SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Oleh Anna Marsiana 
Young Queer Faith & Sexuality Camp
Pengalaman ketubuhan -- SELF yang terkonstruksikan 
Otoritas atas tubuh kita berhadap-hadapan dengan tekanan-tekanan dari norma-norma agama, sosial, 
budaya, politik, hukum, pendidikan, gender, dst---mengkonstruksikan kedirian kita. 
Untuk membebaskan diri kembali, maka kita dituntut selalu berada dalam kesadaran kritis dan 
negosiasi2 dalam relasi kekuasaan yang hieraskhis.
Identitas & multikulturalisme-pluralisme 
Kenyataan bahwa dalam diri seseorang tidak membawa 
identitas tunggal, melainkan multi, dan bahwa identitas 
seseorang bersifat cair, maka pluralisme dan 
multikuluturalisme bukanlah sebuah pilihan melainkan 
konsekuensi. 
Di dalam konteks Indonesia dimana ada lebih dari 100 
suku dan sub-suku dengan lebih dari 300 bahasa daerah 
aktif, 6 agama resmi dan puluhan agama suku dan 
kepercayaan yang masih hidup, maka multikulturalisme 
dan pluralisme sekali lagi bukanlah pilihan melainkan 
SYARAT MUTLAK untuk kehidupan bersama, berbangsa & 
bernegara!
Identitas & politik identitas 
Karena identitas tidak pernah bebas dari kepentingan, 
identitas sangat rentan untuk dipolitisir 
Identitas sektarian & primordialisme menguat: 
berbasis agama, etnis, suku, afiliasi politik rentan 
politisir 
Politik identitas: bias gender, patriarkhis, bias 
mayoritas & dominan (agama, suku, budaya), 
heteronormatif.
Otoritas 
Legitimasi kewenangan untuk membuat keputusan 
dan bertindak atas sesuatu, seseorang dan atau diri 
sendiri. 
Bisa bersifat inherent, misalnya bahwa setiap orang 
memiliki otoritas atas tubuh & dirinya sendiri. 
Bisa berasal dari luar, misalnya otoritas sebuah 
lembaga tertentu, misalnya otoritas DPR berasal dari 
rakyat. 
Otoritas lembaga/organisasi melekat di organisasinya, 
bukan di individu anggota
Otoritas… 
Otoritas atas tubuh dan diri kita TIDAK diberikan oleh institusi 
tertentu yang dipahami sebagai institusi pemilik atau pemberi 
otoritas seperti institusi negara, institusi agama, institusi 
hukum, dst, melainkan kita bawa dari lahir, sifatnya hakiki. 
Sebaliknya, institusi negara, institusi agama, dll itu melalui 
produk-produk hukum, aturan, ajaran, dogma, MERAMPAS 
otoritas kita atas tubuh & diri kita. 
Otoritas atas tubuh dan diri—selalu dalam proses dialektika 
dengan berbagai otoritas di luar kita. 
Proses tawar-menawar dg otoritas di luar sana hanya bisa terjadi 
jika kita terlebih dulu meyakini bahwa kita adalah pemiliki 
otoritas atas tubuh dan diri sendiri.
kekuasaan 
Kekuasaan, dalam presentasi ini, didefinisikan 
sebagai otoritas yang terkait dengan aspek eksternal. 
Kekuasaan yang datangnya dari luarmengandung 
unsur delegasi kewenangan dan pemberian hak dari si 
pemberi kuasa. 
Karenanya, mengandung kewajiban yang harus 
dipenuhi oleh si penerima delegasi (baca: penguasa) 
Kewenangan seorang penguasa dibatasi oleh 
kewajiban yang harus dipenuhinya.
Bentuk-bentuk kekuasaan 
Coercive power/Kuasa paksaan: Penekanan kepada 
hukuman bagi mereka yang tidak melakukan instruksi 
Reward Power: Kuasa lebih didasarkan kepada 
reward/hadiah/bonus yang diberikan kepada mrk yg taat. 
Legitimative Power: Penguasa menuntut ketaatan dari 
pengikutnya utk melegitimasi kekuasaannya. 
Expert Power: Penguasa yang memiliki kekuasaan karena 
expertise/keahlian yang dimilikinya (memakai 
keahliannya) 
Referent Power: Ketika si penguasa memiliki karisma yang 
luarbiasa sehingga para pengikutnya menjadikannya role 
model.
Paradigma & praktek kekuasaan 
Power over: paradigma yang melihat dan memakai 
kekuasaan untuk menguasai orang lain. 
Paradigma ini merupakan paradigma yang paling 
umum –disadari atau tidak– dipakai dalam praktek 
kekuasaan di dunia ini. Karenanya kekuasaan menjadi 
perebutan. 
Paradigma ini rentan memunculkan praktek 
otoritarianisme (otoriter), bersifat menjajah, 
menindas, memarjinalisasikan bahkan 
mendiskriminasikan kelompok tertentu.
Paradigma & praktek kekuasaan.. 
Power within: kekuasaan dipahami sebagai adanya 
timbal balik seimbang antara kewenangan/hak dan 
kewajiban atas pemenuhan hak yang didelegasikan 
kepadanya. 
Kekuasaan dipahami sebagai pengaruh yang dimiliki 
agar si pemiliki kuasa itu mampu membuat yang lain 
juga memiliki kuasa; 
Power to empower 
Merupakan perlawanan atas paradigma power over. 
upaya mengembalikan kekuasaan sebagai kendaraan 
untuk melakukan transformasi sosial.
Paradigma & praktek kekuasaan... 
Power sharing: suatu praktek kekuasaan dimana pemilik 
kekuasaan percaya bahwa semakin absolut suatu 
kekuasaan, maka semakin rentan dia terhadap 
penyalahgunaan (abuse of power). 
Untuk meminimalkan kesempatan power 
abuse/penyalahgunaan kekuasaan, maka dipraktekkanlah 
kepemimpinan secara kolektif, dimana kekuasaan 
didistribusikan. 
Contoh: sistem pemerintahan demokrasi, dimana 
kekuasaan didistribusikan antara eksekutif, legislatif, dan 
yudikatif. 
Contoh: dalam organisasi, dimana sistem kepemimpinan 
secara kolektif dengan struktur yang flat .
Identitas & Relasi Kekuasaan 
Kenyataan bahwa dalam diri seseorang tidak membawa identitas 
tunggal, melainkan multi, dan bahwa identitas itu dibentuk 
dalam ketegangan relasi-relasi kekuasaan maka untuk bisa 
menjadi identitas yang merdeka sekaligus memerdekan, 
dituntut kesadaran kritis yang bersifat konstan atas relasi-relasi 
kekuasaan yang ada, dan posisi kita masing di dalam setiap 
piramida kekukasaan tsb. 
Dengan kesadaran bahwa setiap individu memiliki posisinya 
masing-masing yang berbeda-beda di setiap piramida, maka 
sesungguhnya tidak ada orang yang sama sekali powerless. 
Menuntut kesadaran bahwa koalisi untuk transformasi relasi 
kekuasaan bersifat kompleks, karena setiap orang memiliki lebih 
dari 1 posisi, dan karenanya pasti lebih dari 1 kepentingan.
Power is Exercised 
Power is exercised: artinya kekuasaan itu tidak datang dari langit, 
melainkan melalui proses yang bersifat relasional, antara si pemberi 
kekuasaan dan si penerima kekuasaan. Seseorang tdk bisa mengklaim 
berkuasa kalau masyarakat di sekitarnya/anggita organisasi tdk 
mengakui kekuasaannya. 
Kekuasaan terakumulasi pd seseorang atau kelompok tertentu karena 
ada proses timbal balik, tidak akan terjadi jika pihak “pemberi” kuasa 
tidak mengijinkan hal itu terjadi. 
Namun pada saat yang sama, kekuasaan terakumulasi karena dalam 
proses exercising atau pengasahan kekuasaan tsb, selalu bersifat bias 
akses (hanya yang memiliki akses terhadap kekuasaan yang mampu 
memberikan pengaruh dan kontribusi). 
Pengasahan kekuasaan melalui pembentukan dan pengembangan 
diskursus (pemilihan material, penerjemahan & intepretasi, distribusi) 
yang bersifat selektif dan tidak bebas kepentingan.
Power is exercised: bias perspektif 
pemenang 
Karena: 
 Hanya mereka yang punya akses ke kekuasaan bisa memberikan 
suaranya. Semakin di bawah kecenderungan posisi seseorang dalam 
multiple piramida, semakin dia tidak punya akses dalam 
mempengaruhi kekuasaan 
 Contoh: seorang transgender, miskin, berpendidikan rendah, dari 
kampung terpencil akan berada di dasar piramida dari minimal 4 
piramida sosial, yang berarti dia termarginalkan secara 4 lapis. Kondisi 
tsb membuat dia nyaris tdk mungkin punya akses untuk ikut 
mempengaruhi kekuasaan; ada ketimpangan besar dalam relasi 
kekuasaan dia dengan si penguasa. 
Catatan: dalam masyarakat yang bias gender, maka seorang 
transgender tdk diterima dlm masyarakat drop out sekolah 
tdk ada lapangan kerja miskin di jalanan  makin tdk punya 
akses
Power is exercised: bias perspektif 
pemenang (lanjutan) 
Setiap individu/kelompok memiliki kepentingannya 
sendirisetiap suara yang disuarakan mewakili 
kepentingan individu/kelompok tsb. 
Jika hanya mereka yang memiliki akses ke kekuasaan 
punya suara, mk hanya kepentingan para pemilik 
akses inilah yang terwakili. 
“Power tends to corrupt” 
Definisi, deksripsi, isu sosial yang dibentuk bias 
Cenderung menjaga status quo
Pembentukan diskursus sebagai 
bagian dari pengasahan kekuasaan 
Kata kuncinya adalah: proses selektif 
Ada 3 langkah: 
1. Pemilihan materi 
2. Interpretasi/tafsir & pembentukan definisi 
3. Distribusi 
Semuanya bersifat selektif.
Kata kunci: SELEKTIF- Pemilihan 
materi 
- di sekitar kita ada banyak sekali isu & persoalan, seorang 
penguasa akan secara selektif memilih isu mana yang akan 
dilempar ke publik. 
- Ingat!!!!Seleksi isu tidak pernah bebas dari kepentingan 
Misal: dalam konteks Indonesia, ada isu mega korupsi oleh 
tokoh politik dari partai berkuasa, kasus bayi mati karena 
ditolak RS, ada kasus pembunuhan mutilasi di jalan tol. 
Maka humas pemerintah akan memilih untuk mengangkat 
kasus mutilasi dan blow up besar-besaran sehingga atensi 
masyarakat terfokus pada kasus ini dan melupakan kasus 
mega korupsi atau pun matinya bayi krn ditolak RS.
Kata kunci: SELEKTIF-interpretasi 
Tidak ada subyek atau teks yang memiliki interpretasi 
tunggal. 
Teks  tidak mati 
Dari banyak interpretasi, maka seorang penguasa akan 
menentukan (Selektif ) interpretasi yang mana yang akan 
diambil atau akan membentuk interpretasinya sendiri yang 
menguntungkan posisinya. 
Misal: 
Jika blow up kasus mutilasi tdk berhasil, maka mereka akan 
menyiapkan versi kasus korupsi dan memberikan 
interpretasi mereka yang bias pembenaran di sana-sini.
Kata kunci: SELEKTIF-distribusi 
Dari banyak media untuk distribusi, maka penguasa 
akan memilih saluran distribusi, media massa, yang 
dianggap bisa diajak berkolaborasi, atau memiliki 
kepentingan yang sama. 
Bayangkan jika semua saluran distribusi ternyata ada 
di bawah hegemoni penguasa, atau jika hanya ada satu 
saluran distribusi, atau jika pemilik saluran distribusi 
ternyata adalah juga bagian dari struktur & lingkarang 
penguasa.
Kita dalam peta relasi kekuasaan.. 
Kita berada dalam ketegangan berbagai bentuk dan 
level relasi kekuasaan yang bias gender, 
heteronormatif, hierarkhis, patriarkhis. 
Dituntut selalu dalam kesadaran kritis akan identitas 
& posisi multi kita. 
Dituntut untuk selalu dalam kesadaran kritis akan 
proses selektif yang mengitari kekuasaan
Pertanyaan Kritis yg harus diajukan 
1. Apakah relasi kekuasaan tsb bersifat membebaskan 
atau sebaliknya memenjarakan & meminggirkan buat 
saya dan masyarakat di luar saya. 
- Kalau tidak, siapa yang diuntungkan? 
2. Kira-kira proses selektif seperti apa yang sudah 
terjadi dalam membentuk relasi kekuasaan yang ada 
itu? 
3. Bagaimana caranya untuk bisa mengubah peta relasi 
agar bersifat lebih membebaskan/memerdakan, 
pertama-tama untuk saya, dan kemudian untuk 
lingkungan yang lebih luas
Dimulai dari SAYA…. 
Posisi “SAYA” sbg subyek di sini sangat penting, karena 
tidak ada proses perubahan sosial (pembebasan, 
pemerdekaan) tanpa adanya pembebasan dan 
pemerdekaan diri sendiri.
3R menuju transformasi kekuasan 
Re-claim: Mengambil kembali otoritas kita atas tubuh 
dan diri kita yg sudah dirampas dari kita & 
menegosiasikan dengan otoritas-otoritas di luar kita 
Re-name: Berani menamai ulang penamaan-penamaan 
dan pelabelan yang diberikan ke kita 
maupun ke orang lain yg biasanya cenderung 
merendahkan dan melemahkan 
Re-construct: berani mengonstruksi ulang bangunan 
konsep, norma, ajaran, nilai yg selama ini bias & 
diskriminatif
Awas….the power of Language 
Dalam rangka 3R tadi, kita mesti sadar akan pengaruh 
bahasa: 
a. Menggambarkan realita: 
Contoh: 
a. Membentuk realita: 
Contoh: 
a. Mentransformasikan: 
Contoh:
SELAMAT MEMETAKAN & 
MEMERDEKAKAN DIRI!!!

