Karya Tulis Ilmiah Seks Bebas dan Penutupan Lokalisasi Ngujang
1. Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Dan Pandangan Seks Bebas
4.1.1 Pengertian Seks Menurut Ahli
Seks dalam pengertian sesungguhnya sangat berbeda jauh dengan yang
dipahami remaja. Secara teoritis, Sigmun Freud (Kartono, 2007:221), menyatakan
bahwa seks merupakan “libido sexualis”, yaitu energi psikis yang ikut mendorong
manusia untuk aktif bertingkah laku. Tidak hanya berbuat di bidang seks saja, yaitu
melakukan relasi seksual atau bersenggama/berhubungan badan, akan tetapi juga
melakukan kegiatan-kegiatan nonseksual seperti berprestasi di berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Tetapi akibat kesalahpahaman terhadap seks berikut dimensi-dimensinya,
seks secara negatif berkembangan pada remaja, para remaja tidak segan atau takut
memanfaatkan ruang dan waktu untuk menjalin relasi seksual dengan pasangannya
masing-masing.
Pengertian seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang
didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika
dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem
norma yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan menurut Desmita (2005) pengertian
seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang
berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai
melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma
karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.
Nevid (1995) mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan
seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan
secara fisik. Maslow (dalam Hall & Lindzey, 1993) bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan
yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis
mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang
bersifat instinktif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh
individu, terutama dorongan seks.
2. Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
4.1.2 Pandangan Seks Bebas Menurut Ahli
Dalam peta keilmuan, seks bebas dapat digolongkan dalam paradigma atau
hipotesis fakta sosial karena menyangkut nilai dan norma, sebagaimana dikemukakan
Durkheim (Ritzer, 2010:14). Maka sebagai fakta sosial, seks yang dilakukan atas dasar
keinginan untuk memperoleh kesenangan/kenikmatan, dan bukan untuk dipertukarkan
dengan sesuatu yang lain, misalnya melayani untuk menyenangkan orang lain sehingga
memperoleh upah dari hal tersebut. Dalam perspektif ini, seks bebas merupakan salah
satu bentuk pelanggaran nilai dan norma kebudayaan masyarakat. Nilai berarti kualitas
sistem sosial masyarakat, sedangkan norma adalah tata tertib atau aturan-aturan standar
yang menjadi pegangan masyarakat dalam bertingkahlaku agar terwujud keteraturan
sosial (normatif). Namun demikian, seks bebas sebagai bentuk penyimpangan perilaku,
tentu saja perlu ditinjau dari paradigma atau hipotesis perilaku sosial.
Ketidakpedulian atau ketidakberfungsian struktur (pemerintah dan masyarakat)
selaku social control menyebabkan seseorang merasa bebas berbuat apa saja yang
mereka senangi dengan anggapan sepanjang tidak merugikan orang lain. Hal tersebut
sangat dimungkinkan akibat industrialisasi, menyebabkan masyarakat cenderung
bersikap individualistik, tidak peduli dengan situasi dan kondisi perkembangan
lingkungan sosial, darinya menyebabkan perubahan tingkahlaku pada periode
berikutnya, sehingga tatanan kehidupan masyarakat dapat dipengaruhi oleh perilaku
seks bebas. Dengan demikian, seks yeng terjadi di masyarakat merupakan masalah
sosial yang perlu dicarikan pemecahan masalah dan penanggulangannya, sehingga
tidak terseret jauh terhadap pelanggaran-pelanggaran normatif tersebut. Menurut Phelp
(Abdusyani, 2007:183) penyebab timbulnya masalah sosial antara lain karena faktor
ekonomi, yaitu kemiskinan dan pengangguran, disamping itu juga faktor biologis,
faktor psikologis, dan faktor kebudayaan.
Diasumsikan bahwa, seks bebas pada dasarnya merupakan masalah sosial
(patologis). Tiga alasan utama mengapa hal tersebut dinyatakan sebagai masalah sosial,
yaitu: (1) seks bebas merupakan penyimpangan perilaku yang bersifat normatif,
(2) penanggulangan seks bebas memerlukan perhatian, keseriusan, kepedulian,
dan kerjasama dari berbagai pihak (pemerintah dan masyarakat), dan (3) adanya
keprihatinan masyarakat terhadap perkembangan seks bebas, sehingga perlu adanya
upaya-upaya dan langkah nyata dalam penanggulangannya.
