1. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR MEMBACA
PERMULAAN MELALUI MEDIA PERMAINAN FIND CARD
(MENEMUKAN KARTU) SISWA KELAS 1 SDN GENENGAN 2
KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN
TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
OLEH :
PRAMBUDI NUR UTOMO
NPM. 09. 141. 165
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan membutuhkan usaha dan kerja keras secara
bersama-sama dan terus menerus antara pihak keluarga, sekolah, masyarakat
dan negara karena pada dasarnya pendidikan merupakan tanggungjawab
bersama. Di dalam perkembangan di dalam dunia pendidikan pada masa
sekarang menuntut seorang guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan
kompetensi yang harus dikuasai siswa. Proses belajar mengajar akan lebih
efektif bila guru menggunakan perangkat pembelajaran yang tepat.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan lebih memudahkan seorang
guru dalam penyampaian materi kepada siswa.
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
turut andil dalam menentukan keberhasilan anak didik untuk menuju jenjang
selanjutnya. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran menulis dan membaca
harus benar-benar tuntas. Pada tingkatan siswa kelas 1 sekolah dasar sajian
pembelajaran yang utama adalah menulis dan membaca. Pembelajaran untuk
kedua jenis ketrampilan ini dalam satu paket yang biasa disebut paket MMP
(Membaca dan Menulis Permulaan). MMP merupakan dua aspek kemampuan
berbahasa yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Pada waktu guru
mengenalkan menulis anak-anak akan membaca tulisannya. Melalui paket ini,
untuk pertama kalinya para murid baru diperkenalkan dengan lambang-
lambang tulis yang biasa digunakan untuk berkomunikasi. Sasaran utamanya
3. para murid kelas 1 sekolah dasar memiliki kemampuan menulis dan
kemampuan membaca pada tingkat dasar. Kemampuan dasar yang dimaksud
akan menjadi dasar bagi ketrampilan-ketrampilan lain, baik dalam kehidupan
akademik di sekolah maupun dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan pembelajaran yang utama sebenarnya bukan hanya penguasaan
materi pelajaran,akan tetapi proses untuk mengubah pola tingkah laku siswa
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Penguasaan pelajaran bukanlah akhir
dari pengajaran, akan tetapi sebagai tujuan perantara untuk membentuk
tingkah laku yang luas. Hal dimaksudkan bahwa sejauh mana materi
pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu
sendiri.
Dalam pembelajaran di sekolah dasar yang dihadapi guru adalah anak-
anak dengan berbagai karakter dan keinginan selalu bermain. Bermain adalah
pekerjaan anak-anak dan ini berkontribusi kepada semua aspek
perkembangan. Melalui bermain, anak-anak menstimulasi inderanya, belajar
bagaimana menggunakan ototnya, mengkoordinasikan penglihatan dengan
gerakan, meningkatkan kemampuan tubuhnya dan mendapatkan keterampilan
baru. Melalui bermain (berpura-pura), mereka mencoba untuk bermain peran,
mengatasi perasaan yang tidak nyaman, memperoleh pengertian dari
pandangan orang lain, dan membangun gambaran dari dunia sosial. Siswa
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengalami kegembiraan
dalam berkreatifitas, dan menjadi cakap dalam berbahasa. Untuk itulah media
yang digunakan guru sebaiknya menimbulkan rasa senang dan menarik serta
4. melibatkan siswa dalam sebuah permainan sehingga memberikan kesan
tersendiri terhadap kemampuan pemahaman siswa kepada materi yang
diberikan. Karena jika penggunaan media yang kurang menarik mengakibat
siswa merasa bosan dan minat belajarnya kurang. Apalagi untuk mengajar
MMP pada anak-anak usia kelas awal yang masih berada dalam usia bermain
dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi
pembelajaran yang serius. Jika sudah begitu, tujuan pembelajaran akan
tercapai dan memberikan pemahaman kepada siswa secara optimal terhadap
apa yang dipelajari.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan perancangan
pembelajaran yang mempertimbangkan segi kemenarikan penyajiannya.
