SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 17
Tugas Kelompok

POLARISASI

Oleh :
KELOMPOK IV
Ayu Lestari
Hani Rahmadianti
Hasnidar
Gigih Adrian Said

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR

2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan ramat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Makalah tentang “POLARISASI ” ini dengan sebaik mungkin.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada dosen pembimbing mata kuliah Gelombang dan optik serta teman-teman yang
turut membantu dan memberikan masukan dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap kalangan yang membaca dan sekaligus
dapat membuka wawasan kita yang seluas-luasnya tentang polarisasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini . Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini.

Makassar, 2 Maret 2013

Penyusun

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Polarisasi Gelombang
Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi
adalah gelombang longitudinal. Ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi
pada gelombang transversal, yaitu polarisasi. Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat
terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang bunyi.
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu
gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi,
sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus pada tahun
1969. Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala
arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika
melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran vertikal diserap
sebagian. Cahaya alami seperti cahaya matahari yang getarannya ke segala arah di
sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya memiliki
getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya terpolarisasi linear.
Mengapa polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal?
Dari penjelasan sebelumnya dapat kita nyatakan bahwa suatu gelombang
terpolarisasi linear bila getaran dari gelombang tersebut selalu terjadi dalam satu arah
saja. Arah ini disebut arah polarisasi. Untuk mengamati polarisasi ini, marilah kita
ikat seutas tali pada titik O di dinding, kemudian masukkan ujung tali lain, yaitu ujung
A ke sebuah celah, Pasang celah dalam posisi vertikal, kemudian getarkan ujung tali
di A sehingga gelombang transversal yang merambat dari A dapat menembus celah,
dan sampai di titik O. Ubahlah posisi celah menjadi horisontal, kemudian getarkan
kembali ujung tali A secara vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
gelombang vertikal tidak dapat menembus celah (tampak tidak ada gelombang
diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A digetarkan berputar, artinya
digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang terjadi? Ternyata,
gelombang dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang yang sama
dengan arah posisi celah, yaitu arah vertikal
Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya polarisasi pada gelombang tali
yang melewati sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi gelombang sesuai arah
celahnya. Polarisasi dapat diartikan sebagai penyearah gerak getaran gelombang. Jika
gelombang bergetar ke segala arah, seperti pada gambar setelah melewati sebuah
celah, arah getaran gelombang menjadi satu arah getar saja, yang disebut dengan
gelombang terpolarisasi linear.
Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran tegak lurus
dengan arah rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal, yang
dapat mengalami polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet
termasuk gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi.
Gejalah polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan
gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat
mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu
gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi,
sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gejalah polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang
dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang
pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah
tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut.
Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah sinar yang tak
terpolarisasi.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa polarisasi adalah suatu peristiwa
perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak menjadi satu arah
getar. polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang.

Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi
(pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.

1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul oleh
benda bening dan sinar biasnya membentuk sudut 90. Di mana cahaya yang
dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias
merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi
akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias,
berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip
Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan
dipantulkan ke cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara
cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang
dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi.
Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan
menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan
analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.
Polarisasi karena pemantulan cahaya yang datang ke cermin dengan sudut
datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang
terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan
dipantulkan

ke

cermin.

Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II
saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II.
Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut
polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan
sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator
akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.

Polarisasi Gelombang Karena Pemantulan

2. Polarisasi karena absorbsi selektif
Teknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah
menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah
getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah
getar lainnya. Pada gambar 4 tampak dua buah polaroid, polaroid pertama disebut
polarisator dan polaroid kedua disebut analisator. Polarisatorberfungsi untuk
menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya
alami).Analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi.
Polarisasi karena absorbsi.
Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar
gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar
yang telah melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga
sinar yang telah melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi. Peristiwa
polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar
matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.

Polarisasi karena Absorbsi Selektif

Prinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor
medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan
lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik
belum berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan
polarisator adalah θ). Di analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu analisator
yang diteruskan. Jadi, kuat medan listrik yang diteruskan oleh analisator adalah
E2 = E cos θ ……………………………(1)
Jika cahaya alami tak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama
(polarisator) memiliki intensitas Io, maka cahaya terpolarisasi yang melewati
polarisator, I1 adalah
I1= 1/2 I0 ……………………………(2)
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian datang pada analisator dan cahaya
yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas I2 . menurut hukum Maulus,
hubungan antara I2 dan I1 dapat dinyatakan
I2 = I1 cos2 θ = ½ I0 cos2 θ …………………(3)
Persamaan 3 menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi
intensitas cahaya terpolarisasi.
Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem Polaroid mencapai maksimum jika
kedua sumbu polarisasi adalah sejajar (θ = 0o atau 180o) dan mencapai minimum jika
kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus atau 90o

Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan
polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya
dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah
getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. Polaroid banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari
(kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut
polarisator (Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi), dengan
sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan
pada polaroid kedua yang disebut analisator (Analisator untuk mengetahui apakah
cahaya sudah terpolarisasi atau belum). Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh
analisator I, dapat dinyatakan sebagai : I= I0 cos2q
Dengan I0 adalah intensitas gelombang setelah melalui analisator.
Sudut q adalah sudut antara arah sumbu dan polarisator dan analisator.
Persamaan di atas dikenal dengan hukum malus, ditemukan oleh Etienne Louis Malus
pada tahun 1809.
Dari persamaan hukum Malus ini dapat disimpulkan :
Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi
sejajar (q = 00 atau q = 1800).
Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya oleh analisator) jika
kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain.