3. Manusia sebagai subkultur dalam masyarakat tidak terlepas dari suatu perilaku
(Atribusi) yang dibentuk dari berbagai faktor, baik dari dalam diri seperti sikap,
ataupun sifat-sifat tertentu, maupun dari luar diri (ekstern), yaitu situasi. Perilaku yang
dalam pandangan sosiologis disebut sebagai atribusi, oleh Fritz Heider (Walgito,
2003:59) menyebutkan bahwa, perilaku dapat disebabkan oleh faktor internal (atribusi
internal) dan faktor eksternal (atribusi eksternal).
Menurut Walgito (2003:59), dalam perspektif teori atribusi menekankan
pengetahuan tentang orang-orang yang ada di sekitar kita melalui beberapa cara, yaitu
(1) dengan melihat apa yang ditampakkan oleh yang bersangkutan secara fisik,
misalnya cara berpakaian, atau cara penampilan diri (2) langsung menanyakan kepada
yang bersangkutan, misalnya tentang pemikirannya, motifnya, dan (3) dari perilaku
orang yang bersangkutan, over action, sekaligus menjadi sumber terpenting dari yang
bersangkutan.
Perkembangan seks bebas pada saat ini paling tidak dipengaruhi oleh tiga
proses, yaitu: a) sekulerisasi, b) globalisasi dan modernisasi, serta c) westernisasi
(Sahaka, 2007:21). Dapat di interpretasikan bahwa, proses sekulerisasi yang
menempatkan agama sebagai pemasung nilai-nilai intelektual dan kebebasan manusia
menyebabkan terjadinya pertentangan antara pemenuhan kepentingan duniawi manusia
dan nilai-nilai ajaran agama yang seharusnya menjadi acuan normatif dalam
berkehidupan. Proses globalisasi dan westernisasi. Perkembangan yang terjadi di
berbagai aspek dan sektor kehidupan manusia membawa suatu perubahan kehidupan.
Manusia melakukan kegiatan ekonomi hingga tingkat global, melahirkan kegiatan
pariwisata yang menyebabkan orang melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia.
Dalam perkembangannya, mereka yang melakukan perjalanan pariwisata tanpa
disadari membawa kebiasaan atau kebudayaannya ke negara atau daerah tujuan wisata.
Pada akhirnya, masyarakat yang ada di daerah tujuan wisata tersebut menganggap apa
yang dibawa wisatawan merupakan hal-hal positif, hingga membanggakannya. Cara
hidup dan kebudayaan Barat ditiru mentah-mentah dengan mengenyampingkan
kebudayaan lokal. Dengan kata lain, masyarakat menerimanya tanpa menggunakan
kebudayaan lokal sebagai filternya, dampaknya melahirkan gaya hidup kebarat-baratan.
Kedudukan remaja dalam hal ini sebagai pihak yang paling rentan terhadap
perubahan akibat adanya kegiatan perjalanan dan kegiatan pariwisata, menjadi sangat
penting untuk dberikan pemahaman akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal,
sehingga tidak tercemari oleh gaya hidup kebarat-baratan tersebut.
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
4. 4.2 Keadaan Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Sebelum Penggusuran
Lokalisasi Ngujang
Seks bebas di Tulungagung sebelum penggusuran Lokalisasi Ngujang,
aktifitasnya terpusat dan hanya di daerah Lokalisasi Ngujang dan sekitarnya. Jadi
dalam penyebarannya tidak sulit ditemukan dan pengendaliannya lebih mudah. Dalam
perkembanganya PSK termasuk predikat sumpah masyarakat yang perlu dipahami
bahwa penyandang predikat itu adalah manusia, bukan penyakit, bukan sampah.
Tabel 1. Data Jumlah PSK Di Sejumlah Lokalisasi Di Tulungaung Berdasarkan
Domisili Tinggal
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
Lokalisasi
Domisili
No.
Tulungagung Luar T.Agung Jumlah Total
Ʃ % Ʃ % Ʃ %
1.
2.
3.
Kaliwungu
Ngujang
Lain-lain
13
21
16
17
26,6
20,5
5
13
10
6
17
12,9
18
34
26
23
43,6
33,4
Ʃ Total 50 64,1 28 35,9 78 100
Sumber: Penelitian tanggal 22 Maret 2014
Beradasarkan Tabel. 1 dapat diketahui dan dideskripsikan bahwa Lokalisasi Kaliwungu
memiliki jumlah PSK sebesar 18 jiwa dengan prosentase 23%, yang terdiri dari
domisili di Tulungagung sebesar 13 jiwa dengan prosentase 17%, dan domisili di luar
Tulungagung sebesar 5 jiwa dengan prosentase 6%, lalu Lokalisasi Ngujang memiliki
jumlah PSK sebesar 34 jiwa dengan prosentase 43,6%, yang terdiri dari domisili di
Tulungagung sebesar 21 jiwa dengan prosentase 26,6%, dan domisili di luar
Tulungagung sebesar 13 jiwa dengan prosentase 17%, dan Lain-lain (Warung remang-remang
semi permanen) di Bago, Rel Kereta Api, dan lain lain memiliki jumlah PSK
sebesar 26 jiwa dengan prosentase 33,4%, yang terdiri dari domisili di Tulungagung
sebesar 16 jiwa dengan prosentase 20,5%, dan domisili di luar Tulungagung sebesar 10
jiwa dengan prosentase 12,9%. Total jumlah PSK di Tulungagung yang terdata sebesar
78 jiwa dengan prosentase 100%. Dari sini dapat dismpulkan bahwa PSK dilokalisasi
Kaliwungu berjumlah ¼ jumlah PSK di Tulungagung. Dan yang terbesar ada di
Lokalisasi Ngujang yang memiliki jumlah terbanyak dengan jumlah total hampir
separuh dari jumlah keseluruhan PSK yang tercatat berdasarkan sumber yang diolah
dan dicari kebenarannya.
5. Tabel 2. Data PSK Tahun 2014 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
Tidak Tamat SD/Sederajat
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Taman SLTA/Sederajat
11
23
37
7
14
29,5
47,5
9
Ʃ Total 78 100
Sumber: Tulungagung dalam angka 2014
Berdasarkan Tabel 2. Dapat diketahui dan dideskripsikan tingkat pendidikan PSK di
Tulungagung yaitu sebagai berikut: Jumlah PSK tidak tamat SD/sederajat sebesar 11
jiwa dengan posentase 14 %, Tamat SD/sederajat sebesar 23 jiwa dengan prosentase
29,5%, Tamat SLTP/sederajat sebesar 37 jiwa dengan prosentase 47,5%, Tamat
SLTA/sederajat sebesar 7 jiwa dengn prosentase 9%. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan 50% dari jumlah PSK di Tulungagung tergolong Produktif berdasarkan
tingkat pendidikan dan memiliki kemampuan untuk membuka usaha lain dan
melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi. Karena tingakt SLTP/Sederajat sudah
dapat memiliki pekerjaan yang layak.
Mayoritas dari PSK di Tulungagung tingkat pendidikan terbesarnya adalah
tamat SLTP/Sederajat. Banyak faktor pula para PSK yang tidak tamat SD/sederajat
enggan untuk melanjutkan pendidikan. Salah satunta adalah faktor ekonomi, pengaruh
seks, dan selai itu juga dikarenakan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
pendidikan masih amat sangat rendah. Hal itu terutama banyak dijumpai pada PSK
yang berumur dewasa 30-40 tahun. Sedangkan PSK dengan tingkat pendidikan
SLTP/sederajat cukup besar, sedangkan pendidikan di SLTA/sederajat masih rendah.
Tabel 3. PSK Lokalisasi Ngujang Tahun 2014 Berdasarkan Usia
No. Usia Frekuensi Prosentase (%)
1.
11 - 20 tahun
8
23,5
2.
21 - 30 tahun
14
41
3.
31 - 40 tahun
5
14,5
4.
41 - 50 tahun
7
21
Ʃ Total 34 100
Sumber: Rehabilitasi Tulungagung Tahun 2014
6. Berdasarkan Tabel 3. Dapat diketahui dan dideskripsikan sebagai berikut: Jumlah PSK
usia 11 - 20 tahun sebesar 8 jiwa dengan prosentase 23,5%, usia 21 – 30 tahun sebesar
14 jiwa dengan prosentase 41%, usia 31 - 40 tahun sebesar 5 jiwa dengan prosentase
14,5%, usia 41 – 50 tahun sebesar 7 jiwa dengan prosentasi 21%. Total jumlah PSK
yang terdapat di Lokalisasi Ngujang sebesar 34 jiwa dengan prosentasi 100%Dari sini
dapat dilihat terdapat banyak PSK yang memiliki usia yang masih produktif dari usia
20 – 40 tahun yang bisa mendapatkan lapangan kerja.
