1. 1
PERBEDAAN CIRI KEPRIBADIAN OBSESSIVE COMPULSIVE
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Ayu Woro Septi, Diah Karmiyati dan Diana Savitri Hidayati
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
shepty.ayu@dr.com
Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) merupakan salah
satu jenis gangguan kepribadian. Terdapat kontradiksi pendapat
mengenai prevalensi OCPD berdasarkan jenis kelamin, diantaranya
prevalensi OCPD pada pria lebih tinggi daripada wanita, dan prevalensi
komunitas dari OCPD sama antara pria dan wanita. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui gambaran ciri kepribadian obsessive
compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain non eksperimen kuantitatif
dan instrumen yang digunakan yaitu adaptasi dari obsessive compulsive
personality disorder questionnaire (OCPDQ). Subjek dalam penelitian
ini ialah 286 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau
dari jenis kelamin.
Kata Kunci: Obsessive Compulsive Personality Disorder, Mahasiswa,
Jenis Kelamin
Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) is a type of
personality disorder. There are contradictions about the OCPD
prevalency based on gender, researchers found prevalency of OCPD
higher in men than women, and the other researchers found community
prevalency of OCPD same between men and women. This research
aimed to find out obsessive compulsive personality traits on college
students based on gender. Research design used was quantitative non-
experiment design and obsessive compulsive personality disorder
questionnaire (OCPDQ) was adapted as this research instrument. The
total number of subjects was 286 college students. The research results
revealed that there is no difference of obsessive compulsive personality
on college students based on gender.
Keywords: Obsessive Compulsive Personality Disorder, College
Students, Gender
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
2. 2
Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) merupakan salah satu jenis
gangguan kepribadian. Karakteristik individu obsessive compulsive personality
disorder berdasarkan kriteria yang terdapat dalam pedoman diagnostik DSM IV-TR,
ICD-10 maupun PPDGJ III, yaitu perfeksionis, kaku dan keras kepala, berkeyakinan
bahwa cara yang dilakukan merupakan cara yang benar dan tepat, sangat patuh pada
peraturan, memiliki perhatian yang berlebih pada keteraturan dan detail, memiliki
kebutuhan yang besar untuk mengontrol hidupnya, memiliki minat dan perhatian
yang berlebih terhadap pekerjaan sehingga mengabaikan kesenangan pribadi dan
persahabatan, menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk memeriksa ulang
pekerjaan dengan sangat hati-hati dan diliputi perasaan cemas akan kegagalan, serta
enggan untuk mendelegasikan tugas ataupun pekerjaan pada orang lain.
Beberapa konseptualisasi teoritis mengenai etiologi obsessive compulsive personality
disorder telah dideskripsikan. Freud menyebutnya “anal retentive” pada awal tahun
1900an, dinilai sebagai gambaran awal jenis kepribadian OCPD. Freud
menggambarkan individu OCPD sebagai pribadi yang terlalu berhati-hati dan teliti,
hemat, terobsesi akan keteraturan, dan bersifat menantang (Bartz et al., 2007 dalam
Martukovich 2010). Freudian menyatakan bahwa “karakter anal” berkembang pada
anak usia dini karena konflik antara orang tua dan anak mengenai toilet training,
yaitu anak berusaha untuk menjadi mandiri dan tekanan orang tua untuk mematuhi
norma-norma sosial (Bartz et al., 2007 dalam Martukovich, 2010). Etiologi dari
faktor lingkungan sosial menjelaskan bahwa anak-anak belajar untuk menjadi
obsesif, tidak fleksibel, dan pengontrolan yang berlebih dari pengasuh yang memiliki
sifat-sifat tersebut (Carr, 1974 dalam Martukovich, 2010).
Dalam Encyclopedia of Mental Disorder, disebutkan bahwa Freudian memandang
pengasuhan orang tua yang salah sebagai faktor utama dalam perkembangan
gangguan kepribadian. Studi terkini ditujukan untuk mendukung pentingnya
pengalaman awal kehidupan, menemukan bahwa perkembangan emosional yang
sehat bergantung pada dua variabel penting yaitu kehangatan pengasuhan orang tua
dan kemampuan reaksi yang tepat terhadap kebutuhan anak. Ketika dua variabel ini
terpenuhi, anak merasa aman dan dihargai. Sebaliknya, banyak orang yang memiliki
gangguan kepribadian tidak mempunyai orang tua yang memberikan pengasuhan
secara hangat. Sebagian besar individu OCPD memiliki orang tua yang terlalu
protektif dan terlalu mengontrol. Seorang peneliti mencatat bahwa individu OCPD
mengungkapkan bahwa ia dihukum oleh orang tua setiapkali melanggar sebuah
peraturan, dan hampir tidak pernah mendapat hadiah. Sebagai hasilnya, anak tidak
bisa merasa aman untuk mengutarakan kesenangan, spontanitas, dan mulai untuk
mengembangkan simptom OCPD sebagai sebuah strategi untuk menghindari
hukuman.
Sebagaimana Quinn (2010) mengemukakan faktor lingkungan sosial, khususnya
lingkungan rumah dan hubungan antara anak dengan pengasuh utama
dipertimbangkan sebagai faktor utama OCPD. Gaya kelekatan aman (secure
attachment styles) dan tidak aman (insecure attachment syles) berkembang pada
awal kehidupan dan membantu untuk membentuk persepsi pada diri sendiri dan
orang lain (Quinn, 2010). Studi terkini dinilai sebagai langkah awal dalam meninjau
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
3. 3
dimensi dari attachment, yaitu attachment security, attachment avoidance, dan
attachment anxiety (Brennan, Clark & Shaver, 1998 dalam Quinn, 2010; Mikulincer,
Shaver, & Pereg, 2003 dalam Quinn, 2010). Ketika seorang bayi merasa sakit, lapar,
atau kedinginan, ia mengalami kecemasan dan perasaan negatif lain. Jika kebutuhan
bayi terpenuhi maka emosi negatifnya akan berkurang, dan ia akan mengembangkan
attachment security. Jika kebutuhan bayi tidak terpenuhi dengan cukup, diperkirakan
ia akan mengembangkan attachment avoidance atau attachment anxiety. Ini
merupakan awal pengalaman emosi diinternalisasi dan digunakan untuk memahami
diri sendiri dan orang lain sepanjang masa hidup.
