Forum ilmiah merupakan kegiatan pertukaran informasi ilmiah yang melibatkan berbagai pelaku dari latar belakang yang berbeda. Untuk menjamin proses diskusi yang bermutu diperlukan aturan dan etika berbahasa yang tepat, seperti penggunaan bahasa Indonesia baku dan intonasi yang sopan untuk mencegah salah paham.
1. MAKALAH BAHASA INDONESIA
Etika dan Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Kelompok Dua
Amira Fadhila Aisyah
Anindya Atma Zulatsari
Ari Hafiz Alamsah
Ach. Tsabit Falah
Nur Annisa Eka Asri
Nisrina Dyah Wulandari
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
Forum ilmiah merupakan kegiatan yang umum dilakukan para akademisi dan
profesional.Berbeda dengan forum lainnya, forum ilmiah mempunyai ciri jelas yaitu topik
yang dibicarakan menyangkut suatu bidang ilmu tertentu. Itu artinya, segala pembahasan
dalam forum bernaung dalam suatu disiplin ilmu dan tidak keluar dari batas-batasnya. Itulah
sebabnya tidak semua forum merupakan forum ilmiah, karena terdapat forum yang
mendiskusikan topik tanpa didasari disiplin ilmu tertentu.
Forum ilmiah menjadi wadah pertukaran dan penyebarluasan informasi yang efisien
karena dapat mempertemukan berbagai pendapat dan cara pandang atas suatu topik.Topik
dapat dibahas, dikupas, dirumuskan bahkan dicari penyelesaiannya dalam suatu forum
ilmiah. Itulah sebabnya, forum ilmiah memiliki andil yang besar bagi masyarakat khususnya
kalangan intelektual.
Dalam berforum ilmiah, tentunya melibatkan banyak orang dari berbagai latar
belakang, sifat dan karakter. Dalam proses pertukaran informasi baik dalam penyampaian
materi, tanya jawab maupundiskusi, masing-masing individu akan dihadapkan dengan
perbedan pendapat. Kemungkinan terjadinya ketidaksepahaman antar pelaku forum ilmiah
sangatlah besar dan bahkan bisa berujung pada sanggahan-sanggahan tajam atau debat kusir
yang tidak berkesudahan. Hal-hal tersebut akan membuat suasana forum tidak kondusif dan
proses pertukaran informasi menjadi tidak sempurna. Akibat yang ditimbulkan mulai dari
materi yang disampaikan tidak bisa dipahami secara penuh dan menyeluruh, pembahasan
menjadi terlalu luas dan menjauh dari inti topik diskusi, dan pada akhirnya akan sulit
mencapai kesepakatan hasil diskusi.
Maka dari itu, diperlukan aturan dan tata tertib agar forum tetap kondusif sehingga
mampu menghasilkan diskusi yang baik dan bermutu. Faktor lain yang penting untuk
diperhatikan adalah penggunaan bahasa indonesiabaku karena forum ilmiah merupakan
forum formal. Etika dalam berbahasa harus dijaga, termasuk didalamnya pemilihan diksi dan
intonasi dalam penyampaian pendapat, argumen, dan sanggahan agar tidak terjadi salah
paham yang memperuncing perbedaan pendapat.
Apabila pelaku forum telah memahami dan mematuhi etika berbahasa dan tata tertib
yang ada diharapkan forum ilmiah dapat berjalan dengan baik dan masing-masing pelaku
ilmiah dapat menyuarakan pendapatnya sehingga forum benar-benar menjadi wadah
3. pertukaran informasiyang efektif. Jika forum ilmiah berhasil menjalankan fungsinya yaitu,
pelaku ilmiah dapat berkomunikasi secara baik dan benar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Forum Ilmiah
Forum ilmiah merupakan kegiatan keilmuan yang lumrah dilakukan pada
lembaga pendidikan. Kegiatan seperti ini diadakan bertujuan untuk merangsang dan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi pelakunya.
Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh
mahasiswa ataupun pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana
penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural.
Ciri pokok suatu forum ilmiah, antara lain:
1. Informatif, yaitu suatu sifat komunikasi yang bertujuan memberikan informasi atau
penjelasan. Forum ilmiah dapat menjadi jembatan antara narasumber dan masyarakat
sehingga informasi yang dimiliki sumber dapat tersebar dan diketahui oleh orang
banyak.
