SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 27
Hukum Antar Tata Hukum:
Kuliah Pengantar
Yu Un Oppusunggu
Bidang Studi Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Depok, 1 Juni 2009
2
Tim Pengajar
1. Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki
2. Fatmah Jatim, SH, LLM
3. Lita Arijati, SH, LLM
4. Tiurma M. P. Allagan, SH, MH
5. Yu Un Oppusunggu, SH, LLM
3
Bahan Bacaan
1. Sudargo Gautama, Hukum
Antargolongan: Suatu Pengantar,
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1993, h.
1-46.
2. Sudargo Gautama, Pengantar Hukum
Perdata Internasional Indonesia, Jakarta:
Binacipta dan Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman, 1987,
h. 1-24.
4
Pembahasan Hari ini
• Latar Belakang
• Pengertian HATAH (Intern & Ekstern)
• Keanekaragaman Sistem Hukum di
Indonesia
• Pasal 131 & 163 IS
• Pasal 16-18 AB
© Yu Un Oppusunggu 5
Latar Belakang
1. Indonesia adalah bekas daerah jajahan Belanda,
dikenal dengan nama Nederlands Indie (Hindia
Belanda)
2. Politik Hukum Penjajah:
i. pembagian kawula Hindia Belanda ke dalam golongan-golongan
rakyat; dan
ii. asas konkordansi & keberlakuan sistem-sistem hukum bagi
golongan-golongan rakyat yang berbeda.
3. Hidupnya Hukum Adat di sepanjang Nusantara,
sebagaimana dinyatakan oleh van Vollenhoven
terdapat 19 daerah hukum adat.
4. Kemerdekaan Indonesia
5. Cita-cita pembentukan Sistem Hukum Nasional
© Yu Un Oppusunggu 6
Ragam Peristilahan
Belanda • Conflictenrecht
• Collisierecht
• Intergentiel Recht
• Interrechtsordenrecht
Inggris • Conflict of Laws
• Private International Law
• International Private law
• Marginal Law
• Interlegal Law
Perancis • Conflits des Lois
• Conflits des statuts
Jerman • Grenzrecht
Indonesia • Hukum Perselisihan
• Hukum Collisie
• Hukum Perdata Internasional
• Hukum Antar Tata Hukum
© Yu Un Oppusunggu 7
Hukum Antar Tata Hukum: Definisi
• HATAH Intern:
– Gautama: “Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang
menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa antara warga(-warga) negara dalam satu negara,
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-
kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-kuasa-waktu, tempat
pribadi dan soal-soal.”
• HATAH Ekstern (HPI):
– Gautama: “Keseluruhan peraturan dan keputusan-hukum yang
menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa antara warga(-warga) negara pada satu waktu tertentu
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-
kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam
lingkungan-lingkungan-kuasa-tempat, (pribadi-) dan soal-soal.”
© Yu Un Oppusunggu 8
HATAH: Penguraian definisi (1)
1. Terdapat 2 atau lebih stelsel hukum yang
bertemu.
2. Pertemuan stesel-stelsel hukum tersebut
ditandai oleh adanya titik-titik pertalian.
3. HATAH menentukan stelsel hukum yang
berlaku.
4. HATAH Intern tidak memiliki unsur asing,
HATAH Ekstern memiliki unsur asing.
© Yu Un Oppusunggu 9
HATAH: Penguraian definisi (2)
1. Stelsel-stelsel hukum yang bertemu memiliki
kedudukan yang sama satu terhadap lainnya.
2. Keberlakuan stelsel hukum A, bukan karena
stelsel(-stelsel) hukum lainnya bersifat inferior,
tetapi karena stelsel hukum A-lah stelsel
hukum yang tepat untuk diberlakukan.
3. HATAH Ekstern adalah hukum perdata
nasional!
© Yu Un Oppusunggu 10
Hukum Antar Tata Hukum:
Skematika
HATAH
Intern Ekstern/HPI
Hukum Antar Waktu
(HAW)
Hukum Antar Tempat
(HAT)
Hukum Antar Golongan
(HAG)
© Yu Un Oppusunggu 11
Hukum Antar Waktu
• Gautama: Hukum Antar Waktu adalah
keseluruhan peraturan dan keputusan hukum
yang menunjukkan hukum manakah yang
berlaku atau apakah yang merupakan hukum,
jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa
antara warga (-warga) negara dalam satu
negara dan satu tempat, memperlihatkan titik-
titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-
kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-
lingkungan kuasa-waktu dan soal-soal (naar
tijdelijke en zakelijke werking verschillende
rechtsstelsels of normen).
© Yu Un Oppusunggu 12
Skema HAW
W W
TT
P P
S S
W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
© Yu Un Oppusunggu 13
Hukum Antar Tempat
• Gautama: keseluruhan peraturan dan keputusan
hukum yang menunjukkan stelsel-hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang
merupakan hukum, jika hubungan-hubungan
dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga)
negara dalam satu negara dan satu waktu
tertentu, memperlihatkan titik-titik-pertalian
dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum
yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan
kuasa-tempat dan soal-soal (naar plaatselijke en
zakelijke werking verschillende rechtsstelsels of
normen).
© Yu Un Oppusunggu 14
Skema HAT
WW
T T
P P
S S
W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
