Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung tapioka, ikan asin, dan kopi. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara analisis kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian serta mengukur kadar abunya menggunakan metode pengabuan kering. Hasilnya menunjukkan nilai kadar abu tepung tapioka jauh berbeda dengan nilai RSD-nya, menandakan adanya penyimpangan. Sedangkan kad
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
JUDUL
1. BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kali kita mengalami kesulitan untuk menentukan kandungan
mineral suatu bahan hasil pertanian secara langsung dari bahan aslinya seperti apa
yang ada di dalam bahan pangan tersebut. Oleh karena itulah, perlu dicari suatu
alternatif untuk menganalisis kandungan mineral yang ada dalam bahan hasil
pertanian yaitu dengan cara pengabuan.
Pengabuan merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan suhu sangat
tinggi selama beberapa waktu sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya
tersisa zat anorganik berwarna putih keabu-abuan yang disebut abu. Abu
merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran bahan organik. Kadar abu dari
suatu bahan dapat menunjukkan kandungan mineral yang ada dalam bahan
tersebut.
Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya bahan-bahan organik dan
anorganik sehingga terjadi perubahan radikal organik dan segera terbentuk
elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negatif.
Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan
cara pengabuan yang digunakan. Ada dua macam cara pengabuan, yaitu cara
kering (langsung) dan cara basah (tidak langsung). Kedua cara pengabuan
tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Cara kering
dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-600oC
kemudian melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Sedangkan cara basah
dilakukan dengan menambahkan senyawa tertentu pada bahan yang diabukan
sepeti gliserol, alkohol asam sulfat atau asam nitrat.
1
2. Penentuan kadar abu total yang dilakukan terhadap bahan hasil pertanian
bertujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui
jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan.
Oleh karena begitu pentingnya peranan abu untuk menganalisis
kandungan komponen mineral yang terdapat dalam bahan hasil pertanian, maka
perlu kiranya untuk melakukan kegiatan praktikum penetapan kadar abu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara analisis kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian
2. Untuk mengukur kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian dengan metode
pengabuan kering.
2
3. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Pengabuan Kering dan Basah
Dalam proses pengabuan suatu bahan, ada dua macam metode yang dapat
dilakukan, yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung (cara basah). Cara
kering dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-600oC
kemudian melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Pengabuan cara kering
digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam.
Waktu pengabuan lama, suhu yang diperlukan tinggi, serta untuk analisis sampel
dalam jumlah banyak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu pengabuan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis karena penggunaan suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penguapan beberapa unsur, seperti
K, Na, S, Ca, Cl, dan P.
Sedangkan cara basah dilakukan dengan menambahkan senyawa tertentu pada
bahan yang diabukan sepeti gliserol, alkohol asam sulfat atau asam nitrat. Pengabuan
cara basah dilakukan untuk penentuan elemen mineral. Waktu pengabuan relatif
cepat, suhu yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi, untuk analisis sampel dalam jumlah
sedikit, memakai reagen kimia yang sering berbahaya sehingga perlu koreksi
terhadap reagen yang digunakan (Wulandari, 2010).
2.2 Bahan Baku Praktikum
2.2.1 Tepung Tapioka
Tepung tapioca adalah salah satuhasil olahan dari ubi kayu. Tepung
tapioca umumnya berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel
3
4. umbi singkong (Razif, 2006; Astawan, 2009). Kandungan nutisi pada
tepung tapioka :
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pada tepung Tapioka (Soemarno, 2007)
Komposisi
Jumlah
Kalori (Per 100 gr)
363
Karbohidrat (%)
88.2
Kadar air (%)
9.0
Lemak (%)
0.5
Protein (%)
1.1
Ca (mg/100gr)
84
P (mg/100gr)
125
Fe (mg/100gr)
1.0
Vitamin B1 (mg/100gr)
0.4
Vitamin C (mg/100gr)
0
2.2.2 Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah
lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.
Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan
26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi bersal dari Afrika, yaitu daerah
pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat
dnia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu
Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo,
2012)
Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo, (2012) adalah
sebagai berikut :
4
5. Kingdom
: Plantae
Sub kingdom
: Tracheobiomita
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Astridae
Ordo
: Rubiaceace
Genus
: Coffea
Spesies
: Coffea robusta
Menurut Aak (1980), tedapat empat jenis kopi yang telah dibudayakan,
yakni :
1. Kopi arabika
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan
di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kapi ini ditanam pada dataran
tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan
laut.
2. Kopi liberika
Jenis kopi ini berasl dari datran rendah Monrovia di daerah
Liberika. Pohon kopi liberika tumbuh dengan susbur didareah yang
memiliki tingkat kelembapan yang tinggi dan panas.
3. Kopi Robusta
Kopi robusta juga dipergunakan untuk tujuan perdagangan, Robusta
adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat
sampai Uganda.
4. Kopi hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara
dua spesies atau varietas sihingga mewarisi sifat unggul dari kedua
induknya.
5
6. 2.3 Prinsip Analisa
Prinsip analisa yang dilakukan pada saat praktikum yaitu prinsip analisa
secara langsung (metode kering). Prinsip pengabuan secara langsung yaitu
menggunakan panas tinggi sekitar 500ᵒ C sampai 600ᵒ C dan dengan keberadaan
oksigen untuk bmengoksidasi semua zat organic yang berda di dalam bahan.
Mekanisme pengabuan secara lanngsung yang pertama kurs porselin dioven
terlebih dahulu selama 1 jam, kemudian diangkat dan didinginkan selama 30
menit dalam eksikator. Cawan kosong kumudian ditimbang sebagai a gram.
Satelah itu bahan sampel dimasukan kedalam kurs/cawan sebanyak 5 gram ,
kenudian ditimbang dan dicatat dalam sebagai b gram. Pengabuan dilakukan
dalam dua tahap yaitu pemanasan pada suhu 500ᵒ C agar kandungan bahan
volatile dan lemak terlindungi hingga kandungan asam hilang. Pemanasan
dilakukan hingga asam habis. Selanjutnya pemansan pada suhu bertahap hingga
600ᵒ
C
agar
perubahansuhu
secara
tiba-tiba
tidak
memecahkan
kurs/cawan(Apriyantono, 1889).
2.4 Pentingnya Pengabuan Bagi Produk Makanan
Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung
dalam bahan. Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
baiktidaknya suatu proses pengolahan., mengetahui jenis makanan yang
digunakan, serta dijadikan para meter nilai gizi bahan makanan. Kandungan abu
dari suatu bahan menunujukan kadar mineral dalam bahan tersebut. Penentuan
abu juga digunakan sebagai parameter nilai gizi pada bahn makanan. Sebagai
contoh yaitu adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup
tinggi menunujukan adanya pasir atau kotoran yang lain (Irawati, 2008)
Untuk mengetahui kandungan abu yang dapat larut dan tidak dapat larut,
perlu dilakukan tindakan berupa melarutkan sisa pengabuan dalam aquades,
kemudian disaring. Endapan yang terdapat di kertas saring merupakan abu yang
tidak dapat larut. Sedangkan yang ada dalam air merupakan abu yang mudah
6
7. larut. Untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung di dalamnya, dapat
dilakukan dengan menggunakan metode titrasi atau serapan panjang gelombang
dengan spektrofotometer ( Fauzi, 1994).
7
8. BAB 3. METODO LOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Tanur pengabuan/muffle
2. Eksikator dan silikal gelnya
3. Kush proselin
4. Neraca analitik
5. Penjepit kurs
6. Spatula
3.1.2 Bahan
1. Tepung tapioka
2. Ikan asin
3. Kopi
4. Kacang tanah
3.2 Prosedur Analisa
Prosedur analisa kadar abu yang pertama bersihkan bahan sampel cuci bila
terdapat kotoran, kurs proselin oven selama 15 menit dengan suhu 100ᵒ C kenudian
eksikator selama 5 menit untuk menstabilkan kelembapan. Kurs proselin ditimbang
sebagai a gram, tambahkan bahan sampel yang telah dipersiapkan kemudian masukan
kedalam tanur dan atur suhunya dengan skala 30-40 selama 1 jam sampai asapnya
habis. Setelah 1 jam, naikan suhunya menjadi 60-80 selama 4 jam untuk
mendapatkan proses pengabuan yang sempurna dan timbang hasil pengabuannya
sebagai C gram.
8
9. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamtan
45
40
35
30
25
Series1
20
15
10
5
0
Tepung Tapioka
Kopi Fermen
Kopi non fermen
4.2 Pembahasan
Dari grafik tersebut menunjukan bahwa untuk sampel tepung tapioka
banyak sekali penyimpangan. Nilai kadar abunya jauh sekali dengan nilai
RSDnya. Untuk nilai SDnya tidak sesuai dengan
literature, karena nilainya
dibawah nilia satandar SD. Begitu pula untuk nilai RSDnya yang mana nilainya
lebi dari nilai RSD yaitu maksimal 5. Namun pada data hasil praktikum nilainya
40,9448 hal ini menunjukan adanya penyimpangan pada proses praktikum.
Penyebab kesalahan atau (error) pada hasil praktikum , yang pertama kesalahan
pada saat pembacaan skala meniscus.