More Related Content

What's hot

legitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab IIlegitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab IIAde Ayu Saputri
 
Teori pembenaran atau legitimasi kekuasaan
Teori pembenaran atau legitimasi kekuasaanTeori pembenaran atau legitimasi kekuasaan
Teori pembenaran atau legitimasi kekuasaanMeehawk
 
Kelompok 5 stratifikasi sosial agb a
Kelompok 5 stratifikasi sosial agb aKelompok 5 stratifikasi sosial agb a
Kelompok 5 stratifikasi sosial agb ahelenapakpahan
 
Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)
Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)
Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)Dy Marvel
 
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangkareligion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangkaRahmat Febriansyah
 
Pip pertemuan ke 3
Pip pertemuan ke 3Pip pertemuan ke 3
Pip pertemuan ke 3dzakiaziz
 
stratifikasi dan mobilitas sosial
stratifikasi dan mobilitas sosialstratifikasi dan mobilitas sosial
stratifikasi dan mobilitas sosialsuher lambang
 

What's hot (10)

Konsep Kekuasaan
Konsep KekuasaanKonsep Kekuasaan
Konsep Kekuasaan
 
legitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab IIlegitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab II
 
Teori pembenaran atau legitimasi kekuasaan
Teori pembenaran atau legitimasi kekuasaanTeori pembenaran atau legitimasi kekuasaan
Teori pembenaran atau legitimasi kekuasaan
 
Konsep Kekuasaan
Konsep KekuasaanKonsep Kekuasaan
Konsep Kekuasaan
 
Kelompok 5 stratifikasi sosial agb a
Kelompok 5 stratifikasi sosial agb aKelompok 5 stratifikasi sosial agb a
Kelompok 5 stratifikasi sosial agb a
 
Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)
Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)
Konsep Asas Hubungan Etnik (2015)
 
Kewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasiKewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasi
 
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangkareligion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
 
Pip pertemuan ke 3
Pip pertemuan ke 3Pip pertemuan ke 3
Pip pertemuan ke 3
 
stratifikasi dan mobilitas sosial
stratifikasi dan mobilitas sosialstratifikasi dan mobilitas sosial
stratifikasi dan mobilitas sosial
 

Similar to 140820 identitas, otoritas, & relasi kekuasaan by anna marsiana

Tata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi PembangunanTata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi Pembangunanadetriputra3
 
Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)
Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)
Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)Gusde Prabawa
 
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika PublikLegitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika PublikSony Sonjaya
 
Konsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanKonsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanEly Goro Leba
 
PENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docx
PENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docxPENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docx
PENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docxAninurrahayu
 
Teori relativisme budaya dan teori univesalisme
Teori relativisme budaya dan teori univesalismeTeori relativisme budaya dan teori univesalisme
Teori relativisme budaya dan teori univesalismeKapten Yusuf
 
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasiStarifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasiYaser Lopekabausirah
 
Masyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).pptMasyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).pptChandraSetyawan10
 
teori konflik
teori konflikteori konflik
teori konflikSuff Fyee
 
Bab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajat
Bab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajatBab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajat
Bab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajatMuhammad Jadin
 
Makalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.s
Makalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.sMakalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.s
Makalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.sdewisetiyana52
 

Similar to 140820 identitas, otoritas, & relasi kekuasaan by anna marsiana (20)

Tata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi PembangunanTata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi Pembangunan
 
Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)
Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)
Negara dan Kekuasaan Politik (Sospol Universitas Udayana)
 
Sistem perwakilan
Sistem perwakilanSistem perwakilan
Sistem perwakilan
 
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika PublikLegitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
 
Konsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanKonsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahan
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
PENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docx
PENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docxPENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docx
PENDAPAT TENTANG IDEOLOGI PANCASILA (1).docx
 
Politik rangkuman materi
Politik rangkuman materiPolitik rangkuman materi
Politik rangkuman materi
 
Agama dan kekuasaan
Agama dan kekuasaanAgama dan kekuasaan
Agama dan kekuasaan
 
Teori relativisme budaya dan teori univesalisme
Teori relativisme budaya dan teori univesalismeTeori relativisme budaya dan teori univesalisme
Teori relativisme budaya dan teori univesalisme
 
lembaga politik
lembaga politiklembaga politik
lembaga politik
 
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasiStarifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasi
 
Politik
PolitikPolitik
Politik
 
Penutup
PenutupPenutup
Penutup
 
Bab 1 daftar isi
Bab 1    daftar isiBab 1    daftar isi
Bab 1 daftar isi
 
Masyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).pptMasyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).ppt
 
Masyarakat sipil
Masyarakat sipilMasyarakat sipil
Masyarakat sipil
 
teori konflik
teori konflikteori konflik
teori konflik
 
Bab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajat
Bab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajatBab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajat
Bab vi pelapisan sosial dan kesamaan derajat
 
Makalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.s
Makalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.sMakalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.s
Makalah Demokrasi_PKN_eva olivia i.s
 

More from Anna Marsiana

140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsianaAnna Marsiana
 
2013 gmist ecotology-2
2013 gmist ecotology-22013 gmist ecotology-2
2013 gmist ecotology-2Anna Marsiana
 
2013 gmist-ecoteology
2013 gmist-ecoteology2013 gmist-ecoteology
2013 gmist-ecoteologyAnna Marsiana
 
Tubuh - the power battle field-- by anna marsiana
Tubuh - the power battle field-- by anna marsianaTubuh - the power battle field-- by anna marsiana
Tubuh - the power battle field-- by anna marsianaAnna Marsiana
 
Revitalisasi gerakan civil society & peran media
Revitalisasi gerakan civil society & peran mediaRevitalisasi gerakan civil society & peran media
Revitalisasi gerakan civil society & peran mediaAnna Marsiana
 
Socio political, cultural and religious implications
Socio political, cultural and religious implicationsSocio political, cultural and religious implications
Socio political, cultural and religious implicationsAnna Marsiana
 

More from Anna Marsiana (6)

140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
 
2013 gmist ecotology-2
2013 gmist ecotology-22013 gmist ecotology-2
2013 gmist ecotology-2
 
2013 gmist-ecoteology
2013 gmist-ecoteology2013 gmist-ecoteology
2013 gmist-ecoteology
 
Tubuh - the power battle field-- by anna marsiana
Tubuh - the power battle field-- by anna marsianaTubuh - the power battle field-- by anna marsiana
Tubuh - the power battle field-- by anna marsiana
 
Revitalisasi gerakan civil society & peran media
Revitalisasi gerakan civil society & peran mediaRevitalisasi gerakan civil society & peran media
Revitalisasi gerakan civil society & peran media
 
Socio political, cultural and religious implications
Socio political, cultural and religious implicationsSocio political, cultural and religious implications
Socio political, cultural and religious implications
 

140820 identitas, otoritas, & relasi kekuasaan by anna marsiana

  • 1. Oleh Anna Marsiana Young Queer Faith & Sexuality Camp
  • 2. Pengalaman ketubuhan -- SELF yang terkonstruksikan Otoritas atas tubuh kita berhadap-hadapan dengan tekanan-tekanan dari norma-norma agama, sosial, budaya, politik, hukum, pendidikan, gender, dst---mengkonstruksikan kedirian kita. Untuk membebaskan diri kembali, maka kita dituntut selalu berada dalam kesadaran kritis dan negosiasi2 dalam relasi kekuasaan yang hieraskhis.
  • 3. Identitas & multikulturalisme-pluralisme Kenyataan bahwa dalam diri seseorang tidak membawa identitas tunggal, melainkan multi, dan bahwa identitas seseorang bersifat cair, maka pluralisme dan multikuluturalisme bukanlah sebuah pilihan melainkan konsekuensi. Di dalam konteks Indonesia dimana ada lebih dari 100 suku dan sub-suku dengan lebih dari 300 bahasa daerah aktif, 6 agama resmi dan puluhan agama suku dan kepercayaan yang masih hidup, maka multikulturalisme dan pluralisme sekali lagi bukanlah pilihan melainkan SYARAT MUTLAK untuk kehidupan bersama, berbangsa & bernegara!
  • 4. Identitas & politik identitas Karena identitas tidak pernah bebas dari kepentingan, identitas sangat rentan untuk dipolitisir Identitas sektarian & primordialisme menguat: berbasis agama, etnis, suku, afiliasi politik rentan politisir Politik identitas: bias gender, patriarkhis, bias mayoritas & dominan (agama, suku, budaya), heteronormatif.
  • 5. Otoritas Legitimasi kewenangan untuk membuat keputusan dan bertindak atas sesuatu, seseorang dan atau diri sendiri. Bisa bersifat inherent, misalnya bahwa setiap orang memiliki otoritas atas tubuh & dirinya sendiri. Bisa berasal dari luar, misalnya otoritas sebuah lembaga tertentu, misalnya otoritas DPR berasal dari rakyat. Otoritas lembaga/organisasi melekat di organisasinya, bukan di individu anggota
  • 6. Otoritas… Otoritas atas tubuh dan diri kita TIDAK diberikan oleh institusi tertentu yang dipahami sebagai institusi pemilik atau pemberi otoritas seperti institusi negara, institusi agama, institusi hukum, dst, melainkan kita bawa dari lahir, sifatnya hakiki. Sebaliknya, institusi negara, institusi agama, dll itu melalui produk-produk hukum, aturan, ajaran, dogma, MERAMPAS otoritas kita atas tubuh & diri kita. Otoritas atas tubuh dan diri—selalu dalam proses dialektika dengan berbagai otoritas di luar kita. Proses tawar-menawar dg otoritas di luar sana hanya bisa terjadi jika kita terlebih dulu meyakini bahwa kita adalah pemiliki otoritas atas tubuh dan diri sendiri.
  • 7. kekuasaan Kekuasaan, dalam presentasi ini, didefinisikan sebagai otoritas yang terkait dengan aspek eksternal. Kekuasaan yang datangnya dari luarmengandung unsur delegasi kewenangan dan pemberian hak dari si pemberi kuasa. Karenanya, mengandung kewajiban yang harus dipenuhi oleh si penerima delegasi (baca: penguasa) Kewenangan seorang penguasa dibatasi oleh kewajiban yang harus dipenuhinya.
  • 8. Bentuk-bentuk kekuasaan Coercive power/Kuasa paksaan: Penekanan kepada hukuman bagi mereka yang tidak melakukan instruksi Reward Power: Kuasa lebih didasarkan kepada reward/hadiah/bonus yang diberikan kepada mrk yg taat. Legitimative Power: Penguasa menuntut ketaatan dari pengikutnya utk melegitimasi kekuasaannya. Expert Power: Penguasa yang memiliki kekuasaan karena expertise/keahlian yang dimilikinya (memakai keahliannya) Referent Power: Ketika si penguasa memiliki karisma yang luarbiasa sehingga para pengikutnya menjadikannya role model.
  • 9. Paradigma & praktek kekuasaan Power over: paradigma yang melihat dan memakai kekuasaan untuk menguasai orang lain. Paradigma ini merupakan paradigma yang paling umum –disadari atau tidak– dipakai dalam praktek kekuasaan di dunia ini. Karenanya kekuasaan menjadi perebutan. Paradigma ini rentan memunculkan praktek otoritarianisme (otoriter), bersifat menjajah, menindas, memarjinalisasikan bahkan mendiskriminasikan kelompok tertentu.
  • 10. Paradigma & praktek kekuasaan.. Power within: kekuasaan dipahami sebagai adanya timbal balik seimbang antara kewenangan/hak dan kewajiban atas pemenuhan hak yang didelegasikan kepadanya. Kekuasaan dipahami sebagai pengaruh yang dimiliki agar si pemiliki kuasa itu mampu membuat yang lain juga memiliki kuasa; Power to empower Merupakan perlawanan atas paradigma power over. upaya mengembalikan kekuasaan sebagai kendaraan untuk melakukan transformasi sosial.
  • 11. Paradigma & praktek kekuasaan... Power sharing: suatu praktek kekuasaan dimana pemilik kekuasaan percaya bahwa semakin absolut suatu kekuasaan, maka semakin rentan dia terhadap penyalahgunaan (abuse of power). Untuk meminimalkan kesempatan power abuse/penyalahgunaan kekuasaan, maka dipraktekkanlah kepemimpinan secara kolektif, dimana kekuasaan didistribusikan. Contoh: sistem pemerintahan demokrasi, dimana kekuasaan didistribusikan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Contoh: dalam organisasi, dimana sistem kepemimpinan secara kolektif dengan struktur yang flat .
  • 12. Identitas & Relasi Kekuasaan Kenyataan bahwa dalam diri seseorang tidak membawa identitas tunggal, melainkan multi, dan bahwa identitas itu dibentuk dalam ketegangan relasi-relasi kekuasaan maka untuk bisa menjadi identitas yang merdeka sekaligus memerdekan, dituntut kesadaran kritis yang bersifat konstan atas relasi-relasi kekuasaan yang ada, dan posisi kita masing di dalam setiap piramida kekukasaan tsb. Dengan kesadaran bahwa setiap individu memiliki posisinya masing-masing yang berbeda-beda di setiap piramida, maka sesungguhnya tidak ada orang yang sama sekali powerless. Menuntut kesadaran bahwa koalisi untuk transformasi relasi kekuasaan bersifat kompleks, karena setiap orang memiliki lebih dari 1 posisi, dan karenanya pasti lebih dari 1 kepentingan.
  • 13. Power is Exercised Power is exercised: artinya kekuasaan itu tidak datang dari langit, melainkan melalui proses yang bersifat relasional, antara si pemberi kekuasaan dan si penerima kekuasaan. Seseorang tdk bisa mengklaim berkuasa kalau masyarakat di sekitarnya/anggita organisasi tdk mengakui kekuasaannya. Kekuasaan terakumulasi pd seseorang atau kelompok tertentu karena ada proses timbal balik, tidak akan terjadi jika pihak “pemberi” kuasa tidak mengijinkan hal itu terjadi. Namun pada saat yang sama, kekuasaan terakumulasi karena dalam proses exercising atau pengasahan kekuasaan tsb, selalu bersifat bias akses (hanya yang memiliki akses terhadap kekuasaan yang mampu memberikan pengaruh dan kontribusi). Pengasahan kekuasaan melalui pembentukan dan pengembangan diskursus (pemilihan material, penerjemahan & intepretasi, distribusi) yang bersifat selektif dan tidak bebas kepentingan.
  • 14. Power is exercised: bias perspektif pemenang Karena:  Hanya mereka yang punya akses ke kekuasaan bisa memberikan suaranya. Semakin di bawah kecenderungan posisi seseorang dalam multiple piramida, semakin dia tidak punya akses dalam mempengaruhi kekuasaan  Contoh: seorang transgender, miskin, berpendidikan rendah, dari kampung terpencil akan berada di dasar piramida dari minimal 4 piramida sosial, yang berarti dia termarginalkan secara 4 lapis. Kondisi tsb membuat dia nyaris tdk mungkin punya akses untuk ikut mempengaruhi kekuasaan; ada ketimpangan besar dalam relasi kekuasaan dia dengan si penguasa. Catatan: dalam masyarakat yang bias gender, maka seorang transgender tdk diterima dlm masyarakat drop out sekolah tdk ada lapangan kerja miskin di jalanan  makin tdk punya akses
  • 15. Power is exercised: bias perspektif pemenang (lanjutan) Setiap individu/kelompok memiliki kepentingannya sendirisetiap suara yang disuarakan mewakili kepentingan individu/kelompok tsb. Jika hanya mereka yang memiliki akses ke kekuasaan punya suara, mk hanya kepentingan para pemilik akses inilah yang terwakili. “Power tends to corrupt” Definisi, deksripsi, isu sosial yang dibentuk bias Cenderung menjaga status quo
  • 16. Pembentukan diskursus sebagai bagian dari pengasahan kekuasaan Kata kuncinya adalah: proses selektif Ada 3 langkah: 1. Pemilihan materi 2. Interpretasi/tafsir & pembentukan definisi 3. Distribusi Semuanya bersifat selektif.
  • 17. Kata kunci: SELEKTIF- Pemilihan materi - di sekitar kita ada banyak sekali isu & persoalan, seorang penguasa akan secara selektif memilih isu mana yang akan dilempar ke publik. - Ingat!!!!Seleksi isu tidak pernah bebas dari kepentingan Misal: dalam konteks Indonesia, ada isu mega korupsi oleh tokoh politik dari partai berkuasa, kasus bayi mati karena ditolak RS, ada kasus pembunuhan mutilasi di jalan tol. Maka humas pemerintah akan memilih untuk mengangkat kasus mutilasi dan blow up besar-besaran sehingga atensi masyarakat terfokus pada kasus ini dan melupakan kasus mega korupsi atau pun matinya bayi krn ditolak RS.
  • 18. Kata kunci: SELEKTIF-interpretasi Tidak ada subyek atau teks yang memiliki interpretasi tunggal. Teks  tidak mati Dari banyak interpretasi, maka seorang penguasa akan menentukan (Selektif ) interpretasi yang mana yang akan diambil atau akan membentuk interpretasinya sendiri yang menguntungkan posisinya. Misal: Jika blow up kasus mutilasi tdk berhasil, maka mereka akan menyiapkan versi kasus korupsi dan memberikan interpretasi mereka yang bias pembenaran di sana-sini.
  • 19. Kata kunci: SELEKTIF-distribusi Dari banyak media untuk distribusi, maka penguasa akan memilih saluran distribusi, media massa, yang dianggap bisa diajak berkolaborasi, atau memiliki kepentingan yang sama. Bayangkan jika semua saluran distribusi ternyata ada di bawah hegemoni penguasa, atau jika hanya ada satu saluran distribusi, atau jika pemilik saluran distribusi ternyata adalah juga bagian dari struktur & lingkarang penguasa.
  • 20. Kita dalam peta relasi kekuasaan.. Kita berada dalam ketegangan berbagai bentuk dan level relasi kekuasaan yang bias gender, heteronormatif, hierarkhis, patriarkhis. Dituntut selalu dalam kesadaran kritis akan identitas & posisi multi kita. Dituntut untuk selalu dalam kesadaran kritis akan proses selektif yang mengitari kekuasaan
  • 21. Pertanyaan Kritis yg harus diajukan 1. Apakah relasi kekuasaan tsb bersifat membebaskan atau sebaliknya memenjarakan & meminggirkan buat saya dan masyarakat di luar saya. - Kalau tidak, siapa yang diuntungkan? 2. Kira-kira proses selektif seperti apa yang sudah terjadi dalam membentuk relasi kekuasaan yang ada itu? 3. Bagaimana caranya untuk bisa mengubah peta relasi agar bersifat lebih membebaskan/memerdakan, pertama-tama untuk saya, dan kemudian untuk lingkungan yang lebih luas
  • 22. Dimulai dari SAYA…. Posisi “SAYA” sbg subyek di sini sangat penting, karena tidak ada proses perubahan sosial (pembebasan, pemerdekaan) tanpa adanya pembebasan dan pemerdekaan diri sendiri.
  • 23. 3R menuju transformasi kekuasan Re-claim: Mengambil kembali otoritas kita atas tubuh dan diri kita yg sudah dirampas dari kita & menegosiasikan dengan otoritas-otoritas di luar kita Re-name: Berani menamai ulang penamaan-penamaan dan pelabelan yang diberikan ke kita maupun ke orang lain yg biasanya cenderung merendahkan dan melemahkan Re-construct: berani mengonstruksi ulang bangunan konsep, norma, ajaran, nilai yg selama ini bias & diskriminatif
  • 24. Awas….the power of Language Dalam rangka 3R tadi, kita mesti sadar akan pengaruh bahasa: a. Menggambarkan realita: Contoh: a. Membentuk realita: Contoh: a. Mentransformasikan: Contoh:
  • 25. SELAMAT MEMETAKAN & MEMERDEKAKAN DIRI!!!