3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu
bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, Jika berkas kaca
dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini
karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada
bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit, mika, Kristal gula, Kristal es dan kuarsa,
kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai
indeks bias (birefringence).

Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami
pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum
Snellius (disebut berkas sinar biasa yang arah cahayanya Lurus dan cahaya ini tidak
terpolarisasi), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut
berkas sinar istimewa yang cahayanya di belokan dan cahaya ini cahaya yang
terpolarisasi).

4. Polarisasi karena hamburan

Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa
terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang
menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat
terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru
karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya
merah. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling efektif
dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.

Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan
menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan
pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai
fenomena hamburan. Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya
lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang besar.
Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita.Hamburan cahaya
oleh partikel kecil bahan adalah salah satu fenomena alam yang indah. Langit biru dan
merahnya sunset adalah peristiwa hamburan. Seperti sinar matahari melewati
atmosfer, sebagian besar diserap oleh molekul udara dan dengan seketika diberikan
pada beberapa arah yang baru. Fenomena hamburan sama dengan perilaku gelombang
air pada benda yang mengapung. Ketika sebuah batu kecil tenggelam dalam air yang
sama, sebuah gabus kecil yang mengapung akan bergerak naik turun dengan frekuensi
dari gelombang yang melewatinya. Gelombang cahaya divisualisasikan bergerak
dalam cara yang sama pada molekul udara. Pertama sebuah gelombang cahaya
mengatur sebuah molekul atau partikel ke dalam sebuah getaran, gelombang dapat
dipancarkan lagi.
Kristal diploid adalah Kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu
komponen yang tegak lurus dari cahaya alam (takterpolarisasi). Kristal ini
mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linier sejajar dengan
sumbu ini dating pada Kristal, maka cahaya akan diteruskan dengan redaman yang
sangat kecil. Sumbu ini disebut sumbu mudah atau sumbu polarisasi. Biasanya
dipasang dua buah Kristal diploid sebagai polarisator dan yang lain sebagai analisator.
Jika sumbu mudah kedua Kristal saling tegak lurus, maka tidak ada cahaya yang
sampai dapat menembus analisator (medan listrik terserap sempurna). Jika sumbu
mudah analisator membentuk sudut terhadap sumbu mudah polarisator, maka cahaya
akan dapat sampai pada pengamat dengan intensitas sebesar:
I1= I0 cos2 θ

................................(4).

Dengan: I1= Intensitas cahaya setelah melewati analisator I0= Intensitas
cahaya sebelum melewati analisator θ = Sudut yang dibentuk antara sumbu mudah
polarisator dan analisator.

5. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika
menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi
apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak
lurus atau membentuk sudut 90o.

Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi
sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut
datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang
dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada
saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan
berlaku ketentuan bahwa :
i + r = 90o atau r = 90o – i

6. Pemutaran Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya
yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya
larutan gula pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar.
Pemutaran Bidang Polarisasi

Contoh Soal:
1. Ujung seutas tali digetarkan harmonik dengan periode 0,5 s dan amplitudo 6 cm.
Getaran ini merambat ke kanan sepanjang tali dengan cepat rambat 200 cm/s.
Tentukan:
a. Persamaan umum gelombang
b Simpangan, kecepatan, dan percepatan partikel di P yang berada 27,5 cm dari ujung
tali yang digetarkan pada saat ujung getar telah bergetar 0,2 s
c. Sudut fase dan fase partikel di P saat ujung getar telah bergetar
0,2 s
Beda fase antra dua partikel sepanjang tali yang berjarak 25 cm
Penyelesaian:
a. T = 0,5 s ; A = 6 cm=0,06m ; v = 200 cm/s =2 m/s; gel.
merambat ke kanan
ω

=2π/T = 2π/0,5 = 4p rad/s

f

=1/T = 1/0,5s = 2

λ

=v/f = 2/2 = 1m

k

= 2π

ω 2π/T = 2π/0,5 = 4π rad/s.
Persamaan umum gelombang:
y= A sin 2π( )= A sin (ωt – kx)
y = 0,06 sin 2π
y= 0,06 sin 2π(2t – x)
b). x = 27,5 cm = 0,275 m ; t = 0,2 s
Simpangan gelombang:
y = 0,06 sin 2π(2t – x) =0,06 sin 2π(2. (0,2) – 0,275)
y = 0,06 sin 2π(0,4 – 0,275) = 0,06 sin 2π(0,125) = 0,06 sin
(0,25π)
y = 0,06 sin(45o) = 0,06 (1/2 )= 0,03 m
Kecepatan gelombang:
vy = ω.A. cos (ωt – kx) = 4π (0,06) cos 45o = 0,12 m/s
Percepatan gelombang:
Ay = - ω2.A. sin (ωt – kx) = - (4π)2 (0,06) sin 45o
Ay = - 0,96π2 (1/2 )= - 0,48π2 m/s2
c)

Sudut fase, θ=2πφ = 2π(2t – x)= 0,25π ; Fase, φ=θ/2π=
0,25π/2π =1/8.

d)

x = 25 cm =0,25m
Beda fase, Δφ=Δx/λ = 0,25/1 =0,25

2) Suatu gelombang sinusoidal dengan frekuensi 500 Hz memiliki cepat rambat 350 m/s.
a. Berapa jarak pisah antara dua titik yang berbeda fase π/3 rad?
b. berapa beda fase pada suatu partikel yang berbeda waktu 1 ms?
Penyelesaian:
f=500 Hz, v=350 m/s, λ = v/f = 350/500= 7/10 m/s
a) Jarak pisah antara dua titik yang berbeda fase π/3 rad:
Δθ= π/3; Δφ=Dθ/2π = 1/6; Δφ=Dx/λ ® Δx=Δφ.λ =(1/6)(7/10)= 7/60
b) Beda fase suatu partikel: t = t2 – t1 = 1 ms = 1 x 10-3 s
Dφ =φ 2 - φ1 = (t1 – t2) f = - (1 x 10-3 s) 500 Hz = - ½ .
3)