2. Interaktif, yaitu bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif. Forum
ilmiah yang memberikan kesempatan pesertanya untuk mengikuti diskusi tentu akan
menghasilkan hubungan timbal-balik dan saling aktif ketika terjadi saling tukar
pendapat oleh pelaku forum.
Agar presentasi ilmiah dalam forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada
kiat-kiat yang perlu diterapkan, yaitu (Mussarafah, 2012):
1. Menarik perhatian dan minat perilaku ilmiah Perilaku ilmiah
Untukmenarikminatdanperhatianpadatopik/masalah
yang
dibahas,
seorangpenyajidapatmenggunakan media yang menarikmisalnya media visual
sepertigambardenganwarna
yang
danilustrasi
yang
menarik,
menunjukkanlatarbelakang
agar
informasibisatersampaikkandenganbaiksehinggasemakinmemperjelaspemahamanpe
ndengar,
danmenjagasuara
tidakmonotonsertaterdengardenganjelasolehseluruhpeserta
suaturuangan.
2. Menjaga minat dan perhatian peserta
agar
yang
berada
di
4. Untukmenyampaikanpemikiransecaraefektif,
pembicaraharusdapatmempertahankanperhatianpendengar.Beberapahal yang penting
yang
dapatdipersiapkanadalahdenganmenghubungkansubyekpembahasandengankebutuha
npendengar,
karenapendengartertarikdenganhal-hal
yang
mempengaruhimerekasecarapribadi, bahasa yang digunakansebaiknyajelasdanhidup
agar
pendengartidakbosan,
hubungkangagasandengansubyek
yang
dikenaldenganluas,
danmelibatkanpendengardenganmemberikesempatandalammenanggapi.
dalampresentasijugadapatdiselipkansedikitkomentarringan/humor,
mengedarkansampel,
Selainitu,
ceritasingkat,
mengajukkanpertanyaansingkatdanmengemukakkan
data
statistik (Purbasari, 2009).
3. Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas
Untukmenjaga
agar
presentasitetapfokuspadamakalah
yang
dibahas,
penyajiharusmenaatibahan yang telahdisiapkandanmemberipenjelasansingkat, padat,
terhadapbutir-butirinti.
4. Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah
Untukmenjagaetikadapatdilakukandengancaramenghindarihal-hal
yang
dapatmerugikan
yang
(menyinggungperasaan)
orang
lain.
Merupakanhal
pentinguntukmelatihdanmengontrolemosisertaekspresiwajah
agar
penampilanpenyajitetappantas,
sopandanberetikasehinggatidakmenyinggungperasaansalahsatupihak
(Haryanta,
2009).
B. Etika
Etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatuyang telah dilakukan. Etika dimulai
bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat- pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu
untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga
5. tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat
dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia (Mussarafah, 2012).
C. Estetika
Kata estetika berasal dari kata aesthesis yang artinya perasaan atau sensitifitas,
karena memang pada awalnya pengertian itu berhubungan dengan lidah dan perasaan.
Dalam pengertian teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari
keindahan, kecantikan secara umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita
memandang sesuatu secara umum, maka obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas
dan sebagainya yang sejalur dengan kata tersebut, maka dapat dikatakan obyek yang
dipandang itu mengandung keindahan. Estetika secara sederhana adalah ilmu yang
membahas keindahan bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang
mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi
seni (Mussarafah, 2012).
6. BAB III
PEMBAHASAN
Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh
mahasiswa ataupun pelaku-pelaku ilmiah lainya, yang berfungsi sebagai sarana
penyebaran informasi ilmiah. Dalam forum ilmiah, ada beberapa pembicara ahli untuk
menyampaikan suatu materi serta ada beberapa peserta tertentu yang paham terhadap
bidang tertentu.
A. Jenis – jenis Forum Ilmiah
1. Diskusi Panel
Diskusi panel merupakan suatu diskusi yang terdiri atas seorang pemimpin,
sejumlah peserta dan beberapa pendengar. Dalam jenis diskusi ini tempat duduk
diatur sedemikian rupa sehingga pendengar dapat mengikuti jalannya diskusi dengan
seksama. Setelah berlangsung tanya jawab antara pemimpin dan peserta, peserta dan
pendengar, pemimpin merangkum hasil tanya-jawab atau pembicaraan, kemudian
mengajak pendengar ikut mendiskusikan masalah tersebut sekitar separuh dari
waktu yang tersedia.
