SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
MENGATASI FENOMENA KORUPSI MELALUI
               PENDIDIKAN KARAKTER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Problematika PLS
           yang di bimbing oleh Dr. Muhadjir Efendi, M,AP




                      Andika Bagus Afril Sandi
                           109141415299
                               Off: B




                      The Learning University




                UNIVERSITAS NEGERI MALANG
           JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
                          November 2012
Daftar Isi
Daftar Isi .......................................................................................................... 2
Bab I : Pendahuluan
   1. Latar Belakang ...................................................................................... 3
   2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
   3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 6

Bab II : Pembahasan
  A. Pengertian Korupsi ................................................................................ 7
  B. Latar Belakang Korupsi ......................................................................... 9
  C. Macam-Macam Korupsi ......................................................................... 11
  D. Dampak Korupsi .................................................................................... 13
  E. Cara Mengatasi Korupsi Melalui Pendidikan Karakter ........................... 15


BAB III DISKUSI & KESIMPULAN
    A. Kesimpulan ............................................................................................. 20


Daftar Pustaka ............................................................................................................ 21




                                                                                                                                 2
BAB I
                                              PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
       Seringkali kita mendengarkan kata “korupsi” di negara Indonesia ini. Secara
  harfiah kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya
  disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata
  latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa eropa seperti
  Inggris : Corruption, Corrupt; Perancis: Corruption dan Belanda: Corruptie. Dapat
  kita beranikan diri bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa
  Indonesia:        ”korupsi”1.     Kemudian       arti    kata    korupsi     telah      diterima    dalam
  perbendaharaan kata bahasa Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam
  Kamus Umum Bahasa Indonesia: “Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti
  penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya” 2. Dan yang terpenting,
  kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dankeberhasilannya
  dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan
  yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupanmasyarakat. Efektifitas dan
  keberhasilan pembangunan terutama ditentukanoleh dua faktor, yaitu sumberdaya
  manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada
  pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan
  adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia
  dilihat darikeanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
  negara        tercinta    ini   dibandingkan       dengan       negara     lain    di   kawasan       Asia
  bukanlahmerupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang
  miskin.       Mengapa       demikian?       Salah       satu    penyebabnya        adalah        rendahnya
  kualitassumber           daya     manusianya.        Kualitas     tersebut        bukan     hanya     dari
  segipengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral
  dankepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari
  aparatpenyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.




  1
      Hamzah, Korupsi di Indonesia: Masalah dan Pemecahannya (Jakarta:PT.Gramedia, 1986), hal. 9
  2
      Ibid., hal. 10
                                                                                                           3
Grafik 1.1 Kecenderungan Korupsi di Indonesia




                                (Sumber : PERC, Corruption in Asia, 2006)


      Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa korupsi di Indonesia merupakan
ancaman utama terhadap cita-cita menuju masyarakat adil makmur. Untuk
tercapainya tahap lepas landas ekonomi diperlukan pertumbuhan ekonomi lebih
cepat dari pertambahan penduduk3. Di dalam pasal 1 Peraturan Penguasa Perang
Pusat AD tersebut perbuatan korupsi dibedakan menjadi dua, yakni (1) perbuatan
korupsi pidana dan (2) perbuatan korupsi lainnya. Menurut pasal 2, perbuatan
korupsi pidana ada tiga macam yakni sebagai berikut.
a. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
      pelanggaran memperkaya diri diri sendiri atau oranglain atau suatu badan yang
      secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan suatu badan yang
      menerima bantuan dari keuangan negara atau badan hukum lain yang
      mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari masyarakat
b. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
      pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang
      dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan.
c. Kejahatan-kejahatan tercantum dalam pasal 41 sampai 50 Peraturan Penguasa
      Perang Pusat ini dan dalam pasal 209, 210, 418, 419, dan 420 KUHP.
      Dari tiga macam perbuatan korupsi pidana tersebut dapat disimpulkan bahwa
perbuatan pidana terjadi dalam hal apabila si pembuat melakukan kejahatan atau
pelanggaran yang merugikan negara, penyalahgunaan kekuasaan atau tindak
pindana 41 sampai 50 peraturan Penguasa Perang Pusat ini4.


3
    Ibid., hal. 2
4
    Chazawi. Adami, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, (Malang:Bayumedia, 2005), hal. 4
                                                                                                          4
Dari hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa hukum mengenai tindakan korupsi
mempunyai berbagai tindakan pencegahan dan hukuman bagi koruptor. Namun
yang terjadi di Indonesia, hukum-hukum tersebut seakan-akan tidak berfungsi
bahkan seperti tidak ada. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya
kasus-kasus korupsi yang ada di media massa saat ini, tidak hanya itu saja kita
dapat menemui tindakan korupsi dilingkungan sekitar kita, baik di kecamatan,
kelurahan, bahkan tingkat RW sekalipun. Memang masih ada orang-orang yang jujur
dilingkungan sekitar kita namun hal tersebut seakan-akan hanya ditemukan ditengah
lautan yang luas, apalagi orang-orang yang mempunyai jabatan. Tindakan korupsi di
Indonesia tidak dapat hanya menyalahkan lemahnya hukum saja, namun budaya
bangsa ini yang mempunyai pengaruh lebih besar dalam pencegahan ataupun
terlaksananya tindakan korupsi tersebut. Korupsi sendiri merupakan sebuah penyakit
yang dimiliki oleh kebanyakan pejabat-pejabat di Indonesia pada saat ini. Tindakan
korupsi sudah bukan lagi mengenai masalah hukum, namun lebih cenderung
terhadap masalah karakter atau moral seseorang. Dan untuk menghadapi masalah
karakter ataupun moral individu tidak dapat hanya dengan menggunakan sebuah
alat “hukum” namun lebih cenderung terhadap sebuah terapi psikologis ataupun
dengan menggunakan sikap pencegahaan. Oleh sebab itu perlunya tindakan
pencegahan sejak dini dan mulai menghilangkan budaya bangsa yang dianggap
buruk atau merugikan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan cara mendidik
atau membentuk karakter generasi penerus bangsa sejak usia dini, memang
membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun dengan merubah budaya, tindakan
korupsi sendiri juga akan ikut berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dan
model pendidikan karakter yang tepat digunakan adalah menggunakan model aksi
sosial Fred Newmann, dimana model ini mendepankan tantangan pendidikan untuk
tindakan moral5.




5
    Cheppy, Pendidikan Moral dalam Beberapa Pendekatan,(Jakarta: Depdikbud, 1989), hal. 31
                                                                                             5
B. Rumusan Masalah
  1. Apakah pengertian dari korupsi?
  2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya korupsi?
  3. Apakah macam-macam korupsi?
  4. Apakah dampak korupsi?
  5. Bagaimana menangani korupsi melalui pendidikan karakter?


C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
  2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya korupsi
  3. Untuk mengetahui macam-macam korupsi
  4. Untuk mengetahui dampak dari korupsi
  5. Untuk mengetahui cara penanganan korupsi melalui pendidikan karakter




                                                                            6
BAB II
                                       PEMBAHASAN


A. Pengertian Korupsi
    Secara harfiah kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus.
Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere,
suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa eropa
seperti Inggris : Corruption, Corrupt; Perancis: Corruption dan Belanda: Corruptie.
Dapat kita beranikan diri bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa
Indonesia:    ”korupsi”6.    Kemudian       arti   kata   korupsi    telah    diterima    dalam
perbendaharaan kata bahasa Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia: “Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”. Pada dasarnya
korupsi dapat digolongkan atau dikelompokkan sebagai berikut7 :
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi


    Terdapat sebuah pendapat yang berfokus terhadap kenyataan bahwa korupsi
menimbulkan efisiensi dan pemborosan ekonomi, karena dampaknya pada alokasi
dana, pada produksi, pada konsumsi. Keuntungan yang diperoleh melalui korupsi
kemungkinan besar tidak digunakan pada sektor investasi karena uang haram
biasanya digunakan untuk bermewah-mewahan atau disimpan dalam rekening
pribadi diluar negeri itu adalah dana investasi yang bocor dari ekonomi dalam negeri.
Selain itu, korupsi menimbulkan inefisiensi dalam alokasi, karena memungkinkan
kontraktor yang paling ridak efisiensi tetapi pandai menyuap memperoleh kontrak
dari pemerintah. Selain itu, karena uang suap dimasukkan kedalam harga barang
yang dihasilkan, permintaan akan barang cenderung menurun, struktur produksi