4.3 Keadaan Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi
Ngujang
Berdasarkan surat edaran nomor 260/15612/031/2011 tertanggal 20 Desember
2011 menginstruksikan agar seluruh kabupaten/kotamadya untuk menutup lokalisasi
pelacuran. Penutupan lokalisasi pelacuran ini harus dilakukan secara bertahap, mulai
dari pembinaan mental spiritual, pelatihan ketrampilan hingga pemberian modal
stimulan kepada wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi. Dalam surat edaran,
Gubernur juga mengatakan, penanganan lokalisasi pelacuran harus secara konkret dan
terukur. Artinya, harus ada langkah-langkah konkret mulai pencegahan, pengentasan,
pengurangan, sampai penutupan dilakukan secara bertahap. Disamping itu pembubaran
lokalisasi itu harus melibatkan elemen masyarakat yang peduli terhadap penanganan
lokalisasi WPS.
Sementara itu, Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA Nasional) menolak
tempat pelacuran atau prostitusi ditutup atau dibubarkan. Pembubaran lokalisasi dinilai
tidak akan menyelesaikan masalah HIV dan AIDS tapi justru mempersulit
pengendalian penyebaran penyakit tersebut. Namun, Pemerintah juga mencanangkan
program kerja yaitu pemberdayaan eks-PSK untuk membuka lapangan pekerjaan baru.
Alih profesi para PSK dapat dilakukan dengan cara memberikan bekal keterampilan
kepada para PSK tersebut pasca penutupan atau pembubaran, bukan saat para PSK
tersebut aktif menjadi PSK, hal ini disebabkan jika pemberian bekal keterampilan
dilakukan pasca penutupan atau pembubaran, para bekas PSK akan lebih fokus dan
lebih bersungguh-sungguh untuk menekuni profesi baru yang lebih bermartabat, begitu
juga dengan para germo/mucikari dan orang orang yang menggantungkan hidupnya
dari bisnis tersebut.
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
7. Tabel 3. Data Pekerjaan Baru PSK Tahun 2014
No. Mata Pencaharian Baru Frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
Salon
Pedagang
Pengagguran
Profesi Lain
Tidak Terdata
14
27
8
11
18
18
34,75
10,25
14
23
Ʃ Total 78 100
Sumber: Rehabilitasi Tulungagung Tahun 2014
Berdasarkan tabel 3. Dapat diketahui dan dideskripsikan bahwa pekerjaan baru yang
dilaksanakan dengan sejumlah pekerjaan lain yaitu sebagai berikut: Jumlah PSK
dengan pekerjaan Salon sebesar 14 jiwa dengan prosentase 18%, Pedagang sebesar 27
jiwa denga prosentase 34,75%, Pengagguran sebesar 8 jiwa dengan prosentase 10,25%,
Profesi Lain sebesar 11 jiwa dengan prosentase 14% dan tidak terdata 23%. Dapat
disimpulkan dari perbyataan diatas adalah mayoritas PSK di Tulungagung beralih
profesi sebagai pedagang. Dan hampir 1/5 jumlah PSK di Tulungagung beralih profesi
dengan membuka salon kecantikan. Namun juga ada yang pengagguran karena telah
keluar dari Lokalisasi masih belum memiliki pekerjaan. Sedangkan hampri ¼ dari PSK
di Tulungagung tidak terdata alih profesi. Diprediksi bahwa PSK yang tidak terdata
melakukan kegiatan yang sama yaitu sebagai Pekerja Seks Komersial.
Sebenarnya pemerintah Tulungagung telah melakukan penggusuran di dua
lokalisasi besar di Tulungagung yaitu lokalisasi Ngujang dan lokalisasi Kali Wungu.
Namun masih banyak PSK yang tidak mau pindah dari tempat tersebut dan kembali
membangun lokalisasi kecil meskipun lokalisasi tersebut telah dibangun kios-kios oleh
pemerintah. Kurangnya peran sosialisasi dan tidak adanya pekerjaan lain bagi para
PSK membuat mereka bertahan. Maka dari itu pemerintah harus benar-benar serius
untuk menanganinya agar lokalisasi dapat benar-benar ditutup. Dan dengan ditutupnya
lokalisasi maka akan dapat meminimalisir aktivitas seks bebas di Tulungagung.
Pencegahan penyebaran HIV dan IMS (Infeksi menular seksual) bukan sekedar
mendata jumlah PSK yang ada dilokalisasi, mendata tempat tinggal dan aktifitas pasca
pembubaran lokalisasi, namun seharusnya juga laki-laki yang telah menikmati PSK
tersebut juga harus didata, seharusnya dilokalisasi juga disediakan
semacam resepsionis untuk mendata semua tamu yang berkunjung.
8. 4.4 Dampak Sosiologis Yang Dirasakan Masyarakat Sekitar Tempat Lokalisasi
Ngujang
Lokalisasi Ngujang sebagai tempat prostitusi tentunya membuat tempat yang
ada di pelosok tersebut ramai dikunjungi orang, sehingga beberapa penduduk setempat
dapat menjajakan dagangan kepada para pengunjung disana, yang dijajakan para
PSK yang tentunya membutuhkan beberapa keperluan hidup selama di lokalisasi,
membutuhkan beberapa makanan dan minuman yang tidak dijual secara bebas diluar
lokalisasi, dan juga membuat beberapa warga sekitar malu karena lahir dan bertempat
tinggal disekitar lokalisasi yang dianggap bermoral bejat sama dengan para PSK di
lokalisasi, kerana membuat beberapa penyakit menular seperti HIV (Human
Immunodefficiency Virus) sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deviciency
Synndrome) menyebar kepada masyarakat tak bedosa, karena suami, atau bapaknya
sering wisata di lokalisasi.
4.4.1 Dampak Positif Yang Dirasakan Masyarakat
Walaupun sebagai tempat dilakukanya perilaku seks bebas, Lokalisasi Ngujang
sebenarnya memberi dampak positif yang dirasakan bagi masyarakat yang tinggal di
daerah sekitar Lokalisasi Ngujang. Mereka tidak perlu turun tangan dengan adanya
Lokalisasi di daerahnya tersebut karena beralasan bahwa mereka juga dapat
memanfaatkan dalam berbagai bidang. Dampak positif yang dirasakan masyarakat di
daerah sekitar Lokalisasi Ngujang antara lain:
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
a. Dimanfaatkan Sebagai Lahan Pertokoan
Ramainya Lokalisasi Ngujang akan pengunjung membuat warga yang tinggal
disekitar Lokalisasi Ngujang membuka toko untuk menjual bahan makanan
untuk dijual kepada para pengunjung di Lokalisasi Ngujang dan para PSK yang
tinggal di Lokalisasi Ngujang. Mereka menjual beberapa keperluan hidup
seperti: Mie, deterjen, jajanan, rokok, air mineral, beras, dan lain-lain. Mereka
juga merasakan dampak positifnya karena dagangan di toko mereka selalu laris
dibeli oleh para PSK yang tinggal si Lokaliasasi Ngujang dan para pengunjung
di Lokalisasi Ngujang yang sengaja membeli rokok ataupun air mineral. Beras,
mie, dan derejen juga sering dibeli oleh para PSK untuk keperluan makan,
menuci pakaian.
9. Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
b. Membuka warung makan
Seperti yang dibahas di poin c, ramainya Lokalisasi Ngujang akan pengunjung
membuat warga yang tinggal disekitar Lokalisasi Ngujang membuka toko
untuk menjual makanan jadi seperti soto ayam, nasi pecel, nasi goreng dan lain-lain.
Warga yang tinggal di sekitar daerah Lokalisasi Ngujang juga meraup
untung banyak dengan menjual makanan.
c. Sebagai lahan parkir
Dengan adanya Lokalisasi Ngujang, mereka masyarakat sekitar Lokalisasi
Ngujang yang memeiliki lahan rumah yang cukup luas sebagai lahan parkir
bagi para pengunjung di Lokalisasi Ngujang. Bagi masyarakat sekitar, para
pengunjung mereka tarik biaya berupa biaya parkir. Mereka mematok harga
tinggi apabila ada pengunjung yang juga bermalam dan menikmati pelayanan di
Lokalisasi Ngujang, mereka menarik harga sebesar Rp. 20.000/malam untuk
sebuah kendaraan motor, dan Rp. 45.000/malam untuk sebuah kenaraan mobil.
Kendaraan diparkir di rumah-rumah warga sekitar Lokalisasi Ngujang.
Kelebihannya yaitu harga parkir yang tinggi dan bukan termasuk pendapatan
daerah sehingga mereka bisa meraup untung yang tinggi walaupun hanya
bermodal lahan rumah yang luas.
4.4.2 Dampak Negatif Yang Dirasakan Masyarakat
Dalam keadaannya, Lokalisasi Ngujang memang merupakan suatu tempat yang
memiliki pandangan buruk bagi masyarakat sekitar dan daerah wilayah lain. Karena,
Lokalisasi Ngujang merupakan wilayah dimana seks bebas benar-benar dibebaskan
tanpa adanya undang-undang. Akibat tidak diaturnya pada Undang-Undang tentang
hukuman seks bebas, warga atau masyarakat di daerah sekitar Lokalisasi Ngujang
merasakan dampak negatif atas permasalahan Lokalaisasi Ngujang tersebut. Dampak
Negatif yang dirasakan warga atau masyarakat disekitar Lokalisasi Ngujang mengenai
aktivitas di daerah itu antara lain sebagai berikut:
a. Mempengaruhi Sifat dan Kebiasaan Anak-anak disekitar Lokalisasi
Dengan adanya pengaruh aktivitas seks bebas, warga yang tinggal di sekitar
Lokalisasi Ngujang yang memiliki anak dibawah umur juga khawatir apabila
anak mereka terpengaruhi oleh pengaruh dari para PSK. Mereka khawatir
10. apabila anak-anak mereka bermain disekitar Lokalisasi menjadi anak yan nakal
dalam arti dewasa sebelum waktunya.