Biasanya dalam diskusi panel topik yang dibahas adalah topik khusus
misalnya: “perkembangan konsep tindak pidana terkait dengan agama dalam
pembaharuan KUHP”. Selain itu, pembicara dalam diskusi panel merupakn
pembicara tertentu yang ahli dalam suatu bidang. Peserta yang mengikuti diskusi
panel juga merupakan peserta khusus yang paham dan mengerti dengan pembahasan
yang diberikan pembicara.
7. 2. Seminar
Pertemuan berkala
yang biasanya diselenggarakan oleh sekelompok
mahasiswa dalam rangka melaporkan hasil penelitiannya, umumnya di bawah
bimbingan seorang dosen atau ahli dan tidak untuk memutuskan sesuatu. Seminar
dapat bersifat tertutup atau terbuka dan juga dapat dihadiri oleh umum, tetapi
mereka tidak ikut berdiskusi, melainkan hanya bertindak sebagai peninjau.
Pembicara yang ditentukan sebelumnya, umumnya menguraikan gagasan atau
topiknya dalam bentuk kertas kerja.
Seminar biasanya menampilkan satu atau beberapa pimbacar dengan kertas
kerja atau makalah masing-masing. Topik dalam seminar membahas suatu masalah
secara ilmiah. Namun ada juga seminar yang tidak membicarakan hal ilmiah, seperti
seminar bisnis, atau acara Mario Teguh misalnya.
Seminar yang topiknya tidak bernaung dalam suatu disiplin ilmu tertentu tentu
tidak bisa dikategorikan sebagai forum ilmiah.
8. 3. Simposium
Pertemuan ilmiah untuk membandingkan berbagai pendapat atau sikap
mengenai suatu masalah yang diajukan oleh sebuah panitia. Uraian pendapat dalam
simposium ini diajukan lewat kertas kerja yang dinamakan prasaran. Dan beberapa
prasaran yang disampaikan dalam simposioum harus berhubungan. Orang yang
mengajukan prasaran, yang dinamakan pemrasaran, berkewajiban.
Topik yang biasanya diulas dalam symposium adalah topik tertentu yang
nantinya akan dibandingkan oleh para pembicara untuk masalah dalam topik.
Pembicara dalam symposium merupakan pembicara tertentu yang ahli dalam
bidangnya. Begitu pula dengan para peserta yang hadir dalam symposium, peserta
merupakan ahli dalam bidang tersebut.
9. 4. Konferensi
Pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau badan resmi
sehubungan dengan masalah tertentu yang mempunyai efek, misalnya konferensi
yang diadakan anggota G8 membahas perubahan iklim dan global warming. Topik
yang dibahas dalam konferensi biasanya mengenai kerjasama atau hubungan antara
Negara satu dengan Negara lain. Peserta yang ikut dalam konferensi adalah
perwakilan dari Negara-Negara yang mengikuti konferensi tersebut.
5. Lokakarya (academic workshop)
Suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan dan
mencari solusi dari suatu rumusan masalah.Sebuah lokakarya adalah pertemuan
ilmiah yang kecil, dimana topik yang dibicarakan sangat khusus sehingga pesertanya
10. terdiri dari para ahli di bidang tersebut. Hasil dari suatu lokakarya masih berbentuk
konsepsi dan teore.
6. Whole Group
Bentuk diskusi kelompok besar, contohnya : pleno, paripurna, dsb. Dalam
forum ini kelompoknya dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari sekitar lima
belasorang.
7. Buzz Group
Buzz group berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata buzz dan group.
Buzz yang berarti “dengung” dan Group yang berarti “kelompok”. Jadi bisa
dikatakan bahwa Buzz Group adalah kelompok dengung.