Seutas kawat yang panjangnya 100 cm direntangkan horizontal. Salah satu ujungnya
digetarkan harmonik naik-turun dengan frekuensi 1/8 Hz dan amplitudo 16 cm,
sedangkan ujung lain terikat. Getaran harmonik tersebut merambat ke kanan sepanjang
kawat dengan cepat rambat 4,5 cm/s. Tentukan letak simpul ke-4 dan perut ke-3 dari
titik asal getaran!

Jawab:
L = 100 cm ; f = 1/8 Hz ; A = 16 cm ; v = 4,5 cm/s; λ = v/f = 4,5/1/8= 36 cm
Simpul ke 4 → (n + 1) = 4, n = 3
Xn+1 = (2n)( λ/4), x4 = (2)(3) (36/4) = 54 cm
Letak simpul ke 4 dari titik asal = L – x4 = 100 – 54 = 46 cm
Perut ke – 3 → (n + 1) = 3, n = 2
Xn+1 = (2n+1)( λ/4), x3 = (5)(36/4) = 45 cm
Letak perut ke – 3 dari titik asal = 100 – 45 = 55 cm
4). Salah satu ujung dari seutas tali yang panjangnya 115 cm digetarkan harmonik

naik-

turun, sedang ujung lainnya bebas bergerak.
a. Berapa panjang gelombang yang merambat pada tali jika perut ke-3 berjarak 15 cm
dari titik asal getaran?
b. Di mana letak simpul ke-2 diukur dari titik asal getaran?
Jawab:
a. x3 = 15 cm ; ke-3→ (n + 1) = 3, n = 2
xn+1 = 2n (λ/4) → x3 = 4(λ/4) ® 15 =1 λ, jadi λ = 15/1 =15 cm
b. ke-2 → n + 1 = 2, n = 1
xn+1 = (2n+1) (λ/4) ® x2 = 3(λ/4) = 3(15/4) = 11,25 cm
Letak simpul ke-2 dari titik asal getar = L – x2 = 115 – 11,25 = 103,75 cm.
5. Cahaya terpolarisasi acak dikenakan pada polisator bersumbu transmisi vertical. Cahaya
yang keluar dari

polisator dilewatkan pada analisator dengan arah sumbu transmisi 60°

terhadap sumbu transmisi polisator. Perbandingan intensitas cahaya yang keluar dari
analisator terhadap intensitas cahaya yang keluar dari polisator adalah
Jawab :
Dik : θ = 60°
I = …..?
I = ½ cos2 θ
= ½ cos2 60
=½.¼
= 1/8
= 12,5 °/°

B. Cara Membuat Gelombang Terpolarisasi
Pemantulan, pembiasan, difraksi, dan interferensi dapat terjadi pada
gelombang tali (satu dimensi), gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang
bunyi dan gelombang cahaya (tiga dimensi). Gelombang tali, gelombang permukaan
air, dan gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang
bunyi adalah gelombang longitudinal. Ada satu sifat gelombang yang hanya dapat
terjadi

pada

gelombang

gelombang tidak dapat

terjadi

transversal,
pada

yaitu polarisasi.

gelombang longitudinal,

Jadi,

polarisasi

misalnya

pada

gelombang bunyi. Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus
pada tahun 1969. Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya
ke segala arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang transversal)
ketika melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran vertikal
diserap sebagian. Cahaya alami yang getarannya ke segala arah di sebut cahaya tak
terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya memiliki getaran pada satu
arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya terpolarisasi linear.
Ide polarisasi gelombang dengan mudah dapat kita pahami dengan
memperhatikan secara seksama suatu gelombang transversal pada tali ketika melewati
sebuah celah. Dari penjelasan sebelumnya dapat kita nyatakan bahwa suatu
gelombang terpolarisasi linear bila getaran dari gelombang tersebut selalu terjadi
dalam satu arah saja. Arah ini disebut arah polarisasi. Untuk mengamati polarisasi ini,
marilah kita ikat seutas tali pada titik O di dinding, kemudian masukkan ujung tali
lain, yaitu ujung A ke sebuah celah. Pasang celah dalam posisi vertikal, kemudian
getarkan ujung tali di A sehingga gelombang transversal yang merambat dari A dapat
menembus celah, dan sampai di titik O. Ubahlah posisi celah menjadi horisontal,
kemudian getarkan kembali ujung tali A secara vertikal. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus celah (tampak tidak
ada gelombang diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A digetarkan
berputar, artinya digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang
terjadi? Ternyata, gelombang dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang
yang sama dengan arah posisi celah, yaitu arah vertikal.
Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya polarisasi pada gelombang tali
yang melewati sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi gelombang sesuai arah
celahnya. Polarisasi dapat diartikan sebagai penyearah gerak getaran gelombang. Jika
gelombang bergetar ke segala arah, seperti pada gambar 1.26 setelah melewati sebuah
celah, arah getaran gelombang menjadi satu arah getar saja, yang disebut dengan
gelombang terpolarisasi linear.
Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran tegak lurus
dengan arah rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal, yang
dapat mengalami polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet
termasuk gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi.

C. Bias Rangkap Dalam Kristal
Polarisasi oleh kristal dikroik Kristal dikroik adalah kristal yang dapat
menyerap secara selektif salah satu komponen yang saling tegak lurus dari cahaya
alam (tak terpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya
terpolarisasi linear sejajar dengan sumbu ini datang pada kristal, maka cahaya akan
ditruskan dengan redaman yang sangat kecil.
Birefrigence (Refraksi Ganda)
Efek polarisasi ganda/kembar/rangkap yang terjadi ketika cahaya/sinar
dilewatkan melalui kristal Iceland spar (yang sekarang kita kenal sebagai kristal
kalsit) pertama kali ditemukan oleh Bartholinus pada tahun1669. Lalu, kemudian pada
tahun 1690, ChristianHuygens menemukan fenomena polarisasi cahaya dengan
melewatkan cahaya melalui dua buah kristal kalsit yang disusun secara seri. Huygens
mendapatkan bahwa jika sebuah sinar masuk ke dalam kristal kalsit dalam berbagai
sudut masuk, maka sinar itu akan terpecah menjadi dua buah sinar yang keluar dari
kristal kalsit, yakni sinar biasa (sinar o) dan sinar luar biasa (sinar e). Pembelokan
rangkap/ganda/rangkap dari sebuah sinar yang ditransmisikan melalui kalsit
dinamakan refraksi ganda/kembar. Jadi, jika cahaya melalui kaca, maka cahaya lewat
dengan kelajuan sama ke segala arah. Ini disebabkan kaca mempunyai satu indeks
bias. Tetapi dalam bahan kristal tertentu seperti kalsit dan kuarsa. Kelajuan cahaya
tidak sama untuk ke segala arah. Ini disebabkan kristal mempunyai lebih dari satu
nilai indeks bias. Jadi cahaya yang lewat mengalami pembiasan ganda. Jika seberkas
sinar datang searah garis normal, maka sinar ini akan dibagi menjadi dua sinar. Sinar
pertama diteruskan tanpa pembelokan disebut sebagai sinar biasa. Sinar kedua
dibelokkan, dan disebut sebagai sinar istimewa. Peristiwa ini disebut sebagai
polarisasi dengan pembiasan ganda. Jadi polarisasi pembiasan ganda terjadi pada
kristal yang memiliki lebih dari satu nilai indeks bias. Jika seberkas sinar datang
searah dengan sumbu normal, maka akan dibagi menjadi dua, yaitu sinar biasa dan
sinar istimewa.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Polarisasi adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak
menjadi satu arah getar. Karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik dimana
mempunyai arah getar yang tegak lurus arah penjalaran, maka cahaya dapat
mengalami polarisasi.
2. Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi
adalah gelombang longitudinal. ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi
pada gelombang transversal, yaitu polarisasi.Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat
terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang bunyi.
3. Efek polarisasi ganda/kembar/rangkap yang terjadi ketika cahaya/sinar dilewatkan
melalui kristal Iceland spar (yang sekarang kita kenal sebagai kristal kalsit)
fenomena polarisasi cahaya dengan melewatkan cahaya melalui dua buah kristal
kalsit yang disusun secara seri. jika sebuah sinar masuk ke dalam kristal kalsit dalam
berbagai sudut masuk, maka sinar itu akan terpecah menjadi dua buah sinar yang
keluar dari kristal kalsit, yakni sinar biasa (sinar o) dan sinar luar biasa (sinar e).
4. Kristal dikroik adalah kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu
komponen yang saling tegak lurus dari cahaya alam (tak terpolarisasi). Kristal ini
mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linear sejajar dengan
sumbu ini datang pada kristal, maka cahaya akan ditruskan dengan redaman yang
sangat kecil.

B. Saran
Saran dari makalah ini adalah diharapkan adalah agar pembelajaran selanjutnya lebih
ditingkatkan lagi.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracAyuShaleha
 
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetikPrinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetikKhaeroel Ansory
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSTEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSshofia ranti
 
Osilasi tergandeng
Osilasi tergandengOsilasi tergandeng
Osilasi tergandengkyu manda
 
Presentasi Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Presentasi Laporan Eksperimen Efek FotolistrikPresentasi Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Presentasi Laporan Eksperimen Efek FotolistrikNurfaizatul Jannah
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
power point Alat optik
power point Alat optikpower point Alat optik
power point Alat optikDita Yuniarti
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenDwi Karyani
 
Energi Potensial dan Potensial Listrik
Energi Potensial dan Potensial ListrikEnergi Potensial dan Potensial Listrik
Energi Potensial dan Potensial ListrikDyah Puspagarini
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang SpektrometerLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang SpektrometerLydia Nurkumalawati
 

Was ist angesagt? (20)

Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Polarisasi (Fisika)
Polarisasi (Fisika)Polarisasi (Fisika)
Polarisasi (Fisika)
 
Ppt medan magnet
Ppt medan magnetPpt medan magnet
Ppt medan magnet
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi dirac
 
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetikPrinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSTEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
 
Bab Relativitas
Bab RelativitasBab Relativitas
Bab Relativitas
 
Osilasi tergandeng
Osilasi tergandengOsilasi tergandeng
Osilasi tergandeng
 
Presentasi Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Presentasi Laporan Eksperimen Efek FotolistrikPresentasi Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Presentasi Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Medan magnet
Medan magnetMedan magnet
Medan magnet
 
Arus dan Konduktor
Arus dan KonduktorArus dan Konduktor
Arus dan Konduktor
 
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek FotolistrikLaporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
Ketidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian HeisenbergKetidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian Heisenberg
 
power point Alat optik
power point Alat optikpower point Alat optik
power point Alat optik
 
