SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Merek
2.1.1 Pengertian Merek
Menurut Durianto, Sugiarto, dan Joko Budiman (2004: p.2) mendefinisikan merek
adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal–hal tersebut untuk
mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing dan merek merupakan nilai tangible dan intangible
yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan
pengaruh tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat.
Berbeda dengan pendapat Susanto dan Wijanarko dalam bukunya yang berjudul
Power Branding : Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya (2004 : p.5)
mengatakan merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa
dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi. Merek bukan hanya apa yang tercetak di
dalam produknya atau kemasannya, tetapi termasuk apa yang ada di benak konsumen dan
bagaimana konsumen mengasosiasikannya.
Merek menurut Tjiptono (2001: p.103-104) merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol/ lambang, desain, warna yang diharapkan dapat memberikan identitas dan
diferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya merek merupakan suatu janji penjual
untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri- ciri, manfaat, dan jasa tertentu
kepada para pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa
jaminan kualitas.
Menurut Hermawan Kartajaya (2004:p.11), Marketing Icon of Indonesia, merek
merupakan indikator value yang ditawarkan kepada pelanggan, dan atau aset yang
10
menciptakan value bagi pelanggan dengan memperkuat loyalitasnya. American Marketing
Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau
kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang
atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. (Kotler,
2005:p.82)
Sedangkan Nicolino, dalam Brand Management: The Complete Ideal’s Guides (2004:
p.4) mengatakan bahwa merek adalah entitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai-
nilai tertentu. Menurutnya, sebuah nama, logo, singkatan, desain, atau apa saja, dapat
dikatakan sebagai sebuah merek, jika memenuhi empat hal berikut:
1. Dapat dikenali atau diidentifikasi (identifiable): dapat dengan mudah
memisahkan satu barang yang serupa dengan yang lainnya melalui beberapa
cara, biasanya berupa sepatah kata, warna, atau simbol (logo) yang dapat
dilihat secara langsung
2. Memiliki entitas: sesuatu yang mempunyai eksistensi yang khas atau berbeda
3. Janji-janji tertentu (specific promises): sebuah produk atau jasa membuat klaim
mengenai apa yang dapat diberikannya
4. Nilai-nilai: apapun yang didapatkan konsumen pasti merupakan sesuatu yang
konsumen peduli hingga batas tertentu
Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri,
manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena
didalamnya tercakup enam pengertian berikut ini. (Durianto, Sugiarto, dan Joko Budiman,
2004: p.2)
1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan
lain- lain. Mercedes menyatakan sesuatu yang mahal, produk yang dibuat
dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, dan sebagainya.
11
2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen
sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek
diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat
emosional. Sebagai gambaran, atribut “mahal” cenderung diterjemahkan
sebagai manfaat emosional, sehingga orang yang mengendarai Mercedes akan
merasa dirinya dianggap penting dan dihargai.
3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Mercedes
menyatakan produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya.
Dengan demikian produsen Mercedes juga mendapat nilai tinggi di masyarakat.
4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Mercedes mencerminkan
budaya Jerman yang terorganisir, konsisten, tingkat keseriusannya tinggi,
efisien, dan berkualitas tinggi.
5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Seringkali produk
tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak
atau menopang merek produknya.
6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produk tersebut. Pemakai Mercedes pada umumnya
diasosiasikan dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya.
Menurut Rangkuti dalam bukunya The Power of Brands (2002:p.2), merek dapat
juga dibagi dalam pengertian lainnya, seperti :
a. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan.
Misalnya, RCTI, Pepsodent, Honda dan sebagainya.
b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali
namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain, huruf atau warna khusus.
Misalnya, simbol RCTI dengan gambar burung Rajawali.
12
c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek
yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang
istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk
menggunakan nama merek (tanda merek dagang).
d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang –
undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik atau
karya seni.
2.1.2 Peranan dan Manfaat Merek
Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani
harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen dengan
demikian dapat di ketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan
perusahaan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang
mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.
Adapun beberapa faktor yang menjadikan merek sangat penting, yaitu seperti:
(Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004, p2)
a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi
menjadi konsisten dan stabil
b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa
suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya.
c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin
kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin
banyak asosiasi merek (brand association) yang terbentuk dalam merek
tersebut. Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas
yang kuat, potensi ini akan meningkatkan citra merek.
13
d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang
kuat akan sangat sanggup merubah perilaku konsumen.
e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian. Dengan adanya
merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan
dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan,
kebanggaan ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut.
f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
Keberadaan merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik
(Simamora, 2002, p3).
1. Bagi Pembeli. Merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu
memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi
mereka.
2. Bagi Masyarakat. Merek bermanfaat dalam dua hal. Pertama, pemberian merek
memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. Kedua,
meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan infomasi
tentang produk dan tempat.
3. Bagi Penjual. Merek bermanfaat dalam empat hal. Pertama, memudahkan
penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul.
Kedua, memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas
produk. Ketiga, memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia
dan menguntungkan. Keempat, membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
14
2.2 Ekuitas Merek
2.2.1 Pengertian Ekuitas Merek
Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang terkait dengan
suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan
oleh sebuah produk atau jasa kepada perusahaan maupun kepada pelanggan. Agar aset dan
liabilitas mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan
dengan nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan
simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek
akan berubah pula. (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2001: p.4)
Menurut Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 2
(2005;p.86) mendefinisikan ekuitas merek sebagai efek diferensial positif yang ditimbulkan
oleh pengetahuan nama merek terhadap pelanggan atas produk atau jasa tersebut. Ekuitas
merek mengakibatkan pelanggan memperlihatkan preferensi terhadap suatu produk
dibandingkan dengan yang lain kalau keduanya pada dasarnya identik.
Menurut Hana dan Wozniak yang dikutip oleh Simamora (2002, pp.46-47)
mengatakan bahwa ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan merek pada produk.
Sepanjang memberikan nilai tambah, maka merek tersebut memiliki ekuitas. Kalau tidak
memberikan nilai tambah, apalagi justru mengurangi nilai produk, berarti tidak ada ekuitas
merek. Jadi, mereka melihat ekuitas merek sebagai nilai yang positif.
Berbeda halnya dengan Srinivasan dan Park yang dikutip oleh Simamora (2002,
p.47) membuat konsepsi yang memungkinkan ekuitas merek bernilai negatif, nol, ataupun
positif. Menurut mereka, pada produk-produk bermerek terdapat dua jenis nilai. Pertama,
nilai objektif, yaitu nilai berdasarkan realitas. Ini merupakan nilai yang tidak terkontaminasi
oleh segala hal yang terkait dengan merek. Kedua, nilai total produk dengan merek. Ekuitas
merek adalah selisih antara nilai total produk (dengan merek) dikurangi nilai objektifnya.
Dengan hubungan demikian, dimungkinkan nilai ekuitas merek yang positif, nol dan negatif.
15
Menurut mereka juga, ekuitas merek dapat dilihat pada ruang lingkup individu, segmen
maupun pasar secara total. Pada ruang lingkup individu, di mungkinkan perbedaan ekuitas
merek pada individu yang berbeda.
Brand Equity is the added value endowed to products and services. This value may
be reflected in how consumers think, feel, and act with respect to the brand, as well as the
process, market share, and profitability that the brand commands for the firm. Brand equity
is an important intangible asset that has psychological and financial value to the firm.
(Kotler,2006:p.258)
2.2.2 Elemen – Elemen ekuitas merek
Menurut David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004, p.4) ekuitas merek
(brand equity) dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori, yaitu:
1. Kesadaran Merek (brand awareness), menunjukkan kesanggupan seorang calon
pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek
merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
2. Asosiasi Merek (brand association), mencerminkan pencitraan suatu merek
terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup,
manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain.
3. Persepsi Kualitas (perceived quality), mencerminkan persepsi pelanggan
terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan
berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
4. Loyalitas Merek (brand loyalty), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen
dengan suatu merek produk.
5. Aset-Aset Merek Lainnya (other proprietary brand assets) seperti hak paten,
rahasia teknologi, rahasia bisnis, akses khusus terhadap pemasok ataupun pasar,
dan lain-lain.
16
Empat elemen ekuitas merek (brand equity) di luar aset – aset merek lainnya dikenal
dengan elemen – elemen utama dari ekuitas merek (brand equity). Elemen brand equity
yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama
tersebut.
Namun pengukuran ekuitas merek dikembangkan lagi oleh David A. Aaker (Durianto,
Sugiarto, Budiman, 2004, pp.4-5) menjadi model Brand Equity Ten yang dikelompokkan
dalam lima kategori dengan sepuluh elemen sebagai indikator ekuitas merek. Empat kategori
yang pertama mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek melalui empat dimensi
ekuitas merek yaitu, loyalitas merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan kesadaran merek.
Kategori kelima meliputi pengukuran dua jenis perilaku pasar (market behaviour) yang
mewakili informasi yang diperoleh berdasarkan pasar, dan bukan langsung dari konsumen.
Kategori Awareness Measures
1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kategori Association Measures
2. Persepsi Nilai ( Perceived Value )
3. Kepribadian Merek ( Brand personality )
4. Asosiasi Organisasi ( Organizational Brand )
Kategori Perceived Quality / Leadership Measures
5. Persepsi Kualitas ( Perceived Quality )
6. Kepemimpinan / Popularitas ( Leadership / Popularity )
Kategori Loyalty Measures
7. Harga Optimum ( Price Premium )
8. Kepuasan / Loyalitas ( Satisfaction / Loyalty )
Kategori Market Behaviour Measures
9. Pangsa Pasar ( Market Share )
10. Harga Pasar ( Market Price ) dan Jangkauan Distribusi ( Distribution Coverage )
17
2.2.3 Peranan dan Manfaat Ekuitas Merek
Bagi pelanggan, brand equity merupakan aset yang dapat memberikan nilai
tersendiri. Aset tersebut dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan
menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Brand Equity dapat
mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas
dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai
karakteristik merek. Pada kenyataannya, asosiasi merek dan persepsi kualitas dapat
mempertinggi tingkat kepuasan konsumen.
Disamping memberi nilai bagi konsumen, ekuitas merek juga memberikan nilai bagi
perusahaan dalam bentuk:
1. Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam
memikat para konsumen baru, bahkan merangkul kembali konsumen lama.
2. Empat dimensi ekuitas merek : brand awarness, perceived quality, asosiasi –
asosiasi dan aset merek lainnya dapat mempengaruhi alasan pembelian
konsumen.
3. Loyalitas merek yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam merespons
inovasi yang dilakukan para pesaing.
4. Asosiasi – asosiasi merek juga sangat penting sebagai dasar strategi positioning
maupun strategi perluasan produk.
5. Ekuitas merek yang kuat memungkinkan perusahan memperoleh margin yang
lebih tinggi dengan menjual produk pada harga optimum (premium pricing) dan
mengurangi ketergantungan pada promosi.
6. Ekuitas merek yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan
dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis
baru yang terkait yang biayanya akan jauh lebih mahal untuk dimasuki tanpa
merek yang memiliki ekuitas merek tersebut.
18
7. Ekuitas merek yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu
menciptakan loyalitas saluran distribusi.
8. Aset – aset ekuitas merek lainnya dapat memberikan keuntungan kompetitif
bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah – celah yang tidak dimiliki
pesaing. Sebagai contoh, pemasar tidak akan ragu lagi untuk memasarkan
suatu produk atau jasa yang memiliki ekuitas merek yang kuat.
2.3 Kesadaran Merek
2.3.1 Pengertian Kesadaran Merek
Menurut Aaker yang dikutip oleh Rangkuti, (2004,p.39) kesadaran merek adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu
merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
Kesadaran menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang
dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci
pembuka (key of brand asset) untuk masuk ke elemen ekuitas merek lainnya. Apabila
kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.
(Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004, p7)
2.3.2 Tingkat Kesadaran Merek
Tingkatan atau piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat
tertinggi adalah sebagai berikut: (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004, p7)
1. Unware of Brand (tidak menyadari merek), adalah tingkat paling rendah dalam
piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu
merek.
19
2. Brand Recognition (pengenalan merek), adalah tingkat minimal kesadaran
merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan
pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
3. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek), adalah pengingatan
kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall).
4. Top of Mind (puncak pikiran), adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh
konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata
lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada
dalam benak konsumen.
Gambar 2.1. Piramida Kesadaran Merek
Sumber: David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004, p.7)
Top of Mind
Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of Brand
20
2.3.3 Nilai Kesadaran Merek
Peran kesadaran merek dalam membantu merek, dapat dipahami dengan mengkaji
bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai, yaitu:
Gambar 2.2. Nilai – Nilai Kesadaran Merek
Sumber : Durianto, Sugiarto, Budiman ( 2004,p7 )
Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain (anchor to which other
association can be attached)
Artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa
rantai, dimana rantai ini menggambarkan asosiasi dari merek tersebut. Suatu
merek yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada
merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi di
benak konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran
suatu merek rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit
melekat pada merek tersebut.
Kesadaran Merek
Jangkar yg menjadi cantolan asosiasi
lain
Familiar/ rasa suka
Substansi/ komitmen
Mempertimbangkan merek
21
2. Familier/rasa suka (familiarity-liking)
Jika keberadaan merek perusahaan sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab
dan terbiasa dengan merek perusahaan, dan lama-kelamaan dari kebiasaan
tersebut akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang perusahaan
pasarkan tersebut, yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam
membuat keputusan.
3. Substansi/komitmen (signal of substance/commitment)
Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang
sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran akan merek tinggi,
kehadiran merek itu akan selalu dapat perusahaan rasakan. Sebuah merek
dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Diiklankan secara luas
b. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu
c. Jangkauan distribusi yang luas
d. Merek tersebut dikelola dengan baik
Karena itu, jika kualitas dua merek adalah sama, kesadaran merek akan menjadi
faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian
4. Mempertimbangkan merek (brand to be considered)
Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merek-
merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan
diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan top of mind yang tinggi
mempunyai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam
ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam benak konsumen.
22
Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah yang
disukai atau dibenci.
2.3.4 Pencapaian Kesadaran Merek
Menurut Durianto, Sugiarto, Sitinjak dalam bukunya Strategi Menaklukkan Pasar
Melalui Riset Ekuitas dan Prilaku Merek (2004:p.57), kesadaran merek dapat dicapai dan
diperbaiki dengan menempuh beberapa cara berikut :
a. Pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah diingat oleh
konsumen. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan merek
produk lainnya serta harus ada hubungan antara merek dan kategori
produknya.
b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu
konsumen mengingat merek.
c. Jika satu produk memiliki simbol, hendaknya simbol itu dapat dihubungkan
dengan mereknya.
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin diingat pelanggan.
e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang
sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya.
f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena
membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
2.4 Asosiasi Merek
2.4.1 Pengertian Asosiasi Merek
Asosiasi merek adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah
merek. Asosiasi ini tidak hanya ada tetapi mempunyai sebuah kekuatan. ( Susanto,