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
b. Warga medapat Labeling dari masyarakat luar Lokalisasi
Dengan adanya aktivitas seks bebas di Lokalisasi Ngujang, warga masyarakat
yang tinggal di daerah sekitar Lokalisasi Ngujang juga mendapat julukan warga
tak bermartabat, karena menurut pendapat warga luar wilayah tersebut warga
yang tinggal di daerah sekitar Lokalisasi mendukung adanya Lokalisasi
Ngujang dengan bukti bahwa tidak adanya pencegahan dan pressing dari warga
sekitar Lokalisasi Ngujang untuk menekan maupun mengurangi aktivitas seks
bebas diwilayah Lokalisasi Ngujang. Padahal dalam kenyataannya mereka telah
melakukan berbagai hal dalam memberantas seks bebas di wilayahnya, namun
mereka sebagai warga sekitar Lokalisasi Ngujang juga tidak bisa secara
sewenang-wenangdan dengan separatis memberantas seks bebas di wilayah
Lokalisasi Ngujang dengan paksa. Mereka hanya bisa mengikuti instruksi dari
pemerintah dan membantu penanganannya.
c. Banyaknya Kejadian Mabuk
Warga yang tinggal di daerah sekitar Lokalisasi Ngujang juga merasa tidak
nyaman keitak seringkali beberapa pengunjung yang mabuk disekitar wilayah
daerahnya. Karena setiap kali ada kejadian tersebut selalu ada keributan yang
terjadi mulai dari perkelahian, pertengkaran, dan suara motor yang sangat
kencang. Mereka warga yang tinggal di daerah sekitar Lokalisasi Ngujang yang
memiliki anak juga sangat tidak nyaman, karena setiap kali ada kejadian
tersebut anak mereka selalu menangis dan tidak bisa tidur semalaman.
d. Menyebarnya penyakit seksual diwilayah Lokalisasi
Warga yang tinggal di daerah sekitar Lokalisasi Ngujang juga dikhawatirkan
dengan menyebarnya penyakit seksual yang pastinya disebarkan oleh para PSK
yang melakukan aktifitas seks secara bebas dan tidak terkendali yang nantinya
juga akan menyebar ke warga masyarakat yang tinggal di daerah sekitar
Lokalisasi Ngujang.
e. Khawatir akan berlakunya Differential association
Masyarakat sekitar Lokalisasi Ngujang sekarang dihadapkan dengan metode
ini, karena seorang anak yang tinggal di kalangan yang buruk memiliki
kecenderungan tinggi utnuk mempelajarinya lewat orang dewasa lainnya di
lingkungannya dan pada akhirnya akan menjadi PSK juga.
11. Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
4.5 Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Aktifias Seks Bebas
Akibat maraknya aktifitas seks bebas di Tulungagung, dibentuklah lembaga-lembaga
sosial, dan instansi pemerintah yang dibentuk dengan tujuan mengendalikan
dan menekan angka aktifitas seks bebas. Dalam mengatasi masalah aktifitas seks
bebas, pemerintah juga memiliki peran atau tugas dalam mennangani aktifitas seks
bebas diantaranya yaitu:
a. Pemerintah Kabupaten Tulungagung bertugas membuat suatu kebijakan tentang
larangan aktifitas seks bebas. Kebijakan seks bebas tersebut berisi norma-norma
yang diberlakukan, antara lain:
- Norma Agama
- Norma Kesusilaan
- Norma Kesopanan
Norma-norma tersebut tentu saja dengan tegas melarang adanya seks bebas
yang merusak moral siapapun. Selain norma tersebut, ada pula suatu norma
hukum di Indonesia yang telah mengatur tentang pelarangan seks bebas, yaitu
UU Nomor 44 tahun 2008.
b. Pemerintah Kabupaten Tulungagung memiliki tugas untuk membentuk
lembaga-lembaga sosial yang bertugas untuk menangani masalah aktifitas seks
bebas terutama di Lokalisasi Ngujang.
