Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap produk Indomie khususnya mahasiswa Universitas Gunadarma, (2) Faktor-faktor tersebut meliputi kualitas produk, harga, dan iklan. (3) Kualitas produk, harga yang sesuai dengan manfaat, serta iklan yang efektif dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Presentation1
1. ANALISIS FAKTOR KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK INDOMIE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era sekarang ini, penduduk Indonesia gaya hidupnya ingin serba cepat,praktis dan tidak
membuang waktu yang banyak. Termasuk dalam mengkonsumsi makanan, masyarakat Indonesia ingin
instant dan cepat saji dikarenakan kesibukan mereka yang membuat mereka lebih suka mengkonsumsi
makanan yang seperti itu.
Dan salah satu makanan yang mereka pilih adalah mie instant karena disamping penyajiannya
praktis dan cepat, rasanya pun enak dan banyak pula pilihan rasanya. Dan Indomie merupakan salah
satu mie instant ternama di Indonesia dari PT.Indofood.Walaupun pada saat ini banyak merk-merk mie
instant yang beredar di pasaran, konsumen masih memilih Indomie sebagai pilihan mereka dalam
mengkonsumsi mie instant.
2. Dikutip dari harisahmad.blogspot.com yang isinya menyatakan “Berdasarkan data PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan
suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan
produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren
yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada
masa yang akan datang.Mie instant merupakan salah satu makanan yang sudah tidak asing bagi
masyarakat Indonesia. Mie instant sering dikonsumsi sebagai makanan alternatif pengganti makanan
pokok. Sejalan dengan perkembangan produksi mie instan produksi tepung terigu juga mengalami
peningkatan. Hal ini karena bahan baku dasar mie instan adalah tepung terigu.” Berdasarkan uraian
diatas Penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR
KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK INDOMIE”
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Faktor apa saja yang membuat Indomie di gemari sampai sekarang khusunya mahasiswa
Universitas Gunadarma kelas 3EA01
3. 1.3 Tujuan
•Untuk mengetahui alasan mengapa Indomie digemari oleh konsumen khususnya mahasiswa Universitas
Gunadarma kelas 3EA01.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be
defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of
products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari,membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk,
jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan
mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
4. 2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
• Faktor Budaya
• Faktor Sosial
• Faktor Pribadi
• Faktor Psikologis
• Faktor Marketing Strategi
Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
• Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan,
marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki
pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi
mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam
bertingkah laku.
5. • Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya
hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari
sesuatu
2.1.3 Model Perilaku Konsumen
Salah satu model sikap dan perilakukonsumen adalah model Fishbein. Model ini digunakan
dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini
memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya
disajikan berikut ini :
a.Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan
atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan
menentukan tindaka apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
6. b.Komponen norma subyektif
Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu.
Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan normatif individu
terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai
arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam
mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi
seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
perilakunya.
2.1.4 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah
sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan
informasi – informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya.
Hasil dari pemikiran itu dipengaruhi kekuatan kehendak konsumen untuk membeli sebagai alternative
dari istilah keputusan pembelian yang dikemukakan oleh Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi,
2002). Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap
produk.
7. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu
produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah
yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya
konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian
informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5) perilaku pascapembelian
(Kotler, 2002).
2.1.5 Kualitas Produk
Menurut Kottler dan Amstrong ( 2001 ) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten.
Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki
oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang
lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan
suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa
indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran
produk, dan lain – lain. Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi 2002) Untuk mencapai kualitas
produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas.
8. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah
ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan.
Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya
konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan
kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir
panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam
keputusan pembelian konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen
cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang
diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk sejenis lainnya.
Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk perusahaan tertentu jauh lebih
berkualitas daripada produk pesaing dan konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih
berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi
setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. Konsumen senantiasa
melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk
menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen
untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut.
9. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
2.1.4 Harga
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk
sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk
jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal
yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan
mengidentifikasikan harga dengan nilai. Menurut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah
uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai
bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang
dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Fandy Tjiptono, 2001). Dalam
penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau
jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa subtitusi.
10. Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer
perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga
sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti
berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (John C. Mowen
dan Michael Minor, 2002). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah
dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Dan konsumen
akan merasa puas apabila manfaat yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih tinggi dari
nominal uang yang mereka keluarkan.
Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatarbelakangi mengapa konsumen memilih
suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu produk tersebut karena benar-benar ingin
merasakan nilai dan manfaat dari produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk
tersebut dengan harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada
kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau karena ingin dianggap
konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut dan ingin dianggap loyal.
.
11. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu
peranan alokasi dan peranan informasi (Fandy Tjiptono, 2001). Peranan alokasi dari harga adalah fungsi
harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi
yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu
para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai jenis barang
dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan
alokasi dana yang dikehendaki. Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam "mendidik"
konsumen mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di
mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif.
Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi (Fandy
Tjiptono, 2002).
Penyesuaian khusus terhadap harga dapat dilakukan dengan penetapan harga berdasarkan nilai
yaitu harga menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan jasa yang baik dengan harga yang pantas.
Penetapan harga berdasarkan nilai berarti merancang ulang merek yang sudah ada untuk menawarkan
produk yang lebih bermutu dan memiliki nilai merek di mata konsumen pada tingkat harga tertentu atau
produk bermutu sama dengan harga yang lebih murah.
12. Dari fenomena ini konsumen memperoleh nilai lebih dengan memperoleh produk dengan harga
yang ekonomis disertai dengan manfaat yang besar.
Berdasarkan dari bahasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa harga yang dipatok secara
rasional dan sepadan dengan manfaat produk diberikan dapat mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen terhadap suatu produk.
2.1.5 Iklan
Iklan merupakan suatu investasi ekonomis, dan bagi kebanyakan perusahaan dan organisasi non
profit, iklan merupakan sebuah investasi yang dianggap sangat menguntungkan. (Shimp, 2003:42).
Periklanan menurut Jefkins ( 1997 ) adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang
diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan
biaya semurah murahnya. Menurut Kotler ( 2002 ), periklanan adalah segala
bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor
tertentu yang memerlukan pembayaran. Sedangkan periklanan menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel
(2001) merupakan bentuk dari komunikasi bukan pribadi yang dibayar dimana sponsor atau
perusahaan diidentifikasi.
13. Menurut Rhenald Kasali ( 1995 ), iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang
disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Penyajian pesan itu
harus dapat disuarakan atau diperlihatkan dan dinilai secara terbuka untuk suatu produk, jasa, atau ide.
Sedangkan Keller (1998) dalam ( Prima, 2008) mendefinisikan Advertising sebagai ”any paid for of
nonpersonal presentasion and promotion of ideas, goods, or service by an identified sponsor”. ”Paid”
artinya bahwa secara umum ruang atau waktu untuk menyampaikan pesan iklan harus dibeli.Atau dengan
kata lain periklanan terdiri dari semua kegiatan penyajian non personal, suatu pesan tertentu, dan
mempromosikan ide-ide, barang, atau jasa yang dilakukan oleh umum. Komponen nonpersonal dari iklan
meliputi media massa (seperti televisi, radio, majalah, suarat kabar) yang dapat menyampaikan suatu
pesan kepada suatu kelompok besar, seringkali pada saat yang bersamaan.
Pendapat dari Fandy Tjiptono( 1997 ), iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang
didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga
menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian.
American Marketing Association (AMA) mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk
mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang
jelas.
14. Menurut David A. Aaker seperti dikutip Fandy Tjiptono ( 2002:103 ) menyatakan bahwa iklan
memegang peranan penting dalam pemasaran karena iklan akan menyampaikan beberapa pesan diantaranya
adalah brand awareness (dikenal oleh masyarakat), strong brand association (memiliki persepsi terhadap
merek tertentu yang baik), perceived quality (dipersepsikan konsumen untuk mengetahui produk tersebut
bagian dari produk berkualitas), dan brand loyality (memiliki pelanggan setia). Setiap perusahaan tidak hanya
membuat produk yang bagus, namun juga berinvestasi meningkatkan ekuitas merek melalui
periklanan, sehingga dengan adanya iklan konsumen akan menjadi tahu tentang keunggukan suatu produk.