Penggunaan media yang menarik dan sesuai untuk pembelajaran membaca
permulaan di kelas 1 SD (tahap awal membaca) berupa media permainan
Find Card (menemukan kartu) kartu huruf bergambar. Media permainan Find
Card (menemukan kartu) merupakan suatu permainan yang dilakukan oleh
siswa kelas 1 sekolah dasar untuk lebih mengenal huruf (A-Z) yang mereka
gunakan dalam pembelajaran menulis dan membaca. Dalam proses
permainan tersebut dilakukan dengan cara mencari kartu bergambar yang
berisikan huruf (A-Z) untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Kartu-kartu bergambar yang berisikan huruf tersebut
kemudian dirangkai menjadi sebuah kata atau kalimat. Soal yang diberikan
bisa berupa gambar (pemandangan, alat, warna) yang disajikan di depan kelas
dan memberikan perintah kepada siswa untuk menjawab gambar apakah yang
5. ditampilkan. Media ini memudahkan siswa untuk belajar mengenal huruf dan
merangkainya menjadi satu bentuk kata atau kalimat yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang telah di paparkan maka
penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian kuantitatif yang berjudl
“Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media
Permainan Find Card (Menemukan Kata) Siswa Kelas 1 SDN
Ngenengan Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan Tahun
Pelajaran 2012/2013”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Karakteristik siswa kelas SD cenderung suka bermain sambil belajar.
2. Kurangnya pemanfaatan Media yang maksimal pada saat pembelajaran.
3. Minat membaca pada siswa kelas satu masih rendah karena siswa
kurang suka dalam hal membaca.
C. Batasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang lain dalam penelitian ini perlu
diberikan batasan masalah sebagai berikut.
1. Kawedanan Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2012/2013
2. Penelitian ini terbatas pada kelas yang menggunakan media permainan find
card (menemukan kartu) dan tidak menggunakan media.
6. D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah diatas maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1
SDN Genengan 2 Kec.Kawedanan Kab.Magetan ?
2. Apakah penggunaan media permainan find card dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Genengan 2
Kec.Kawedanan Kab.Magetan ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 1 SDN Genengan 2 Kec.Kawedanan Kab.Magetan
2. Mendeskripsikan penggunaan media permainan find card dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN
Genengan 2 Kec.Kawedanan Kab.Magetan
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Memberikan proses pembelajaran menarik yang berbasis
permainan yang dapat meningkatkandaya kemampuan siswa khususnya
dalam belajar membaca permulaan.
7. 2. Bagi guru
Memberikan informasi atau gambaran khususnya guru SD kelas
satu dalam menemukan alternatif media pembelajaran membaca
permulaan.
3. Bagi sekolah
Memberiakn sumbangan yang berkaitan dengan upaya
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah Dasar.
8. BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas Rendah
Pembelajaran bahasa berarti serangkaian upaya untuk menciptakan
proses belajar yang bertujuan mengungkapkan kemampuan menggunakan
bahasa untuk berbagai keperluan. Tujuan pengajaran bahasa Indonesia
secara umum dapat dikatakan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
siswa melalui penggunaan bahasa lisan dan tulisan secara baik dan benar.
Bahan pembelajaran bahasa dapat terpadu dengan bahan pembelajaran
lain. Di sekolah dasar terdapat kelas-kelas rendah yang mata pelajaran
lainnya disajikan melalui mata pelajaran bahasa Indonesia.
Djago tarigan (2001 : 3. 31) mengemukakan bahwa pada
hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
pengajaran bahasa di SD menggunakan pendekatan komunikatif.
Pembelajaran-pembelajaran bahasa indonesia di SD diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
bahasaindonesia baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini berarti belajar
bahasa berarti belajar berkomunikasi.
Pembelajaran bahasa yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia semuanya berupa kegiatan siswa. Dalam belajar
9. berbahasa siswa harus ikut terlibat, ikut melakukan, turut melaksanakan,
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis pada kelas 1, 2, 3.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
bahasa indonesia di SD kelas rendah merupakan pembelajaran terpadu
untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa mulai
menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara baik dan benar yang
berorientasi pada kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
pada kelas 1, 2, 3.
