Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi medis yang menyerupai gejala asma namun sebenarnya bukan asma, seperti sindrom pseudo asma, pertussis, tuberkulosis, fibrosis kistik, diskinesia silia primer, bronkitis kronis purulen, bronchomalacia, tracheomalacia, dan sindrom kebiasaan batuk. Dokumen ini menyarankan pentingnya mendiagnosis penyebab sebenarnya dari gejala batuk, sesak nafas, dan mengi untuk menceg
2. PENDAHULUAN
Batuk, mengi (dan suara pernapasan lainnya), dan
dyspnea adalah gejala pernapasan umum yang
berpotensi memiliki diferensial diagnosis yang
luas.Karena asma merupakan gangguan sangat
umum, gejala seperti ini sering merupakan akibat
dari gangguan pernapasan berulang dan kronis.
Meskipundibuktikan bahwa asma
underdiagnosis, tujuan dari kajian ini adalah
untuk meningkatkan kesadaran bahwa masih
banyak entitas umum menyerupai asma tetapi
sebetulnya bukan asma
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
2
3. Asma
Asma adalah penyakit yang ditandai dengan
hyperresponsiveness saluran napas terhadap berbagai
rangsangan, yang mengakibatkan obstruksi jalan napas yang
reversibel baik secara spontan atau sebagai akibat
pengobatan.Obstruksi jalan napas adalah dari komponen
variable:
spasme otot polos bronkus, peradangan yang mengakibatkan
edema dari mukosa pernapasan dan
sekresi lendir yang berlebihan.
Gejala utamanya adalah batuk, mengi dan sesak nafas.Meskipun
diagnosis asma sering mudah, ada beberapa entitas klinis
menyerupai asma yang telah didiagnosis sebagai asma dan
akibatnya diperlakukan tidak tepat. Dalam review ini dijelaskan
beberapa entitas klinis, yang tampil dengan klinis menyerupai
asma tetapi bukan asma, sekaligus menunjukkan metode
diagnostik untuk mengidentifikasi sindrom pseudo-asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
3
4. Kapan disebut bukan Asma
Asma didiagnosa secara klinis dan diduga ketika ada
batuk, mengi, atau dyspnea. Namun, gejala yang
sama mungkin hasil penyebab lain. Meskipun untuk
beberapa pasien gambaran klinis jelas gejalanya
bukan asma, ada juga ketidakpastian diagnostik yang
mirip dengan asma.Karakteristik yang membedakan
asma adalah respon terhadap bronkodilator atau
kortikosteroid. Untuk pasien yang usianya 6 tahun
lebih yang sudah bisa melakukan tes, peningkatan
yang substansial fungsiparu setelah pemberian
bronkodilator aerosol atau pemberian singkat dosis
tinggi sistemik kortikosteroid, 2 mg / kg dua kali
sehari sampai maksimal 40 mg, mendukung diagnosis
asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
4
5. Batuk yang bukan Asma
Asma adalah penyebab paling umum dari penyakit saluran napas
peradangan kronis atau berulang dan penyebab utama batuk. Meskipun
ada penyebab batuk yang bukan asma, sering kali perlu dibedakan apakah
batuk karena Pertusis, dikenal di masa lalu sebagai batuk 100
hari, menyebabkan batuk berkepanjangan, dan kita telah melihat
beberapa kasus di mana dokter perawatan primer memberi resep resep
obat antiasma karena pertusis tidak dipertimbangkan. Sering dikirim ke
poli Alergi dengan asma, karena klue diagnosis tidak diperhatikn. Bersifat
spasmodik dan ada whooping setelah batuk atau mutah sangat
karakteristik membedakan dengan asma, pertusis harus dicurigai untuk
setiap batuk yang berlangsung selama> 2 minggu pada mereka yang tidak
memiliki riwayat asma atau penyebab lain dari batuk kronis. Diagnosis
dibuat paling mudah oleh polymerase chain reaction dari usap tenggorok
untuk mendeteksi kuman pertusis. Tuberkulosis adalah kebalikan dengan
pertussis. Dirawat lama dengan tuberkulosis sampai suatu saat terdengar
wheezing, kemudian dikirim ke poli alergi dengan asma. Dua gambaran ini
membuktikan bahwa masih ada kerancuan apakah batuk karena asma
atau penyebab lain.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
5
6. Cystic Fibrosis
Cystic fibrosis adalah penyakit kronis inflamasi saluran napas
kedua selain asma, meskipun mekanisme peradangan
