Program perwujudan luasan RTH sesuai amanat UU PR 26/2007 di Kota Semarang meliputi (1) penyusunan kebijakan hijau, (2) implementasi penyediaan RTH sesuai Perda Kota Semarang, (3) pembangunan RTH baru, (4) peningkatan kualitas RTH eksisting melalui refungsi, dan (5) pengembangan koridor hijau kota. Program-program tersebut bertujuan meningkatkan luasan RTH Kota Semarang menj
2. 1
• PENDAHULUAN
2
• LANDASAN TEORI RTH PERKOTAAN
3
• PENILAIAN KINERJA TERHADAP RTH KOTA SEMARANG
4
• IDENTIFIKASI MASALAH
5
• ANALISIS SEBAB AKIBAT DALAM PERWUJUDAN RTH DI
KOTA SEMARANG
6
• USULAN PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM RANGKA
PERWUJUDAN 30% RTH KOTA SEMARANG
7 • DESAIN MONITORING DAN EVALUASI 2
4. ATAR BELAKANG
• Perkembangan kawasan perkotaan yang
cepat sejalan dengan pertumbuhan penduduk
berdampak pada menurunnya daya dukung
lingkungan
• Lingkungan kota berkembang secara
ekonomis, namun menurun secara ekologis
• Kawasan hijau sering kali dikalahkan atau
dialihfungsikan menjadi kawasan
perdagangan, permukiman, perindustrian,
serta untuk sarana dan prasarana kota
lainnya
L
4
5. ONSEPSI DASAR
• Di dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah kota
harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau yang luas minimalnya sebesar
30%dari luas wilayah kota.
• Rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH harus
termuat dalam:
a. RTRW Kota
b. RDTR Kota,
c. RTR Kawasan Strategis Kota,
d. RTR Kawasan Perkotaan yang merupakan rencana rinci
tata ruang wilayah Kabupaten.
K
5
8. ENGERTIAN & TIPOLOGI
RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)P
Definisi: Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan
atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun sengaja ditanam
8
Ruang
Terbuka
Hijau (RTH)
Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan
RTH
alami
RTH
Non alami
Ekologis
Sosial
Budaya
Estetika
Ekonomi
Pola
Ekologis
Pola
Planologis
RTH
Publik
RTH
Privat
Tipologi RTH
9. UNGSI RTH
1. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:
• Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari
sistem sirkulasi udara (paru-paru) kota
• Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air
secara alami dapat berlangsung lancar
• Resapan air
• Produsen oksigen
• Penyedia habitat satwa
• Sebagai peneduh
• Penyerap polutan media udara, air, dan tanah, serta
• Penahan angin
2. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:
• Fungsi sosial dan budaya
• Fungsi ekonomi
• Fungsi estetika
F
9
10. EPEMILIKAN RTHK
10
No. Jenis RTH Publik RTH Privat
1. RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal V
b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha V
c. Taman atap bangunan V
2. RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT V V
b. Taman RW V V
c. Taman Kelurahan V V
d. Taman Kecamatan V V
e. Taman Kota V
f. Hutan Kota V
g. Sabuk Hijau (green belt) V
3. RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan median jalan V V
b. Jalur pejalan kaki V V
c. Ruang di bawah jalan layang V
4. RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api V
b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi V
c. RTH sempadan sungai V
d. RTH sempadan pantai V
e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air V
f. Pemakaman V
12. UASAN RTH EKSISTING
KOTA SEMARANGL
12
No Kawasan Luas (Ha)
1 Taman Kota 15.70
2 Lapangan Olah Raga 72,99
3 Kawasan Hutan Non
Budidaya
1.083,00
4 Pemakaman 270.50
5 Pekarangan dll 1.438,94
Total 2.881,13
Luas Kota Semarang 37.360,94
Prosentase RTH Kota
Semarang
7,71%
Y a n g A r t i n y a ....?