11. Pola diskudi kelompok ini adalah: topik + peserta +audiens, maksudnya suatu
topik akan didiskusikan oleh para peserta yang tidak lain audiens dari suatu forum
ilmiah, misalnya pada suatu Loka Karya akan dibentuk beberapa Buzz Group untuk
membahas berbagai macam aspek permasalahan dengan bertukar pikiran hingga
diskusi dapat diperoleh suatu kesimpulan mengenai masalah yang dibahas
8. Syndicate Group
Metode diskusi Sindicate-Group merupakan salah satu jenis diskusi kelompok
kecil (3-6 orang), dimana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda antara
satu kelompok dengan kelompok lain.
9. Brain Storming
Metode Brainstorming merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka
menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua
peserta. Namun berbeda dengan diskusi pada umumnya, dalam Brain Storming
gagasan dari seseorang tidak untuk ditanggapi oleh peserta lain.
12. 10. Santiaji
Pemberian petunjuk atau pengarahan mengenai strategi kerja (terkadang
disertai peragaan atau pelatihan oleh narasumber). Santiaji bersifat sangat praktikal,
sehingga diskusinya tidak hanya membahas konsep dan dasar suatu masalah.
11. Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi (umumnya dalam lingkup agama islam)
untuk mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
Seperti misalnya muktamar Nahdlatul Ulama, didalam muktamar tersebut akan
dibahas masalah yang tengah dihadapi tidak hanya oleh Nahdlatul Ulama tapi juga
penganut agama islam di indonesia pada umumnya.
13. 12. Bedah Buku
Sebuah kegiatan mengungkapkan kembali isi suatu buku secara ringkas
dengan memberikan saran terkait dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut
menurut aturan yang berlaku umum atau yang telah ditentukan. Bedah buku juga
berusaha menguak makna dari tulisan dalam buku tersebut menurut sang penulis
sendiri dan akan ditambahkan dengan tanggapan dari narasumber yang berkaitan
dengan genre, atau pembahasan buku tersebut.
14. B. Tekhnis Forum Ilmiah
1. Persiapan penyelenggaraan diskusi
Persiapan sebelum diskusi
a. Merumuskan topik sesuai dengan sasaran yang akan dicapai
b. Topik dikhususkan agar tidak terlalu luas dan mempermudah jalannya diskusi
c. Merumuskan topik secara konkrit
d. Bahan-bahan diskusi diberikan kepada para peserta
Persiapan menjelang diskusi
a. Penulisan topik yang akan ditemakan
b. Pengumpulan bahan-bahan referensi
c. Menyiapkan undangan yang akan dibagikan
d. Mengecek kembali tempat diskusi termasuk semua sarana yang diperlukan
Selama diskusi berlangsung
a. Perlu dipantau jalannya diskusi agar tidak menyimpang dari metode yang
ditetapkan
b. Setiap diskusi harus dimulai dengan pendahuluan
c. Ketua diskusi harus menciptakan suasana diskusi yang harmonis sampai pada
akhir diskusi
d. Ketua harus pandai mengakrabkan peserta
2. Tata Krama
Tata Krama Penyaji
a. Menyiapkan makalah yang sesuai dengan topik dan landasan pemikiran yang
akurat
b. Menyampaikan makalah secara berurutan, singkat, dan jelas
c. Menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
d. Menjawab pertanyaan dengan objektif
Tata Krama Peserta
a. Bersikap sopan
b. Menjaga kelancaran rapat / diskusi
c. Tidak berbicara pada waktu seminar/ diskusi
d. Apabila materi yang disampaikan belum selesai hendaknya tidak bertanya
sampai sesi pertanyaan
e. Apabila peserta ingin bertanya sebaiknya peserta sebelum berbicara
mengangkat tangan atau mengacungkan jari.
15. f. Bila moderator sudah mempersilahkan barulah berbicara
g. Menyampaikan pertanyaan dengan singkat dan jelas
3. Dalam forum ilmiah juga ada etika yang harus dijaga oleh peran-peran yang terlibat di
dalamnya:
Penyaji
Penyaji merupakan orang yang bertanggung jawab dalam penyajian materi
(pemakalah atau referator). Beberapa etika yang perlu diperhatikan penyaji:
pembagian makalah sebelum forum berlangsung, dalam menyampaikan materi
harus jujur , tulus dan sungguh-sungguh.
a. Menyajikan materi dengan bahasa yang santun
b. Jujur dalam pemberian dan penyampaian materi.
