Dokumen tersebut membahas tentang gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di beberapa wilayah di Indonesia antara tahun 1949-1965 dengan tujuan mendirikan negara Islam. DI/TII dipimpin oleh Kartosuwiryo yang memproklamasikan Negara Islam Indonesia pada 1949 dan berusaha menggantikan hukum negara dengan hukum Islam. Gerakan ini akhirnya dapat diberantas oleh operasi militer pemerintah.
2. Gerakan ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai
negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar
negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang
berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum
Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya
dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan
"Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits".
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas
menyatakan kewajiban negara untuk memproduk undang-
undang yang berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan
yang keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits
Shahih.
3. 1. DI/TII Jawa Barat
Pemimpin = Sekar Marijan Kartosuwiryo
Tujuan awal = Untuk menentang penjajah
Belanda di Indonesia.
Latar Belakang
-kekecewaan SM Kartosuwiryo terhadap kebijakan Soekarno
mengenai faham komunis
-Keinginan Darul Islam untuk mendirikan negara islam indonesia
(NII)
4. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII)
pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan
Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan
operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda.
Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962,
Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di
Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo
dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.
5. 5. DI/TII Kalimantan
Pemimpin : Ibnu Hajar (bekas Letnan dua
TNI)
Di daerah Kalimantan Selatan, Ibnu Hajar beserta
dengan pasukan yang diberi nama Kesatuan Rakyat yan
Tertindas, melakukan berbagai aksi penyerangan
terhadap pos-pos TNI di daerah tersebut
6. Selanjutnya, karena Ibnu Hajar tidak mau menyerah maka
pemerintah terpaksa mengambil tindakan tegas guna
menumpas gerombolan Ibnu Hajar.
Pada Tahun 1959 gerombolan tersebut berhasil dihancurkan
dan Ibnu Hajar berhasil ditangkap.
7. 2. DI/TII Jawa Tengah
Pemimpin = Amir Fatah bekerja sama
dengan Kartosuwiryo
bergerak di daerah Tegal, Brebes dan
Pekalongan
Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah kemudian
diangkat sebagai �komandan pertemburan Jawa Tengah� dengan
pangkat �Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia�
8. Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari 1950 dibentuk
Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol
Sarbini.
Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan Umat
Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudz
Abdulrachman (Romo Pusat atau Kiai Sumolanggu)
9. Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan
operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng
Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu pernah
menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu
dan Magelang/ Divisi Diponegoro. Didaerah Merapi-
Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang
dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu
Complex (MMC). Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk
menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng
Nasional dilancarkan operasi Banteng Raiders.
10. 3. DI/TII Aceh
Pemimpin : Tengku Daud Beureueh
Latar Belakang
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah,
pertentangan antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi
daerah yang tidak lancar menjadi penyebab meletusnya
pemberontakan DI/TII di Aceh.
11. Pada tanggal 20 September 1953 Tengku Daud Beureueh
memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara
Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo.
Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan kombonasi
operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata dari musyawarah
tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.
12. 4. DI/TII Sulawesi Selatan
Pemimpin : Kahar Muzakar
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata
Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan
dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang
disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya.
13. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang
tidak memenuhi syarat untuk dinas militer.
Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan
Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan
diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan
mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama
pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan
sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus
1953.
Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati
oleh pasukan TNI.