Orang dengan OCPD dipercaya mempunyai anxiously attached karena memiliki
orang tua yang terlalu mengontrol dan menerapkan kedisiplinan yang keras. Pada
anak usia dini hingga sepanjang masa hidup, orang dengan anxiously attached
mencoba untuk melakukan hal-hal dengan sempurna, yang menciptakan lebih
banyak kecemasan. Orang dengan OCPD mempunyai tujuan yang tidak realistis
untuk dicapai, yang menghasilkan perilaku repetitive dan compulsive, dan terobsesi
pada detail-detail kecil (Quinn, 2010). Sebagaimana berdasarkan penelitian Yovel,
Revelle, dan Mineka (2005, dalam Quinn, 2010) diketahui bahwa obsessive-
compulsive cognitive style ditandai dengan perhatian visual yang berlebihan detail-
detail kecil dan tidak relevan sehingga menghalangi individu menerima informasi
secara global.
Dalam upaya untuk mengontrol proses mental serta mengurangi kecemasan, orang
dengan anxious attachment styles tidak dapat melepaskan kebutuhan mereka untuk
kesempurnaan. Pandangan irasional mereka terhadap hal benar dan salah
menciptakan kesulitan-kesulitan dalam banyak bidang kehidupan, diantaranya pada
hubungan akrab dengan orang lain, keluarga dan kehidupan profesional (Eskedal &
Demetri, 2006 dalam Quinn, 2010; Serin, & Marshall, 2003 dalam Quinn, 2010).
Peran faktor biologis dalam perkembangan OCPD juga telah dipertimbangkan.
Cloninger (1987, dalam Martukovich, 2010) telah menemukan bahwa sifat
penghindaran bahaya dan rendahnya minat pengambilan resiko melambangkan
OCPD karena menghindari bahaya dimediasi oleh serotonin, sebuah disfungsi dalam
neurotransmitter ini diprediksi berhubungan dengan symptom OCPD (Bartz et al.,
2007 dalam Martukovich, 2010). Sebagaimana Stein (1996, dalam Martukovich,
2010) juga menemukan hubungan antara OCPD dengan rendahnya minat mencari
sesuatu yang baru/cenderung menghindari resiko, menghipotesakan bahwa sebuah
disfungsi dalam sistem serotonin dapat mempengaruhi manifestasi OCPD
(Villemarette-Pittman et al., 2004 dalam Martukovich, 2010). Sebuah penelitian
menemukan bahwa individu dalam kelompok OCPD mengalami pengurangan
pelepasan prolaktin secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dan
kelompok non-compulsive personality disorder, impulsif dan kompulsif terkait
dengan serotonergic dysfunction (Stein et al., 1996 dalam Martukovich, 2010).
Esckedal & Demetri (2006, dalam Quinn, 2010) mengemukakan bahwa tidak
terdapat bukti empiris yang mendukung eksistensi predisposisi biologis pada
gangguan kepribadian. Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
4. 4
eksplorasi lebih dalam kemungkinan komponen biologis pada OCPD (Martukovich,
2010).
Berdasarkan etiologi obsessive compulsive personality disorder yang telah diuraikan
diatas dapat diketahui bahwa terdapat dua etiologi OCPD yaitu faktor lingkungan
sosial khususnya lingkungan keluarga, dan faktor biologis. Faktor lingkungan sosial
sebagai faktor utama, yaitu adanya tekanan orang tua pada saat anak usia dini
khususnya saat anak berada pada fase anal, yang ditandai dengan adanya tekanan
orang tua pada anak untuk mematuhi norma-norma sosial, tidak diberikannya
pengasuhan pada anak secara hangat, dan orang tua terlalu protektif dan terlalu
mengontrol. Selain itu adanya kontribusi dari faktor biologis yaitu terkait sistem
serotonin dalam tubuh. Berdasarkan kedua etiologi ini dapat disimpulkan bahwa
tidak semua individu memiliki kecenderungan OCPD, sebagaimana yang telah
diuraikan diatas yakni faktor orang tua/pengasuh anak merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan terbentuknya kepribadian obsessive compulsive.
Sejauh ini belum ada diskusi atau penelitian mendalam mengenai kasus OCPD
(Daniel 2008). Hal ini sangat disayangkan karena para individu OCPD membutuhkan
pengertian, simpati dan dukungan. Fineberg et al. (2007, dalam Daniel, 2008)
berpendapat bahwa yang menjadi masalah ialah kasus OCPD sering tersembunyi dan
bisa menjadi permasalahan yang serius apabila tidak terdiagnosa dan mendapat
penanganan lebih lanjut. Ada beberapa konsekuensi negatif dari kurangnya
penanganan OCPD secara serius, diantaranya munculnya stress yang dapat mengarah
pada depresi yang dikarenakan reaksi berlebih pada kegagalan, terganggunya karir,
tingginya tingkat kerusakan perkawinan dan rusaknya hubungan interpersonal
(Daniel, 2008). Oleh sebab itu, dibutuhkan penanganan lebih lanjut pada individu
OCPD guna membantu meminimalisir konsekuensi negatif yang mungkin akan
muncul, baik bagi kondisi psikologis subyek maupun pada hubungan interpersonal.
Masalah perbedaan gender dalam diagnosis personality disorders telah mendapat
banyak perhatian dalam literatur psikologi dan psikiatri. Sayangnya hanya sedikit
studi empiris yang meneliti hubungan antara personality disorders/gangguan
kepribadian dengan peran gender (Klonsky et al., 2002). Serin dan Marshall (2003,
dalam Quinn, 2010) berdiskusi mengenai kesulitan dalam menetapkan diagnosis dari
gangguan kepribadian, yang meliputi kekhawatiran nyata mengenai kemungkinan
bias budaya dan gender dalam praktek diagnostik.
