SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 38
Laporan tutorial
MODUL III
BENJOLAN PADA PAYUDARA
Klp 1
Disusunoleh:
A.Raodah Imran 10542025411
Arum puspita NurWulandari 10542025511
Aan Sucitra 10542025611
Abu salam Hamzah 10542025711
Ajnihah M.Fitran 10542025811
Akhsanul Kaffi 10542025911
Amanda Dyna Faradillah 10542026011
AN ras Fahrul Ikhsan 10542026111
Andi Aswiny Putri 10542026211
Nur Ma’rifah 105420 10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 HISTORY TAKING …………………………………… 1
1.2 MIND MAPPING …………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI PAYUDARA
2.1.1 ANATOMI PAYUDARA …………………… 3
2.1.2 HISTOLOGI PAYUDARA …………………… 7
2.1.3 FISIOLOGI PAYUDARA ……………........... 11
2.2 PATOMEKANISME GEJALA …………………… 12
2.3 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
2.3.1 FIBROADENOMA MAMMAE …………………… 14
2.3.2 HIPERPLASIA KISTIK KEL. MAMMAE …………… 17
2.3.3 KARSINOMA MAMMAE …………………… 19
BAB III KESIMPULAN …………………………………… 34
DAFTARPUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Payudara ………………………………….… 3
Gambar 2. Kelenjar Payudara ……………………………………. 5
Gambar 3. Histologi Kelenjar Mammae yang Tidak Aktif ……………. 7
Gambar 4. Histologi Kelenjar Mammae selama Proliferasi
dan kehamilan Awal …………………………………… 8
Gambar 5. Histologi Kelenjar Mammae selama kehamilan akhir. …….. 9
Gambar 6. Kelenjar Mammae Selama Laktasi …………………... 10
Gambar 7. Histologi Kelenjar Mammae Masa Laktasi …………… 11
Gambar 8. Sitologi Fibroadenoma Payudara ………………….... 14
Gambar 9. Fibroadenoma Mammae …………………………… 15
Gambar 10. Histopatologi fibroadenoma mammae …………………… 16
Gambar.11 Sitologi Hiperplasia Kistik kelenjar Mammae ……………. 17
Gambar 12 Histopatologi Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae ……. 18
Gambar 13 karsinoma Mammae …………………………………… 19
Gambar 14 hasil Mammografi …………………………………… 27
Gambar 15 histopatologi Karsinoma Mammae …………………… 29
Gambar 16 SADARI ……………………………………………. 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 HISTORY TAKING
Seorang wanita 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan ada
benjolan di payudara kanan sebesar telur bebek. Benjolan sudah dirasakan
selama 6 bulan yang kadang – kadang terasa nyeri. Dalam 2 bulan terakhir
benjolan dirasakan semakin membesar.
 Dari scenario di atas, diketahui:
- Wanita 25 tahun
- Keluhan ada benjolan di payudara kanan sebesar telur bebek
- Benjolan dirasakan 6 bulan  kadang terasa nyeri
- 2 bulan terakhir semakin besar
 Anamnesis tambahan
1. Apakah ada riwayat keluarga?
2. Kapan haid pertama datang?
3. Apakah sudah menikah, menggunakan kontrasepsi hormonal, sudah
melahirkan?
4. Apakah menyusui atau tidak?
5. Apakah sebelumnya ada riwayat penyakit payudara?
6. Bagaimana pola hidupnya?
7. IMT?
8. Apakah ada riwayat minum obat-obatan/ alcohol?
9. Penggunaan bra?
10. Pada saat kapan nyeri timbul?
1.2 MIND MAPPING
Gejala – gejala:
- Benjolan pada payudara kanan
sebesar telur bebek
- Sudah dirasakan 6 bulan,
kadang terasa nyeri
- 2 bln terakhir makin besar
Differential
Diagnosis
Fibroadenoma Hiperplasia Kistik
Kelenjar Mammae
Karsinoma
Mammae
Pemeriksaan
Penunjang
Penatalaksanaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI PAYUDARA
2.1.1 Anatomi Payudara
Gambar 1. Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai
iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini
dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita
lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan
pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan
dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006). Secara umum, payudara
terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan
stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan
salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan
jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe
payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran
(metastase) kanker payudara (Haryono dkk, 2011).
Menurut Saymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang
tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus
memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke
papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang
disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang
merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya. Jika dilakukan perabaan
pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian
lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian
bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting
susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat
berbeda pada orang yang berbeda. Menurut Hoskins et, al (2005)
Menurut Ramli (1994), payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri
dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar:
- superior: iga II atau III
- inferior: iga VI atau VII
- medial: pinggir sternum
- lateral: garis aksilaris anterior
2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya:
- superior: hampir sampai ke klavikula
- medial: garis tengah
- lateral: muskulus latissimus dorsi
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi
menjadi lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)
Gambar 2. Kelenjar Payudara
 Struktur Payudara
Payudara terdiri dari berbagai struktur:
- parenkhim epitelial
- lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening
- otot dan fascia
Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing
mempunyai Saluran tersendiri untuk Mengalirkan produknya, dan muara putting
susu. Lobulus-lobulus Ini merupakan struktur Dasar dari kelenjar payudara
(Ramli,1994).
 Vaskularisasi Payudara
Menurut Ramli (1994), vaskularisasi payudara terdiri dari:
1.) Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari:
a. Cabang-cabang ferforantes arteri mammaria interna. Cabang-cabang I,II,III, dan
IV dari arteri mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum
pada interkostal yang sesuai,menembus muskulus pektoralis mayor dan memberi
perdarahan tepi medial glandula mamma.
b. Rami pektoralis arteri thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara
muskulus pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama muskulus
pektoralis mayor. Setelah menembus muskulus pektoralis mayor,arteri ini akan
mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
c. Arteri thorakalis lateralis (arteri mammaria eksterna). Pembuluh darah ini jalan
turun menyusuri tepi lateral muskulus pektoralis mayor untuk mendarahi bagian
lateral payudara.
d. Arteri thorako-dorsalis. Pembulus darah ini merupakan cabang dari arteri
subskapularis. Arteri ini mendarahi muskulus latissimus dorsi dan muskulus
serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula
mamma,tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal
matektomi,perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit di
control,sehingga daerah ini di namakan “the bloody angle”.
2.) Vena
Pada daerah payudara terdapat 3 vena, yaitu:
a. Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna. Vena ini merupakan vena
terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada vena
mammaria interna yang kemudian bermuara pada vena innominata.
b. Cabang-cabang vena aksilaris yang terdiri dari vena thorako-akromialis, vena
thorako-lateralis dan vena thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada vena interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada vena vertebralis, kemudian bermuara pada vena azygos (melalui
vena-vena ini metastase dapat terjadi di paru).
2.1.2 Histologi Payudara
a. Kelenjar Mammae yang Tidak Aktif
Kelenjar mammae yang tidak aktif ditandai oleh banyaknya jaringan ikat dan
sedikit unsure kelenjar. Beberapa perubahan siklik di kelenjar mammae mungkin
terlihat selama daur haid.
Lobulus kelenjar terdiri dari tubulus kecil atau duktus intralobularis yang
dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah. Di dasar epitel adalah sel
mioepitel kontraktil. Duktus interlobularis yang lebih besar mengelilingi lobules
dan duktus intralobularis.
Duktus intralobularis dikelilingi oleh jaringan ikat longgar intralobularis
yang mengandung fibroblast, limfosit, sel plasma dan eosinofil. Lobules
dikelilingi oleh jaringan ikat padat interlobularis yang mengandung pembuluh
darah, venula dan arteriol. (Eroschenko.2010: 496)
Gambar 3. Histologi Kelenjar Mammae yang Tidak Aktif
b. Kelenjar Mammae selama Proliferasi dan kehamilan Awal
Selama paruh pertama kehamilan, duktus intralobularis mengalami proliferasi
yang cepat dan membentuk terminal bud yang berdiferensiasi menjadi alveoli.
Pada tahap ini, kebanyakan alveoli kosong dan sulit dibedakan antara duktus
ekskretorius intralobularis kecil dan alveoli. Duktus ekskretorius intralobularis
tampak lebih teraturdengan lapisan epitel yang lebih jelas. Duktus ekskretorius
intralobularis dan alveoli dilapisi oleh dua lapisan sel, epitel luminal dan lapisan
basal sel mioepitel gepeng.
Jaringan ikat longgar intralobularis mengelilingi alveoli dan duktus.
Jaringan ikat yang lebih padat dengan sel adipose mengelilingi masing-masing
lobules membentuk septum jaringan ikat interlobularis. Duktus ekskretorius
interlobularis, dilapisi oleh sel kolumnar tinggi, berjalan di septum jaringan ikat
interlobularis untuk menyatu dengsan duktus laktiferus lebih besar yang biasanya
dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris pendek. Setiap duktus laktiferus
mengumpulkan produk sekretorik dari lobus dan mengangkutnya ke papilla
mamma. (Eroschenko.2010: 496)
Gambar 4. Histologi Kelenjar Mammae selama Proliferasi dan kehamilan Awal
c. Kelenjar Mammae selama kehamilan akhir
Potongan kecil kelenjar mammae dengan lobules, jaringan ikta dan duktus
ekskretorius digambarkan pada pembesaran lemah (kiri) dan kuat (kanan). Selama
kehamilan, epitel keljar dipersiapkan untuk laktasi. Sel alveolus menjadi
sekretorik. Namun, sekresi air susu oleh kelenjar mammae belum mulai hingga
setelah persalinan (kelahiran). Kareana duktus ekskretorius intralobularis kelenjar
mammae juga mengandung bahan sekretorik, perbedaan antara alveoli dan duktus
menjadi sulit.
Seiring dengan kemajuan kehamilan, jaringan ikta intralobularis
berkurang, sementara jaringan ikat interlobularisbertambah karena membesarnya
jaringan kelenjar. Sel mioepitel gepeng yang lebih terlihat pada pembesaran yang
lebih kuat di kanan, mengelilingi alveoli. Di jaringan ikat interlobularis ditemukan
duktus ekskretorius interlobularis, duktus laktiferus dengan produk sekretorik di
dalam lumennya, berbagai jenis pembuluh darah dan sel adipose.
(Eroschenko.2010: 498)
Gambar 5. Histologi Kelenjar Mammae selama kehamilan akhir. Sisi kiri:
pembesaran sedang, sisi kanan: pembesaran kuat
d. Kelenjar Mammae selama laktasi
Kelenjar mammae dalam masa laktasi mengandung banyak alveoli yang melebar
terisi dengan sekresi dan vakuol. Alveoli memperlihatkan pola percabangan yang
tidak teratur. Karena bertambahnya ukuran epitel kelenjar (alveoli), septum
jaringan ikat longgar interlobularis berkurang.
Selama menyusui, histology masing-masing alveoli bervariasi. Tidak
semua alveoli memperlihatkan aktivitas sekretorik. Alveoli aktif dilapisi oleh
epitel rendah dan terisis oleh air susu yang tampak sebagai bahan eosinofilik
(merah muda) dengan vakuol besar butiran lemak yang terlarut. Sebagian alveoli
menimbun produk sekretorik di dalam sitoplasma dan bagian apeksnya tampak
bervakuol karena hilangnya lemak sewaktu proses pembuatan sediaan. Alveoli
lainnya tampak tidak aktif dengan lumen kosong yang dilapisi oleh epitel lebih
tinggi.
Pada kelenjar mammae, sel mioepitel (tidak terlihat) terdapat diantara sel
alveolus dan lamina basalis. Kontraksi sel mioepitel mendorong air susu keluar
dari alveoli menuju duktus ekskretorius. Duktus ekskretorius interlobularis
terbenam di dalam septum jaringan ikat yang mengandung sel adipose.
(Eroschenko.2010: 498)
Gambar 6. Kelenjar Mammae Selama Laktasi
e. Kelenjar Mammae masa laktasi
Terlihat sebuah lobules dari kelenjar mammae masa laktasi yang terpisah dari
lobules sekitar oleh satu lapisan tipis jaringan ikat. Kelenjar mammae masa laktasi
mengandung banyak alveoli dengan produk sekretorik air susu dan dipisahkan
oleh septum jaringan ikat tipis. Sebagian alveoli tunggal, sementara yang lain
adalah alveoli bercabang. Semua alveoli akhirnya bermuara ke duktus
ekskretorius yang lebih besar yang akhirnya menyalurkan air susu ke duktus
laktiferus di papilla mamma. Selama menyusui, kelenjar mammae mengandung
banyak jaringan adipose. (Eroschenko.2010: 500)
Gambar 7. Histologi Kelenjar Mammae Masa Laktasi
2.1.3 Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh
hormone, perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, masa klimacterium, sampai masa menopause. Sejak
pubertas, pengaruh estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan
hormone hipofisis menyebabkan duktus laktiferus berkembang. Perubahan kedua
adalah perubahan yang sesuai dengan siklus menstruasi, sekitar hari ke delapan
menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi terjadi pembesaran maksimal bahkan dapat timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi ini payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pada pemeriksaan fisik terutama palpasi, tidak