Moderator
Moderator atau Pemandu merupakan orang yang bertanggung jawab dalam
memimpin forum. Moderator atau pemandu harus bisa membawa suasana forum
lebih hidup, peserta lebih aktif dan kondusif.Beberapa etika yang perlu
diperhatikan moderator:
a. Objektif dan tidak memihak
b. Adil kepada seluruh peserta
c. Disiplin waktu
Notulen
Notulen atau Penulis merupakan orang yang bertanggung jawab dalam mencatat
informasi penting selama forum berlangsung. Catatan yang dibuat notulen
sebaiknya mampu meliputi keseluruhan diskusi dalam forum, kejadian dalam
forum, dan hasil akhir dari forum. Notulen juga sepatutnya mengembalikan hasil
catatan akhirnya kepada peserta forum.
Peserta
Peserta merupakan orang yang berhak aktif dalam forum dan memperoleh
informasi dari forum (audiens). Beberapa etika yang perlu diperhatikan peserta:
a. Menjadi pendengar dan pembicara yang baik
b. Mampu mengendalikan diri dalam berbicara
c. Memiliki rasa hormat kepada rekan peserta
d. Merasa ikut berperan dalam proses diskusi
16. Teknisi
Merupakan orang yang mengatur jalannya forum dri segi kelengkapan dan
perlengkapan mulai daripengaturan suara (sound system), penataan ruangan (tata
panggung, meja, kursi,dll), dekorasi ruangan, periapan arsip dan berkas-berkas
selama forum ilmiah berlangsung.
C. Etika dan Estetika berbahasa dalam Forum Ilmiah
Dalam suatu forum ilmiah, kegiatan yang sangat ditonjolkan adalah kemampuan
berkomunikasi. Etika dan estetika dalam suatu presentasi akan terlihat dari cara dan
metode yang digunakan dalam berkomunikasi. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah,
jika pelaku ilmiah dapat berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah
juga dapat tersampaikan secara optimal pula. Berikut adalah contoh teknik dan etika
komunikasi yang baik dalam forum ilmiah :
1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut.
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.
5. Menggunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar.
6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai dengan situasi.
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.
10. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan
karakteristik lawan bicara.
11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan, merunduk, hormat atau semacamnya.
Estetika
dalam suatu presentasi dapat ditunjukkan dengan menguasai seni
penyampaian. Untuk menguasai seni penyampaian maka harus diperhatikan dan memilih
dahulu metode penyampaian presentasi yang akan digunakan. Metode presentasi yang
dapat digunakan antara lain menghafal, membaca, berbicara dari catatan, dan berbicara
tanpa persiapan. Setelah memilih metode yang dapat digunakan selama presentasi,
kemudian menfokuskan diri kepada usaha-usaha dalam menguasai seni penyampaian yang
17. meliputi mempersiapkan diri untuk penyampaian presentasi, mengatasi kegelisahan,
menggunakan alat bantu visual secara efektif, dan menghadapi pertanyaan.
1. Menyiapkan diri untuk penyampaian presentasi:
a. Meningkatkan rasa percaya diri dengan berlatih.
b. Periksa lokasi untuk presentasi sebelum waktu yang ditentukan.
c. Pertimbangkan perbedaan budaya dengan pendengar.
2. Mengatasi kegelisahan:
a. Siapkan materi lebih banyak dari yang diperlukan.
b. Berlatih sampai benar-benar menguasai materi.
c. Berpikir positif mengenai pendengar, diri sendiri dan apa yang harus dikatakan.
d. Atur nafas sebelum berbicara.
e. Hafalkan kalimat pertama yang siap untuk diucapkan.
f. Kendalikan diri dan jangan panik.
3. Menghadapi pertanyaan:
a. Terima pertanyaan dengan ekspresi ramah dan menyenangkan.
b. Jangan terbawa emosi.
c. Jawab dengan tenang dan tegas untuk meyakinkan pendengar.
Dalam berforum ilmiah, akan terlihat lebih indah jika pelaku dalam forum tersebut,
baik moderator, pendengar maupun penyaji menyajikan karya ilmiah nya dengan
komunikasi yang baik. Diantaranya adalah, pemilihan kata-kata yang formal dan santun,
penyusunan kalimat yang baik dan teratur, juga penyajian kata-kata yang lembut namun
tetap tegas dan jelas. Penambahan senyuman dalam suatu forum ilmiah seperti halnya
suatu aksen yang dapat memperindah jalannya diskusi dalam forum ilmiah tersebut
(Mussarafah, 2012).
Untuk menjaga agar komunikasi dapat tetap fokus maka dapat dipersiapkan
rancangan alur yang dapat dipergunakan sebagai panduan selama berjalannya presentasi.
Rancangan alur tersebut terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
1. Pengenalan/pendahuluan: menit pertama dalam pembicaraan sangat penting untuk
menangkap perhatian dan memupuk rasa percaya diri dan merupakan penyampaian
tinjauan awal isi. Dalam pendahuluan hal-hal penting yang dapat disampaikan antara
lain:
a. Membangkitkan minat pendengar. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan topik
dengan kebutuhan dan minat pendengar dan sesuaikan nada bicara yang ringanserius.
18. b. Membangun
kredibilitas.
Hal
ini
dengan
melakukan
perkanalan
untuk
menunjukkan reputasi pembicara.
c. Tinjauan awal presentasi. Tinjauan ini berisi kilasan singkat bahasan materi yang
akan dibicarakan.
2. Isi: sebagian besar isi pembicaraan dibatasi menjadi tiga atau empat butir utama yang
meliputi:
a. Menghubungkan gagasan kalimat dan paragraf, dan bagian-bagian utama.
Penekanan dapat diberikan dengan mengulang gagasan kunci, gerak tubuh, nada,
suara atau alat bantu visual.
b. Mempertahankan perhatian pendengar untuk menyampaikkan pemikiran secara
efektif.
3. Penutup: penutup pembicaraan sama pentingnya dengan bagian pendahuluan karena
perhatian pendengar memuncak disini. Penutup harus meninggalkan kesan yang kuat
dan bertahan lama dengan menyimpulkan pembicaraan yang telah dilakukan
4. Periode tanya jawab: pembicara harus mendorong pertanyaan sepanjang pembicaraan
(Purbasari, 2009).
D. Peran Etika dalam Forum Ilmiah
Kegagalan forum ilmiah dalam mencapai tujuan tidak hanya dipengaruhi oleh
kealpaan atau tidak berfungsi optimalnya peran tetapi juga oleh masalah etika. Tidak sedikit
forum ilmiah yang dilaksanakan dengan peran lengkap yang berakhir dengan kegagalan.
Tidak sedikit pula forum ilmiah terselenggara dengan penuh motivasi dan antusias karena
peran-peran yang terlibat di dalamnya berfungsi maksimal. Akan tetapi, perasaan dikalahkan,
dilecehkan, dan dipermalukan menjadi permasalahan yang berkepanjangan, bahkan setelah
forum berakhir. Masalah etika dalam forum ilmiah benar-benar memegang peran penting
dalam mencapai tujuan forum. Karena itu, masalah ini perlu dijaga. Jika etika forum ilmiah
senantiasa dijaga, bukan tidak mungkin suatu saat nanti perhatian dan penghargaan terhadap
etika berforum ilmiah akan menjadi sebuah tradisi yang melembaga dan membudaya.
Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum ilmiah.
Bagaimana seharusnya perilaku benar dan berterima secara moral yang harus diterapkan
oleh peran-peran dalam forum. Sesuai perannya, moderator diharapkan bersikap moderat
selama forum berlangsung. Objektivitas dan ketidakberpihakan harus benar-benar dipegang
teguh oleh moderator. Dalih apapun yang melanggar prinsip moderat adalah sikap yang tidak
berterima secara moral dan sudah barang tentu melanggar etika forum ilmiah. Motif
19. pertemanan, hubungan kekerabatan, kepentingan politis, atau kepentingan ideologis apapun
hendaknya dijauhkan. Perilaku prinsip lainnya yang harus diperhatikan oleh moderator
adalah keadilan, kedisiplinan, dan keberanian. Keadilan berkaitan dengan pemerataan
kesempatan berpartisipasi bagi seluruh forum. Kedisiplinan bersinggungan dengan
manajemen waktu dan manajemen interaksi. Keberanian berhubungan dengan ketegasan
terhadap segala hal yang kontraproduktif terhadap prinsip keadilan dan kedisiplinan.