13. ERDA KOTA SEMARANG NO 7/2010 TENTANG
PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
Pokok Substansi:
1. Setiap lingkungan RT, RW dan kelurahan wajib memiliki taman lingkungan.:
• Wilayah RT wajib mempunyai taman lingkungan minimal 250 m2
• Taman lingkungan tingkat RW minimal seluas 1.500 m2
• Setiap kelurahan wajib mempunyai taman minimal luasnya 10.000 m2
2. Untuk lingkungan rumah:
• Setiap rumah dengan luas di bawah 120 m2 harus menyediakan 1 pohon
• Rumah luas 120-500 m2 harus menyediakan 3 pohon
• Rumah dengan luas di atas 500 m2 wajib menyediakan 5 pohon.
3. Pemilik bangunan bertingkat wajib membangun taman gantung di atap atau
balkon.
4. Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan lahan RTH sebesar 20 %
dari luas lahan yang dibangunnya.
5. Setiap pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) wajib dilengkapi dokumen
perencanaan RTH, dan dikenai sanksi administrasi atau pidana bagi yang
melanggar.
P
13
15. ERMASALAHAN YANG DIHADAPI KOTA
SEMARANG AKIBAT MINIMNYA RTH
1. Menurunnya daya dukung lingkungan
RTH memiliki fungsi daya dukung lingkungan yang tinggi, seperti resapan
air, produksi oksigen, dan penyimpanan karbon. Dengan minimnya luasan
RTH di Kota Semarang beberapa masalah lingkungan dapat muncul seperti
banjir, polusi, dan tingginya suhu udara.
2. Tidak optimalnya fungsi estetika kota
Saat ini masih terdapat kesalahan pemanfaatan lahan di beberapa lokasi
RTH di kota Semarang. Kawasan sempadan sungai, sempadan rel, dan
pedestrian masih banyak yang dimanfaatkan untuk permukiman kumuh
maupun pedagang informal. Hal ini mengurangi fungsi estetika kota
3. Menurunnya quality of life masyarakat
Kota yang baik menyediakan ruang bersosialisasi yang cukup bagi
warganya, dengan tidak terpenuhinya luasan RTH sesuai kebutuhan, maka
dikhawatirkan Kota Semarang tumbuh dengan kurang seimbang
P
15
16. ERMASALAHAN PENYEDIAAN RTH DI KOTA
SEMARANG
1. Pertumbuhan penduduk yang signifikan
Pertumbuhan penduduk menimbulkan konsekuensi penambahan
luasan fisik perkotaan. Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk
membangun secara horizontal tanpa memperhatikan kepentingan
lingkungan menyebabkan keberadaan RTH perkotaan terabaikan
2. Kurangnya perhatian pemerintah
RTH seringkali dianggap bukan merupakan kebutuhan primer kota.
Karena itu penyediaan RTH sering dikalahkan oleh kepetingan lain
seperti ekonomi. Anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk RTH
juga jarang optimal. Anggapan ini harus diubah karena RTH yang
baik merupakan bagi dari infrastruktur dan potensi kota.
3. Minimnya kesadaran swasta dan masyarakat
Kepemilikan lahan Kota Semarang sebagian besar merupakan milik
privat. Karena itu kesadaran swasta terutama pengembang dalam
penyediaan RTH menjadi penting. Seringkali investasi yang dilakukan
pihak swasta justru menggusur keberadaan RTH.
P
16
18. NALISIS SEBAB AKIBAT
A
18
KDB dan KDH yang
tidak amemenuhi
syarat
Kurangnya fasilitas
pendukung
Persebaran
kurang
merata
RTH kurang
terawat
Pertumbuhan
pendudukVVS
keterbatasan lahan
Penurunan kualitas dan kuantitas RTH di Kota Semarang
Menurunnya nilai estetika kotaPenurunan fungsi ekologis
Menurunnya daya
dukung
lingkungan
Menurunnya Quality Of Life
Alih fungsi lahan yang
tidak terkontrol
Keberadaan RTH yang
kurang fungsional
Ketersediaan RTH yang semakin
berkurang
Kesadaran
masyarakat kurang
Kurangnya pengelolaan
dari pemerintah dan
developer
AKIBATSEBAB
20. SULAN PROGRAM
1. Penyusunan kebijakan hijau.
Pemerintah Daerah dan DPRD perlu secepatnya menempatkan masalah RTH
sebagai salah satu isu penting dalam pembahasan program dan anggaran.