Terkait dengan budaya, terdapat beberapa penelitian yang meninjau OCPD
berdasarkan budaya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa OCPD secara
khas untuk budaya Barat dan terkait dengan semakin tingginya kelas sosial ekonomi
(Millon & Grossman, 2005 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010). Namun, hasil studi
menunjukkan isu-isu ini tidak meyakinkan (Rob, Reus, & Paul, 2010). Chavira et al.
(2003 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010) menyelidiki pengaruh dari perbedaan
budaya/etnis sehubungan dengan prevalensi empat gangguan kepribadian secara
spesifik dan tidak menemukan indikasi untuk pengaruh budaya atau etnis mengenai
OCPD. Dalam studi lain menemukan prevalensi OCPD orang Asia dan Hispanik
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
5. 5
lebih sedikit dibandingkan dengan ras Kaukasia di Amerika Utara (Grant & Hasin et
al., 2004 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010).
Penelitian lain dalam jumlah besar namun hingga saat ini masih terdapat perbedaan
pendapat yaitu prevalensi obsessive compulsive personality disorder ditinjau
berdasarkan jenis kelamin. Menurut Christmas (2008), sekitar 2% dari populasi
umum memiliki gangguan kepribadian obsessive compulsive personality disorder,
dan 2 kali lipat lebih besar dialami oleh pria dibandingkan dengan wanita. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Weissman (1993, dalam Halgin, 2010) yang
menyebutkan bahwa obsessive compulsive personality disorder adalah salah satu
gangguan kepribadian yang paling umum terjadi, dan lebih umum terjadi pada pria
dibandingkan wanita (Golomb, Fava, Abraham, & Rosenbaum, 1995 dalam Halgin,
2010). Data tersebut berbeda dengan pendapat Samuels (2012) yang menyatakan
bahwa secara umum prevalensi komunitas dari OCPD pada pria dan wanita adalah
serupa, meskipun pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa prevalensi pria dua kali
lipat lebih tinggi daripada wanita (Cold, Yang, Tyrer, Roberts, & Ullrich, 2006
dalam Samuels, 2012; Torgesen Kringlen, Cammer, 2001). Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Grant et al. (2004, dalam Eisen, 2008) yang menyebutkan bahwa tidak
ada perbedaan jenis kelamin dalam satu sampel komunitas. Grant et al. (2012)
menambahkan bahwa prevalensi OCPD seumur hidup sebesar 7.8%, dengan tingkat
yang sama antara pria dan wanita.
Berdasarkan perbedaan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
adanya kontradiksi mengenai prevalensi obsessive compulsive personality disorder
berdasarkan jenis kelamin diantaranya 1) prevalensi OCPD pada pria dua kali lipat
lebih tinggi daripada wanita, dan 2) prevalensi komunitas dari OCPD sama antara
pria dan wanita. Sebagaimana Eisen (2008) mengemukakan bahwa temuan mengenai
distribusi gender dalam sampel klinis cenderung tidak konsisten, beberapa sampel
klinis melaporkan frekuensi yang lebih tinggi pada pria (Albert, Maina, Forner, &
Bogetto, 2004), sementara penelitian lain tidak (Chavira et al, 2003; Mancebo,
Eisen, & Rasmussen, 2004 dalam Eisen, 2008). Untuk itu, peneliti mengajukan suatu
rumusan masalah yaitu adakah perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada
mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Mengacu pertanyaan pertanyaan penelitian
tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ciri
kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin.
Studi pada psikopatologi ini tidak menggunakan sampel klinis, namun menggunakan
populasi normal yaitu mahasiswa sebagai subjek penelitian. Hal ini mengacu pada
pernyataan Widiger dan Corbitt (1995, dalam Klonsky, 2002) bahwa dengan mencari
perbedaan gender dalam populasi normal dapat menjelaskan perbedaan gender dari
personality disorders. Hal ini mungkin tidak biasa dalam sebuah studi pada
psikopatologi untuk mempertimbangkan penggunaan populasi nonklinis, namun
Klonsky (2002) mengemukakan bahwa minoritas partisipan di suatu populasi normal
dapat memenuhi kriteria secara keseluruhan (pada DSM-IV) dalam melakukan
diagnosa personality disorders.
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
6. 6
Manfaat dari penelitian ini dalam segi teoritis yaitu mengetahui gambaran ciri
kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin, serta
manfaat praktis yaitu sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya
mengenai kepribadian obsessive compulsive dan obsessive compulsive personalty
disorder.
Obsessive Compulsive Personality Disorder
Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) berbeda dengan obsessive
compulsive disorder (OCD). OCD merupakan anxiety disorder, sedangkan OCPD
merupakan personal/philosophical disorder, yang menghasilkan kecemasan,
kesedihan yang mendalam jika mengalami kegagalan (Phillipson, 1997). Individu
OCD mengalami kegelisahan yang teramat sangat (tremendous anxiety) yang
mendorong mereka melakukan hal-hal secara berulang untuk menghilangkan
kegelisahan atas suatu hal yang dianggap sebagai ancaman, sedangkan individu
OCPD merasa cara hidup mereka (yang penuh dengan standar dan sistem tertentu)
adalah benar, serta seringkali terobsesi dengan kesempurnaan dalam kehidupan
personal dan profesionalnya (Phillipson, 1997).
Menurut pedoman diagnostik DSM-IV (dalam Davison, 2005), OCPD merupakan
gangguan kepribadian dengan kriteria sebagai berikut: 1) terfokus secara berlebihan
pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas terabaikan 2)
perfeksionisme ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang
terselesaikan, 3) pengabdian diri yang berlebihan pada pekerjaan hingga
mengabaikan kesenangan dan persahabatan, 4) tidak fleksibel tentang moral, 5) sulit
membuang membuang benda-benda yang tidak berarti, 6) enggan mendelegasikan
kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya, 7) kikir terhadap diri sendiri dan
orang lain, 8) kaku dan keras kepala. International Classification of Mental and
Behavioural Disorders (ICD-10), yang merupakan mitra Eropa DSM-IV menyebut
OCPD sebagai "Anankastic Personality Disorder". Senada dengan ICD-10, Pedoman
Penegakan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) juga menyebut OCPD sebagai
Gangguan Kepribadian Anankastik yang secara umum memiliki kesamaan dalam
mengungkapkan karakteristik individu.