dilakukan. Pada waktu ini pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar, tetapi setelah menstruasi pemeriksaan ini dapat
dilakukan (Hidayat S., 1997). Perubahan ketiga terjadi sewaktu hamil dan
menyusui, pada waktu kehamilan payudara mnjadi besar karena epitel duktus
lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormone prolaktin dari hipofisis anterior memicu proses laktasi, air susu
diproduksi oleh sel alveolus dan mengisi asinus yang kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu (Hidayat S., 1997).
2.2 PATOMEKANISME DARI GEJALA
Benjolan (tumor) pada payudara didefinisikan sebagai massa yang teraba pada
payudara. Benjolan payudara merupakan tampilan paling sering baik dari penyakit
payudara ganas atau jinak. Jadi, tumor payudara adalah benjolan tidak normal
akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus. Dalam klinik, istilah
tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai
pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang,
atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma.
Etiologi dan Faktor Resiko timbulnya tumor (benjolan) pada payudara
Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi,
yaitu :
a. Jenis kelamin
b. Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
payudara.
c. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita
tumor payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor
payudara.
d. Faktor genetic
e. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen
p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko
terjadinyakanker payudara.
f. Faktor usia Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan
usia.
g. Faktor hormonal. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif,
terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan,
dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
h. Usia saat kehamilan pertama. Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko
dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
i. Terpapar radiasi
j. Intake alcohol
k. Pemakaian kontrasepsi oral .Pemakaian kontrasepsi oral dapat
meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan pada usia kurang dari
20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia
lebih tua.
Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran sebagai
berikut:
 klinis jinak memberikan gambaran
a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.
b. Permukaan rata
c. Konsistensi kenyal, lunak
d. Mudah digerakkan terhadap sekitar
e. Tidak nyeri tekan.
 Klinis ganas memberikan gambaran
a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol
b.Tepi tidak rata
c. Bentuk tidak teratur
d. Konsistensi keras, padat
e. Batas tidak tegas
f. Sulit digerakkan terhadap jaringa
Nyeri pada payudara (mastalgia) adalah nyeri yang terasa di payudara. Nyeri pada
payudara bisa timbul karena tumor itu sendiri dimana tumor tersebut
bermetastasis dan menginvasi organ disekitarnya sehingga menimbulkan nyeri
apalagi jika mengenai saraf yang sensible diksekitarnya.
2.3 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
2.3.1 Fibroadenoma Mammae
Definisi
Fibroadenoma Mammae (FAM) adalah tumor jinak tersering pada payudara dan
umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan usia 30an tahun. Berbatas
tegas, konsistensi padat kenyal, muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal,
mudah digerakkan, dan diameter 1-10 cm. Fibroadenoma terdiri dari sel epitel dan
stroma (Britto, 2005). Gambaran sitologi sebagai berikut:
Gambar 8. Sitologi Fibroadenoma Payudara
Sediaan apus biasanya penuh sel (hiperseluler), sebagian besar sediaan
apus mengandung sejumlah besar sel-sel epitel yang berbentuk lempengan bahkan
menutupi seluruh lapangan sediaan dibawah mikroskop. Lempengan sel
menunjukkan satu lapisan sel dengan ukuran sel yang bervariasi, tetapi
kebanyakan epitel berlapis dengan susunan kohesi sel yang kompak, menonjol
seperti jari tangan atau bangunan teratur. Inti telanjang, tidak diketahui pasti
asalnya mungkin berasal dari stroma atau sel duktus lapisan luar atau sel mioepitel
apabila intiinti telanjang tersebut ukurannya kecil, bewarna hitam dan berbentuk
spindle dengan atau tanpa bipolar ( Lestadi, 1999).
Gambar 9. Fibroadenoma Mammae
Etiologi
Menurut Wilson dalam buku Christopher-Davis, ada hubungan antara kadar
hormon wanita dalam darah dan penyakit ini, karena dapat timbul pada binatang
percobaan dengan pemberian estrogen. (Wiknjosastro. 2007:485)
Gambaran klinis
Tumor ini dapat timbul soliter atau multipel, gampang digerakkan, berbentuk licin
atau labulated, sama sekali bebas dari jaringan payudara sekitarnya, dan tidak
berubah-berubah besarnya dengan siklus haid. Puting susu memperlihatkan ada
perubahan dan sama sekali tidak nyeri spontan atau nyeri tekan. (Wiknjosastro.
2007:485)
Penegakkan Diagnosis
Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin
terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas
dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang
kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk
mendiagnosis massa ini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu
keganasan mikrokalsifikasi.
Pada pemeriksaan Histopatologi didapatkan gambaran sebagai berikut:
Gambar 10. Histopatologi fibroadenoma mammae
Dimana pada pemeriksaan tersebut Nampak:
• Tumor jinak asal kelenjar dan stroma mammae, terdiri dari komponen
epitelial dan stroma. Tumor kenyal, batas tegas, berlobus, putih
kekuningan, ukuran 1-4cm sampai giant.
• Komponen epitelial yang terdiri dari proliferasi duktuli / asini kelenjar
mammae (panah biru) dalam lobulus-lobulus mammae.
• Komponen stroma terdiri dari proliferasi jaringan ikat fibrous dan atau
miksomatous yang seluler dan longgar (panah hitam)
Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui
biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor
dengan vacuum-assisted core needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti.
Pada suatu penelitian di tahun 2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma,
sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi dipastikan merupakan
fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum cryoablasi dilakukan.
Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat
besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan,
keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara
fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy.
Prognosis
Deteksi dini akan memberikan prognosis yang baik, dengan terapi yang tepat.
Namun apabila dibiarkan dapat memberikan prognosis yang buruk (dapat menjadi
karsinoma mammae).
Pencegahan
Mencegah carsinoma mammae dapat dimulai dari menghindarkan faktor
penyebab kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan
pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita
sebulan sekali sekitar hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan
2.3.2 Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae
Definisi
Fibrokistik adalah kelainan akibat dari peningkatan dan distorsi perubahan siklik
payudara yang terjadi secara normal selama daur haid. Penyakit fibrokistik pada
umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%) (Kumar, 2007).
Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan nonproliferatif dan perubahan
proliferatif, bermanifestasi dalam beberapa bentuk yang biasanya melibatkan
kombinasi dari 3 respon jaringan dasar, proliferasi epitel (proliferatif), fibrosis dan
pertumbuhan kista (nonproliferatif). Proliferasi sel-sel epitel menyebabkan
adenosis. Pada kasus-kasus lain fibrosis lebih dominan dan kelainan proliferasi
epitel kurang tampak (Berek, 2005). Berikut adalah gambaran sitologinya
Gambar. 11 Sitologi Hiperplasia Kistik kelenjar Mammae
Gejala klinis
Umumnya pada wanita setengah baya dan sering berkaitan dengan siklus haid.
Beberapa hari sebelum haid mulai terasa kencang, nyeri. Setelah hai rasa kencang
dan nyeri hilang dan tumor menyusut.
Pemeriksaan untuk diagnosis
pada pemeriksaan ditemukan korpus glandula tebal kasar atau berbentuk pita atau
granular, ada yang teraba tumor kistik (disebabkan secret dalam duktus kelenjar
yang sangat melebar).
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan gambaran seperti berikut:
Gambar 12 Histopatologi Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae
Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui
biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor
dengan vacuum-assisted core needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti.
Prognosis
Deteksi dini akan memberikan prognosis yang baik, dengan terapi yang tepat.
Namun apabila dibiarkan dapat memberikan prognosis yang buruk (dapat menjadi
karsinoma mammae).
Pencegahan
Mencegah carsinoma mammae dapat dimulai dari menghindarkan faktor
penyebab kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan
pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita
sebulan sekali sekitar hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan
2.3.3 Karsinoma Mammae
Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara
abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative dan
destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relative
cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya
berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas
tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras (Ramli,1994)
Gambar 13 karsinoma Mammae
Etiologi Kanker Payudara
Faktor etiologinya sampai saat ini belum di ketahui pasti,namun dapat dicatat pula
bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi
satu sama lain, antara lain:
1.) Konstitusi genetika Ini berdasarkan:
a) Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker
payudara daripada keluarga lain.
b) adanya distribusi predileksi antar bangsa suku bangsa.
c) pada kembar monozygote terdapat kanker sama.
d) terdapat persamaan lateralitas kanker payudara dekat dari penderita
kanker payudara.
e) seorang dengan klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 kali pria
normal.
2.) Pengaruh hormone Ini berdasarkan:
a) kanker payudara umumnya pada wanita,pada laki-laki kemungkinan ini
sangat rendah.
b) pada usia di atas 35 tahun insidensinya jauh lebih tinggi.
c) ternyata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada
kanker payudara lanjut.
3.) Virogen. Terbukti pada penelitian kera,pada manusia belum terbukti.
4.) Makanan
Terutama makanan yang banyak mengandung lemak. Karsinogen:terdapat
lebih dari 2000 karsinogen dalam lingkungan hidup kita.
5.) Radiasi daerah dada. Ini sudah lama di ketahui, karena radiasi dapat
menyebabkan mutagen (Ramli, 1994).
Faktor Resiko Kanker Payudara
Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses kejadian
kanker payudara (Gani, 1995) :
a.) Orang tua (ibu) pernah menderita karsinoma payudara terutama pada usia
relatif muda.
b.) Anggota keluarga, kakak atau adik menderita karsinoma payudara.
c.) Sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara.
d.) Penderita tumor jinak payudara.
e.) Kehamilan pertama terjadi sesudah umur 35 tahun.
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan
perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat
dijelaskan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa
faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk
terjadinya kanker payudara. Faktor resiko yang utama berhubungan dengan
keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik. Menurut Rasjidi (2009)
penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena berdasarkan beberapa
faktor resiko di bawah ini dan dapat di golongkan :
Faktor yang berhubungan dengan diet : Faktor resiko yang dapat di bagi
dua, yaitu faktor yang memperberat terjadinya kanker dan yang mengurangi
terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat seperti :
• Peningkatan berat badan yang bermakna pada saatnya pasca menopause
• Diet ala barat yang tinggi lemak.
• Minuman beralkohol.
Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti :
• Peningkatan konsumsi serat
• Peningkatan konsumsi buah dan sayur.
Hormon dan faktor reproduksi
• Menarche atau menstruasi pertama pada usia relative muda (kurang dari
12 tahun)
• Menopause atau mati haid pada usia relative lebih tua (lebih dari 50
tahun)
• Nulipara/belum pernah melahirkan
• Infertilitas
• Melahirkan anak pertama pada usia relative lebih tua (lebih dari 35
tahun)
• Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (lebih kurang 7
tahun)
• Tidak menyusui.
Epidemiologi
Kanker payudara adalah salah satu kanker paling umum di Amerika Serikat lebih
dari 160,000 wanita mengalami kanker ini setiap tahun, dan 40.000 perempuan
meninggal setiap tahun karena keganasan ini. Kira-kira 1 dari 9 wanita di Amerika
Serikat akan menderita kanker payudara, walaupun 1% kasus terjadi pada pria.
Risiko meningkat dengan usia, dan meningkat pesat saat menopouse. risiko besar.
Terjadi pada wanita usia 60 tahun ke atas, dan memiliki kesempatan 3-4%
menderita kanker payudara selama 1 dekade kehidupan mereka (Weiss, 1995).
Kanker payudara adalah penyakit dominan peradaban Barat. Ini adalah kanker
paling umum pada wanita dan penyebab kematian paling umum pada perempuan
antara usia 35 dan 55. Di Inggris setiap tahun, lebih 24.000 kasus baru yang
didiagnosis dan 30.000 perempuan kondisi meninggal. Kanker payudara sangat
jarang terjadi sebelum usia 25 (Churchill, 1990).
Gejala Klinis Kanker Payudara
Gejala kanker payudara bisa dialami oleh laki-laki maupun perempuan, tetapi
kanker payudara sangat jarang pada pria dibandingkan dengan wanita. Lebih dari
1 dari 10 perempuan cenderung menderita gejala kanker payudara. Gejala kanker
payudara dapat terdeteksi ketika benjolan atau massa tumbuh cukup besar, baik
dirasakan atau dilihat pada mamografi. Gejala kanker payudara sering belum
terdeteksi sampai kanker itu sudah dalam tahap lanjut, dan mungkin sudah
metastasis ke daerah vital tubuh.Untuk itu, penting bagi wanita memeriksakan diri
secara teratur. Gambaran klinis yang dapat ditemukan menurut Churchill (1990),
yaitu:
1.) Benjolan pada payudara, keras atau lembut.
2.) Nyeri, yang bervariasi dengan siklus haid dan independen dari siklus haid
3.) Perubahan pada kulit payudara:
- Skin dimpling
- Skin ulcer
- Peau d'orange
4.) Gangguan puting:
- Puting tertarik ke dalam
- Eksim (ruam yang melibatkan puting atau areola, atau keduanya)
- Putting discharge.
Stadium Kanker Payudara
Menurut Sarwono (2008), stadium kanker payudara pada klasifikasi TNM (T
artinya tumor, N artinya nodule, M artinya metastase) dibedakan menjadi:
Klasifikasi Stadium TNM (PERABOI,2003)
 T = ukuran primer tumor.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama.
Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.
To : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan
ukuran tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang
terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal di atas.
T4d : Metastasis karsinomatosa.
 N = kelenjar getah bening regional.
Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau
adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa adanya
metastasis ke kgb aksila.
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat
ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan
tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.
N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb aksila; atau
metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis
pada kgb aksila/mamaria interna.
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau
secara imaging (di luar limfoscintigrafi).
 M = metastasis jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
 Tingkat T,N,M
Stadium I : T1a N0 (N1a) M0
T1b N0 (N1a) M0
Stadium II: T0 N1b M0
T1a N1b M0
T1b N1b M0
T2a N0 (N1a) M0
T2b N0 (N1a) M0
T2a N1b M0
Stadium III: Setiap T3 dengan N apa saja, M0
T4 dengan N apa saja, M0
T dengan N2 M0
T apapun dengan N3 M0
Stadium IV: Setiap T dengan N apa saja, M1
(Desen, Wan. 2013: 375-376)
Jalur Penyebaran
 Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada
mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke
sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke
dinding toraks (Desen, Wan. 2013).
 Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Data di
China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada konsultasi
awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya,
diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar
limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting. Menurut
observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan kelenjar limfe aksilar
positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika
kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa
limfatik dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi
walaupun terletak di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe
mammaria interna. Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe
mammaria interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe
supraklavikular (Desen, Wan. 2013).
 Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah,
juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau
sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil
autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura,
dan adrenal (Desen, Wan. 2013).
Pemeriksaan dan Penegakkan Diagnosis Kanker Payudara
1.) Anamnesis
Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan
riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita kanker,
fungsi kelenjar tiroid, penyakit ginekologik, dan lain-lain. Dalam riwayat penyakit
sekarang terutama harus perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan
pertumbuhan, dan hubungan dengan haid. (Desen, Wan. 2013: 373).
2) Pemeriksaan fisik
Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan
pemeriksaan kelenjar mammae. Dari inspeksi, amati ukuran, simetri kedua
mammae, perhatikan apakah ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit
(misal cekungan, kemerahan, udem,erosi, nodul satelit, dll). Perhatikan kedua
papila mammae apakah simetri, ada retraksi, distorsi, erosi, an kelainan lain.
Palpasi umumnya dalam posisi berbaring, juga dapat kombinasi duduk dan baring.
Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan
arah jarum jam atau searah jarum jam. Kemudian dengan lembut pijat areola
mammae. Papila mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus
secara rinci periksa dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas,
permukaan mobilitas, nyeri tekan. Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke
dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar m.
Pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar melekat, mobilitas
terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila
mammae, harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan
kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan,
dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi
seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya,
dan terakhir periksa kelenjar supraklavikular. (Desen, Wan. 2013: 373-374)
3) Pemeriksaan Penunjang Kanker Payudara
a) Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau
terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa
nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis
diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.
Gambar 14 hasil Mammografi
b) USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar
diagnosis yang sangat baik.
c) MRI mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI
mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam
diagnosis karsinoma mammae stadium dini.
d) Pemeriksaan biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan
biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong beku
saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mammae yang dapat
dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran
iatrogenik tumor. . (Desen, Wan. 2013: 374)
e) Pemeriksaan Histopatologi
Histopatologi meliputi pemeriksaan makroskopik jaringan disertai seleksi sampel
jaringan untuk pemeriksaan mikroskop. Histopologi biasanya merupakan cara
utama untuk diagnosis tumor dan juga memberikan informasi tentang
prognosisnya dengan cara penilaian tingkat (grade) dan stadium spesimen hasil
reseksi atau pembedahan. Sebagian besar diagnosis histopatologi dilakukan dari
potongan jaringan blok parafin dengan pewarnaan hematosiklin dan eosin.
Jaringan yang berasal dari hasil biopsi dimasukkan dalam larutan fiksasi dan
dikirim ke laboratorium histopatologi. Lalu dibuat deskripsi makroskopik dan
dipilih jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan yang sering
digunakan untuk mendiagnosis carsinoma mammae adalah pemeriksaan
imunohistokimia. Pada metode ini digunakan antibodi yang telah dikenalkan
secara artifisial terhadap substansi spesifik yang diinginkan (misalnya sitokeratin
berat molekul rendah dalam tumor epitelial yang dicurigai) dan ini mengikat pada
substansi spesifik bila mereka ada dalam jaringan. Ikatan antibodi kemudian
diperlihatkan dengan menggunakan metode seperti antibodi melawan antibodi
awal dan kompleks zat warna seperti diaminobenzidin. Dapat juga dilakukan
pemeriksaan hormonal dengan memeriksa reseptor progesteron dan estrogen.
Berikut adalah gambaran histopatologi dari karsinoma mammae berdasarkan jenis
tumornya:
Gambar 15 histopatologi Karsinoma Mammae
Penatalaksanaan
o Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III
disebut kanker mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
1. Mastektomi radikal :
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi
radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3
cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis
minor dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok
direseksi. Namun sekitar 20 tahun belakangan ini, dengan pemahaman lebih
dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae, ditambah makin banyaknya kasus
stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka penggunaan
mastektomi radikal konvensional telah makin berkurang. (Desen, wan. 2013:378)
2. Mastektomi radikal modifikasi :
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis
mayor, mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai
kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal
modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara
klinis. (Desen, wan. 2013: 378-379)
3. Mastektomi total :
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
(Desen, wan. 2013:379)
o Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
1. Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal,
survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi
atau menolak operasi. (Desen, wan. 2013:379)
2. Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu
radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien
stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel
menjadi kanker mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi adalah
radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe
regional). Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥
5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari
4 buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks
dan regio supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik,
sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial. (Desen, wan.
2013:379)
3. Radioterapi paliatif :
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.
Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik. (Desen, wan. 2013:380)
o Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. (http://.wikipedia.com)
Terapi hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal
bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita
pramenopause, sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan.
Terapi hormonal medikamentosa yang digunakan di klinis yang terutama adalah
obat antiestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme
utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen secara kompetitif, menyekat
transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek terapi. Tamoksifen juga
memiliki efek mirip estrogen, berefek samping trombosis vena dalam, karsinoma
endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan dan diperiksa secara
berkala. (Desen, wan. 2013:380)
Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah
kondisi kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus
kelenjar limfe negatif dan positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5
tahun untuk stadium 0-I, II, dan III adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%.
Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5 tahun kebanyakan dilaporkan
dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk meningkatkan
angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis
dini, terapi dini dan tepat. (Desen, wan. 2013:382)
.
Pencegahan
Mencegah carsinoma mammae dapat dimulai dari menghindarkan faktor
penyebab kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan
pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita
sebulan sekali sekitar hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan. Pemeriksaan
oleh dokter bila ada yang dicurigai dan bila seseorang tergolong dalam resiko
tinggi, diperlukan pada waktu tertentu bila usianya di atas 35 tahun. Bila perlu
dapat dilakukan mammografi. Orang sehat dengan resiko tinggi atas terjadinya
karsinoma payudara atas dasar mengidap mutasi onkogen, seperti BRCA1,
BRCA2 atau CHEK dapat mempertimbangkan mastektomi bilateral preventif.
(http://digilib.unimus.ac.id/)
Gambar 16 SADARI
BAB III
KESIMPULAN
Dari scenario tentang benjolan pada payudara, kelompok kami menyimpulkan ada
tiga differential diagnosis yaitu Fibroadenoma, Hiperplasia Kistik Kelenjar
Mammae, dan Karsinoma mammae. Akan tetapi untuk menentukan diagnose
sementara dari scenario tersebut perlu dilakukan anamnesis tambahan,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk mengetahui lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Desen, Wan. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinik FKUI. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi Difiore Ed. 11. Jakarta: EGC
Grace, Pierce A., dkk. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Ed.3. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya
Wiknjosastro, Hanifah. 2007. Ilmu Kandungan Ed. 2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-vinanoviya-7027-3-
bab2.pdf

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Modified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiModified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aai
 
Penggunaan Water Seal Drainase
Penggunaan Water Seal DrainasePenggunaan Water Seal Drainase
Penggunaan Water Seal Drainase
 
Trauma abdomen
Trauma abdomenTrauma abdomen
Trauma abdomen
 
Tumor mammae kuliah
Tumor mammae kuliahTumor mammae kuliah
Tumor mammae kuliah
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Anatomi panggul
Anatomi panggulAnatomi panggul
Anatomi panggul
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggulPemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012
 
Wilms tumor
Wilms tumorWilms tumor
Wilms tumor
 
The Endometrium and Decidua: Pregnancy
The Endometrium and Decidua: PregnancyThe Endometrium and Decidua: Pregnancy
The Endometrium and Decidua: Pregnancy
 
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 

Andere mochten auch

Benjolan Payudara Onkologi
Benjolan Payudara OnkologiBenjolan Payudara Onkologi
Benjolan Payudara OnkologiZarah Dzulhijjah
 
41 year-old man with an abdominal mass
41 year-old man with an abdominal mass41 year-old man with an abdominal mass
41 year-old man with an abdominal massDhayu Pandia
 
Patologi radang
Patologi  radangPatologi  radang
Patologi radangBang Jay
 
Fisiologi kehamilan
Fisiologi   kehamilanFisiologi   kehamilan
Fisiologi kehamilanEgas Xavier
 
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilanTanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilaniiesti
 
Risk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily Life
Risk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily LifeRisk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily Life
Risk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily LifeSwiss Multiple Sclerosis Society
 
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATASISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATAnurahlina08
 
Fibroadenoma mamario
Fibroadenoma mamarioFibroadenoma mamario
Fibroadenoma mamarioasterixis25
 
Presentasi sistem peredaran darah
Presentasi sistem peredaran darahPresentasi sistem peredaran darah
Presentasi sistem peredaran darahAgoes Setyawan
 

Andere mochten auch (20)

Benjolan Payudara Onkologi
Benjolan Payudara OnkologiBenjolan Payudara Onkologi
Benjolan Payudara Onkologi
 
Reptilia & mamalia
Reptilia & mamaliaReptilia & mamalia
Reptilia & mamalia
 
Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10
 
REPTLIA
REPTLIAREPTLIA
REPTLIA
 
Tata nama neoplasma
Tata nama neoplasmaTata nama neoplasma
Tata nama neoplasma
 
Pp
PpPp
Pp
 
Radang
RadangRadang
Radang
 
Klp 4
Klp 4Klp 4
Klp 4
 
41 year-old man with an abdominal mass
41 year-old man with an abdominal mass41 year-old man with an abdominal mass
41 year-old man with an abdominal mass
 
Definisi hepatitis
Definisi hepatitisDefinisi hepatitis
Definisi hepatitis
 
Patologi radang
Patologi  radangPatologi  radang
Patologi radang
 
Fisiologi kehamilan
Fisiologi   kehamilanFisiologi   kehamilan
Fisiologi kehamilan
 
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilanTanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
 
Risk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily Life
Risk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily LifeRisk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily Life
Risk factors in Multiple Sclerosis: Detection and Treatment in Daily Life
 
Reptil
ReptilReptil
Reptil
 
Fibroadenoma breast
Fibroadenoma breastFibroadenoma breast
Fibroadenoma breast
 
Kasus sistem saraf
Kasus sistem sarafKasus sistem saraf
Kasus sistem saraf
 
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATASISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
 
Fibroadenoma mamario
Fibroadenoma mamarioFibroadenoma mamario
Fibroadenoma mamario
 
Presentasi sistem peredaran darah
Presentasi sistem peredaran darahPresentasi sistem peredaran darah
Presentasi sistem peredaran darah
 

Ähnlich wie BENJOLAN PADA PAYUDARA

Makalah anfis payudara dan panggul
Makalah anfis payudara dan panggulMakalah anfis payudara dan panggul
Makalah anfis payudara dan panggulyuliyanti sobarudin
 
Glandula Mamae.docx
Glandula Mamae.docxGlandula Mamae.docx
Glandula Mamae.docxRamlaNur
 
Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)
Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)
Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)Elvina Salvi
 
Anatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandunganAnatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandunganneng elis
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi pjj_kemenkes
 
Anatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteriAnatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteriNovita Cahyani
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Alat reproduksi wanita
Alat reproduksi wanitaAlat reproduksi wanita
Alat reproduksi wanitaIka Acga
 
KELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptx
KELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptxKELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptx
KELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptxRamlaNur
 
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptxProses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptxRibkaPolmauliMarthal
 

Ähnlich wie BENJOLAN PADA PAYUDARA (20)

Payudara
PayudaraPayudara
Payudara
 
Makalah anfis payudara dan panggul
Makalah anfis payudara dan panggulMakalah anfis payudara dan panggul
Makalah anfis payudara dan panggul
 
Struktur Payudara & Fisiologi Laktasi
Struktur Payudara & Fisiologi LaktasiStruktur Payudara & Fisiologi Laktasi
Struktur Payudara & Fisiologi Laktasi
 
Glandula Mamae.docx
Glandula Mamae.docxGlandula Mamae.docx
Glandula Mamae.docx
 
Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)
Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)
Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita (review)
 
Anatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandunganAnatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandungan
 
Anatomi Fisiologi
Anatomi FisiologiAnatomi Fisiologi
Anatomi Fisiologi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
 
Anatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteriAnatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteri
 
Makalah plasenta
Makalah plasentaMakalah plasenta
Makalah plasenta
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
 
Makalah plasenta
Makalah plasentaMakalah plasenta
Makalah plasenta
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
 
Makalah sistem reproduksi
Makalah sistem reproduksiMakalah sistem reproduksi
Makalah sistem reproduksi
 
Alat reproduksi wanita
Alat reproduksi wanitaAlat reproduksi wanita
Alat reproduksi wanita
 
KELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptx
KELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptxKELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptx
KELOMPOK 2 GLANDULA MAMMAE.pptx
 
Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1
 
Vestibulum
VestibulumVestibulum
Vestibulum
 
Kel 8
Kel 8Kel 8
Kel 8
 
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptxProses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
 

Kürzlich hochgeladen

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 

BENJOLAN PADA PAYUDARA

  • 1. Laporan tutorial MODUL III BENJOLAN PADA PAYUDARA Klp 1 Disusunoleh: A.Raodah Imran 10542025411 Arum puspita NurWulandari 10542025511 Aan Sucitra 10542025611 Abu salam Hamzah 10542025711 Ajnihah M.Fitran 10542025811 Akhsanul Kaffi 10542025911 Amanda Dyna Faradillah 10542026011 AN ras Fahrul Ikhsan 10542026111 Andi Aswiny Putri 10542026211 Nur Ma’rifah 105420 10 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014
  • 2. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 HISTORY TAKING …………………………………… 1 1.2 MIND MAPPING …………………………………… 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 ANATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI PAYUDARA 2.1.1 ANATOMI PAYUDARA …………………… 3 2.1.2 HISTOLOGI PAYUDARA …………………… 7 2.1.3 FISIOLOGI PAYUDARA ……………........... 11 2.2 PATOMEKANISME GEJALA …………………… 12 2.3 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS 2.3.1 FIBROADENOMA MAMMAE …………………… 14 2.3.2 HIPERPLASIA KISTIK KEL. MAMMAE …………… 17 2.3.3 KARSINOMA MAMMAE …………………… 19 BAB III KESIMPULAN …………………………………… 34 DAFTARPUSTAKA
  • 3. DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Anatomi Payudara ………………………………….… 3 Gambar 2. Kelenjar Payudara ……………………………………. 5 Gambar 3. Histologi Kelenjar Mammae yang Tidak Aktif ……………. 7 Gambar 4. Histologi Kelenjar Mammae selama Proliferasi dan kehamilan Awal …………………………………… 8 Gambar 5. Histologi Kelenjar Mammae selama kehamilan akhir. …….. 9 Gambar 6. Kelenjar Mammae Selama Laktasi …………………... 10 Gambar 7. Histologi Kelenjar Mammae Masa Laktasi …………… 11 Gambar 8. Sitologi Fibroadenoma Payudara ………………….... 14 Gambar 9. Fibroadenoma Mammae …………………………… 15 Gambar 10. Histopatologi fibroadenoma mammae …………………… 16 Gambar.11 Sitologi Hiperplasia Kistik kelenjar Mammae ……………. 17 Gambar 12 Histopatologi Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae ……. 18 Gambar 13 karsinoma Mammae …………………………………… 19 Gambar 14 hasil Mammografi …………………………………… 27 Gambar 15 histopatologi Karsinoma Mammae …………………… 29 Gambar 16 SADARI ……………………………………………. 33
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 HISTORY TAKING Seorang wanita 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan ada benjolan di payudara kanan sebesar telur bebek. Benjolan sudah dirasakan selama 6 bulan yang kadang – kadang terasa nyeri. Dalam 2 bulan terakhir benjolan dirasakan semakin membesar.  Dari scenario di atas, diketahui: - Wanita 25 tahun - Keluhan ada benjolan di payudara kanan sebesar telur bebek - Benjolan dirasakan 6 bulan  kadang terasa nyeri - 2 bulan terakhir semakin besar  Anamnesis tambahan 1. Apakah ada riwayat keluarga? 2. Kapan haid pertama datang? 3. Apakah sudah menikah, menggunakan kontrasepsi hormonal, sudah melahirkan? 4. Apakah menyusui atau tidak? 5. Apakah sebelumnya ada riwayat penyakit payudara? 6. Bagaimana pola hidupnya? 7. IMT? 8. Apakah ada riwayat minum obat-obatan/ alcohol? 9. Penggunaan bra? 10. Pada saat kapan nyeri timbul?
  • 5. 1.2 MIND MAPPING Gejala – gejala: - Benjolan pada payudara kanan sebesar telur bebek - Sudah dirasakan 6 bulan, kadang terasa nyeri - 2 bln terakhir makin besar Differential Diagnosis Fibroadenoma Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae Karsinoma Mammae Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 ANATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI PAYUDARA 2.1.1 Anatomi Payudara Gambar 1. Anatomi Payudara Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006). Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe
  • 7. payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker payudara (Haryono dkk, 2011). Menurut Saymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya. Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda. Menurut Hoskins et, al (2005) Menurut Ramli (1994), payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut: 1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar: - superior: iga II atau III - inferior: iga VI atau VII - medial: pinggir sternum - lateral: garis aksilaris anterior 2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya: - superior: hampir sampai ke klavikula - medial: garis tengah - lateral: muskulus latissimus dorsi Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu : 1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant) 2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) 3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant) 4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
  • 8. 5. Regio puting susu (nipple) Gambar 2. Kelenjar Payudara  Struktur Payudara Payudara terdiri dari berbagai struktur: - parenkhim epitelial - lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening - otot dan fascia Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai Saluran tersendiri untuk Mengalirkan produknya, dan muara putting susu. Lobulus-lobulus Ini merupakan struktur Dasar dari kelenjar payudara (Ramli,1994).  Vaskularisasi Payudara Menurut Ramli (1994), vaskularisasi payudara terdiri dari: 1.) Arteri Payudara mendapat perdarahan dari:
  • 9. a. Cabang-cabang ferforantes arteri mammaria interna. Cabang-cabang I,II,III, dan IV dari arteri mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesuai,menembus muskulus pektoralis mayor dan memberi perdarahan tepi medial glandula mamma. b. Rami pektoralis arteri thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara muskulus pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama muskulus pektoralis mayor. Setelah menembus muskulus pektoralis mayor,arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface). c. Arteri thorakalis lateralis (arteri mammaria eksterna). Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral muskulus pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara. d. Arteri thorako-dorsalis. Pembulus darah ini merupakan cabang dari arteri subskapularis. Arteri ini mendarahi muskulus latissimus dorsi dan muskulus serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma,tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal matektomi,perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit di control,sehingga daerah ini di namakan “the bloody angle”. 2.) Vena Pada daerah payudara terdapat 3 vena, yaitu: a. Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna. Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada vena mammaria interna yang kemudian bermuara pada vena innominata. b. Cabang-cabang vena aksilaris yang terdiri dari vena thorako-akromialis, vena thorako-lateralis dan vena thorako-dorsalis. c. Vena-vena kecil yang bermuara pada vena interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada vena vertebralis, kemudian bermuara pada vena azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat terjadi di paru).
  • 10. 2.1.2 Histologi Payudara a. Kelenjar Mammae yang Tidak Aktif Kelenjar mammae yang tidak aktif ditandai oleh banyaknya jaringan ikat dan sedikit unsure kelenjar. Beberapa perubahan siklik di kelenjar mammae mungkin terlihat selama daur haid. Lobulus kelenjar terdiri dari tubulus kecil atau duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah. Di dasar epitel adalah sel mioepitel kontraktil. Duktus interlobularis yang lebih besar mengelilingi lobules dan duktus intralobularis. Duktus intralobularis dikelilingi oleh jaringan ikat longgar intralobularis yang mengandung fibroblast, limfosit, sel plasma dan eosinofil. Lobules dikelilingi oleh jaringan ikat padat interlobularis yang mengandung pembuluh darah, venula dan arteriol. (Eroschenko.2010: 496) Gambar 3. Histologi Kelenjar Mammae yang Tidak Aktif b. Kelenjar Mammae selama Proliferasi dan kehamilan Awal
  • 11. Selama paruh pertama kehamilan, duktus intralobularis mengalami proliferasi yang cepat dan membentuk terminal bud yang berdiferensiasi menjadi alveoli. Pada tahap ini, kebanyakan alveoli kosong dan sulit dibedakan antara duktus ekskretorius intralobularis kecil dan alveoli. Duktus ekskretorius intralobularis tampak lebih teraturdengan lapisan epitel yang lebih jelas. Duktus ekskretorius intralobularis dan alveoli dilapisi oleh dua lapisan sel, epitel luminal dan lapisan basal sel mioepitel gepeng. Jaringan ikat longgar intralobularis mengelilingi alveoli dan duktus. Jaringan ikat yang lebih padat dengan sel adipose mengelilingi masing-masing lobules membentuk septum jaringan ikat interlobularis. Duktus ekskretorius interlobularis, dilapisi oleh sel kolumnar tinggi, berjalan di septum jaringan ikat interlobularis untuk menyatu dengsan duktus laktiferus lebih besar yang biasanya dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris pendek. Setiap duktus laktiferus mengumpulkan produk sekretorik dari lobus dan mengangkutnya ke papilla mamma. (Eroschenko.2010: 496) Gambar 4. Histologi Kelenjar Mammae selama Proliferasi dan kehamilan Awal c. Kelenjar Mammae selama kehamilan akhir Potongan kecil kelenjar mammae dengan lobules, jaringan ikta dan duktus ekskretorius digambarkan pada pembesaran lemah (kiri) dan kuat (kanan). Selama
  • 12. kehamilan, epitel keljar dipersiapkan untuk laktasi. Sel alveolus menjadi sekretorik. Namun, sekresi air susu oleh kelenjar mammae belum mulai hingga setelah persalinan (kelahiran). Kareana duktus ekskretorius intralobularis kelenjar mammae juga mengandung bahan sekretorik, perbedaan antara alveoli dan duktus menjadi sulit. Seiring dengan kemajuan kehamilan, jaringan ikta intralobularis berkurang, sementara jaringan ikat interlobularisbertambah karena membesarnya jaringan kelenjar. Sel mioepitel gepeng yang lebih terlihat pada pembesaran yang lebih kuat di kanan, mengelilingi alveoli. Di jaringan ikat interlobularis ditemukan duktus ekskretorius interlobularis, duktus laktiferus dengan produk sekretorik di dalam lumennya, berbagai jenis pembuluh darah dan sel adipose. (Eroschenko.2010: 498) Gambar 5. Histologi Kelenjar Mammae selama kehamilan akhir. Sisi kiri: pembesaran sedang, sisi kanan: pembesaran kuat d. Kelenjar Mammae selama laktasi Kelenjar mammae dalam masa laktasi mengandung banyak alveoli yang melebar terisi dengan sekresi dan vakuol. Alveoli memperlihatkan pola percabangan yang
  • 13. tidak teratur. Karena bertambahnya ukuran epitel kelenjar (alveoli), septum jaringan ikat longgar interlobularis berkurang. Selama menyusui, histology masing-masing alveoli bervariasi. Tidak semua alveoli memperlihatkan aktivitas sekretorik. Alveoli aktif dilapisi oleh epitel rendah dan terisis oleh air susu yang tampak sebagai bahan eosinofilik (merah muda) dengan vakuol besar butiran lemak yang terlarut. Sebagian alveoli menimbun produk sekretorik di dalam sitoplasma dan bagian apeksnya tampak bervakuol karena hilangnya lemak sewaktu proses pembuatan sediaan. Alveoli lainnya tampak tidak aktif dengan lumen kosong yang dilapisi oleh epitel lebih tinggi. Pada kelenjar mammae, sel mioepitel (tidak terlihat) terdapat diantara sel alveolus dan lamina basalis. Kontraksi sel mioepitel mendorong air susu keluar dari alveoli menuju duktus ekskretorius. Duktus ekskretorius interlobularis terbenam di dalam septum jaringan ikat yang mengandung sel adipose. (Eroschenko.2010: 498) Gambar 6. Kelenjar Mammae Selama Laktasi e. Kelenjar Mammae masa laktasi