Setelah lahirnya Perda No. 7/2010 tentang RTH Semarang dan Perda
No.14/2011 tentang RTRW Kota Semarang 2011-2031 perlu didorong
lahirnya peraturan turunan agar perencanaan RTH memiliki kekuatan hukum
yang jelas.
U
20
Kegiatan:
a. Penyusunan Masterplan pengembangan jaringan RTH Kota Semarang
menggambarkan skanario pemenuhan luasan RTH Semarang sebesar
30% dalam jangka waktu 20 tahun kedepan berikut indikasi program
(lokasi, pendanaan, dan tahapan pembangunan
b. Penyusunan peta hijau penggambaran lokasi RTH eksisting
21. SULAN PROGRAM (Lanjutan…)
2. Implementasi penyediaan ruang terbuka hijau sesuai dengan amanat
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
3. Pembangunan ruang terbuka hijau baru di seluruh wilayah Kota
Semarang. program yang paling ideal dalam meningkatkan luasan RTH secara
signifikan namun harus didukung oleh komitmen pimpinan daerah karena
membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit serta memerlukan proses yang
tidak singkat terutama terkait akuisisi lahan.
a. Pembuatan kebun buah rakyat seluas 30 Ha di Kecamatan Mijen
b. Pembangunan RTH di lahan Eks Pasar Rejomulyo (Pasar Kobong)
c. Pengadaan lahan makam baru yang terletak di Kelurahan Jabungan
Kecamatan Banyumanik seluas ± 7 Ha
U
21
22. SULAN PROGRAM (Lanjutan…)
4. Peningkatan kualitas RTH Kota melalui refungsi RTH eksisting
Aktivitas pembebasan lahan banyak terkendala masalah harga lahan yang
tinggi. Karena itu kegiatan refungsi RTH eksisting dapat menjadi alternatif
pilihan. Seringkali RTH kota dalam kondisi terbangkalai sehingga fungsi ekologis
dan sosial yang seharusnya diemban menjadi tidak optimal
a. Konservasi Lahan Semarang Atas. Pemanfaatan aset Pemerintah Kota
Semarang berupa lahan bekas bengkok yang dapat dikelola oleh
masyarakat. Lokasi meliputi 36 kelurahan dan 5 kecamatan.
b. Pengembangan hutan kota Tinjomoyo. Hutan ini selain memiliki fungsi
konservasi lahan, paru-paru kota dan daerah resapan air juga menarik untuk
wisata alam (ekowisata) namun keberadaannya makin terlupakan,
dibutuhkan upaya revitalisasi.
U
22
23. SULAN PROGRAM (Lanjutan…)
c. Restorasi hutan mangrove
73,4% mangrove di Kota Semarang dalam kondisi kritis. Sebagai daerah
yang penting dalam konteks resapan air, keberadaan hutan mangrove perlu
dipertahankan, salah satunya melalui kegiatan penanaman kembali.
d. Revitalisasi kebun dinas di Kecamatan Mijen, Tembalang, Ngaliyan, dan
Gunungpati
Merupakan bagian dari kegiatan penghijauan yang telah dimulai dengan
pada tahun 2003 hingga tahun 2012 yang diselaraskan dengan program
“Hari Menanam Pohon Indonesia”. Kebun dinas ini nantinya akan ditanami
sebanyak 1.900 batang tanaman buah
e. Penataan taman Srigunting
f. Pemeliharaan dan peningkatan kualitas taman kota yang akan dilakukan
secara bertahap. Taman-taman di Kota Semarang saat ini berjumlah
puluhan, namun tidak semua taman tersebut dalam kondisi terawat.