c. Pemerintah Kabupaten Tulungagung memiliki suatu upaya untuk mencegah
aktifitas seks bebas dengan cara: Pemerintah membuat aturan yang tegas untuk
tempat-tempat hiburan malam agar tidak digunakan sebagai tempat
dilakukannya seks bebas.
d. Pemerintah Kabupaten Tulungagung menyelenggarakan banyak kegiatan
positif. Misalnya: Membentuk organisasi masyarakat dalam menanggulangi
masalah seks bebas.
e. Pemerintah Kabupaten Tulungagung wajib mengawal peraturan dalam
menertibkan, menekan, dan menyikapi pergaulan bebas, agar dapat menekan
pertumbuhan penyakit HIV/AIDS
12. f. Pemerintah Kabupaten Tulungagung memberikan fasilitas, layanan, dalam
sosialisasi bahaya seks bebas, agar jauh lebih paham tentang bahaya masalah
aktifitas seks bebas.
g. Pemerintah Kabupaten Tulungagung mengadakan suatu kegiatan pemahaman
agama yang baik kepada masyarakat di daerah Lokalisasi Ngujang dalam
menekan dan menangani aktifitas dan dampak negatif yang ditimbulkan dari
aktifitas seks bebas.
h. Dalam aspek sosial, pemerintah Kabupaten Tulungagung wajib menerapkan
aturan-aturan sosial yang menjauhkan dominasi rangsangan seksual (libido
sexualis) dalam interaksi antara laki laki dengan perempuan di lingkungan
masyarakat.
i. Peran pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam aspek ekonomi, pemerintah
Kabupaten Tulungagung wajib memberikan akses yang semudah mungkin bagi
rakyat atas lapangan kerja yang layak dan halal. Sehingga dengan cara ini,
peluang munculnya pekerjaan-pekerjaan yang rusak, dan merusak industri seks
yang beraktifitas bebas dalam aktifitas seks.
j. Pemerintah Kabupaten Tulungagung harus bekerjasama dengan parao tokoh
pemuka agama dalam meberikan ajaran/paham agama yang benar dan lurus
sebagai pengendali di dalam masyarakat.
k. Pemerintah Kabupaten Tulungagung mengadakan sex education di kalangan
pelajar atau kalangan remaja untuk mencegah dan menekan pertumbuhan tunas
bangsa yang buruk akibat terjadinya pergaulan seks bebas.
l. Pemerintah Kabupaten Tulungagung berhak merazia, memindahkan, menutup,
atau menggusur paksa tempat Lokalisasi, daerah remang-remang, diskotik, pub,
casino, dan tempat-tempat yang lain yang cenderung banyak peluang terjadinya
aktifitas seks bebas.
m. Pemerintah Kabupaten Tulungagung memberlakukan sistem pengaturan
kehidupan yang tegak dan tidak mengarah pada kemaksiatan karena dapat
menimbulkan aktifitas seks bebas.
n. Pemerintah Kabupaten Tulungagung wajib menyediakan tenaga-tenaga
pendidik yang handal. Tenaga pendidik yang handal ini nantinya akan bertugas
dalam pemberdayaan eks-PSK di Lokalisasi Ngujang agar dapat menata
kehidupan yang lebih baik lagi.
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
13. o. Pemerintah Kabupaten Tulungagung wajib mengontrol dan menindak tegas hal-hal
yang bisa merusak pekerjaan-pekerjaan seperti pelacuran dan aktifitas seks
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
bebas lainnya.
p. Pemerintah wajib melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dari
dalam maupun dari luar negeri dalam penekanan danpencegahan aktifitas seks
bebas.
q. Pemerintah Kabupaten Tulungagung melakukan kerjasama dengan pihak lain
untuk melakukan sosialisasi/pembinaan kepada masyarakat tentang dampajk
dari seks bebas.
r. Pemerintah Kabupaten Tulungagung berkewajiban melakukan penanaman
ketakwaan atau paham agama terhadap masyarakat guna pencegahan aktifitas
seks bebas.
4.6 Solusi Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Meminimalisir Seks Bebas.
Seks bebas memiliki dampak yang buruk terhadap masyarakat.
Meminimalisir seks bebas sangat diperlukan untuk mencegah semakin
maraknya aktivitas seks bebas di Tulungagung. Berikut adalah solusi yang
dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk meminimalisir maraknya
aktivitas seks bebas di Tulungagung:
4.6.1 Solusi Pemerintah dalam Meminimalisir Seks Bebas
a. Melakukan penggusuran lokalisasi secara keseluruhan.