  • 14. Terlihat sebuah lobules dari kelenjar mammae masa laktasi yang terpisah dari lobules sekitar oleh satu lapisan tipis jaringan ikat. Kelenjar mammae masa laktasi mengandung banyak alveoli dengan produk sekretorik air susu dan dipisahkan oleh septum jaringan ikat tipis. Sebagian alveoli tunggal, sementara yang lain adalah alveoli bercabang. Semua alveoli akhirnya bermuara ke duktus ekskretorius yang lebih besar yang akhirnya menyalurkan air susu ke duktus laktiferus di papilla mamma. Selama menyusui, kelenjar mammae mengandung banyak jaringan adipose. (Eroschenko.2010: 500) Gambar 7. Histologi Kelenjar Mammae Masa Laktasi 2.1.3 Fisiologi Payudara Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormone, perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, masa klimacterium, sampai masa menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan hormone hipofisis menyebabkan duktus laktiferus berkembang. Perubahan kedua adalah perubahan yang sesuai dengan siklus menstruasi, sekitar hari ke delapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
  • 15. menstruasi terjadi pembesaran maksimal bahkan dapat timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi ini payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pada pemeriksaan fisik terutama palpasi, tidak dilakukan. Pada waktu ini pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar, tetapi setelah menstruasi pemeriksaan ini dapat dilakukan (Hidayat S., 1997). Perubahan ketiga terjadi sewaktu hamil dan menyusui, pada waktu kehamilan payudara mnjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis anterior memicu proses laktasi, air susu diproduksi oleh sel alveolus dan mengisi asinus yang kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Hidayat S., 1997). 2.2 PATOMEKANISME DARI GEJALA Benjolan (tumor) pada payudara didefinisikan sebagai massa yang teraba pada payudara. Benjolan payudara merupakan tampilan paling sering baik dari penyakit payudara ganas atau jinak. Jadi, tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma. Etiologi dan Faktor Resiko timbulnya tumor (benjolan) pada payudara Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu : a. Jenis kelamin b. Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
  • 16. c. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara. d. Faktor genetic e. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinyakanker payudara. f. Faktor usia Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. g. Faktor hormonal. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara. h. Usia saat kehamilan pertama. Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun. i. Terpapar radiasi j. Intake alcohol k. Pemakaian kontrasepsi oral .Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua. Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran sebagai berikut:  klinis jinak memberikan gambaran a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong. b. Permukaan rata c. Konsistensi kenyal, lunak d. Mudah digerakkan terhadap sekitar e. Tidak nyeri tekan.  Klinis ganas memberikan gambaran a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol b.Tepi tidak rata
  • 17. c. Bentuk tidak teratur d. Konsistensi keras, padat e. Batas tidak tegas f. Sulit digerakkan terhadap jaringa Nyeri pada payudara (mastalgia) adalah nyeri yang terasa di payudara. Nyeri pada payudara bisa timbul karena tumor itu sendiri dimana tumor tersebut bermetastasis dan menginvasi organ disekitarnya sehingga menimbulkan nyeri apalagi jika mengenai saraf yang sensible diksekitarnya. 2.3 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS 2.3.1 Fibroadenoma Mammae Definisi Fibroadenoma Mammae (FAM) adalah tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan usia 30an tahun. Berbatas tegas, konsistensi padat kenyal, muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan diameter 1-10 cm. Fibroadenoma terdiri dari sel epitel dan stroma (Britto, 2005). Gambaran sitologi sebagai berikut: Gambar 8. Sitologi Fibroadenoma Payudara Sediaan apus biasanya penuh sel (hiperseluler), sebagian besar sediaan apus mengandung sejumlah besar sel-sel epitel yang berbentuk lempengan bahkan menutupi seluruh lapangan sediaan dibawah mikroskop. Lempengan sel menunjukkan satu lapisan sel dengan ukuran sel yang bervariasi, tetapi
  • 18. kebanyakan epitel berlapis dengan susunan kohesi sel yang kompak, menonjol seperti jari tangan atau bangunan teratur. Inti telanjang, tidak diketahui pasti asalnya mungkin berasal dari stroma atau sel duktus lapisan luar atau sel mioepitel apabila intiinti telanjang tersebut ukurannya kecil, bewarna hitam dan berbentuk spindle dengan atau tanpa bipolar ( Lestadi, 1999). Gambar 9. Fibroadenoma Mammae Etiologi Menurut Wilson dalam buku Christopher-Davis, ada hubungan antara kadar hormon wanita dalam darah dan penyakit ini, karena dapat timbul pada binatang percobaan dengan pemberian estrogen. (Wiknjosastro. 2007:485) Gambaran klinis Tumor ini dapat timbul soliter atau multipel, gampang digerakkan, berbentuk licin atau labulated, sama sekali bebas dari jaringan payudara sekitarnya, dan tidak berubah-berubah besarnya dengan siklus haid. Puting susu memperlihatkan ada perubahan dan sama sekali tidak nyeri spontan atau nyeri tekan. (Wiknjosastro. 2007:485) Penegakkan Diagnosis Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk
  • 19. mendiagnosis massa ini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu keganasan mikrokalsifikasi. Pada pemeriksaan Histopatologi didapatkan gambaran sebagai berikut: Gambar 10. Histopatologi fibroadenoma mammae Dimana pada pemeriksaan tersebut Nampak: • Tumor jinak asal kelenjar dan stroma mammae, terdiri dari komponen epitelial dan stroma. Tumor kenyal, batas tegas, berlobus, putih kekuningan, ukuran 1-4cm sampai giant. • Komponen epitelial yang terdiri dari proliferasi duktuli / asini kelenjar mammae (panah biru) dalam lobulus-lobulus mammae. • Komponen stroma terdiri dari proliferasi jaringan ikat fibrous dan atau miksomatous yang seluler dan longgar (panah hitam) Penatalaksanaan Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun 2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum cryoablasi dilakukan.
  • 20. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan, keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy. Prognosis Deteksi dini akan memberikan prognosis yang baik, dengan terapi yang tepat. Namun apabila dibiarkan dapat memberikan prognosis yang buruk (dapat menjadi karsinoma mammae). Pencegahan Mencegah carsinoma mammae dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan 2.3.2 Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae Definisi Fibrokistik adalah kelainan akibat dari peningkatan dan distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal selama daur haid. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%) (Kumar, 2007). Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan nonproliferatif dan perubahan proliferatif, bermanifestasi dalam beberapa bentuk yang biasanya melibatkan kombinasi dari 3 respon jaringan dasar, proliferasi epitel (proliferatif), fibrosis dan pertumbuhan kista (nonproliferatif). Proliferasi sel-sel epitel menyebabkan adenosis. Pada kasus-kasus lain fibrosis lebih dominan dan kelainan proliferasi epitel kurang tampak (Berek, 2005). Berikut adalah gambaran sitologinya
  • 21. Gambar. 11 Sitologi Hiperplasia Kistik kelenjar Mammae Gejala klinis Umumnya pada wanita setengah baya dan sering berkaitan dengan siklus haid. Beberapa hari sebelum haid mulai terasa kencang, nyeri. Setelah hai rasa kencang dan nyeri hilang dan tumor menyusut. Pemeriksaan untuk diagnosis pada pemeriksaan ditemukan korpus glandula tebal kasar atau berbentuk pita atau granular, ada yang teraba tumor kistik (disebabkan secret dalam duktus kelenjar yang sangat melebar). Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan gambaran seperti berikut: Gambar 12 Histopatologi Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae Penatalaksanaan Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Prognosis Deteksi dini akan memberikan prognosis yang baik, dengan terapi yang tepat. Namun apabila dibiarkan dapat memberikan prognosis yang buruk (dapat menjadi karsinoma mammae). Pencegahan
  • 22. Mencegah carsinoma mammae dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan 2.3.3 Karsinoma Mammae Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relative cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras (Ramli,1994) Gambar 13 karsinoma Mammae Etiologi Kanker Payudara Faktor etiologinya sampai saat ini belum di ketahui pasti,namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain: 1.) Konstitusi genetika Ini berdasarkan: a) Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara daripada keluarga lain.
  • 23. b) adanya distribusi predileksi antar bangsa suku bangsa. c) pada kembar monozygote terdapat kanker sama. d) terdapat persamaan lateralitas kanker payudara dekat dari penderita kanker payudara. e) seorang dengan klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 kali pria normal. 2.) Pengaruh hormone Ini berdasarkan: a) kanker payudara umumnya pada wanita,pada laki-laki kemungkinan ini sangat rendah. b) pada usia di atas 35 tahun insidensinya jauh lebih tinggi. c) ternyata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker payudara lanjut. 3.) Virogen. Terbukti pada penelitian kera,pada manusia belum terbukti. 4.) Makanan Terutama makanan yang banyak mengandung lemak. Karsinogen:terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam lingkungan hidup kita. 5.) Radiasi daerah dada. Ini sudah lama di ketahui, karena radiasi dapat menyebabkan mutagen (Ramli, 1994). Faktor Resiko Kanker Payudara Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses kejadian kanker payudara (Gani, 1995) : a.) Orang tua (ibu) pernah menderita karsinoma payudara terutama pada usia relatif muda. b.) Anggota keluarga, kakak atau adik menderita karsinoma payudara. c.) Sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara. d.) Penderita tumor jinak payudara. e.) Kehamilan pertama terjadi sesudah umur 35 tahun.
  • 24. Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik. Menurut Rasjidi (2009) penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena berdasarkan beberapa faktor resiko di bawah ini dan dapat di golongkan : Faktor yang berhubungan dengan diet : Faktor resiko yang dapat di bagi dua, yaitu faktor yang memperberat terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat seperti : • Peningkatan berat badan yang bermakna pada saatnya pasca menopause • Diet ala barat yang tinggi lemak. • Minuman beralkohol. Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti : • Peningkatan konsumsi serat • Peningkatan konsumsi buah dan sayur. Hormon dan faktor reproduksi • Menarche atau menstruasi pertama pada usia relative muda (kurang dari 12 tahun) • Menopause atau mati haid pada usia relative lebih tua (lebih dari 50 tahun) • Nulipara/belum pernah melahirkan • Infertilitas • Melahirkan anak pertama pada usia relative lebih tua (lebih dari 35 tahun) • Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (lebih kurang 7 tahun) • Tidak menyusui. Epidemiologi