Fokus forum seharusnya lebih mengarah pada permasalahan yang disajikan. Individu
atau kelompok yang bertanggung jawab dalam penyajian masalah/topik forum adalah
penyaji. Umumnya penyajian masalah diskusi dibakubukukan dalam paper, resume atau
makalah. Karena itulah penyaji disebut pula dengan referator atau pemakalah. Makalah yang
disajikan dalam forum ilmiah (misalnya diskusi, seminar, lokakarya) seharusnya terdistribusi
sebelum forum digelar. Hal ini dilakukan agar forum tidak lagi disibukkan dengan aktivitas
membaca untuk memahami permasalahan dalam makalah. Dalam kenyataannya, peserta
yang hadir dalam forum lebih memosisikan diri sebagai sekadar penerima informasi dan
penanya atau pengonfirmasi terhadap informasi yang belum mereka pahami. Tidak banyak
peserta yang hadir dengan pemahaman terhadap permasalahan supaya forum ilmiah yang
diikutinya lebih diintensifkan sebagai wacana berbagi sudut pandang dan pemikiran serta
berbagi solusi mengatasi permasalahan (Madya, 2006).
Pada etika penyaji dan peserta kejujuran menjadi nilai yang wajib ditegakkan oleh
keduannya. Bagi penyaji, segala informasi yang disampaikan secara lisan dan tulis harus
dapat dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih menyangkut rujukan dari informasi akademik
yang disampaikan, apakah merupakan buah pemikiran penulis sendiri atau penulis lain harus
jelas disampaikan. Hal yang sama juga berlaku bagi peserta. Peserta seharusnya secara tulus
menyimak segala informasi yang disampaikan penyaji. Ketidaktulusan ini tampak dalam
sikap meminta ulang penjelasan, misalnya karena lupa menyimak bagian tertentu dalam
penyajian. Sebaliknya, ketidaktulusan tampak saat penyaji yang tidak menyimak pertanyaan,
kemudian meminta peserta untuk menyampaikan pertanyaan ulang. Menanyakan hal yang
telah ditanyakan oleh peserta sebelumnya juga wujud ketidaktulusan peserta. Berikutnya,
pertanyaan menguji dari peserta merupakan contoh lain ketidaktulusan dan ketidakjujuran.
Kemampuan menyimak dan menulis dengan efektif segala informasi yang ternyatakan
dalam forum merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang notulis. Tidak semua
informasi harus direkam secara tertulis karena hanya informasi penting
yang ditulis.
Informasi penting dan utama dalam forum umumnya menyangkut kesepakatan penting,
rekomendasi forum, butir-butir pertanyaan dan tanggapan yang telah diikhtisarkan serta
20. pemikiran dan wawasan baru sesuai topik yang mampu menajamkan dan memberi solusi
terhadap permasalahan. Catatan hasil forum yang telah ditata ringkas sebaiknya dibagikan
kembali kepada forum. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pemilik
gagasan/konsep untuk meluruskan jika ada hal-hal yang kurang tepat.
Peran yang selama ini dipandang sebelah mata adalah teknisi. Hal-hal yang berkaitan
dengan pengoperasian teknologi dianggap dapat dilakukan atau dikerjakan oleh setiap orang.
Kenyataannya adalah banyak teknisi yang tidak memiliki kompetensi alias tidak profesional.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka menjadi
pemandangan yang dianggap wajar jika
terdapat penyaji yang menata dan mempersiapkan sendiri perangkat teknologi LCD sebelum
presentasi atau penanya yang terlebih dahulu mengutak-atik mikroponnya sebelum
menyampaikan tanggapan. Seorang teknisi tetap dibutuhkan untuk mengontrol dan
menyelamatkan jalanya forum dari segi teknologi. Penguasaan teknologi informasi dengan
demikian menjadi ciri profesionalisme peran ini (Madya, 2006).
E. Etika Berbahasa dalam Forum Ilmiah
Penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas sering tidak diimbangi dengan
kesesuaian konteks pemakaiannya. Sebaliknya, kesesuaian konteks penggunaan bahasa
Indonesia sering tidak disertai dengan kepatuhan pada kaidah.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya. Konteks resmi umumnya melatarbelakangi forum ilmiah. Dalam konteks ini
penggunaan bahasa dikaitkan dengan masalah kedinasan, keilmuan, dan keakademisan.
