SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
1.1 Latar Belakang 
Perguruan Tinggi merupakan salah satu alat penunjang potensial untuk 
menghasilkan enginer yang ahli dan profesional. Untuk mencapai sasaran ini 
diperlukan kurikulum yang baik, agar terbentuk hubungan yang sinergi antara 
lembaga pendidikan dan dunia industri yang terkait. Tugas Elemen Mesin merupakan 
salah satu latihan yang baik bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmu yang 
telah diperolehnya ke dalam bentuk suatu analisis dari suatu peralatan. Selain untuk 
menambah wawasan mahasiswa, tugas ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi 
mahasiswa dalam menguji keseriusannya dalam menempuh pendidikannya di 
perguruan tinggi ini. 
Proses perancangan telah ada sejak manusia diciptakan, karena sifat manusia 
yang ingin mudah dalam menjalani hidupnya dan pada dasarnya proses perancangan 
memang ditujukan untuk memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. 
Proses perancangan sangat banyak kelompoknya, bisa dikatakan tidak terbatas, sesuai 
dengan kebutuhan manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang ada. Sebagai 
mahasiswa teknik mesin sudah pasti harus bisa merancang sesuatu yang bisa 
memudahkan untuk memenuhi kebutuhan yang tentu berkaitan dengan bidangnya.
Recognition of need 
Definition of problem 
Synthesis 
Analysis and optimization 
Evaluation 
Presentation 
Tapi untuk merencanakan sesuatu yang dapat memudahkan untuk memenuhi 
kebutuhan bukan hal yang mudah, apalagi di zaman sekarang ini yang bisa dikatakan 
segalanya telah ada tetapi manusia tidak pernah puas dan ingin lebih mudah lagi. 
Untuk sampai pada hasil rancangan harus melalui proses yang rumit dan panjang. 
Di zaman sekarang ini yang segalanya sudah tersedia, proses perancangan 
dapat dipermudah. Dengan berbagai organisasi yang mengeluarkan standar-standar 
tertentu untuk bermacam-macam elemen mesin, para perancang tidak perlu membuat 
keseluruhan elemen mesin yang akan digunakan dalam rancangannya. Tetapi yang 
sulit bagi para perancang adalah proses pemilihan elemen mesin yang tepat, yang 
dapat memenuhi persyaratan si perancang itu sendiri. 
Dalam perancangan mesin kali ini , mencoba mengangkat permasalahan 
tentang Gearbox. Gearbox merupakan salah satu komponen dari suatau mesin yang 
berupa rumah untuk roda gigi. Komponen ini harus harus memiliki kontruksi yang 
tepat agar dapat menempatkan poros – poros roda gigi pada sumbu yang benar 
sehingga roda gigi dapat berputar dengan baik. Maka dari itu dengan sedikit mungin 
2 
Iteration
gesekan yang terjadi. Selain harus memilki konstruksi yang tepat, terdapat beberapa 
kriteria yang dapat dipenuhi oleh komponen ini yaitu dapat meredam getaran yang 
timbul akibat putaran dan gesekan pada roda gigi. 
Dari kesulitan konstruksi yang disyaratkan dan pemenuhan kriteria yang 
dibutuhkan, maka kami bermaksud membuat produk tersebut sebagai objek 
3 
perancangan tugas elemen mesin. 
Pembuatan produk tersebut dengan memperhatikan spesifikasi yang diinginkan. 
1.2 Batasan Masalah 
Penulis akan membatasi pembahasan hanya sampai memperhitungkan aspek 
mekanika saja dan terbatas kepada komponen-komponen mesin yang telah dipelajari 
pada mata kuliah elemen mesin I. Sedangkan aspek-aspek yang lainnya yang akan 
dibahas secara sekilas saja. Dalam laporan tugas elemen mesin I ini penulis 
membatasi permasalahan hanya pada perhitungan beberapa komponen pada roda gigi. 
Metode pengukuran yang kami pilih sangat sederhana, dengan menghitung kembali 
roda gigi dengan melihat spesifikasi pada kendaraan bermotor. 
1.3 Tujuan 
Adapun tujuan dari mata kuliah ini adalah sebagai berikut : 
1. Mengenal beberapa komponen mesin beserta beban utamanya. 
2. Memahami tahap – tahap perancangan roda gigi. 
3. Mampu membuat gambar sket dan gambar teknik dari komponen yang 
dirancang. 
4. Menentukan variable yang akan dittemukan di lapangan.
1.4 Sistematika Penulisan dan Pembahasan 
Dalam laporan ini penulis melakukan pembahasan secara sistematis dengan 
4 
sistematika sebagai berikut: 
Bab I berisi tentang latar belakang desain, batasan masalah beserta tujuan penulis 
dalam mengerjakan tugas elemen mesin. 
Bab II berisi tentang teori dasar tentang komponen-komponen padr roda gigi. 
Bab III berisi perhitungan roda gigi pada kendaraan bermotor sesuai spesifikasi yang 
telah di pilih pda tipe kendaraan. 
Bab IV berisi tentang hasil dan analisa roda gigi. 
Bab V berisi tentang kesimpulan hasil perhitungan dan analisis roda gigi. Di samping 
itu laporan ini juga membuat beberapa lampiran yang berisikan tentang gambar 
teknik dan tabel – tabel yang diperlukan data perancangan roda gigi.
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang 
tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan 
oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Rodagigi sering digunakan karena 
dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada 
menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu rodagigi juga memiliki beberapa 
kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya, yaitu : 
 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang 
5 
besar. 
 Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana. 
 Kemampuan menerima beban lebih tinggi. 
 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip 
sangat kecil. 
 Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat 
digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar. 
Rodagigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua 
poros. Di samping itu terdapat pula rodagigi yang perbandingan kecepatan sudutnya 
dapat bervariasi. Ada pula rodagigi dengan putaran yang terputus-putus. Dalam teori, 
rodagigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami 
perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.
6 
2.1 Klasifikasi Rodagigi 
Rodagigi diklasifikasikan sebagai berikut : 
 Menurut letak poros. 
 Menurut arah putaran. 
 Menurut bentuk jalur gigi 
2.1.1 Menurut Letak Poros 
Menurut letak poros maka rodagigi diklasifikasikan seperti tabel berikut : 
Letak Poros Roda Gigi Keterangan 
Roda Gigi dengan 
Poros Sejarar 
Roda gigi Lurus 
Roda gigi Miring 
Roda gigi Miring Ganda 
Klasifikasi atas dasar 
bentukalur gigi 
Roda gigi dengan 
poros berpotongan 
Roda gigi kerucut lurus 
Roda gigi kerucut spiral 
Roga gigi kerucut zerol 
Roda gigi kerucut miring 
Roda gigi miring ganda 
Klasifikasi atas dasar 
bentuk jalur gigi 
Rodagigi permukaan dengan poros 
Berpotongan 
Rodagigi dengan poros 
berpotongan berbentuk 
istimewa 
Rodagigi miring silang 
Batang gigi miring silang 
Kontak gigi 
Gerak lurus dan berputar 
Rodagigi 
dengan poros 
Rodagigi cacing silindris 
Rodagigi cacing selubung ganda 
5
silang Rodagigi cacing samping 
Rodagigi hiperboloid 
7 
Rodagigi hipoid 
Rodagigi permukaan silang 
2.2.2 Menurut arah putaran 
Menurut arah putarannya, rodagigi dapat dibedakan atas : 
 Rodagigi luar ; arah putarannya berlawanan. 
 Rodagigi dalam dan pinion ; arah putarannya sama 
2.2.3 Menurut bentuk jalur gigi 
Berdasarkan bentuk jalur giginya, rodagigi dapat dibedakan atas : 
2.2.3.1 Rodagigi Lurus 
Rodagigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel. Dibandingkan 
dengan jenis rodagigi yang lain rodagigi lurus ini paling mudah dalam proses 
pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah. Rodagigi lurus ini cocok 
digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar, karena tidak 
menimbulkan gaya aksial.
8 
Gambar 2.1 Rodagigi Lurus 
Ciri-ciri rodagigi lurus adalah : 
1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp 
2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm 
3. Kecepatan keliling < 200 m/s 
4. Rasio kecepatan yang digunakan 
 Untuk 1 tingkat ( i ) < 8 
 Untuk 2 tingkat ( i ) < 45 
 Untuk 3 tingkat ( i ) < 200 
 ( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang 
digerakkan 
5. Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% 
tergantung disain dan ukuran. 
Jenis-jenis rodagigi lurus antara lain :
9 
1. Rodagigi lurus (external gearing) 
Rodagigi lurus (external gearing) ditunjukkan seperti gambar 2.2. Pasangan rodagigi 
lurus ini digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran dalam arah yang 
berlawanan. 
Gambar 2.2 Rodagigi Lurus Luar 
2. Rodagigi dalam (internal gearing) 
Rodagigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi yang berukuran kecil dengan 
perbandingan reduksi besar. 
3. Rodagigi Rack dan Pinion 
Rodagigi Rack dan Pinion (gambar 2.3) berupa pasangan antara batang gigi dan 
pinion rodagigi jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus atau 
sebaliknya.
Gambar 2.3 Rodagigi Rack dan Pinion 
10 
4. Rodagigi permukaan 
Rodagigi lurus permukaan (gambar 2.4) memiliki dua sumbu saling berpotongan 
dengan sudut sebesar 90°. 
Gambar 2.4 Roda gigi permukaan. 
2.2.3.2 Roda gigi Miring 
Roda gigi miring hampir sama dengan roda gigi lurus, tetapi dalam pengoprasiannya 
roda gigi lurus lebih lembut dan tingkat kebisingannya rendah perkontakan antara 
gigi lebih dari 1.
11 
Gambar 2.5 Roda gigi miring 
Ciri – cirri roda gigi mirng : 
 Arah gigi membentuk sudut terhadap poros. 
 Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform 
 Kemampuan pembebanan lebih besar dari roda gigi lurus 
 Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda gigi 
yang kokoh. 
Jenis – jenis roda gigi miring antara lain ; 
1. Roda Gigi Miring Biasa 
Gambar 2.6 Roda gigi Miring Biasa
12 
2. Roda Gigi Miring Silang 
Gambar 2.7 Roda gigi Miring Silang 
3. Roda gigi Miring Ganda 
Gambar 2.8 Roda gigi Miring Ganda 
4. Roda gigi Mirirng Bersambung 
Gambar 2.9 Roda gigi mirirng Bersambung
13 
2.2.3.3 Roda gigi Kerucut 
Roda gigi kerucut digunakan untuk mentransmisikan 2 buah poros yang saling 
berpotongan. 
Gambar 2.10 Roda gigi Kerucut 
Jenis – jenis roda gigi kerucut : 
1. Roda gigi lurus kerucut
14 
Roda gigi kerucut miring 
Gambar 2.11 Roda gigi kerucut miring 
2. Roda gigi kerucut Spiral 
Gambar 2.12 Roda gigi Kerucut Spiral 
3. Roda gigi Kerucut hypoid 
Gambar 2.13 roda gigi kerucut hypoid
15 
2.2.3.4 Roda gigi Cacing 
Ciri-ciri roda gigi cacing adalah : 
1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut yang 
dibentuk kedua sumbu sebesar 90o. 
2. Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi 
3. Umumnya transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikan putaran dari roda 
cacing ke cacing (mengunci sendiri). 
4. Perbandingan reduksi dapat dibuat sampai 1 : 150. 
5. Kapasitas beban yang besar dimungkinkan karena kontak beberapa gigi 
biasanya 2 sampai 4. 
6. Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarannya 
kecil. 
Batasan roda gigi cacing adalah : 
a) Kecepatan roda gigi cacing maksimun 40.000 rpm 
b) Kecepatan keliling roda gigi cacing maksimum 69 m/s 
c) Tosi maksimun roda gigi cacing adalah 70.000 m kgf 
d) Gaya keliling roda gigi cacing maksimum 80.000 kgf 
e) Diameter roda gigi cacing maksimum 2 m 
f) Daya maksimum 1.400 Hp 
Peningkatan pemakaian roda gigi cacing seperti pada gambar 2.15 dibatasi pada nilai 
i antara 1 sampai dengan 5 , karena dengan ini dapat mentransmisikan daya yang 
besar dengan efisiensi yang tinggi dan selanjutnya hubungan seri dengan salah satu
tingkat roda gigi lurus sebelum atau sesudahnya untuk dapat mendapat reduksi yang 
lebih besar dengan efisiensi yang lebih baik. 
16 
Gambar 2.15 Roda gigi Cacing. 
Pemakaian dari roda gigi cacing meliputi : gigi reduksi untuk semua transmisi samapi 
daya 1.400 HPDiantaranya pada lift, motor Derek, untuk mesiln tekstil, rangkakaian 
kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin frais dan juga untuk berbagai sistem kemudi 
kendaraan. 
Adapun frofil dari roda gigi cacing ditunjukan seperti pada gambar 2.16 : 
Gambar 2.16 profil roda gigi cacing 
1. N-worm atau A-worn 
Gigi cacing yang punya profil trapozidal dalam bagian normal dan bagian aksial, 
diproduksi dengan menggunakan mesin bubut dengan pahat yang berbentuk 
trapezium, serta tanpa proses penggrindaan. 
2. E – worn 
Gigi cacing yang menunjukan involut pada gigi miring dengan  antara 87o sampai 
dengan 45o.
17 
3. K-worn 
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk trapezoidal, 
menunjukan dua kerucut. 
4. H- worn 
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk cembung . 
Tipe – tipe yang perpenggerak roda gigi cacing antara lain : 
a. Cylindrical worm gear dengan pasangan gigi globoid. 
Gambar 2.17 Cylindical Worm Gear dengan pasangan Gigi Globoid. 
b. Globoid worm gear dipasangkan dengan roda gigi lurus. 
Gambar 2.18 Globoid worm drive dipasangkan roda gigi lurus. 
c. Globoid worm drive dipasangkan dengan roda gigi globoid.
Gambar 2.19 worm drive dipasangkan dengan roda gigi floboid 
d. Roda gigi cacing krucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut globoid yang 
dinamai dengan roda gigi spiroid (gambar 2.20) 
Gambar 2.20 Roda gigi cacing krucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut 
18 
globoid.
2.3 perbandigan putaran dan perbandingan Roda gigi 
Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada poros 
penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter lingkaran jarak bagi d1 
(mm) dan d2 (mm) dan jumlah gigi z1 dan z2 , maka perbandingan putaran u adalah : 
19 
U= 
푛1 
푛2 
= 
푑1 
푑2 
= 
푚 .푧1 
푚 .푧2 
= 
푧1 
푧2 
= 
1 
푖 
= 
푧1 
푧2 
= i 
Harga I adalah perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dan pinion, dikenal 
juga sebagai perbandingan transmisi atau perbandingan roda gigi. Perbandingan ini 
dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal roda gigi lurus standar, dan dapat diperbesar 
sampai 7 dengan perubahan kepala. Pada roda gigi miring ganda dapat sampai 10. 
Jarak sumbu poros alumunium (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2 
(mm) dapat dinyatakan sebagai berikut : 
훼 = 
(푑1+푑2) 
2 
= 
푚 (푧1+푧2) 
2 
d1 = 
2 푎 
푖+1 
d2 = 
2 푎 .푖 
푖 +1
20 
2.4 Nama-nama Bagian Roda gigi 
Berikut beberapa buah istilah yang perlu diketahui dalam perancangan roda gigi yang 
perlu diketahui yaitu : 
1. Lingkaran pitch (pitch circle) 
Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini merupakan 
dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi, jarak antara gigi dan 
lain-lain. 
2. Pinion 
Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi. 
3. Diameter lingkaran pitch (pitch circle diameter) 
Merupakan diameter dari lingkaran pitch. 
4. Diameter pitch 
Jumlah gigi persatuan pitch diameter. 
5. Jarak bagi lingkar (circular pitch) 
Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau 
keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi, secara formula dapat ditulis : 
6. Modul (module) 
Perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi. 
7. Adendum (dedendum) 
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch 
diukur dalam arah radial. 
8. Dedendum (dedendum) 
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial.
21 
9. Working Depth 
Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang roda gigi yang berkontak 
dikurangi dengan jarak poros. 
10. Clearance Circle 
Lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum dari gigi yang 
berpasangan. 
11. Pitch point 
Titik singgung dari lingkaran pitch dari sepasang roda gigi yang berkontak yang 
juga merupakan titik potong antara garis kerja dan garis pusat. 
12. Operating pitch circle 
Lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang roda gigi yang berkontak dan jarak 
porosnya menyimpang dari jarak poros yang secara teoritis benar. 
13. Addendum circle 
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkuran yang membatasi gigi. 
14. Dedendum circle 
Lingkaran kaki gigi yaitu lingkaran yang membatasi kaki gigi. 
15. Width of space 
Tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch. 
16. Sudut tekan (pressure angle) 
Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan kemiringan dari sisi kepala gigi. 
17. Kedalaman total (total depth) 
Jumlah dari addendum dan dedendum. 
18. Tebal gigi (tooth thickness)
Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch. 
22 
19. Lebar ruang (tooth space) 
Ukuran ruang antara dua gigi sepanjang lingkaran pitch. 
20. Backlash 
Selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang. 
21. Sisi kepala (face of tooth) 
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch. 
22. Sisi kaki(flank of tooth) 
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch. 
23. Puncak kepala (top land) 
Permukaan dipuncak gigi. 
24. Lebar gigi (face width) 
Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya.
BAB III 
PERHITUNGAN RODA GIGI 
23 
3.1 Menentukan Ukuran Roda Gigi 
Untuk merancang roda gigi yang mamapu mentransmisikan daya maksimum 
sebesar 104 ps pada putaran 6000 rpm. Pada mobil “Bus HINO R260 
RK8JSKA-NHJ 
dan direncanakan menggunakan roda gigi miring: 
Hal – hal yang direncanakan diantara lain: 
 Sudut miring ,  = 25° 
 Sudut tekanan,  = 20° 
 Jarak sumbu poros, a = 100 mm 
 Muodul (m) = 3 
 Perbandingan transmisi : 
I1 = 3,769 
I2 = 2,045 
I3 = 1,376 
I4 = 1,000 
I5 = 0,838
24 
Gigi mundur : R = 4,128 
Karena dasar dalam perencanaan roda gigi itu perbandingan kecepatan atau 
perbandingan transmisi (I), yaitu perbandingan lingkungan jarak roda gigi yang satu 
dengan jumlah gigi yang ke dua. 
 Perhitungan Transmisi 1 
 Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 
d1¹ = 
2.푎 
1+푖 
d2¹ = 
2 .푎 ,푖 
1+푖 
= 
2 푥 100 
1+3,769 
= 
2푥100푥 3,769 
1+3,769 
= 42 mm = 158 mm 
d1¹ = 22 mm d2¹ = 158 mm 
 Jumlah gigi, (z) : 
Z1 = 
d1¹ 
푚 
Z2 = 
d2² 
푚 
= 
42 
3 
= 
158 
3 
= 14 gigi = 53 gigi
25 
 Dimensi roda gigi 
o Diameter tusuk , Dt: 
Dt1 = m ∙ z1 Dt2 = m ∙ z² 
= 3 x 14 = 3 x 53 
= 42 mm = 159 mm 
o Diameter kepala, Dk: 
Dk1 = m (z1+2) Dk2 = m (z2+2) 
= 3 (14+2) = 3 (53+2) 
= 48 mm = 165 mm 
o Diameter kaki , Df : 
Df¹ = m (Z1-2) Df² = m (Z2-2) 
= 3 (14-2) = 3 (53-2) 
= 36 mm = 153 mm
26 
 Perhitungan Transmisi 2 
 Diameter jarak lingakaran sementara, d1: 
d1¹ = 
2.푎 
1+푖 
d21 = 
2 ∙푎 ∙푖 
1+푖 
= 
2푥 100 
1+2,045 
= 
2푥 100 푥 2,045 
1+2,045 
= 66 mm = 134 mm 
 Jumlah gigi , z: 
Z1 = 
d1¹ 
푚 
Z2 = 
d2² 
푚 
= 
66 
3 
= 
134 
3 
= 22 gigi = 45 gigi 
 Dimensi roda gigi: 
o Diameter tusuk, Dt : 
Dt1 = m ∙ Z1 Dt2 = m ∙ Z2 
= 3 x 22 = 3 x 45 
= 66 mm = 135 mm 
o Diameter kepala, Dk : 
Dk1 = m ∙ (Z1 + 2) Dk2 = m ∙ (Z2+ 2) 
= 3 x (22 + 2 ) = 3 x (45 +2)
= 72 mm = 225 mm 
27 
o Diameter kaki , Df : 
Dk1 = m (Z1-2) Dk2 = m (Z2-2) 
= 3 (22 – 2 ) = 3 (45 -2) 
= 60 mm = 129 mm 
 Perhitungan Transmisi 3 
 Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 : 
d1¹= 
2.푎 
1+푖 
d21 = 
2 ∙푎 ∙푖 
1+푖 
= 
2푥 100 
1+1,376 
= 
2 푥100푥 3,076 
1+1,376 
= 84 mm = 115 mm 
 Jumlah gigi, z : 
Z¹= 
d1¹ 
푚 
z2 = 
d2² 
푚 
= 
84 
3 
= 
115 
3 
= 28 gigi = 38 gigi 
 Diamater roda gigi : 
o Diameter tusuk, Dt: 
Dt1 = m ∙ z1 Dt2 = m ∙ z2
= 3 x 28 = 3 x 38 
= 84 mm = 114 mm 
28 
o Diameter kepala, Dk: 
Dk1 = m ∙ (z1 + 2) Dk2 = m ∙ (z2+2) 
= 3 x (28 + 2 ) = 3 x (38 + 2) 
= 90 mm = 120 mm 
o Diameter kaki, Df : 
Dk1 = m (Z1-2) Dk2 = m (Z2-2) 
= 3 x (28 – 2 ) = 3 x (38 -2) 
= 78 mm = 108 mm 
 Perhitungan Transmisi 4 
 Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 : 
d1¹ = 
2.푎 
1+푖 
d2 
1 = 
2 ∙푎 ∙푖 
1+푖 
= 
2 ∙100 
1+1,000 
= 
2 푥100푥 1,000 
1+1,000 
= 100 mm = 100 mm 
 Jumlah gigi, z : 
Z¹ = 
d1¹ 
푚 
z2 = 
d2² 
푚
29 
= 
100 
3 
= 
100 
3 
= 33 gigi = 33 gigi 
 Diameter roda gigi : 
o Diameter tusuk, Dt: 
Dt1 = m ∙ z1 Dt2 = m ∙ z2 
= 3 x 33 = 3 x 33 
= 99 mm = 99 mm 
o Diameter kepala, Dk: 
Dk1 = m ∙ (z1 + 2) Dk2 = m ∙ (z2+2) 
= 3 x ( 33 + 2 ) = 3 x ( 33+ 2) 
= 105 mm = 105 mm 
o Diameter kaki, Df: 
Dk1 = m (Z1-2) Dt2 = m (Z2-2) 
= 3 x (33 – 2 ) = 3 x (33-2) 
= 93 mm = 93 mm
30 
 Menghitung transmisi 5 
 Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 : 
d1¹ = 
2.푎 
1+푖 
d2² = 
2 ∙푎 ∙푖 
1+푖 
= 
2 푥 100 
1+0,838 
= 
2 푥100푥 0,838 
1+0,838 
= 108,81 mm = 91,18 mm 
 Jumlah gigi, z : 
Z¹ = 
d1¹ 
푚 
z² = 
d2² 
푚 
= 
109 
3 
= 
91 
3 
= 36gigi = 30 gigi 
 Diameter roda gigi : 
o Diameter tusuk, Dt: 
Dt¹ = m ∙ z1 Dt² = m ∙ z2 
= 3 x 36 = 3 x 30 
= 108 mm = 90 mm 
o Diameter kepala, Dk:
Dk¹ = m ∙ (z1 + 2) Dk² = m ∙ (z2+2) 
= 3 x (36 + 2 ) = 3 x ( 30+ 2) 
= 114mm = 96 mm 
31 
o Diameter kaki, Df: 
Df¹ = m (Z1-2) Df² = m (Z2-2) 
= 3 x (36 – 2 ) = 3 x (30 -2) 