  • 25. Kanker payudara adalah salah satu kanker paling umum di Amerika Serikat lebih dari 160,000 wanita mengalami kanker ini setiap tahun, dan 40.000 perempuan meninggal setiap tahun karena keganasan ini. Kira-kira 1 dari 9 wanita di Amerika Serikat akan menderita kanker payudara, walaupun 1% kasus terjadi pada pria. Risiko meningkat dengan usia, dan meningkat pesat saat menopouse. risiko besar. Terjadi pada wanita usia 60 tahun ke atas, dan memiliki kesempatan 3-4% menderita kanker payudara selama 1 dekade kehidupan mereka (Weiss, 1995). Kanker payudara adalah penyakit dominan peradaban Barat. Ini adalah kanker paling umum pada wanita dan penyebab kematian paling umum pada perempuan antara usia 35 dan 55. Di Inggris setiap tahun, lebih 24.000 kasus baru yang didiagnosis dan 30.000 perempuan kondisi meninggal. Kanker payudara sangat jarang terjadi sebelum usia 25 (Churchill, 1990). Gejala Klinis Kanker Payudara Gejala kanker payudara bisa dialami oleh laki-laki maupun perempuan, tetapi kanker payudara sangat jarang pada pria dibandingkan dengan wanita. Lebih dari 1 dari 10 perempuan cenderung menderita gejala kanker payudara. Gejala kanker payudara dapat terdeteksi ketika benjolan atau massa tumbuh cukup besar, baik dirasakan atau dilihat pada mamografi. Gejala kanker payudara sering belum terdeteksi sampai kanker itu sudah dalam tahap lanjut, dan mungkin sudah metastasis ke daerah vital tubuh.Untuk itu, penting bagi wanita memeriksakan diri secara teratur. Gambaran klinis yang dapat ditemukan menurut Churchill (1990), yaitu: 1.) Benjolan pada payudara, keras atau lembut. 2.) Nyeri, yang bervariasi dengan siklus haid dan independen dari siklus haid 3.) Perubahan pada kulit payudara: - Skin dimpling - Skin ulcer - Peau d'orange 4.) Gangguan puting: - Puting tertarik ke dalam - Eksim (ruam yang melibatkan puting atau areola, atau keduanya) - Putting discharge.
  • 26. Stadium Kanker Payudara Menurut Sarwono (2008), stadium kanker payudara pada klasifikasi TNM (T artinya tumor, N artinya nodule, M artinya metastase) dibedakan menjadi: Klasifikasi Stadium TNM (PERABOI,2003)  T = ukuran primer tumor. Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm. Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai. To : Tidak terdapat tumor primer. Tis : Karsinoma in situ. Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ. Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ. Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor. Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran tumornya. T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang. T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang. T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm. T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm. T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm. T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm. T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm. T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit. T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis. T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang terbatas pada 1 payudara. T4c : Mencakup kedua hal di atas. T4d : Metastasis karsinomatosa.  N = kelenjar getah bening regional.
  • 27. Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya). N0 : Tidak terdapat metastasis kgb. N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil. N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila. N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain. N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila. N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb aksila; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna. N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral. N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila. N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula. Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara imaging (di luar limfoscintigrafi).  M = metastasis jauh. Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai. M0 : Tidak terdapat metastasis jauh. M1 : Terdapat metastasis jauh.  Tingkat T,N,M Stadium I : T1a N0 (N1a) M0 T1b N0 (N1a) M0 Stadium II: T0 N1b M0 T1a N1b M0 T1b N1b M0 T2a N0 (N1a) M0 T2b N0 (N1a) M0
  • 28. T2a N1b M0 Stadium III: Setiap T3 dengan N apa saja, M0 T4 dengan N apa saja, M0 T dengan N2 M0 T apapun dengan N3 M0 Stadium IV: Setiap T dengan N apa saja, M1 (Desen, Wan. 2013: 375-376) Jalur Penyebaran  Invasi lokal Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke dinding toraks (Desen, Wan. 2013).  Metastasis kelenjar limfe regional Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Data di China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada konsultasi awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun terletak di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria interna. Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular (Desen, Wan. 2013).  Metastasis hematogen
  • 29. Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah, juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura, dan adrenal (Desen, Wan. 2013). Pemeriksaan dan Penegakkan Diagnosis Kanker Payudara 1.) Anamnesis Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita kanker, fungsi kelenjar tiroid, penyakit ginekologik, dan lain-lain. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid. (Desen, Wan. 2013: 373). 2) Pemeriksaan fisik Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan kelenjar mammae. Dari inspeksi, amati ukuran, simetri kedua mammae, perhatikan apakah ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, udem,erosi, nodul satelit, dll). Perhatikan kedua papila mammae apakah simetri, ada retraksi, distorsi, erosi, an kelainan lain. Palpasi umumnya dalam posisi berbaring, juga dapat kombinasi duduk dan baring. Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam. Kemudian dengan lembut pijat areola mammae. Papila mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci periksa dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan. Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar m. Pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila mammae, harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi
  • 30. seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya, dan terakhir periksa kelenjar supraklavikular. (Desen, Wan. 2013: 373-374) 3) Pemeriksaan Penunjang Kanker Payudara a) Mammografi Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%. Gambar 14 hasil Mammografi b) USG Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat baik. c) MRI mammae Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mammae stadium dini. d) Pemeriksaan biopsi
  • 31. Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mammae yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran iatrogenik tumor. . (Desen, Wan. 2013: 374) e) Pemeriksaan Histopatologi Histopatologi meliputi pemeriksaan makroskopik jaringan disertai seleksi sampel jaringan untuk pemeriksaan mikroskop. Histopologi biasanya merupakan cara utama untuk diagnosis tumor dan juga memberikan informasi tentang prognosisnya dengan cara penilaian tingkat (grade) dan stadium spesimen hasil reseksi atau pembedahan. Sebagian besar diagnosis histopatologi dilakukan dari potongan jaringan blok parafin dengan pewarnaan hematosiklin dan eosin. Jaringan yang berasal dari hasil biopsi dimasukkan dalam larutan fiksasi dan dikirim ke laboratorium histopatologi. Lalu dibuat deskripsi makroskopik dan dipilih jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan yang sering digunakan untuk mendiagnosis carsinoma mammae adalah pemeriksaan imunohistokimia. Pada metode ini digunakan antibodi yang telah dikenalkan secara artifisial terhadap substansi spesifik yang diinginkan (misalnya sitokeratin berat molekul rendah dalam tumor epitelial yang dicurigai) dan ini mengikat pada substansi spesifik bila mereka ada dalam jaringan. Ikatan antibodi kemudian diperlihatkan dengan menggunakan metode seperti antibodi melawan antibodi awal dan kompleks zat warna seperti diaminobenzidin. Dapat juga dilakukan pemeriksaan hormonal dengan memeriksa reseptor progesteron dan estrogen. Berikut adalah gambaran histopatologi dari karsinoma mammae berdasarkan jenis tumornya:
  • 32. Gambar 15 histopatologi Karsinoma Mammae Penatalaksanaan o Terapi bedah Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut kanker mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah : 1. Mastektomi radikal : Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi. Namun sekitar 20 tahun belakangan ini, dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae, ditambah makin banyaknya kasus
  • 33. stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin berkurang. (Desen, wan. 2013:378) 2. Mastektomi radikal modifikasi : Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor, mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara klinis. (Desen, wan. 2013: 378-379) 3. Mastektomi total : Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia. (Desen, wan. 2013:379) o Radioterapi Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan : 1. Radioterapi murni kuratif : Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi. (Desen, wan. 2013:379) 2. Radioterapi adjuvan : Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel menjadi kanker mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari
  • 34. 4 buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial. (Desen, wan. 2013:379) 3. Radioterapi paliatif : Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik. (Desen, wan. 2013:380) o Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. (http://.wikipedia.com) Terapi hormonal Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause, sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal medikamentosa yang digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen secara kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping trombosis vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan dan diperiksa secara berkala. (Desen, wan. 2013:380) Prognosis Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif dan positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5
  • 35. tahun untuk stadium 0-I, II, dan III adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5 tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis dini, terapi dini dan tepat. (Desen, wan. 2013:382) . Pencegahan Mencegah carsinoma mammae dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan. Pemeriksaan oleh dokter bila ada yang dicurigai dan bila seseorang tergolong dalam resiko tinggi, diperlukan pada waktu tertentu bila usianya di atas 35 tahun. Bila perlu dapat dilakukan mammografi. Orang sehat dengan resiko tinggi atas terjadinya karsinoma payudara atas dasar mengidap mutasi onkogen, seperti BRCA1, BRCA2 atau CHEK dapat mempertimbangkan mastektomi bilateral preventif. (http://digilib.unimus.ac.id/)
  • 37. BAB III KESIMPULAN Dari scenario tentang benjolan pada payudara, kelompok kami menyimpulkan ada tiga differential diagnosis yaitu Fibroadenoma, Hiperplasia Kistik Kelenjar Mammae, dan Karsinoma mammae. Akan tetapi untuk menentukan diagnose sementara dari scenario tersebut perlu dilakukan anamnesis tambahan, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk mengetahui lebih lanjut.
  • 38. DAFTAR PUSTAKA Desen, Wan. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinik FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi Difiore Ed. 11. Jakarta: EGC Grace, Pierce A., dkk. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Ed.3. Jakarta: Penerbit Erlangga Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya Wiknjosastro, Hanifah. 2007. Ilmu Kandungan Ed. 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-vinanoviya-7027-3- bab2.pdf