saluran napas yang berbeda pada 2 penyakit ini, baik
penyebab obstruksi jalan napas, batuk, mengi, dan
dyspnea, setidaknya di antara penduduk kulit putih. Ini
terjadi pada 1 di 2500 kelahiran hidup pada populasi
keturunan Eropa utara dengan kejadian yang lebih rendah
dalam kelompok etnik dan ras lain. Presentasi klinis klasik
malabsorpsi tidak selalu ada, dan keparahan dan
perkembangan penyakit saluran napas sangat bervariasi. Ada
variabilitas sejauh mana> 1500 mutasi gen fibrosis
transmembran regulator kistik mengubah saluran klorida
dan hasil dalam manifestasi klinis. Akibatnya, gejala tidak
timbul sampai remaja atau bahkan dewasa. Beberapa respon
bronkodilator bahkan dapat dijumpai, meskipun fisiologi
respon saluran napas berbeda dari asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
6
7. Cystic fibrosis harus dicurigai bila gejala dan tanda-tanda penyakit
radang saluran napas bertahan meskipun pemberian singkat dosis
tinggi kortikosteroid sistemik diberikan. Diagnosis cystic fibrosis
dibuat paling andal dengan melakukan pengukuran klorida
keringat menggunakan metode iontophoresis pilocarpine
kuantitatif klasik. Sebagian besar berbagai metode skrining yang
menilai konduktivitas keringat tidak dapat diandalkan, karena
mereka dapat memiliki hasil positif palsu atau negatif palsu. Untuk
tes pengukuran klorida, duplikat koleksi setidaknya 75 mg
diperlukan untuk filter cakram-kertas atau kain kassa, dan duplikat
sampel 15-uL sudah cukup dengan kumparan koleksi Macroduct
(WESCOR, Logan, UT) .Pengukuran 60 mEq / L klorida dengan
kesepakatan substansial dalam kedua sampel umumnya diagnostik
cystic fibrosis. Konsentrasi klorida keringat <40 mEq/L umumnya
meyakinkan bahwa cystic fibrosis bukanlah penyebab penyakit
peradangan saluran napas. Tingkat 40 sampai 60 mEq / L (> 30
mEq / L untuk bayi) harus dianggap cukup curiga bahwa analisis
genetik dilakukan untuk kehadiran 2 mutasi dari gen regulator
transmembran fibrosis kistik.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
7
8. Primary Ciliary Dyskinesia
Primary ciliary dyskinesia langka tetapi harus
dipertimbangkan bila batuk terus-menerus hampir sejak
lahir, umumnya berkaitan dengan otitis media kronis. Derajat
gangguan pernapasan neonatal umumnya ditemui. Ini
mencakup berbagai kelainan pada struktur silia saluran napas
dan/atau fungsi yang mengakibatkan tidak adanya
pembersihan mukosiliar normal, yang merupakan mekanisme
pertahanan bawaan yang penting bagi paru-paru. Aliran
kontinu lapisan lendir mukosa pernafasan biasanya dikelola
oleh gerakan berirama terkoordinasi sel epitel pernapasan
bersilia. Tidak adanya hasil terkoordinasi gerakan ciliar di
penyatuan lendir di saluran napas berhubungan dengan
infeksi kronis. Batuk menahun perlahan-lahan berkembang
menjadi bronkiektasis hasil dari cacat penyakit ini. Sebagian
ditemui situs inversus totalis, dalam hal ini dikenal sebagai
sindrom Kartagener. Seperti dengan fibrosis kistik, diskinesia
ciliary primer tidak akan merespon obat antiasma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
8
9. Diagnosis harus dicurigai jika adanya situs inversus
totalis, tetapi diagnosis definitif bisa sulit tanpa
adanya kelainan anatomi yang nyata. Batuk ini
biasanya ada sejak lahir setiap hari tanpa
berfluktuasi seperti asma. Otitis media kronis
adalah fitur lainyang karakteristik. Alat
mendiagnosa klasik pemeriksaan struktur silia
dengan mikroskop elektron. Namun banyak
kesalahan dalam penafsiran. Pemeriksaan
pergerakan silia terkoordinasi dari sampel epitel
hidung atau trakea oleh cahaya atau mikroskop fase
kontras merupakan cara yang lebih praktis evaluasi
awal.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
9
10. Bronchitis Kronis purulen (bakteri)
Bronkitis kronis purulen adalah entitas yang tidak diperhitungkan
dan hanya jarang didiagnosis. Meskipun bronkitis bakteri kronis
tentu merupakan karakteristik dari cystic fibrosis, ada anak-anak
muda yang tidak memiliki kelainan kekebalan atau penyakit yang
mendasari lain dan memiliki jangka waktu batuk dengan
neutrophilia dan bakteri dalam saluran udara lebih rendah
dibuktikan oleh lavage bronchoalveolar. Beberapa, terjadi
bronchomalacia yang dapat memberikan kontribusi untuk kedua
batuk dan retensi cairan di saluran napas bagian bawah, yang
predisposisi anak mengalami infeksi sekunder. Bakteri yang paling
sering diidentifikasi yang sama yang umumnya terkait dengan
otitis media: Haemophilus spesies, Moraxella catarrhalis, dan
Streptococcus pneumoniae. Meskipun responsif terhadap
antibiotik yang tepat, beberapa akan memerlukan program
berulang atau bahkan perawatan antibiotik profilaksis untuk
periode yang diperpanjang. Resolusi dengan usia umum tanpa
adanya gangguan host-pertahanan bawaan atau diperoleh.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
10
11. Diagnosis memerlukan bronkoskopi fleksibel
dan lavage bronchoalveolar dengan jumlah sel
dan berbeda untuk bukti neutrophilia
signifikan (> 10% dari total jumlah sel putih)
dan kultur kuantitatif cairan lavage.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
11
12. Bronchomalacia dari lobus kanan atas (A)
dan batang utama kanan (B).Tergantung
pada derajat obstruksi yang disebabkan
oleh malacia, baik batuk atau mengi
ekspirasi monofonik dapat didengar.
Obstruksi terjadi pada tekanan
intrathoracic positif selama ekspirasi
sementara tekanan negatif intratoraks
selama inspirasi membuka jalan napas.
Obstruksi jalan napas lengkap selama
ekspirasi dapat menyebabkan emfisema
lobar dari hiperinflasi lobus distal malacia
tersebut. Penurunan pembersihan sekresi
distal malacia mungkin berhubungan
dengan bronkitis bakteri purulen.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
12
13. Tracheomalacia
Perlunakan (kolaps) cincin tulang rawan trachea, yang
menyebabkan batuk oleh setidaknya 2 mekanisme, dan
diakibatkan pendukung dan bronchomalacia. Koplaps trakea atau
batang utama bronkus-saat tekanan intrathoracic meningkat
seperti pada pernafasan kuat atau batuk dapat menyebabkan
dinding anterior dan posterior beradu kontak, yang menghasilkan
fokus iritasi yang merangsang batuk lebih lanjut. Selain itu, sekret
jalan napas, karena kolaps saluran napas itu pembersihan oleh
epitel silia menjadi terhalang. Sekret kemudian bertindak sebagai
stimulus lanjutan untuk batuk produktif. Meskipun tracheomalacia
dan bronchomalacia dapat mengganggu pada bayi, beberapa
kasus tidak menimbulkan masalah sampai kemudian pada masa
anan-anak. Dalam kasus batuk parah keras yang dihasilkan dari
tracheomalacia, memerlukan tindakan aortopexy bedah. Karena
dinding trakea anterior terhubung ke arkus aorta dengan jaringan
ikat, pada dasarnya menarik dinding anterior trakea ke
depan, dengan demikian mempertahankan patensi lumen trakea
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
13
14. Tracheomalacia, pelunakan cincin trakea yang
menurunkan tingkat kekakuan saluran
napas, terjadi sebagai akibat dari baik
cacat dalam tulang rawan sendiri atau
kompresi eksternal oleh pembuluh darah
besar yang innominate arteri (juga dikenal
sebagai batang brakiosefalika) menyilang
sepertiga bagian bawah trakea, di mana
tonjolan berdenyut sering dapat dilihat
pada bronkoskopi. Ini adalah lokasi pada
umumnya terjadi tracheomalacia, seperti
dalam gambar ini. Batuk terus-menerus
terjadi ketika kontak berulang dari dinding
anterior dan posterior trakea
menyebabkan fokus iritasi dengan
konsekuensi batuk keras menggonggong
yang merupakan karakteristik dari batuk
trakea. Batuk juga bisa terjadi karena
menurunnya efisiensi kliring sekresi yang
dihasilkan dari kolaps jalan napas.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
14
15. Habit-Cough Syndrome
Sindrom Kebiasaan-batuk adalah gangguan bermasalah yang
umumnya diperlakukan sebagai asma yang sering
menyebabkan morbiditas dan pengobatan tidak efektif.
Manifestasi klasik sindrom kebiasaan-batuk adalah bahwa
seorang dengan batuk keras, menggonggong, batuk berulang
yang terjadi beberapa kali per menit selama berjam-jam. Hal
ini sangat menjengkelkan bagi mereka di hadapan orang yang
menderita gangguan ini. Karakteristik dari sindrom kebiasaanbatuk adalah tidak adanya batuk setelah pasien tidur.
Meskipun pasien dengan gangguan ini sering mengalami
beberapa tes diagnostik dan terapi dengan obat
antiasthmatic, sindrom kebiasaan-batuk harus mudah
didiagnosa oleh karakteristik sifat batuk menggonggong, pola
berulang, serta tidak batuk ketika pasien tidur.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
15
16. Penyebab Batuk kronis lainnya
Kami telah melihat beberapa penyebab sangat tidak biasa batuk
kronis yang didiagnosis sebagai asma. Meskipun tidak sering
ditemui, kesadaran entitas ini dapat mendorong pemeriksaan
tambahan diperlukan ketika pola gejala dan respon terhadap
pengobatan tidak konsisten dengan asma. Lidah yang kontak
dengan epiglotis adalah penyebab batuk lama di anakusia 4 tahun
yang gagal diobati untuk asma. Ini dapat divisualisasikan hanya
selama bronkoskopi serat optik fleksibel sementara pasien
berbaring di punggungnya. Anak meriwayatkan bahwa ia terbatuk
karena dia merasakan sesuatu di belakang tenggorokannya.
Batuknya sembuh dengan uvulectomy. Amandel menimpa anak
lidah seorang gadis 3 tahun terlihat pada bronkoskopi dengan
batuk kronis lama yang awalnya diperlakukan sebagai asma.
Tonsilektomi menyembuhkan batuk dalam pasien dan pasien lain
dengan temuan serupa.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
16
17. Wheezing yang bukan Asthma
Dalam mempertimbangkan mengi, penting untuk
menghargai bahwa pasien, orang tua, dan bahkan
dokter mengacu pada berbagai suara pernafasan
sebagai "mengi" yang pada kenyataannya bukan
wheezing. Mengi didefinisikan sebagai suara ekspirasi
musikal terus menerus disebabkan oleh obstruksi jalan
napas intrathoracic. Namun, orang tua akan
menjelaskan suara berderak inspirasi atau stridor
sebagai mengi, dan ada banyak laporan dari suara
inspirasi dari obstruksi jalan nafas atas yang disebut
mengi oleh tenaga medis dan salah didiagnosa sebagai
asma
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
17
18. Bronkiolitis
Bronkiolitis biasanya menyerang bayi dan anak
kecil. Dimulai dengan gejala flu-like disusul dengan
sesak dan mengi. Penyebabnya biasanya respiratory
syncitial virus (RSV) atau rhino virus (RV). Memberi
gejala mirip asma karena defens mekanismenya
menggunakan innate immunity yang melibatkan
fagosit terutama eosinofil. Jadi peradangan yang
timbul mirip peradangan pada asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
18
19. Vocal Cord Disfunction
Disfungsi pita suara dapat terjadi karena berbagai sebab termasuk
kompresi batang otak dari Chiari malformasi 1 atau kelumpuhan
pita suara dari berbagai sebab. Sindrom disfungsi pita suara adalah
gangguan fungsional dari pita suara, didiagnosis sebagai asma
berdasarkan persepsi "mengi" oleh pasien atau orang tua. Suara
pernapasan karena gangguan pita suara adalah benar-benar
stridor inspirasi, bernada tinggi yang disebabkan oleh adduksi
paradoks dari pita suara saat inspirasi. Hal ini tercermin dalam
spirometri melacak menumpulan bagian inspirasi dari loop aliran
volume dengan porsi ekspirasi yang normal menunjukkan
obstruksi jalan nafas atas. Variasi yang kurang umum dari sindrom
disfungsi pita suara memanifestasikan dirinya sebagai suara
inspirasi dan ekspirasi abnormal terus menerus. Variasi kedua pita
suara sindrom disfungsi ditandai dengan penutupan spasmodik
dari pita suara dengan adduksi yang bertahan selama kedua
inspirasi dan ekspirasi dan hasil ditandai menumpulan dari kedua
loop inspirasi dan ekspirasi pada spirometri, yang menunjukkan
obstruksi jalan napas atas.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
19
20. Dua fenotip sindrom disfungsi pita suara telah
diketahui. Satu dan lain hal terjadi secara
spontan, dengan pasien mengalami dyspnea dan
stridor inspirasi (sering dikemukakan pasien atau orang
tua sebagai "mengi"). Fenotipe lainnya adalah reaksi
yang terjadi hanya dengan olahraga, yang sering
terlihat pada atlet remaja selama kegiatan aerobik
kompetitif. Biasanya sementara dan lega secara
spontan dengan masa istirahat. Pada fenotipe ini
sindrom disfungsi pita suara bermasalah terutama
karena mengganggu kegiatan atletik. Meskipun
kebanyakan pasien dengan sindrom disfungsi pita suara
akan hanya memanifestasi pola 1 atau 2, beberapa
akan menunjukkan kedua patterns.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
20
21. Diagnosis disfungsi pita suara membutuhkan melihat pasien
sementara dia dalam gejala dan membedakan dari obstruksi
saluran napas bagian bawah. Kinerja spirometri dalam unit
gawat darurat sangat penting untuk menghindari kesalahan
diagnosis umum asma. Demonstrasi spirometric penurunan
rasio aliran mid inspiratory paksa (FIF50) ke mid aliran
expiratory paksa (FEF50), yang harus ≥ 1, secara visual
dibuktikan dengan mendatarnya bagian inspirasi dari loop
aliran-volume. Hal ini mengindikasikan obstruksi jalan napas
atas, yang dapat mencakup penyebab lain seperti stenosis
subglottic dan kelumpuhan pita suara. Fleksibel laringoskopi
serat optik atau bronkoskopi saat pasien ada gejala ini
kemudian penting untuk mengkonfirmasi diagnosis disfungsi
pita suara. Bisa menunjukkan beda disfungsi pita suara dari
kelumpuhan pita suara, yang juga dapat menyebabkan
gerakan pita suara paradoks.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
21
22. Pengobatan untuk fenotipe terjadi secara spontan dari
sindrom disfungsi pita suara oleh ahli patologi wicara yang
akrab dengan gangguan ini dalam teknik untuk secara
sukarela mengambil kendali dari pita suara, yang umumnya
efektif. Teknik-teknik tersebut, bagaimanapun, tidak praktis
bagi mereka yang latihan disfungsi pita suara, karena akan
memerlukan menghentikan kegiatan atletik yang mendorong
masalah, yang menghasilkan resolusi spontan gejala pula.
Aerosol antikolinergik (Atrovent inhaler), bila digunakan
sebelum berolahraga, mencegah disfungsi pita suara pada
pasien ini. Pengamatan ini konsisten dengan bukti bahwa
refluks vagal terlibat dalam pola dysfungsi pita suara.Untuk
kedua pola sindrom disfungsi pita suara, prospek jangka
panjang untuk resolusi atau akomodasi tampaknya favorable.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
22
23. Exercise-induced laryngomalacia dapat terjadi
dengan latihan disfungsi pita suara, tetapi obstruksi
jalan napas pada inspirasi berasal dari invaginasi
dari arytenoids bukan dari pergerakan pita suara
paradoks. Flexible laringoskopi pada waktu
direproduksi gejala sangat penting untuk
membedakan relatif latihan-induced laryngomalacia
dari disfungsi pita suara akibat olahraga.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
23
24. Partial Airway Obstruction
• Penyebab mengi lain, obstruksi parsial dari bronkus dapat menyebabkan
mengi yang sering salah didiagnosis dan diobati sebagai asma. Sebuah
benda asing dalam bronkus merupakan salah satu penyebab dan harus
dibedakan dari plug lendir yang berhubungan dengan asma yang juga dapat
menghambat bronkus. Penyebab lain adalah bronchomalacia (Gambar 1) .
Paling sering dikaitkan dengan mengi pada bayi, bronchomalacia
menyebabkan sedikit gangguan pernapasan.
• Berbeda dengan plug lendir dari asma atau penyakit radang saluran napas
lain, penyebab obstruksi jalan napas parsial akan menyebabkan mengi
sepihak yang persisten, sedangkan mengi lokal dari plug lendir dapat
bervariasi dari waktu ke waktu kalau pasien batuk atau perubahan lokasi
lendir yang menyebabkan obstruksi jalan napas parsial.
• Kedua tracheomalacia dan bronchomalacia dapat terjawab saat
bronkoskopi di mana anestesi umum dan tekanan ventilasi positif menjaga
jalan napas terbuka saat bronkoskopi fleksibel dengan sedasi sadar dan
pernapasan spontan. Perjalanan alami bronchomalacia adalah resolusi
dengan usia, dengan meningkatnya saluran napas dalam ukuran.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
24
25. Sesak nafas yang bukan Asthma
Hiperventilasi
Serangan hiperventilasi dapat menyerupai sesak pada
asma, menurut persepsi pasien maupun orang tua. Pasien
kurang familier membedakan sesak karena asma atau
serangan hiperventilasi. Spirometri pada saat pasien
mengalami gejala dapat membantu membedakan persepsi
dyspnea terkait dengan hiperventilasi atau sesak karena
asma. Dengan oksimetri nadi normal selama
respirasi, pengukuran darah-gas ambien udara yang
menunjukkan pH PCO2 tinggi dan rendah pada saat gejala
memberikan bukti yang mendukung untuk hiperventilasi.
Sedangkan spirometri dapat menentukan apakah gejala ini
karena asma.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
25
26. Kegelisahan
Dyspnea adalah persepsi kesulitan bernafas. Pasien
mungkin mengalami kerancuan membedakan
kesulitan mengambil napas atau bahwa mereka
sungguh sesak nafas fungsional. Menggunakan
indeks sensitivitas kecemasan, menunjukkan bahwa
kecemasan memainkan peran penting dalam
persepsi dyspnea, terlepas dari gangguan
pernapasan fisiologis.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
26
27. Dispnea exertional
Dyspnea saat aktivitas pada anak-anak dan remaja yang sering
merupakan bagian dari perjalanan klinis asma. Namun, asma
jarang diagnosis bila ada dispnea saat aktivitas tanpa gejala
pernapasan selain selama exercise. Dalam sebuah penelitian
terhadap 142 anak-anak dan remaja dengan latihan-induced
dyspnea, sebelumnya didiagnosis dan diobati dengan tanpa
respon klinis. Ketika latihan treadmill dilakukan dengan
pemantauan cardiopulmonary 112 dari 142, latihan-induced
bronkospasme jarang terjadi meski telah direproduksi. Penyebab
paling umum dari latihan-induced dyspnea adalah keterbatasan
fisiologis pada pasien dengan berbagai pengkondisian
kardiovaskular. Persepsi mereka tentang dyspnea dihasilkan dari
asidosis laktat yang disebabkan ritme pernafasan yang terjadi
selama metabolisme anaerobik saat latihan melebihi apa yang
sering disebut ambang anaerobik ventilasi. Menurunkan pH dari
asidosis metabolik merangsang usaha untuk mengkompensasi
dengan meningkatkan ritme pernafasan dalam upaya untuk
meningkatkan pH dengan mengurangi PCO2. Peningkatan ritme
pernafasan dianggap sebagai dyspnea oleh pasien.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
27
28. Ringkasan
Meskipun asma merupakan penyebab umum dari
berbagai gejala pernapasan, batuk, mengi, dan sesak
napas atau dyspnea tidak selalu asma. Pengetahuan
tentang sejarah alam asma dan pengamatan respon
terhadap terapi harus cepat mengarah pada kecurigaan
bahwa diagnosa selain asma perlu dipertimbangkan.
Tes diagnostik yang tepat termasuk spirometri ketika
tanpa gejala, bronkoskopi fleksibel dengan sedasi
sadar, atau dengan anestesi umum, lavage
bronchoalveolar, dan pengujian latihan treadmill
dengan pemantauan cardiopulmonary umumnya dapat
menghasilkan diagnosa yang tepat dan pengobatan
yang lebih spesifik.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
28
29. Kepustakaan:
• Weinberger M, Abu-Hasan M: Pseudo Asthma:
When cough, wheezing and dyspnea are not
Asthma. Pediatrics, 2007; 120:4 855-864.
Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)
29