U
23
24. 24
Penanaman kembali mangrove di
Semarang
Hutan kota Tinjomoyo yang perlu
di revitalisasi
Eksploitasi lahan di Semarang atas Lanskap Semarang atas yang belum
terjamah
KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS RTH MELALUI REFUNGSI
RTH EKSISTING
25. SULAN PROGRAM (Lanjutan…)
5. Pengembangan koridor ruang hijau kota (link)
• Kegiatan ini berupa penanaman pohon besar secara massal
untuk menciptakan koridor ruang hijau kota di sepanjang
potensi ruang hijau
• Koridor hijau meliputi lahan-lahan di bawah pengelolaan jalan,
pedestrian, sempadan sungai, tepian situ dan waduk
(Kementerian PU dan Dinas Pekerjaan Umum). Jalan tol (Jasa
Marga), tepian rel kereta api (PT Kereta Api Indonesia), Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi atau SUTET (Perusahaan Listrik
Negara), jalur pipa gas (PT Gas Negara), dan pantai.
• kondisinya saat ini koridor hijau tersebut banyak yang dihuni
oleh permukiman liar, maka perlu dilakukan terlebih dahulu
penertiban secara bijaksana dan manusiawi.
U
25
26. 26
Koridor hijau dalam bentuk Pedestrian Sempadan sungai
Sempadan rel Sempadan SUTET
CONTOH POTENSI KORIDOR HIJAU
27. SULAN PROGRAM (Lanjutan…)
6. Pelibatan sektor privat dalam penghijauan kota
Aktivitas pembebasan lahan banyak terkendala masalah harga lahan yang tinggi. Karena
itu kegiatan refungsi RTH eksisting dapat menjadi alternatif pilihan. Seringkali RTH kota
dalam kondisi terbangkalai sehingga fungsi ekologis dan sosial yang seharusnya diemban
menjadi tidak optimal
a. Program CSR swasta untuk pembiayaan program penghijauan. Sebagian besar
perusahaan swasta memang memiliki alokasi dana yang diperuntukkan untuk
aktivitas sosial, alangkah baiknya jika pemerintah dapat menawarkan salah satu
program penghijauan sehingga dapat dibiayai oleh swasta.
b. Public private partnership.
• Pemerintah mengajukan penawaran kepada pihak swasta untuk membiayai
sebgian dana yang dibutuhkan untuk mengelola RTH yang sudah ada maupun
membangun RTH baru.
• Sebagai timbal balik pemerintah dapat menawarkan insentif berupa keringanan
pajak, pembayaran listrik, telepon, dll.
• Skenario lain, taman-taman yang dikelola oleh swasta tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai media advertasing oleh perusahaan swasta tersebut .
U
27
28. SULAN PROGRAM (Lanjutan…)
7. Pelibatan kelompok masyarakat dalam pengembangan ruang
terbuka hijau
Keikutsertaan masyarakat menjadi penting karena pada kenyataannya sebagian
pesar lahan hijau berada di bawah kepemilikan masyarakat dan swasta (RTH
privat). Untuk mengantisipasi perubahan lahan yaitu konversi lahan hijau/alami
menjadi lahan terbangun, maka perlu penerapan KDH secara sadar oleh
masyarakat dan pengembang.
Beberapa kegiatan yang ditawarkan antara lain:
a. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai program peningkatan kualitas dan
kuantitas taman dan hutan kota
b. Pemberdayaan petani untuk pengoptimalan konservasi lahan Semarang Atas
c. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun untuk kegiatan
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN)
U
28
29. 29
Taman Flexi-Bandung, contoh taman yang
dikelola swasta
Aksi penanaman pohon
sebagai bentuk CSR swasta
Pemberdayaan petani untuk
optimalisasi RTH
Pemberdayaan masyarakat sekitar
hutan dan kebun
PELIBATAN SEKTOR PRIVAT DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT