1. I.
ACARA VI
: Dekomposer
II. TANGGAL PELAKSANAAN : 14 Juni 2012
III. TUJUAN
: 1. Praktikan diharapkan bisa membuat
Decomposer local dari bahan organic.
2. Bisa mengaplikasikan penggunaan
decomposer yang sudah dibuat.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Dekomposer
adalah
pupuk
organic
yang
diproses
melalui
pengomposan secara alamiah. Selama ini dilakukan dengan cara yang sangat
sederhana yaitu hanya ditumpuk tanpa mempertimbangkan metode proses
dekomposisi yang benar, seperti pembalikan secara rutin bahan kompos untuk
menciptakan sirkulasi udara yang baik, pengaturan kelembaban dan
temperature yang optimum untuk kelancaran proses dekomposisi, maupun
tanpa penambahan inokulan sebagai bahan decomposer untuk mempercepat
proses dekomposisinya sehingga pengomposan lebih cepat. Selama ini
pengomposan membutuhkan waktu yang relative lama (minimal 3 bulan).
Oleh karena itu, dengan menggunakan teknologi yang benar dalam
proses pengomposan diharapkan dapat dihasilkan kompos secara lebih cepat
(maksimal dsalam waktu 1 bulan). Bahan decomposer yang sudah dikenal
antara lai : EM4, Biotama 3, Biang kompos, Super Degra, Star dec, dan
Degra Simba. Bentuk bahan decomposer berupa cairan atau dapat juga
berbentuk serbuk.
Biostarter adalah cairan yang berisi mikroba pengurai sampah menjadi
kompos. Selain dapat dibeli, biostarter juga dapat dibuat sendiri dengan cara
yang mudah dan murah. Semua jenis formula EM terdiri atas lima kelompok
mikroorganisme, yakni bakteri fotosintetik, lactobacillus (bakteri asam
laktat), actinomycetes, ragi, dan cendawan fermentasi. EM-4 yang
dikembangkan
Indonesia
pada
umumnya
mengandung
90
persen
lactobacillus. Apabila diurai, EM-4 terdiri atas 80 spesies dari 10 genus.
2. Beberapa Aplikasi Aplikasi EM-4 di bidang pertanian (termasuk
perkebunan) membawa segudang manfaat. Antara lain memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah, mempercepat proses fermentasi dalam
pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, bisa
menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen, serta meningkatkan
dan menjaga kestabilan tanaman.
3. V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Ember
2. Saringan
3. Kain kasa atau kain kaos
4. Tali
5. Pisau
B. Bahan
1. Buah papaya 5 kg
2. Gula merah (3-4 ons)
3. Air cucian beras 1 liter
4. VI. CARA KERJA
1.
Buah papaya dikupas dan dipotong kecil-kecil lalu
dilumat
2. Buah yang sudah dilumat kemudian disaring untuk mendapatkan sarinya
dan ditampung dalam ember.
3. Gula yang sudah diparut dilarutkan dan dicampurkan dengan sari buah.
4. Dimasukkan air cucian beras.
5. Setelah semua tercampur, larutan dalam ember dimasukkan dalam ember
dan ditutup dengan kain kaos atau kain kasa kemudian diikat dengan tali
agar tidak ada binatang yang masuk.
5. VII.HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan yang telah dilaksanakan sebagai berikut :
Deskripsi :
Warna
: orange
Aroma
: tajam (+++)
Keberadaaan organisme
: tidak ada
6. VIII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum pembuatan decomposer kita dilatih untuk bisa
membuat decomposer alami dari bahan-bahan yang ada disekitar kita serta
menganalisanya. Bahan yang digunakan sangat mudah didapat seperti buah
nanas atau papaya (Charica Papaya), air cucian beras atau air nira dan gula
merah.