© Yu Un Oppusunggu 15
Hukum Antar Golongan
• Gautama: Hukum Antar Golongan adalah keseluruhan
peraturan- dan keputusan hukum yang menunjukkan
stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan
peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara dalam
satu negara, satu tempat dan satu waktu tertentu,
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel
dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan-lingkungan kuasa-pribadi dan- soal-soal
(naar personele en zakelijke werking verschillende
rechtsstelsels en rechtnormen).
© Yu Un Oppusunggu 16
Skema HAG
W W
T T
P P
S S
W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
© Yu Un Oppusunggu 17
Skema HPI
W W
T T
P P
S S
Negara X Negara Y
W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
© Yu Un Oppusunggu 18
Pasal 131:1 Indische Staatsregeling
• Het burgerlijk- en handelsrecht en het strafrecht, zoomede de
burgerlijke rechtsverordering en de strafvordering worden,
onverminderd de bij of krachtens deze wet aan anderen toegekende
strafwetgevende bevoegdheid, geregeld bij ordonnantie. De regeling
geschiedt hetzij voor alle of eenige bevolkingsgroepen of
onderdeelen daarvan of gebiedsdeelen gezamenlijk, hetzij voor een
of meer dier groepen of deelen afzonderlijk.
• Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum
acara perdata dan pidana, diatur dengan “undang-undang”
(ordonansi), dengan tidak mengurangi wewenang yang diberikan
oleh atau berdasarkan undang-undang kepada pembentuk
perundang-undangan pidana. Pengaturan ini dilakukan, baik untuk
seluruh golongan penduduk atau beberapa golongan dari penduduk
itu ataupun sebagian dari golongan itu, ataupun baik untuk bagian-
bagian dari daerah secara bersama maupun untuk satu atau
beberapa golongan atau bagian dari golongan itu secara khusus.
19
Pasal 131:2 Indische Staatsregeling
• In de ordonnanties regelende het burgerlijk- en handelsrecht worden:
a. voor de Europeanen de in Nederland geldende wetten gevold. van welke
wetten echter mag worden afgeweken zoowel wegens de bijzondere
toestanden in Ned- Indië, als om hen met een of meer der overige
bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan aan dezelfde voorschriften te
kunnen onderwerpen;
b. de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnit deze
beide groepen der bevolking bestaan, voorzoorverre de bij hen gebleken
maatschappelijke behoeften dit eischen, hetzij aan de voor Europeanen
geldende bepalingen, voor zooveel noodig gewijzigd, hetzij met de
Europeanen aan gemeenschappelijke voorschriften onderworpen, terwijl
overing
• Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini:
a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di
Negeri Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan
mengingat baik yang khusus berlaku menurut keadaan di Indonesia, maupun
demi kepentingan mereka ditundukkan kepada peraturan perundang-
undangan menurut ketentuan yang sama bagi satu atau beberapa golongan
penduduk lainnya;
b. untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari
golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari penduduk,
sepanjang kebutuhan masyarakat menghendaki, diberlakukan baik ketentuan
perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedangkan untuk
hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka berlaku peraturan hukum
yang bertalian dengan agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya
dapat menyimpang dari itu, apabila ternyata kepentingan umum atau
kebutuhan masyarakat menghendakinya.
© Yu Un Oppusunggu 20
Asas Konkordansi atau
Concordantie-beginsel
• Dasar hukum: Pasal 131:2 (a) IS
• “… de in Nederland geldende wetten gevold….”
• “… berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri
Belanda ….”
• Asas Konkordansi untuk memberlakukan
Hukum di Belanda bagi Golongan Rakyat
Eropa (Europeanen).
• Perkecualian untuk Asas Konkordansi:
1. hukum khusus yang menyesuaikan keperluan hukum
golongan Eropa dengan keadaan khusus di Indonesia;
dan
2. hukum yang berlaku bagi beberapa golongan rakyat secara
bersama-sama (gemmenschappelijk recht).
© Yu Un Oppusunggu 21
Pasal 131:4 Indische Staatsregeling
• Inlanders en Vreemde Oosterlingen zijn bevoegd om, voor zooverre
zij niet reeds met de Europeanen aan gemeenchappelijke
voorschriften zijn onderworpen, zich in het algemeen of voor eene
bepaalde rechtshandeling te onderwerpen aan niet op hen
toepasselijke voorschriften van het burgerlijk en handelsrecht der
Europeanen. Deze onderwerping en hare gevolgen worden bij
ordonnanie geregeld.
• Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjang
mereka belum ditundukkan kepada peraturan yang sama bagi
golongan Eropa, berhak untuk menundukkan diri secara
keseluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu, kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum
perdata dan hukum dagang untuk golongan Eropa yang sebetulnya
tidak berlaku bagi mereka itu. Penundukkan diri kepada hukum
Eropa ini beserta akibat-akibat hukumnya diatur dengan ordonansi.
© Yu Un Oppusunggu 22
Pasal 163:2 Indische Staatsregeling
• Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa
berlaku bagi:
1. semua orang Belanda;
2. semua orang yang tidak termasuk dalam no. 1 yang
berasal dari Eropa;
3. semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang
dari luar negeri yang tidak termasuk dalam no. 1 dan no. 2
yang di negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum
keluarga yang pada dasarnya mempunyai asas-asas
hukum yang sama dengan hukum keluarga Belanda;
4. Anak-anak yang sah atau yang diakui sah berdasarkan
undang-undang di Indonesia beserta keturunan-keturunan
dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2 dan
no. 3.
© Yu Un Oppusunggu 23
Golongan-golongan Rakyat
(bevolkingsgroepen) di Hindia
Belanda berdasarkan 163 IS
1. Golongan Eropa (Europeanen)
a) Orang Belanda;
b) Semua orang yang berasal dari Eropa; keturunan orang Eropa;
c) Orang Jepang;
d) Semua orang, yang di negara asalnya, tunduk pada hukum keluarga yang
pada intinya sama dengan dengan hukum Belanda, seperti Orang Thailand
dan Turki; dan
e) Keturunan sah atau diakui sebagai keturunan sah dari orang-orang di atas.
2. Golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen)
a) Timur Asing Tionghoa
b) Timur Asing Non Tionghoa
3. Golongan Pribumi/Bumiputera (Inlanders)
Dikecualikan dari golongan ini, orang pribumi/bumiputera yang telah
dipersamakan dan masuk sebagai golongan Eropa melalui lembaga Persamaa
Hak (Gelijkstelling).
© Yu Un Oppusunggu 24
Golongan-golongan Rakyat
(bevolkingsgroepen) & Golongan-
golongan Hukum (rechtsgroepen)
menurut 131 IS
1. Golongan Eropa
 Hukum Belanda sebagaimana yang berlaku di Belanda  concordantiebeginsel;
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
2. Golongan Timur Asing
1. Timur Asing Tionghoa
 Sejak 1 Mei 1919 Hukum Eropa: Burgelijke Wetboek (dengan pengecualian tentang syarat-
syarat sebelum perkawinan & Catatan Sipil), Wetboek van Koophandel, pengaturan tentang
adopsi & kongsi.
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
2. Timur Asing Non Tionghoa
 Hukum Adat (bysnya orang dan keluarga)
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
 Golongan Pribumi/Bumiputera
 Hukum Adat ;
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
© Yu Un Oppusunggu 25
Pasal 16 Algemeene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesië
• De wettelijke bepalingen betreffende den staat en den bevoegdheid
der personen blijven verbindend voor Nederlandse Onderdanen,
wanneer zijn zich buiten ‘s lands bevinden. Evenwel zijn zij bij
vestiging in Nederland of in eene andere Nederlandsche kolonie,
zoolang zij aldaar hunne woonplaats hebben, ten aanzien van het
genoemde gedeelte van het burgerlijk recht onderworpen aan de ter
plaatse geldende wet.
• Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai status dan
wewenang seseorang tetap berlaku bagi kawula negara Belanda,
apabila ia berada di luar negeri. Akan tetapi apabila ia menetap di
Negeri Belanda atau di salah satu daerah koloni Belanda, selama ia
mempunyai tempat tinggal di situ berlakulah mengenai bagian
tersebut dan hukum perdata yang berlaku di sana.
• Lex Originis atau Statuta Personal.
© Yu Un Oppusunggu 26
Pasal 17 Algemeene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesië
• Ten opzigte van onroerende goederen
geldt de wet van het land of de plaats,
alwaar die goederen gelegen zijn.
• Terhadap barang-barang yang tidak-
bergerak berlakulah undang-undang dari
negeri atau tempat di mana barang-
barang itu berada.
• Lex rei sitae atau Statuta Realis.
© Yu Un Oppusunggu 27
Pasal 18 Algemeene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesië
• De vorm van elke handeling wordt beoordeeld naar de wetten van
het land of de plaats, alwaar die handeling is verrigt.
• Bij de toepassing van dit en ban het voorgaande art. moet steeds
worden acht gegeven op het verschil, hetwelk de wetgeving
daarstelt tusschen Europeanen en Indonesiërs
• Bentuk tiap tindakan hukum akan diputus oleh pengadilan menurut
perundang-undangan dari negeri atau tempat, di mana tindakan
hukum itu dilakukan.
• Untuk menerapkan pasal ini dan pasal di muka, harus diperhatikan
perbedaan yang diadakan oleh perundang-undangan antara orang-
orang Eropa dan orang-orang Indonesia.
• Locus regit actum atau Statua Mixta.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Idik Saeful Bahri
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..yudikrismen1
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalDenaAgustina
 
Sosiologi hukum
Sosiologi hukumSosiologi hukum
Sosiologi hukumMeehawk
 
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Muhammad Rafi Kambara
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugatNasria Ika
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Rizki Gumilar
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanayudikrismen1
 

Was ist angesagt? (20)

Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Perancangan kontrak
Perancangan kontrakPerancangan kontrak
Perancangan kontrak
 
P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 
Sosiologi hukum
Sosiologi hukumSosiologi hukum
Sosiologi hukum
 
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
 
Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugat
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 

Ähnlich wie Hukum Antar Tata Hukum

1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptx
1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptx1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptx
1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptxNyimasAisyah5
 
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdfPERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdfYustinusHura1
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALZainal Abidin
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukumdimahana
 
Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Riya Zayn
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukumpengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukumRifa Ramadhani
 
XI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptxXI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptxdonihasmanto
 
Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5
Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5
Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5sopiannudin
 
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaBab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaermisetyawati
 

Ähnlich wie Hukum Antar Tata Hukum (20)

1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptx
1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptx1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptx
1-PENGERTIAN-HUKUM-PERDATA-INTERNASIONAL (1).pptx
 
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdfPERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
 
Shi
ShiShi
Shi
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
 
Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Sistem hukum 1
Sistem hukum 1
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukumpengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
 
Hukum dan peradilan
Hukum dan peradilanHukum dan peradilan
Hukum dan peradilan
 
XI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptxXI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptx
 
Ilmu sosial dasar
Ilmu sosial dasarIlmu sosial dasar
Ilmu sosial dasar
 
Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5
Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5
Tugas Ilmu Sosial Dasar Bab 5
 
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptxpengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
 
Penggolongan hukum
Penggolongan hukumPenggolongan hukum
Penggolongan hukum
 
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaBab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
 