Wijanarko, 2004:p.132 )
23
Brand association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait
dengan ingatannya mengenai suatu merek . ( Durianto, Sugiarto , Sitinjak, 2004:p.69 )
Kesan – kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin
banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin
seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasinya. Suatu merek yang
telah mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam persaingan karena didukung oleh
berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan
menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang
saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut. Konsumen
yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand
image dan apabila konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari
merek pesaing, brand image tersebut akan melekat terus – menerus sehingga dapat
membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu.
2.4.2 Sumber-Sumber Asosiasi Merek
Menurut Aaker yang dikutip oleh Simamora (2002, pp.31-36) terdapat sebelas
sumber asosiasi yang terkait dengan suatu merek, yaitu:
1. Atribut produk (product attributes)
Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi positioning
yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi semacam ini efektif karena jika
atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam alasan
pembelian suatu merek.
Menurut Kotler (Simamora,2002), atribut produk terdiri atas kualitas, desain dan fitur
(feature). Kualitas lebih lanjut dijelaskan sebagai kinerja (performance), unjuk kerja
(comformance), keandalan (reliability), kemudahan diperbaiki (repairability), gaya (style),
daya tahan (durability) dan desain (design). Biasanya tidak semua komponen atribut di
24
jadikan andalan (selling point) oleh produsen, cukup satu atau beberapa atribut yang
menonjol (salient atribut) dari suatu produk.
2. Atribut tak berwujud (intangibles attributes)
Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas,
kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang
objektif. Namun terdapat beberapa resiko apabila perusahaan menggunakan atribut ini
sebagai sumber asosiasi, yaitu seperti:
a. Rentan terhadap inovasi perusahaan lain.
b. Seringkali klaim atas spesifikasi tertentu malah menurunkan kredibilitas
produk yang bersangkutan.
c. Seringkali konsumen tidak memperdulikan klaim produk atas spesifikasi
tertentu karena menganggap tidak ada perbedaan berarti antara satu produk
dengan produk lain. Risiko-risiko di atas dapat dihindari dengan membuat
asosiasi yang tidak terukur, dan tidak bisa dibandingkan.
3. Manfaat produk bagi pelanggan (customer’s benefits)
Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka
biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Artinya, kalau mau membuat asosiasi
manfaat, mau tidak mau perusahaan juga harus membuat asosiasi atribut sebagai
alasannya. Yang ditonjolkan produsen sebenarnya adalah asosiasi manfaat, sebab atribut
yang dijadikan sebagai alasan, seringkali tidak dipahami masyarakat umum.
4. Harga relatif (relative price)
Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan di awali dengan
penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga. Sudah jelas
bahwa harga yang dijadikan sebagai sumber asosiasi adalah harga rendah atau harga
yang terjangkau. Penggunaan “harga terjangkau” sebagai sumber asosiasi akan
bermanfaat bila pasar sasaran yang di bidik sensitive terhadap harga, dan selisih harga
25
yang di tawarkan cukup berarti bagi konsumen.
5. Penggunaan (application)
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu
penggunaan atau aplikasi tertentu. “Saat apa produk digunakan” dapat dipakai menjadi
sumber asosiasi produk.
6. Pengguna/pelanggan (user or customer)
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek dengan sebuah tipe pengguna atau
pelanggan dari produk tersebut.
7. Orang terkenal/khalayak (celebrity or person)
Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi
kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut. Ruginya, kalau citra orang itu
rusak, maka citra merek juga bisa turun.
8. Gaya hidup/kepribadian (life style or personality)
Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat di ilhami oleh asosiasi para
pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang
hampir sama.
9. Kelas produk (product class)
Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya akan lebih berhasil jika merek
tersebut merupakan merek pertama pada kategori produk yang bersangkutan.
10. Para pesaing (competitors)
Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing
dapat dijadikan sebagai sumber asosiasi.
11. Negara/area geografis (country or geographic area)
Sebuah Negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat
dengan produk, bahan, dan kemampuan. Syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan
suatu negara atau wilayah geografis sebagai sumber asosiasi adalah tempat-tempat yang
26
dijadikan sumber asosiasi harus memiliki citra positif tentang produk yang diiklankan.
Atau, mengikuti istilah Michael Porter. Negara bersangkutan harus memiliki competitive
advantage of nation mengenai produk-produk itu.
2.4.3 Nilai Asosiasi Merek
Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan,
karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang
satu dari merek yang lain. Berikut ini adalah fungsi dari asosiasi merek :
Gambar 2.3. Nilai Asosiasi Merek
Sumber : Rangkuti, 2004:p.43
1. Help process / retrieve information (membantu proses penyusunan informasi)
2. Differentiate (membedakan), dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya
pembedaan suatu merek dari merek lain.
3. Reason to buy (alasan untuk membeli), membangkitkan berbagai atribut produk atau
manfaat bagi konsumen yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk
membeli dan menggunakan merek tersebut.
Asosiasi
Merek
Membantu proses/ penyusunan
informasi
Diferensiasi /posisi
Alasan untuk membeli
Menciptakan sikap/ perasaan positif
Basis perluasan
27
4. Create positive attitude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif)
Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada gilirannya
merembet ke merek yang bersangkutan. Asosiasi – asosiasi tersebut dapat menciptakan
perasaan positif atas dasar pengalaman mereka sebelumnya serta pengubahan
pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain.
5. Basis for extentions (landasan untuk perluasan)
Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan
rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah merek produk baru, atau dengan
menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut.
2.5 Persepsi Kualitas
2.5.1 Pengertian Persepsi Kualitas
Menurut David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004;p.15), “ Persepsi
kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya.”
Persepsi kualitas adalah salah satu dimensi ekuitas merek. Persepsi kualitas
mempunyai atribut penting yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti :
a. Kualitas aktual atau obyektif (actual or objective quality), yaitu perluasan ke suatu
bagian dari produk / jasa yang memberikan pelayanan lebih baik.
b. Kualitas isi produk (product-based quality), yaitu karakteristik dan kuantitas unsur,
bagian, atau pelayanan yang disertakan.
c. Kualitas proses manufaktur (manufacturing quality), yaitu kesesuaian dengan
spesifikasi; hasil akhir yang “tanpa cacat” (zero defect).
28
2.5.2 Dimensi Persepsi Kualitas
Persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat dilihat melalui tujuh dimensi persepsi kualitas dan konteksnya.
Menurut David A. Garvin (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.98), tujuh dimensi
persepsi kualitas untuk konteks produk adalah :
1. Kinerja: Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya karakteristik
operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, system kemudi, serta kenyamanan.
Karena faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, sering kali pelanggan
mempunyai sikap yang berbeda dalam menilai atribut- atribut kinerja ini.
2. Pelayanan: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk
tersebut. Misalnya mobil merek tertentu menyediakan pelayanan kerusakan atau
service mobil 24 jam di seluruh dunia.
3. Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. Misal mobil merek
tertentu yang memposisikan dirinya sebagai mobil tahan lama walau telah berumur
12 tahun tetapi masih berfungsi dengan baik.
4. Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian
ke pembelian berikutnya.
5. Karakteristik produk: Bagian- bagian tambahan dari produk seperti remote control
sebuah video, tape deck, system WAP untuk telepon genggam. Penambahan ini
biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat
hampir sama. Bagian – bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan
mamahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai perkembangan.
6. Kesesuaian dengan spesifikasi: Merupakan pandangan mengenai kualitas proses
manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
dan teruji. Misalnya sebuah mobil pada kelas tertentu dengan spesifikasi yang telah
29
ditentukan seperti jenis dan kekuatan mesin, pintu, material untuk pintu mobil, ban,
system pengapian dan lainnya.
7. Hasil: Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi
sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang
baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain
yang penting.
Untuk dimensi persepsi kualitas dalam konteks jasa mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.100).
Pada umumnya yang sering digunakan sebagai dimensi dalam konteks jasa adalah :
Kompetensi, Keandalan, Tanggung Jawab dan Empati. Berbagai dimensi ini menjadi inti
dalam interaksi antara pelanggan dan pemasar bidang jasa.
Berikut ini merupakan contoh pertanyaan – pertanyaan dalam mengukur dimensi –
dimensi konteks jasa :
a. Bentuk fisik: Apakah fasilitas fisik, perlengkapan, dan penampilan pegawai
mengesankan kualitasnya?
b. Kompetensi: Apakah karyawan divisi pelayanan memiliki pengetahuan yang
memadai dalam melaksanakan tugasnya? Apakah karyawan divisi pelayanan
mengesankan keyakinan dan percaya diri yang tinggi?
c. Keandalan: Dapatkah tugas tersebut dikerjakan dengan akurat dan meyakinkan?
d. Tanggung jawab: Apakah petugas penjualan berkemauan untuk membantu para
pelanggan dengan memberikan layanan sebaik- baiknya?
e. Empati: Apakah sebuah supermarket menunjukkan kepedulian dan perhatian
kepada setiap pelanggan yang mempunyai kartu keanggotaan (member card) ?
30
2.5.3 Nilai Persepsi Kualitas
Dalam membangun suatu merek, persepsi kualitas mempunyai peranan yang
penting. Dalam banyak konteks persepsi kualitas sebuah merek dapat menjadi alasan yang
penting dalam pembelian serta merek mana yang akan dipertimbangkan pelanggan untuk
dibeli.
Karena persepsi kualitas terkait erat dengan keputusan pembelian maka persepsi
kualitas dapat mengefektifkan semua elemen program pemasaran khususnya program
promosi. Apabila persepsi kualitas dari suatu merek tinggi, maka kemungkinan besar
program periklanan dan promosi yang dijalankan akan efektif.
Secara umum persepsi kualitas dapat menghasilkan nilai – nilai berikut :
Gambar 2.4. Nilai Persepsi Kualitas
Sumber: Durianto, Sugiarto, Budiman,2004;p.16
1. Alasan untuk membeli
Konsumen sering kali tidak termotivasi untuk mendapatkan dan menyaring informasi yang
mungkin mengarah pada objektivitasnya mengenai kualitas. Atau informasi itu memang
tidak tersedia. Atau konsumen tidak mempunyai kesanggupan atau sumber daya untuk
mendapatkan atau memproses informasi. Karena terkait dengan keputusan- keputusan
Persepsi Kualitas
Alasan untuk membeli
Diferensiasi/ posisi
Harga Optimum
Minat saluran distribusi
Perluasan merek
31
pembelian, persepsi kualitas mampu mengefektifkan semua elemen program pemasaran.
Apabila kesan kualitas tinggi, kemungkinan besar periklanan dan promosi yang
dilancarkan akan efektif.
2. Diferensiasi/ posisi
Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi persepsi kualitas,
yaitu apakah merek tersebut superoptimum, optimum, bernilai, atau ekonomis. Juga,
berkenaan dengan persepsi kualitas, apakah merek tersebut terbaik atau sekedar
kompetitif terhadap merek- merek lain.
3. Harga optimum
Keuntungan persepsi kualitas memberikan pilihan- pilihan dalam penetapan harga
optimum (price premium). Harga optimum bisa meningkatkan laba dan/ atau memberikan
sumber daya untuk reinvestasi pada merek tersebut. Berbagai sumber daya ini dapat
digunakan untuk membangun merek, seperti menguatkan kesadaran atau asosiasi atau
mutu produk. Harga optimum juga dapat menguatkan persepsi kualitas, yaitu “Anda
mendapatkan yang anda bayar.
4. Minat saluran distribusi
Persepsi kualitas juga punya arti penting bagi para pengecer, distributor, dan berbagai pos
saluran lainnya. Sebuah pengecer atau pos saluran lainnya dapat menawarkan suatu
produk yang memiliki persepsi kualitas tinggi dengan harga yang menarik dan menguasai
lalu lintas distribusi tersebut. Pos saluran distribusi dimotivasi untuk menyalurkan merek-
merek yang diminati oleh konsumen.
5. Perluasan merek
Sebuah merek yang kuat dalam hal persepsi kualitas dapat dieksploitasi untuk meluaskan
diri lebih jauh, dan akan mempunyai peluang sukses yang lebih besar dibandingkan merek
dengan persepsi kualitas yang lemah. Caranya adalah dengan menggunakan merek
tersebut untuk masuk ke dalam kategori produk baru.
32
Ada beberapa syarat agar perluasan merek tersebut berhasil:
a. Merek tersebut harus kuat. Merek yang tidak kuat akan membuat merek tersebut sulit
diperluas.
b. Merek tersebut masih bisa diperluas, jadi belum overextension. Merek yang sudah
terlalu banyak diperluas ke kategori yang lain akan sulit diterima oleh konsumen dan
justru akan menimbulkan kebingungan di benak mereka.
c. Keeratan hubungan antara kategori produk yang satu dan yang lain. Suatu merek
biasanya sudah mempunyai citra dan jika ingin diperluas ke kategori lain, harus dilihat
apakah citra ini bisa ditransfer atau tidak. Betadine mempunyai asosiasi yang kuat
mengenai antiseptik, sehingga pada saat diperluas ke plester ternyata dapat diterima
oleh konsumen karena keduanya memiliki hubungan yang erat.
2.6 Loyalitas Merek
2.6.1 Pengertian Loyalitas Merek
Pengertian loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu
merek. (Rangkuti, 2004;p.60). Loyalitas merupakan inti dari brand equity yang menjadi
gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan
seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas meningkat, maka kerentaan
kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu
indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang
karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan.
2.6.2 Tingkatan Loyalitas Merek
Berikut adalah tingkatan loyalitas merek mulai dari tingkat yang paling dasar
(switcher) sampai tingkatan pelanggan yang setia (committed buyer) :
33
Gambar 2.5. Piramida loyalitas Merek 1
Sumber: Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004;p.21
1. Pembeli yang berpindah-pindah (Switcher/Price Buyer)
Adalah tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah
dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama
sekali tidak loyal. Pada tingkatan ini, merek apapun mereka anggap memadai serta
memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling jelas dalam
kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli
merek tersebut dan karena harganya murah.
2. Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual Buyer)
Adalah pembeli yang puas dengan merek produk yang di konsumsinya atau setidaknya
mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengonsumsi suatu merek produk. Tidak
ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek,
terutama jika peralihan tersebut membutuhkan usaha, biaya, atau berbagai pengorbanan
lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa mereka membeli suatu merek karena alasan
kebiasaan.
Commited
Buyer
Likes the Brand
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Switcher/Price Buyer
34
3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied Buyer)
Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, namun dapat
saja berpindah merek dengan menanggung biaya peralihan (switching cost) seperti waktu,
biaya, risiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik minat
pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung
pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya
(switching cost loyalty).
4. Pembeli yang menyukai merek (Likes the Brand)
Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan
ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka didasari oleh asosiasi
yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan merek itu
sebelumnya, baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh
persepsi kualitas yang tinggi.
5. Pembeli yang berkomitmen (Comitted Buyer)
Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan sebagai pengguna
suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka, baik dari
segi fungsi maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Ciri yang
tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasi/mempromosikan
merek yang ia gunakan kepada orang lain.
Dari Piramida Loyalitas Merek 1 (gambar 2.5) diatas terlihat bahwa bagi merek yang
belum memiliki ekuitas merek yang kuat, porsi terbesar dari konsumennya berada pada
tingkat switcher, yaitu pembeli yang suka berpindah-pindah merek. Selanjutnya, porsi
terbesar kedua ditempati oleh konsumen yang berada pada taraf habitual buyer dan
seterusnya, hingga porsi terkecil ditempati oleh commited buyer. Meskipun demikian, bagi
merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat, tingkatan dalam loyalitas mereknya
35
diharapkan membentuk segitiga terbalik. Artinya, semakin ke atas semakin melebar sehingga
diperoleh jumlah commited buyer yang lebih besar dari pada switcher, seperti tampak pada
gambar 2.6 berikut.
Gambar 2.6. Piramida Loyalitas Merek 2
Sumber: Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.130
2.6.3 Nilai Loyalitas Merek
Loyalitas merek para pelanggan yang ada mewakili suatu aset strategis dan jika
dikelola dan eksploitasi dengan benar akan mempunyai potensi untuk memberikan nilai
dalam beberapa bentuk seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.7
Commited Buyer
Liking the Brand
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Switcher
36
Gambar 2.7. Nilai Loyalitas Merek
Sumber: Durianto, Sugiarto, dan Budiman (2004: p.22)
1. Mengurangi biaya pemasaran
Biaya pemasaran untuk mempertahankan konsumen akan lebih murah dibandingkan
untuk mendapatkan konsumen baru.
2. Meningkatkan perdagangan
Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan meningkatkan perdagangan dan
memperkuat keyakinan perantara pemasaran.
3. Menarik konsumen baru
Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan yakin bagi
calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut dan biasanya akan
merekomendasikan/ mempromosikan merek yang ia pakai kepada orang lain, sehingga
kemungkinan dapat menarik konsumen baru.
Mengurangi biaya pemasaran
Loyalitas Merek
Meningkatkan perdagangan
Menarik konsumen baru
Memberi waktu untuk merespon ancaman
persaingan
37
4. Memberi waktu untuk merespons ancaman persaingan
Bila pesaing mengembangkan produk yang lebih unggul, konsumen yang loyal akan
memberikan waktu bagi perusahaan untuk merespons pesaing dengan memperbarui
produknya.
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran
EKUITAS MEREK
RCTI
KESADARAN
MEREK
ASOSIASI
MEREK