= 102 mm = 84 mm 
Tabel 3.1 Tabel Dimensi Roda Gigi 
Transmisi 
Z1 
(gigi) 
Z2 
(gigi) 
Dt1 
(mm) 
Dt2 
(mm) 
Dk1 
(mm) 
Dk2 
(mm) 
Df1 
(mm) 
Df2 
(mm) 
1 14 53 42 159 48 165 36 153 
2 22 45 66 135 72 225 60 129 
3 28 38 84 114 90 120 78 108 
4 33 33 99 99 105 105 93 93 
5 36 30 108 90 114 96 102 84 
3.2 Menentukan jarak sumbu poros pada roda gigi 
Jarak sumbu poros pada roda gigi adalah perbandingan antara jumlah dari 
diameter jarak bagi lingkaran pada roda gigi di bagi 2: 
 = 
푑푡1+푑푡2 
2 
= 
42+159 
2
32 
= 101 mm 
3.3 Perencanaan Roda Gigi mundur 
Hasil pengukuran dan pengamatan spesifikasi mesin adalah sebagai berikut : 
 Putaran motor (ni) = 6000 rpm 
 Daya (N1) = 104 ps 
 Ratio roda pada gigi mundur (ir) = 4,128 
 Ratio roda pada gigi final (ifg) = 4,875 
 Material = Baja St 70.11 
 Sudut tekanan normal = 20° (standart ISO ) 
 o = 0 (untuk roda gigi lurus) 
o = 
0.35 ∙퐾퐷 ∙푖 
퐶푠 ∙푆퐺∙(1+푖) 
= 
0,35 푥 0,625 푥 4,128 
1,5 푥 0,8 (1+4,128) 
= 0,1467 kgf / mm² 
3.3.1 Diameter Refrensi 
Diameter refrensi pertama pada poros penggerak (poros 1 ) ditentukan dengan 
persamaan:
33 
db ≤ 113 √ 
푑푏 . 1 .푁1 
푏.푛1.훽푧푢푙 
3 
db ≤ 113 √ 
1 푥 104 
0,5 푥 6000 푥 0,1467 
3 
db1 = 69,861 mm 
db1 = 70 mm 
V = 
휋.퐷.푛 
60 푥 10³ 
= 
3,14 푥 69,861 푥 6000 
60 푥 10³ 
= 21,93 m/s 
Diameter refrensi roda gigi yang kedua: 
db2 = ir. db1= 4,128 x 69,861 = 288,38 mm 
db3 = ifg . db2 = 4,875 x 69,861 = 340,57 mm 
3.3.2 Diameter Jarak Bagi 
Dianggap tidak ada factor korigasi (X1=X2=0) sehingga diameter jarak bagi (d) 
sama dengan diameter refrensinya. 
dq1 = db1 = 69,861 mm 
dq2 = db2 = 288,38 mm 
dq3 = db3 = 340,57 mm 
3.3.3 Jumlah gigi 
Jumlah gigi roda gigi 1 dipilih :
34 
Z1= 
2 푎 
(1+푖푟).푚 
= 
2 푥 100 
(1+4,128) 푥 3 
= 13 
Jumlah gigi roda gigi 2 dipilih : 
Z2=ir . z1 
= 4,128 x 13 = 53,664 = 54 
Jumlah gigi roda gigi 3 dipilih : 
Z3 = ifg . z1 
= 4,875 x 13 = 63,375 = 63 
3.3.4 Modul 
Modul ini ditentukan dengan persamaan: 
m = = 
푑표1 
푧1 
= = 
푑표2 
푧2 
= = 
69,861 
13 
= 5,373 = 5 
3.3.5 Lebar Gigi 
W = b . db1 = 0.5 x 69,861 = 34, 930 mm = 35 mm 
3.3.6 Tinggi Kepala dan Tinggi Gigi 
Berdasarkan DIN 867 (tabel 21/5) 
hk/m = 1 dan hf / m = 1,1 – 1,3 
Tinggi kepala sama dengan modul : 
hk = m = 5,373 mm 
Tinggi kepala pasangan roda gigi dipilih sama : 
hk1 = hk2
Tinggi kaki dipilih sebesar , 1,25 mm: 
35 
hf1 = 1,25 x 5,373 = 6,716 mm 
Tinggi kakai pasangan roda gigi adalah : 
hf1 = hf2 = hf = 6,716 mm 
3.3.7 Diamater Lengkungan Kepala : 
Untuk roda gigi 1 : 
dk1 = do1+ 2hk1 = 69,861 + (2 x 5,373)= 80,60 mm 
Untuk roda gigi 2 : 
dk2 = do2 + 2hk2 = 288,38 + (2 x 5,373) = 299,12 mm 
Untuk roda gigi 3 : 
dk3 = do3 + 2hk3 = 340,57 + (2 x 5,373) = 351,31 mm 
3.3.8 Diamater lingkaran Kaki : 
Untuk roda gigi 1 : 
dk1 = do1 - 2hk1 = 69,861 - (2 x 5,373) = 59 mm 
Untuk roda gigi 2 : 
dk2 = do2 - 2hk2 = 288,38 - (2 x 5,373) = 277,63 mm 
Untuk roda gigi 3 : 
dk3 = do3 - 2hk3 = 340,57 - (2 x 5,373) = 329,82 mm 
3.3.9 Jarak Pusat 
Jarak pusat ditentukan dengan : 
 = 0,5 (db1 + db2) = 0,5 (69,861 + 288,38) = 179,12 mm
36 
3.3.10 Jarak Bagi 
Jarak bagi ditentukan : 
t0= . m = 3,14 x 5,373 = 16,87 mm 
 Kekuatan gigi 
Untuk penghitungan kekuaatan gigi digunakan dua metode yang paling dasar 
pada perhitungan dan diutamakan pada kekuatan terhadap lenturan dan tekanan pada 
permukaan gigi. Kedua metode ini merupakan metode perencanaan menurut standart. 
Untuk melakukan perencanaan roda gigi perlu diketahiu seperti hal- hal berikut 
ini : 
o Bahan Pinyon S45C dengan : 
 Kekuatan tarik b : 58 (N/mm2) 
 Kekuatan permukaan sisi gigi , Hb : 198 
 Tegangan lenturan yang diizinkan al: 30 N/mm2 
Misalkan faktor tegangan kontak diambil antara baja dengan kekrasan (200Hb) 
dengan besi cor maka Hk : 0,079 N/mm2. 
Maka perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut : 
 Transmisi 1 
Z1 =14 
Y1 = 0,276 
Z2 = 53 
Y2 = 0.408 
(0,421−0,408)푥 1 
10 
= 0,409 
 Kecepatan 
V = 
휋 . 푑푡 .푛 
1000 푥 60
37 
= 
3,14 푥 42 푥 6000 
1000 푥 60 
= 13,18 m/s 
 Gaya tangensial 
ft = 
102 푥 푝 
푣 
= 
102 푥 104 
13,18 
= 804, 85 N 
 Faktor dinamis 
Fv = 
6 
6+푣 
= 
6 
6+13,18 
= 0,31 
 Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar 
F1b1 = a1 .m .Y1 .fv 
= 30 x 3 x 0,276 x 0,31 
= 7,70 N/m 
F2b2 = a1 .m .Y2 .fv 
= 30 x 3 x 0,409 x 0,31 
= 11,41 N/m 
 Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 
2 .z2 
z1+z2 
F1H = Fv .kH .dt1 . 
= 0,31 x 0,079 x 42 x 
2 x 53 
7 + 53
38 
= 1,62 N/mm 
 Transmisi 2 
Z1 = 22 
Y1 = 0,327 + 
(0,333 − 0,327)푥 1 
10 
= 0,3276 
Z2 = 45 
Y2 = 0.396 
(0,402−0,396)푥 1 
10 
= 0,397 
 Kecepatan 
V = 
휋 . 푑푡 .푛 
1000 푥 60 
= 
3,14 푥 66 푥 6000 
60000 
= 20,72, m/s 
 Gaya tangensial 
ft = 
102 푥 푝 
푣 
= 
102 푥 104 
20,72 
= 511.96N 
 Faktor dinamis 
Fv = 
5 ,5 
5,5+푣½ 
= 
5 ,5 
5,5+20,72½
39 
= 0,54 
 Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar 
F1b1 = a1 .m .Y1 .fv 
= 30 x 3 x 0,3276 x 0,54 
= 15,92 N/mm 
F2b2 = a1 .m .Y2 .fv 
= 30 x 3 x 0,397 x 0,54 
= 19,92 N/m 
 Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 
2 .z2 
z1+z2 
F1H = Fv .kH .dt1 . 
= 0,54 x 0,079 x 66 x 
2 x 45 
22 + 45 
= 3,78 N/mm 
 Transmisi 3 
Z1 = 28 
Y1 = 0,349 + 
(0,358−0,349)푥 1 
10 
= 0,3499 
Z2 = 38 
Y2 = 0,349 
 Kecepatan 
V = 
휋 . 푑푡 .푛 
1000 푥 60
40 
= 
3,14 푥 84 푥 6000 
60000 
= 26,37 m/s 
 Gaya tangensial 
ft = 
102 푥 푝 
푣 
= 
102 푥 104 
26,37 
= 402,27 N 
 Faktor dinamis 
Fv = 
5 ,5 
5,5+푣½ 
= 
5 ,5 
5,5+26,37½ 
= 0,51 
 Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar 
F1b1 = a1 .m .Y1 .fv 
= 30 x 3 x 0,3499 x 0,51 
= 16,06 N/m 
F1b2 = a1 .m .Y2 .fv 
= 30 x 3 x 0,383 x 0,51 
= 17,57 N/mm 
 Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 
2 .z2 
z1+z2 
F1H = Fv .kH .dt1 .
41 
= 0,51 x 0,079 x 48 x 
2 x 38 
28 + 38 
= 3,89N/mm 
 Transmisi 4 
Z1 = 33 
Y1 = 0,358 + 
(0,371−0,358)푥 1 
10 
= 0,359 
Z2 = 33 
Y2 = 0,358 
(0,371 − 0,358) 1 
10 
= 0,359 
 Kecepatan 
V = 
휋 . 푑푡 .푛 
1000 푥 60 
= 
3,14 푥 99 푥 6000 
60000 
= 31,08 m/s 
 Gaya tangensial 
ft = 
102 푥 푝 
푣 
= 
102 푥 104 
31,08 
= 341,31 N 
 Faktor dinamis 
Fv = 
5,5 
5,5+푣
42 
= 
5 ,5 
5,5+31,08½ 
= 0,49 
 Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar 
F1b1 = a1 .m .Y1 .fv 
= 30 x 3 x 0,359 x 0,49 
= 15,83 N/m 
F1b2 = a1 .m .Y2 .fv 
= 30 x 3 x 0,359 x 0,399 
= 14,65 N/m 
 Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 
2 .z2 
z1+z2 
F1H = Fv .kH .dt1 . 
= 0,49 x 0,079 x 99 x 
2 x 33 
33 + 33 
= 3,83N/mm 
 Transmisi 5 
Z1 = 36 
Y1 = 0.371 
(0,383 − 0,371) 1 
10 
= 0,372 
Z2 = 30 
Y2 = 0,358 
 Kecepatan
43 
V = 
휋 . 푑푡 .푛 
1000 푥 60 
= 
3,14 푥 108 푥 6000 
60000 
= 33,91 m/s 
 Gaya tangensial 
ft = 
102 푥 푝 
푣 
= 
102 푥 104 
33,91 
= 312,82 N 
 Faktor dinamis 
Fv = 
5,5 
5,5+푣 
= 
5,5 
5,5+33,912½ 
= 0,48 
 Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar 
F1b1 = a1 .m .Y1 .fv 
= 30 x 3 x 0,372 x 0,48 
= 16,07 N/mm 
F1b2 = a1 .m .Y2 .fv 
= 30 x 3 x 0,358 x 0,48 
= 15,46 N/mm 
 Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar
44 
2 .z2 
z1+z2 
F1H = Fv .kH .dt1 . 
= 0,48 x 0,079 x 108 x 
2 x 30 
36 + 30 
= 3,72N/mm 
Tabel 3.2 Hasil Perhitugan Efisiensi Gigi 
Transmisi Z1 Z2 V Ft Fv Fb1 Fb2 F1H 
1 14 53 13,18 804,85 0,31 7,70 11,41 1,62 
2 22 45 20,72 511,96 0,54 15,92 19,29 3,78 
3 28 38 26,37 402,27 0,51 16,06 17,57 3,89 
4 33 33 31,08 341,31 0,49 15,83 15,83 3,83 
5 36 30 33,91 312,82 0,48 16,07 15,46 3,72 
3.4 Perhitungan Efisiensi Roda Gigi 
Perhitungan efisiensi roda gigi diambil berdasarkan data jumlah roda gigi masing 
– masing. Efisiensi roda gigi yang akan dihitung adalah efisiensi masing – masing 
transmisi., efisiensi mekanis dan efisiensi total. 
Jumlah roda gigi pada setiap roda gigi : 
Z1 = 14 Z6 = 38 Z11 = 16 
Z2 = 53 Z7 = 33 Z12 = 52 
Z3 = 22 Z8 = 33 Z13 = 70 
Z4 = 45 Z9 = 36
Z5 = 28 Z10 = 30 
45 
a. Efisiensi Transmisi 1 
1 = 1 - 
1 
7 
[푍1+푍2 
푍1.푍2 
+ 
푍7+푍8 
푍1.푍2 
] 
= 1 - 
1 
7 
[14+53 
14푥53 
+ 
33+33 
33푥33 
] 
= 0,9785 
= 97,85% 
b. Efisiensi Transmisi 2 
2 = 1 - 
1 
7 
[Z1+Z2 
Z1.Z2 
+ 
Z5+Z6 
Z5.Z6 
] 
= 1 - 
1 
7 
[ 14+53 
14 푥 53 
+ 
28 + 38 
28 푥 38 
] 
= 0,9784 
= 97,84% 
c. Efisiensi Transmisi 3 
3 = 1 - 
1 
7 
[푍1+푍2 
푍1.푍2 
+ 
푍3+푍4 
푍3.푍4 
] 
= 1 - 
1 
7 
[ 14+53 
14 푥 53 
+ 
22+45 
22 푥 45 
] 
= 0,9776 
= 97,76% 
d. Efisiensi Transmisi 5
46 
v = 1 - 
1 
7 
[푍1+푍2 
푍1.푍2 
+ 
푍12+푍13 
푍12 . 푍13 
] 
= 1 - 
1 
7 
[ 14+53 
14 푥 53 
+ 
52+70 
52 푥70 
] 
= 0,9825 
= 98,25% 
e. Efisiensi Transmisi Mundur 
R = 1 - 
1 
7 
[푍1+푍2 
푍1 . 푍2 
+ 
푍9+푍10 
푍9 . 푍10 
+ 
푍10+푍11 
푍10 .푍11 
] 
= 1 - 
1 
7 
[14 + 53 
14 푥 53 
+ 
36 + 30 
36 푥 30 
+ 
30 + 16 
30 푥 16 
] 
= 0,965 
= 96,5% 
f. Efisiensi Transmisi Mekanis 
max = 1 . 2 .3 .v .R .bantalan 
= 0,9785 x 0,9784 x 0,9776 x 0,9825x 0,965x 0,99 
= 0,8784 
= 87,84% 
g. Efisiensi Total 
Kerugian daya , Pg 
Daya maksimum mesin, Pmaks = 104 ps 
Pg = Pmaks (1-max) 
= 10 4(1- 87,84 %) 
= 12,64 kW
47 
Jadi Efisiensi total ,total : 
total = [푃푚푎푘푠 −푃푔 
푃푚푎푘푠 
]x 100% 
= [104−12,64 
104 
]x 100% 
= 87.84% 
BAB IV 
HASIL DAN ANALISA 
Tabel 3.1 Tabel Dimensi Roda Gigi. 
Transmisi 
Z1 
(gigi) 
Z2 
(gigi) 
Dt1 
(mm) 
Dt2 
(mm) 
Dk1 
(mm) 
Dk2 
(mm) 
Df1 
(mm) 
Df2 
(mm) 
1 14 53 42 159 48 165 36 153 
2 22 45 66 135 72 225 60 129 
3 28 38 84 114 90 120 78 108 
4 33 33 99 99 105 105 93 93 
5 36 30 108 90 114 96 102 84 
Tabel 3.2 Hasil Perhitugan Efisiensi Gigi 
Transmisi Z1 Z2 V Ft Fv Fb1 Fb2 F1H 
1 14 53 13,18 804,85 0,31 7,70 11,41 1,62
2 22 45 20,70 511,96 0,54 15,92 19,29 3,78 
3 28 38 26,37 402,27 0,51 16,06 17,57 3,89 
4 33 33 31,08 341,31 0,49 15,83 15,83 3,83 
5 36 30 33,91 312,82 0,48 16,07 15,46 3,72 
BAB V 
KESIMPULAN 
48 
5.1 Kesimpulan 
Penulis menyimpulkan bahwa fungsi roda gigi adalah meneruskan daya dari 
putaran mesin ke roda. Dengan adanya perbedaan roda gigi antara transmisi 1 dengan 
yang lainnya maka gaya yang dihasilkan dan kecepatan yang dihasilkan berbeda 
beda. Apabila dilihat dari pergesekan atau hubungan antara roda gigi 1 dengan yang 
lainnya maka dapat dipastikan perpindahan roda gigi akan sangat kasar, oleh karena 
itu maka diperlukan sinkroniser ring yang berfungsi untuk memperhalus perpindahan 
roda gigi, dan biasanya bahan dari sinkroniser ring terbuat dari bahan kuningan. 
Dengan melihat hasil yang sudah didapat : 
Efisiensi max pada mobil “Bus HINO R260 RK8JSKA-NHJ 
- ” adalah 87,84 % dengan besarnya efisiensi ini berarti perhitungan ini sudah 
dapat digunakan. 
5.2 Saran
Untuk transmisi 5 agar mendapatkan kecepatan yang lebih tinggi maka Z1 bisa 
49 
diperbesar dan Z2 diperkecil 
DAFTAR PUSTAKA 
Modul Kuliah, Elemen Mesin II, Universitas Darma Persada, Jakarta 
George H. Martin, Kinematika dan Dinamika Teknik, Edisi II, Erlangga, Jakarta, 
1984 
G. Neiman, Elemen Mesin, Erlangga Jakarta, 1986 
Sularso.Ir. MSME, Elemen Mesin, PT. Pradya Paramita, Jakarta 1997
50 
LAMPIRAN 
Berdasarkna bahan yang akan kita gunakan untuk tegangan lentur yang 
diizinkan pada roda gigi transmisi adalah baja karbon untuk konstruksi mesin dan 
tingkat kekuatan bahan yang kita pilih S 35 C . 
Kelompok Bahan Lambang 
Bahan 
Kekuatan Tarik 
b (kg /mm2) 
Kekerasan (brinel) 
Hb 
Tegangan Lentur 
yang diizinkan 
Besi Cor FC 15 
FC 20 
FC 25 
FC 30 
15 
20 
25 
30 
140-160 
160-180 
180-240 
190-240 
7 
9 
11 
13 
Baja Cor SC 42 
SC 46 
SC 49 
42 
46 
49 
140 
160 
190 
12 
19 
20 
Baja Karbon Untuk 
Konstrusi Mesin 
S 25 C 
S 35 C 
45 
53 
123-183 
149-207 
21 
26
S 45 C 58 167-229 30 
51 
Baja Paduan dengan 
Pengerasan Kulit 
S 15 CK 50 400 (dicelup dingin 
didalam minyak) 
30 
SNC 21 
SNC 22 
80 
100 
600 (dicelup dingin 
didalam air ) 
30 
Baja Krom Nikel SNC 1 
SNC 2 
SNC 3 
75 
85 
95 
212-225 
248-302 
269-321 
35-40 
40-60 
40-60 
Perunggu Logam 
Delta Perunggu 
Fosfer 
Perunggu Nikel 
18 
35-60 
19-30 
64-90 
85 
- 
80-100 
180-260 
5 
10 sd 20 
5 sd 7 
20-30 
Damar Phoner 3 sd 5 
Tabel 1.1 Tegangan lentur yang diizinkan apada bahan Roda Gigi 
Faktor tegangan kontak diambil diantara baja dengan kekerasan (250Hb) dengan corm 
aka KH 
= 0.130 N/mm2. 
Bahan Roda gigi (kekerasan Hb) Kh 
Pinyon Roda Gigi Besar Kg/mm2 
Baja (150) Baja (150) 0,027 
Baja (200) Baja (150) 0,039 
Baja (250) Baja (150) 0,035
Baja (200) Baja (200) 0,035 
Baja (250) Baja (200) 0,069 
Baja (300) Baja (200) 0,086 
Baja (250) Baja (250) 0,086 
Baja (300) Baja (250) 0,107 
Baja (350) Baja (250) 0,130 
Baja (300) Baja (300) 0,130 
Baja (350) Baja (300) 0,154 
Baja (400) Baja (300) 0,168 
Baja (350) Baja (350) 0,182 
Baja (400) Baja (350) 0,210 
Baja (500) Baja (350) 0,226 
Bahan Roda gigi (kekerasan Hb) Kh 
Pinyon Roda Gigi Besar Kg/mm2 
Baja (400) Baja (400) 0,311 
Baja (500) Baja (400) 0,329 
Baja (600) Baja (400) 0,348 
Baja (500) Baja (500) 0,389 
Baja (600) Baja (600) 0,569 
Baja (150) Besi cor 0,039 
Baja (200) - 0,079 
52
Baja (250) - 0,130 
Baja (300) - 0,139 
Baja (150) Perunggu fosfor 0,041 
Tabel 1.2 
Baja (200) - 0,082 
Baja (250) - 0,135 
Besi Cor Besi Cor 0,188 
Besi Cor Nikel Besi Cor Nikel 0,186 
Besi Cor Nikel Perunggu fosfor 0,155 
53 
Tegangan 
kontak pada Roda 
Gigi 
Faktor keamanan 
pembebanan 
dinamis kita pilih kecepatan sedang : 
Kecepatan rendah V = 0,5 – 10 m/s 
Fv = 
3 
3+푦 
Kecepatan sedang V = 5 – 20 m/s 
Fv = 
6 
6+푦 
Kecepatan tinggi V = 20 – 50 m/s 
Fv = 
5.5 
5.5+푦½ 
Tabel 1.3 Faktor Dinamis.
Jumlah Gigi Y Jumlah Gigi Y 
10 0,201 25 0,339 
11 0,226 27 0,349 
12 0,254 30 0,358 
13 0,261 34 0,371 
14 0,276 38 0,383 
15 0,276 43 0,396 
16 0,295 50 0,408 
17 0,289 60 0,421 
18 0,302 75 0,434 
19 0,314 100 0,446 
20 0,32 150 0,459 
21 0,327 300 0,471 
23 0,333 Batang gigi 0,484 
Tabel 1.4 Faktor Bentuk Gigi 
54

More Related Content

What's hot

Elemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiElemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiCharis Muhammad
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Makalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearingMakalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearingAmrih Prayogo
 
Elemen mesin 2 andri
Elemen mesin 2 andriElemen mesin 2 andri
Elemen mesin 2 andriAndri Santoso
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Hamid Abdillah
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAUdian haryanto
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Dewi Izza
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearingoto09
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Endang Saefullah
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanContoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanInstansi
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Novia Fitriany
 

What's hot (20)

Elemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiElemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - Rantai
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
TEGANGAN
TEGANGANTEGANGAN
TEGANGAN
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Makalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearingMakalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearing
 
Elemen mesin 2 andri
Elemen mesin 2 andriElemen mesin 2 andri
Elemen mesin 2 andri
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
Elemen Mesin II - Rem
Elemen Mesin II - RemElemen Mesin II - Rem
Elemen Mesin II - Rem
 
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanContoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
 
Sentrifugal
SentrifugalSentrifugal
Sentrifugal
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 

Similar to GEARBOX DESIGN

Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Swardi Sibarani
 
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inchAushafNurIlham
 
Galih satya dharma, tab ,0420120055
Galih satya dharma, tab ,0420120055Galih satya dharma, tab ,0420120055
Galih satya dharma, tab ,0420120055galihsatyadharma
 
Sistem Transmisi Manual (Mobil)
Sistem Transmisi Manual (Mobil)Sistem Transmisi Manual (Mobil)
Sistem Transmisi Manual (Mobil)e pai
 
Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan) pak i gusti made am(1)
Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan)   pak i gusti made am(1)Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan)   pak i gusti made am(1)
Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan) pak i gusti made am(1)Septi Sari
 
KELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptx
KELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptxKELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptx
KELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptxfarhanhandika1
 
Teori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigiTeori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigidhikaian
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5LAZY MAGICIAN
 
Perawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem CakramPerawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem CakramGombel Slenge'an
 
Fungsi fungsi sistem kemudi
Fungsi   fungsi sistem kemudiFungsi   fungsi sistem kemudi
Fungsi fungsi sistem kemudiÀlvenda Ryan
 
Reka Bentuk Mekanikal
Reka Bentuk MekanikalReka Bentuk Mekanikal
Reka Bentuk Mekanikalrodziah anuar
 
Laporan gerinda selindris
Laporan gerinda selindrisLaporan gerinda selindris
Laporan gerinda selindrisGoem Gumilar
 

Similar to GEARBOX DESIGN (20)

Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
 
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
 
Galih satya dharma, tab ,0420120055
Galih satya dharma, tab ,0420120055Galih satya dharma, tab ,0420120055
Galih satya dharma, tab ,0420120055
 
Sistem Transmisi Manual (Mobil)
Sistem Transmisi Manual (Mobil)Sistem Transmisi Manual (Mobil)
Sistem Transmisi Manual (Mobil)
 
Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan) pak i gusti made am(1)
Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan)   pak i gusti made am(1)Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan)   pak i gusti made am(1)
Pemeliharaan dan pebaikan diferential (gardan) pak i gusti made am(1)
 
79949784 gear-box
79949784 gear-box79949784 gear-box
79949784 gear-box
 
Bab i oke
Bab i okeBab i oke
Bab i oke
 
KELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptx
KELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptxKELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptx
KELOMPOK 5 MERANCANG ULANG TRANSMISI RODA GIGI MIRING-1.pptx
 
Teori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigiTeori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigi
 
TRANSMISI.pptx
TRANSMISI.pptxTRANSMISI.pptx
TRANSMISI.pptx
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5
 
Elemen mesin 1
Elemen mesin 1Elemen mesin 1
Elemen mesin 1
 
Elemen mesin 1
Elemen mesin 1Elemen mesin 1
Elemen mesin 1
 
Perawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem CakramPerawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem Cakram
 
Fungsi fungsi sistem kemudi
Fungsi   fungsi sistem kemudiFungsi   fungsi sistem kemudi
Fungsi fungsi sistem kemudi
 
Roda gigi umum
Roda gigi umumRoda gigi umum
Roda gigi umum
 
Tugas kelompok-makalah-mesin-bubut
Tugas kelompok-makalah-mesin-bubutTugas kelompok-makalah-mesin-bubut
Tugas kelompok-makalah-mesin-bubut
 
Roda gigi
Roda gigiRoda gigi
Roda gigi
 
Reka Bentuk Mekanikal
Reka Bentuk MekanikalReka Bentuk Mekanikal
Reka Bentuk Mekanikal
 
Laporan gerinda selindris
Laporan gerinda selindrisLaporan gerinda selindris
Laporan gerinda selindris
 

Recently uploaded

KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 

Recently uploaded (8)

Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 

GEARBOX DESIGN

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Perguruan Tinggi merupakan salah satu alat penunjang potensial untuk menghasilkan enginer yang ahli dan profesional. Untuk mencapai sasaran ini diperlukan kurikulum yang baik, agar terbentuk hubungan yang sinergi antara lembaga pendidikan dan dunia industri yang terkait. Tugas Elemen Mesin merupakan salah satu latihan yang baik bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya ke dalam bentuk suatu analisis dari suatu peralatan. Selain untuk menambah wawasan mahasiswa, tugas ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa dalam menguji keseriusannya dalam menempuh pendidikannya di perguruan tinggi ini. Proses perancangan telah ada sejak manusia diciptakan, karena sifat manusia yang ingin mudah dalam menjalani hidupnya dan pada dasarnya proses perancangan memang ditujukan untuk memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Proses perancangan sangat banyak kelompoknya, bisa dikatakan tidak terbatas, sesuai dengan kebutuhan manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang ada. Sebagai mahasiswa teknik mesin sudah pasti harus bisa merancang sesuatu yang bisa memudahkan untuk memenuhi kebutuhan yang tentu berkaitan dengan bidangnya.
  • 2. Recognition of need Definition of problem Synthesis Analysis and optimization Evaluation Presentation Tapi untuk merencanakan sesuatu yang dapat memudahkan untuk memenuhi kebutuhan bukan hal yang mudah, apalagi di zaman sekarang ini yang bisa dikatakan segalanya telah ada tetapi manusia tidak pernah puas dan ingin lebih mudah lagi. Untuk sampai pada hasil rancangan harus melalui proses yang rumit dan panjang. Di zaman sekarang ini yang segalanya sudah tersedia, proses perancangan dapat dipermudah. Dengan berbagai organisasi yang mengeluarkan standar-standar tertentu untuk bermacam-macam elemen mesin, para perancang tidak perlu membuat keseluruhan elemen mesin yang akan digunakan dalam rancangannya. Tetapi yang sulit bagi para perancang adalah proses pemilihan elemen mesin yang tepat, yang dapat memenuhi persyaratan si perancang itu sendiri. Dalam perancangan mesin kali ini , mencoba mengangkat permasalahan tentang Gearbox. Gearbox merupakan salah satu komponen dari suatau mesin yang berupa rumah untuk roda gigi. Komponen ini harus harus memiliki kontruksi yang tepat agar dapat menempatkan poros – poros roda gigi pada sumbu yang benar sehingga roda gigi dapat berputar dengan baik. Maka dari itu dengan sedikit mungin 2 Iteration
  • 3. gesekan yang terjadi. Selain harus memilki konstruksi yang tepat, terdapat beberapa kriteria yang dapat dipenuhi oleh komponen ini yaitu dapat meredam getaran yang timbul akibat putaran dan gesekan pada roda gigi. Dari kesulitan konstruksi yang disyaratkan dan pemenuhan kriteria yang dibutuhkan, maka kami bermaksud membuat produk tersebut sebagai objek 3 perancangan tugas elemen mesin. Pembuatan produk tersebut dengan memperhatikan spesifikasi yang diinginkan. 1.2 Batasan Masalah Penulis akan membatasi pembahasan hanya sampai memperhitungkan aspek mekanika saja dan terbatas kepada komponen-komponen mesin yang telah dipelajari pada mata kuliah elemen mesin I. Sedangkan aspek-aspek yang lainnya yang akan dibahas secara sekilas saja. Dalam laporan tugas elemen mesin I ini penulis membatasi permasalahan hanya pada perhitungan beberapa komponen pada roda gigi. Metode pengukuran yang kami pilih sangat sederhana, dengan menghitung kembali roda gigi dengan melihat spesifikasi pada kendaraan bermotor. 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari mata kuliah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengenal beberapa komponen mesin beserta beban utamanya. 2. Memahami tahap – tahap perancangan roda gigi. 3. Mampu membuat gambar sket dan gambar teknik dari komponen yang dirancang. 4. Menentukan variable yang akan dittemukan di lapangan.
  • 4. 1.4 Sistematika Penulisan dan Pembahasan Dalam laporan ini penulis melakukan pembahasan secara sistematis dengan 4 sistematika sebagai berikut: Bab I berisi tentang latar belakang desain, batasan masalah beserta tujuan penulis dalam mengerjakan tugas elemen mesin. Bab II berisi tentang teori dasar tentang komponen-komponen padr roda gigi. Bab III berisi perhitungan roda gigi pada kendaraan bermotor sesuai spesifikasi yang telah di pilih pda tipe kendaraan. Bab IV berisi tentang hasil dan analisa roda gigi. Bab V berisi tentang kesimpulan hasil perhitungan dan analisis roda gigi. Di samping itu laporan ini juga membuat beberapa lampiran yang berisikan tentang gambar teknik dan tabel – tabel yang diperlukan data perancangan roda gigi.
  • 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Rodagigi sering digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu rodagigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya, yaitu :  Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang 5 besar.  Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.  Kemampuan menerima beban lebih tinggi.  Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.  Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar. Rodagigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros. Di samping itu terdapat pula rodagigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi. Ada pula rodagigi dengan putaran yang terputus-putus. Dalam teori, rodagigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.
  • 6. 6 2.1 Klasifikasi Rodagigi Rodagigi diklasifikasikan sebagai berikut :  Menurut letak poros.  Menurut arah putaran.  Menurut bentuk jalur gigi 2.1.1 Menurut Letak Poros Menurut letak poros maka rodagigi diklasifikasikan seperti tabel berikut : Letak Poros Roda Gigi Keterangan Roda Gigi dengan Poros Sejarar Roda gigi Lurus Roda gigi Miring Roda gigi Miring Ganda Klasifikasi atas dasar bentukalur gigi Roda gigi dengan poros berpotongan Roda gigi kerucut lurus Roda gigi kerucut spiral Roga gigi kerucut zerol Roda gigi kerucut miring Roda gigi miring ganda Klasifikasi atas dasar bentuk jalur gigi Rodagigi permukaan dengan poros Berpotongan Rodagigi dengan poros berpotongan berbentuk istimewa Rodagigi miring silang Batang gigi miring silang Kontak gigi Gerak lurus dan berputar Rodagigi dengan poros Rodagigi cacing silindris Rodagigi cacing selubung ganda 5
  • 7. silang Rodagigi cacing samping Rodagigi hiperboloid 7 Rodagigi hipoid Rodagigi permukaan silang 2.2.2 Menurut arah putaran Menurut arah putarannya, rodagigi dapat dibedakan atas :  Rodagigi luar ; arah putarannya berlawanan.  Rodagigi dalam dan pinion ; arah putarannya sama 2.2.3 Menurut bentuk jalur gigi Berdasarkan bentuk jalur giginya, rodagigi dapat dibedakan atas : 2.2.3.1 Rodagigi Lurus Rodagigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel. Dibandingkan dengan jenis rodagigi yang lain rodagigi lurus ini paling mudah dalam proses pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah. Rodagigi lurus ini cocok digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar, karena tidak menimbulkan gaya aksial.
  • 8. 8 Gambar 2.1 Rodagigi Lurus Ciri-ciri rodagigi lurus adalah : 1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp 2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm 3. Kecepatan keliling < 200 m/s 4. Rasio kecepatan yang digunakan  Untuk 1 tingkat ( i ) < 8  Untuk 2 tingkat ( i ) < 45  Untuk 3 tingkat ( i ) < 200  ( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang digerakkan 5. Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% tergantung disain dan ukuran. Jenis-jenis rodagigi lurus antara lain :
  • 9. 9 1. Rodagigi lurus (external gearing) Rodagigi lurus (external gearing) ditunjukkan seperti gambar 2.2. Pasangan rodagigi lurus ini digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran dalam arah yang berlawanan. Gambar 2.2 Rodagigi Lurus Luar 2. Rodagigi dalam (internal gearing) Rodagigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi yang berukuran kecil dengan perbandingan reduksi besar. 3. Rodagigi Rack dan Pinion Rodagigi Rack dan Pinion (gambar 2.3) berupa pasangan antara batang gigi dan pinion rodagigi jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus atau sebaliknya.
  • 10. Gambar 2.3 Rodagigi Rack dan Pinion 10 4. Rodagigi permukaan Rodagigi lurus permukaan (gambar 2.4) memiliki dua sumbu saling berpotongan dengan sudut sebesar 90°. Gambar 2.4 Roda gigi permukaan. 2.2.3.2 Roda gigi Miring Roda gigi miring hampir sama dengan roda gigi lurus, tetapi dalam pengoprasiannya roda gigi lurus lebih lembut dan tingkat kebisingannya rendah perkontakan antara gigi lebih dari 1.
  • 11. 11 Gambar 2.5 Roda gigi miring Ciri – cirri roda gigi mirng :  Arah gigi membentuk sudut terhadap poros.  Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform  Kemampuan pembebanan lebih besar dari roda gigi lurus  Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda gigi yang kokoh. Jenis – jenis roda gigi miring antara lain ; 1. Roda Gigi Miring Biasa Gambar 2.6 Roda gigi Miring Biasa