Tabel 1
Kriteria Obsessive Compulsive Personality Disorder menurut Pedoman
Diagnostik DSM-IV
DSM-IV Criteria for Obssesive Compulsive Personality Disorder (301.4)
A pervasive pattern of preoccupation with orderliness, perfectionism, and mental and interpersonal
control, at the expense of flexibility, openness, and efficiency, beginning by early adulthood and
present in a variety of context, as indicated by four (or more) of the following:
1. Preoccupied with details, rules, lists, order, organization, or schedules to the extent that
the major point of the activity is lost.
2. Shows perfectionism that interferes with task completion.
3. Excessively devoted to work and productivity to the exclusion of leisure activities and
friendships [workaholic].
4. Overconscientious, scrupulousness, inflexible about matters of morality, ethics, or values
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
7. 7
5. Unable to discard worn-out worthless objects, even when they have no sentimental value
[hoarding].
6. Reluctance to delegate or to work with others, unless they submit to exactly his/her way
of doing things [need for control].
7. Miserliness toward both self and others, with money viewed as something to be
hoarded for future catastrophes.
8. Rigidity and stubborness.
American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic criteria from DSM-IV.
Phillipson (1997) mengemukakan bahwa manifestasi utama dari OCPD memiliki
kecenderungan kearah standar kesempurnaan. Dengan adanya standar tersebut,
individu OCPD mengalami kecemasan bila mengetahui suatu hal berjalan dengan
tidak berjalan dengan baik, oleh sebab itu individu OCPD berusaha mengerjakan
suatu hal dengan sebaik mungkin dan menghindari kesalahan. Sebagaimana Daniel
(2008) menyebutkan bahwa individu OCPD mengerjakan suatu pekerjaan sampai
pada detail terbaik, hal yang dilakukan dan dipikirkan harus sempurna.
Dari sudut pandang teori kognitif perilaku, harapan yang dimiliki individu OCPD
mengenai kesempurnaan tidak realistis dan cenderung menghindari kesalahan (Beck
et al., 2004; Freeman et al., 1990 dalam Halgin, 2010). Perasaan keberhargaan diri
(self-worth) mereka tergantung pada caranya berperilaku untuk memenuhi
kesempurnaan; jika gagal mencapai titik ideal tersebut, maka mereka akan
memandang diri sendiri sebagai orang yang tidak berharga. Sebagaimana Daniel
(2008) menjelaskan bahwa apabila individu OCPD menemui kegagalan dalam
usahanya, akan mengalami ketidakstabilan emosi dan melampiaskannya pada orang
lain disekitarnya. Ketidakstabilan emosi yang muncul adalah perasaan marah.
Namun jika tidak memungkinkan untuk mengekspresikan kemarahannya, seorang
individu OCPD akan cenderung merasa frustasi, dan jika terus berkelanjutan dapat
mengarah pada depresi (Daniel, 2008).
Etiologi Obsessive Compulsive Personality Disorder
Kecenderungan kepribadian obsessive compulsive pada seorang individu dapat
dijelaskan melalui etiologi OCPD, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor biologis
(Martukovich, 2010). Pada faktor lingkungan sosial, konflik antara orang tua dan
anak saat anak berusia dini khususnya saat anak berada pada fase anal (Quinn, 2010).
Anak membutuhkan pengasuhan yang hangat, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan
secara tepat untuk mengembangkan secure attachment. Sebaliknya, pengasuhan
orang tua yang salah yakni memberlakukan kedisiplinan yang keras pada anak,
terlalu protektif dan terlalu mengontrol, tekanan pada anak untuk mematuhi norma-
norma sosial, tidak memberikan pengasuhan secara hangat, sehingga anak tidak bisa
merasa aman untuk mengutarakan kesenangan dan spontanitas. Disamping itu, jika
kebutuhan anak saat bayi tidak terpenuhi dengan cukup, diperkirakan ia akan
mengembangkan attachment avoidance atau attachment anxiety. Orang dengan
OCPD dipercaya mempunyai anxiously attached karena memiliki orang tua yang
terlalu mengontrol dan menetapkan disiplin yang keras, sehingga orang dengan
OCPD mencoba untuk melakukan hal-hal dengan sempurna yang menciptakan lebih
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
8. 8
banyak kecemasan. Selain itu, faktor biologis juga berkontribusi dalam
perkembangan OCPD, yaitu disfungsi pada sistem serotonin mempengaruhi
manifestasi OCPD (Villemarette-Pittman et al., 2004 dalam Martukovich, 2010;
Bartz et al., 2007 dalam Martukovich, 2010). Lebih lanjut, dalam Encyclopedia of
Mental Disorder (n.d.) disebutkan bahwa pemberlakuan kedisiplinan yang keras
menyebabkan anak merasa tidak aman dan nyaman dalam mengungkapkan ekspresi,
spontanitas, dan kesenangan sehingga anak mulai untuk mengembangkan simptom
OCPD sebagai sebuah strategi untuk menghindari hukuman (Quinn, 2010).
Obsessive Compulsive Personality Disorder ditinjau dari Jenis Kelamin
Berdasarkan pedoman diagnostik DSM-IV-TR (APA, 2000 dalam Quinn, 2010)
diketahui bahwa pada beberapa gangguan kepribadian lebih umum terjadi pada pria,
salah satu diantaranya termasuk OCPD. American Psychiatric Association (2000,
dalam Quinn, 2010) mencoba untuk mengungkapkan alasan mengapa prevalensi dari
beberapa gangguan kepribadian lebih umum terjadi pada pria dan lainnya terjadi
pada wanita, hal itu karena disebabkan oleh faktor nyata dan tidak disebabkan oleh
bias saat menegakkan diagnosa.
Selaras dengan pedoman diagnostik DSM-IV-TR (APA, 2000 dalam Quinn 2010)
yang mencatat bahwa OCPD lebih umum terjadi pada pria, McCoy (n.d.)
berpendapat bahwa jenis kelamin pria merupakan salah satu risk factor munculnya
OCPD pada seorang individu. Sebagaimana pernyataan McCoy (n.d.) yang
mengemukakan bahwa terdapat beberapa risk factor munculnya OCPD pada seorang
individu, diantaranya mempunyai riwayat keluarga OCPD atau OCD, mempunyai
latar belakang keluarga yang berdisiplin keras, menjadi anak tertua, berusia dewasa
awal, dan berjenis kelamin pria. Ditetapkannya jenis kelamin pria sebagai salah satu
risk factor OCPD didukung beberapa penelitian yang menyebutkan prevalensi OCPD
pada pria lebih tinggi daripada wanita (Weissman, 1993 dalam Halgin, 2010;
Golomb, Fava, Abraham, Rosembaum, 1995 dalam Halgin, 2010; Albert, Maina,
Forner, & Bogetto, 2004). Disamping itu, pada beberapa penelitian ditemukan bahwa
prevalensi OCPD lebih umum terjadi pada pria (Coid et al, 2006 dalam Rob, Reus, &
Paul, 2010; Anderluh et al., 2003 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010).
Hipotesa
Ada perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive ditinjau dari jenis kelamin.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian ini adalah Mahasiswa-mahasiswi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang. Berdasarkan data yang diterima peneliti pada
bulan September 2012 dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa Psikologi aktif
sebanyak 1.378 orang, maka berdasarkan standar baku minimal pengambilan sampel
pada tabel Isaac dan Michael (1981, dalam Powell, 1998) diketahui bahwa jumlah
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
9. 9
sampel minimal sebanyak 286 orang. Peneliti mengambil sampel sebanyak 286
orang, yaitu mahasiswa angkatan 2012-2013 hingga mahasiswa angkatan 2006-2007.
Tipe desain sampling dari subjek penelitian ini ialah Probability Sampling, agar hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi. Teknik yang digunakan ialah
Stratified Random Sampling, yang disebut juga proporsional random sampling, yaitu
membagi populasi menjadi sub kelompok homogen dan kemudian mengambil
sampel acak sederhana di setiap sub kelompok. Kelebihan dari stratified random
sampling daripada menggunakan teknik sampling lain dalam random sampling
adalah lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat
terwakili oleh sampel, kelemahan dari teknik sampling ini adalah peneliti harus
memiliki data akurat mengenai jumlah subjek disetiap sub kelompok.
Metode Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini yaitu adaptasi dari Obsessive Compulsive Personality
Disorder Questionnaire (OCPDQ). OCPDQ merupakan instrumen yang digunakan
untuk mengukur kecenderungan obsessive compulsive yang disusun dalam 143 item
dan direvisi menjadi 80 item oleh Rachel Martukovich (2010). OCPDQ mempunyai
tingkat reliabilitas tinggi dengan uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha,
didapat reliabilitas sebesar 0,845. Skala OCPDQ telah direduksi dari 143 item
menjadi 80 item dengan 10 item setiap sub skala. Hasil dari uji reliabilitas untuk
revisi 80 item pada OCPDQ menggunakan Cronbach’s Alpha sebesar 0,820. Selain
memiliki reliabilitas yang tinggi, OCPDQ juga diketahui mempunyai construct
validity, pengukuran secara keseluruhan erat kaitannya dengan total skor Leyton
Obsessional Inventory (LOI) dan total skor Padua Inventory-Washington State
University Revision (PI-WSUR) yaitu secara signifikan berkorelasi positif dengan
total skor LOI (p<0.01, r=0,567) dan total skor PI-WSUR (p<0.01, r=0,369).
Skala dalam penelitian ini ialah adaptasi OCPDQ 80 item, yaitu 10 item untuk setiap
kriteria. Kriteria OCPD dalam instrumen penelitian OCPDQ berdasarkan DSM-IV
yaitu sebanyak 8 kriteria (APA, 1994). Sebelum digunakan sebegai instrumen
Populasi 1378 orang
Mahasiswa/i Psikologi UMM
Sampel 286 orang
Mahasiswa/i Psikologi UMM
dengan taraf signifikansi 95%
(tabel Isaac dan Michael, 1981)
407
1378
× 286 = 85
Sampel pada
mahasiswa angk. ‘12
317
1378
× 286 = 66
Sampel pada
mahasiswa angk. ‘11
247
1378
× 286 = 51
Sampel pada
mahasiswa angk. ‘10
216
1378
× 286 = 45
Sampel pada
mahasiswa angk. ‘09
108
1378
× 286 = 22
Sampel pada
mahasiswa angk. ‘08
57
1378
× 286 = 12
Sampel pada
mahasiswa angk. ‘07
26
1378
× 286 = 5
Sampel pada
mahasiswa angk. ‘06
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
10. 10
penelitian, terlebih dahulu dilakukan back translation pada 80 item OCPDQ. Try out
yang digunakan dalam penelitian ini diistilahkan dengan try out terpakai yaitu
subyek try out untuk uji reliabilitas dan validitas instrumen penelitian sekaligus
merupakan subyek penelitian. Jika data telah terkumpul, akan diadakan uji
reliabilitas dan validitas terlebih dahulu sebelum menganalisis data lebih lanjut.
Tabel 2
Indeks Validitas OCPDQ
Kriteria OCPDQ Indeks Validitas
Preoccupation with details
Perfectionism
Excessive detion to work
Conscientiousness/Inflexible Moral
Hoarding
Reluctance to delegate
Miserliness
Rigidity and stubborness
0,224 – 0,326
0,122 – 0,346
0,136 – 0,317
0,156 – 0,205
0,133 – 0,288
0,119 – 0,279
0,119 – 0,245
0,191 – 0,281
Tabel 3
Indeks Reliabilitas OCPDQ
Original Scale
(80 items)
Adapted Scale
Try Out Scale
(80 item)
Reduced Scale
(52 items)
Kriteria OCPD
N items Alpha N items Alpha N items Alpha
80 .820 80 .740 52 .788
Preoccupation with details 10 .603 10 .530 6 .514
Perfectionism 10 .685 10 .427 8 .441
Excessive devotion to work 10 .601 10 .313 5 .449
Conscientiousness/
Inflexible Morals
10 .594 10 .469 8 .427
Hoarding 10 .829 10 .475 5 .485
Reluctance to delegate 10 .784 10 .563 6 .572
Miserliness 10 .690 10 .449 6 .255
Rigidity ans Stubbornness 10 .754 10 .440 9 .454
Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Mengumpulkan informasi terkait instrumen penelitian OCPDQ, yaitu
OCPDQ yang tersusun atas 143 item dan OCPDQ 80 item yang telah direvisi
oleh Martukovich (2010).
