SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 30
Sindroma Pseudo Asma:
batuk, mengi dan sesak nafas yang
menyerupai Asma

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)
PENDAHULUAN
Batuk, mengi (dan suara pernapasan lainnya), dan
dyspnea adalah gejala pernapasan umum yang
berpotensi memiliki diferensial diagnosis yang
luas.Karena asma merupakan gangguan sangat
umum, gejala seperti ini sering merupakan akibat
dari gangguan pernapasan berulang dan kronis.
Meskipundibuktikan bahwa asma
underdiagnosis, tujuan dari kajian ini adalah
untuk meningkatkan kesadaran bahwa masih
banyak entitas umum menyerupai asma tetapi
sebetulnya bukan asma
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

2
Asma
Asma adalah penyakit yang ditandai dengan
hyperresponsiveness saluran napas terhadap berbagai
rangsangan, yang mengakibatkan obstruksi jalan napas yang
reversibel baik secara spontan atau sebagai akibat
pengobatan.Obstruksi jalan napas adalah dari komponen
variable:
 spasme otot polos bronkus, peradangan yang mengakibatkan
 edema dari mukosa pernapasan dan
 sekresi lendir yang berlebihan.
Gejala utamanya adalah batuk, mengi dan sesak nafas.Meskipun
diagnosis asma sering mudah, ada beberapa entitas klinis
menyerupai asma yang telah didiagnosis sebagai asma dan
akibatnya diperlakukan tidak tepat. Dalam review ini dijelaskan
beberapa entitas klinis, yang tampil dengan klinis menyerupai
asma tetapi bukan asma, sekaligus menunjukkan metode
diagnostik untuk mengidentifikasi sindrom pseudo-asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

3
Kapan disebut bukan Asma
Asma didiagnosa secara klinis dan diduga ketika ada
batuk, mengi, atau dyspnea. Namun, gejala yang
sama mungkin hasil penyebab lain. Meskipun untuk
beberapa pasien gambaran klinis jelas gejalanya
bukan asma, ada juga ketidakpastian diagnostik yang
mirip dengan asma.Karakteristik yang membedakan
asma adalah respon terhadap bronkodilator atau
kortikosteroid. Untuk pasien yang usianya 6 tahun
lebih yang sudah bisa melakukan tes, peningkatan
yang substansial fungsiparu setelah pemberian
bronkodilator aerosol atau pemberian singkat dosis
tinggi sistemik kortikosteroid, 2 mg / kg dua kali
sehari sampai maksimal 40 mg, mendukung diagnosis
asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

4
Batuk yang bukan Asma
Asma adalah penyebab paling umum dari penyakit saluran napas
peradangan kronis atau berulang dan penyebab utama batuk. Meskipun
ada penyebab batuk yang bukan asma, sering kali perlu dibedakan apakah
batuk karena Pertusis, dikenal di masa lalu sebagai batuk 100
hari, menyebabkan batuk berkepanjangan, dan kita telah melihat
beberapa kasus di mana dokter perawatan primer memberi resep resep
obat antiasma karena pertusis tidak dipertimbangkan. Sering dikirim ke
poli Alergi dengan asma, karena klue diagnosis tidak diperhatikn. Bersifat
spasmodik dan ada whooping setelah batuk atau mutah sangat
karakteristik membedakan dengan asma, pertusis harus dicurigai untuk
setiap batuk yang berlangsung selama> 2 minggu pada mereka yang tidak
memiliki riwayat asma atau penyebab lain dari batuk kronis. Diagnosis
dibuat paling mudah oleh polymerase chain reaction dari usap tenggorok
untuk mendeteksi kuman pertusis. Tuberkulosis adalah kebalikan dengan
pertussis. Dirawat lama dengan tuberkulosis sampai suatu saat terdengar
wheezing, kemudian dikirim ke poli alergi dengan asma. Dua gambaran ini
membuktikan bahwa masih ada kerancuan apakah batuk karena asma
atau penyebab lain.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

5
 Cystic Fibrosis
Cystic fibrosis adalah penyakit kronis inflamasi saluran napas
kedua selain asma, meskipun mekanisme peradangan
saluran napas yang berbeda pada 2 penyakit ini, baik
penyebab obstruksi jalan napas, batuk, mengi, dan
dyspnea, setidaknya di antara penduduk kulit putih. Ini
terjadi pada 1 di 2500 kelahiran hidup pada populasi
keturunan Eropa utara dengan kejadian yang lebih rendah
dalam kelompok etnik dan ras lain. Presentasi klinis klasik
malabsorpsi tidak selalu ada, dan keparahan dan
perkembangan penyakit saluran napas sangat bervariasi. Ada
variabilitas sejauh mana> 1500 mutasi gen fibrosis
transmembran regulator kistik mengubah saluran klorida
dan hasil dalam manifestasi klinis. Akibatnya, gejala tidak
timbul sampai remaja atau bahkan dewasa. Beberapa respon
bronkodilator bahkan dapat dijumpai, meskipun fisiologi
respon saluran napas berbeda dari asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

6
Cystic fibrosis harus dicurigai bila gejala dan tanda-tanda penyakit
radang saluran napas bertahan meskipun pemberian singkat dosis
tinggi kortikosteroid sistemik diberikan. Diagnosis cystic fibrosis
dibuat paling andal dengan melakukan pengukuran klorida
keringat menggunakan metode iontophoresis pilocarpine
kuantitatif klasik. Sebagian besar berbagai metode skrining yang
menilai konduktivitas keringat tidak dapat diandalkan, karena
mereka dapat memiliki hasil positif palsu atau negatif palsu. Untuk
tes pengukuran klorida, duplikat koleksi setidaknya 75 mg
diperlukan untuk filter cakram-kertas atau kain kassa, dan duplikat
sampel 15-uL sudah cukup dengan kumparan koleksi Macroduct
(WESCOR, Logan, UT) .Pengukuran 60 mEq / L klorida dengan
kesepakatan substansial dalam kedua sampel umumnya diagnostik
cystic fibrosis. Konsentrasi klorida keringat <40 mEq/L umumnya
meyakinkan bahwa cystic fibrosis bukanlah penyebab penyakit
peradangan saluran napas. Tingkat 40 sampai 60 mEq / L (> 30
mEq / L untuk bayi) harus dianggap cukup curiga bahwa analisis
genetik dilakukan untuk kehadiran 2 mutasi dari gen regulator
transmembran fibrosis kistik.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

7
 Primary Ciliary Dyskinesia
Primary ciliary dyskinesia langka tetapi harus
dipertimbangkan bila batuk terus-menerus hampir sejak
lahir, umumnya berkaitan dengan otitis media kronis. Derajat
gangguan pernapasan neonatal umumnya ditemui. Ini
mencakup berbagai kelainan pada struktur silia saluran napas
dan/atau fungsi yang mengakibatkan tidak adanya
pembersihan mukosiliar normal, yang merupakan mekanisme
pertahanan bawaan yang penting bagi paru-paru. Aliran
kontinu lapisan lendir mukosa pernafasan biasanya dikelola
oleh gerakan berirama terkoordinasi sel epitel pernapasan
bersilia. Tidak adanya hasil terkoordinasi gerakan ciliar di
penyatuan lendir di saluran napas berhubungan dengan
infeksi kronis. Batuk menahun perlahan-lahan berkembang
menjadi bronkiektasis hasil dari cacat penyakit ini. Sebagian
ditemui situs inversus totalis, dalam hal ini dikenal sebagai
sindrom Kartagener. Seperti dengan fibrosis kistik, diskinesia
ciliary primer tidak akan merespon obat antiasma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

8
Diagnosis harus dicurigai jika adanya situs inversus
totalis, tetapi diagnosis definitif bisa sulit tanpa
adanya kelainan anatomi yang nyata. Batuk ini
biasanya ada sejak lahir setiap hari tanpa
berfluktuasi seperti asma. Otitis media kronis
adalah fitur lainyang karakteristik. Alat
mendiagnosa klasik pemeriksaan struktur silia
dengan mikroskop elektron. Namun banyak
kesalahan dalam penafsiran. Pemeriksaan
pergerakan silia terkoordinasi dari sampel epitel
hidung atau trakea oleh cahaya atau mikroskop fase
kontras merupakan cara yang lebih praktis evaluasi
awal.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

9
 Bronchitis Kronis purulen (bakteri)
Bronkitis kronis purulen adalah entitas yang tidak diperhitungkan
dan hanya jarang didiagnosis. Meskipun bronkitis bakteri kronis
tentu merupakan karakteristik dari cystic fibrosis, ada anak-anak
muda yang tidak memiliki kelainan kekebalan atau penyakit yang
mendasari lain dan memiliki jangka waktu batuk dengan
neutrophilia dan bakteri dalam saluran udara lebih rendah
dibuktikan oleh lavage bronchoalveolar. Beberapa, terjadi
bronchomalacia yang dapat memberikan kontribusi untuk kedua
batuk dan retensi cairan di saluran napas bagian bawah, yang
predisposisi anak mengalami infeksi sekunder. Bakteri yang paling
sering diidentifikasi yang sama yang umumnya terkait dengan
otitis media: Haemophilus spesies, Moraxella catarrhalis, dan
Streptococcus pneumoniae. Meskipun responsif terhadap
antibiotik yang tepat, beberapa akan memerlukan program
berulang atau bahkan perawatan antibiotik profilaksis untuk
periode yang diperpanjang. Resolusi dengan usia umum tanpa
adanya gangguan host-pertahanan bawaan atau diperoleh.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

10
Diagnosis memerlukan bronkoskopi fleksibel
dan lavage bronchoalveolar dengan jumlah sel
dan berbeda untuk bukti neutrophilia
signifikan (> 10% dari total jumlah sel putih)
dan kultur kuantitatif cairan lavage.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

11
 Bronchomalacia dari lobus kanan atas (A)
dan batang utama kanan (B).Tergantung
pada derajat obstruksi yang disebabkan
oleh malacia, baik batuk atau mengi
ekspirasi monofonik dapat didengar.
Obstruksi terjadi pada tekanan
intrathoracic positif selama ekspirasi
sementara tekanan negatif intratoraks
selama inspirasi membuka jalan napas.
Obstruksi jalan napas lengkap selama
ekspirasi dapat menyebabkan emfisema
lobar dari hiperinflasi lobus distal malacia
tersebut. Penurunan pembersihan sekresi
distal malacia mungkin berhubungan
dengan bronkitis bakteri purulen.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

12
 Tracheomalacia
Perlunakan (kolaps) cincin tulang rawan trachea, yang
menyebabkan batuk oleh setidaknya 2 mekanisme, dan
diakibatkan pendukung dan bronchomalacia. Koplaps trakea atau
batang utama bronkus-saat tekanan intrathoracic meningkat
seperti pada pernafasan kuat atau batuk dapat menyebabkan
dinding anterior dan posterior beradu kontak, yang menghasilkan
fokus iritasi yang merangsang batuk lebih lanjut. Selain itu, sekret
jalan napas, karena kolaps saluran napas itu pembersihan oleh
epitel silia menjadi terhalang. Sekret kemudian bertindak sebagai
stimulus lanjutan untuk batuk produktif. Meskipun tracheomalacia
dan bronchomalacia dapat mengganggu pada bayi, beberapa
kasus tidak menimbulkan masalah sampai kemudian pada masa
anan-anak. Dalam kasus batuk parah keras yang dihasilkan dari
tracheomalacia, memerlukan tindakan aortopexy bedah. Karena
dinding trakea anterior terhubung ke arkus aorta dengan jaringan
ikat, pada dasarnya menarik dinding anterior trakea ke
depan, dengan demikian mempertahankan patensi lumen trakea
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

13
Tracheomalacia, pelunakan cincin trakea yang
menurunkan tingkat kekakuan saluran
napas, terjadi sebagai akibat dari baik
cacat dalam tulang rawan sendiri atau
kompresi eksternal oleh pembuluh darah
besar yang innominate arteri (juga dikenal
sebagai batang brakiosefalika) menyilang
sepertiga bagian bawah trakea, di mana
tonjolan berdenyut sering dapat dilihat
pada bronkoskopi. Ini adalah lokasi pada
umumnya terjadi tracheomalacia, seperti
dalam gambar ini. Batuk terus-menerus
terjadi ketika kontak berulang dari dinding
anterior dan posterior trakea
menyebabkan fokus iritasi dengan
konsekuensi batuk keras menggonggong
yang merupakan karakteristik dari batuk
trakea. Batuk juga bisa terjadi karena
menurunnya efisiensi kliring sekresi yang
dihasilkan dari kolaps jalan napas.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

14
 Habit-Cough Syndrome
Sindrom Kebiasaan-batuk adalah gangguan bermasalah yang
umumnya diperlakukan sebagai asma yang sering
menyebabkan morbiditas dan pengobatan tidak efektif.
Manifestasi klasik sindrom kebiasaan-batuk adalah bahwa
seorang dengan batuk keras, menggonggong, batuk berulang
yang terjadi beberapa kali per menit selama berjam-jam. Hal
ini sangat menjengkelkan bagi mereka di hadapan orang yang
menderita gangguan ini. Karakteristik dari sindrom kebiasaanbatuk adalah tidak adanya batuk setelah pasien tidur.
Meskipun pasien dengan gangguan ini sering mengalami
beberapa tes diagnostik dan terapi dengan obat
antiasthmatic, sindrom kebiasaan-batuk harus mudah
didiagnosa oleh karakteristik sifat batuk menggonggong, pola
berulang, serta tidak batuk ketika pasien tidur.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

15
 Penyebab Batuk kronis lainnya
Kami telah melihat beberapa penyebab sangat tidak biasa batuk
kronis yang didiagnosis sebagai asma. Meskipun tidak sering
ditemui, kesadaran entitas ini dapat mendorong pemeriksaan
tambahan diperlukan ketika pola gejala dan respon terhadap
pengobatan tidak konsisten dengan asma. Lidah yang kontak
dengan epiglotis adalah penyebab batuk lama di anakusia 4 tahun
yang gagal diobati untuk asma. Ini dapat divisualisasikan hanya
selama bronkoskopi serat optik fleksibel sementara pasien
berbaring di punggungnya. Anak meriwayatkan bahwa ia terbatuk
karena dia merasakan sesuatu di belakang tenggorokannya.
Batuknya sembuh dengan uvulectomy. Amandel menimpa anak
lidah seorang gadis 3 tahun terlihat pada bronkoskopi dengan
batuk kronis lama yang awalnya diperlakukan sebagai asma.
Tonsilektomi menyembuhkan batuk dalam pasien dan pasien lain
dengan temuan serupa.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

16
Wheezing yang bukan Asthma
Dalam mempertimbangkan mengi, penting untuk
menghargai bahwa pasien, orang tua, dan bahkan
dokter mengacu pada berbagai suara pernafasan
sebagai "mengi" yang pada kenyataannya bukan
wheezing. Mengi didefinisikan sebagai suara ekspirasi
musikal terus menerus disebabkan oleh obstruksi jalan
napas intrathoracic. Namun, orang tua akan
menjelaskan suara berderak inspirasi atau stridor
sebagai mengi, dan ada banyak laporan dari suara
inspirasi dari obstruksi jalan nafas atas yang disebut
mengi oleh tenaga medis dan salah didiagnosa sebagai
asma
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

17
Bronkiolitis
Bronkiolitis biasanya menyerang bayi dan anak
kecil. Dimulai dengan gejala flu-like disusul dengan
sesak dan mengi. Penyebabnya biasanya respiratory
syncitial virus (RSV) atau rhino virus (RV). Memberi
gejala mirip asma karena defens mekanismenya
menggunakan innate immunity yang melibatkan
fagosit terutama eosinofil. Jadi peradangan yang
timbul mirip peradangan pada asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

18
 Vocal Cord Disfunction
Disfungsi pita suara dapat terjadi karena berbagai sebab termasuk
kompresi batang otak dari Chiari malformasi 1 atau kelumpuhan
pita suara dari berbagai sebab. Sindrom disfungsi pita suara adalah
gangguan fungsional dari pita suara, didiagnosis sebagai asma
berdasarkan persepsi "mengi" oleh pasien atau orang tua. Suara
pernapasan karena gangguan pita suara adalah benar-benar
stridor inspirasi, bernada tinggi yang disebabkan oleh adduksi
paradoks dari pita suara saat inspirasi. Hal ini tercermin dalam
spirometri melacak menumpulan bagian inspirasi dari loop aliran
volume dengan porsi ekspirasi yang normal menunjukkan
obstruksi jalan nafas atas. Variasi yang kurang umum dari sindrom
disfungsi pita suara memanifestasikan dirinya sebagai suara
inspirasi dan ekspirasi abnormal terus menerus. Variasi kedua pita
suara sindrom disfungsi ditandai dengan penutupan spasmodik
dari pita suara dengan adduksi yang bertahan selama kedua
inspirasi dan ekspirasi dan hasil ditandai menumpulan dari kedua
loop inspirasi dan ekspirasi pada spirometri, yang menunjukkan
obstruksi jalan napas atas.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

19
Dua fenotip sindrom disfungsi pita suara telah
diketahui. Satu dan lain hal terjadi secara
spontan, dengan pasien mengalami dyspnea dan
stridor inspirasi (sering dikemukakan pasien atau orang
tua sebagai "mengi"). Fenotipe lainnya adalah reaksi
yang terjadi hanya dengan olahraga, yang sering
terlihat pada atlet remaja selama kegiatan aerobik
kompetitif. Biasanya sementara dan lega secara
spontan dengan masa istirahat. Pada fenotipe ini
sindrom disfungsi pita suara bermasalah terutama
karena mengganggu kegiatan atletik. Meskipun
kebanyakan pasien dengan sindrom disfungsi pita suara
akan hanya memanifestasi pola 1 atau 2, beberapa
akan menunjukkan kedua patterns.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

20
Diagnosis disfungsi pita suara membutuhkan melihat pasien
sementara dia dalam gejala dan membedakan dari obstruksi
saluran napas bagian bawah. Kinerja spirometri dalam unit
gawat darurat sangat penting untuk menghindari kesalahan
diagnosis umum asma. Demonstrasi spirometric penurunan
rasio aliran mid inspiratory paksa (FIF50) ke mid aliran
expiratory paksa (FEF50), yang harus ≥ 1, secara visual
dibuktikan dengan mendatarnya bagian inspirasi dari loop
aliran-volume. Hal ini mengindikasikan obstruksi jalan napas
atas, yang dapat mencakup penyebab lain seperti stenosis
subglottic dan kelumpuhan pita suara. Fleksibel laringoskopi
serat optik atau bronkoskopi saat pasien ada gejala ini
kemudian penting untuk mengkonfirmasi diagnosis disfungsi
pita suara. Bisa menunjukkan beda disfungsi pita suara dari
kelumpuhan pita suara, yang juga dapat menyebabkan
gerakan pita suara paradoks.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

21
Pengobatan untuk fenotipe terjadi secara spontan dari
sindrom disfungsi pita suara oleh ahli patologi wicara yang
akrab dengan gangguan ini dalam teknik untuk secara
sukarela mengambil kendali dari pita suara, yang umumnya
efektif. Teknik-teknik tersebut, bagaimanapun, tidak praktis
bagi mereka yang latihan disfungsi pita suara, karena akan
memerlukan menghentikan kegiatan atletik yang mendorong
masalah, yang menghasilkan resolusi spontan gejala pula.
Aerosol antikolinergik (Atrovent inhaler), bila digunakan
sebelum berolahraga, mencegah disfungsi pita suara pada
pasien ini. Pengamatan ini konsisten dengan bukti bahwa
refluks vagal terlibat dalam pola dysfungsi pita suara.Untuk
kedua pola sindrom disfungsi pita suara, prospek jangka
panjang untuk resolusi atau akomodasi tampaknya favorable.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

22
Exercise-induced laryngomalacia dapat terjadi
dengan latihan disfungsi pita suara, tetapi obstruksi
jalan napas pada inspirasi berasal dari invaginasi
dari arytenoids bukan dari pergerakan pita suara
paradoks. Flexible laringoskopi pada waktu
direproduksi gejala sangat penting untuk
membedakan relatif latihan-induced laryngomalacia
dari disfungsi pita suara akibat olahraga.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

23
 Partial Airway Obstruction
• Penyebab mengi lain, obstruksi parsial dari bronkus dapat menyebabkan
mengi yang sering salah didiagnosis dan diobati sebagai asma. Sebuah
benda asing dalam bronkus merupakan salah satu penyebab dan harus
dibedakan dari plug lendir yang berhubungan dengan asma yang juga dapat
menghambat bronkus. Penyebab lain adalah bronchomalacia (Gambar 1) .
Paling sering dikaitkan dengan mengi pada bayi, bronchomalacia
menyebabkan sedikit gangguan pernapasan.
• Berbeda dengan plug lendir dari asma atau penyakit radang saluran napas
lain, penyebab obstruksi jalan napas parsial akan menyebabkan mengi
sepihak yang persisten, sedangkan mengi lokal dari plug lendir dapat
bervariasi dari waktu ke waktu kalau pasien batuk atau perubahan lokasi
lendir yang menyebabkan obstruksi jalan napas parsial.
• Kedua tracheomalacia dan bronchomalacia dapat terjawab saat
bronkoskopi di mana anestesi umum dan tekanan ventilasi positif menjaga
jalan napas terbuka saat bronkoskopi fleksibel dengan sedasi sadar dan
pernapasan spontan. Perjalanan alami bronchomalacia adalah resolusi
dengan usia, dengan meningkatnya saluran napas dalam ukuran.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

24
Sesak nafas yang bukan Asthma
 Hiperventilasi
Serangan hiperventilasi dapat menyerupai sesak pada
asma, menurut persepsi pasien maupun orang tua. Pasien
kurang familier membedakan sesak karena asma atau
serangan hiperventilasi. Spirometri pada saat pasien
mengalami gejala dapat membantu membedakan persepsi
dyspnea terkait dengan hiperventilasi atau sesak karena
asma. Dengan oksimetri nadi normal selama
respirasi, pengukuran darah-gas ambien udara yang
menunjukkan pH PCO2 tinggi dan rendah pada saat gejala
memberikan bukti yang mendukung untuk hiperventilasi.
Sedangkan spirometri dapat menentukan apakah gejala ini
karena asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

25
Kegelisahan
Dyspnea adalah persepsi kesulitan bernafas. Pasien
mungkin mengalami kerancuan membedakan
kesulitan mengambil napas atau bahwa mereka
sungguh sesak nafas fungsional. Menggunakan
indeks sensitivitas kecemasan, menunjukkan bahwa
kecemasan memainkan peran penting dalam
persepsi dyspnea, terlepas dari gangguan
pernapasan fisiologis.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

26
 Dispnea exertional
Dyspnea saat aktivitas pada anak-anak dan remaja yang sering
merupakan bagian dari perjalanan klinis asma. Namun, asma
jarang diagnosis bila ada dispnea saat aktivitas tanpa gejala
pernapasan selain selama exercise. Dalam sebuah penelitian
terhadap 142 anak-anak dan remaja dengan latihan-induced
dyspnea, sebelumnya didiagnosis dan diobati dengan tanpa
respon klinis. Ketika latihan treadmill dilakukan dengan
pemantauan cardiopulmonary 112 dari 142, latihan-induced
bronkospasme jarang terjadi meski telah direproduksi. Penyebab
paling umum dari latihan-induced dyspnea adalah keterbatasan
fisiologis pada pasien dengan berbagai pengkondisian
kardiovaskular. Persepsi mereka tentang dyspnea dihasilkan dari
asidosis laktat yang disebabkan ritme pernafasan yang terjadi
selama metabolisme anaerobik saat latihan melebihi apa yang
sering disebut ambang anaerobik ventilasi. Menurunkan pH dari
asidosis metabolik merangsang usaha untuk mengkompensasi
dengan meningkatkan ritme pernafasan dalam upaya untuk
meningkatkan pH dengan mengurangi PCO2. Peningkatan ritme
pernafasan dianggap sebagai dyspnea oleh pasien.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

27
Ringkasan
Meskipun asma merupakan penyebab umum dari
berbagai gejala pernapasan, batuk, mengi, dan sesak
napas atau dyspnea tidak selalu asma. Pengetahuan
tentang sejarah alam asma dan pengamatan respon
terhadap terapi harus cepat mengarah pada kecurigaan
bahwa diagnosa selain asma perlu dipertimbangkan.
Tes diagnostik yang tepat termasuk spirometri ketika
tanpa gejala, bronkoskopi fleksibel dengan sedasi
sadar, atau dengan anestesi umum, lavage
bronchoalveolar, dan pengujian latihan treadmill
dengan pemantauan cardiopulmonary umumnya dapat
menghasilkan diagnosa yang tepat dan pengobatan
yang lebih spesifik.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

28
Kepustakaan:
• Weinberger M, Abu-Hasan M: Pseudo Asthma:
When cough, wheezing and dyspnea are not
Asthma. Pediatrics, 2007; 120:4 855-864.

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

29
Thank You

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)

30

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asma
Dwi Zhagtris
 
Bronkiektasis
BronkiektasisBronkiektasis
Bronkiektasis
nurhiqmah
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
dini dimas
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Nola Hastuti
 

Was ist angesagt? (20)

Bronkitis & Bronkiektasis
Bronkitis & BronkiektasisBronkitis & Bronkiektasis
Bronkitis & Bronkiektasis
 
BRONKITIS
BRONKITISBRONKITIS
BRONKITIS
 
Askep abses paru
Askep abses paruAskep abses paru
Askep abses paru
 
Anggraeni putri tut 2
Anggraeni putri tut 2Anggraeni putri tut 2
Anggraeni putri tut 2
 
Askep pneumonia (1)
Askep pneumonia (1)Askep pneumonia (1)
Askep pneumonia (1)
 
Lp asma un revisi
Lp asma un revisiLp asma un revisi
Lp asma un revisi
 
CHRONIC OBTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD)
CHRONIC OBTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD)CHRONIC OBTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD)
CHRONIC OBTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD)
 
ASMA: patofisiologi Asthma
ASMA: patofisiologi AsthmaASMA: patofisiologi Asthma
ASMA: patofisiologi Asthma
 
Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asma
 
Patofisiologi asma
Patofisiologi asmaPatofisiologi asma
Patofisiologi asma
 
BRONCHIAL ASTHMA
BRONCHIAL ASTHMABRONCHIAL ASTHMA
BRONCHIAL ASTHMA
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Bronkiektasis
BronkiektasisBronkiektasis
Bronkiektasis
 
Asuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan PneumoniaAsuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan Pneumonia
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Askep pneumonia pipin
Askep pneumonia pipinAskep pneumonia pipin
Askep pneumonia pipin
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
 
Systema digestivus
Systema  digestivusSystema  digestivus
Systema digestivus
 

Andere mochten auch

Driving education 1
Driving education 1Driving education 1
Driving education 1
Amanda Lopez
 
Question 1
Question 1Question 1
Question 1
laceyu
 
Keek usernames and passwords
Keek usernames and passwordsKeek usernames and passwords
Keek usernames and passwords
bony895
 
National officer position descriptions 2013 2014
National officer position descriptions 2013 2014National officer position descriptions 2013 2014
National officer position descriptions 2013 2014
Nicole Sullivan
 
Keek video books
Keek video booksKeek video books
Keek video books
bony895
 
ALZHEIMER'SCARECENTER
ALZHEIMER'SCARECENTERALZHEIMER'SCARECENTER
ALZHEIMER'SCARECENTER
Susie-Vargas
 

Andere mochten auch (17)

Driving education 1
Driving education 1Driving education 1
Driving education 1
 
Presio hidrostatikoa
Presio hidrostatikoaPresio hidrostatikoa
Presio hidrostatikoa
 
Geography 5
Geography 5Geography 5
Geography 5
 
casp6 paper JMB2011
casp6 paper JMB2011casp6 paper JMB2011
casp6 paper JMB2011
 
Question 1
Question 1Question 1
Question 1
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Keek usernames and passwords
Keek usernames and passwordsKeek usernames and passwords
Keek usernames and passwords
 
Anatomie Topografică: Membrele inferioare
Anatomie Topografică: Membrele inferioareAnatomie Topografică: Membrele inferioare
Anatomie Topografică: Membrele inferioare
 
Fiziologie: Reglarea nervoasă
Fiziologie: Reglarea nervoasăFiziologie: Reglarea nervoasă
Fiziologie: Reglarea nervoasă
 
Fundamento conceptual n2
Fundamento conceptual n2Fundamento conceptual n2
Fundamento conceptual n2
 
Demand7 - Customer Acquisition Engine
Demand7 - Customer Acquisition EngineDemand7 - Customer Acquisition Engine
Demand7 - Customer Acquisition Engine
 
2015-Mar-02: AGO Fluxgate Data: Extracting value from an imperfect time series
2015-Mar-02: AGO Fluxgate Data: Extracting value from an imperfect time series2015-Mar-02: AGO Fluxgate Data: Extracting value from an imperfect time series
2015-Mar-02: AGO Fluxgate Data: Extracting value from an imperfect time series
 
National officer position descriptions 2013 2014
National officer position descriptions 2013 2014National officer position descriptions 2013 2014
National officer position descriptions 2013 2014
 
Keek video books
Keek video booksKeek video books
Keek video books
 
Anatomie: organul vestibulocohlear
Anatomie: organul vestibulocohlearAnatomie: organul vestibulocohlear
Anatomie: organul vestibulocohlear
 
Factores de riesgo
Factores de riesgoFactores de riesgo
Factores de riesgo
 
ALZHEIMER'SCARECENTER
ALZHEIMER'SCARECENTERALZHEIMER'SCARECENTER
ALZHEIMER'SCARECENTER
 

Ähnlich wie Sindroma pseudo asma (20)

Pneumonia_.ppt
Pneumonia_.pptPneumonia_.ppt
Pneumonia_.ppt
 
Bronkiektasis-HND.pdf
Bronkiektasis-HND.pdfBronkiektasis-HND.pdf
Bronkiektasis-HND.pdf
 
ppt pneumonia.pptx
ppt pneumonia.pptxppt pneumonia.pptx
ppt pneumonia.pptx
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Penyakit_Pernapasan.pptx
Penyakit_Pernapasan.pptxPenyakit_Pernapasan.pptx
Penyakit_Pernapasan.pptx
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
 
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdfLAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
 
Penyakit Pernapasan HIHKKNKNJHJBBMKKKN,KIJI
Penyakit Pernapasan HIHKKNKNJHJBBMKKKN,KIJIPenyakit Pernapasan HIHKKNKNJHJBBMKKKN,KIJI
Penyakit Pernapasan HIHKKNKNJHJBBMKKKN,KIJI
 
Askep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptxAskep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptx
 
CA Paru
CA Paru CA Paru
CA Paru
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
Tugas respirasi
Tugas respirasiTugas respirasi
Tugas respirasi
 
Dokep tito
Dokep titoDokep tito
Dokep tito
 
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Asma 01
Asma 01Asma 01
Asma 01
 
Lp dokep kel.ndariiiii
Lp dokep kel.ndariiiiiLp dokep kel.ndariiiii
Lp dokep kel.ndariiiii
 
Kelainan & penyakit sistem pernapasan
Kelainan & penyakit sistem pernapasanKelainan & penyakit sistem pernapasan
Kelainan & penyakit sistem pernapasan
 
TTTT.pptx
TTTT.pptxTTTT.pptx
TTTT.pptx
 

Mehr von Ariyanto Harsono

Best practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyBest practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapy
Ariyanto Harsono
 

Mehr von Ariyanto Harsono (20)

Pediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndromePediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndrome
 
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
 
Steven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TENSteven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TEN
 
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asmaRisiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
 
Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea
 
Vernal conjunctivitis
Vernal conjunctivitisVernal conjunctivitis
Vernal conjunctivitis
 
Rheumatic Fever
Rheumatic FeverRheumatic Fever
Rheumatic Fever
 
Juvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritisJuvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritis
 
Takayasu arteritis
Takayasu arteritisTakayasu arteritis
Takayasu arteritis
 
Ebola
EbolaEbola
Ebola
 
Sleroderma
SlerodermaSleroderma
Sleroderma
 
Best practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyBest practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapy
 
Best practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen ImmunotherapyBest practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen Immunotherapy
 
Atopic dermatitis update
Atopic dermatitis  updateAtopic dermatitis  update
Atopic dermatitis update
 
Kuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensiKuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensi
 
Penanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis AtopikPenanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis Atopik
 
Health economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in childrenHealth economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in children
 
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergiFormula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virusRespons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
 

Kürzlich hochgeladen

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

Sindroma pseudo asma

  • 1. Sindroma Pseudo Asma: batuk, mengi dan sesak nafas yang menyerupai Asma Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)
  • 2. PENDAHULUAN Batuk, mengi (dan suara pernapasan lainnya), dan dyspnea adalah gejala pernapasan umum yang berpotensi memiliki diferensial diagnosis yang luas.Karena asma merupakan gangguan sangat umum, gejala seperti ini sering merupakan akibat dari gangguan pernapasan berulang dan kronis. Meskipundibuktikan bahwa asma underdiagnosis, tujuan dari kajian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran bahwa masih banyak entitas umum menyerupai asma tetapi sebetulnya bukan asma Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 2
  • 3. Asma Asma adalah penyakit yang ditandai dengan hyperresponsiveness saluran napas terhadap berbagai rangsangan, yang mengakibatkan obstruksi jalan napas yang reversibel baik secara spontan atau sebagai akibat pengobatan.Obstruksi jalan napas adalah dari komponen variable:  spasme otot polos bronkus, peradangan yang mengakibatkan  edema dari mukosa pernapasan dan  sekresi lendir yang berlebihan. Gejala utamanya adalah batuk, mengi dan sesak nafas.Meskipun diagnosis asma sering mudah, ada beberapa entitas klinis menyerupai asma yang telah didiagnosis sebagai asma dan akibatnya diperlakukan tidak tepat. Dalam review ini dijelaskan beberapa entitas klinis, yang tampil dengan klinis menyerupai asma tetapi bukan asma, sekaligus menunjukkan metode diagnostik untuk mengidentifikasi sindrom pseudo-asma. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 3
  • 4. Kapan disebut bukan Asma Asma didiagnosa secara klinis dan diduga ketika ada batuk, mengi, atau dyspnea. Namun, gejala yang sama mungkin hasil penyebab lain. Meskipun untuk beberapa pasien gambaran klinis jelas gejalanya bukan asma, ada juga ketidakpastian diagnostik yang mirip dengan asma.Karakteristik yang membedakan asma adalah respon terhadap bronkodilator atau kortikosteroid. Untuk pasien yang usianya 6 tahun lebih yang sudah bisa melakukan tes, peningkatan yang substansial fungsiparu setelah pemberian bronkodilator aerosol atau pemberian singkat dosis tinggi sistemik kortikosteroid, 2 mg / kg dua kali sehari sampai maksimal 40 mg, mendukung diagnosis asma. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 4
  • 5. Batuk yang bukan Asma Asma adalah penyebab paling umum dari penyakit saluran napas peradangan kronis atau berulang dan penyebab utama batuk. Meskipun ada penyebab batuk yang bukan asma, sering kali perlu dibedakan apakah batuk karena Pertusis, dikenal di masa lalu sebagai batuk 100 hari, menyebabkan batuk berkepanjangan, dan kita telah melihat beberapa kasus di mana dokter perawatan primer memberi resep resep obat antiasma karena pertusis tidak dipertimbangkan. Sering dikirim ke poli Alergi dengan asma, karena klue diagnosis tidak diperhatikn. Bersifat spasmodik dan ada whooping setelah batuk atau mutah sangat karakteristik membedakan dengan asma, pertusis harus dicurigai untuk setiap batuk yang berlangsung selama> 2 minggu pada mereka yang tidak memiliki riwayat asma atau penyebab lain dari batuk kronis. Diagnosis dibuat paling mudah oleh polymerase chain reaction dari usap tenggorok untuk mendeteksi kuman pertusis. Tuberkulosis adalah kebalikan dengan pertussis. Dirawat lama dengan tuberkulosis sampai suatu saat terdengar wheezing, kemudian dikirim ke poli alergi dengan asma. Dua gambaran ini membuktikan bahwa masih ada kerancuan apakah batuk karena asma atau penyebab lain. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 5
  • 6.  Cystic Fibrosis Cystic fibrosis adalah penyakit kronis inflamasi saluran napas kedua selain asma, meskipun mekanisme peradangan saluran napas yang berbeda pada 2 penyakit ini, baik penyebab obstruksi jalan napas, batuk, mengi, dan dyspnea, setidaknya di antara penduduk kulit putih. Ini terjadi pada 1 di 2500 kelahiran hidup pada populasi keturunan Eropa utara dengan kejadian yang lebih rendah dalam kelompok etnik dan ras lain. Presentasi klinis klasik malabsorpsi tidak selalu ada, dan keparahan dan perkembangan penyakit saluran napas sangat bervariasi. Ada variabilitas sejauh mana> 1500 mutasi gen fibrosis transmembran regulator kistik mengubah saluran klorida dan hasil dalam manifestasi klinis. Akibatnya, gejala tidak timbul sampai remaja atau bahkan dewasa. Beberapa respon bronkodilator bahkan dapat dijumpai, meskipun fisiologi respon saluran napas berbeda dari asma. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 6
  • 7. Cystic fibrosis harus dicurigai bila gejala dan tanda-tanda penyakit radang saluran napas bertahan meskipun pemberian singkat dosis tinggi kortikosteroid sistemik diberikan. Diagnosis cystic fibrosis dibuat paling andal dengan melakukan pengukuran klorida keringat menggunakan metode iontophoresis pilocarpine kuantitatif klasik. Sebagian besar berbagai metode skrining yang menilai konduktivitas keringat tidak dapat diandalkan, karena mereka dapat memiliki hasil positif palsu atau negatif palsu. Untuk tes pengukuran klorida, duplikat koleksi setidaknya 75 mg diperlukan untuk filter cakram-kertas atau kain kassa, dan duplikat sampel 15-uL sudah cukup dengan kumparan koleksi Macroduct (WESCOR, Logan, UT) .Pengukuran 60 mEq / L klorida dengan kesepakatan substansial dalam kedua sampel umumnya diagnostik cystic fibrosis. Konsentrasi klorida keringat <40 mEq/L umumnya meyakinkan bahwa cystic fibrosis bukanlah penyebab penyakit peradangan saluran napas. Tingkat 40 sampai 60 mEq / L (> 30 mEq / L untuk bayi) harus dianggap cukup curiga bahwa analisis genetik dilakukan untuk kehadiran 2 mutasi dari gen regulator transmembran fibrosis kistik. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 7
  • 8.  Primary Ciliary Dyskinesia Primary ciliary dyskinesia langka tetapi harus dipertimbangkan bila batuk terus-menerus hampir sejak lahir, umumnya berkaitan dengan otitis media kronis. Derajat gangguan pernapasan neonatal umumnya ditemui. Ini mencakup berbagai kelainan pada struktur silia saluran napas dan/atau fungsi yang mengakibatkan tidak adanya pembersihan mukosiliar normal, yang merupakan mekanisme pertahanan bawaan yang penting bagi paru-paru. Aliran kontinu lapisan lendir mukosa pernafasan biasanya dikelola oleh gerakan berirama terkoordinasi sel epitel pernapasan bersilia. Tidak adanya hasil terkoordinasi gerakan ciliar di penyatuan lendir di saluran napas berhubungan dengan infeksi kronis. Batuk menahun perlahan-lahan berkembang menjadi bronkiektasis hasil dari cacat penyakit ini. Sebagian ditemui situs inversus totalis, dalam hal ini dikenal sebagai sindrom Kartagener. Seperti dengan fibrosis kistik, diskinesia ciliary primer tidak akan merespon obat antiasma. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 8
  • 9. Diagnosis harus dicurigai jika adanya situs inversus totalis, tetapi diagnosis definitif bisa sulit tanpa adanya kelainan anatomi yang nyata. Batuk ini biasanya ada sejak lahir setiap hari tanpa berfluktuasi seperti asma. Otitis media kronis adalah fitur lainyang karakteristik. Alat mendiagnosa klasik pemeriksaan struktur silia dengan mikroskop elektron. Namun banyak kesalahan dalam penafsiran. Pemeriksaan pergerakan silia terkoordinasi dari sampel epitel hidung atau trakea oleh cahaya atau mikroskop fase kontras merupakan cara yang lebih praktis evaluasi awal. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 9
  • 10.  Bronchitis Kronis purulen (bakteri) Bronkitis kronis purulen adalah entitas yang tidak diperhitungkan dan hanya jarang didiagnosis. Meskipun bronkitis bakteri kronis tentu merupakan karakteristik dari cystic fibrosis, ada anak-anak muda yang tidak memiliki kelainan kekebalan atau penyakit yang mendasari lain dan memiliki jangka waktu batuk dengan neutrophilia dan bakteri dalam saluran udara lebih rendah dibuktikan oleh lavage bronchoalveolar. Beberapa, terjadi bronchomalacia yang dapat memberikan kontribusi untuk kedua batuk dan retensi cairan di saluran napas bagian bawah, yang predisposisi anak mengalami infeksi sekunder. Bakteri yang paling sering diidentifikasi yang sama yang umumnya terkait dengan otitis media: Haemophilus spesies, Moraxella catarrhalis, dan Streptococcus pneumoniae. Meskipun responsif terhadap antibiotik yang tepat, beberapa akan memerlukan program berulang atau bahkan perawatan antibiotik profilaksis untuk periode yang diperpanjang. Resolusi dengan usia umum tanpa adanya gangguan host-pertahanan bawaan atau diperoleh. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 10
  • 11. Diagnosis memerlukan bronkoskopi fleksibel dan lavage bronchoalveolar dengan jumlah sel dan berbeda untuk bukti neutrophilia signifikan (> 10% dari total jumlah sel putih) dan kultur kuantitatif cairan lavage. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 11
  • 12.  Bronchomalacia dari lobus kanan atas (A) dan batang utama kanan (B).Tergantung pada derajat obstruksi yang disebabkan oleh malacia, baik batuk atau mengi ekspirasi monofonik dapat didengar. Obstruksi terjadi pada tekanan intrathoracic positif selama ekspirasi sementara tekanan negatif intratoraks selama inspirasi membuka jalan napas. Obstruksi jalan napas lengkap selama ekspirasi dapat menyebabkan emfisema lobar dari hiperinflasi lobus distal malacia tersebut. Penurunan pembersihan sekresi distal malacia mungkin berhubungan dengan bronkitis bakteri purulen. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 12
  • 13.  Tracheomalacia Perlunakan (kolaps) cincin tulang rawan trachea, yang menyebabkan batuk oleh setidaknya 2 mekanisme, dan diakibatkan pendukung dan bronchomalacia. Koplaps trakea atau batang utama bronkus-saat tekanan intrathoracic meningkat seperti pada pernafasan kuat atau batuk dapat menyebabkan dinding anterior dan posterior beradu kontak, yang menghasilkan fokus iritasi yang merangsang batuk lebih lanjut. Selain itu, sekret jalan napas, karena kolaps saluran napas itu pembersihan oleh epitel silia menjadi terhalang. Sekret kemudian bertindak sebagai stimulus lanjutan untuk batuk produktif. Meskipun tracheomalacia dan bronchomalacia dapat mengganggu pada bayi, beberapa kasus tidak menimbulkan masalah sampai kemudian pada masa anan-anak. Dalam kasus batuk parah keras yang dihasilkan dari tracheomalacia, memerlukan tindakan aortopexy bedah. Karena dinding trakea anterior terhubung ke arkus aorta dengan jaringan ikat, pada dasarnya menarik dinding anterior trakea ke depan, dengan demikian mempertahankan patensi lumen trakea Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 13
  • 14. Tracheomalacia, pelunakan cincin trakea yang menurunkan tingkat kekakuan saluran napas, terjadi sebagai akibat dari baik cacat dalam tulang rawan sendiri atau kompresi eksternal oleh pembuluh darah besar yang innominate arteri (juga dikenal sebagai batang brakiosefalika) menyilang sepertiga bagian bawah trakea, di mana tonjolan berdenyut sering dapat dilihat pada bronkoskopi. Ini adalah lokasi pada umumnya terjadi tracheomalacia, seperti dalam gambar ini. Batuk terus-menerus terjadi ketika kontak berulang dari dinding anterior dan posterior trakea menyebabkan fokus iritasi dengan konsekuensi batuk keras menggonggong yang merupakan karakteristik dari batuk trakea. Batuk juga bisa terjadi karena menurunnya efisiensi kliring sekresi yang dihasilkan dari kolaps jalan napas. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 14
  • 15.  Habit-Cough Syndrome Sindrom Kebiasaan-batuk adalah gangguan bermasalah yang umumnya diperlakukan sebagai asma yang sering menyebabkan morbiditas dan pengobatan tidak efektif. Manifestasi klasik sindrom kebiasaan-batuk adalah bahwa seorang dengan batuk keras, menggonggong, batuk berulang yang terjadi beberapa kali per menit selama berjam-jam. Hal ini sangat menjengkelkan bagi mereka di hadapan orang yang menderita gangguan ini. Karakteristik dari sindrom kebiasaanbatuk adalah tidak adanya batuk setelah pasien tidur. Meskipun pasien dengan gangguan ini sering mengalami beberapa tes diagnostik dan terapi dengan obat antiasthmatic, sindrom kebiasaan-batuk harus mudah didiagnosa oleh karakteristik sifat batuk menggonggong, pola berulang, serta tidak batuk ketika pasien tidur. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 15
  • 16.  Penyebab Batuk kronis lainnya Kami telah melihat beberapa penyebab sangat tidak biasa batuk kronis yang didiagnosis sebagai asma. Meskipun tidak sering ditemui, kesadaran entitas ini dapat mendorong pemeriksaan tambahan diperlukan ketika pola gejala dan respon terhadap pengobatan tidak konsisten dengan asma. Lidah yang kontak dengan epiglotis adalah penyebab batuk lama di anakusia 4 tahun yang gagal diobati untuk asma. Ini dapat divisualisasikan hanya selama bronkoskopi serat optik fleksibel sementara pasien berbaring di punggungnya. Anak meriwayatkan bahwa ia terbatuk karena dia merasakan sesuatu di belakang tenggorokannya. Batuknya sembuh dengan uvulectomy. Amandel menimpa anak lidah seorang gadis 3 tahun terlihat pada bronkoskopi dengan batuk kronis lama yang awalnya diperlakukan sebagai asma. Tonsilektomi menyembuhkan batuk dalam pasien dan pasien lain dengan temuan serupa. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 16
  • 17. Wheezing yang bukan Asthma Dalam mempertimbangkan mengi, penting untuk menghargai bahwa pasien, orang tua, dan bahkan dokter mengacu pada berbagai suara pernafasan sebagai "mengi" yang pada kenyataannya bukan wheezing. Mengi didefinisikan sebagai suara ekspirasi musikal terus menerus disebabkan oleh obstruksi jalan napas intrathoracic. Namun, orang tua akan menjelaskan suara berderak inspirasi atau stridor sebagai mengi, dan ada banyak laporan dari suara inspirasi dari obstruksi jalan nafas atas yang disebut mengi oleh tenaga medis dan salah didiagnosa sebagai asma Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 17
  • 18. Bronkiolitis Bronkiolitis biasanya menyerang bayi dan anak kecil. Dimulai dengan gejala flu-like disusul dengan sesak dan mengi. Penyebabnya biasanya respiratory syncitial virus (RSV) atau rhino virus (RV). Memberi gejala mirip asma karena defens mekanismenya menggunakan innate immunity yang melibatkan fagosit terutama eosinofil. Jadi peradangan yang timbul mirip peradangan pada asma. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 18
  • 19.  Vocal Cord Disfunction Disfungsi pita suara dapat terjadi karena berbagai sebab termasuk kompresi batang otak dari Chiari malformasi 1 atau kelumpuhan pita suara dari berbagai sebab. Sindrom disfungsi pita suara adalah gangguan fungsional dari pita suara, didiagnosis sebagai asma berdasarkan persepsi "mengi" oleh pasien atau orang tua. Suara pernapasan karena gangguan pita suara adalah benar-benar stridor inspirasi, bernada tinggi yang disebabkan oleh adduksi paradoks dari pita suara saat inspirasi. Hal ini tercermin dalam spirometri melacak menumpulan bagian inspirasi dari loop aliran volume dengan porsi ekspirasi yang normal menunjukkan obstruksi jalan nafas atas. Variasi yang kurang umum dari sindrom disfungsi pita suara memanifestasikan dirinya sebagai suara inspirasi dan ekspirasi abnormal terus menerus. Variasi kedua pita suara sindrom disfungsi ditandai dengan penutupan spasmodik dari pita suara dengan adduksi yang bertahan selama kedua inspirasi dan ekspirasi dan hasil ditandai menumpulan dari kedua loop inspirasi dan ekspirasi pada spirometri, yang menunjukkan obstruksi jalan napas atas. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 19
  • 20. Dua fenotip sindrom disfungsi pita suara telah diketahui. Satu dan lain hal terjadi secara spontan, dengan pasien mengalami dyspnea dan stridor inspirasi (sering dikemukakan pasien atau orang tua sebagai "mengi"). Fenotipe lainnya adalah reaksi yang terjadi hanya dengan olahraga, yang sering terlihat pada atlet remaja selama kegiatan aerobik kompetitif. Biasanya sementara dan lega secara spontan dengan masa istirahat. Pada fenotipe ini sindrom disfungsi pita suara bermasalah terutama karena mengganggu kegiatan atletik. Meskipun kebanyakan pasien dengan sindrom disfungsi pita suara akan hanya memanifestasi pola 1 atau 2, beberapa akan menunjukkan kedua patterns. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 20
  • 21. Diagnosis disfungsi pita suara membutuhkan melihat pasien sementara dia dalam gejala dan membedakan dari obstruksi saluran napas bagian bawah. Kinerja spirometri dalam unit gawat darurat sangat penting untuk menghindari kesalahan diagnosis umum asma. Demonstrasi spirometric penurunan rasio aliran mid inspiratory paksa (FIF50) ke mid aliran expiratory paksa (FEF50), yang harus ≥ 1, secara visual dibuktikan dengan mendatarnya bagian inspirasi dari loop aliran-volume. Hal ini mengindikasikan obstruksi jalan napas atas, yang dapat mencakup penyebab lain seperti stenosis subglottic dan kelumpuhan pita suara. Fleksibel laringoskopi serat optik atau bronkoskopi saat pasien ada gejala ini kemudian penting untuk mengkonfirmasi diagnosis disfungsi pita suara. Bisa menunjukkan beda disfungsi pita suara dari kelumpuhan pita suara, yang juga dapat menyebabkan gerakan pita suara paradoks. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 21
  • 22. Pengobatan untuk fenotipe terjadi secara spontan dari sindrom disfungsi pita suara oleh ahli patologi wicara yang akrab dengan gangguan ini dalam teknik untuk secara sukarela mengambil kendali dari pita suara, yang umumnya efektif. Teknik-teknik tersebut, bagaimanapun, tidak praktis bagi mereka yang latihan disfungsi pita suara, karena akan memerlukan menghentikan kegiatan atletik yang mendorong masalah, yang menghasilkan resolusi spontan gejala pula. Aerosol antikolinergik (Atrovent inhaler), bila digunakan sebelum berolahraga, mencegah disfungsi pita suara pada pasien ini. Pengamatan ini konsisten dengan bukti bahwa refluks vagal terlibat dalam pola dysfungsi pita suara.Untuk kedua pola sindrom disfungsi pita suara, prospek jangka panjang untuk resolusi atau akomodasi tampaknya favorable. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 22
  • 23. Exercise-induced laryngomalacia dapat terjadi dengan latihan disfungsi pita suara, tetapi obstruksi jalan napas pada inspirasi berasal dari invaginasi dari arytenoids bukan dari pergerakan pita suara paradoks. Flexible laringoskopi pada waktu direproduksi gejala sangat penting untuk membedakan relatif latihan-induced laryngomalacia dari disfungsi pita suara akibat olahraga. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 23
  • 24.  Partial Airway Obstruction • Penyebab mengi lain, obstruksi parsial dari bronkus dapat menyebabkan mengi yang sering salah didiagnosis dan diobati sebagai asma. Sebuah benda asing dalam bronkus merupakan salah satu penyebab dan harus dibedakan dari plug lendir yang berhubungan dengan asma yang juga dapat menghambat bronkus. Penyebab lain adalah bronchomalacia (Gambar 1) . Paling sering dikaitkan dengan mengi pada bayi, bronchomalacia menyebabkan sedikit gangguan pernapasan. • Berbeda dengan plug lendir dari asma atau penyakit radang saluran napas lain, penyebab obstruksi jalan napas parsial akan menyebabkan mengi sepihak yang persisten, sedangkan mengi lokal dari plug lendir dapat bervariasi dari waktu ke waktu kalau pasien batuk atau perubahan lokasi lendir yang menyebabkan obstruksi jalan napas parsial. • Kedua tracheomalacia dan bronchomalacia dapat terjawab saat bronkoskopi di mana anestesi umum dan tekanan ventilasi positif menjaga jalan napas terbuka saat bronkoskopi fleksibel dengan sedasi sadar dan pernapasan spontan. Perjalanan alami bronchomalacia adalah resolusi dengan usia, dengan meningkatnya saluran napas dalam ukuran. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 24
  • 25. Sesak nafas yang bukan Asthma  Hiperventilasi Serangan hiperventilasi dapat menyerupai sesak pada asma, menurut persepsi pasien maupun orang tua. Pasien kurang familier membedakan sesak karena asma atau serangan hiperventilasi. Spirometri pada saat pasien mengalami gejala dapat membantu membedakan persepsi dyspnea terkait dengan hiperventilasi atau sesak karena asma. Dengan oksimetri nadi normal selama respirasi, pengukuran darah-gas ambien udara yang menunjukkan pH PCO2 tinggi dan rendah pada saat gejala memberikan bukti yang mendukung untuk hiperventilasi. Sedangkan spirometri dapat menentukan apakah gejala ini karena asma. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 25
  • 26. Kegelisahan Dyspnea adalah persepsi kesulitan bernafas. Pasien mungkin mengalami kerancuan membedakan kesulitan mengambil napas atau bahwa mereka sungguh sesak nafas fungsional. Menggunakan indeks sensitivitas kecemasan, menunjukkan bahwa kecemasan memainkan peran penting dalam persepsi dyspnea, terlepas dari gangguan pernapasan fisiologis. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 26
  • 27.  Dispnea exertional Dyspnea saat aktivitas pada anak-anak dan remaja yang sering merupakan bagian dari perjalanan klinis asma. Namun, asma jarang diagnosis bila ada dispnea saat aktivitas tanpa gejala pernapasan selain selama exercise. Dalam sebuah penelitian terhadap 142 anak-anak dan remaja dengan latihan-induced dyspnea, sebelumnya didiagnosis dan diobati dengan tanpa respon klinis. Ketika latihan treadmill dilakukan dengan pemantauan cardiopulmonary 112 dari 142, latihan-induced bronkospasme jarang terjadi meski telah direproduksi. Penyebab paling umum dari latihan-induced dyspnea adalah keterbatasan fisiologis pada pasien dengan berbagai pengkondisian kardiovaskular. Persepsi mereka tentang dyspnea dihasilkan dari asidosis laktat yang disebabkan ritme pernafasan yang terjadi selama metabolisme anaerobik saat latihan melebihi apa yang sering disebut ambang anaerobik ventilasi. Menurunkan pH dari asidosis metabolik merangsang usaha untuk mengkompensasi dengan meningkatkan ritme pernafasan dalam upaya untuk meningkatkan pH dengan mengurangi PCO2. Peningkatan ritme pernafasan dianggap sebagai dyspnea oleh pasien. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 27
  • 28. Ringkasan Meskipun asma merupakan penyebab umum dari berbagai gejala pernapasan, batuk, mengi, dan sesak napas atau dyspnea tidak selalu asma. Pengetahuan tentang sejarah alam asma dan pengamatan respon terhadap terapi harus cepat mengarah pada kecurigaan bahwa diagnosa selain asma perlu dipertimbangkan. Tes diagnostik yang tepat termasuk spirometri ketika tanpa gejala, bronkoskopi fleksibel dengan sedasi sadar, atau dengan anestesi umum, lavage bronchoalveolar, dan pengujian latihan treadmill dengan pemantauan cardiopulmonary umumnya dapat menghasilkan diagnosa yang tepat dan pengobatan yang lebih spesifik. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 28
  • 29. Kepustakaan: • Weinberger M, Abu-Hasan M: Pseudo Asthma: When cough, wheezing and dyspnea are not Asthma. Pediatrics, 2007; 120:4 855-864. Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 29
  • 30. Thank You Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K) 30