Hukum Antar Tata Hukum

  • 1. Hukum Antar Tata Hukum: Kuliah Pengantar Yu Un Oppusunggu Bidang Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia Depok, 1 Juni 2009
  • 2. 2 Tim Pengajar 1. Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki 2. Fatmah Jatim, SH, LLM 3. Lita Arijati, SH, LLM 4. Tiurma M. P. Allagan, SH, MH 5. Yu Un Oppusunggu, SH, LLM
  • 3. 3 Bahan Bacaan 1. Sudargo Gautama, Hukum Antargolongan: Suatu Pengantar, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1993, h. 1-46. 2. Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jakarta: Binacipta dan Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1987, h. 1-24.
  • 4. 4 Pembahasan Hari ini • Latar Belakang • Pengertian HATAH (Intern & Ekstern) • Keanekaragaman Sistem Hukum di Indonesia • Pasal 131 & 163 IS • Pasal 16-18 AB
  • 5. © Yu Un Oppusunggu 5 Latar Belakang 1. Indonesia adalah bekas daerah jajahan Belanda, dikenal dengan nama Nederlands Indie (Hindia Belanda) 2. Politik Hukum Penjajah: i. pembagian kawula Hindia Belanda ke dalam golongan-golongan rakyat; dan ii. asas konkordansi & keberlakuan sistem-sistem hukum bagi golongan-golongan rakyat yang berbeda. 3. Hidupnya Hukum Adat di sepanjang Nusantara, sebagaimana dinyatakan oleh van Vollenhoven terdapat 19 daerah hukum adat. 4. Kemerdekaan Indonesia 5. Cita-cita pembentukan Sistem Hukum Nasional
  • 6. © Yu Un Oppusunggu 6 Ragam Peristilahan Belanda • Conflictenrecht • Collisierecht • Intergentiel Recht • Interrechtsordenrecht Inggris • Conflict of Laws • Private International Law • International Private law • Marginal Law • Interlegal Law Perancis • Conflits des Lois • Conflits des statuts Jerman • Grenzrecht Indonesia • Hukum Perselisihan • Hukum Collisie • Hukum Perdata Internasional • Hukum Antar Tata Hukum
  • 7. © Yu Un Oppusunggu 7 Hukum Antar Tata Hukum: Definisi • HATAH Intern: – Gautama: “Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa- peristiwa antara warga(-warga) negara dalam satu negara, memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah- kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-kuasa-waktu, tempat pribadi dan soal-soal.” • HATAH Ekstern (HPI): – Gautama: “Keseluruhan peraturan dan keputusan-hukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa- peristiwa antara warga(-warga) negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah- kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan-kuasa-tempat, (pribadi-) dan soal-soal.”
  • 8. © Yu Un Oppusunggu 8 HATAH: Penguraian definisi (1) 1. Terdapat 2 atau lebih stelsel hukum yang bertemu. 2. Pertemuan stesel-stelsel hukum tersebut ditandai oleh adanya titik-titik pertalian. 3. HATAH menentukan stelsel hukum yang berlaku. 4. HATAH Intern tidak memiliki unsur asing, HATAH Ekstern memiliki unsur asing.
  • 9. © Yu Un Oppusunggu 9 HATAH: Penguraian definisi (2) 1. Stelsel-stelsel hukum yang bertemu memiliki kedudukan yang sama satu terhadap lainnya. 2. Keberlakuan stelsel hukum A, bukan karena stelsel(-stelsel) hukum lainnya bersifat inferior, tetapi karena stelsel hukum A-lah stelsel hukum yang tepat untuk diberlakukan. 3. HATAH Ekstern adalah hukum perdata nasional!
  • 10. © Yu Un Oppusunggu 10 Hukum Antar Tata Hukum: Skematika HATAH Intern Ekstern/HPI Hukum Antar Waktu (HAW) Hukum Antar Tempat (HAT) Hukum Antar Golongan (HAG)
  • 11. © Yu Un Oppusunggu 11 Hukum Antar Waktu • Gautama: Hukum Antar Waktu adalah keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara dalam satu negara dan satu tempat, memperlihatkan titik- titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah- kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan- lingkungan kuasa-waktu dan soal-soal (naar tijdelijke en zakelijke werking verschillende rechtsstelsels of normen).
  • 12. © Yu Un Oppusunggu 12 Skema HAW W W TT P P S S W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
  • 13. © Yu Un Oppusunggu 13 Hukum Antar Tempat • Gautama: keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara dalam satu negara dan satu waktu tertentu, memperlihatkan titik-titik-pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan kuasa-tempat dan soal-soal (naar plaatselijke en zakelijke werking verschillende rechtsstelsels of normen).
  • 14. © Yu Un Oppusunggu 14 Skema HAT WW T T P P S S W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
  • 15. © Yu Un Oppusunggu 15 Hukum Antar Golongan • Gautama: Hukum Antar Golongan adalah keseluruhan peraturan- dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara dalam satu negara, satu tempat dan satu waktu tertentu, memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan kuasa-pribadi dan- soal-soal (naar personele en zakelijke werking verschillende rechtsstelsels en rechtnormen).
  • 16. © Yu Un Oppusunggu 16 Skema HAG W W T T P P S S W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
  • 17. © Yu Un Oppusunggu 17 Skema HPI W W T T P P S S Negara X Negara Y W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)
  • 18. © Yu Un Oppusunggu 18 Pasal 131:1 Indische Staatsregeling • Het burgerlijk- en handelsrecht en het strafrecht, zoomede de burgerlijke rechtsverordering en de strafvordering worden, onverminderd de bij of krachtens deze wet aan anderen toegekende strafwetgevende bevoegdheid, geregeld bij ordonnantie. De regeling geschiedt hetzij voor alle of eenige bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan of gebiedsdeelen gezamenlijk, hetzij voor een of meer dier groepen of deelen afzonderlijk. • Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum acara perdata dan pidana, diatur dengan “undang-undang” (ordonansi), dengan tidak mengurangi wewenang yang diberikan oleh atau berdasarkan undang-undang kepada pembentuk perundang-undangan pidana. Pengaturan ini dilakukan, baik untuk seluruh golongan penduduk atau beberapa golongan dari penduduk itu ataupun sebagian dari golongan itu, ataupun baik untuk bagian- bagian dari daerah secara bersama maupun untuk satu atau beberapa golongan atau bagian dari golongan itu secara khusus.
  • 19. 19 Pasal 131:2 Indische Staatsregeling • In de ordonnanties regelende het burgerlijk- en handelsrecht worden: a. voor de Europeanen de in Nederland geldende wetten gevold. van welke wetten echter mag worden afgeweken zoowel wegens de bijzondere toestanden in Ned- Indië, als om hen met een of meer der overige bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan aan dezelfde voorschriften te kunnen onderwerpen; b. de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnit deze beide groepen der bevolking bestaan, voorzoorverre de bij hen gebleken maatschappelijke behoeften dit eischen, hetzij aan de voor Europeanen geldende bepalingen, voor zooveel noodig gewijzigd, hetzij met de Europeanen aan gemeenschappelijke voorschriften onderworpen, terwijl overing • Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini: a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan mengingat baik yang khusus berlaku menurut keadaan di Indonesia, maupun demi kepentingan mereka ditundukkan kepada peraturan perundang- undangan menurut ketentuan yang sama bagi satu atau beberapa golongan penduduk lainnya; b. untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari penduduk, sepanjang kebutuhan masyarakat menghendaki, diberlakukan baik ketentuan perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedangkan untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka berlaku peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari itu, apabila ternyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat menghendakinya.
  • 20. © Yu Un Oppusunggu 20 Asas Konkordansi atau Concordantie-beginsel • Dasar hukum: Pasal 131:2 (a) IS • “… de in Nederland geldende wetten gevold….” • “… berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda ….” • Asas Konkordansi untuk memberlakukan Hukum di Belanda bagi Golongan Rakyat Eropa (Europeanen). • Perkecualian untuk Asas Konkordansi: 1. hukum khusus yang menyesuaikan keperluan hukum golongan Eropa dengan keadaan khusus di Indonesia; dan 2. hukum yang berlaku bagi beberapa golongan rakyat secara bersama-sama (gemmenschappelijk recht).
  • 21. © Yu Un Oppusunggu 21 Pasal 131:4 Indische Staatsregeling • Inlanders en Vreemde Oosterlingen zijn bevoegd om, voor zooverre zij niet reeds met de Europeanen aan gemeenchappelijke voorschriften zijn onderworpen, zich in het algemeen of voor eene bepaalde rechtshandeling te onderwerpen aan niet op hen toepasselijke voorschriften van het burgerlijk en handelsrecht der Europeanen. Deze onderwerping en hare gevolgen worden bij ordonnanie geregeld. • Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan kepada peraturan yang sama bagi golongan Eropa, berhak untuk menundukkan diri secara keseluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum perdata dan hukum dagang untuk golongan Eropa yang sebetulnya tidak berlaku bagi mereka itu. Penundukkan diri kepada hukum Eropa ini beserta akibat-akibat hukumnya diatur dengan ordonansi.
  • 22. © Yu Un Oppusunggu 22 Pasal 163:2 Indische Staatsregeling • Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa berlaku bagi: 1. semua orang Belanda; 2. semua orang yang tidak termasuk dalam no. 1 yang berasal dari Eropa; 3. semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeri yang tidak termasuk dalam no. 1 dan no. 2 yang di negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum keluarga yang pada dasarnya mempunyai asas-asas hukum yang sama dengan hukum keluarga Belanda; 4. Anak-anak yang sah atau yang diakui sah berdasarkan undang-undang di Indonesia beserta keturunan-keturunan dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2 dan no. 3.
  • 23. © Yu Un Oppusunggu 23 Golongan-golongan Rakyat (bevolkingsgroepen) di Hindia Belanda berdasarkan 163 IS 1. Golongan Eropa (Europeanen) a) Orang Belanda; b) Semua orang yang berasal dari Eropa; keturunan orang Eropa; c) Orang Jepang; d) Semua orang, yang di negara asalnya, tunduk pada hukum keluarga yang pada intinya sama dengan dengan hukum Belanda, seperti Orang Thailand dan Turki; dan e) Keturunan sah atau diakui sebagai keturunan sah dari orang-orang di atas. 2. Golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen) a) Timur Asing Tionghoa b) Timur Asing Non Tionghoa 3. Golongan Pribumi/Bumiputera (Inlanders) Dikecualikan dari golongan ini, orang pribumi/bumiputera yang telah dipersamakan dan masuk sebagai golongan Eropa melalui lembaga Persamaa Hak (Gelijkstelling).
  • 24. © Yu Un Oppusunggu 24 Golongan-golongan Rakyat (bevolkingsgroepen) & Golongan- golongan Hukum (rechtsgroepen) menurut 131 IS 1. Golongan Eropa  Hukum Belanda sebagaimana yang berlaku di Belanda  concordantiebeginsel;  Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat. 2. Golongan Timur Asing 1. Timur Asing Tionghoa  Sejak 1 Mei 1919 Hukum Eropa: Burgelijke Wetboek (dengan pengecualian tentang syarat- syarat sebelum perkawinan & Catatan Sipil), Wetboek van Koophandel, pengaturan tentang adopsi & kongsi.  Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat. 2. Timur Asing Non Tionghoa  Hukum Adat (bysnya orang dan keluarga)  Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.  Golongan Pribumi/Bumiputera  Hukum Adat ;  Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
  • 25. © Yu Un Oppusunggu 25 Pasal 16 Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesië • De wettelijke bepalingen betreffende den staat en den bevoegdheid der personen blijven verbindend voor Nederlandse Onderdanen, wanneer zijn zich buiten ‘s lands bevinden. Evenwel zijn zij bij vestiging in Nederland of in eene andere Nederlandsche kolonie, zoolang zij aldaar hunne woonplaats hebben, ten aanzien van het genoemde gedeelte van het burgerlijk recht onderworpen aan de ter plaatse geldende wet. • Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai status dan wewenang seseorang tetap berlaku bagi kawula negara Belanda, apabila ia berada di luar negeri. Akan tetapi apabila ia menetap di Negeri Belanda atau di salah satu daerah koloni Belanda, selama ia mempunyai tempat tinggal di situ berlakulah mengenai bagian tersebut dan hukum perdata yang berlaku di sana. • Lex Originis atau Statuta Personal.
  • 26. © Yu Un Oppusunggu 26 Pasal 17 Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesië • Ten opzigte van onroerende goederen geldt de wet van het land of de plaats, alwaar die goederen gelegen zijn. • Terhadap barang-barang yang tidak- bergerak berlakulah undang-undang dari negeri atau tempat di mana barang- barang itu berada. • Lex rei sitae atau Statuta Realis.
  • 27. © Yu Un Oppusunggu 27 Pasal 18 Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesië • De vorm van elke handeling wordt beoordeeld naar de wetten van het land of de plaats, alwaar die handeling is verrigt. • Bij de toepassing van dit en ban het voorgaande art. moet steeds worden acht gegeven op het verschil, hetwelk de wetgeving daarstelt tusschen Europeanen en Indonesiërs • Bentuk tiap tindakan hukum akan diputus oleh pengadilan menurut perundang-undangan dari negeri atau tempat, di mana tindakan hukum itu dilakukan. • Untuk menerapkan pasal ini dan pasal di muka, harus diperhatikan perbedaan yang diadakan oleh perundang-undangan antara orang- orang Eropa dan orang-orang Indonesia. • Locus regit actum atau Statua Mixta.