Pada situasi seperti ini selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk
menyampaikan gagasan. Karena itu, penggunaan bahasa baku merupakan suatu keharusan.
Kualitas pemakaian bahasa Indonesia dalam forum ilmiah sejauh ini belum memenuhi
harapan. Padahal, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi tolok ukur ada
tidaknya etika berbahasa Indonesia dalam forum ilmiah.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam forum ilmiah bermakna
memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi dan
karakteristik forum yang dihadapi sehingga mampu merumuskan ungkapan kebahasaan yang
sesuai. Agar dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam forum
ilmiah, perlu adanya sikap positif peserta forum terhadap bahasa Indonesia.
21. BAB IV
KESIMPULAN
Dapatdisimpulkanbahwa,
forum
ilmiahmerupakankegiatanpenalaran
dilakukanpadalembagapendidikanataupelakuilmiah
yang
yang
bertujuanuntukmerangsangdanmengembangkankemampuanberkomunikasiparaakademisisert
apenyebaraninformasiilmiah.Berbeda dengan forum lainnya, forum ilmiah mempunyai ciri
jelas yaitu topik yang dibicarakan menyangkut suatu bidang ilmu tertentu. Itu artinya, segala
pembahasan dalam forum bernaung dalam suatu disiplin ilmu dan tidak keluar dari batasbatasnya. Itulah sebabnya tidak semua forum merupakan forum ilmiah, karena terdapat forum
yang mendiskusikan topik tanpa didasari disiplin ilmu tertentu.
Dalam forum ilmiahterdapatbeberapaperan yang salingberkontribusiantarasatudengan
yang lain. Peran-perantersebutantara lain penyaji (pemakalah, referator), pemandu/moderator
(pemimpin forum), penulis/notulen, peserta (audien, partisipan), danteknisi. Melaluiperan –
perantersebut
,dapatdiketahuibahwa
Etikaberbahasadalam
forum
forum
ilmiahberkaitandenganetikaberbahasa.
ilmiahadalahpenggunaanbahasadenganbaikdanbenardalam
forum ilmiah, sertamemahamisecarabaikkaidahbahasaindonesiadankarakteristik forum yang
dihadapisehinggamampumenyampaikandenganbaikdanbenar.
Secaratidaklangsungetikaberbahasadalam
Estetikadalamsuatu
forum
forum
ilmiahakanberhubungandenganestetika.
ilmiahmunculkarenaadanyaetikaberbahasa
digunakandalampenyajianpenyampaianpendapat,
yang
sanggahan,
penarikankesepakatandarihasiltersebut.
Keberhasilandalamsuatu
forum
ilmiahdilandasidaripenyampaianetikadanestetikaberbahasa yang baikdanbenar.Peranpenyaji,
moderator,
notulen,
peserta,
danteknisidalambekerjasamadenganbaikdanbenarjugamendukungkeberhasilandalamsuatu
forum
ilmiah.Dalam
forum
ilmiahelemensatudengan
yang
lainnyasalingmendukungdanberhubungan.Sehingga, diperlukankerjasama yang baikdanbenar
agar forum ilmiahtersebutberhasil.
22. DAFTAR PUSTAKA
Haryanta, Kasdi. 2009. Presentasi ilmiah. (online).
http://kasdiharyantakasdih.blogspot.com/2009/09/teknik-presentasi-ilmiah.html.
Madya, Suwarsih. 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional
Dosen MPK Bahasa Indoensia, 13-15 Mei di Jogjakarta.
Mussarafah, Arra. 2012. Jenis-jenis
Forum Ilmiah.(online).http://arramusyarrafah.blogspot.com/ 2012/03/jenis-jenis-forumilmiah.html.
Purbasari, Niken. 2009. Presentasi Bisnis 2. PusatPerkembanganBahan Ajar
Kurniawan, Fajar. 2013. Etika dan Estetika dalam Forum Ilmiah. (online).
http://karuniacahayafajar.blogspot.com/2013/06/etika-dan-estetika-dalam-forum-ilmiah.html