Laporan praktikum spektrometer atom
Laporan praktikum spektrometer atomLaporan praktikum spektrometer atom
Laporan praktikum spektrometer atom
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogen
 
Energi Potensial dan Potensial Listrik
Energi Potensial dan Potensial ListrikEnergi Potensial dan Potensial Listrik
Energi Potensial dan Potensial Listrik
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang SpektrometerLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
 

Andere mochten auch

Makalah sejarah fhy pnyy ddt
Makalah sejarah fhy pnyy ddtMakalah sejarah fhy pnyy ddt
Makalah sejarah fhy pnyy ddtDavid Makmur
 
Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan gandaPolarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan ganda23398
 
Lingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitigaLingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitigaMathematicEducation
 
Pembahasan Soal UN Fisika SMA
Pembahasan Soal UN Fisika SMAPembahasan Soal UN Fisika SMA
Pembahasan Soal UN Fisika SMASafri Hani
 
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang KehidupanPeran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupanazzam zukhrofani iman
 

Andere mochten auch (7)

Xii bab cahaya marthen
Xii bab cahaya marthenXii bab cahaya marthen
Xii bab cahaya marthen
 
Makalah interferensi
Makalah interferensiMakalah interferensi
Makalah interferensi
 
Makalah sejarah fhy pnyy ddt
Makalah sejarah fhy pnyy ddtMakalah sejarah fhy pnyy ddt
Makalah sejarah fhy pnyy ddt
 
Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan gandaPolarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan ganda
 
Lingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitigaLingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitiga
 
Pembahasan Soal UN Fisika SMA
Pembahasan Soal UN Fisika SMAPembahasan Soal UN Fisika SMA
Pembahasan Soal UN Fisika SMA
 
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang KehidupanPeran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
 

Ähnlich wie makalah Polarisasi

Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoRetno AppleLienna
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Dika Wahyu Suryadi
 
Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahayaprihase
 
Pemanfaatan Gelombang Cahaya Secara Tradisional
Pemanfaatan Gelombang Cahaya Secara TradisionalPemanfaatan Gelombang Cahaya Secara Tradisional
Pemanfaatan Gelombang Cahaya Secara TradisionalKomarudin Muhamad Zaelani
 
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaInduksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaRizka Aprilia
 
PRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptx
PRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptxPRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptx
PRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptxserpong02
 
Materi Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxMateri Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxssuser286a3e
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiIndra S Syafaat
 
gelombang cahaya dan bunyi
gelombang cahaya dan bunyigelombang cahaya dan bunyi
gelombang cahaya dan bunyiFaizatur Rokhmah
 
interferensi dan difraksi
interferensi dan difraksiinterferensi dan difraksi
interferensi dan difraksiannisnuruli
 

Ähnlich wie makalah Polarisasi (20)

Fisika gelombang
Fisika gelombangFisika gelombang
Fisika gelombang
 
Gelombang cahaya fisika sma
Gelombang cahaya fisika smaGelombang cahaya fisika sma
Gelombang cahaya fisika sma
 
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)
 
Sifat sifat cahaya
Sifat sifat cahayaSifat sifat cahaya
Sifat sifat cahaya
 
Presentation ok
Presentation okPresentation ok
Presentation ok
 
Pw point physic
Pw point physicPw point physic
Pw point physic
 
Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahaya
 
Pemanfaatan Gelombang Cahaya Secara Tradisional
Pemanfaatan Gelombang Cahaya Secara TradisionalPemanfaatan Gelombang Cahaya Secara Tradisional
Pemanfaatan Gelombang Cahaya Secara Tradisional
 
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaInduksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
 
Gelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnesGelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnes
 
Gelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNESGelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNES
 
makalah hukum
makalah hukummakalah hukum
makalah hukum
 
PRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptx
PRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptxPRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptx
PRESENTASI IPS MODUL 10,11,12.pptx
 
Materi Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxMateri Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptx
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
 
gelombang cahaya dan bunyi
gelombang cahaya dan bunyigelombang cahaya dan bunyi
gelombang cahaya dan bunyi
 
interferensi dan difraksi
interferensi dan difraksiinterferensi dan difraksi
interferensi dan difraksi
 
Elektrofisika i
Elektrofisika  iElektrofisika  i
Elektrofisika i
 
sifat-sifat gelombang
sifat-sifat gelombangsifat-sifat gelombang
sifat-sifat gelombang
 

Kürzlich hochgeladen

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 

makalah Polarisasi

  • 1. Tugas Kelompok POLARISASI Oleh : KELOMPOK IV Ayu Lestari Hani Rahmadianti Hasnidar Gigih Adrian Said UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan ramat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah tentang “POLARISASI ” ini dengan sebaik mungkin. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Gelombang dan optik serta teman-teman yang turut membantu dan memberikan masukan dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap kalangan yang membaca dan sekaligus dapat membuka wawasan kita yang seluas-luasnya tentang polarisasi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini . Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Makassar, 2 Maret 2013 Penyusun ii
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, yaitu polarisasi. Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang bunyi. Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi. Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus pada tahun 1969. Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran vertikal diserap sebagian. Cahaya alami seperti cahaya matahari yang getarannya ke segala arah di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya terpolarisasi linear. Mengapa polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal? Dari penjelasan sebelumnya dapat kita nyatakan bahwa suatu gelombang terpolarisasi linear bila getaran dari gelombang tersebut selalu terjadi dalam satu arah saja. Arah ini disebut arah polarisasi. Untuk mengamati polarisasi ini, marilah kita ikat seutas tali pada titik O di dinding, kemudian masukkan ujung tali lain, yaitu ujung A ke sebuah celah, Pasang celah dalam posisi vertikal, kemudian getarkan ujung tali di A sehingga gelombang transversal yang merambat dari A dapat menembus celah, dan sampai di titik O. Ubahlah posisi celah menjadi horisontal, kemudian getarkan kembali ujung tali A secara vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus celah (tampak tidak ada gelombang diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A digetarkan berputar, artinya digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang terjadi? Ternyata, gelombang dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang yang sama dengan arah posisi celah, yaitu arah vertikal Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya polarisasi pada gelombang tali yang melewati sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi gelombang sesuai arah
  • 4. celahnya. Polarisasi dapat diartikan sebagai penyearah gerak getaran gelombang. Jika gelombang bergetar ke segala arah, seperti pada gambar setelah melewati sebuah celah, arah getaran gelombang menjadi satu arah getar saja, yang disebut dengan gelombang terpolarisasi linear. Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran tegak lurus dengan arah rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal, yang dapat mengalami polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet termasuk gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Gejalah polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal. Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi. Gejalah polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut. Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah sinar yang tak terpolarisasi. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak menjadi satu arah getar. polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan. 1. Polarisasi karena refleksi Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul oleh benda bening dan sinar biasnya membentuk sudut 90. Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi
  • 5. akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak. Polarisasi karena pemantulan cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak. Polarisasi Gelombang Karena Pemantulan 2. Polarisasi karena absorbsi selektif
  • 6. Teknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah getar lainnya. Pada gambar 4 tampak dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator. Polarisatorberfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami).Analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi. Polarisasi karena absorbsi. Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi. Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera. Polarisasi karena Absorbsi Selektif Prinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik belum berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan polarisator adalah θ). Di analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu analisator yang diteruskan. Jadi, kuat medan listrik yang diteruskan oleh analisator adalah E2 = E cos θ ……………………………(1)
  • 7. Jika cahaya alami tak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas Io, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator, I1 adalah I1= 1/2 I0 ……………………………(2) Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian datang pada analisator dan cahaya yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas I2 . menurut hukum Maulus, hubungan antara I2 dan I1 dapat dinyatakan I2 = I1 cos2 θ = ½ I0 cos2 θ …………………(3) Persamaan 3 menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya terpolarisasi. Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem Polaroid mencapai maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah sejajar (θ = 0o atau 180o) dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus atau 90o Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera. Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut polarisator (Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi), dengan sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan pada polaroid kedua yang disebut analisator (Analisator untuk mengetahui apakah cahaya sudah terpolarisasi atau belum). Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh analisator I, dapat dinyatakan sebagai : I= I0 cos2q Dengan I0 adalah intensitas gelombang setelah melalui analisator. Sudut q adalah sudut antara arah sumbu dan polarisator dan analisator. Persamaan di atas dikenal dengan hukum malus, ditemukan oleh Etienne Louis Malus pada tahun 1809. Dari persamaan hukum Malus ini dapat disimpulkan : Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar (q = 00 atau q = 1800).
  • 8. Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya oleh analisator) jika kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain. 3. Polarisasi karena pembiasan ganda Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit, mika, Kristal gula, Kristal es dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence). Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa yang arah cahayanya Lurus dan cahaya ini tidak terpolarisasi), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa yang cahayanya di belokan dan cahaya ini cahaya yang terpolarisasi). 4. Polarisasi karena hamburan Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya
  • 9. merah. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya. Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan. Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita.Hamburan cahaya oleh partikel kecil bahan adalah salah satu fenomena alam yang indah. Langit biru dan merahnya sunset adalah peristiwa hamburan. Seperti sinar matahari melewati atmosfer, sebagian besar diserap oleh molekul udara dan dengan seketika diberikan pada beberapa arah yang baru. Fenomena hamburan sama dengan perilaku gelombang air pada benda yang mengapung. Ketika sebuah batu kecil tenggelam dalam air yang sama, sebuah gabus kecil yang mengapung akan bergerak naik turun dengan frekuensi dari gelombang yang melewatinya. Gelombang cahaya divisualisasikan bergerak dalam cara yang sama pada molekul udara. Pertama sebuah gelombang cahaya mengatur sebuah molekul atau partikel ke dalam sebuah getaran, gelombang dapat dipancarkan lagi. Kristal diploid adalah Kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang tegak lurus dari cahaya alam (takterpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linier sejajar dengan sumbu ini dating pada Kristal, maka cahaya akan diteruskan dengan redaman yang sangat kecil. Sumbu ini disebut sumbu mudah atau sumbu polarisasi. Biasanya dipasang dua buah Kristal diploid sebagai polarisator dan yang lain sebagai analisator. Jika sumbu mudah kedua Kristal saling tegak lurus, maka tidak ada cahaya yang sampai dapat menembus analisator (medan listrik terserap sempurna). Jika sumbu mudah analisator membentuk sudut terhadap sumbu mudah polarisator, maka cahaya akan dapat sampai pada pengamat dengan intensitas sebesar:
  • 10. I1= I0 cos2 θ ................................(4). Dengan: I1= Intensitas cahaya setelah melewati analisator I0= Intensitas cahaya sebelum melewati analisator θ = Sudut yang dibentuk antara sumbu mudah polarisator dan analisator. 5. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o. Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi. Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa : i + r = 90o atau r = 90o – i 6. Pemutaran Bidang Polarisasi Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar.
  • 11. Pemutaran Bidang Polarisasi Contoh Soal: 1. Ujung seutas tali digetarkan harmonik dengan periode 0,5 s dan amplitudo 6 cm. Getaran ini merambat ke kanan sepanjang tali dengan cepat rambat 200 cm/s. Tentukan: a. Persamaan umum gelombang b Simpangan, kecepatan, dan percepatan partikel di P yang berada 27,5 cm dari ujung tali yang digetarkan pada saat ujung getar telah bergetar 0,2 s c. Sudut fase dan fase partikel di P saat ujung getar telah bergetar 0,2 s Beda fase antra dua partikel sepanjang tali yang berjarak 25 cm Penyelesaian: a. T = 0,5 s ; A = 6 cm=0,06m ; v = 200 cm/s =2 m/s; gel. merambat ke kanan ω =2π/T = 2π/0,5 = 4p rad/s f =1/T = 1/0,5s = 2 λ =v/f = 2/2 = 1m k = 2π ω 2π/T = 2π/0,5 = 4π rad/s. Persamaan umum gelombang: y= A sin 2π( )= A sin (ωt – kx) y = 0,06 sin 2π y= 0,06 sin 2π(2t – x)
  • 12. b). x = 27,5 cm = 0,275 m ; t = 0,2 s Simpangan gelombang: y = 0,06 sin 2π(2t – x) =0,06 sin 2π(2. (0,2) – 0,275) y = 0,06 sin 2π(0,4 – 0,275) = 0,06 sin 2π(0,125) = 0,06 sin (0,25π) y = 0,06 sin(45o) = 0,06 (1/2 )= 0,03 m Kecepatan gelombang: vy = ω.A. cos (ωt – kx) = 4π (0,06) cos 45o = 0,12 m/s Percepatan gelombang: Ay = - ω2.A. sin (ωt – kx) = - (4π)2 (0,06) sin 45o Ay = - 0,96π2 (1/2 )= - 0,48π2 m/s2 c) Sudut fase, θ=2πφ = 2π(2t – x)= 0,25π ; Fase, φ=θ/2π= 0,25π/2π =1/8. d) x = 25 cm =0,25m Beda fase, Δφ=Δx/λ = 0,25/1 =0,25 2) Suatu gelombang sinusoidal dengan frekuensi 500 Hz memiliki cepat rambat 350 m/s. a. Berapa jarak pisah antara dua titik yang berbeda fase π/3 rad? b. berapa beda fase pada suatu partikel yang berbeda waktu 1 ms? Penyelesaian: f=500 Hz, v=350 m/s, λ = v/f = 350/500= 7/10 m/s a) Jarak pisah antara dua titik yang berbeda fase π/3 rad: Δθ= π/3; Δφ=Dθ/2π = 1/6; Δφ=Dx/λ ® Δx=Δφ.λ =(1/6)(7/10)= 7/60 b) Beda fase suatu partikel: t = t2 – t1 = 1 ms = 1 x 10-3 s Dφ =φ 2 - φ1 = (t1 – t2) f = - (1 x 10-3 s) 500 Hz = - ½ . 3) Seutas kawat yang panjangnya 100 cm direntangkan horizontal. Salah satu ujungnya digetarkan harmonik naik-turun dengan frekuensi 1/8 Hz dan amplitudo 16 cm, sedangkan ujung lain terikat. Getaran harmonik tersebut merambat ke kanan sepanjang kawat dengan cepat rambat 4,5 cm/s. Tentukan letak simpul ke-4 dan perut ke-3 dari titik asal getaran! Jawab: L = 100 cm ; f = 1/8 Hz ; A = 16 cm ; v = 4,5 cm/s; λ = v/f = 4,5/1/8= 36 cm Simpul ke 4 → (n + 1) = 4, n = 3 Xn+1 = (2n)( λ/4), x4 = (2)(3) (36/4) = 54 cm Letak simpul ke 4 dari titik asal = L – x4 = 100 – 54 = 46 cm
  • 13. Perut ke – 3 → (n + 1) = 3, n = 2 Xn+1 = (2n+1)( λ/4), x3 = (5)(36/4) = 45 cm Letak perut ke – 3 dari titik asal = 100 – 45 = 55 cm 4). Salah satu ujung dari seutas tali yang panjangnya 115 cm digetarkan harmonik naik- turun, sedang ujung lainnya bebas bergerak. a. Berapa panjang gelombang yang merambat pada tali jika perut ke-3 berjarak 15 cm dari titik asal getaran? b. Di mana letak simpul ke-2 diukur dari titik asal getaran? Jawab: a. x3 = 15 cm ; ke-3→ (n + 1) = 3, n = 2 xn+1 = 2n (λ/4) → x3 = 4(λ/4) ® 15 =1 λ, jadi λ = 15/1 =15 cm b. ke-2 → n + 1 = 2, n = 1 xn+1 = (2n+1) (λ/4) ® x2 = 3(λ/4) = 3(15/4) = 11,25 cm Letak simpul ke-2 dari titik asal getar = L – x2 = 115 – 11,25 = 103,75 cm. 5. Cahaya terpolarisasi acak dikenakan pada polisator bersumbu transmisi vertical. Cahaya yang keluar dari polisator dilewatkan pada analisator dengan arah sumbu transmisi 60° terhadap sumbu transmisi polisator. Perbandingan intensitas cahaya yang keluar dari analisator terhadap intensitas cahaya yang keluar dari polisator adalah Jawab : Dik : θ = 60° I = …..? I = ½ cos2 θ = ½ cos2 60 =½.¼ = 1/8 = 12,5 °/° B. Cara Membuat Gelombang Terpolarisasi Pemantulan, pembiasan, difraksi, dan interferensi dapat terjadi pada gelombang tali (satu dimensi), gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang bunyi dan gelombang cahaya (tiga dimensi). Gelombang tali, gelombang permukaan
  • 14. air, dan gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang gelombang tidak dapat terjadi transversal, pada yaitu polarisasi. gelombang longitudinal, Jadi, polarisasi misalnya pada gelombang bunyi. Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus pada tahun 1969. Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran vertikal diserap sebagian. Cahaya alami yang getarannya ke segala arah di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya terpolarisasi linear. Ide polarisasi gelombang dengan mudah dapat kita pahami dengan memperhatikan secara seksama suatu gelombang transversal pada tali ketika melewati sebuah celah. Dari penjelasan sebelumnya dapat kita nyatakan bahwa suatu gelombang terpolarisasi linear bila getaran dari gelombang tersebut selalu terjadi dalam satu arah saja. Arah ini disebut arah polarisasi. Untuk mengamati polarisasi ini, marilah kita ikat seutas tali pada titik O di dinding, kemudian masukkan ujung tali lain, yaitu ujung A ke sebuah celah. Pasang celah dalam posisi vertikal, kemudian getarkan ujung tali di A sehingga gelombang transversal yang merambat dari A dapat menembus celah, dan sampai di titik O. Ubahlah posisi celah menjadi horisontal, kemudian getarkan kembali ujung tali A secara vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus celah (tampak tidak ada gelombang diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A digetarkan berputar, artinya digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang terjadi? Ternyata, gelombang dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang yang sama dengan arah posisi celah, yaitu arah vertikal. Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya polarisasi pada gelombang tali yang melewati sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi gelombang sesuai arah celahnya. Polarisasi dapat diartikan sebagai penyearah gerak getaran gelombang. Jika gelombang bergetar ke segala arah, seperti pada gambar 1.26 setelah melewati sebuah celah, arah getaran gelombang menjadi satu arah getar saja, yang disebut dengan gelombang terpolarisasi linear. Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran tegak lurus dengan arah rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal, yang
  • 15. dapat mengalami polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet termasuk gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. C. Bias Rangkap Dalam Kristal Polarisasi oleh kristal dikroik Kristal dikroik adalah kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang saling tegak lurus dari cahaya alam (tak terpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linear sejajar dengan sumbu ini datang pada kristal, maka cahaya akan ditruskan dengan redaman yang sangat kecil. Birefrigence (Refraksi Ganda) Efek polarisasi ganda/kembar/rangkap yang terjadi ketika cahaya/sinar dilewatkan melalui kristal Iceland spar (yang sekarang kita kenal sebagai kristal kalsit) pertama kali ditemukan oleh Bartholinus pada tahun1669. Lalu, kemudian pada tahun 1690, ChristianHuygens menemukan fenomena polarisasi cahaya dengan melewatkan cahaya melalui dua buah kristal kalsit yang disusun secara seri. Huygens mendapatkan bahwa jika sebuah sinar masuk ke dalam kristal kalsit dalam berbagai sudut masuk, maka sinar itu akan terpecah menjadi dua buah sinar yang keluar dari kristal kalsit, yakni sinar biasa (sinar o) dan sinar luar biasa (sinar e). Pembelokan rangkap/ganda/rangkap dari sebuah sinar yang ditransmisikan melalui kalsit dinamakan refraksi ganda/kembar. Jadi, jika cahaya melalui kaca, maka cahaya lewat dengan kelajuan sama ke segala arah. Ini disebabkan kaca mempunyai satu indeks bias. Tetapi dalam bahan kristal tertentu seperti kalsit dan kuarsa. Kelajuan cahaya tidak sama untuk ke segala arah. Ini disebabkan kristal mempunyai lebih dari satu nilai indeks bias. Jadi cahaya yang lewat mengalami pembiasan ganda. Jika seberkas sinar datang searah garis normal, maka sinar ini akan dibagi menjadi dua sinar. Sinar pertama diteruskan tanpa pembelokan disebut sebagai sinar biasa. Sinar kedua dibelokkan, dan disebut sebagai sinar istimewa. Peristiwa ini disebut sebagai polarisasi dengan pembiasan ganda. Jadi polarisasi pembiasan ganda terjadi pada kristal yang memiliki lebih dari satu nilai indeks bias. Jika seberkas sinar datang searah dengan sumbu normal, maka akan dibagi menjadi dua, yaitu sinar biasa dan sinar istimewa.
  • 16. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Polarisasi adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak menjadi satu arah getar. Karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik dimana mempunyai arah getar yang tegak lurus arah penjalaran, maka cahaya dapat mengalami polarisasi. 2. Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, yaitu polarisasi.Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang bunyi. 3. Efek polarisasi ganda/kembar/rangkap yang terjadi ketika cahaya/sinar dilewatkan melalui kristal Iceland spar (yang sekarang kita kenal sebagai kristal kalsit) fenomena polarisasi cahaya dengan melewatkan cahaya melalui dua buah kristal kalsit yang disusun secara seri. jika sebuah sinar masuk ke dalam kristal kalsit dalam berbagai sudut masuk, maka sinar itu akan terpecah menjadi dua buah sinar yang keluar dari kristal kalsit, yakni sinar biasa (sinar o) dan sinar luar biasa (sinar e).
  • 17. 4. Kristal dikroik adalah kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang saling tegak lurus dari cahaya alam (tak terpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linear sejajar dengan sumbu ini datang pada kristal, maka cahaya akan ditruskan dengan redaman yang sangat kecil. B. Saran Saran dari makalah ini adalah diharapkan adalah agar pembelajaran selanjutnya lebih ditingkatkan lagi.