Berdasarkan data grafik tersebut menunjukan bahwa nilai kadar abu
dengan RSD ada selisih nilai .Untuk nilai SD pada kopi fermentasi berada
dibawah nilai standar SD, hal ini menunjukan bahwa pada analisis abu pada kopi
fermentasi tidak ada penyimpangan, karena nilai RSDnya dibawah 5, yaitu
2,113%. Begitu pula pada analisis kadar abu kopi non fermentasi yang mana
9
10. nilai kadar abu dengan RSDnya tidak terjadi penyimpangan. Untuk nilai SDnya
tidak terjadi penyimpangan karena nilainya dibawah nilai SD yaitu 0 samapi
1yaitu 0, 173 sedangkan untuk nilai RSDnya juga tidak terjadi penyimpangan,
karena nilainya di bwawah nilai maksimal RSD yaitu 3,885%.
10
11. BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kadar abu dapat disimpulkan bahwa :
1. Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan
yang penting karena abu tidak mengalami pembakaran sehingga tidak
menghasilkan energi.
2. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan.Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral.
3. Metode yang digunakan dalam pengamatan kadar abu ada 2 yaitu metode
kering dan metode basah.
4. Analisa kadar abu untuk menganalisa kandungan mineral individu dan
kandungan mineral total pada bahan hasil pertanian.
5.2 Saran
1. Pada saat praktikum diharapakan dilakukan dengan hati-hati dan teliti,
sehingga didapatkan data yang akurat.
2. Terimakasih kepada asisten dosen yang telah membantu kegiatan praktikum
Analisa Hasil Pertanian.
11
12. DAFTAR PUSTAKA
Aak.1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta
Aprianto, Anton.1989. Analisa Pangan. Bogor : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, IPB
Fauzi, Mukhammad. 1994. Analisa Hasil Pangan.Jember: UNEJ.
Irawati.2008.Modul Prengujian Mutu I. Cianjur : DA PDPPTTKVDCA
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumarno. 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru Algensindo.
Wulandari, Ria. 2010. Abu. http://www.scribd.com (27 april 2011)
12
13. LAMPIRAN
1. Kopi sangria tanpa fermentasi
Pengulangan
Berat
Berat
Berat
Berat Kurs
Kurs
Bahan
Kurs
Porselin +
Porselin
(gr)
Porselin
Bahan
(gr)
+ Bahan
Setelah
(gr)
Pengabuan
(gr)
Berat
Bahan
Setelah
Pengabuan
(gr)
Kadar
abu
(g/100 g,
%bb)
1
18,240
3,007
21,247
18,369
0,129
4,289
2
11,842
3,035
14,877
11,967
0,125
4,118
3
8,532
3,001
11,533
8,666
0,134
4,465
Rata – rata
SD
0,1735
RSD
2
4,291
3,885
Kopi sangria dengan fermentasi
Pengulangan
Berat
Kurs
Porselin
(gr)
Berat
Bahan
(gr)
Berat
Kurs
porselin
+ Bahan
Berat Kurs BeratBahan
Porselin +
Setelah
Bahan
Pengabuan
Setelah
(gr)
Pengabuan
Kadar abu
(g/100 g,
%;bb)
13
15. %
%
1. Cara Perhitungan
1. Kadar Abu (%, bb)
(Berat kurs porselen + bahan setelah pengabuan – berat kurs porselen) / berat bahan x
100%
- Pengulangan I :
rata-rata X = 0,0331+0,0333+0,0641/3
13,872 – 13,871/3,016 x 100% = 0,0331%
= 0,0435 %
- Pengulangan II :
12,953 – 12,952/3 x 100% = 0,0333 %
- Pengulangan III :
14,827 – 14,825/3,012 x 100% = 0,0641 %
2. Kadar Abu (%, bk)
(Kadar abu %bb) / (100-kadar air bb) x 100%
- Pengulangan I :
0,0331 / (100 – 14,5) x 100% = 0,0387 %
- Pengulangan II :
rata-rata X = 0,0387+0,0389+0,0749/3
= 0,0508%
0,0333 / (100 – 14,5) x 100% = 0,0389 %
- Pengulangan III :
0,0641 / (100 – 14,5) x 100% = 0,0749 %
15
16. Kadar abu (%bb)
SD = √(0,0331-0,0435)2 + (0,0333-0,0435) 2 + (0,0641-0,0435) 2
2
= √0,00031828 = 0,0178 %
RSD = SD/ X x 100
= 0,0178/ 0,0435 x 100 = 40,9195 %
Kadar abu (%bk)
SD = √ (0,0387-0,0508)2+(0,0389-0,0508)2+(0,0749-0,0508)2
2
= √0,000434415 = 0,0208 %
RSD = SD/ X x 100
= 40,9448 %
16