PERSEPSI
KUALITAS
LOYALITAS
MEREK
1. Top of Mind
2. Brand Recall
3. Brand
Recognition
4. Unaware of
Brand
ATRIBUT ATRIBUT 1.Switcher
2. Habitual
Viewer
3. Satisfied
Viewer
4. Liking the
Brand
5. Commited
Viewer
38
2.8 Metodologi Penelitian
2.8.1 Jenis dan Metode Penelitian
Desain Penelitian
Pengamatan dilakukan terhadap mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasta di Jakarta,
khususnya mahasiswa menengah atas di Universitas Bina Nusantara, Universitas Trisakti,
Universitas Katolik Atma Jaya, dan Universitas Tarumanegara. Sesuai dengan tujuan
penelitian yang ingin dicapai, maka digunakan jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan sifat atau karakteristik mengenai
reaksi responden yang berprofesi sebagai mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasta di Jakarta
terhadap jasa layanan informasi dan hiburan (penyiaran televisi) P.T Rajawali Citra Televisi
Indonesia melalui pengukuran brand awarness, brand association, perceived quality, dan
brand loyalty. Dalam tabel dibawah ini ditunjukkan desain penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 2.1
Desain Penelitian
Desain PenelitianTujuan
Penelitian Jenis Penelitian Metode yang
digunakan
Unit Analisis Time Horizon
T1
T2
T3
T4
Descriptive
Descriptive
Descriptive
Descriptive
Descriptive
Survey
Descriptive
Survey
Descriptive
Survey
Descriptive
Survey
Individu →
mahasiswa 4
perguruan tinggi
swasta
Individu →
mahasiswa 4
perguruan tinggi
swasta
Individu→
mahasiswa 4
perguruan tinggi
swasta
Individu→
mahasisiwa 4
perguruan tinggi
swasta
One Shoot-
cross sectional
One Shoot-
cross sectional
One Shoot-
cross sectional
One Shoot-
cross sectional
39
Keterangan :
T-1 → Mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran mahasiswa terhadap merek RCTI.
T-2 → Mengetahui asosiasi – asosiasi apa saja yang dapat membentuk brand image RCTI.
T-3 → Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap seluruh kualitas penyiaran televisi RCTI.
T-4 → Mengetahui tingkat loyalitas mahasiswa terhadap merek RCTI.
Jenis Data dan Sumber Data
Tabel 2.2
Jenis Data dan Sumber Data
Digunakan Untuk
Tujuan Penelitian
Jenis Data Sumber Data
T-1 T-2 T-3 T-4
Informasi tingkat
kesadaran
mahasiswa terhadap
merek RCTI
Data primer didapat melalui kuesioner
kepada mahasiswa di 4 perguruan tinggi
swasta di Jakarta
√
Informasi asosiasi-
asosiasi mahasiswa
terhadap merek RCTI
Data primer di dapat melalui kuesioner dan
wawancara kepada mahasiswa di 4
perguruan tinggi swasta di Jakarta
√
Informasi persepsi
mahasiswa terhadap
keseluruhan kualitas
penyiaran televisi
RCTI
Data primer di dapat melalui kuesioner dan
wawancara kepada mahasiswa di 4
perguruan tinggi swasta di Jakarta
√
Informasi tingkat
loyalitas mahasiswa
terhadap merek RCTI
Data primer di dapat melalui kuesioner
kepada mahasiswa di 4 perguruan tinggi
swasata di Jakarta
√
Keterangan :
T-1 → Mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran mahasiswa terhadap merek RCTI.
T-2 → Mengetahui asosiasi – asosiasi apa saja yang dapat membentuk brand image RCTI.
T-3 → Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap seluruh kualitas penyiaran televisi RCTI.
T-4 → Mengetahui tingkat loyalitas mahasiswa terhadap merek RCTI.
40
2.8.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan kombinasi teknik pengumpulan data yang terdiri dari :
1. Kuesioner
Kuesioner digunakan dalam pengumpulan data dari responden, dimana peneliti
menyusun format pertanyaan- pertanyaan yang telah diatur sedemikian rupa untuk
menganalisis ekuitas merek yang diajukan kepada responden secara tertulis.
2. Wawancara
Wawancara dengan pihak perusahaan dan pihak yang mengetahui jumlah populasi
mahasiswa masing – masing 4 perguruan tinggi.
3. Studi kepustakaan
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan informasi yang
diperoleh melalui buku- buku, majalah, jurnal yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini.
2.8.3 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Probability Sampling. Probability
Sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample.
(Sugiyono, 2005:p. 74). Teknik probability sampling yang digunakan adalah Proportionate
Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Untuk menentukan besarnya ukuran sampel, peneliti menentukan total populasi
terlebih dahulu, yaitu total kumulatif mahasiswa dari 4 perguruan tinggi swasta yang diteliti.
Total mahasiswa dari 4 perguruan tinggi swasta tersebut adalah sebesar :
41
Universitas Bina Nusantara 20.000 mahasiswa → populasi
Universitas Trisakti 25.000 mahasiswa
Universitas Tarumanegara 16.000 mahasiswa
Universitas Atmajaya 13.000 mahasiswa
74.000 mahasiswa → Total Populasi
Setelah mengetahui jumlah populasi, sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin
(Prasetyo,2005;p.136) :
n = N
1 + N(e) ²
Dimana, n = besaran sampel
N = besaran populasi
e = nilai kritis batas ketelitian yang didinginkan (persentase kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)
Berdasarkan rumus diatas, penghitungan jumlah sampel responden adalah sebagai berikut :
Diketahui : N = 74.000
e = 5 %
Maka, n = N
1 + N(e)²
n = 74.000
1 + 74.000 ( 0,05 ) ²
n = 74.000 = 397,84 = 398 → Total sampel responden
186
42
Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata menurut setiap
universitas. Dengan demikian masing – masing sampel setiap universitas harus proporsional
sesuai dengan populasi.
Jumlah sampel dapat ditentukan dengan Rumus Stratified Random Sampling
(Prasetyo,2005;p.129) :
Sampel = Populasi
Total Populasi
Jadi jumlah sampel untuk :
Universitas Bina Nusantara = 20.000
74.000
Universitas Trisakti = 25.000
74.000
Universitas Tarumanegara = 16.000
74.000
Universitas Atmajaya = 13.000
74.000
Jadi jumlah responden = 108 + 135 + 87 + 70 = 400 responden
Kriteria sampel yang dirumuskan oleh peneliti adalah responden (mahasiswa)
menengah atas (kelas sosial ABC), hal ini dikarenakan segmen pemirsa RCTI adalah
kalangan menengah atas (kelas sosial ABC). Untuk menentukan kriteria tersebut, peneliti
mengukur dari besarnya pengeluaran rata – rata mahasiswa per bulan. Berdasarkan standar
yang digunakan PT. Capricorn MARS Indotama, salah satu perusahaan marketing research di
X Total Sampel
X 398 = 107,56 = 108
X 398 = 134,45 = 135
X 398 = 86,05 = 87
X 398 = 69,91 = 70
43
Indonesia, maka segmentasi kelas sosial masyarakat menengah atas dapat direpresentasikan
dari golongan social economic status ABC menurut keseluruhan pengeluaran rata – rata
rumah tangga per bulan untuk makanan, transportasi, gaji pembantu, listrik/air dll. Tetapi
tidak termasuk pengeluaran untuk pembelian / cicilan barang mewah seperti TV, rumah,
kendaraan dsb.
A: Lebih dari Rp. 2.250.000
B : Antara Rp 1.750.000 – Rp. 2.250.000
C : Antara Rp 1.250.000 – Rp. 1.750.000
Maka dalam penelitian ini, untuk mengukur reponden masuk dalam kriteria
mahasiswa menengah atas (kelas sosial ABC) , peneliti mengasumsikan pengeluaran rata –
rata per bulan mahasiswa menengah atas (kelas sosial ABC) sebesar :
A : Lebih dari Rp. 1.750.000
B : Antara Rp. 1.250.000 – Rp.1.750.000
C : Antara Rp. 750.000 – Rp. 1.250.000
2.8.4 Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran
Tabel 2.3
Definisi Opersional dan Instrumen Pengukuran
Variabel Dimensi Indikator Skala
Top of Mind Merek stasiun televisi swasta yang
disebutkan pertama kali oleh responden atau
yang pertama kali muncul dalam benak
responden ketika ditanyakan.
Brand Recall Merek – merek lain yang disebutkan setelah
menyebutkan merek pertama kali tersebut.
Brand
Recognition
Merek RCTI disebutkan dengan
menggunakan alat bantu seperti dengan
memberikan logo dari stasiun televisi swasta
tersebut tanpa menunjukkan mereknya.
Brand
Awareness
(kesadaran
merek)
Unaware of
Brand
Tidak mengetahui / menyadari sama sekali
mengenai merek RCTI.
44
Brand
Association
(asosiasi
merek)
Atribut Tingkat informasi yang diberikan sejumlah
responden mengenai segala sesuatu yang
ada di ingatan konsumen yang terkait
dengan merek RCTI.
Nominal
Perceived
Quality
(persepsi
kualitas)
Atribut Tingkat informasi yang diberikan sejumlah
responden mengenai persepsi konsumen
terhadap keseluruhan kualitas RCTI.
Ordinal
Switcher Pemirsa yang suka berpindah – berpindah
saluran dalam menonton suatu jenis
program acara di televisi karena faktor iklan.
Ordinal
Habitual
Viewer
Pemirsa yang menonton suatu jenis program
acara RCTI karena kebiasaan.
Ordinal
Satisfied
Viewer
Pemirsa yang merasa puas akan suatu jenis
program acara RCTI.
Ordinal
Liking the
Brand
Pemirsa yang menonton suatu jenis program
acara RCTI karena faktor suka akan
mereknya
Ordinal
Brand Loyalty
(loyalitas
merek)
Commited
Viewer
Pemirsa yang menyarankan orang lain untuk
menonton suatu jenis program acara di
RCTI.
Ordinal
2.8.5 Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Dan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan
reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel
(Sugiyono, 2004, p109).
Dalam penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan secara komputerisasi
dengan menggunakan SPSS 12.0 dengan langkah: Entri data ke halaman kerja SPSS → Klik
Analyze |Scale |Reliability. Pindahkan buitr 1 sampai dengan butir 30 ke kolom item. Pada
45
kotak Model, pilih Alpha (Alpha Cronbach). Klik Statistics, lalu klik Item, Scale, dan Scale of
deleted pada bagian Descriptives. Lihat nilai Correted Item Total Correlation (r hitung) pada
tiap butir, bandingkan dengan nilai r tabel pada α 0,05 dengan derajad bebas df= 28 atau n
=30. Dengan dasar pengambilan keputusan: (Pratisto,2004,p.254)
Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir tersebut valid.
Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel maka butir tersebut tidak valid.
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji
reliabilitas kuesioner tersebut. Cara pengambilan keputusan :
Jika r alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka reliabel.
Jika r alpha negatif atau r alpha lebih kecil dari r tabel maka tidak reliabel.
2.8.6 Teknik Analisis Data
Tabel 2.4
Teknik Analisis Data
Metode AnalisisTujuan
Penelitian Metode yang digunakan Alat Analisis
T1
T2
T3
Descriptive Survey
Descriptive Survey
Decsriptive Survey
Analisis Descriptive, dilakukan
dengan perhitungan
persentase dengan cara
menabulasikan data yang
diperoleh.
Analisis Uji Cochran,
dilakukan untuk mengetahui
beberapa hubungan antara
beberapa variabel.
Analisis Descriptive,
pengukuran nilai rata-rata
dan tingkat kesesuaian
antara performance dan
importance, yang kemudian
46
T4 Descriptive Survey
hasilnya digambarkan pada
diagram cartesius
performance-importance.
Analisis Descriptive,
pengukuran rata – rata dari
setiap elemen loyalitas
merek.
Keterangan :
T-1 → Mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran mahasiswa terhadap merek RCTI.
T-2 → Mengetahui asosiasi – asosiasi apa saja yang dapat membentuk brand image RCTI.
T-3 → Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap seluruh kualitas penyiaran televisi RCTI.
T-4 → Mengetahui tingkat loyalitas mahasiswa terhadap merek RCTI.
A. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Untuk mengukur tingkat kesadaran akan merek RCTI, didasarkan kepada
pengertian-pengertian dari brand awareness yang mencakup tingkatan brand awarness
menurut David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.57), yaitu Top of Mind (Puncak
pikiran), Brand Recall (Pengingatan kembali merek), dan Brand Recognition (Pengenalan
Merek) .Terhadap data ini, dilakukan perhitungan persentase dengan cara menabulasikan
data yang diperoleh.
B. Asosiasi Merek (Brand Association)
Pengujian terhadap brand association ini dilakukan dengan menggunakan “Analisis
Uji Cochran”, yang mana hasilnya akan membentuk brand image dari setiap merek.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variable.
47
Hipotesis pengujian:
H0 : Kemungkinan jawaban “ya” adalah sama untuk semua variabel (asosiasi)
Ha : Kemungkinan jawaban “ya” adalah berbeda untuk setiap variabel (asosiasi)
Langkah-Langkah Uji Cochran: (Durianto, Sugiarto, Sitinjak,2004;p.84)
1. Hitung Statistik Q dengan rumus
Keterangan:
C = banyaknya variabel Cj = jumlah kolom jawaban “ya
Rj = jumlah baris jawaban “ya” N = total besar
2. Tolak H0 bila Q > X2
(α,v) V = C - 1
Terapan uji Cochran untuk mengetahui signifikansi setiap asosiasi
yang ada dalam suatu merek dimulai dengan pengujian semua asosiasi. Atas
dasar hasil analisis dilakukan perbandingan antara nilai Q dengan X
2
),( vtabel α .
Jika diperoleh nilai Q < X
2
),( vtabel α , maka H0 diterima yang berarti semua
asosiasi yang diuji saling berhubungan membentuk brand image dari suatu
merek. Jika diperoleh nilai Q > X
2
),( vtabel α , dapat disimpulkan belum cukup
bukti untuk menerima H0. Dengan demikian tidak semua asosiasi adalah
sama dan pengujian dilanjutkan ke tahap dua untuk mengetahui asosiasi
mana yang tidak sama dan dapat dikeluarkan dari asosiasi-asosiasi penyusun
brand image suatu merek.
Untuk masuk ke tahap dua dicari asosiasi yang memiliki jumlah
kolom terkecil yang selanjutnya akan dicoba dikeluarkan dari komponen
( ) ( )
∑
∑
−
−−−
= 2
22
11
i
j
RCN
NCCCC
Q
48
asosiasi-asosiasi pembentuk brand image. Dengan demikian nilai N sekarang
akan berkurang sebesar nilai total kolom yang dikeluarkan tersebut. Nilai Q
dihitung kembali dengan mempertimbangkan kondisi yang baru tersebut.
Saat ini asosiasi yang diuji signifikansi hubungannya menjadi berkurang satu
pula sehingga derajat bebas dari X
2
),( vtabel α berkurang satu juga. Tahap
pembandingan Q dengan X
2
),( vtabel α dilakukan lagi dengan teknik yang sama
sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Jika nilai Q < X
2
),( vtabel α , maka
pengujian dihentikan yang berarti brand image suatu merek terbentuk dari
asosiasi-asosiasi sisanya yang belum diuji dan asosiasi terakhir yang diuji.
C. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)
Setelah kuesioner disebar dan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah mengolah
data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Untuk menganalisis persepsi kualitas,
informasi diperoleh dengan skala Likert berupa skala pengukuran ordinal.
Pada persepsi kualitas, digunakan pembandingan antara performance dan
importance, yang kemudian dilakukan analisis deskriptif berupa pengukuran nilai rata-rata
dan tingkat kesesuaian antara performance dan importance, yang kemudian hasilnya
digambarkan pada diagram cartesius performance-importance.
Rumus rata-rata:
Menurut Supranto (2001, p.241) berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan
kinerja maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian. Tingkat
kesesuaian adalah hasil perbandingan antara skor kinerja pelaksanaan dengan skor
∑
∑=−
f
xf
rataRata
.
49
kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan prioritas peningkatan faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Adapun rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan
Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan
Selanjutnya hasil rata-rata dari setiap atribut performance-importance dijabarkan ke
dalam diagram cartesius seperti pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Diagram cartesius performace – importance
Sumber : Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2004;p.108)
Perbandingan performance dan importance dirangkum dalam diagram cartesisus
yang terbagi atas empat kuadran. Sumbu mendatar adalah tingkat performance, sedangkan
sumbu vertikal adalah tingkat importance. Kuadran pertama bercirikan, performance rendah
Kuadran I
underact
Kuadran II
maintain
Kuadran III
low priority
Kuadran IV
overact
rendah tinggi
Performance
Importance
tinggi
rendah
%100*
Yi
Xi
Tki =
50
tetapi importance tinggi maka disebut juga underact. Dalam kuadran kedua, performance
tinggi diikuti importance yang tinggi pula sehingga keadaan ini harus dipelihara/ maintain.
Dalam kuadran ketiga tingkat performance rendah dan tingkat importance juga rendah
sehingga disebut low prority. Dalam kuadran keempat, tingkat performance tinggi tetapi
tingkat importance rendah.
D. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Untuk menganalisis loyalitas merek, informasi diperoleh dengan skala Likert berupa
skala pengukuran ordinal. Dan, untuk mengukur tingkat loyalitas terhadap merek RCTI
digunakan statistilk deskriptif, yaitu rata-rata dari setiap elemen brand loyalty (committed
buyer, liking the brand, satisfied buyer, habitual buyer, switcher).
Hasil dari nilai rata-rata kemudian dipetakan ke dalam rentang skala yang
mempertimbangkan informasi interval berikut:
Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat
diketahui dimana letak rata-rata penilaian resonden terhadap setiap unsur diferensiasinya
dan sejauh mana variasinya.
Rentang skala tersebut adalah:
1,00 – 1,80 = sangat jelek 3,40 – 4,20 = baik
1,80 – 2,60 = jelek 4,20 – 5,00 = sangat baik
2,60 – 3,40 = cukup
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah 5 - 1
Interval = = = 0.8
Banyak Kelas 5
51
2.8.7 Analisis Persaingan Model Lima Kekuatan Porter
Michael Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba
jangka panjang intrinsik dari suatu pasar atau segmen pasar. Modelnya ditunjukkan dalam
Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Kekuatan Persaingan Porter
Sumber : Kotler (2002, p.248)
PEMASOK
(Kekuatan
Pemasok)
PEMBELI
(Kekuatan
Pembeli)
Pengganti/
Substitusi
(Ancaman
Substitusi)
Pesaing-
Pesaing
Industri
(Rival Segmen)
Pendatang
Baru Potensial
(Ancaman
Mobilitas)
52
1. Ancaman pendatang baru (the threat of new entrants)
Apabila perusahaan dapat memasukisuatu industri khusus dengan mudah, maka
intensitas persaingan di antara perusahaan- perusahaan akan meningkat. Pendatang
baru akan mengurangi potensi pasar industri lama karena biasanya ia membawa
kapasitas baru.
2. Ancaman produk pengganti (threat of substitor products or service)
Pada banyak industri, perusahaan- perusahaan berkompetisi secara ketat dengan
para produsen produk pengganti.Tekanan persaingan akibat produk pengganti dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas produk.
3. Kekuatan tawar menawar pemasok (bargaining power of supplier)
Kekuatan pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri, khususnya
apabila terdapat sejumlah besar pemasok, hanya ada beberapa bahan baku
pengganti yang baik, atau apabila biaya pengolahan bahan baku sangat mahal.
Pemasok dan produsen seharusnya saling membantu dengan wajar, meningkatkan
kualitas, mengembangkan jasa baru, just in time delivery, mengurangi biaya
investasi.
4. Kekuatan tawar menawar pembeli (bargaining power of customers)
Bila persaingan terkonsentrasi berukuran besar dan konsumen membeli dalam
volume besar, maka kekuatan tawar menawar sangat mempengaruhi intensitas
persaingan dalam suatu industri.
5. Persaingan sesama industri (rivalry among existing competitors)
Persaingan di antara pesaing yang telah ada biasanya merupakan pesaing yang
paling penting. Kadang- kadang strategi yang dikembangkan suatu perusahaan
dapat berhasil hanya dengan berkonsentrasi pada keunggulan kompetitif yang
secara langsung menyerang strategi pesaing.
53
2.8.8 Kelemahan Teknik Analisis Data
a. Test Cochran
Test Cochran hanya menggambarkan secara hubungan setiap asosiasi yang ada dalam
suatu merek dan ada atau tidaknya hubungan antar asosiasi, tetapi tidak menunjukkan
seberapa erat hubungan yang ada secara nominal.
b. Skala Likert
Karena ukuran yang dipergunakan adalah ukuran ordinal, skala Likert hanya dapat
mengurutkan tingkat tanggapan individu dalam skala tetapi tidak dapat dilakukan
pembandingan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.

More Related Content

What's hot

(Presentasi) Strategi Bisnis
(Presentasi) Strategi Bisnis(Presentasi) Strategi Bisnis
(Presentasi) Strategi BisnisNoor Adn
 
Strategi Pemasaran Ritel
Strategi Pemasaran RitelStrategi Pemasaran Ritel
Strategi Pemasaran RitelPitriani Mpit
 
Pb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.ppt
Pb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.pptPb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.ppt
Pb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.pptDeby Andriana
 
Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)
Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)
Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)Agus Nurwahyudi
 
segmentasi targeting positioning
segmentasi targeting positioningsegmentasi targeting positioning
segmentasi targeting positioningMr.Mahmud
 
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...Alfrianty Sauran
 
manajemen operasional
manajemen operasionalmanajemen operasional
manajemen operasionalIstiqomah II
 
Proposal pelatihan internet marketing
Proposal pelatihan internet marketingProposal pelatihan internet marketing
Proposal pelatihan internet marketingIswanto Seo
 
penerapan inovasi dan manajemen produk samsung
penerapan inovasi dan manajemen produk samsungpenerapan inovasi dan manajemen produk samsung
penerapan inovasi dan manajemen produk samsungIndira Muttahara
 
Studi kasus pemasaran internasional
Studi kasus pemasaran internasionalStudi kasus pemasaran internasional
Studi kasus pemasaran internasionaldivachenel
 
3. manajemen pengembangan usaha koperasi
3. manajemen pengembangan usaha koperasi3. manajemen pengembangan usaha koperasi
3. manajemen pengembangan usaha koperasiArya Hista
 
starategi bersaing dalam manajemen pemasaran
starategi bersaing dalam manajemen pemasaranstarategi bersaing dalam manajemen pemasaran
starategi bersaing dalam manajemen pemasaranmas karebet
 
Pemasaran Produk
Pemasaran  ProdukPemasaran  Produk
Pemasaran ProdukFauzanah2
 

What's hot (20)

(Presentasi) Strategi Bisnis
(Presentasi) Strategi Bisnis(Presentasi) Strategi Bisnis
(Presentasi) Strategi Bisnis
 
TOKOPEDIA
TOKOPEDIA TOKOPEDIA
TOKOPEDIA
 
Strategi Pemasaran Ritel
Strategi Pemasaran RitelStrategi Pemasaran Ritel
Strategi Pemasaran Ritel
 
Strategi pemasaran ppt
Strategi pemasaran pptStrategi pemasaran ppt
Strategi pemasaran ppt
 
Pb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.ppt
Pb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.pptPb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.ppt
Pb13 strategi pemasaran & bauran pemasaran.ppt
 
Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)
Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)
Marketing Idea Competition 2010 (Contoh Presentasi)
 
segmentasi targeting positioning
segmentasi targeting positioningsegmentasi targeting positioning
segmentasi targeting positioning
 
Analisis SWOT PT INDOFOOD
Analisis SWOT PT INDOFOODAnalisis SWOT PT INDOFOOD
Analisis SWOT PT INDOFOOD
 
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
 
Analisis CSR PT Semen Indonesia
Analisis CSR PT Semen IndonesiaAnalisis CSR PT Semen Indonesia
Analisis CSR PT Semen Indonesia
 
manajemen operasional
manajemen operasionalmanajemen operasional
manajemen operasional
 
Proposal pelatihan internet marketing
Proposal pelatihan internet marketingProposal pelatihan internet marketing
Proposal pelatihan internet marketing
 
Ekonomi kreatif
Ekonomi kreatifEkonomi kreatif
Ekonomi kreatif
 
penerapan inovasi dan manajemen produk samsung
penerapan inovasi dan manajemen produk samsungpenerapan inovasi dan manajemen produk samsung
penerapan inovasi dan manajemen produk samsung
 
Studi kasus pemasaran internasional
Studi kasus pemasaran internasionalStudi kasus pemasaran internasional
Studi kasus pemasaran internasional
 
3. manajemen pengembangan usaha koperasi
3. manajemen pengembangan usaha koperasi3. manajemen pengembangan usaha koperasi
3. manajemen pengembangan usaha koperasi
 
starategi bersaing dalam manajemen pemasaran
starategi bersaing dalam manajemen pemasaranstarategi bersaing dalam manajemen pemasaran
starategi bersaing dalam manajemen pemasaran
 
2.konsep pemasaran
2.konsep pemasaran2.konsep pemasaran
2.konsep pemasaran
 
Segmenting, tergeting dan positioning 2011
Segmenting, tergeting dan positioning 2011Segmenting, tergeting dan positioning 2011
Segmenting, tergeting dan positioning 2011
 
Pemasaran Produk
Pemasaran  ProdukPemasaran  Produk
Pemasaran Produk
 

Viewers also liked

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...Uofa_Unsada
 
Mengelola merek dan kemasan
Mengelola merek dan kemasanMengelola merek dan kemasan
Mengelola merek dan kemasanKelompokMansar
 
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...Uofa_Unsada
 
Merancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merek
Merancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merekMerancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merek
Merancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merekHastho Oke Sekali Jaya
 
“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...
“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...
“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...Uofa_Unsada
 
Mengembangkan strategi dan rencana pemasaran
Mengembangkan strategi dan rencana pemasaranMengembangkan strategi dan rencana pemasaran
Mengembangkan strategi dan rencana pemasaranLiafatra Thohir
 
Strategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produk
Strategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produkStrategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produk
Strategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produkMuhammad Zakiy Mataram
 
SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN O...
SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN  O...SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN  O...
SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN O...Siti Jum'atun
 
Bab 10 membangun hubungan dengan pelanggan
Bab 10 membangun hubungan dengan pelangganBab 10 membangun hubungan dengan pelanggan
Bab 10 membangun hubungan dengan pelangganLizar Alfansi
 
Pengantar Bisnis 'Bauran produk'
Pengantar Bisnis 'Bauran produk'Pengantar Bisnis 'Bauran produk'
Pengantar Bisnis 'Bauran produk'Sintya M
 
Chapter 13 merancang dan mengelola
Chapter 13 merancang dan mengelolaChapter 13 merancang dan mengelola
Chapter 13 merancang dan mengelolaCn Beng
 
Menganalisis Pasar Konsumen
Menganalisis Pasar KonsumenMenganalisis Pasar Konsumen
Menganalisis Pasar KonsumenNandang Sunandar
 
Pengumpulan Informasi dan Peramalan Permintaan
Pengumpulan Informasi dan Peramalan PermintaanPengumpulan Informasi dan Peramalan Permintaan
Pengumpulan Informasi dan Peramalan PermintaanGusstiawan Raimanu
 
Mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing Pemasaran
Mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing PemasaranMengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing Pemasaran
Mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing PemasaranRizky Pradiatma
 
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanMelaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanIvan Santoso
 
Bab 9 menciptakan ekuitas merek
Bab 9 menciptakan ekuitas merekBab 9 menciptakan ekuitas merek
Bab 9 menciptakan ekuitas merekJudianto Nugroho
 

Viewers also liked (20)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP LOYALITAS ...
 
Mananjemen pemasaran
Mananjemen pemasaranMananjemen pemasaran
Mananjemen pemasaran
 
Mengelola merek dan kemasan
Mengelola merek dan kemasanMengelola merek dan kemasan
Mengelola merek dan kemasan
 
Marketing Mix Wardah
Marketing Mix WardahMarketing Mix Wardah
Marketing Mix Wardah
 
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
 
Merancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merek
Merancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merekMerancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merek
Merancang program pemasaran untuk membangun ekuitas merek
 
“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...
“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...
“ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) PROGRAM TALKSHOW KICK ANDY di Me...
 
Strategi merek
Strategi merekStrategi merek
Strategi merek
 
Mengembangkan strategi dan rencana pemasaran
Mengembangkan strategi dan rencana pemasaranMengembangkan strategi dan rencana pemasaran
Mengembangkan strategi dan rencana pemasaran
 
Strategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produk
Strategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produkStrategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produk
Strategi menghadapi persaingan dalam pemasaran produk
 
SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN O...
SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN  O...SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN  O...
SOSOK PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI BANYAK ORANG BAIK PEMIMPIN NEGARA MAUPUN O...
 
Bab 10 membangun hubungan dengan pelanggan
Bab 10 membangun hubungan dengan pelangganBab 10 membangun hubungan dengan pelanggan
Bab 10 membangun hubungan dengan pelanggan
 
Analisis pasar bisnis
Analisis pasar bisnisAnalisis pasar bisnis
Analisis pasar bisnis
 
Pengantar Bisnis 'Bauran produk'
Pengantar Bisnis 'Bauran produk'Pengantar Bisnis 'Bauran produk'
Pengantar Bisnis 'Bauran produk'
 
Chapter 13 merancang dan mengelola
Chapter 13 merancang dan mengelolaChapter 13 merancang dan mengelola
Chapter 13 merancang dan mengelola
 
Menganalisis Pasar Konsumen
Menganalisis Pasar KonsumenMenganalisis Pasar Konsumen
Menganalisis Pasar Konsumen
 
Pengumpulan Informasi dan Peramalan Permintaan
Pengumpulan Informasi dan Peramalan PermintaanPengumpulan Informasi dan Peramalan Permintaan
Pengumpulan Informasi dan Peramalan Permintaan
 
Mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing Pemasaran
Mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing PemasaranMengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing Pemasaran
Mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan - Marketing Pemasaran
 
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanMelaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
 
Bab 9 menciptakan ekuitas merek
Bab 9 menciptakan ekuitas merekBab 9 menciptakan ekuitas merek
Bab 9 menciptakan ekuitas merek
 

Similar to Membangun ekuitas merk

Brand Concept, Strategic Brand Communications
Brand Concept, Strategic Brand CommunicationsBrand Concept, Strategic Brand Communications
Brand Concept, Strategic Brand CommunicationsJudhie Setiawan
 
Pengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam Perusahaan
Pengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam PerusahaanPengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam Perusahaan
Pengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam PerusahaanArdiansah Danus
 
Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...
Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...
Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...Mulyani86
 
Kelompok 1 -Value Based Marketing
Kelompok 1 -Value Based MarketingKelompok 1 -Value Based Marketing
Kelompok 1 -Value Based Marketingrinarosmarina
 
Penting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptx
Penting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptxPenting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptx
Penting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptxLiaa75
 
Sesi 7 brand crisis
Sesi 7 brand crisisSesi 7 brand crisis
Sesi 7 brand crisisFirsan Nova
 
Manajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.ppt
Manajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.pptManajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.ppt
Manajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.pptPanjaitanRico
 
Kelompok 1 vbm
Kelompok 1 vbmKelompok 1 vbm
Kelompok 1 vbmFaridhayhe
 
Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)
Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)
Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)Revi Rahadian
 
Resume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin Pasar
Resume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin PasarResume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin Pasar
Resume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin PasarUIN Surabaya
 
Integrated Marcomm, Sesi3
Integrated Marcomm, Sesi3Integrated Marcomm, Sesi3
Integrated Marcomm, Sesi3Judhie Setiawan
 

Similar to Membangun ekuitas merk (20)

Brand Concept, Strategic Brand Communications
Brand Concept, Strategic Brand CommunicationsBrand Concept, Strategic Brand Communications
Brand Concept, Strategic Brand Communications
 
Strategi Merk
Strategi MerkStrategi Merk
Strategi Merk
 
Strategi merek
Strategi merekStrategi merek
Strategi merek
 
Pengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam Perusahaan
Pengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam PerusahaanPengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam Perusahaan
Pengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam Perusahaan
 
Branding.docx
Branding.docxBranding.docx
Branding.docx
 
Brand & Product
Brand & ProductBrand & Product
Brand & Product
 
Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...
Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...
Branding yang berhasil membuat siapa pun pesaingmu nanti kesulitan menjadi sa...
 
KPT Sesi 3_Brand
KPT Sesi 3_BrandKPT Sesi 3_Brand
KPT Sesi 3_Brand
 
cara-membangun-merek
cara-membangun-merekcara-membangun-merek
cara-membangun-merek
 
Mengelola Merek
Mengelola MerekMengelola Merek
Mengelola Merek
 
Branding.pptx
Branding.pptxBranding.pptx
Branding.pptx
 
Presentasi merek hastho n titok
Presentasi merek hastho n titokPresentasi merek hastho n titok
Presentasi merek hastho n titok
 
Kelompok 1 -Value Based Marketing
Kelompok 1 -Value Based MarketingKelompok 1 -Value Based Marketing
Kelompok 1 -Value Based Marketing
 
Penting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptx
Penting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptxPenting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptx
Penting nya Branding dalam sebuah bisnis-Kecap.pptx
 
Sesi 7 brand crisis
Sesi 7 brand crisisSesi 7 brand crisis
Sesi 7 brand crisis
 
Manajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.ppt
Manajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.pptManajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.ppt
Manajemen-Komunikasi-Pemasaran-Pertemuan-4.ppt
 
Kelompok 1 vbm
Kelompok 1 vbmKelompok 1 vbm
Kelompok 1 vbm
 
Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)
Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)
Pengertian Merk dan Brand Image - Revi Rahadian (5511701001)
 
Resume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin Pasar
Resume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin PasarResume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin Pasar
Resume UAS BRAND EQUITY TEN: Strategi Memimpin Pasar
 
Integrated Marcomm, Sesi3
Integrated Marcomm, Sesi3Integrated Marcomm, Sesi3
Integrated Marcomm, Sesi3
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

Membangun ekuitas merk

  • 1. 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Merek 2.1.1 Pengertian Merek Menurut Durianto, Sugiarto, dan Joko Budiman (2004: p.2) mendefinisikan merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal–hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing dan merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat. Berbeda dengan pendapat Susanto dan Wijanarko dalam bukunya yang berjudul Power Branding : Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya (2004 : p.5) mengatakan merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi. Merek bukan hanya apa yang tercetak di dalam produknya atau kemasannya, tetapi termasuk apa yang ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya. Merek menurut Tjiptono (2001: p.103-104) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol/ lambang, desain, warna yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya merek merupakan suatu janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri- ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada para pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas. Menurut Hermawan Kartajaya (2004:p.11), Marketing Icon of Indonesia, merek merupakan indikator value yang ditawarkan kepada pelanggan, dan atau aset yang
  • 2. 10 menciptakan value bagi pelanggan dengan memperkuat loyalitasnya. American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. (Kotler, 2005:p.82) Sedangkan Nicolino, dalam Brand Management: The Complete Ideal’s Guides (2004: p.4) mengatakan bahwa merek adalah entitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai- nilai tertentu. Menurutnya, sebuah nama, logo, singkatan, desain, atau apa saja, dapat dikatakan sebagai sebuah merek, jika memenuhi empat hal berikut: 1. Dapat dikenali atau diidentifikasi (identifiable): dapat dengan mudah memisahkan satu barang yang serupa dengan yang lainnya melalui beberapa cara, biasanya berupa sepatah kata, warna, atau simbol (logo) yang dapat dilihat secara langsung 2. Memiliki entitas: sesuatu yang mempunyai eksistensi yang khas atau berbeda 3. Janji-janji tertentu (specific promises): sebuah produk atau jasa membuat klaim mengenai apa yang dapat diberikannya 4. Nilai-nilai: apapun yang didapatkan konsumen pasti merupakan sesuatu yang konsumen peduli hingga batas tertentu Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena didalamnya tercakup enam pengertian berikut ini. (Durianto, Sugiarto, dan Joko Budiman, 2004: p.2) 1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain- lain. Mercedes menyatakan sesuatu yang mahal, produk yang dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, dan sebagainya.
  • 3. 11 2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut “mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional, sehingga orang yang mengendarai Mercedes akan merasa dirinya dianggap penting dan dihargai. 3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Mercedes menyatakan produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya. Dengan demikian produsen Mercedes juga mendapat nilai tinggi di masyarakat. 4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Mercedes mencerminkan budaya Jerman yang terorganisir, konsisten, tingkat keseriusannya tinggi, efisien, dan berkualitas tinggi. 5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Seringkali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya. 6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Pemakai Mercedes pada umumnya diasosiasikan dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya. Menurut Rangkuti dalam bukunya The Power of Brands (2002:p.2), merek dapat juga dibagi dalam pengertian lainnya, seperti : a. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan. Misalnya, RCTI, Pepsodent, Honda dan sebagainya. b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain, huruf atau warna khusus. Misalnya, simbol RCTI dengan gambar burung Rajawali.
  • 4. 12 c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda merek dagang). d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang – undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni. 2.1.2 Peranan dan Manfaat Merek Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen dengan demikian dapat di ketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama. Adapun beberapa faktor yang menjadikan merek sangat penting, yaitu seperti: (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004, p2) a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya. c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak asosiasi merek (brand association) yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan citra merek.
  • 5. 13 d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat akan sangat sanggup merubah perilaku konsumen. e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut. f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Keberadaan merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik (Simamora, 2002, p3). 1. Bagi Pembeli. Merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. 2. Bagi Masyarakat. Merek bermanfaat dalam dua hal. Pertama, pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. Kedua, meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan infomasi tentang produk dan tempat. 3. Bagi Penjual. Merek bermanfaat dalam empat hal. Pertama, memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul. Kedua, memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk. Ketiga, memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan. Keempat, membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
  • 6. 14 2.2 Ekuitas Merek 2.2.1 Pengertian Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa kepada perusahaan maupun kepada pelanggan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula. (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2001: p.4) Menurut Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 2 (2005;p.86) mendefinisikan ekuitas merek sebagai efek diferensial positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan nama merek terhadap pelanggan atas produk atau jasa tersebut. Ekuitas merek mengakibatkan pelanggan memperlihatkan preferensi terhadap suatu produk dibandingkan dengan yang lain kalau keduanya pada dasarnya identik. Menurut Hana dan Wozniak yang dikutip oleh Simamora (2002, pp.46-47) mengatakan bahwa ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan merek pada produk. Sepanjang memberikan nilai tambah, maka merek tersebut memiliki ekuitas. Kalau tidak memberikan nilai tambah, apalagi justru mengurangi nilai produk, berarti tidak ada ekuitas merek. Jadi, mereka melihat ekuitas merek sebagai nilai yang positif. Berbeda halnya dengan Srinivasan dan Park yang dikutip oleh Simamora (2002, p.47) membuat konsepsi yang memungkinkan ekuitas merek bernilai negatif, nol, ataupun positif. Menurut mereka, pada produk-produk bermerek terdapat dua jenis nilai. Pertama, nilai objektif, yaitu nilai berdasarkan realitas. Ini merupakan nilai yang tidak terkontaminasi oleh segala hal yang terkait dengan merek. Kedua, nilai total produk dengan merek. Ekuitas merek adalah selisih antara nilai total produk (dengan merek) dikurangi nilai objektifnya. Dengan hubungan demikian, dimungkinkan nilai ekuitas merek yang positif, nol dan negatif.
  • 7. 15 Menurut mereka juga, ekuitas merek dapat dilihat pada ruang lingkup individu, segmen maupun pasar secara total. Pada ruang lingkup individu, di mungkinkan perbedaan ekuitas merek pada individu yang berbeda. Brand Equity is the added value endowed to products and services. This value may be reflected in how consumers think, feel, and act with respect to the brand, as well as the process, market share, and profitability that the brand commands for the firm. Brand equity is an important intangible asset that has psychological and financial value to the firm. (Kotler,2006:p.258) 2.2.2 Elemen – Elemen ekuitas merek Menurut David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004, p.4) ekuitas merek (brand equity) dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori, yaitu: 1. Kesadaran Merek (brand awareness), menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2. Asosiasi Merek (brand association), mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. 3. Persepsi Kualitas (perceived quality), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4. Loyalitas Merek (brand loyalty), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 5. Aset-Aset Merek Lainnya (other proprietary brand assets) seperti hak paten, rahasia teknologi, rahasia bisnis, akses khusus terhadap pemasok ataupun pasar, dan lain-lain.
  • 8. 16 Empat elemen ekuitas merek (brand equity) di luar aset – aset merek lainnya dikenal dengan elemen – elemen utama dari ekuitas merek (brand equity). Elemen brand equity yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama tersebut. Namun pengukuran ekuitas merek dikembangkan lagi oleh David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004, pp.4-5) menjadi model Brand Equity Ten yang dikelompokkan dalam lima kategori dengan sepuluh elemen sebagai indikator ekuitas merek. Empat kategori yang pertama mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek melalui empat dimensi ekuitas merek yaitu, loyalitas merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan kesadaran merek. Kategori kelima meliputi pengukuran dua jenis perilaku pasar (market behaviour) yang mewakili informasi yang diperoleh berdasarkan pasar, dan bukan langsung dari konsumen. Kategori Awareness Measures 1. Kesadaran Merek (Brand Awareness) Kategori Association Measures 2. Persepsi Nilai ( Perceived Value ) 3. Kepribadian Merek ( Brand personality ) 4. Asosiasi Organisasi ( Organizational Brand ) Kategori Perceived Quality / Leadership Measures 5. Persepsi Kualitas ( Perceived Quality ) 6. Kepemimpinan / Popularitas ( Leadership / Popularity ) Kategori Loyalty Measures 7. Harga Optimum ( Price Premium ) 8. Kepuasan / Loyalitas ( Satisfaction / Loyalty ) Kategori Market Behaviour Measures 9. Pangsa Pasar ( Market Share ) 10. Harga Pasar ( Market Price ) dan Jangkauan Distribusi ( Distribution Coverage )
  • 9. 17 2.2.3 Peranan dan Manfaat Ekuitas Merek Bagi pelanggan, brand equity merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri. Aset tersebut dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Brand Equity dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Pada kenyataannya, asosiasi merek dan persepsi kualitas dapat mempertinggi tingkat kepuasan konsumen. Disamping memberi nilai bagi konsumen, ekuitas merek juga memberikan nilai bagi perusahaan dalam bentuk: 1. Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat para konsumen baru, bahkan merangkul kembali konsumen lama. 2. Empat dimensi ekuitas merek : brand awarness, perceived quality, asosiasi – asosiasi dan aset merek lainnya dapat mempengaruhi alasan pembelian konsumen. 3. Loyalitas merek yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam merespons inovasi yang dilakukan para pesaing. 4. Asosiasi – asosiasi merek juga sangat penting sebagai dasar strategi positioning maupun strategi perluasan produk. 5. Ekuitas merek yang kuat memungkinkan perusahan memperoleh margin yang lebih tinggi dengan menjual produk pada harga optimum (premium pricing) dan mengurangi ketergantungan pada promosi. 6. Ekuitas merek yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis baru yang terkait yang biayanya akan jauh lebih mahal untuk dimasuki tanpa merek yang memiliki ekuitas merek tersebut.
  • 10. 18 7. Ekuitas merek yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu menciptakan loyalitas saluran distribusi. 8. Aset – aset ekuitas merek lainnya dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah – celah yang tidak dimiliki pesaing. Sebagai contoh, pemasar tidak akan ragu lagi untuk memasarkan suatu produk atau jasa yang memiliki ekuitas merek yang kuat. 2.3 Kesadaran Merek 2.3.1 Pengertian Kesadaran Merek Menurut Aaker yang dikutip oleh Rangkuti, (2004,p.39) kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci pembuka (key of brand asset) untuk masuk ke elemen ekuitas merek lainnya. Apabila kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah. (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004, p7) 2.3.2 Tingkat Kesadaran Merek Tingkatan atau piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut: (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004, p7) 1. Unware of Brand (tidak menyadari merek), adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
  • 11. 19 2. Brand Recognition (pengenalan merek), adalah tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). 3. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek), adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall). 4. Top of Mind (puncak pikiran), adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. Gambar 2.1. Piramida Kesadaran Merek Sumber: David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004, p.7) Top of Mind Brand Recall Brand Recognition Unaware of Brand
  • 12. 20 2.3.3 Nilai Kesadaran Merek Peran kesadaran merek dalam membantu merek, dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai, yaitu: Gambar 2.2. Nilai – Nilai Kesadaran Merek Sumber : Durianto, Sugiarto, Budiman ( 2004,p7 ) Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut : 1. Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain (anchor to which other association can be attached) Artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai, dimana rantai ini menggambarkan asosiasi dari merek tersebut. Suatu merek yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi di benak konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut. Kesadaran Merek Jangkar yg menjadi cantolan asosiasi lain Familiar/ rasa suka Substansi/ komitmen Mempertimbangkan merek
  • 13. 21 2. Familier/rasa suka (familiarity-liking) Jika keberadaan merek perusahaan sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dan terbiasa dengan merek perusahaan, dan lama-kelamaan dari kebiasaan tersebut akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang perusahaan pasarkan tersebut, yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. 3. Substansi/komitmen (signal of substance/commitment) Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran akan merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat perusahaan rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Diiklankan secara luas b. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu c. Jangkauan distribusi yang luas d. Merek tersebut dikelola dengan baik Karena itu, jika kualitas dua merek adalah sama, kesadaran merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian 4. Mempertimbangkan merek (brand to be considered) Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merek- merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam benak konsumen.
  • 14. 22 Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah yang disukai atau dibenci. 2.3.4 Pencapaian Kesadaran Merek Menurut Durianto, Sugiarto, Sitinjak dalam bukunya Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Prilaku Merek (2004:p.57), kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dengan menempuh beberapa cara berikut : a. Pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah diingat oleh konsumen. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan merek produk lainnya serta harus ada hubungan antara merek dan kategori produknya. b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen mengingat merek. c. Jika satu produk memiliki simbol, hendaknya simbol itu dapat dihubungkan dengan mereknya. d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin diingat pelanggan. e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya. f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. 2.4 Asosiasi Merek 2.4.1 Pengertian Asosiasi Merek Asosiasi merek adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi ini tidak hanya ada tetapi mempunyai sebuah kekuatan. ( Susanto, Wijanarko, 2004:p.132 )
  • 15. 23 Brand association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek . ( Durianto, Sugiarto , Sitinjak, 2004:p.69 ) Kesan – kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasinya. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam persaingan karena didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image dan apabila konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, brand image tersebut akan melekat terus – menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu. 2.4.2 Sumber-Sumber Asosiasi Merek Menurut Aaker yang dikutip oleh Simamora (2002, pp.31-36) terdapat sebelas sumber asosiasi yang terkait dengan suatu merek, yaitu: 1. Atribut produk (product attributes) Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek. Menurut Kotler (Simamora,2002), atribut produk terdiri atas kualitas, desain dan fitur (feature). Kualitas lebih lanjut dijelaskan sebagai kinerja (performance), unjuk kerja (comformance), keandalan (reliability), kemudahan diperbaiki (repairability), gaya (style), daya tahan (durability) dan desain (design). Biasanya tidak semua komponen atribut di
  • 16. 24 jadikan andalan (selling point) oleh produsen, cukup satu atau beberapa atribut yang menonjol (salient atribut) dari suatu produk. 2. Atribut tak berwujud (intangibles attributes) Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif. Namun terdapat beberapa resiko apabila perusahaan menggunakan atribut ini sebagai sumber asosiasi, yaitu seperti: a. Rentan terhadap inovasi perusahaan lain. b. Seringkali klaim atas spesifikasi tertentu malah menurunkan kredibilitas produk yang bersangkutan. c. Seringkali konsumen tidak memperdulikan klaim produk atas spesifikasi tertentu karena menganggap tidak ada perbedaan berarti antara satu produk dengan produk lain. Risiko-risiko di atas dapat dihindari dengan membuat asosiasi yang tidak terukur, dan tidak bisa dibandingkan. 3. Manfaat produk bagi pelanggan (customer’s benefits) Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Artinya, kalau mau membuat asosiasi manfaat, mau tidak mau perusahaan juga harus membuat asosiasi atribut sebagai alasannya. Yang ditonjolkan produsen sebenarnya adalah asosiasi manfaat, sebab atribut yang dijadikan sebagai alasan, seringkali tidak dipahami masyarakat umum. 4. Harga relatif (relative price) Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan di awali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga. Sudah jelas bahwa harga yang dijadikan sebagai sumber asosiasi adalah harga rendah atau harga yang terjangkau. Penggunaan “harga terjangkau” sebagai sumber asosiasi akan bermanfaat bila pasar sasaran yang di bidik sensitive terhadap harga, dan selisih harga
  • 17. 25 yang di tawarkan cukup berarti bagi konsumen. 5. Penggunaan (application) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu. “Saat apa produk digunakan” dapat dipakai menjadi sumber asosiasi produk. 6. Pengguna/pelanggan (user or customer) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut. 7. Orang terkenal/khalayak (celebrity or person) Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut. Ruginya, kalau citra orang itu rusak, maka citra merek juga bisa turun. 8. Gaya hidup/kepribadian (life style or personality) Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat di ilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama. 9. Kelas produk (product class) Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya akan lebih berhasil jika merek tersebut merupakan merek pertama pada kategori produk yang bersangkutan. 10. Para pesaing (competitors) Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing dapat dijadikan sebagai sumber asosiasi. 11. Negara/area geografis (country or geographic area) Sebuah Negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan suatu negara atau wilayah geografis sebagai sumber asosiasi adalah tempat-tempat yang
  • 18. 26 dijadikan sumber asosiasi harus memiliki citra positif tentang produk yang diiklankan. Atau, mengikuti istilah Michael Porter. Negara bersangkutan harus memiliki competitive advantage of nation mengenai produk-produk itu. 2.4.3 Nilai Asosiasi Merek Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dari merek yang lain. Berikut ini adalah fungsi dari asosiasi merek : Gambar 2.3. Nilai Asosiasi Merek Sumber : Rangkuti, 2004:p.43 1. Help process / retrieve information (membantu proses penyusunan informasi) 2. Differentiate (membedakan), dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain. 3. Reason to buy (alasan untuk membeli), membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi Merek Membantu proses/ penyusunan informasi Diferensiasi /posisi Alasan untuk membeli Menciptakan sikap/ perasaan positif Basis perluasan
  • 19. 27 4. Create positive attitude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif) Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada gilirannya merembet ke merek yang bersangkutan. Asosiasi – asosiasi tersebut dapat menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman mereka sebelumnya serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain. 5. Basis for extentions (landasan untuk perluasan) Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah merek produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut. 2.5 Persepsi Kualitas 2.5.1 Pengertian Persepsi Kualitas Menurut David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004;p.15), “ Persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya.” Persepsi kualitas adalah salah satu dimensi ekuitas merek. Persepsi kualitas mempunyai atribut penting yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti : a. Kualitas aktual atau obyektif (actual or objective quality), yaitu perluasan ke suatu bagian dari produk / jasa yang memberikan pelayanan lebih baik. b. Kualitas isi produk (product-based quality), yaitu karakteristik dan kuantitas unsur, bagian, atau pelayanan yang disertakan. c. Kualitas proses manufaktur (manufacturing quality), yaitu kesesuaian dengan spesifikasi; hasil akhir yang “tanpa cacat” (zero defect).
  • 20. 28 2.5.2 Dimensi Persepsi Kualitas Persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilihat melalui tujuh dimensi persepsi kualitas dan konteksnya. Menurut David A. Garvin (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.98), tujuh dimensi persepsi kualitas untuk konteks produk adalah : 1. Kinerja: Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, system kemudi, serta kenyamanan. Karena faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, sering kali pelanggan mempunyai sikap yang berbeda dalam menilai atribut- atribut kinerja ini. 2. Pelayanan: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. Misalnya mobil merek tertentu menyediakan pelayanan kerusakan atau service mobil 24 jam di seluruh dunia. 3. Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. Misal mobil merek tertentu yang memposisikan dirinya sebagai mobil tahan lama walau telah berumur 12 tahun tetapi masih berfungsi dengan baik. 4. Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya. 5. Karakteristik produk: Bagian- bagian tambahan dari produk seperti remote control sebuah video, tape deck, system WAP untuk telepon genggam. Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hampir sama. Bagian – bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan mamahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai perkembangan. 6. Kesesuaian dengan spesifikasi: Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. Misalnya sebuah mobil pada kelas tertentu dengan spesifikasi yang telah
  • 21. 29 ditentukan seperti jenis dan kekuatan mesin, pintu, material untuk pintu mobil, ban, system pengapian dan lainnya. 7. Hasil: Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting. Untuk dimensi persepsi kualitas dalam konteks jasa mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.100). Pada umumnya yang sering digunakan sebagai dimensi dalam konteks jasa adalah : Kompetensi, Keandalan, Tanggung Jawab dan Empati. Berbagai dimensi ini menjadi inti dalam interaksi antara pelanggan dan pemasar bidang jasa. Berikut ini merupakan contoh pertanyaan – pertanyaan dalam mengukur dimensi – dimensi konteks jasa : a. Bentuk fisik: Apakah fasilitas fisik, perlengkapan, dan penampilan pegawai mengesankan kualitasnya? b. Kompetensi: Apakah karyawan divisi pelayanan memiliki pengetahuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya? Apakah karyawan divisi pelayanan mengesankan keyakinan dan percaya diri yang tinggi? c. Keandalan: Dapatkah tugas tersebut dikerjakan dengan akurat dan meyakinkan? d. Tanggung jawab: Apakah petugas penjualan berkemauan untuk membantu para pelanggan dengan memberikan layanan sebaik- baiknya? e. Empati: Apakah sebuah supermarket menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada setiap pelanggan yang mempunyai kartu keanggotaan (member card) ?
  • 22. 30 2.5.3 Nilai Persepsi Kualitas Dalam membangun suatu merek, persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting. Dalam banyak konteks persepsi kualitas sebuah merek dapat menjadi alasan yang penting dalam pembelian serta merek mana yang akan dipertimbangkan pelanggan untuk dibeli. Karena persepsi kualitas terkait erat dengan keputusan pembelian maka persepsi kualitas dapat mengefektifkan semua elemen program pemasaran khususnya program promosi. Apabila persepsi kualitas dari suatu merek tinggi, maka kemungkinan besar program periklanan dan promosi yang dijalankan akan efektif. Secara umum persepsi kualitas dapat menghasilkan nilai – nilai berikut : Gambar 2.4. Nilai Persepsi Kualitas Sumber: Durianto, Sugiarto, Budiman,2004;p.16 1. Alasan untuk membeli Konsumen sering kali tidak termotivasi untuk mendapatkan dan menyaring informasi yang mungkin mengarah pada objektivitasnya mengenai kualitas. Atau informasi itu memang tidak tersedia. Atau konsumen tidak mempunyai kesanggupan atau sumber daya untuk mendapatkan atau memproses informasi. Karena terkait dengan keputusan- keputusan Persepsi Kualitas Alasan untuk membeli Diferensiasi/ posisi Harga Optimum Minat saluran distribusi Perluasan merek
  • 23. 31 pembelian, persepsi kualitas mampu mengefektifkan semua elemen program pemasaran. Apabila kesan kualitas tinggi, kemungkinan besar periklanan dan promosi yang dilancarkan akan efektif. 2. Diferensiasi/ posisi Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi persepsi kualitas, yaitu apakah merek tersebut superoptimum, optimum, bernilai, atau ekonomis. Juga, berkenaan dengan persepsi kualitas, apakah merek tersebut terbaik atau sekedar kompetitif terhadap merek- merek lain. 3. Harga optimum Keuntungan persepsi kualitas memberikan pilihan- pilihan dalam penetapan harga optimum (price premium). Harga optimum bisa meningkatkan laba dan/ atau memberikan sumber daya untuk reinvestasi pada merek tersebut. Berbagai sumber daya ini dapat digunakan untuk membangun merek, seperti menguatkan kesadaran atau asosiasi atau mutu produk. Harga optimum juga dapat menguatkan persepsi kualitas, yaitu “Anda mendapatkan yang anda bayar. 4. Minat saluran distribusi Persepsi kualitas juga punya arti penting bagi para pengecer, distributor, dan berbagai pos saluran lainnya. Sebuah pengecer atau pos saluran lainnya dapat menawarkan suatu produk yang memiliki persepsi kualitas tinggi dengan harga yang menarik dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut. Pos saluran distribusi dimotivasi untuk menyalurkan merek- merek yang diminati oleh konsumen. 5. Perluasan merek Sebuah merek yang kuat dalam hal persepsi kualitas dapat dieksploitasi untuk meluaskan diri lebih jauh, dan akan mempunyai peluang sukses yang lebih besar dibandingkan merek dengan persepsi kualitas yang lemah. Caranya adalah dengan menggunakan merek tersebut untuk masuk ke dalam kategori produk baru.
  • 24. 32 Ada beberapa syarat agar perluasan merek tersebut berhasil: a. Merek tersebut harus kuat. Merek yang tidak kuat akan membuat merek tersebut sulit diperluas. b. Merek tersebut masih bisa diperluas, jadi belum overextension. Merek yang sudah terlalu banyak diperluas ke kategori yang lain akan sulit diterima oleh konsumen dan justru akan menimbulkan kebingungan di benak mereka. c. Keeratan hubungan antara kategori produk yang satu dan yang lain. Suatu merek biasanya sudah mempunyai citra dan jika ingin diperluas ke kategori lain, harus dilihat apakah citra ini bisa ditransfer atau tidak. Betadine mempunyai asosiasi yang kuat mengenai antiseptik, sehingga pada saat diperluas ke plester ternyata dapat diterima oleh konsumen karena keduanya memiliki hubungan yang erat. 2.6 Loyalitas Merek 2.6.1 Pengertian Loyalitas Merek Pengertian loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. (Rangkuti, 2004;p.60). Loyalitas merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas meningkat, maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan. 2.6.2 Tingkatan Loyalitas Merek Berikut adalah tingkatan loyalitas merek mulai dari tingkat yang paling dasar (switcher) sampai tingkatan pelanggan yang setia (committed buyer) :
  • 25. 33 Gambar 2.5. Piramida loyalitas Merek 1 Sumber: Durianto, Sugiarto, Budiman, 2004;p.21 1. Pembeli yang berpindah-pindah (Switcher/Price Buyer) Adalah tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal. Pada tingkatan ini, merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling jelas dalam kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek tersebut dan karena harganya murah. 2. Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual Buyer) Adalah pembeli yang puas dengan merek produk yang di konsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan tersebut membutuhkan usaha, biaya, atau berbagai pengorbanan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa mereka membeli suatu merek karena alasan kebiasaan. Commited Buyer Likes the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher/Price Buyer
  • 26. 34 3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied Buyer) Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, namun dapat saja berpindah merek dengan menanggung biaya peralihan (switching cost) seperti waktu, biaya, risiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik minat pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyalty). 4. Pembeli yang menyukai merek (Likes the Brand) Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan merek itu sebelumnya, baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh persepsi kualitas yang tinggi. 5. Pembeli yang berkomitmen (Comitted Buyer) Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsi maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasi/mempromosikan merek yang ia gunakan kepada orang lain. Dari Piramida Loyalitas Merek 1 (gambar 2.5) diatas terlihat bahwa bagi merek yang belum memiliki ekuitas merek yang kuat, porsi terbesar dari konsumennya berada pada tingkat switcher, yaitu pembeli yang suka berpindah-pindah merek. Selanjutnya, porsi terbesar kedua ditempati oleh konsumen yang berada pada taraf habitual buyer dan seterusnya, hingga porsi terkecil ditempati oleh commited buyer. Meskipun demikian, bagi merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat, tingkatan dalam loyalitas mereknya
  • 27. 35 diharapkan membentuk segitiga terbalik. Artinya, semakin ke atas semakin melebar sehingga diperoleh jumlah commited buyer yang lebih besar dari pada switcher, seperti tampak pada gambar 2.6 berikut. Gambar 2.6. Piramida Loyalitas Merek 2 Sumber: Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.130 2.6.3 Nilai Loyalitas Merek Loyalitas merek para pelanggan yang ada mewakili suatu aset strategis dan jika dikelola dan eksploitasi dengan benar akan mempunyai potensi untuk memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.7 Commited Buyer Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher
  • 28. 36 Gambar 2.7. Nilai Loyalitas Merek Sumber: Durianto, Sugiarto, dan Budiman (2004: p.22) 1. Mengurangi biaya pemasaran Biaya pemasaran untuk mempertahankan konsumen akan lebih murah dibandingkan untuk mendapatkan konsumen baru. 2. Meningkatkan perdagangan Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan meningkatkan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. 3. Menarik konsumen baru Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut dan biasanya akan merekomendasikan/ mempromosikan merek yang ia pakai kepada orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik konsumen baru. Mengurangi biaya pemasaran Loyalitas Merek Meningkatkan perdagangan Menarik konsumen baru Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan
  • 29. 37 4. Memberi waktu untuk merespons ancaman persaingan Bila pesaing mengembangkan produk yang lebih unggul, konsumen yang loyal akan memberikan waktu bagi perusahaan untuk merespons pesaing dengan memperbarui produknya. 2.7 Kerangka Pemikiran Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran EKUITAS MEREK RCTI KESADARAN MEREK ASOSIASI MEREK PERSEPSI KUALITAS LOYALITAS MEREK 1. Top of Mind 2. Brand Recall 3. Brand Recognition 4. Unaware of Brand ATRIBUT ATRIBUT 1.Switcher 2. Habitual Viewer 3. Satisfied Viewer 4. Liking the Brand 5. Commited Viewer
  • 30. 38 2.8 Metodologi Penelitian 2.8.1 Jenis dan Metode Penelitian Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasta di Jakarta, khususnya mahasiswa menengah atas di Universitas Bina Nusantara, Universitas Trisakti, Universitas Katolik Atma Jaya, dan Universitas Tarumanegara. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka digunakan jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan sifat atau karakteristik mengenai reaksi responden yang berprofesi sebagai mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasta di Jakarta terhadap jasa layanan informasi dan hiburan (penyiaran televisi) P.T Rajawali Citra Televisi Indonesia melalui pengukuran brand awarness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty. Dalam tabel dibawah ini ditunjukkan desain penelitian yang akan dilakukan. Tabel 2.1 Desain Penelitian Desain PenelitianTujuan Penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan Unit Analisis Time Horizon T1 T2 T3 T4 Descriptive Descriptive Descriptive Descriptive Descriptive Survey Descriptive Survey Descriptive Survey Descriptive Survey Individu → mahasiswa 4 perguruan tinggi swasta Individu → mahasiswa 4 perguruan tinggi swasta Individu→ mahasiswa 4 perguruan tinggi swasta Individu→ mahasisiwa 4 perguruan tinggi swasta One Shoot- cross sectional One Shoot- cross sectional One Shoot- cross sectional One Shoot- cross sectional
  • 31. 39 Keterangan : T-1 → Mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran mahasiswa terhadap merek RCTI. T-2 → Mengetahui asosiasi – asosiasi apa saja yang dapat membentuk brand image RCTI. T-3 → Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap seluruh kualitas penyiaran televisi RCTI. T-4 → Mengetahui tingkat loyalitas mahasiswa terhadap merek RCTI. Jenis Data dan Sumber Data Tabel 2.2 Jenis Data dan Sumber Data Digunakan Untuk Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data T-1 T-2 T-3 T-4 Informasi tingkat kesadaran mahasiswa terhadap merek RCTI Data primer didapat melalui kuesioner kepada mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasta di Jakarta √ Informasi asosiasi- asosiasi mahasiswa terhadap merek RCTI Data primer di dapat melalui kuesioner dan wawancara kepada mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasta di Jakarta √ Informasi persepsi mahasiswa terhadap keseluruhan kualitas penyiaran televisi RCTI Data primer di dapat melalui kuesioner dan wawancara kepada mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasta di Jakarta √ Informasi tingkat loyalitas mahasiswa terhadap merek RCTI Data primer di dapat melalui kuesioner kepada mahasiswa di 4 perguruan tinggi swasata di Jakarta √ Keterangan : T-1 → Mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran mahasiswa terhadap merek RCTI. T-2 → Mengetahui asosiasi – asosiasi apa saja yang dapat membentuk brand image RCTI. T-3 → Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap seluruh kualitas penyiaran televisi RCTI. T-4 → Mengetahui tingkat loyalitas mahasiswa terhadap merek RCTI.
  • 32. 40 2.8.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan kombinasi teknik pengumpulan data yang terdiri dari : 1. Kuesioner Kuesioner digunakan dalam pengumpulan data dari responden, dimana peneliti menyusun format pertanyaan- pertanyaan yang telah diatur sedemikian rupa untuk menganalisis ekuitas merek yang diajukan kepada responden secara tertulis. 2. Wawancara Wawancara dengan pihak perusahaan dan pihak yang mengetahui jumlah populasi mahasiswa masing – masing 4 perguruan tinggi. 3. Studi kepustakaan Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui buku- buku, majalah, jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini. 2.8.3 Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Probability Sampling. Probability Sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. (Sugiyono, 2005:p. 74). Teknik probability sampling yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Untuk menentukan besarnya ukuran sampel, peneliti menentukan total populasi terlebih dahulu, yaitu total kumulatif mahasiswa dari 4 perguruan tinggi swasta yang diteliti. Total mahasiswa dari 4 perguruan tinggi swasta tersebut adalah sebesar :
  • 33. 41 Universitas Bina Nusantara 20.000 mahasiswa → populasi Universitas Trisakti 25.000 mahasiswa Universitas Tarumanegara 16.000 mahasiswa Universitas Atmajaya 13.000 mahasiswa 74.000 mahasiswa → Total Populasi Setelah mengetahui jumlah populasi, sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin (Prasetyo,2005;p.136) : n = N 1 + N(e) ² Dimana, n = besaran sampel N = besaran populasi e = nilai kritis batas ketelitian yang didinginkan (persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) Berdasarkan rumus diatas, penghitungan jumlah sampel responden adalah sebagai berikut : Diketahui : N = 74.000 e = 5 % Maka, n = N 1 + N(e)² n = 74.000 1 + 74.000 ( 0,05 ) ² n = 74.000 = 397,84 = 398 → Total sampel responden 186
  • 34. 42 Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata menurut setiap universitas. Dengan demikian masing – masing sampel setiap universitas harus proporsional sesuai dengan populasi. Jumlah sampel dapat ditentukan dengan Rumus Stratified Random Sampling (Prasetyo,2005;p.129) : Sampel = Populasi Total Populasi Jadi jumlah sampel untuk : Universitas Bina Nusantara = 20.000 74.000 Universitas Trisakti = 25.000 74.000 Universitas Tarumanegara = 16.000 74.000 Universitas Atmajaya = 13.000 74.000 Jadi jumlah responden = 108 + 135 + 87 + 70 = 400 responden Kriteria sampel yang dirumuskan oleh peneliti adalah responden (mahasiswa) menengah atas (kelas sosial ABC), hal ini dikarenakan segmen pemirsa RCTI adalah kalangan menengah atas (kelas sosial ABC). Untuk menentukan kriteria tersebut, peneliti mengukur dari besarnya pengeluaran rata – rata mahasiswa per bulan. Berdasarkan standar yang digunakan PT. Capricorn MARS Indotama, salah satu perusahaan marketing research di X Total Sampel X 398 = 107,56 = 108 X 398 = 134,45 = 135 X 398 = 86,05 = 87 X 398 = 69,91 = 70
  • 35. 43 Indonesia, maka segmentasi kelas sosial masyarakat menengah atas dapat direpresentasikan dari golongan social economic status ABC menurut keseluruhan pengeluaran rata – rata rumah tangga per bulan untuk makanan, transportasi, gaji pembantu, listrik/air dll. Tetapi tidak termasuk pengeluaran untuk pembelian / cicilan barang mewah seperti TV, rumah, kendaraan dsb. A: Lebih dari Rp. 2.250.000 B : Antara Rp 1.750.000 – Rp. 2.250.000 C : Antara Rp 1.250.000 – Rp. 1.750.000 Maka dalam penelitian ini, untuk mengukur reponden masuk dalam kriteria mahasiswa menengah atas (kelas sosial ABC) , peneliti mengasumsikan pengeluaran rata – rata per bulan mahasiswa menengah atas (kelas sosial ABC) sebesar : A : Lebih dari Rp. 1.750.000 B : Antara Rp. 1.250.000 – Rp.1.750.000 C : Antara Rp. 750.000 – Rp. 1.250.000 2.8.4 Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran Tabel 2.3 Definisi Opersional dan Instrumen Pengukuran Variabel Dimensi Indikator Skala Top of Mind Merek stasiun televisi swasta yang disebutkan pertama kali oleh responden atau yang pertama kali muncul dalam benak responden ketika ditanyakan. Brand Recall Merek – merek lain yang disebutkan setelah menyebutkan merek pertama kali tersebut. Brand Recognition Merek RCTI disebutkan dengan menggunakan alat bantu seperti dengan memberikan logo dari stasiun televisi swasta tersebut tanpa menunjukkan mereknya. Brand Awareness (kesadaran merek) Unaware of Brand Tidak mengetahui / menyadari sama sekali mengenai merek RCTI.
  • 36. 44 Brand Association (asosiasi merek) Atribut Tingkat informasi yang diberikan sejumlah responden mengenai segala sesuatu yang ada di ingatan konsumen yang terkait dengan merek RCTI. Nominal Perceived Quality (persepsi kualitas) Atribut Tingkat informasi yang diberikan sejumlah responden mengenai persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas RCTI. Ordinal Switcher Pemirsa yang suka berpindah – berpindah saluran dalam menonton suatu jenis program acara di televisi karena faktor iklan. Ordinal Habitual Viewer Pemirsa yang menonton suatu jenis program acara RCTI karena kebiasaan. Ordinal Satisfied Viewer Pemirsa yang merasa puas akan suatu jenis program acara RCTI. Ordinal Liking the Brand Pemirsa yang menonton suatu jenis program acara RCTI karena faktor suka akan mereknya Ordinal Brand Loyalty (loyalitas merek) Commited Viewer Pemirsa yang menyarankan orang lain untuk menonton suatu jenis program acara di RCTI. Ordinal 2.8.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2004, p109). Dalam penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan SPSS 12.0 dengan langkah: Entri data ke halaman kerja SPSS → Klik Analyze |Scale |Reliability. Pindahkan buitr 1 sampai dengan butir 30 ke kolom item. Pada
  • 37. 45 kotak Model, pilih Alpha (Alpha Cronbach). Klik Statistics, lalu klik Item, Scale, dan Scale of deleted pada bagian Descriptives. Lihat nilai Correted Item Total Correlation (r hitung) pada tiap butir, bandingkan dengan nilai r tabel pada α 0,05 dengan derajad bebas df= 28 atau n =30. Dengan dasar pengambilan keputusan: (Pratisto,2004,p.254) Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir tersebut valid. Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel maka butir tersebut tidak valid. Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas kuesioner tersebut. Cara pengambilan keputusan : Jika r alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka reliabel. Jika r alpha negatif atau r alpha lebih kecil dari r tabel maka tidak reliabel. 2.8.6 Teknik Analisis Data Tabel 2.4 Teknik Analisis Data Metode AnalisisTujuan Penelitian Metode yang digunakan Alat Analisis T1 T2 T3 Descriptive Survey Descriptive Survey Decsriptive Survey Analisis Descriptive, dilakukan dengan perhitungan persentase dengan cara menabulasikan data yang diperoleh. Analisis Uji Cochran, dilakukan untuk mengetahui beberapa hubungan antara beberapa variabel. Analisis Descriptive, pengukuran nilai rata-rata dan tingkat kesesuaian antara performance dan importance, yang kemudian
  • 38. 46 T4 Descriptive Survey hasilnya digambarkan pada diagram cartesius performance-importance. Analisis Descriptive, pengukuran rata – rata dari setiap elemen loyalitas merek. Keterangan : T-1 → Mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran mahasiswa terhadap merek RCTI. T-2 → Mengetahui asosiasi – asosiasi apa saja yang dapat membentuk brand image RCTI. T-3 → Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap seluruh kualitas penyiaran televisi RCTI. T-4 → Mengetahui tingkat loyalitas mahasiswa terhadap merek RCTI. A. Kesadaran Merek (Brand Awareness) Untuk mengukur tingkat kesadaran akan merek RCTI, didasarkan kepada pengertian-pengertian dari brand awareness yang mencakup tingkatan brand awarness menurut David A. Aaker (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004;p.57), yaitu Top of Mind (Puncak pikiran), Brand Recall (Pengingatan kembali merek), dan Brand Recognition (Pengenalan Merek) .Terhadap data ini, dilakukan perhitungan persentase dengan cara menabulasikan data yang diperoleh. B. Asosiasi Merek (Brand Association) Pengujian terhadap brand association ini dilakukan dengan menggunakan “Analisis Uji Cochran”, yang mana hasilnya akan membentuk brand image dari setiap merek. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variable.
  • 39. 47 Hipotesis pengujian: H0 : Kemungkinan jawaban “ya” adalah sama untuk semua variabel (asosiasi) Ha : Kemungkinan jawaban “ya” adalah berbeda untuk setiap variabel (asosiasi) Langkah-Langkah Uji Cochran: (Durianto, Sugiarto, Sitinjak,2004;p.84) 1. Hitung Statistik Q dengan rumus Keterangan: C = banyaknya variabel Cj = jumlah kolom jawaban “ya Rj = jumlah baris jawaban “ya” N = total besar 2. Tolak H0 bila Q > X2 (α,v) V = C - 1 Terapan uji Cochran untuk mengetahui signifikansi setiap asosiasi yang ada dalam suatu merek dimulai dengan pengujian semua asosiasi. Atas dasar hasil analisis dilakukan perbandingan antara nilai Q dengan X 2 ),( vtabel α . Jika diperoleh nilai Q < X 2 ),( vtabel α , maka H0 diterima yang berarti semua asosiasi yang diuji saling berhubungan membentuk brand image dari suatu merek. Jika diperoleh nilai Q > X 2 ),( vtabel α , dapat disimpulkan belum cukup bukti untuk menerima H0. Dengan demikian tidak semua asosiasi adalah sama dan pengujian dilanjutkan ke tahap dua untuk mengetahui asosiasi mana yang tidak sama dan dapat dikeluarkan dari asosiasi-asosiasi penyusun brand image suatu merek. Untuk masuk ke tahap dua dicari asosiasi yang memiliki jumlah kolom terkecil yang selanjutnya akan dicoba dikeluarkan dari komponen ( ) ( ) ∑ ∑ − −−− = 2 22 11 i j RCN NCCCC Q
  • 40. 48 asosiasi-asosiasi pembentuk brand image. Dengan demikian nilai N sekarang akan berkurang sebesar nilai total kolom yang dikeluarkan tersebut. Nilai Q dihitung kembali dengan mempertimbangkan kondisi yang baru tersebut. Saat ini asosiasi yang diuji signifikansi hubungannya menjadi berkurang satu pula sehingga derajat bebas dari X 2 ),( vtabel α berkurang satu juga. Tahap pembandingan Q dengan X 2 ),( vtabel α dilakukan lagi dengan teknik yang sama sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Jika nilai Q < X 2 ),( vtabel α , maka pengujian dihentikan yang berarti brand image suatu merek terbentuk dari asosiasi-asosiasi sisanya yang belum diuji dan asosiasi terakhir yang diuji. C. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Setelah kuesioner disebar dan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah mengolah data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Untuk menganalisis persepsi kualitas, informasi diperoleh dengan skala Likert berupa skala pengukuran ordinal. Pada persepsi kualitas, digunakan pembandingan antara performance dan importance, yang kemudian dilakukan analisis deskriptif berupa pengukuran nilai rata-rata dan tingkat kesesuaian antara performance dan importance, yang kemudian hasilnya digambarkan pada diagram cartesius performance-importance. Rumus rata-rata: Menurut Supranto (2001, p.241) berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan antara skor kinerja pelaksanaan dengan skor ∑ ∑=− f xf rataRata .
  • 41. 49 kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan prioritas peningkatan faktor- faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Adapun rumus yang digunakan adalah: Keterangan: Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan Selanjutnya hasil rata-rata dari setiap atribut performance-importance dijabarkan ke dalam diagram cartesius seperti pada gambar 2.9. Gambar 2.9 Diagram cartesius performace – importance Sumber : Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2004;p.108) Perbandingan performance dan importance dirangkum dalam diagram cartesisus yang terbagi atas empat kuadran. Sumbu mendatar adalah tingkat performance, sedangkan sumbu vertikal adalah tingkat importance. Kuadran pertama bercirikan, performance rendah Kuadran I underact Kuadran II maintain Kuadran III low priority Kuadran IV overact rendah tinggi Performance Importance tinggi rendah %100* Yi Xi Tki =
  • 42. 50 tetapi importance tinggi maka disebut juga underact. Dalam kuadran kedua, performance tinggi diikuti importance yang tinggi pula sehingga keadaan ini harus dipelihara/ maintain. Dalam kuadran ketiga tingkat performance rendah dan tingkat importance juga rendah sehingga disebut low prority. Dalam kuadran keempat, tingkat performance tinggi tetapi tingkat importance rendah. D. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Untuk menganalisis loyalitas merek, informasi diperoleh dengan skala Likert berupa skala pengukuran ordinal. Dan, untuk mengukur tingkat loyalitas terhadap merek RCTI digunakan statistilk deskriptif, yaitu rata-rata dari setiap elemen brand loyalty (committed buyer, liking the brand, satisfied buyer, habitual buyer, switcher). Hasil dari nilai rata-rata kemudian dipetakan ke dalam rentang skala yang mempertimbangkan informasi interval berikut: Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian resonden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala tersebut adalah: 1,00 – 1,80 = sangat jelek 3,40 – 4,20 = baik 1,80 – 2,60 = jelek 4,20 – 5,00 = sangat baik 2,60 – 3,40 = cukup Nilai Tertinggi – Nilai Terendah 5 - 1 Interval = = = 0.8 Banyak Kelas 5
  • 43. 51 2.8.7 Analisis Persaingan Model Lima Kekuatan Porter Michael Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari suatu pasar atau segmen pasar. Modelnya ditunjukkan dalam Gambar 2.10. Gambar 2.10 Kekuatan Persaingan Porter Sumber : Kotler (2002, p.248) PEMASOK (Kekuatan Pemasok) PEMBELI (Kekuatan Pembeli) Pengganti/ Substitusi (Ancaman Substitusi) Pesaing- Pesaing Industri (Rival Segmen) Pendatang Baru Potensial (Ancaman Mobilitas)
  • 44. 52 1. Ancaman pendatang baru (the threat of new entrants) Apabila perusahaan dapat memasukisuatu industri khusus dengan mudah, maka intensitas persaingan di antara perusahaan- perusahaan akan meningkat. Pendatang baru akan mengurangi potensi pasar industri lama karena biasanya ia membawa kapasitas baru. 2. Ancaman produk pengganti (threat of substitor products or service) Pada banyak industri, perusahaan- perusahaan berkompetisi secara ketat dengan para produsen produk pengganti.Tekanan persaingan akibat produk pengganti dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas produk. 3. Kekuatan tawar menawar pemasok (bargaining power of supplier) Kekuatan pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri, khususnya apabila terdapat sejumlah besar pemasok, hanya ada beberapa bahan baku pengganti yang baik, atau apabila biaya pengolahan bahan baku sangat mahal. Pemasok dan produsen seharusnya saling membantu dengan wajar, meningkatkan kualitas, mengembangkan jasa baru, just in time delivery, mengurangi biaya investasi. 4. Kekuatan tawar menawar pembeli (bargaining power of customers) Bila persaingan terkonsentrasi berukuran besar dan konsumen membeli dalam volume besar, maka kekuatan tawar menawar sangat mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. 5. Persaingan sesama industri (rivalry among existing competitors) Persaingan di antara pesaing yang telah ada biasanya merupakan pesaing yang paling penting. Kadang- kadang strategi yang dikembangkan suatu perusahaan dapat berhasil hanya dengan berkonsentrasi pada keunggulan kompetitif yang secara langsung menyerang strategi pesaing.
  • 45. 53 2.8.8 Kelemahan Teknik Analisis Data a. Test Cochran Test Cochran hanya menggambarkan secara hubungan setiap asosiasi yang ada dalam suatu merek dan ada atau tidaknya hubungan antar asosiasi, tetapi tidak menunjukkan seberapa erat hubungan yang ada secara nominal. b. Skala Likert Karena ukuran yang dipergunakan adalah ukuran ordinal, skala Likert hanya dapat mengurutkan tingkat tanggapan individu dalam skala tetapi tidak dapat dilakukan pembandingan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.