6
 Hamzah., op.cit., h. 10
7
 Komisi. Pemberantasan. Korupsi, Memahami untuk Membasmi:Buku Panduan untuk Memahami Tindak
pidana korupsi, (Jakarta:Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006), hh. 16-17
                                                                                              7
menjadi bias, dan konsumsi turun ketingkat dibawah efisien. Jadi korupsi
menurunkan kesejahteraan penduduk.8 Namun ada pula orang yang berpendapat
bahwa korupsi bermanfaat : misalnya, orang dapat tanpa kekerasan memperoleh
inforamasi       yang     diperlukannya         mengenai        pemerintahan          dan     administrasi
pemerintahan. Bila saluran-saluran politik tertutup atau korupsi berguna sebagai alat
untuk meredakan ketegangan yang melumpuhkan antara birokrasi dan politisi,
karena dapat membawa kedua belah pihak ini kedalam jaringan kepentingan pribadi
masing-masing.9 Dan adapula yang mengatakan korupsi itu tidak selalu berakibat
negatif, kadang-kadang berakibat positif, manakala korupsi itu berfungsi sebagai
uang pelicin bagaikan fungsi minyak pelumas pada mesin. Pendapat pertama ini
banyak dianut oleh peneliti barat (Schoorl, 1980:184).10 Namun pada dasarnya dari
berbagai macam pendapat diatas sebagaian besar korupsi memiliki dampak yang
buruk bagi ekonomi, sosial, serta moral lingkungannya ataupun pemerintahan.
     Orang yang melalukan tindakan korupsi biasa disebut dengan koruptor,
sedangkan kebanyakan koruptor selalu indentik dengan “mafia”. Istilah mafia dapat
diartikan sebagai “kekuatan terselubung”. Kekuatan terselubung sendiri dimaksudkan
relasi antar aktor “ilegal” yang bersifat sistematis , konspiratif dan kolektif hingga
mendorong terjadinya pelanggaran HAM.11 Mafia dalam tindakan korupsi terdapat
beberapa jenis / tempat, yaitu: Mafia Peradilan, Mafia di Kepolisian, Mafia di
Kejaksaan. Pernyataan-pernyataan normatif mengenai korupsi harus berdasarkan
titik pandang, standar “baik”, dan model cara kerja korupsi dalam situasi tertentu. 12
Korupsi mencakup perilaku pejabat-pejabat sektor publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka secara tidak pantas dan melanggar
hukum, atau orang-orang yang dekat dengan mereka, dengan menyalah gunakan
kekuasaan yang dipercayakan pada mereka. Dan jika korupsi tidak dapat
dikendalikan, korupsi dapat mengancam lembaga-lembaga demokrasi dan ekonomi
pasar. Dalam lingkungan yang korup, sumber daya akan disalurkan ke bidang-
bidang tidak produktif – kepolisian, tentara, dan lembaga-lembaga kontrol sosial, dan


8
  David J. Gould dan Jos A. Amaro- Reyes, The Effects of Corruption on Administratif Performance: Illustration
from Developing Countries. Word Bank Staff Working Papers Number 580, Management dan Development
Series Number 7 (1983)
9
  David Bayley, “The Effect of Corruption in a Developing Nation”, The Western Political Quarterly, hlm. 272
et seq. Kita harus tidak berat sebelah. Penulis mengemukakan tesisnya dengan banyak contoh: ia
mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan sampai ke akar-akarnya; ia menyajikan sejumlah faktor, positif dan
negatif.
10
   Hamzah, op.cit., hal. 25
11
   Adami, op.cit., hal. 4
12
   Susan Rose-Ackerman, Corruption: A Study in Political Economy (Newyork: Academic Press, 1978) hal. 9
                                                                                                            8
kelompok penindas lainnya – karena kelompok elite akan selalu berusaha
melindungi diri mereka, kedudukan, dan harta kekayaan mereka.


B. Latar Belakang Terjadinya Korupsi
       Kata sebagaian orang tindakan korupsi di Indonesia atau bahkan didunia
kebanyakan disebabkan oleh oleh kemiskinan. Tanpa kemiskinan tidak akan ada
tindakan korupsi atau kriminal lainnya. Tetapi kalaupun merupakan penyabab
korupsi,      kemiskinan     bukan     satu-satunya     penyebab.      Jika    kemiskinan     yang
menyebabkan korupsi maka sulit menjelaskan mengapa negara-negara kaya dan
makmur penuh dengan skandal --- yang sedikit sekali melibatkan orang yang dapat
digolongkan        kedalam     kelompok      “miskin”    atau   “kekurangan”.      Pendapat     ini
menyamakan kemiskinan dengan ketidak jujuran – konsep ini ditentang keras oleh
sejumlah       pengamat,      yang    melihat    bahwa     mengaitkan      kemiskinan       dengan
ketidakjujuran tidak lain dari upaya menyudutkan kelompok miskin. Juga tidak dapat
dikatakan bahwa orang-orang yang memanipulasi sistim perbankan, memberikan
uang pinjaman uang yang ridak dikembalikan dan melakukan perdahangan orang
dalam dengan deposito nasabah yang lugu, adala orang-orang melarat. Korupsi itu
pisau bermata dua --- korupsi dapat muncul dari harta dan kemakmuran.
       Korupsi dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi pelaku korupsi
itu sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor. Adapun sebab-sebabnya, antara
lain13:
1. Klasik
   a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpinuntuk
          menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluangbawahan
          melakukan korupsi. Pemimpin yang bodoh tidak mungkinmampu melakukan
          kontrol manajemen lembaganya.kelemahanpemimpin ini juga termasuk ke-
          leadership-an, artinya, seorangpemimpin yang tidak memiliki karisma, akan
          mudah       dipermainkananak          buahnya. Leadership           dibutuhkan     untuk
          menumbuhkan rasa takut, ewuh pakewuh di kalangan staf untuk melakukan
          penyimpangan.
      b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistempendidikan dan
          substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaranetika dan moral lebih
          ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpadisertai dengan bentuk-bentuk
          pengimplementasiannya.

13
     Sofwah. Nur, Korupsi, http://www.scribd.com/doc/29350976/KORUPSI-MAKALAH, 04/03/2010
                                                                                                 9
c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa inimenjadi
       bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah daripadaberusaha dan
       senantiasa      menempatkan   diri   sebagai   bawahan.Sementara,    dalam
       pengembangan usaha, mereka lebih cenderungberlindung di balik kekuasaan
       (penjajah) dengan melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan kepribadian
       inilah   yang    menyebabkanmunculnya     kecenderungan   sebagian   orang
       melakukan korupsi.
  d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebabtimbulnya
       korupsi. Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuanmembuka peluang
       usaha adalah wujud rendahnya pendidikan. Denganberbagai keterbatasan
       itulah mereka berupaya mencsri peluang denganmenggunakan kedudukannya
       untuk memperoleh keuntungan yangbesar. Yang dimaksud rendahnya
       pendidikan di sini adalah komitmenterhadap pendidikan yang dimiliki. Karena
       pada kenyataannya, para koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang
       memadai,kemampuan, dan skill.
  e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas
       kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorangcenderung
       melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas keinginannya
       yang berlebihan ini, orang akan menggunakankesempatan untuk mengeruk
       keuntungan yang sebesar-besarnya.
  f)   Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumurhidup atau
       di buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman sepertiitulah yang diperlukan
       untuk menuntaskan tindak korupsi.
  g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.
2. Modern
  a) Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong modern
       itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada
       empat komponen, sebagai berikut:
       1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai
       permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge.
       2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen
       bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara,
       kepentingan dunia usaha, dan kepentinganseluruh umat manusia. Komitmen
       mengandung tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hanya yang terbaik
       dan menguntungkansemua pihak.
                                                                               10
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam
           menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
         4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorangmengemban
           tanggung jawab yang diberikan. Betapa punmemiliki kemampuan dan
           komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan kesehatan yang prima,
           tidak mungkin standardalam mencapai tujuan.
  b) Struktur Ekonomi Pada masa lalu. Struktur ekonomi yang terkait          dengan
         kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap.
         Sekarang tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya,
         sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalu memporak-
         porandakan produk lama yang bagus


C. Macam-macam Korupsi
    Sebagai langkah awal dalam pencegahan masalah korupsi, ada baiknya kita
mengetahui dan memahami mengenai hal-hal, baik macam/ motif maupun
pengelompokan tentang korupsi. Tindakan pencegahan ini diharapkan nantinya
dapat menjaga dan menghindarkan kita agar “lebih sedikit” untuk melanggar hukum
yang dapat merugikan diri kita sendiri, terutama orang lain. Jika dilihat berdasarkan
motif perbuatannya, korupsi itu terdiri dari empat macam, yaitu:
  1. Corruption by Greed, motif ini terkait dengan keserakahan dan kerakusan para
     pelaku korupsi.
  2. Corruption by Opportunities, motif ini terkait dengan sistem yang memberi
     lubang terjadinya korupsi.
  3. Corruption by Need, motif ini Berhubungan dengan sikap mental yg tdk pernah
     cukup, penuh sikap konsumerisme dan selalu sarat kebutuhan yg tidak pernah
     usai.
  4. Corruption by Exposures, motif ini berkaitan dengan hukuman para pelaku
     korupsi yg rendah.
    Macam-macam korupsi :
    1.    Korupsi transaktif
    2.    Korupsi investif
    3.    Korupsi ekstroktif
    4.    Korupsi nepotistik
    5.    Korupsi autogenetik
    6.    Korupsi suportif
                                                                                  11
Namun Korupsi dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu14:
     1.   Korupsi transaktif
          Korupsi jenis ini ditandai adanya kesepakatan timbal balik antara pihak yang
     memberi dan menerima demi keuntungan bersama, dan kedua pihak sama-
     sama aktif menjalankan perbuatan tersebut.
     Contohnya :
     a.Penunjukan langsung proyek yang seharusnya melalui tender
     b.Penjualan aset pemerintah dengan harga murah
     2.   Korupsi Investif
          Korupsi investif adalah korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang
     atau jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan keuangan tertentubagi
     pemberi, selain keuntungan yang diharapkan akan diperoleh di masa datang
     Contohnya :
          Pejabat meminta balas budi pengusaha yang mendapatkan proyek .
     Kebiasaaan ini membuat pengusaha selalu menyisihkan sebagian dana proyek
     dengan mengurangi kualitas proyek untuk biaya “entertainment (hiburan)” ini.
     3.   Korupsi Ekstroktif
          Korupsi kategori ini menyatakan bentuk-bentuk koersi (paksaan) tertentu di
     mana pihak pemberi dipaksa untuk guna mencegah kerugian yang mengancam
     dirinya, kepentingan, kelompok , atau hal-hal berharga miliknya :
     Contohnya :
          Seorang pemimpin proyek secara langsung maupun tidak mendapat tekanan
     untuk menyetor sejumlah uang kepada pejabat di atasnya. Jika tidak , ia bisa
     kehilangan kesempatan untuk menjadi pimpinan pada proyek-proyek berikutnya
     4.   Korupsi Nepotistik
          Korupsi nepotistik berupa pemberian perlakuan khusus kepada teman atau
     mereka yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangkamenduduki jabatan
     republik.
     Contohnya :