2. Ketrampilan membaca di SD Kelas Rendah
a) Tahapan Perkembangan Membaca
Owens (dalam St. Y. Slamet, 2008 : 41-42) menyebutkan bebrapa tahap
perkembangan membaca :
1) Tahap pramembaca, yang terjadi pada saat taman kanak-kanak (pra
sekolah) atau sebelum umru 6 tahun, anak-anak mempelajari
perbedaan huruf dan perbedaan angka yang satu dengan yang
lainnya sehingga kemudian mereka dapat mengenal setiap huruf dan
setiap angka.
2) Tahap pertama, yaitu anak berumur 6-7 tahun (kira-kira kelas 1 SD),
anak memusatkan pada kata-kata dalam kalimat sederhan atau cerita
sederhana agar mereka dapat membaca, mereka perlu mengetahui
sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, selanjutnya pada
umur berikutnya (7-8 tahun) anak telah memperoleh pengetahuan
tenyang huruf, suku kata yang diperlukan untuk membaca.
10. 3) Tahap kedua, sekitar anak duduk di kelas tiga dan empat, mereka
dapat menganalisis kata-kata yang diketahuinya menggunakan pola
tulisan dan kesimpulan yang didasarkan konteksnya
4) Tahap ketiga, sekitar anak kelas lima SD sampai kelas 2 SMP
tampak adanya perkembangan pesat dalam membaca yaitu tekanan
membaca tidak lagi pada pengenalan tulisan tetapi pada pemahaman
5) Tahap keempat, yakni akhir SMP sampai dengan SMA/SMK.
Mereka menggunakan ketrampilan tingkat tinggi, misalnya
menyimpulkan dan pengenalan pandangan penulis untuk
meningkatkan pemahaman.
6) Tahap kelima, tingkat perguruan tinggi dan setrusnya, orang dapat
mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dengan pengetahuan yang
dimiliki dan menanggapi secara kritis bahan bacaan.
b) Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan
pembedaan atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran
membaca di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca permulaan,
sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca lanjut.
Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan
dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca
dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku
dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat
peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan
11. kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan
membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. (Sri
Nuryati, 2007:1-2 dalam http://hudaita.blogspot.com)
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki
keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih
dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan / kemampuan
membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu
kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan
kosakata untuk memberi arti, dan memasukkan makna dalam
kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan suatu proses
keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada
pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan
proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem
yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat
(Sri Nuryati, 1997: 5 dalam http://hudaita.blogspot.com). Pembelajaran
membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar
siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan
dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut
(Akhadiah, 1991/1992: 31 dalam http://hudaita.blogspot.com).
Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai nilai yang
12. strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa.
Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui materi teks
bacaan (wacana, kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi bahasa) yang
berisi pesan moral, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai emosional-
spiritual, dan berbagai pesan lainnya sebagai dasar pembentuk
kepribadian yang baik pada siswa. Demikian pula dengan
pengembangan kemampuan juga dapat diajarkan secara terpadu melalui
materi teks bacaan yang berisi berbagai pengetahuan dan pengalaman
baru yang pada akhirnya dapat berimplikasi pada pengembangan
kemampuan siswa. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat
mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas
anak didik. (Akhadiah, 1992 dalam http://hudaita.blogspot.com).
c) Kesulitan Membaca Permulaan
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali
dihadapi pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca
khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1) Kurang mengenali huruf
Ketidakmampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis
seringkali dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar /
kapital dan huruf kecil.
2) Membaca kata demi kata
13. Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca
sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini
disebabkan oleh :
Gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding)
Gagal memahami makna kata
Kurang lancar membaca.
3) Pemparafase yang salah
Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti
membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan
tanda baca, khususnya tanda koma.