Periklanan merupakan salah satu kiat utama yang digunakan perusahaan untuk mengarahkan
komunikasi pada pembeli sasaran dan masyarakat. Periklanan juga merupakan cara yang paling efektif untuk
menyebarkan peran, membangun preferensi kesan merek, maupun motivasi konsumen (Rhenald Kasali,
1995). Konsumen akan merasa dekat dengan perusahaan apabila mendapatkan informasi seputar perusahaan
dan info merek produk yang bersangkutan. Iklan menunjukkan seberapa besar niat perusahaan untuk
melayani kepentingan konsumen. Menurut Cravens (1996) mengemukakan bahwa keuntungan penggunaan
iklan untuk berkomunikasi dengan para konsumen diantaranya adalah biaya yang rendah perpemasangan,
keragaman media, pengendalian pemasangan, isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain
iklan yang efektif dan kreatif.
15. Untuk memperkenalkan produknya biasanya perusahaan menggunakan media iklan, diantaranya
televisi.Televisi adalah media yang banyak disukai oleh kalangan pengiklan nasional karena sangat
mudah dilihat dan kemampuan mendemonstrasikan suatu. Terlebih lagi, televisi menngunakan
warna, suara, gerakan, dan musik. Sehingga iklan tampak begitu hidup dan nyata. Iklan visual dapat
menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen begitu melihat produk akan segera
teringat akan suatu merek tersebut (Jefkins, 1997).
2.2 HIPOTESIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasaan Konsumen terhadapa Indomie oleh mahasiswa
Universitas Gunadarma kelas 3E01.Penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : data terdistribusi normal
Ha : data tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
jika nilai asymp. Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan terdistribusi
normal Jika nilai asymp. Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan tidak
terdistribusi normal.
16. Untuk menguji korelasi ini digunakan hipotesa sebagai berikut :
Ho : Tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel
Ha : Terjadi korelasi yang signifikan antara variabel
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
Jika nilai Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan tidak terjadi korelasi yang signifikan.
Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan terjadi korelasi yang signifikan.
Untuk menguji chi square ini digunakan hipotesa sebagai berikut :
Ho : konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap
variabel Dependen.
Ha : konsumen setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen.
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
Jika nilai Sig > a maka terima HO, maka konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel
Independen terhadap variabel Dependen. Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka konsumen setuju
adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen.
17. 2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan skripsi dari Made Novandri SN yang berjudul “ANALISIS
PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAAN SEPEDA MOTOR YAMAHA PADA HARPINDO JAYA CABANG
NGALIYAN” dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Indepen (kualitas produk, harga dan
iklan)mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan
pembelian. Ketiga factor tersebut dianggap penting ketika akan membeli sepeda motor di
Harpindo Jaya Cabang Ngaliyan.
Berdasarkan tulisan dari Novel Haliana yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK INDOMIE variabel bebas (budaya, sosial,
pribadi dan psikologis) secara keseluruhan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian yang akan diambil oleh konsumen dalam pembelian Mie Instan Merek
Indomie.
18. 2.4 Alat Uji
Alat uji yang digunakan ada beberapa tahapan yaitu : (1) uji Validitas dan Reliabelitas, (2) uji
Normalitas, (3) Korelasi dan (4) uji Chi Square. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh
mana instrumen pengukuran mampu mengukur apa yang ingin di ukur (Purbayu Budi & Ashari, 2005
: 247). Dalam hal ini uji validitas digunakan dalam penerapan sebagai instrumen yang mengukur data
responden milik penulis.
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala
yang sama di lain kesempatan. Penulis memiliki kuesioner, maka hasil kuesioner tersebut akan sama
jika digunakan untuk mengukur pada penelitian sejenis yang lainnya. salah satu uji persyaratan yang
harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametric yaitu uji normalitas data. Pengujian ini
menuntut asumsi data yang diuji terdistribusi normal. Apabila sampel diperbesar, penyimpangan
asumsi normalitas ini semakin kecil pengaruhnya.(Gunawan Sudarmanto, 2005 : 105).
19. Analisis korelasi merupakan salah satu tekhnik statistik yang sering digunakan untuk melihat
hubungan yang terjadi antara variabel yang ada. Tujuannya adalah untuk melihat dan mengetahui pola
serta keeratan hubungan variabel. Menurut Arief Pratisto (2009 : 71) terdapat 3 arah korelasi, yaitu
positive correlation, negative correlation dan nihil correlation. Korelasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu
korelasi parametric dan korelasi non parametrik. Jika angka dari korelasi tersebut bernilai negative
maka yang terjadi adalah hubungan yang tidak searah, tetapi bilai nilai korelasi tersebut positif maka
yang terjadi adalah hubungan yang searah antarvariabel yang diuji.
Uji Chi kuadrat (Chi Square) adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi
observasi/ yang benar-benar terjadi/ aktual (Fo) dengan frekuensi harapan/ ekspektasi (Fe) yang
didasarkan atas hipotesis tertentu.
20. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Penelitian
Model penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kepuasaan konsumen terhadap
kualitas produk dan harga.
3.2 Cara Pengambilan Data Dan Sumber Data
Penulis menggunakan data sekunder yang didapat dari jurnal sebelumnya yang didapat dari
internet. Setelah itu data dianalisis oleh penulis.
3.3 Tahapan Penelitian
Pada Penelitian ini, penulis melakukan beberapa tahapan penelitian, yaitu sebagai berikut:
•Studi Pendahuluan
•Perumusan Masalah
•Pengumpulan dan Pengolahan Data
•Analisis Data
•Kesimpulan
•Saran
21. 3.4 Sampel dan Populasi
Populasi penelitian ini adalah 80 Mahasiswa Universitas Gunadarma. Dan sampel yang
dipilih adalah 30 orang Mahasiswa Universitas Gunadarma Kelas 3EA01.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil uji validitas dengan menggunakan data sebanyak 30 responden dari total 80
orang responden di dapat nilai R Product Moment sebesar 0,306. dengan beberapa indikator yang
digunakan di dapat hasil perhitungan seperti tabel 1 berikut ini. Dari hasil uji validitas dengan
menggunakan data sebanyak 30 responden dari total 80 orang responden di dapat nilai R Product
Moment sebesar 0,306. dengan beberapa indikator yang digunakan di dapat hasil perhitungan seperti
tabel 1 berikut ini.
23. Dari hasil pengolahan data tersebut ternyata seluruh indikator yang nantinya membentuk variabel
bebas maupun terikat telah lolos dari uji validitas yang dilakukan. Selanjutnya untuk Uji validitas
dapat dilihat hasil dengan nilai sebesar 0,929. Yang artinya data tersebut dikatakan reliabel dengan
nilai standar reliabel diatas angka 0,6.
24. Selanjutnya pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Uji Normalitas
Variabel Rasio Rasio Shapiro K-S Kesimpulan
Skewness Kurtosis Wilk
Kebudayaan -0.88475836 2.5582707 0 0 T.Normal
Sosial -1.77695167 2.1052632 0 0 T.Normal
Pribadi -1.60966543 2.5958647 0 0 T.Normal
Psikologis -0.95539033 2.8157895 0 0 T.Normal
Kepuasaan 0.75464684 1.8834586 0 0 T.Normal
Konsumen
Sumber : Data Kuesioner
25. Dari hasil pengolahan data tersebut ternyata seluruh indikator yang nantinya membentuk
variabel bebas maupun terikat telah lolos dari uji validitas yang dilakukan. Selanjutnya untuk Uji
validitas dapat dilihat hasil dengan nilai sebesar 0,929. Yang artinya data tersebut dikatakan
reliabel dengan nilai standar reliabel diatas angka 0,6.
Dari hasil output tersebut maka dapat dikatakan data untuk seluruh variabel yang ada adalah
tidak terdistribusi normal, karena nilai Asymp. Sig adalah lebih kecil dari nilai alpha yang
digunakan dan juga ada beberapa nilai rasio skewness dan rasio kurtosis yang tidak terpenuhi.
Maka dari hasil normalitas ini pengujian selanjutnya harus menggunakan statistika non
parametrik.
26. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui pola keeratan hubungan antar variabel.
Dalam hal ini penulis menggunakan korelasi spearmen, karena dari hasil pengujian
kenormalan data ternyata data tidak terdistribusi normal. Untuk data tidak normal dapat
dikerjakan dengan korelasi spearmen, karena termasuk kedalam korelasi non parametrik.
Dimana variabel bebasnya terdiri dari x1 sebagai variabel budaya, x2 sosial, x3 pribadi dan
x4 adalah psikologis. Dan variabel terikatnya adalah kepuasaan konsumen. Hasil pengujian
korelasi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Arah hubungan Korelasi Dan Signifikansi Antara
Variabel Bebas Denagn Variabel Terikat
Hubungan antar Nilai Arah Keeratan Sig Hubungan
variabel Koreasi Korelasi
Y dengan X1 0.466 Cukup kuat searah 0.037 Signifikan
Y dengan X2 0.335 Cukup kuat searah 0.000 Signifikan
Y dengan X3 0.230 Cukup kuat searah 0.018 Signifikan
Y dengan x4 0.350 Cukup kuat searah 0.001 Signifikan
Sumber : Data Kuesioner
27. .
Dari hasil uji korelasi Spearmen pada tabel 3 tersebut ternyata seluruh hubungan yang
ada antara variabel independen dengan dependen dapat berkorelasi secara signifikan. Dan
diantara variabel independen yang mempunyai nilai korelasi paling tinggi adalah antara
variabel Y dengan X1 atau bisa disebut antara variabel Keputusan Pembelian dengan
variabel budaya dengan nilai korelasi sebesar 0.466. Sedangkan nilai korelasi terendah
terjadi antara variabel Y dengan X3 atau disebut antara variabel Keputusan Pembelian
dengan Pribadi.
Dari uji chi square di dapat hasil untuk variabel budaya, sosial, pribadi dan
psikologis dengan nilai Asymp.Sig sebesar 0. maka dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa ke empat variabel bebas yang ada konsumen setuju dengan adanya pengaruh
keempat variabel tersebut terhadap variabel kepuasaan konsumen. Dan satu lagi pada
variabel kepuasaan konsumen juga mempunyai nilai Asymp.Sig sebesar 0. maka dapat
dikatakan bahwa konsumen setuju jika variabel kepuasaan konsumen di pengaruhi oleh
variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis
28. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 80 orang responden penikmat Mie Instant
Indomie yang dibagi dalam 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat didapat hasil
perhitungan sebagai berkut :
•Dari seluruh variabel bebas (budaya, sosial, pribadi dan psikologis) secara keseluruhan dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian yang akan diambil oleh konsumen
dalam pembelian Mie Instan Merek Indomie.
•Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel budaya terhadap variabel keputusan pembelian adalah
sebesar 0,466. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor budaya
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kepuasaan konsumen.
29. •Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel sosial terhadap variabel keputusan pembelian adalah
sebesar 0,335. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor sosial dapat
mempengaruhi kepuasaan konsumen.
•Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel pribadi terhadap variabel keputusan pembelian adalah
sebesar 0,23. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor pribadi dapat
mempengaruhi kepuasaan konsumen.
•Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel psikologis terhadap variabel keputusan pembelian adalah
sebesar 0,35. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor psikologis dapat
mempengaruhi kepuasaan konsumen
30. 5.2 Saran
Di setiap wilayah memiliki tradisi kebudayaan berbeda-beda terhadap makanan.Selain itu factor harga
dan kualitas produk juga merupakan aspek penting . Maka dari itu nilai kepuasaan terhadap konsumsi
produk Indomie yang harus selalu diperhatikan.