14
   Uut. Mega, Pengertian Korupsi dan Macam-macamnya
http://megauuttech.blogspot.com/2012/06/definisi-korupsi-dan-macam-macamnya.html,
05.09

                                                                                    12
Anak atau keluarga pejabat mendapat jatah proyek paling banyak , juga
       memiliki peran besar dalam mengatur siapa yang layak melaksanakan proyek-
       proyek pemerintah.
       5.    Korupsi Autogenetik
             Korupsi autogenetik adalah korupsi yang di lakukan individu karena memiliki
       kesempatan untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamnya
       atas sesuatu yang hanya diketahui seorang diri.
       Contohnya :
             Seorang penjabat penting melakukan klaim biaya perjalanan dinas tahunan
       dengan jumlah hari melebihi jumlah hari dalam setahun.


D. Dampak Korupsi
       Seperti yang telah diketahui korupsi telah menghasilkan pilihan-pilihan yang
keliru. Korupsi mendorong seseorang untuk bersaing dalam segi penyuapan, bukan
persaingan mutu dan harga barang dan jasa. Korupsi menghambat perkembangan
pasar yang sehat. Diatas semua ini, korupsi mengacaukan pembangunan ekonomi
dan sosial, yang merusak di negara ini, negara Indonesia. Korupsi dapat diartikan
sebagai kelompok masyarakat paling miskin di dunia, kelompok yang paling tidak
mampu menanggung beban biaya apapun, tidak saja harus membayar biaya yang
ditimbulkan korupsi yang dilakukan para pejabat, tetapi juga biaya yang ditimbulkan
tindak korupsi oleh perusahaan-perusahaan dari negara-negara maju. Dan yang
lebih penting lagi, biaya yang paling besar yang bukanah dalam bentuk besarnya
uang suap atau uang korupsi tersebut tetapi dalam bentuk kekacauan ekonomi yang
timbul, dan dalam hilangnya rasa hormat kepada lembaga-lembaga administrasi dan
tata kelola pemerintahan. Dampak Masif Korupsi yaitu15:
 1. Lesunya Perekonomian
       a. Investasi dan pertumbuhan ekonomi lemah
       b. Penurunan produktivitas
       c. Kualitas barang dan jasa untuk publik rendah
       d. Utang negara meningkat
       e. Pendapatan dari pajak menurun
 2. Meningkatnya Kemiskinan
       a. Harga jasa dan pelayanan publik mahal
       b. Pengentasan kemiskinan tidak berjalan
15
     Paramadina. Universitas, Dampak Korupsi bagi Eksistensi dan Negara. Jakarta:2010. Hal . 5-11
                                                                                                    13
c. Akses masyarakat miskin semakin terbatas
   Banyak proyek pemerintah ataupun bantuan asing untuk rakyat miskin tidak
   efektif, karena disunat oleh oknum pejabat pemerintah yang tidak bertanggung
   jawab. Dalam banyak kasus korupsi, masyarakat miskin sering menjadi korban
   karena ketidak berdayaan mereka yang disebabkan oleh diantaranya: (1) tingkat
   pendidikan yang rendah dan kurangnya pemahaman tentang korupsi &
   penanggulangannya, (2) tidak adanya akses terhadap pelayanan hukum yang
   appropriate bagi mereka, (3) perhatian yang rendah dari aparat penegak hukum
   terhadap mereka-mereka yang berasal dari ekonomi tidak mampu.
3. Tingginya Kriminalitas
   a. Sindikat kejahatan atau penjahat leluasa melanggar hukum
   b. Proteksi terhadap kelompok kejahatan
   c. Desakan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin sempit
   d. Solidaritas sosial semakin langka
   Di banyak negara, polisi dan pengadilan merupakan salah satu institusi yang
   paling korup. Tidak jarang oknum yang bekerja pada kedua institusi tersebut
   berkolaborasi dengan kelompok-kelompok kriminal tertentu, seperti bisnis
   prostitusi, bisnis judi dan bisnis obat terlarang. Kolaborasi, yang nyata-nyata
   merupakan tindakan korupsi ini, membuat pemberantasan aktifitas kriminal
   tersebut menjadi sulit
4. Demoralisasi
   a. Runtuhnya otoritas pemerintah
   b. Matinya etika sosial-politik
   c. Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan
   d. Menghalalkan segala cara
   Korupsi yang merajalela yang berlarut-larut membuat masyarakat pesimis akan
   keberhasilan upaya pemberantasan korupsi, padahal optimisme masyarakat
   merupakan modal utama sukses perang melawan korupsi. Pesimisme ini
   membuat masyarakat melakukan pembiaran terhadap aktifitas korupsi, walaupun
   mereka jelas-jelas menjadi korban. Contoh paling kasat mata adalah uang sogok
   kepada polisi lalu lintas untuk menghindari surat tilang, hal yang jelas2
   melanggar hukum ini seolah-olah merupakan hal yang wajar-wajar saja. Dalam
   dataran yang lebih besar misalnya sogok-menyogok untuk mempengaruhi
   penyusunan kebijakan pemerintah, money politic dll.


                                                                               14
5. Kehancuran Birokrasi
     a. Birokrasi tidak efisien (boros)
     b. Fungsi pelayanan tidak berjalan
     c. Komersialisasi birokrasi
     d. Birokrasi menjadi loket tiket
     e. Menguatnya birokratisasi
     Pada mulanya birokrasi mempunyai konotasi positif yaitu efisien, rapi & teratur,
     tetapi saat ini birokrasi mempunyai konotasi sangat negatif yaitu tidak efisien,
     korup dan lamban. Perubahan makna ini terjadi akibat kinerja lembaga
     pemerintah yang tidak menggembirakan. Bureaucracy is driven by rule not by
     goal, sehingga sangat sulit ditemukan sosok-sosok kreatif yang bisa bertahan
     dijajaran birokrasi kita. Kondisi ini diperburuk dengan korupsi yang terjadi,
     sehingga sesuatu yang sudah tidak efisien dan lamban ini menjadi semakin
     buruk lagi. Akibatnya posisi sebagai pegawai negeri tidak menarik lagi bagi
     sosok-sosok muda yang cerdas dan kreatif, mayoritas mereka lebih tertarik
     berkarir di perusahaan swasta
 6. Terganggunya Sistim Politik & Pemerintah
     a. Munculnya kepemimpinan koruptor
     b. Sistem politik mandul
     c. Fungsi pemerintahan tidak berjalan
     d. Hilangkah ekspektasi dan kepercayaan rakyat terhadap lembaga pemerintah
 7. Buyarnya Masa Depan Demokrasi
     a. Hilangnya kepercayaan publik terhadap demokrasi
     b. Hancurnya kedaulatan rakyat
 8. Runtuhnya Penegakan Hukum


E. Cara Mengatasi Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
     Korupsi adalah sebuah karakter manusia yang sangat meresahkan kehidupan
masyarakat. Karena korupsilah hak – hak masyarakat terbelenggu dan terinjak.
Definisi korupsi beragam. Dalam arti luas, korupsi berarti menggunakan jabatan
untuk keuntungan pribadi16. Jabatan adalah kedudukan kepercayaan seseorang
yang diberi wewenang atau kekuasaan untuk bertindak atas nama lembaga.


16
  Robert Klitgard, Ronald Maclean dan Lindsey Parris.2002.Penuntut Pemberantasan Korupsi Dalam
Pemerintahan Derah.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia and Partnership for Governance Reform in Indonesi,
hlm.2
                                                                                                        15
Lembaga swasta, lembaga pemerintah, atau lembaga nirlaba. Korupsi berarti
memungut uang bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan, atau menggunakan
wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak sah. Korupsi terdiri dari berbagai jenis:
suap, pemerasan,uang pelicin, menjajakan pengaruh, nepotisme, pemalsuan,
penggelapan, dan sebagainya17.
      Korupsi dijumpai di berbagai negara di dunia. Tetapi dampak korupsi di negara-
negara miskin lebih merusak karena korupsi cenderung menyebabkan hak milik tidak
dihormati, terjadi kekebalan hukum, menimbulkan kerugian ekonomi karena
mengacaukan insentif; kerugian politik, karena meremehkan lembaga – lembaga
pemerintahan; kerugian sosial, karena kekayaan dan kekuasaan jatuh kepada orang
yang tidak berhak18. Kita terhenyak ketika mendengar berita bahwa kerusakan
dahsyat yang timbul setelah gempa bumi di Turki adalah akibat korupsi yang
merajalela di dalam sektor industri konstruksi dan dalam kalangan pejabat
pemerintahan Turki19.
      Terkuaknya perilaku-perilaku korupsi yang dilakukan oleh para pejabat
Indonesia dari berbagai departemen, tidak terkecuali Departemen Agama,
membantah bahwa korupsi merupakan sebab dari kemiskinan, rendahnya
pendidikan      seseorang       dan    ketiadaan      prinsip-prinsip      kaidah     agama      yang
membimbing kehidupannya sehari – hari20. Pejabat bukanlah orang yang
berpendidikan rendah bukanlah merupakan suatu tudingan yang tidak mendasar, hal
ini merupakan kenyataan yang ada di Indonesia, misalnya dapat dipresentasikan dari
sederet gelar yang menghiasi di depan dan di belakang nama mereka. Haji., Drs.,
Prof., SH., S.Sos., dan lain sebagainya. Pejabat bukanlah seorang yang ateis atau
tidak beragama, pejabat yang dipilih oleh rakyat salah satu syaratnya adalah harus
bersumpah untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan roh pancasila.
Yang semakin membuat kita terperangah adalah pejabat yang bergelar haji dan
gelar keagamaan lainnya dari jajaran Departemen Agama ternyata juga tidak lepas
dari perilaku korupsi. Korupsi bukan merupakan sebab dari kemiskinan, pendidikan
rendah atau seberapa jauh mereka memahami kaidah-kaidah beragama, namun
korupsi berakarkan kepada kesadaran manusia secara menyeluruh. Kesadaran
manusia dibentuk oleh lingkungan sosial, status sosial, dan pengalaman dalam


