3. Sumber Sejarah
Prasasti Sirah Keting (1140) tentang pemberian
hadiah tanah kepada rakyat desa oleh
Jayawarsa.
Prasasti yang ditemukan di Tulung Agung
Kertosono, Berisi masalah keagamaan (Raja
Bameswara 1117-1130 M).
Prasasti Ngantang (1135 M) tentang Raja
Jayabaya memberi hadiah rakyat desa Nganteng
sebidang tanah bebas pajak.
Prasasti Jaring (1181 M) tentang Raja Gandra
yang membuat sejumlah nama-nama hewan
seperti Kebo Waruga dan Tikus Janata.
4. Prasasti Kamulan (1194 M) tentang Raja Kertajaya yang
menyatakan bahwa Kediri berhasil mengalahkan musuh di
katang-katang.
Buku Cina yang berjudul Chu Fan Chai karangan
Chu Ju Kua (1220 M) yang mengambil cerita dari
buku Liang Wai Taita (1778 M) karangan Chu Ik Fei
tentang Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13 M.
6. Masa Perkembangan
Tak banyak yang diketahui mengenai
peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri.
Raja Kameswara (1116-1136) menikah dengan
Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala.
Dengan demikian, berakhirlah Janggala
kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri
menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa.
Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin
Smaradahana oleh Mpu Dharmaja, yang
dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan
cerita Panji. Demikian pula Mpu Tanakung
mengarang kitab Kakawin Lubdaka dan
Wertasancaya
7. Raja terkenal Kediri adalah Jayabaya (1135-1159). Jayabaya di
kemudian hari dikenal sebagai "peramal" Indonesia masa depan.
Pada masa kekuasaannya, Kediri memperluas wilayahnya hingga
ke pantai Kalimantan. Pada masa ini pula, Ternate menjadi kerajaan
subordinat di bawah Kediri. Waktu itu Kediri memiliki armada laut
yang cukup tangguh. Beliau juga terkenal karena telah
memerintahan penggubahan Kakawin Bharatayuddha, yang
diawali oleh Mpu Sedah dan kemudian diselesaikan oleh Mpu
Panuluh.
Raja Kertajaya yang memerintah (1185-1222), dikenal
sebagai raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk
menyembahnya. Ini menyebabkan ia ditentang oleh para
brahmana. Kertajaya adalah raja terakhir dari kerajaan
Kadiri.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007,
yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri
diharapkan dapat membuka lebih banyak tabir misteri.
8. Raja Jayawarsa (1140 M)
Raja Bameswara (1117-1130 M)
Raja Jayabaya (1135-1157 M)
Raja Sarweswara (1159-1161 M)
Raja Aryeswara (1171-1174 M)
Raja Gandra (1181 M)
Raja Kertajaya (1190-1222 M)
9. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan perekonomian rakyat kediri menurut
catatan para pedagang Cina yang dikumpulkan dari
kronik-kronik kerajaan disebutkan bahwa:
1. Kediri banyak menghasilkan beras.
2. Barang dagangan yang laku di pasaran pada
masa itu adalah emas, perak, gading, kayu
cendana, dan sebagainya.
3. Letak kerajaan Kediri sangat strategis dalam
pelayaran dagang antara Indonesia Timur
dengan Indonesia Barat.
10. Kehidupan
Sosial
Pada masa Jayabaya terdapat usaha untuk
memberikan perlindungan terhadap ahli sastra
seperti penyair dan pengarang sehingga mereka bisa
mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dibuktikan
dengan munculnya kitab Ludhaka yang memberikan
pelajaran moral tentang tinggi rendahnya martabat
seseorang tidak ditentukan berdasarkan asal
kedudukan, melainkan berdasarkan tingkah lakunya.
11. Kehidupan Budaya
Abad ke-12 M memiliki arti yang sangat penting
dalam masa selanjutnya. Kerajaan Kediri banyak
meninggalkan pelajaran untuk mengembangkan
kerajaannya diantaranya :
1. Suatu negara bisa maju jika kondisi ekonomi
stabil.
2. Keadaan politik harus stabil agar kekuatan
bangsa tidak kurang.
3. Kehidupan kebudayaan harus diperluas, untuk
menambah keyajaan bangsa.
12. Hasil Karya Satra
:
Kresnayana, dari zaman pemerintahan Raja
jayawarsa.
Bharatayuda, karangan Empu sedah dan Empu
Panuluh.
Arjuna Wiwaha, karangan Empu Kanwa.
Hariwangsa, karangan Empu Panuluh.
Bhamakarya,
Smaradhana, karangan Empu Dharmaja.
Wartasancaya dan Lubdhaka karangan Empu
Tanakung.
13. Peninggalan Sejarah
• Candi Panataran
• Candi Gurah
• Candi Tondowongso
• Arca Buddha Vajrasattva
• Prasasti Kamulan
• Prasasti Galunggung
• Prasasti Jaring
• Candi Tuban
• Prasasti Panumbangan
• Prasasti Talan
17. Runtuhnya Kerajaan Kediri
Runtuhnya kerajaan kediri dikarenakan pada
masa pemerintahan Kertajaya, terjadi pertentangan
dengan kaum Brahmana. Mereka menganggap
Kertajay a telah melanggar aturan agama dan
memaksa menyembahnya sebagai Dewa. Kemudian
kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok,
akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi
pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M.
Dalam pertempuran itu Ken Arok dapat mengalahkan
Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya
Kerajaan Kediri.