b. Melakukan back translation pada OCPDQ 80 item.
c. Menyiapkan instrumen penelitian OCPDQ yang akan diberikan pada subjek.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan instrumen penelitian OCPDQ pada subyek yaitu Mahasiswa
Psikologi UMM dan sampel sebanyak 286 orang. Subyek dalam penelitian ini
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
11. 11
sekaligus merupakan subyek try out (try out yang digunakan dalam penelitian
ini diistilahkan dengan try out terpakai). Bagi mahasiswa angkatan 2006-
2007 hingga 2009-2010 pemberian quesioner dilakukan secara individual,
dan bagi mahasiswa angkatan 2010-2011 hingga 2012-2013 pemberian
quesioner dilakukan secara klasikal pada masing-masing kelas.
b. Peneliti memberikan instruksi pengerjaan quesioner bagi subjek dan
menyediakan waktu pengerjaan selama 20 menit, lalu meminta subyek untuk
mengumpulkannya kembali.
c. Melakukan uji validitas dan reliabilitas OCPDQ 80 item dan ditemukan item
yang telah memenuhi validasi sebanyak 52 item.
d. Merekap dan mengolah data subjek sesuai item OCPDQ yang dinyatakan
valid yaitu 52 item dan mereduksi jawaban pada item yang gugur.
e. Mereduksi OCPDQ 52 item menjadi 40 item, dengan memilih 5 item dengan
validitas tertinggi untuk masing-masing kriteria OCPDQ.
f. Melakukan analisis data.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian
Kategori Subjek Wanita Pria
Mahasiswa Angkatan
2006-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
2012-2013
2 (0,70%)
6 (2,10%)
12 (4,20%)
24 (8,39%)
27 (9,44%)
33 (11,54%)
43 (15,03%)
3 (1,05%)
6 (2,10%)
10 (3,50%)
21 (7,34%)
24 (8,39%)
33 (11,54%)
42 (14,69%)
Total 147 (51,40%) 139 (48,60%)
Tabel 5
Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive ditinjau dari Jenis Kelamin
Kriteria OCPD
Wanita Pria
N Subjek % N Subjek %
1. Preoocupation with details
2. Perfectionism
3. Excessive devotion to work
4. Conscientiousness/Inflexible moral
5. Hoarding
6. Reluctance to delegate
7. Miserliness
8. Rigidity and Stubborness
23
24
15
24
17
25
25
22
63
15,65%
16,35%
10,20%
16,35%
11,56%
17,01%
17,01%
14,97%
42,86%
26
17
18
26
17
14
26
8
62
18,71%
12,23%
12,95%
18,71%
12,23%
10,07%
18,71%
5,76%
44,60%
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan
ciri kepribadian obsessive compulsive pada pria dan wanita, ciri kepribadian yang
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
12. 12
menonjol pada subjek wanita yaitu perfectionism, conscientiousness/inflexible moral,
reluctance to delegate, dan miserliness. Sedangkan ciri kepribadian yang menonjol
pada subjek pria yaitu preoccupation with details, excessive devotion to work,
conscientiousness/inflexible moral, dan miserliness. Berdasarkan temuan tersebut
juga dapat disimpulkan bahwa persamaan ciri kepribadian yang menonjol pada pria
dan wanita adalah conscientiousness/inflexible moral, dan miserlines. Dari tabel
tersebut juga dapat diketahui bahwa subjek yang tidak memiliki ciri kepribadian
obssesive compulsive sebanyak 63 orang wanita dan 62 orang pria.
Tabel 6
Hasil Analisis Uji t-test
Group Statistics
Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Wanita 147 31,78 7,174 0,592
Pria 139 30,82 6,298 0,534
Independent Samples Test
Levene’s Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Skor Equal variances
assumed
2,618 0,107 1,203 284 0,230
Equal variances
not assumed
1,207 282,464 0,228
Dari hasil analisis data t-test dapat diketahui bahwa F hitung levene test sebesar
2,618 dengan probabilitas > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
memiliki variance yang sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus
menggunakan asumsi equal variance assumed. Berdasarkan hasil output data dapat
diketahui bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah 1,203 dengan
probabilitas signifikansi 0,230 (2-tailed). Dengan signifikansi lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan ciri kepribadian obsessive
compulsive pada mahasiswa pria dan wanita.
DISKUSI
Penelitian ini menemukan bukti bahwa tidak ada perbedaan ciri kepribadian
obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Jika ditelaah lebih
dalam, diketahui bahwa ciri kepribadian yang menonjol pada subjek wanita yaitu
perfectionism, conscientiousness/inflexible moral, reluctance to delegate, dan
miserliness. Sedangkan ciri kepribadian yang menonjol pada subjek pria yaitu
preoccupation with details, excessive devotion to work, conscientiousness/inflexible
moral, dan miserliness. Berdasarkan temuan tersebut juga dapat disimpulkan bahwa
persamaan ciri kepribadian yang menonjol pada pria dan wanita adalah
conscientiousness/inflexible moral, dan miserliness.
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
13. 13
Persamaan dan perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive yang menonjol pada
pria dan wanita ini dapat berbeda pada satu populasi dengan populasi lain,
sebagaimana Smith (1986) mengemukakan bahwa perbedaan kepribadian antara pria
dan wanita tidak pernah berlaku untuk semua pria dan wanita, tidak pernah diuraikan
dengan cukup jelas, dan tidak pernah konstan dari satu kelompok ke kelompok lain.
Secara umum belum dapat diketahui secara pasti faktor utama beberapa peneliti
menilai pria memiliki kecenderungan OCPD lebih tinggi daripada wanita, serta
ditetapkannya jenis kelamin pria sebagai salah satu dari risk factor OCPD oleh
peneliti. Lebih lanjut, American Psychiatric Association (2000, dalam Quinn, 2010)
mencoba untuk mengungkapkan alasan mengapa prevalensi dari beberapa gangguan
kepribadian lebih umum terjadi pada pria dan lainnya terjadi pada wanita, hal itu
disebabkan karena adanya perbedaan gender yang nyata dan tidak disebabkan oleh
bias saat menegakkan diagnosa.
Kecenderungan kepribadian obsessive compulsive pada seorang individu dapat
dijelaskan melalui etiologi OCPD. Sebagaimana menurut Martukovich (2010)
terdapat dua faktor yang diperkirakan menjadi faktor terbentuknya individu OCPD,
diantaranya yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor biologis. Pada faktor
lingkungan sosial, konflik antara orang tua dan anak saat anak usia dini khususnya
saat anak berada pada fase anal (Quinn, 2010). Faktor lingkungan dinilai sebagai
faktor utama, yaitu adanya tekanan tertentu dari orang tua dan memberlakukan
disiplin yang keras serta pengasuhan yang kurang tepat kepada anak. Pengasuhan
orang tua yang salah saat anak usia dini sebagai faktor utama seorang individu
mengalami OCPD berlaku untuk semua gender, karena yang memberikan kontribusi
besar bukanlah gender anak namun pengasuhan orang tua. Dengan kata lain, baik
anak laki-laki maupun perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk memiliki
kecenderungan OCPD jika orang tua terlalu protektif dan terlalu mengontrol.
Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan ciri kepribadian obsessive
compulsive ditinjau dari jenis kelamin. Namun penelitian ini memiliki keterbatasan
yaitu terkait instrumen penelitian obsessive compulsive personality questionnaire
(OCPDQ). Dalam literatur instrumen penelitian OCPDQ yang telah diadaptasi oleh
peneliti untuk menentukan jumlah dimensi obsessive compulsive personality yang
muncul, tidak disebutkan norma untuk menentukan tinggi rendahnya kecenderungan
OCPD/tidak menyebutkan standar kategorisasi disorder atau non-disorder pada
subjek yang diteliti. Untuk itu, bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari
instrumen penelitian yang memberikan informasi secara lengkap dan utuh,
diantaranya validitas dan reliabilitas alat tes, blueprint, serta norma kategorisasi.
Selain itu, bagi peneliti selanjutnya dapat juga merekonstruksi sendiri instrumen
penelitian untuk mengukur kecenderungan obsessive compulsive personality disorder
berdasarkan kriteria OCPD dalam DSM-IV dan menentukan kategorisasi disorder
dan non-disorder.
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
14. 14
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan ciri
kepribadian obsessive compulsive pada pria dan wanita, dengan nilai F sebesar 2,618
dengan nilai signifikansi 0,230 (2-tailed). Hasil penelitian ini menolak hipotesis awal
peneliti yaitu ada perbedaan ciri kepribadian obsessive pada mahasiswa ditinjau dari
jenis kelamin.
Implikasi dari penelitian ini meliputi:
1. Mahasiswa dengan kategori kecenderungan OCPD tinggi
Ada beberapa konsekuensi negatif dari kurangnya penanganan OCPD secara
serius, diantaranya munculnya stress yang dapat mengarah pada depresi
dikarenakan reaksi berlebih pada kegagalan, terganggunya karir, dan rusaknya
hubungan interpersonal. Bagi mahasiswa yang memiliki kecenderungan OCPD
yang tinggi, bila secara personal merasa terganggu/selalu merasa cemas dengan
standar tinggi yang dimilikinya serta melemahnya hubungan interpersonal,
disarankan untuk menghubungi psikiater/psikolog untuk mendapat diagnosa lebih
lanjut, berkonsultasi guna mendapat solusi atas munculnya distress dan problem
terkait hubungan sosial, serta mendapat treatment yang dibutuhkan.
2. Peneliti Selanjutnya
Dalam melakukan penelitian mengenai OCPD, bagi peneliti selanjutnya
hendaknya memperhatikan kedua hal berikut, yaitu 1) Hal utama yang harus
diperhatikan ketika melakukan asesmen pada individu OCPD ialah harus
mengedepankan kenyataan bahwa banyak dari karakter OCPD yang umum
didapati pada individu-individu di populasi normal, maka dari itu bukan hanya
kemunculan dari karakter-karakter ini saja yang perlu diperhitungkan, tetapi juga
tingkat keparahannya, 2) Dalam melakukan interpretasi pada skor subjek, ketika
skor subjek menunjukkan kategori tinggi bukan berarti subjek tersebut
mengalami OCPD namun harus memperhatikan tingkat keparahan dari
kemunculan karakteristik tersebut, mengalami distress karena standar tinggi yang
dimilikinya, serta melemahnya kemampuan dalam beberapa aspek, misalnya
aspek interpersonal.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian terkait dengan
kecenderungan obsessive compulsive personality disorder dengan metode
kualitatif agar data yang didapat lebih mendalam. Disamping itu disarankan pula
untuk menghubungkan OCPD dengan variabel lain yang relevan serta mengkaji
OCPD dengan perspektif lain, misalnya pencapaian tujuan yang tidak realistis
individu OCPD dan kesulitan menerima kegagalan pada individu OCPD
dipandang dalam psikologi perspektif Islam.
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
15. 15
REFERENSI
Aeterman, N., Decuyper, M., Fruyt, F. D. (n.d.). Understanding obsessive-
compulsive personality disorder in adolscence: A dimensional personality
perspective. Ghent University.
Albert, U., Maina, G., Forner, F., Bogetto, F. (2004). DSM-IV Obsessive-compulsive
personality disorder: Prevalence in patients with anxiety disorders and in
healthy comparison subjects. Comprehensive psychiatry, 45(5): 325-332.
American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic criteria from DSM-IV.
Washington, DC.
Ansbacher, H. L. & Ansbacher, R. R. (1964). The individual psychology of Alfred
Adler: A systematic presentation in selections from his writings. New York:
Harper & Row Publishers Inc.
Archer, J. & Lloyd, B. (2002). Sex and gender (2nd Ed.). United Kingdom:
Cambridge University Press.
Chan, D. W. (2008). Perfectionism and the striving for excellence. Educational
Research Journal, Vol. 23(1).
Christmas, D. M. B. (2008). Synopsis of causation: Personality disorder. Ministry of
Defence.
Daniel, G. (2008). All you need to know about OCPD and perfectionism. Australia:
Willows Books Publishing.
Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2010). Psikologi abnormal. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Eisen, J. L., Mancebo, M. C., Chiappone, K. L., Pinto, A. Rasmussen, S. A. (2008).
Obsessive-compulsive personality disorder. In Abramomowitz, J. S., McKay,
D., Taylor, S. Clinical handbook of obsessive-compulsive disorder and related
problems (pp. 316-329). Maryland: The Jhons Hopkins University Press.
Accessed on October 22, 2012, from http://books.google.co.id
Encyclopedia of Mental Disorders. (n.d.). Obsessive-compulsive personality
disorder. Retrieved January 26, 2013, from http://minddisorders.com/Ob-
Ps/Obsessive-compulsive-personality-disorder.html
Fineberg, N. A., Sharma, P., Sivakumaran, T., Sahakian, B., Chamberlain, S. (2007).
Does obsessive-compulsive personality disorder belong within the obsessive
compulsive spectrum? CNS Spectr, 12(6), 467-474, 477-482.
Fakultas Psikologi UMM. (2012). Pedoman penulisan skripsi. Malang: UMM Press.
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
16. 16
Flett, G. L. & Hewitt, P. L. (2004). The cognitive and treatment aspects of
perfectionism: introduction to the special issue. Journal of rational-emotive &
cognitive-behavior therapy, 22(4).
Fossati, A., Beauchaine, T. P., Grazioli, F., Borroni, S., Caretta, I., Vecchi, C. D.,
Cortinovis, D., Danelli, E., Maffei, C. (2006). Confirmatory factor analyses of
DSM-IV Cluster C personality disorder criteria. Journal of Personality
Disorders, 20(2), 186–203.
Friedman, H. S. & Schustack, M. W. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan riset
modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Grant, J. E., Mooney, M. E., Kushner, M. G. (2012). Prevalence, correlates, and
comorbidity of DSM-IV obsessive-compulsive personality disorder: Results
from the National Epidemiologic Survey on alcohol and related conditions.
Journal of Psychiatric Research, 46. Accessed on October 22, 2012 from
http://www.sciencedirect.com
Halgin, R. P. & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi abnormal: Perspektif klinis
pada gangguan psikologis (Ed.6, jil.2). Jakarta: Salemba Humanika.
Hewitt, P. L. & Flett, G. L. (1991). Dimensions of perfectionism in unipolar
depression. Journal of Abnormality Psychology, 100(1), 98-101.
Klonsky, E. D. (2002). Gender role and personality disorders. Journal of Personality
Disorders, 16(5), 464-476.
Martukovich, R. (2010). A reexamination of the obsessive compulsive personality
disorder questionnaire reliability and validity in a college student sample.
Thesis, Master of Arts in Psychology, Cleveland State University.
Maslim, R. (2001). Buku saku diagnosis gangguan jiwa: Rujukan ringkas dari
PPDGJ. Jakarta: Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
McCoy, K. (n.d.). Obsessive-compulsive personality disorder. Retrieved Januari 26,
2013, from http://psych.med.nyu.edu/patient-care/conditions-we-treat/ocpd
Phillipson, S. (1997). Obsessive compulsive personality disorder: A defect of
philosophy, not anxiety. Retrieved October 24, 2012, from
http://www.ocdonline.com/articlephillipson6.php
Powell, E. T. (1998). Sampling. Retrieved October 10, 2012, from
http://learningstore.uwex.edu/pdf/G3658-3.pdf
Quinn, M. K. (2010). Obsessive-compulsive personality disorder. Retrieved January,
26, 2013, from http://voices.yahoo.com/obsessive-compulsive-personality-
disorder-6012138.html
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
17. 17
Rob, J. M., Reus D., Paul, M. (2010). Obsessive-compulsive personality disorder: A
review of current empirical findings. Personality and Mental Health. Retrieved
January, 26, 2013, from http://psyq.nl/files/1849997/OCPDDOI2010.pdf
Samuels, J. & Costa, P. T. (2012). Obsessive-compulsive personality disorder. In
Widiger, T. A. The Oxford handbook of personality disorders (pp. 566-576).
New York: Oxford University Press. Accessed on October 22, 2012, from
http://books.google.co.id
Schaubroeck, J. & Ganster, D. C. (1991). Associations among stress-related
individual differences. In Cooper and Payne (Eds.), Personality and stress:
Individual differences in the stress process (pp. 34-59). Great Britain: Biddles
Ltd.
Smith, H. C. (1968). Personality development. USA: McGraw-Hill Inc.
Stoeber, J., & Stoeber, F. S. (2009). Domains of perfectionism: Prevalence and
relationships with perfectionism, gender, age, and satisfaction with life.
Personality and Individual Differences, 46, 530-535.
Torgersen, S., Kringlen, E., Cramer, V. (2001, June). The prevalence of personality
disorders in a community sample. Retrieved October 10, 2012, from
http://archpsyc.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=481789
Tyrer, P. & Alexander, J. (1979). Classification of personality disorder. The British
Journal of Psychiatry, 135, 163-167.
Wei, M., Mallinckrodt, B., Russell, D. W., Abraham W. T. (2004). Maladaptive
perfectionism as a mediator and moderator between adult attachment and
depressive mood. Journal of Counseling Psychology, 51(2), 201-212.
World Health Organization. (1993). The ICD-10 International classification of
mental and behavioural disorders: Diagnostic criteria for research. Geneva.
Yoder, J. D. (2002). Women and gender: Transforming psychology (2nd ed.). New
Jersey: Pearson Education.
Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)