4) Miskin pelafalan
Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai
bunyi-bunyi bahasa (fonem).
5) Penghilangan
Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca)
kata atau frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan
ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf yang membentuk
kata.
6) Pengulangan
Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca
14. disebabakan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai
huruf, bunyi, atau rendah keterampilannya.
7) Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan
orientasi dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu,
pembalikan juga dapat terjadi dalam membunyikan huruf-huruf,
misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g. Kesulitan ini biasanya
dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki kecenderungan
menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan
menulis.
8) Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat
yang dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca,
misalnya, anak menambah kata seorang dalam kalimat “anak sedang
bermain”.
9) Penggantian
Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan
ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari
makna kata tersebut. Misalnya, karena anak tidak bisa membaca kata
mengunyah maka dia menggantinya dengan kata makan.
15. 10) Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala
Kebiasaan anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan
menggerakan kepala sewaktu membaca dapat menghambat
perkembangan anak dalam membaca.
11) Kesulitan konsonan
Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf
yang melambangkan konsonan tersebut.
12) Kesulitan vokal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu
huruf, misalnya e selain melambangkan bunyi e juga melambangkan
bunyi é (dalam kata keras, kepala, kerang, telah dan sebagainya)
huruf-huruf yang melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi
sumber kesulitan anak dalam membaca.
13) Kesulitan kluster, diftong dan digraf
Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan
dua konsonan atau lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf
(dua huruf yang melambangkan satu bunyi). Ketiga hal tersebut
merupakan sumber kesulitan anak yang sedang belajar membaca.
14) Kesulitan menganalisis struktur kata
16. Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata
yang membangun suatu kata. Akibatnya anak tidak dapat
mengucapkan kata yang dibacanya.
15) Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara
mengucapkannya
Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya
penguasaan struktur kata dan penguasaan unsur konteks (kalimat dan
hubungan antar kalimat) (http://digilib.unnes.ac.id).
3. Media Pembelajaran
a) Hakekat Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi
menyampaikan pesan. Media merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”. Istilah
media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara
atau penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan
tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan
dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum
yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke
dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol
non verbal atau visual.
17. Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada
siswa, biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar (teaching aids)
berupa gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan
pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap
atau yang kita kenal sebagai alat bantu visual.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak
dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa
dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit.
b) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut
Heinich and Molenda (2005) yaitu:
1) Teks.
Merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu informasi yang
Mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya
memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.
2) Media Audio.
Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan.
Membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu
persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman
suara dan lainnya.
3) Media Visual
18. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti
gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan
buletin dan lainnya.
4) Media Proyeksi Gerak.
Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video
kaset (CD, VCD, atau DVD)
5) Benda-bendaTiruan/miniatur
Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba
oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik
obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan
dengan baik.
6) Manusia.
Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/materi
tertentu.
c) Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1) Memperjelas penyajian suatu pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera
3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
19. 4) Dengan sifat yang unik pada siswa juga dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan materi
pembelajaran yang sama untuk setiap siswa.
4. Media Permainan Bahasa
a) Hakekat Permainan
Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia,
dari apa yang tidak dikenali sampai apa yang diketahui, dan dari yang
tidak dapat diperbuat sampai mampu melakukan. Bermain merupakan
kegiatan yang sangat penting bagi anak seperti halnya kebutuhan
terhadap makanan bergizi dan kesehatan untuk pertumbuhannya..
Permainan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Adanya seperangkat pengetahuan yang eksplisit yang mesti
diindahkan oleh para pemain,
2) Adanya tujuan yang harus dicapai pemain atau tugas yang mesti
dilaksanakan.
b) Media Permainan Bahasa
Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh
kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca dan menulis). Sebuah permainan disebut
permainan bahasa, apabila suatu aktivitas mengandung kedua unsur
kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca dan menulis). Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan
20. dalam kegiatan pembelajaran harus secara langsung dapat menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran.
Anak-anak pada usia 6 – 8 tahun masih memerlukan dunia
permainan untuk membantu menumbuhkan pemahaman terhadap diri
mereka. Aktivitas permainan digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan. Menurut Dewey
(dalam Polito, 1994) bahwa interaksi antara permainan dengan
pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang sangat
penting bagi anak-anak.
c) Kelebihan dan Kekurangan Permainan Bahasa
Adapun kelebihan dari permainan bahasa di antaranya adalah
sebagai berikut :
1) Permainan bahasa merupakan salah satu media pembelajaran yang
berkadar CBSA tinggi.
2) Dapat mengurangi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas.
3) Dengan adanya kompetisi antarsiswa, dapat menumbuhkan semangat
siswa untuk lebih maju.
4) Permainan bahasa dapat membina hubungan kelompok dan
mengembangkan kompetensi sosial siswa.
5) Materi yang dikomunikasikan akan mngesankan di hati siswa
sehingga pengalaman keterampilan yang dilatihkan sukar dilupakan.
21. Ada juga kekurangan dalam pelaksanaan permainan bahasa, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1) Jumlah siswa yang terlalu besar menyebabkan kesukaran untuk
melibatkan semua siswa dalam permainan.
2) Pelaksanaan permainan bahasa biasanya diikuti gelak tawa dan sorak
sorai siswa, sehingga dapat menganggu pelaksanaan pembelajaran di
kelas yang lain.
3) Tidak semua materi dapat dikomunikasikan melalui permainan
bahasa.
4) Permainan bahasa pada umumnya belum dianggap sebagai program
pembelajaran bahasa, melainkan hanya sebagai selingan saja.
d) Permainan Find Card
1) Deskripsi
Permainan ini dilakukan dengan cara mencari kartu bergambar
yang berisi huruf yang akan ditemukan oleh siswa untuk mencari
jawaban dari soal yang diberikan oleh guru. Permainan ini dilakukan
untuk lebih meningkatkan siswa tentang penghafalan bentuk huruf
dan caramenyusun huruf menjadi kata. Dengan demikian, melalui
permainan ini kita dapat melihat apakah siswa telah menguasai
bentuk huruf (A-Z) atau tidak
2) Tujuan dan Manfaat
Selain bermanfaat bagi media pembelajaran bahasa indonesia,
khususnya dalam mengenal bentuk huruf dan menyusunnya dalam
22. sebuah kata beserta pembelajaran membaca permulaan, permainan
ini juga dapat merangsang gerak motorik dan mobilitas siswa. Hal
ini dikarenakan permainan ini menuntut gerak dan mobilitas siswa
untuk mencari dan menemukan kartu yang benar lalu menyusunnya
menjadi sebuah kata yang diingunkan.
3) Prosedur dan Cara Bermain
Guru menunjukkan sebuah gambar (pemandangan, alat, jeis
warna) di depan kelas sebagai soal, lalu kelompok siswa menjawab
gambar apa yang ditunjukkan oleh guru dengan mencari kartu yang
telah ditaruh di lantai atau meja yang ditata secara acak dan
kelompok siswa menyusunnya menjadi sebuah kata yang menjadi
jawaban. Bagi kelompok siswa yang telah selesai terlebuh dahulu
dapat membacakan hasil pekerjaanya dan bila ada kelompok siswa
yang jawabannya salah maka guru harus memberikan arahan ke
jawaban yang benar agar semua siswa dapat mengenal huruf dan
menyusun kata, tapi bagi kelompok siswa yang menjawab benar
terlebih dahulu hendaknya diberi penghargaan agar semua
bersemangat untuk mengerjakan dengan benar.
B. Kerangka Berfikir
Masalah – masalah yang ada setelah melakukan penelitian di SDN
Genengan II, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan adalah membaca
siswa kelas satu masih rendah mengingat karakteristik siswa kelas satu
senang bermain. Siswa kelas satu senang belajar sambil bermain.
23. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan perlu
digunakan suatu inovasi baru, inovasi tersebut adalah permainan Find Car.
Penggunaan media yang menarik dan sesuai untuk pembelajaran membaca
permulaan di kelas 1 SD (tahap awal membaca) berupa media permainan
Find Card (menemukan kartu) kartu huruf bergambar. Media permainan Find
Card (menemukan kartu) merupakan suatu permainan yang dilakukan oleh
siswa kelas 1 sekolah dasar untuk lebih mengenal huruf (A-Z) yang mereka
gunakan dalam pembelajaran menulis dan membaca Tujuan permainan ini
adalah untuk melatih keterampilan membaca dengan menagajak siswa
membuat kata – kata baru yang berkaitan dengan materi dari guru,
ketermpilan bahasa yang melibatkan proses berbahasa secara keseluruhan,
termasuk menciptakan suatu kata – kata baru dalam keterampilan berbahasa.
Untuk itu, setiap kelompok harus bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Andrews, et al dalam
Sangadji dan Sopiah, 2010: 90). Sedangkan menurut Setyosari (2012: 110)
hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya masih perlu diuji secara empiris. Berdasarkan kedua pendapat
tentang pengertian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, yang tingkat
24. kebenaranya masih lemah sehingga masih perlu diuji secara empiris melalui data
yang terkumpul.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Ada peningkatan permainan Find Card terhadap kemampuan membaca
permulaan siswa kelas I SDN Genengan 02 Kec. Kawedanan Kab. Magetan
Tahun Pelajaran 2012/2013.
25. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek Tindakan
1. Rancangan Penelitian
Wina Sanjaya, (2009:26) mengemukakan bahwa penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas “Penelitian tindakan
kelas merupakan suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Suharsimi Arikunto, (2006:16) mengemukakan bahwa dalam
penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi.
Gb 3.1 Model tahapan penelitian tindakan kelas
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perncanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
26. Agar lebih jelas penulis maka harus diperhatikan hal – hal berikut ini:
a. Tahap perencanaa (planning)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006: 17) Dalam tahap ini
dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. PTK dilakukan secara
berpasangan atau kolaborasi. Pihak pertama melakukan tindakan dan
pihak kedua yang mengamati proses jalannya tindakan
b. Tahap pelaksanaan (acting)
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana
tindakan harus mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan
disepakati
c. Tahap pengamatan (observing)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:19) Tahap pengamatan
berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Kegiatan
pengamatan dilakukan oleh pengamat atau observer
d. Refleksi (reflecting )
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
27. dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) meliputi sebagai berikut :
a. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat
penelitian.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas.
c. Menentukan pokok bahasan.
d. Menyusun silabus dan RPP.
e. Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data seperti : soal – soal
IPS, pedoman penilain, format penilaian..
2. Tahap Pelaksanaan (actuating)
Pertemuan I
a Kegiatan awal
1) Guru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
2) Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan)
b. Kegiatan inti
1) Guru menyiapkan kartu huruf dari huruf A-Z dan gambar suatu
objek.
28. 2) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, guru memberikan soal di depan
berupa gambar kemudian siswa segera menjawab dengan
menyusun huruf menjadi kata untuk jawaban. Setiap peserta didik
yang dapat mencocokkan katanya sebelum batas waktu diberi poin
oleh penilai.
3) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan katanya sebelum
batas waktu diberi poin oleh penilai.
4) Setelah selesai melengkapi kata yang sesuai siswa dapat
menunjukkan kepada guru.
5) Setelah itu bersama dengan guru siswa mengkoreksi hasil kerjanya
dengan kelompok lain yang memiliki soal berbeda.
6) Guru menyimpulkan materi yang sudah dibahas.
7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat
mendapat point yang baik.
c. Kegiatan akhir
1. Guru memberikan pesan moral
2. Guru menutup pelajaran (salam)
Pertemuan II Pada Siklus II
a Kegiatan awal
1) Guru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
2) Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan)
b. Kegiatan inti
29. 1. Guru menyiapkan kartu huruf dari huruf A-Z dan gambar suatu
objek.
2. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, guru memberikan soal di depan
berupa gambar kemudian siswa segera menjawab dengan
menyusun huruf menjadi kata kemudian menjadi suatu kalimat
untuk jawaban.
3. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan katanya sebelum
batas waktu diberi poin oleh penilai.
4. Setelah selesai melengkapi kata yang sesuai siswa dapat
menunjukkan kepada guru.
5. Setelah itu bersama dengan guru siswa mengkoreksi hasil kerjanya
dengan kelompok lain yang memiliki soal berbeda.
6. Guru menyimpulkan materi yang sudah dibahas.
7. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat
mendapat point yang baik.
c. Kegiatan akhir
1. Guru memberikan pesan moral
2. Guru menutup pelajaran (salam)
3.Tahap Pengamatan (observing)
Observasi dilakukan secara kolaboratif antara pihak I (peneliti) dan
pihak II (guru). Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan
pengamatan disertai pencatatan secara teratur terhadap obyek yang
diteliti. Data yang diamati adalah pencapaian prestasi siswa
30. 4.Refleksi
Dalam tahap ini peneliti menganalisa hasil pengamatan yang
diperoleh untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus
berikutnya apabila ditemukan kelemahan maupun temuan-temuan lain
yang menyebabkan kesulitan pada siklus yang bersangkutan.
SIKLUS II
Tahapan dalam siklus II pada prinsipnya sama dengan
tahapan dalam siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Tindakan pada siklus II
akan mengalami beberapa perubahan, yaitu soalnya siklus II siswa
soalnya sudah merangkai kartu dalam bentuk kalimat didasarkan atas
analisis perubahan dan analisis refleksi pada siklus I. Perubahan yang
dilakukan pada siklus II ini dilakukan dengan harapan agar terjadi
peningkatan prestasi belajaran siswa.
B. Setting, Lokasi, dan Subyek Penelitian
1. Setting dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan terhitung mulai bulan Februari
hingga bulan Juni tahun 2012. Tempat penelitian ini dilakukan di SDN
Genengan 02 Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan. Alasan penulis
memilih sekolah ini karena :
a. Di tempat penelitian tersebut terdapat masalah yang mencerminkan
karakteristik masalah yang akan diteliti.
31. b. Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang dilakukan di tempat
penelitian tersebut, sehingga hasil penelitian ini akan mengungkap
sesuatu yang baru.
2. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Genengan 02,
Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2012/2013.
Dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa. Terdiri dari 9 siswa perempuan
dan7 siswa laki-laki.
C. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, diperlukan suatu metode
atau alat pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data adalah prosedur
yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan
ketepatan penggunaan. Pengumpulan data sangat ditentukan oleh jenis
data pada penelitian yang akan dikumpulkan.
Dalam penelitian ini dilalukan beberapa macam teknik pengumpulan
data:
a. Tes
Test merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data kognitif yaitu
melalui tes secara individu.
32. b. Observasi.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi terhadap siswa untuk
memperoleh data peningkatan prestasi belajar siswa. Pengumpulan data
dilakukan dengan lembar observasi berbentuk cheklist.
D. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul selama penelitian, selanjutnya
dianalisis sebagai berikut:
a. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data kognitif berupa data
prestasi belajar siswa. Tes diberikan dalam bentuk soal. Ketuntasan
belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 18)
Nilai = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 70
sesuai dengan Standart Ketuntasan Belajar di SDN Petungrejo
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data psikomotor
dan afektif, yaitu data mengenai unjuk kerja siswa dalam kegiatan
33. kelompok dan sikap siswa. Lembar observasi berbentuk checklist, data
unjuk kerja siswa dihitung dengan rumus:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 23)
Nilai unjuk kerja siswa = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
34. DAFTAR PUSTAKA
St. Y. Slamet. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di
Sekolah Dasar. Surakarta : Lembaga Pengambangan Pendidikan (LPP) UNS
Drs. Djago Tarigan, dkk. 2002. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas
Rendah. Jakarta : Universitas Terbuka
http://digilib.unnes.ac.id.
http://www.scribd.com/doc/88236097/Membaca-Permulaan