17
   Ibid, hal.4
18
   Ibid, hal.4
19
   Ibid , hal. xiii
20
   Dwi, Ismantoro. 2008.Para Pencuri Uang Rakyat: Daftar 59 Koruptor Versi KPK 2003-2008.Yogyakarta:
Pustaka Timur, hal. 1
                                                                                                       16
perjalanan hidup seseorang. Ketiga faktor itu adalah arsitektur dari kesadaran
manusia. Ketiga faktor itu yang menyejarah dalam perkembangan masyarakat yang
bersangkut. Dinamika faktor -faktor tersebut ditentukan oleh bangunan sosial yang
terbangun dalam kehidupan masyarakat secara kontinu. Apabila bangunan sosial itu
mengarahkan manusia terhadap pendewaan materi, maka kepribadian seseorang
akan selalu berorientasi pada perolehan materi dan penimbunan materi. Sedangkan
apabila bangunan sosial yang terbangun dalam kehidupan masyarakat mengarahkan
kepada penyampingan materi dan memprioritaskan cinta, maka kepribadian orang
akan selalu dikaitkan dengan system-sistem dan nilai-nilai kemanusiaan. Pendewaan
terhadap materi telah menggiring seseorang untuk melakukan tindakan apa saja
demi kepentingan materi. Korupsi merupakan bentuk nyata dari pendewaan
terhadap materi. Apabila materi telah diadopsi sebagai dewa oleh manusia, maka
tidak ayal lagi manusia akan terperangkap dalam gaya hidup hedonistik. Apabila
orang sudah terperangkap dalam pendewaan materi dengan kitab sucinya yang
berupa prinsip – prinsip hedonisme, maka orang akan bertendensi memiliki penyakit
yang selalu haus akan materi, penyakit ini adalah penyakit rakus. Orang yang rakus
adalah orang yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya.
     Mencegah korupsi dapat membantu meningkatkan pendapatan pemerintah,
memperbaiki layanan masyarakat, dan mengembalikan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah. Upaya penanggulangan korupsi dapat dilakukan dengan dua
tahap, yaitu pengobatan dan pencegahan :
1. Pengobatan, menghukum secara tegas para pelaku korupsi. Khususnya pada
  koruptor kelas “kakap”. Koruptor besar harus diumumkan namanya, dihukum
  secara tegas sesuai tindak pidana yang dilakukan, dan dicopot dari jabatannya.
  Hal ini menunjukkan bahwa pelaku tindak korupsi akan diadili secara tegas, bukan
  sekedar hiasan bibir belaka. Ketika korupsi merajalela, yang pertama harus
  dibasmi adalah persepsi salah bahwa kebal hukum itu ada. Siapapun pelaku
  tindak korupsi akan mendapatkan perlakuan yang sama.
2. Pencegahan, setelah dilakukan pengobatan maka tahap selanjutnya adalah
  pencegahan yang meliputi :
  a. Seleksi para pejabat dan staf pemerintahan sehingga mencapai tingkat
     efisiensi. Artinya, mengurangi pegawai pemerintah yang tidak memiliki
     standard. Sehingga mengurangi kemungkinan untuk memperoleh gaji buta.



                                                                                 17
b. Peningkatan kehidupan beragama, yaitu dengan memperbaiki akhlak dan
       selalu mengingat bahwa yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggung
       jawabannya di akhirat.
     c. Adakan perubahan sistem yang baik, misalnya pembayaran pajak yang
       dialihkan     kepada       bank      sehingga       memperkecil        aksi     suap-menyuap,
       menyederhanakan peraturan dan prosedur surat-menyurat, perijinan dan
       membayar pajak.
     d. Pendidikan karakter di sekolah maupun di luar sekolah.
       Seseorang dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan
     keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral
     dalam hidupnya. Pendidikan sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti.
     Sementara itu, pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulum
     berbasis kompetensi21 dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional.
     a. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti secara Konsepsional
        Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya
       yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa
       yang akan datang.
        Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan
       perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas –
       tugas hidupnya secara selaras, serasi dan seimbang.
        Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya
       yang    berbudi      pekerti    luhur    melalui     kegiatan      bimbingan,      pembiasaan,
       pengajaran dan latihan serta keteladanan.
     b. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti secara Operasional
        Upaya untuk membekali pesertadidik melalui bimbingan, pengajaran dan
       latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa
       depannya, agar nemiliki hati nuranu yang bersih, berperangai baik, serta
       menjaga kesusilaan dalam menjalankan kewajiban terhadap Tuhan dan
       sesama makhluk.
        Dengan demikian, terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada
       perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil
       karya berdasarkan nilai – nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa.

21
  Balitbang-Puskur.2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti untuk Sekolah
Menengah Atas, Buram ke-6 Juli 2001. Jakarta : Depdiknas, di dalam Zuriah, Nurul.2007. Pendidikan Moral dan
Budi Pekerti Dalam Prespektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual
dan Futuristik.Jakarta: Bumi Aksara, hal.20
                                                                                                        18
BAB III
                            Diskusi dan Kesimpulan


  Korupsi merajalela karena ada sebab yaitu fenomena kerakusan manusia, sistem
yang kurang efisien, hukum yang sering diremehkan, dan karakter bangsa yang tidak
bagus. Pendidikan karakter merupakan salah satu solusi menanggulangi korupsi
sejak dini. Lingkungan harus meningkatkan mutu pendidikan agar membentuk
karakter siswa yang baik serta menciptakan lingkungan yang berakhlak mulia.




                                                                              19
Daftar Pustaka

Buku :
Hamzah, Korupsi di Indonesia: Masalah dan Pemecahannya, Jakarta:PT.Gramedia, 1986

Chazawi. Adami, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia,
     Malang:Bayumedia, 2005

Cheppy, Pendidikan Moral dalam Beberapa Pendekatan, Jakarta: Depdikbud, 1989

Komisi. Pemberantasan. Korupsi, Memahami untuk Membasmi:Buku Panduan untuk
    Memahami Tindak pidana korupsi,Jakarta:Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006

David J. Gould dan Jos A. Amaro- Reyes, The Effects of Corruption on Administratif
     Performance: Illustration from Developing Countries. Word Bank Staff Working
     Papers Number 580, Management dan Development Series Number 7, 1983

Susan Rose-Ackerman, Corruption: A Study in Political Economy, Newyork: Academic
     Press, 1978

Robert Klitgard, Ronald Maclean dan Lindsey Parris. Penuntut Pemberantasan Korupsi
     Dalam Pemerintahan Derah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia and Partnership for
     Governance Reform in Indonesia, 2002

Balitbang-Puskur, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti untuk
      Sekolah Menengah Atas, Buram ke-6 Juli 2001, Jakarta : Depdiknas, 2001

Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Prespektif Perubahan: Menggagas
     Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi
     Aksara, 2007

Tilaar, H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Prespektif Abad 21.
      Magelang: Tera Indonesia, 1999




Internet :
Sofwah. Nur, Korupsi, http://www.scribd.com/doc/29350976/KORUPSI-MAKALAH,
     04/03/2010

Uut. Mega, Pengertian Korupsi dan Macam-macamnya
http://megauuttech.blogspot.com/2012/06/definisi-korupsi-dan-macam-macamnya.html,
05.09



                                                                                     20

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Dokumen keperawatan, manfaat proses keperawatan
Dokumen keperawatan, manfaat proses keperawatanDokumen keperawatan, manfaat proses keperawatan
Dokumen keperawatan, manfaat proses keperawatanMarlina Arby
 
Teori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanTeori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanMrirfan
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalNona Zesifa
 
Makalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatanMakalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatanWarnet Raha
 
PPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptx
PPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptxPPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptx
PPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptxagushendrayady1
 
model keperawatan komunitas "teori Orem"
model keperawatan komunitas "teori Orem"model keperawatan komunitas "teori Orem"
model keperawatan komunitas "teori Orem"Hendry Kiswanto Mend
 
Makalah konsep-perubahan-dalam-keperawatan
Makalah konsep-perubahan-dalam-keperawatanMakalah konsep-perubahan-dalam-keperawatan
Makalah konsep-perubahan-dalam-keperawatanRarasati Aningsih
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasirudi mirino
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsinatal kristiono
 
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basaProses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basaOperator Warnet Vast Raha
 
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Sugeng Budiharsono
 

Was ist angesagt? (20)

Pendidikan anti korupsi
Pendidikan anti korupsiPendidikan anti korupsi
Pendidikan anti korupsi
 
Bab 2 konsep korupsi
Bab 2 konsep korupsiBab 2 konsep korupsi
Bab 2 konsep korupsi
 
Dokumen keperawatan, manfaat proses keperawatan
Dokumen keperawatan, manfaat proses keperawatanDokumen keperawatan, manfaat proses keperawatan
Dokumen keperawatan, manfaat proses keperawatan
 
Teori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanTeori Etika Keperawatan
Teori Etika Keperawatan
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
 
Makalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatanMakalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatan
 
Konsep Kebutuhan Harga Diri
Konsep Kebutuhan Harga DiriKonsep Kebutuhan Harga Diri
Konsep Kebutuhan Harga Diri
 
PPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptx
PPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptxPPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptx
PPT nilai dan prinsip anti-korupsi.pptx
 
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
 
model keperawatan komunitas "teori Orem"
model keperawatan komunitas "teori Orem"model keperawatan komunitas "teori Orem"
model keperawatan komunitas "teori Orem"
 
Tugas ppm bab vii
Tugas ppm bab viiTugas ppm bab vii
Tugas ppm bab vii
 
Makalah konsep-perubahan-dalam-keperawatan
Makalah konsep-perubahan-dalam-keperawatanMakalah konsep-perubahan-dalam-keperawatan
Makalah konsep-perubahan-dalam-keperawatan
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasi
 
Pasient safety
Pasient safetyPasient safety
Pasient safety
 
Lingkup korupsi
Lingkup korupsiLingkup korupsi
Lingkup korupsi
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
 
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basaProses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Proses perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
 
Makalah Malpraktek
Makalah MalpraktekMakalah Malpraktek
Makalah Malpraktek
 
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
 
THORAX.pptx
THORAX.pptxTHORAX.pptx
THORAX.pptx
 

Ähnlich wie Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter

sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agamabycycle
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfWeninggalihP
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja kerasDebyNurulSyafda
 
01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdf01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdfSrie Maryati
 
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docxMAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docxRahmat Hidayat
 
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi VAnalisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi VFiqri Fadilah
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02Eccky Eccky
 
Mengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakterMengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakterAfrils
 
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdfKeuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdfRyatraDewa
 
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraPendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraMaz Vicarious
 

Ähnlich wie Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter (20)

sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agama
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
 
Anti korupsi
Anti korupsiAnti korupsi
Anti korupsi
 
01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdf01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdf
 
Artikel korupsi
Artikel korupsiArtikel korupsi
Artikel korupsi
 
Makalah tentan korupsi
Makalah tentan korupsiMakalah tentan korupsi
Makalah tentan korupsi
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docxMAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
 
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi VAnalisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
 
Makalah tentan korupsi STIP WUNA
Makalah tentan korupsi STIP WUNA Makalah tentan korupsi STIP WUNA
Makalah tentan korupsi STIP WUNA
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
 
Bab i,234
Bab i,234Bab i,234
Bab i,234
 
Makalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsiMakalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsi
 
Mengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakterMengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi di indonesia melalui pendidikan karakter
 
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdfKeuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
 
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraPendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
 
1
11
1
 

Mehr von Afrils

Wiyata mandala
Wiyata mandalaWiyata mandala
Wiyata mandalaAfrils
 
Kurikulum K13
Kurikulum K13Kurikulum K13
Kurikulum K13Afrils
 
Adiwiyata
AdiwiyataAdiwiyata
AdiwiyataAfrils
 
Belajar efektif
Belajar efektifBelajar efektif
Belajar efektifAfrils
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakterAfrils
 
Kurt lewin
Kurt lewinKurt lewin
Kurt lewinAfrils
 
Mengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakterMengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakterAfrils
 
REFLEKSI TUJUAN PENDIDIKAN
REFLEKSI TUJUAN PENDIDIKANREFLEKSI TUJUAN PENDIDIKAN
REFLEKSI TUJUAN PENDIDIKANAfrils
 
Bermain & arti pentingnya bagi anak usia
Bermain & arti pentingnya bagi anak usiaBermain & arti pentingnya bagi anak usia
Bermain & arti pentingnya bagi anak usiaAfrils
 
Bermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainanBermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainanAfrils
 
Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)
Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)
Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)Afrils
 
Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Afrils
 
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakterEmosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakterAfrils
 

Mehr von Afrils (13)

Wiyata mandala
Wiyata mandalaWiyata mandala
Wiyata mandala
 
Kurikulum K13
Kurikulum K13Kurikulum K13
Kurikulum K13
 
Adiwiyata
AdiwiyataAdiwiyata
Adiwiyata
 
Belajar efektif
Belajar efektifBelajar efektif
Belajar efektif
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Kurt lewin
Kurt lewinKurt lewin
Kurt lewin
 
Mengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakterMengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakter
Mengatasi fenomena korupsi melalui pendidikan karakter
 
REFLEKSI TUJUAN PENDIDIKAN
REFLEKSI TUJUAN PENDIDIKANREFLEKSI TUJUAN PENDIDIKAN
REFLEKSI TUJUAN PENDIDIKAN
 
Bermain & arti pentingnya bagi anak usia
Bermain & arti pentingnya bagi anak usiaBermain & arti pentingnya bagi anak usia
Bermain & arti pentingnya bagi anak usia
 
Bermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainanBermain, mainan dan permainan
Bermain, mainan dan permainan
 
Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)
Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)
Kecerdasan majemuk (multyple intelegency)
 
Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515
 
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakterEmosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
 

Kürzlich hochgeladen

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 

Kürzlich hochgeladen (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 

Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter

  • 1. MENGATASI FENOMENA KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Problematika PLS yang di bimbing oleh Dr. Muhadjir Efendi, M,AP Andika Bagus Afril Sandi 109141415299 Off: B The Learning University UNIVERSITAS NEGERI MALANG JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH November 2012
  • 2. Daftar Isi Daftar Isi .......................................................................................................... 2 Bab I : Pendahuluan 1. Latar Belakang ...................................................................................... 3 2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6 3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 6 Bab II : Pembahasan A. Pengertian Korupsi ................................................................................ 7 B. Latar Belakang Korupsi ......................................................................... 9 C. Macam-Macam Korupsi ......................................................................... 11 D. Dampak Korupsi .................................................................................... 13 E. Cara Mengatasi Korupsi Melalui Pendidikan Karakter ........................... 15 BAB III DISKUSI & KESIMPULAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 20 Daftar Pustaka ............................................................................................................ 21 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seringkali kita mendengarkan kata “korupsi” di negara Indonesia ini. Secara harfiah kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa eropa seperti Inggris : Corruption, Corrupt; Perancis: Corruption dan Belanda: Corruptie. Dapat kita beranikan diri bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia: ”korupsi”1. Kemudian arti kata korupsi telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: “Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya” 2. Dan yang terpenting, kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dankeberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupanmasyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukanoleh dua faktor, yaitu sumberdaya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat darikeanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlahmerupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitassumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segipengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dankepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparatpenyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. 1 Hamzah, Korupsi di Indonesia: Masalah dan Pemecahannya (Jakarta:PT.Gramedia, 1986), hal. 9 2 Ibid., hal. 10 3
  • 4. Grafik 1.1 Kecenderungan Korupsi di Indonesia (Sumber : PERC, Corruption in Asia, 2006) Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa korupsi di Indonesia merupakan ancaman utama terhadap cita-cita menuju masyarakat adil makmur. Untuk tercapainya tahap lepas landas ekonomi diperlukan pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari pertambahan penduduk3. Di dalam pasal 1 Peraturan Penguasa Perang Pusat AD tersebut perbuatan korupsi dibedakan menjadi dua, yakni (1) perbuatan korupsi pidana dan (2) perbuatan korupsi lainnya. Menurut pasal 2, perbuatan korupsi pidana ada tiga macam yakni sebagai berikut. a. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri diri sendiri atau oranglain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari masyarakat b. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan. c. Kejahatan-kejahatan tercantum dalam pasal 41 sampai 50 Peraturan Penguasa Perang Pusat ini dan dalam pasal 209, 210, 418, 419, dan 420 KUHP. Dari tiga macam perbuatan korupsi pidana tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan pidana terjadi dalam hal apabila si pembuat melakukan kejahatan atau pelanggaran yang merugikan negara, penyalahgunaan kekuasaan atau tindak pindana 41 sampai 50 peraturan Penguasa Perang Pusat ini4. 3 Ibid., hal. 2 4 Chazawi. Adami, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, (Malang:Bayumedia, 2005), hal. 4 4
  • 5. Dari hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa hukum mengenai tindakan korupsi mempunyai berbagai tindakan pencegahan dan hukuman bagi koruptor. Namun yang terjadi di Indonesia, hukum-hukum tersebut seakan-akan tidak berfungsi bahkan seperti tidak ada. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya kasus-kasus korupsi yang ada di media massa saat ini, tidak hanya itu saja kita dapat menemui tindakan korupsi dilingkungan sekitar kita, baik di kecamatan, kelurahan, bahkan tingkat RW sekalipun. Memang masih ada orang-orang yang jujur dilingkungan sekitar kita namun hal tersebut seakan-akan hanya ditemukan ditengah lautan yang luas, apalagi orang-orang yang mempunyai jabatan. Tindakan korupsi di Indonesia tidak dapat hanya menyalahkan lemahnya hukum saja, namun budaya bangsa ini yang mempunyai pengaruh lebih besar dalam pencegahan ataupun terlaksananya tindakan korupsi tersebut. Korupsi sendiri merupakan sebuah penyakit yang dimiliki oleh kebanyakan pejabat-pejabat di Indonesia pada saat ini. Tindakan korupsi sudah bukan lagi mengenai masalah hukum, namun lebih cenderung terhadap masalah karakter atau moral seseorang. Dan untuk menghadapi masalah karakter ataupun moral individu tidak dapat hanya dengan menggunakan sebuah alat “hukum” namun lebih cenderung terhadap sebuah terapi psikologis ataupun dengan menggunakan sikap pencegahaan. Oleh sebab itu perlunya tindakan pencegahan sejak dini dan mulai menghilangkan budaya bangsa yang dianggap buruk atau merugikan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan cara mendidik atau membentuk karakter generasi penerus bangsa sejak usia dini, memang membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun dengan merubah budaya, tindakan korupsi sendiri juga akan ikut berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dan model pendidikan karakter yang tepat digunakan adalah menggunakan model aksi sosial Fred Newmann, dimana model ini mendepankan tantangan pendidikan untuk tindakan moral5. 5 Cheppy, Pendidikan Moral dalam Beberapa Pendekatan,(Jakarta: Depdikbud, 1989), hal. 31 5
  • 6. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari korupsi? 2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya korupsi? 3. Apakah macam-macam korupsi? 4. Apakah dampak korupsi? 5. Bagaimana menangani korupsi melalui pendidikan karakter? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian korupsi 2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya korupsi 3. Untuk mengetahui macam-macam korupsi 4. Untuk mengetahui dampak dari korupsi 5. Untuk mengetahui cara penanganan korupsi melalui pendidikan karakter 6
  • 7. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Korupsi Secara harfiah kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa eropa seperti Inggris : Corruption, Corrupt; Perancis: Corruption dan Belanda: Corruptie. Dapat kita beranikan diri bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia: ”korupsi”6. Kemudian arti kata korupsi telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: “Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”. Pada dasarnya korupsi dapat digolongkan atau dikelompokkan sebagai berikut7 : 1. Kerugian keuangan negara 2. Suap menyuap 3. Penggelapan dalam jabatan 4. Pemerasan 5. Perbuatan curang 6. Benturan kepentingan dalam pengadaan 7. Gratifikasi Terdapat sebuah pendapat yang berfokus terhadap kenyataan bahwa korupsi menimbulkan efisiensi dan pemborosan ekonomi, karena dampaknya pada alokasi dana, pada produksi, pada konsumsi. Keuntungan yang diperoleh melalui korupsi kemungkinan besar tidak digunakan pada sektor investasi karena uang haram biasanya digunakan untuk bermewah-mewahan atau disimpan dalam rekening pribadi diluar negeri itu adalah dana investasi yang bocor dari ekonomi dalam negeri. Selain itu, korupsi menimbulkan inefisiensi dalam alokasi, karena memungkinkan kontraktor yang paling ridak efisiensi tetapi pandai menyuap memperoleh kontrak dari pemerintah. Selain itu, karena uang suap dimasukkan kedalam harga barang yang dihasilkan, permintaan akan barang cenderung menurun, struktur produksi 6 Hamzah., op.cit., h. 10 7 Komisi. Pemberantasan. Korupsi, Memahami untuk Membasmi:Buku Panduan untuk Memahami Tindak pidana korupsi, (Jakarta:Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006), hh. 16-17 7
  • 8. menjadi bias, dan konsumsi turun ketingkat dibawah efisien. Jadi korupsi menurunkan kesejahteraan penduduk.8 Namun ada pula orang yang berpendapat bahwa korupsi bermanfaat : misalnya, orang dapat tanpa kekerasan memperoleh inforamasi yang diperlukannya mengenai pemerintahan dan administrasi pemerintahan. Bila saluran-saluran politik tertutup atau korupsi berguna sebagai alat untuk meredakan ketegangan yang melumpuhkan antara birokrasi dan politisi, karena dapat membawa kedua belah pihak ini kedalam jaringan kepentingan pribadi masing-masing.9 Dan adapula yang mengatakan korupsi itu tidak selalu berakibat negatif, kadang-kadang berakibat positif, manakala korupsi itu berfungsi sebagai uang pelicin bagaikan fungsi minyak pelumas pada mesin. Pendapat pertama ini banyak dianut oleh peneliti barat (Schoorl, 1980:184).10 Namun pada dasarnya dari berbagai macam pendapat diatas sebagaian besar korupsi memiliki dampak yang buruk bagi ekonomi, sosial, serta moral lingkungannya ataupun pemerintahan. Orang yang melalukan tindakan korupsi biasa disebut dengan koruptor, sedangkan kebanyakan koruptor selalu indentik dengan “mafia”. Istilah mafia dapat diartikan sebagai “kekuatan terselubung”. Kekuatan terselubung sendiri dimaksudkan relasi antar aktor “ilegal” yang bersifat sistematis , konspiratif dan kolektif hingga mendorong terjadinya pelanggaran HAM.11 Mafia dalam tindakan korupsi terdapat beberapa jenis / tempat, yaitu: Mafia Peradilan, Mafia di Kepolisian, Mafia di Kejaksaan. Pernyataan-pernyataan normatif mengenai korupsi harus berdasarkan titik pandang, standar “baik”, dan model cara kerja korupsi dalam situasi tertentu. 12 Korupsi mencakup perilaku pejabat-pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka secara tidak pantas dan melanggar hukum, atau orang-orang yang dekat dengan mereka, dengan menyalah gunakan kekuasaan yang dipercayakan pada mereka. Dan jika korupsi tidak dapat dikendalikan, korupsi dapat mengancam lembaga-lembaga demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam lingkungan yang korup, sumber daya akan disalurkan ke bidang- bidang tidak produktif – kepolisian, tentara, dan lembaga-lembaga kontrol sosial, dan 8 David J. Gould dan Jos A. Amaro- Reyes, The Effects of Corruption on Administratif Performance: Illustration from Developing Countries. Word Bank Staff Working Papers Number 580, Management dan Development Series Number 7 (1983) 9 David Bayley, “The Effect of Corruption in a Developing Nation”, The Western Political Quarterly, hlm. 272 et seq. Kita harus tidak berat sebelah. Penulis mengemukakan tesisnya dengan banyak contoh: ia mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan sampai ke akar-akarnya; ia menyajikan sejumlah faktor, positif dan negatif. 10 Hamzah, op.cit., hal. 25 11 Adami, op.cit., hal. 4 12 Susan Rose-Ackerman, Corruption: A Study in Political Economy (Newyork: Academic Press, 1978) hal. 9 8
  • 9. kelompok penindas lainnya – karena kelompok elite akan selalu berusaha melindungi diri mereka, kedudukan, dan harta kekayaan mereka. B. Latar Belakang Terjadinya Korupsi Kata sebagaian orang tindakan korupsi di Indonesia atau bahkan didunia kebanyakan disebabkan oleh oleh kemiskinan. Tanpa kemiskinan tidak akan ada tindakan korupsi atau kriminal lainnya. Tetapi kalaupun merupakan penyabab korupsi, kemiskinan bukan satu-satunya penyebab. Jika kemiskinan yang menyebabkan korupsi maka sulit menjelaskan mengapa negara-negara kaya dan makmur penuh dengan skandal --- yang sedikit sekali melibatkan orang yang dapat digolongkan kedalam kelompok “miskin” atau “kekurangan”. Pendapat ini menyamakan kemiskinan dengan ketidak jujuran – konsep ini ditentang keras oleh sejumlah pengamat, yang melihat bahwa mengaitkan kemiskinan dengan ketidakjujuran tidak lain dari upaya menyudutkan kelompok miskin. Juga tidak dapat dikatakan bahwa orang-orang yang memanipulasi sistim perbankan, memberikan uang pinjaman uang yang ridak dikembalikan dan melakukan perdahangan orang dalam dengan deposito nasabah yang lugu, adala orang-orang melarat. Korupsi itu pisau bermata dua --- korupsi dapat muncul dari harta dan kemakmuran. Korupsi dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi pelaku korupsi itu sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor. Adapun sebab-sebabnya, antara lain13: 1. Klasik a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpinuntuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluangbawahan melakukan korupsi. Pemimpin yang bodoh tidak mungkinmampu melakukan kontrol manajemen lembaganya.kelemahanpemimpin ini juga termasuk ke- leadership-an, artinya, seorangpemimpin yang tidak memiliki karisma, akan mudah dipermainkananak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa takut, ewuh pakewuh di kalangan staf untuk melakukan penyimpangan. b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistempendidikan dan substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaranetika dan moral lebih ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpadisertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya. 13 Sofwah. Nur, Korupsi, http://www.scribd.com/doc/29350976/KORUPSI-MAKALAH, 04/03/2010 9
  • 10. c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa inimenjadi bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah daripadaberusaha dan senantiasa menempatkan diri sebagai bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih cenderungberlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan kepribadian inilah yang menyebabkanmunculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi. d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebabtimbulnya korupsi. Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuanmembuka peluang usaha adalah wujud rendahnya pendidikan. Denganberbagai keterbatasan itulah mereka berupaya mencsri peluang denganmenggunakan kedudukannya untuk memperoleh keuntungan yangbesar. Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini adalah komitmenterhadap pendidikan yang dimiliki. Karena pada kenyataannya, para koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang memadai,kemampuan, dan skill. e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorangcenderung melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang berlebihan ini, orang akan menggunakankesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. f) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumurhidup atau di buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman sepertiitulah yang diperlukan untuk menuntaskan tindak korupsi. g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi. 2. Modern a) Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong modern itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada empat komponen, sebagai berikut: 1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge. 2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara, kepentingan dunia usaha, dan kepentinganseluruh umat manusia. Komitmen mengandung tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hanya yang terbaik dan menguntungkansemua pihak. 10
  • 11. 3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. 4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorangmengemban tanggung jawab yang diberikan. Betapa punmemiliki kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan kesehatan yang prima, tidak mungkin standardalam mencapai tujuan. b) Struktur Ekonomi Pada masa lalu. Struktur ekonomi yang terkait dengan kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap. Sekarang tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya, sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalu memporak- porandakan produk lama yang bagus C. Macam-macam Korupsi Sebagai langkah awal dalam pencegahan masalah korupsi, ada baiknya kita mengetahui dan memahami mengenai hal-hal, baik macam/ motif maupun pengelompokan tentang korupsi. Tindakan pencegahan ini diharapkan nantinya dapat menjaga dan menghindarkan kita agar “lebih sedikit” untuk melanggar hukum yang dapat merugikan diri kita sendiri, terutama orang lain. Jika dilihat berdasarkan motif perbuatannya, korupsi itu terdiri dari empat macam, yaitu: 1. Corruption by Greed, motif ini terkait dengan keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. 2. Corruption by Opportunities, motif ini terkait dengan sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi. 3. Corruption by Need, motif ini Berhubungan dengan sikap mental yg tdk pernah cukup, penuh sikap konsumerisme dan selalu sarat kebutuhan yg tidak pernah usai. 4. Corruption by Exposures, motif ini berkaitan dengan hukuman para pelaku korupsi yg rendah. Macam-macam korupsi : 1. Korupsi transaktif 2. Korupsi investif 3. Korupsi ekstroktif 4. Korupsi nepotistik 5. Korupsi autogenetik 6. Korupsi suportif 11
  • 12. Namun Korupsi dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu14: 1. Korupsi transaktif Korupsi jenis ini ditandai adanya kesepakatan timbal balik antara pihak yang memberi dan menerima demi keuntungan bersama, dan kedua pihak sama- sama aktif menjalankan perbuatan tersebut. Contohnya : a.Penunjukan langsung proyek yang seharusnya melalui tender b.Penjualan aset pemerintah dengan harga murah 2. Korupsi Investif Korupsi investif adalah korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan keuangan tertentubagi pemberi, selain keuntungan yang diharapkan akan diperoleh di masa datang Contohnya : Pejabat meminta balas budi pengusaha yang mendapatkan proyek . Kebiasaaan ini membuat pengusaha selalu menyisihkan sebagian dana proyek dengan mengurangi kualitas proyek untuk biaya “entertainment (hiburan)” ini. 3. Korupsi Ekstroktif Korupsi kategori ini menyatakan bentuk-bentuk koersi (paksaan) tertentu di mana pihak pemberi dipaksa untuk guna mencegah kerugian yang mengancam dirinya, kepentingan, kelompok , atau hal-hal berharga miliknya : Contohnya : Seorang pemimpin proyek secara langsung maupun tidak mendapat tekanan untuk menyetor sejumlah uang kepada pejabat di atasnya. Jika tidak , ia bisa kehilangan kesempatan untuk menjadi pimpinan pada proyek-proyek berikutnya 4. Korupsi Nepotistik Korupsi nepotistik berupa pemberian perlakuan khusus kepada teman atau mereka yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangkamenduduki jabatan republik. Contohnya : 14 Uut. Mega, Pengertian Korupsi dan Macam-macamnya http://megauuttech.blogspot.com/2012/06/definisi-korupsi-dan-macam-macamnya.html, 05.09 12
  • 13. Anak atau keluarga pejabat mendapat jatah proyek paling banyak , juga memiliki peran besar dalam mengatur siapa yang layak melaksanakan proyek- proyek pemerintah. 5. Korupsi Autogenetik Korupsi autogenetik adalah korupsi yang di lakukan individu karena memiliki kesempatan untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamnya atas sesuatu yang hanya diketahui seorang diri. Contohnya : Seorang penjabat penting melakukan klaim biaya perjalanan dinas tahunan dengan jumlah hari melebihi jumlah hari dalam setahun. D. Dampak Korupsi Seperti yang telah diketahui korupsi telah menghasilkan pilihan-pilihan yang keliru. Korupsi mendorong seseorang untuk bersaing dalam segi penyuapan, bukan persaingan mutu dan harga barang dan jasa. Korupsi menghambat perkembangan pasar yang sehat. Diatas semua ini, korupsi mengacaukan pembangunan ekonomi dan sosial, yang merusak di negara ini, negara Indonesia. Korupsi dapat diartikan sebagai kelompok masyarakat paling miskin di dunia, kelompok yang paling tidak mampu menanggung beban biaya apapun, tidak saja harus membayar biaya yang ditimbulkan korupsi yang dilakukan para pejabat, tetapi juga biaya yang ditimbulkan tindak korupsi oleh perusahaan-perusahaan dari negara-negara maju. Dan yang lebih penting lagi, biaya yang paling besar yang bukanah dalam bentuk besarnya uang suap atau uang korupsi tersebut tetapi dalam bentuk kekacauan ekonomi yang timbul, dan dalam hilangnya rasa hormat kepada lembaga-lembaga administrasi dan tata kelola pemerintahan. Dampak Masif Korupsi yaitu15: 1. Lesunya Perekonomian a. Investasi dan pertumbuhan ekonomi lemah b. Penurunan produktivitas c. Kualitas barang dan jasa untuk publik rendah d. Utang negara meningkat e. Pendapatan dari pajak menurun 2. Meningkatnya Kemiskinan a. Harga jasa dan pelayanan publik mahal b. Pengentasan kemiskinan tidak berjalan 15 Paramadina. Universitas, Dampak Korupsi bagi Eksistensi dan Negara. Jakarta:2010. Hal . 5-11 13
  • 14. c. Akses masyarakat miskin semakin terbatas Banyak proyek pemerintah ataupun bantuan asing untuk rakyat miskin tidak efektif, karena disunat oleh oknum pejabat pemerintah yang tidak bertanggung jawab. Dalam banyak kasus korupsi, masyarakat miskin sering menjadi korban karena ketidak berdayaan mereka yang disebabkan oleh diantaranya: (1) tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pemahaman tentang korupsi & penanggulangannya, (2) tidak adanya akses terhadap pelayanan hukum yang appropriate bagi mereka, (3) perhatian yang rendah dari aparat penegak hukum terhadap mereka-mereka yang berasal dari ekonomi tidak mampu. 3. Tingginya Kriminalitas a. Sindikat kejahatan atau penjahat leluasa melanggar hukum b. Proteksi terhadap kelompok kejahatan c. Desakan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin sempit d. Solidaritas sosial semakin langka Di banyak negara, polisi dan pengadilan merupakan salah satu institusi yang paling korup. Tidak jarang oknum yang bekerja pada kedua institusi tersebut berkolaborasi dengan kelompok-kelompok kriminal tertentu, seperti bisnis prostitusi, bisnis judi dan bisnis obat terlarang. Kolaborasi, yang nyata-nyata merupakan tindakan korupsi ini, membuat pemberantasan aktifitas kriminal tersebut menjadi sulit 4. Demoralisasi a. Runtuhnya otoritas pemerintah b. Matinya etika sosial-politik c. Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan d. Menghalalkan segala cara Korupsi yang merajalela yang berlarut-larut membuat masyarakat pesimis akan keberhasilan upaya pemberantasan korupsi, padahal optimisme masyarakat merupakan modal utama sukses perang melawan korupsi. Pesimisme ini membuat masyarakat melakukan pembiaran terhadap aktifitas korupsi, walaupun mereka jelas-jelas menjadi korban. Contoh paling kasat mata adalah uang sogok kepada polisi lalu lintas untuk menghindari surat tilang, hal yang jelas2 melanggar hukum ini seolah-olah merupakan hal yang wajar-wajar saja. Dalam dataran yang lebih besar misalnya sogok-menyogok untuk mempengaruhi penyusunan kebijakan pemerintah, money politic dll. 14
  • 15. 5. Kehancuran Birokrasi a. Birokrasi tidak efisien (boros) b. Fungsi pelayanan tidak berjalan c. Komersialisasi birokrasi d. Birokrasi menjadi loket tiket e. Menguatnya birokratisasi Pada mulanya birokrasi mempunyai konotasi positif yaitu efisien, rapi & teratur, tetapi saat ini birokrasi mempunyai konotasi sangat negatif yaitu tidak efisien, korup dan lamban. Perubahan makna ini terjadi akibat kinerja lembaga pemerintah yang tidak menggembirakan. Bureaucracy is driven by rule not by goal, sehingga sangat sulit ditemukan sosok-sosok kreatif yang bisa bertahan dijajaran birokrasi kita. Kondisi ini diperburuk dengan korupsi yang terjadi, sehingga sesuatu yang sudah tidak efisien dan lamban ini menjadi semakin buruk lagi. Akibatnya posisi sebagai pegawai negeri tidak menarik lagi bagi sosok-sosok muda yang cerdas dan kreatif, mayoritas mereka lebih tertarik berkarir di perusahaan swasta 6. Terganggunya Sistim Politik & Pemerintah a. Munculnya kepemimpinan koruptor b. Sistem politik mandul c. Fungsi pemerintahan tidak berjalan d. Hilangkah ekspektasi dan kepercayaan rakyat terhadap lembaga pemerintah 7. Buyarnya Masa Depan Demokrasi a. Hilangnya kepercayaan publik terhadap demokrasi b. Hancurnya kedaulatan rakyat 8. Runtuhnya Penegakan Hukum E. Cara Mengatasi Korupsi Melalui Pendidikan Karakter Korupsi adalah sebuah karakter manusia yang sangat meresahkan kehidupan masyarakat. Karena korupsilah hak – hak masyarakat terbelenggu dan terinjak. Definisi korupsi beragam. Dalam arti luas, korupsi berarti menggunakan jabatan untuk keuntungan pribadi16. Jabatan adalah kedudukan kepercayaan seseorang yang diberi wewenang atau kekuasaan untuk bertindak atas nama lembaga. 16 Robert Klitgard, Ronald Maclean dan Lindsey Parris.2002.Penuntut Pemberantasan Korupsi Dalam Pemerintahan Derah.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia and Partnership for Governance Reform in Indonesi, hlm.2 15
  • 16. Lembaga swasta, lembaga pemerintah, atau lembaga nirlaba. Korupsi berarti memungut uang bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan, atau menggunakan wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak sah. Korupsi terdiri dari berbagai jenis: suap, pemerasan,uang pelicin, menjajakan pengaruh, nepotisme, pemalsuan, penggelapan, dan sebagainya17. Korupsi dijumpai di berbagai negara di dunia. Tetapi dampak korupsi di negara- negara miskin lebih merusak karena korupsi cenderung menyebabkan hak milik tidak dihormati, terjadi kekebalan hukum, menimbulkan kerugian ekonomi karena mengacaukan insentif; kerugian politik, karena meremehkan lembaga – lembaga pemerintahan; kerugian sosial, karena kekayaan dan kekuasaan jatuh kepada orang yang tidak berhak18. Kita terhenyak ketika mendengar berita bahwa kerusakan dahsyat yang timbul setelah gempa bumi di Turki adalah akibat korupsi yang merajalela di dalam sektor industri konstruksi dan dalam kalangan pejabat pemerintahan Turki19. Terkuaknya perilaku-perilaku korupsi yang dilakukan oleh para pejabat Indonesia dari berbagai departemen, tidak terkecuali Departemen Agama, membantah bahwa korupsi merupakan sebab dari kemiskinan, rendahnya pendidikan seseorang dan ketiadaan prinsip-prinsip kaidah agama yang membimbing kehidupannya sehari – hari20. Pejabat bukanlah orang yang berpendidikan rendah bukanlah merupakan suatu tudingan yang tidak mendasar, hal ini merupakan kenyataan yang ada di Indonesia, misalnya dapat dipresentasikan dari sederet gelar yang menghiasi di depan dan di belakang nama mereka. Haji., Drs., Prof., SH., S.Sos., dan lain sebagainya. Pejabat bukanlah seorang yang ateis atau tidak beragama, pejabat yang dipilih oleh rakyat salah satu syaratnya adalah harus bersumpah untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan roh pancasila. Yang semakin membuat kita terperangah adalah pejabat yang bergelar haji dan gelar keagamaan lainnya dari jajaran Departemen Agama ternyata juga tidak lepas dari perilaku korupsi. Korupsi bukan merupakan sebab dari kemiskinan, pendidikan rendah atau seberapa jauh mereka memahami kaidah-kaidah beragama, namun korupsi berakarkan kepada kesadaran manusia secara menyeluruh. Kesadaran manusia dibentuk oleh lingkungan sosial, status sosial, dan pengalaman dalam 17 Ibid, hal.4 18 Ibid, hal.4 19 Ibid , hal. xiii 20 Dwi, Ismantoro. 2008.Para Pencuri Uang Rakyat: Daftar 59 Koruptor Versi KPK 2003-2008.Yogyakarta: Pustaka Timur, hal. 1 16
  • 17. perjalanan hidup seseorang. Ketiga faktor itu adalah arsitektur dari kesadaran manusia. Ketiga faktor itu yang menyejarah dalam perkembangan masyarakat yang bersangkut. Dinamika faktor -faktor tersebut ditentukan oleh bangunan sosial yang terbangun dalam kehidupan masyarakat secara kontinu. Apabila bangunan sosial itu mengarahkan manusia terhadap pendewaan materi, maka kepribadian seseorang akan selalu berorientasi pada perolehan materi dan penimbunan materi. Sedangkan apabila bangunan sosial yang terbangun dalam kehidupan masyarakat mengarahkan kepada penyampingan materi dan memprioritaskan cinta, maka kepribadian orang akan selalu dikaitkan dengan system-sistem dan nilai-nilai kemanusiaan. Pendewaan terhadap materi telah menggiring seseorang untuk melakukan tindakan apa saja demi kepentingan materi. Korupsi merupakan bentuk nyata dari pendewaan terhadap materi. Apabila materi telah diadopsi sebagai dewa oleh manusia, maka tidak ayal lagi manusia akan terperangkap dalam gaya hidup hedonistik. Apabila orang sudah terperangkap dalam pendewaan materi dengan kitab sucinya yang berupa prinsip – prinsip hedonisme, maka orang akan bertendensi memiliki penyakit yang selalu haus akan materi, penyakit ini adalah penyakit rakus. Orang yang rakus adalah orang yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya. Mencegah korupsi dapat membantu meningkatkan pendapatan pemerintah, memperbaiki layanan masyarakat, dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Upaya penanggulangan korupsi dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengobatan dan pencegahan : 1. Pengobatan, menghukum secara tegas para pelaku korupsi. Khususnya pada koruptor kelas “kakap”. Koruptor besar harus diumumkan namanya, dihukum secara tegas sesuai tindak pidana yang dilakukan, dan dicopot dari jabatannya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku tindak korupsi akan diadili secara tegas, bukan sekedar hiasan bibir belaka. Ketika korupsi merajalela, yang pertama harus dibasmi adalah persepsi salah bahwa kebal hukum itu ada. Siapapun pelaku tindak korupsi akan mendapatkan perlakuan yang sama. 2. Pencegahan, setelah dilakukan pengobatan maka tahap selanjutnya adalah pencegahan yang meliputi : a. Seleksi para pejabat dan staf pemerintahan sehingga mencapai tingkat efisiensi. Artinya, mengurangi pegawai pemerintah yang tidak memiliki standard. Sehingga mengurangi kemungkinan untuk memperoleh gaji buta. 17
  • 18. b. Peningkatan kehidupan beragama, yaitu dengan memperbaiki akhlak dan selalu mengingat bahwa yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat. c. Adakan perubahan sistem yang baik, misalnya pembayaran pajak yang dialihkan kepada bank sehingga memperkecil aksi suap-menyuap, menyederhanakan peraturan dan prosedur surat-menyurat, perijinan dan membayar pajak. d. Pendidikan karakter di sekolah maupun di luar sekolah. Seseorang dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Pendidikan sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Sementara itu, pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulum berbasis kompetensi21 dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional. a. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti secara Konsepsional Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas – tugas hidupnya secara selaras, serasi dan seimbang. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran dan latihan serta keteladanan. b. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti secara Operasional Upaya untuk membekali pesertadidik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar nemiliki hati nuranu yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam menjalankan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian, terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai – nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa. 21 Balitbang-Puskur.2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti untuk Sekolah Menengah Atas, Buram ke-6 Juli 2001. Jakarta : Depdiknas, di dalam Zuriah, Nurul.2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Prespektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik.Jakarta: Bumi Aksara, hal.20 18
  • 19. BAB III Diskusi dan Kesimpulan Korupsi merajalela karena ada sebab yaitu fenomena kerakusan manusia, sistem yang kurang efisien, hukum yang sering diremehkan, dan karakter bangsa yang tidak bagus. Pendidikan karakter merupakan salah satu solusi menanggulangi korupsi sejak dini. Lingkungan harus meningkatkan mutu pendidikan agar membentuk karakter siswa yang baik serta menciptakan lingkungan yang berakhlak mulia. 19
  • 20. Daftar Pustaka Buku : Hamzah, Korupsi di Indonesia: Masalah dan Pemecahannya, Jakarta:PT.Gramedia, 1986 Chazawi. Adami, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Malang:Bayumedia, 2005 Cheppy, Pendidikan Moral dalam Beberapa Pendekatan, Jakarta: Depdikbud, 1989 Komisi. Pemberantasan. Korupsi, Memahami untuk Membasmi:Buku Panduan untuk Memahami Tindak pidana korupsi,Jakarta:Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006 David J. Gould dan Jos A. Amaro- Reyes, The Effects of Corruption on Administratif Performance: Illustration from Developing Countries. Word Bank Staff Working Papers Number 580, Management dan Development Series Number 7, 1983 Susan Rose-Ackerman, Corruption: A Study in Political Economy, Newyork: Academic Press, 1978 Robert Klitgard, Ronald Maclean dan Lindsey Parris. Penuntut Pemberantasan Korupsi Dalam Pemerintahan Derah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia and Partnership for Governance Reform in Indonesia, 2002 Balitbang-Puskur, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti untuk Sekolah Menengah Atas, Buram ke-6 Juli 2001, Jakarta : Depdiknas, 2001 Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Prespektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Tilaar, H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Prespektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia, 1999 Internet : Sofwah. Nur, Korupsi, http://www.scribd.com/doc/29350976/KORUPSI-MAKALAH, 04/03/2010 Uut. Mega, Pengertian Korupsi dan Macam-macamnya http://megauuttech.blogspot.com/2012/06/definisi-korupsi-dan-macam-macamnya.html, 05.09 20