Penggusuran lokalisasi saat ini sudah dicanangkan pemerintah untuk
meminimalisir seks bebas. Penggusuran dilakukan agar masyarakat tidak
melakukan seks bebas dengan menyewa jasa PSK. Selain itu penggusuran
lokalisasi juga dapat meminimalisir jumlah PSK di kabupaten Tulungagung.
Penggusuran tersebut tentu harus dilakukan dengan menyeluruh agar tidak
ada lagi PSK yang kembali ke lokalisasi . Dan akan lebih baik jika merubah
tempat yang awalnya dijadikan lokalisasi menjadi sarana yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat. Seperti merubah lokalisasi menjadi kios-kios
agar para warga sekitar maupun para PSK dapat menggunakannya sebagai
tempat berjualan.
b. Memasang lampu di setiap jalan.
14. Daerah yang berpenerangan minim sering digunakan untuk melakukan
aktivitas seks bebas. Maka dari itu memasang lampu di setiap jalan dapat
meminimalisir aktivitas seks bebas di Tulungagung.
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
c. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat.
Sosialisasi dapat menjadi salah satu cara untuk meminimalisir seks bebas di
Tulungagung. Mensosialisasikan tentang dampak dan bahaya seks bebas
kepada masyarakat khususnya pelajar akan mencegah maraknya aktivitas
seks bebas. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah dapat
meningkatkan aktivitas seks bebas, karena ketidaktahuan dapat memicu
seseorang melakukan sesuatu agar ia dapat menjadi tahu. Dan jika
masyarakat khususnya pelajar mengetahui dampak dan bahaya seks bebas
maka mereka akan menjauhi seks bebas karena sudah mengetahui dampak
dan bahayanya.
d. Membatasi hal-hal yang berbau pornografi di media massa maupun
media cetak.
Aktivitas seks bebas yang marak di Tulungagung juga disebabkan oleh
banyaknya hal-hal berbau pornografi di media massa maupun media cetak.
Para pelajar dapat dengan mudah mengakses video asusila dengan
menggunakan internet. Dengan membatasi penyebaran video asusila maka
akan dapat mencegah para pelajar untuk mengakses video tersebut sehingga
seks bebas dapat diminimalisir.
4.6.2 Solusi Masyarakat dalam Meminimalisir Seks Bebas
Selain solusi yang dilakukan pemerintah untuk meminimalisir maraknya seks
bebas di Tulungagung, peran masyarakat juga penting dalam meminimalisir maraknya
seks bebas di Tulungagung. Masyarakat berperan dalam penanaman moral sekaligus
pengendali atas perilaku-perilaku menyimpang yang berkaitan deng aktifias-aktifitas
yang dilakukan oleh individu mapun sejumlah masyarakat yang ada didalam
15. lingkungan masyarakat itu sendiri. Berikut solusi yang dapat dilakukan masyarakat
untuk meminimalisir maraknya seks bebas di Tulungagung :
Aktivitas Seks Bebas Di Tulungagung Pasca Penggusuran Lokalisasi 30
Ngujang
a. Menanamkan pengajaran agama dan moral
Keluarga berperan penting untuk membentuk karakter seseorang. Maka dari
itu pengajaran agama dan moral yang baik oleh keluarga dapat mencegah
anggota keluarganya salah pergaulan dan akhirnya terjerumus ke dalam
seks bebas. Keluarga juga termasuk dalam lembaga pengendalian sosial dan
edukasi dalam pengetahuan tentang masalah seks bebas yang ada di
lingkungan masyarakat.
b. Sikap Dalam Mengatasi Maraknya Konten Pronografi
Konten pornografi sekarang ini semakin marak. Dengan membatasi diri
untuk tidak melihat maupun membaca hal-hal yang berbau pornografi yang
memicu terjadinya seks bebas, maka seks bebas dapat diminimalisir. Kerana
konten pornografi sekarang telah menyebar mulai dari media cetak,
teknologi, internet, dan media yanglain.
c. Membatasi Diri Agar Tidak Terjerumus ke dalam Seks Bebas.
Dengan membatasi diri dengan ilmu agama yang kuat akan mencegah
seseorang untuk melakukan seks bebas karena paham akan konsekuensinya.
Jika setiap orang dapat membatasi dirinya masing-masing maka seks bebas
akan dapat diminimalisir.
d. Mengadakan Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Masyarakat
Dengan diadakannya kegiatan keagamaan, akan memupuk paham agama
sehingga dalam pergaulan sehari-hari tidak mudah terjerumus didalam
kesalahan pergaulan yang dipilih. Selain itu, kegiatan keagamaan akan
mempererat tali silaturahmi antar warga di lingkungan masyarakat itu sediri.