Biostarter adalah cairan yang berisi mikroba pengurai sampah menjadi
kompos. Selain dapat dibeli, biostarter juga dapat dibuat sendiri dengan cara
yang mudah dan murah. Semua jenis formula EM terdiri atas lima kelompok
mikroorganisme, yakni bakteri fotosintetik, lactobacillus (bakteri asam
laktat), actinomycetes, ragi, dan cendawan fermentasi. EM-4 yang
dikembangkan
Indonesia
pada
umumnya
mengandung
90
persen
lactobacillus. Apabila diurai, EM-4 terdiri atas 80 spesies dari 10 genus.
Dalam praktikum ini kami menggunakan buah papaya, air cucian beras
dan gula merah. Buah papaya yang digunakan juga harus yang masak sekali
namun tidak begitu lembek karena banyak mengandung makanan yang
nantinya dibutuhkan mikrooraganisme. Kemudian dipakainya air cucian
beras dan gula merah karena mengandung banyak mineral dan zat-zat yang
dibutuhkan mikroorganisme sebagai energy dalam proses decomposer. Jasad
hidup inilah yang berperan dalam keberhasilan pembuatan decomposer
tersebut.
Pertama, kita membersihkan papaya dari bagian kulit dan bijinya agar
memudahkan dalam proses penghalusan dan pemerasan. Papaya dihancurkan
dengan diremas di atas kain kasa yang sudah diwadahi ember di bawahnya.
Pemerasan tersebut sambil dibarengi dengan pemberian air secukupnya agar
sari papaya yang dihasilkan banyak. Ampas papaya dibuang, kemudian air
sari papaya tersebut dicampur dengan air cucian beras dan gula merah yang
sudah dipotong-potong menjadi bagian yang kecil-kecil agar gula merah
cepat larut.
7. Setelah semua bahan tercampur, ember ditutup rapat dengan karung
dan disimpan di tempat yang terhindar dari sinar matahari selama 2 minggu.
Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas suhu dan tercampurnya kotoran
dari luar. setelah 2 minggu cairan dalam ember dipindah ke dalam botol air
mineral untuk diamati. Hasil yang diperoleh adalah cairan decomposer
berwarna orange krena warna buah papaya yang orange dan berbau ammonia.
Ammonia adalah senyawa kimia berbentuk gas dengan rumus NH 3 dan
memiliki bau yang tajam.
Dalam bidang pertanian (termasuk perkebunan) decomposer sangat
berguna untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mempercepat
proses fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan
nutrisi tanaman, bisa menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen,
serta meningkatkan dan menjaga kestabilan tanaman.
8. IX. KESIMPULAN
1. Dekomposer adalah pupuk organic yang diproses melalui pengomposan
secara alamiah.
2. Dalam praktikum decomposer kami menggunakan bahan buah papaya, air
cucian beras dan gula merah.
3. Hasil dekomposernya yaitu cairan berwarna orange dan bau ammonium.
4. Warna cairan hasil proses decomposer disebabkan karena warna
buah papaya yang berwarna orange juga.
5. Ammonia adalah senyawa kimia berbentuk gas dengan rumus NH3 dan
memiliki bau yang tajam.
6. Decomposer sangat bermanfaat dalam bidang pertanian termasuk
perkebunan antara lain untuk mempercepat proses fermentasi dalam
pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, dll.
9. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Institut
Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Anonim. 2010. Petunjuk Praktikum Kesuburan dan Kesehatan Tanah. Institu
Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Lingga, P.P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Notohadiprawiro,T., Soekodarmodjo,S. dan E.Sukana. 1987. Pengelolaan
Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Bull. Fak.
Pertanian UGM : Yogyakarta.
Pahan I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Rinsema,W.T. 1983. Pupuk dan Cara pemupukan. Bhratara Karya Aksara.
Jakarta.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Mengetahui
Yogyakarta,26 Juni 2012
Co Ass
Praktikan
10. (Mitra Styawan)
(Markus Simanjuntak)
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
OLEH:
NAMA
: Markus Simanjuntak
NIM
: 11/14054/BP-SPKS
JURUSAN
: Budidaya pertanian
KELOMPOK
: I (Satu)
ACARA VI
: Dekomposer
CO,ASS
: Mitra Styawan
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER