidi yahya, mengingatkan
kembali kepada zaman keemasan timbuktu. Walaupun sedang berusaha terus dibangkitkan, simbol
kejayaan masa lampau ini sekarang berada dibawah ancaman desertifikasi.
Timbuktu dihuni oleh suku songhay, tuareg, fulani, dan moor. Terletak 15 kilometer dari sungai niger,
kota ini merupakan daerah persimpangan dari perdagangan trans-sahara baik dari barat ke timur,
sampai utara ke selatan. Kontribusi timbuktu terhadap dunia islam adalah ilmu pengetahuan, di mana
pada abad ke-14 banyak buku penting ditulis dan disalin di timbuktu, membuat kota ini sebagai pusat
tradisi tertulis penting di afrika.
Berikut ini akan kami sajikan banyak hal unik tentang timbuktu, tidak hanya menarik untuk diketahui,
tetapi juga dapat menyadarkan kita akan kehebatan manusia-manusia yang membangun peradaban di
tengah padang gurun yang gersang.
1. Sejarah islam di timbuktu
Sejarah mencatat, pada abad ke-12 m timbuktu telah menjelma sebagai salah satu kota pusat ilmu
pengetahuan dan peradaban islam yang termasyhur. Di era kejayaan islam, timbuktu juga sempat
menjadi sentra perdagangan terkemuka di dunia. Rakyat timbuktu pun hidup sejahtera dan makmur.
Secara gemilang, sejarawan abad xvi, leo africanus, menggambarkan kejayaan timbuktu dalam buku
yang ditulisnya. Begitu banyak hakim, doktor dan ulama di timbuktu. Semua menerima gaji yang sangat
memuaskan dari raja askia muhammad, penguasa negeri songhay. Raja pun menaruh hormat pada
rakyatnya yang giat belajar.
di era keemasan islam, ilmu pengetahuan dan peradaban tumbuh sangat pesat di timbuktu. Rakyat di
wilayah itu begitu gemar membaca buku. Menurut africanus, permintaan buku di timbuktu sangat
tinggi. Setiap orang berlomba membeli dan mengoleksi buku. Sehingga, perdagangan buku di kota itu
menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibanding bisnis lainnya.
2. Sankore, masjid paling unik didunia
2. Kota timbuktu dikenal antara lain karena keunikan rumah-rumah penduduknya yang dibangun dari
lumpur dan batu granit. Rumah-rumah penduduk itu terbangun mengelilingi kota. Barulah di tengah
kota, dibangun sentral perdagangan. Selain rumah penduduk yang unik tersebut, ada juga bangunan
tersohor yang juga terbuat dari lumpur, di antaranya masjid sankore. Masjid yang dibangun dengan
lumpur dan campuran bahan-bahan organik seperti serabut, jerami, dan kayu, menjadikan masjid ini
tampak seperti istana pasir raksasa. Kalau dilihat sekilas mungkin tidak tampak seperti masjid pada
umumnya. Anda tidak akan menemukan kubah besar pada masjid ini. Bangunan yang paling menonjol
dari seluruh konstruksi berbentuk seperti tumpeng dengan pasak-pasak yang menyembul keluar dari
hampir seluruh permukaan dindingnya. Di bagian dalam masjid terdapat lapangan terbuka yang dipagari
oleh dinding dengan bentuk seperti benteng.
Fondasi dari struktur awal masjid ini sudah ada sejak 988 masehi. Dibangun atas perintah pemimpin saat
itu yaitu al-qadi aqib ibn mahmud ibn umar. Kemudian seorang dermawan wanita yang hidup pada masa
itu menyumbangkan kekayaannya untuk membiayai pembangunan masjid sankore menjadi institusi
pendidikan berkelas dunia dengan mengambil profesor dari luar afrika. Bangunan ini dibuat benar-benar
sesuai ukuran ka’bah di mekkah dengan menggunakan tali tambang untuk pengukurannya.
3. Salah satu kota terpanas didunia
Dengan suhu tertinggi yang pernah tercatat pada 130,1°f atau 54,5°c, cukup menjadikan timbuktu
sebagai salah satu tempat terpanas di dunia. Pada bulan mei, suhu tertinggi rata-rata adalah 108°f atau
42,2°c, sedangkan di bulan-bulan musim dingin yaitu bulan desember sampai januari suhu tertinggi
tercatat dikisaran pada 90°f atau 32,2°c. Namun begitu medan gurun yang panas dan berat tidak
membuat para penjelajah mengurungkan niat mereka ke timbuktu. Timbuktu pada abad ke-14 memang
dikenal sebagai elderado-nya afrika atau sebagai kota penghasil emas.
Pada tahun 1700-an dan awal 1800-an, banyak penjelajah yang berusaha mencapai timbuktu namun tak
satu pun yang bisa kembali dengan selamat. Sebab, medan di gurun tersebut sangatlah berat dan
sangatlah sulit untuk mendapatkan air. Daripada menghadapi ajal, mereka memilih untuk menghimpun
kekuatan tubuh dengan sering kali terpaksa meminum air seni unta, air seni mereka sendiri, atau bahkan
darah sebagai upaya bertahan di padang sahara yang tandus. Banyaknya penjelajah yang berambisi
memperoleh emas di timbuktu justru mengundang banyak pertempuran antara mereka dengan suku
3. setempat, juga antara para penjelajah itu sendiri. Tempat itu akhirnya hancur karena kekerasan yang
sering terjadi. Dan akhirnya emas cuma menjadi legenda.
4. Tradisi pria memakai cadar
Di bagian tertentu di dunia, kita mengenal daerah yang kaum perempuannya memakai cadar penutup
wajah. Namun pada suku tuareg yang merupakan penduduk asli timbuktu, cadar justru dipakai kaum
laki-lakinya untuk menutupi wajah mereka. Para lelaki ini akan mulai memakai cadar penutup muka dan
surban pada usia sekitar dua puluh tahun. Memakai cadar adalah tanda bahwa kaum lelaki dari suku
tuareg telah siap menjadi pemimpin rombongan dan cukup matang untung menikah.
Cadar dipakai untuk menutupi mulut mereka sebagai simbol kesopanan dan ketaatan mereka terhadap
nilai-nilai tradisional yang masih kental. Sedangkan sorban yang mereka pakai dipercaya mampu
melindungi pemakainya dari gangguan roh jahat atau jin. Dan tahukah anda, sorban yang mereka lilitkan
di kepala itu panjangnya bisa mencapai 5 meter lebih. Suku ini juga dikenal sebagai manusia biru dari
gurun pasir karena pakaian dan surban mereka kebanyakan berwarna indigo alias biru.
5. Jauh dari laut tapi kaya garam
Letak timbuktu yang dikelilingi gurun pasir itu memang agak jauh dari laut. Tapi timbuktu justru terkenal
sebagai tempat yang berkembang pesat karena perdagangan garam. Tambang garam yang terkenal di
timbuktu adalah taoudenni. Bagaimana hal itu terjadi?. Garam di timbuktu bukan berasal dari lautan.
Garam itu berasal dari danau tua yang mengering jutaan tahun lampau. Tetapi sebagai pertambangan
tradisional, teknik penambangan garam yang dilakukan masyarakat belum begitu memperhatikan
keselamatan.
Kandungan garam bisa ditemukan sekitar satu meter dari bawah permukaan tanah. Sayangnya, garam
hanya bisa dijangkau melalui sistem parit dan terowongan yang digali sedalam 6 sampai 200 m.
Lempengan garam dipakai sebagai penyangganya. Garam yang digali berbentuk balok-balok besar dan
nantinya akan dipecah menjadi potongan kecil. Tapi biarpun sudah dipotong menjadi ukuran yang lebih
kecil, ukuran garam itu tetap saja termasuk besar. Untuk mengangkut hasil galian garam tersebut, para
penambang garam kadang ada yang harus menggunakan unta sebanyak 30 hingga 300 ekor. Setiap unta
bisa mengangkut empat hingga enam balok garam yang masing-masing beratnya mencapai 45 kg.
4. Demikianlah beberapa fakta menarik tentang timbuktu, kota antah berantah yang ternyata menyimpan
banyak pelajaran dan keunikan yang patut untuk diketahui dan dilestarikan.