  • 12. 12 2. Roda Gigi Miring Silang Gambar 2.7 Roda gigi Miring Silang 3. Roda gigi Miring Ganda Gambar 2.8 Roda gigi Miring Ganda 4. Roda gigi Mirirng Bersambung Gambar 2.9 Roda gigi mirirng Bersambung
  • 13. 13 2.2.3.3 Roda gigi Kerucut Roda gigi kerucut digunakan untuk mentransmisikan 2 buah poros yang saling berpotongan. Gambar 2.10 Roda gigi Kerucut Jenis – jenis roda gigi kerucut : 1. Roda gigi lurus kerucut
  • 14. 14 Roda gigi kerucut miring Gambar 2.11 Roda gigi kerucut miring 2. Roda gigi kerucut Spiral Gambar 2.12 Roda gigi Kerucut Spiral 3. Roda gigi Kerucut hypoid Gambar 2.13 roda gigi kerucut hypoid
  • 15. 15 2.2.3.4 Roda gigi Cacing Ciri-ciri roda gigi cacing adalah : 1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut yang dibentuk kedua sumbu sebesar 90o. 2. Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi 3. Umumnya transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikan putaran dari roda cacing ke cacing (mengunci sendiri). 4. Perbandingan reduksi dapat dibuat sampai 1 : 150. 5. Kapasitas beban yang besar dimungkinkan karena kontak beberapa gigi biasanya 2 sampai 4. 6. Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarannya kecil. Batasan roda gigi cacing adalah : a) Kecepatan roda gigi cacing maksimun 40.000 rpm b) Kecepatan keliling roda gigi cacing maksimum 69 m/s c) Tosi maksimun roda gigi cacing adalah 70.000 m kgf d) Gaya keliling roda gigi cacing maksimum 80.000 kgf e) Diameter roda gigi cacing maksimum 2 m f) Daya maksimum 1.400 Hp Peningkatan pemakaian roda gigi cacing seperti pada gambar 2.15 dibatasi pada nilai i antara 1 sampai dengan 5 , karena dengan ini dapat mentransmisikan daya yang besar dengan efisiensi yang tinggi dan selanjutnya hubungan seri dengan salah satu
  • 16. tingkat roda gigi lurus sebelum atau sesudahnya untuk dapat mendapat reduksi yang lebih besar dengan efisiensi yang lebih baik. 16 Gambar 2.15 Roda gigi Cacing. Pemakaian dari roda gigi cacing meliputi : gigi reduksi untuk semua transmisi samapi daya 1.400 HPDiantaranya pada lift, motor Derek, untuk mesiln tekstil, rangkakaian kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin frais dan juga untuk berbagai sistem kemudi kendaraan. Adapun frofil dari roda gigi cacing ditunjukan seperti pada gambar 2.16 : Gambar 2.16 profil roda gigi cacing 1. N-worm atau A-worn Gigi cacing yang punya profil trapozidal dalam bagian normal dan bagian aksial, diproduksi dengan menggunakan mesin bubut dengan pahat yang berbentuk trapezium, serta tanpa proses penggrindaan. 2. E – worn Gigi cacing yang menunjukan involut pada gigi miring dengan  antara 87o sampai dengan 45o.
  • 17. 17 3. K-worn Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk trapezoidal, menunjukan dua kerucut. 4. H- worn Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk cembung . Tipe – tipe yang perpenggerak roda gigi cacing antara lain : a. Cylindrical worm gear dengan pasangan gigi globoid. Gambar 2.17 Cylindical Worm Gear dengan pasangan Gigi Globoid. b. Globoid worm gear dipasangkan dengan roda gigi lurus. Gambar 2.18 Globoid worm drive dipasangkan roda gigi lurus. c. Globoid worm drive dipasangkan dengan roda gigi globoid.
  • 18. Gambar 2.19 worm drive dipasangkan dengan roda gigi floboid d. Roda gigi cacing krucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut globoid yang dinamai dengan roda gigi spiroid (gambar 2.20) Gambar 2.20 Roda gigi cacing krucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut 18 globoid.
  • 19. 2.3 perbandigan putaran dan perbandingan Roda gigi Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada poros penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter lingkaran jarak bagi d1 (mm) dan d2 (mm) dan jumlah gigi z1 dan z2 , maka perbandingan putaran u adalah : 19 U= 푛1 푛2 = 푑1 푑2 = 푚 .푧1 푚 .푧2 = 푧1 푧2 = 1 푖 = 푧1 푧2 = i Harga I adalah perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dan pinion, dikenal juga sebagai perbandingan transmisi atau perbandingan roda gigi. Perbandingan ini dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal roda gigi lurus standar, dan dapat diperbesar sampai 7 dengan perubahan kepala. Pada roda gigi miring ganda dapat sampai 10. Jarak sumbu poros alumunium (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2 (mm) dapat dinyatakan sebagai berikut : 훼 = (푑1+푑2) 2 = 푚 (푧1+푧2) 2 d1 = 2 푎 푖+1 d2 = 2 푎 .푖 푖 +1
  • 20. 20 2.4 Nama-nama Bagian Roda gigi Berikut beberapa buah istilah yang perlu diketahui dalam perancangan roda gigi yang perlu diketahui yaitu : 1. Lingkaran pitch (pitch circle) Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi, jarak antara gigi dan lain-lain. 2. Pinion Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi. 3. Diameter lingkaran pitch (pitch circle diameter) Merupakan diameter dari lingkaran pitch. 4. Diameter pitch Jumlah gigi persatuan pitch diameter. 5. Jarak bagi lingkar (circular pitch) Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi, secara formula dapat ditulis : 6. Modul (module) Perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi. 7. Adendum (dedendum) Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch diukur dalam arah radial. 8. Dedendum (dedendum) Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial.
  • 21. 21 9. Working Depth Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang roda gigi yang berkontak dikurangi dengan jarak poros. 10. Clearance Circle Lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum dari gigi yang berpasangan. 11. Pitch point Titik singgung dari lingkaran pitch dari sepasang roda gigi yang berkontak yang juga merupakan titik potong antara garis kerja dan garis pusat. 12. Operating pitch circle Lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang roda gigi yang berkontak dan jarak porosnya menyimpang dari jarak poros yang secara teoritis benar. 13. Addendum circle Lingkaran kepala gigi yaitu lingkuran yang membatasi gigi. 14. Dedendum circle Lingkaran kaki gigi yaitu lingkaran yang membatasi kaki gigi. 15. Width of space Tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch. 16. Sudut tekan (pressure angle) Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan kemiringan dari sisi kepala gigi. 17. Kedalaman total (total depth) Jumlah dari addendum dan dedendum. 18. Tebal gigi (tooth thickness)
  • 22. Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch. 22 19. Lebar ruang (tooth space) Ukuran ruang antara dua gigi sepanjang lingkaran pitch. 20. Backlash Selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang. 21. Sisi kepala (face of tooth) Permukaan gigi diatas lingkaran pitch. 22. Sisi kaki(flank of tooth) Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch. 23. Puncak kepala (top land) Permukaan dipuncak gigi. 24. Lebar gigi (face width) Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya.
  • 23. BAB III PERHITUNGAN RODA GIGI 23 3.1 Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mamapu mentransmisikan daya maksimum sebesar 104 ps pada putaran 6000 rpm. Pada mobil “Bus HINO R260 RK8JSKA-NHJ dan direncanakan menggunakan roda gigi miring: Hal – hal yang direncanakan diantara lain:  Sudut miring ,  = 25°  Sudut tekanan,  = 20°  Jarak sumbu poros, a = 100 mm  Muodul (m) = 3  Perbandingan transmisi : I1 = 3,769 I2 = 2,045 I3 = 1,376 I4 = 1,000 I5 = 0,838
  • 24. 24 Gigi mundur : R = 4,128 Karena dasar dalam perencanaan roda gigi itu perbandingan kecepatan atau perbandingan transmisi (I), yaitu perbandingan lingkungan jarak roda gigi yang satu dengan jumlah gigi yang ke dua.  Perhitungan Transmisi 1  Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 d1¹ = 2.푎 1+푖 d2¹ = 2 .푎 ,푖 1+푖 = 2 푥 100 1+3,769 = 2푥100푥 3,769 1+3,769 = 42 mm = 158 mm d1¹ = 22 mm d2¹ = 158 mm  Jumlah gigi, (z) : Z1 = d1¹ 푚 Z2 = d2² 푚 = 42 3 = 158 3 = 14 gigi = 53 gigi
  • 25. 25  Dimensi roda gigi o Diameter tusuk , Dt: Dt1 = m ∙ z1 Dt2 = m ∙ z² = 3 x 14 = 3 x 53 = 42 mm = 159 mm o Diameter kepala, Dk: Dk1 = m (z1+2) Dk2 = m (z2+2) = 3 (14+2) = 3 (53+2) = 48 mm = 165 mm o Diameter kaki , Df : Df¹ = m (Z1-2) Df² = m (Z2-2) = 3 (14-2) = 3 (53-2) = 36 mm = 153 mm
  • 26. 26  Perhitungan Transmisi 2  Diameter jarak lingakaran sementara, d1: d1¹ = 2.푎 1+푖 d21 = 2 ∙푎 ∙푖 1+푖 = 2푥 100 1+2,045 = 2푥 100 푥 2,045 1+2,045 = 66 mm = 134 mm  Jumlah gigi , z: Z1 = d1¹ 푚 Z2 = d2² 푚 = 66 3 = 134 3 = 22 gigi = 45 gigi  Dimensi roda gigi: o Diameter tusuk, Dt : Dt1 = m ∙ Z1 Dt2 = m ∙ Z2 = 3 x 22 = 3 x 45 = 66 mm = 135 mm o Diameter kepala, Dk : Dk1 = m ∙ (Z1 + 2) Dk2 = m ∙ (Z2+ 2) = 3 x (22 + 2 ) = 3 x (45 +2)
  • 27. = 72 mm = 225 mm 27 o Diameter kaki , Df : Dk1 = m (Z1-2) Dk2 = m (Z2-2) = 3 (22 – 2 ) = 3 (45 -2) = 60 mm = 129 mm  Perhitungan Transmisi 3  Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 : d1¹= 2.푎 1+푖 d21 = 2 ∙푎 ∙푖 1+푖 = 2푥 100 1+1,376 = 2 푥100푥 3,076 1+1,376 = 84 mm = 115 mm  Jumlah gigi, z : Z¹= d1¹ 푚 z2 = d2² 푚 = 84 3 = 115 3 = 28 gigi = 38 gigi  Diamater roda gigi : o Diameter tusuk, Dt: Dt1 = m ∙ z1 Dt2 = m ∙ z2
  • 28. = 3 x 28 = 3 x 38 = 84 mm = 114 mm 28 o Diameter kepala, Dk: Dk1 = m ∙ (z1 + 2) Dk2 = m ∙ (z2+2) = 3 x (28 + 2 ) = 3 x (38 + 2) = 90 mm = 120 mm o Diameter kaki, Df : Dk1 = m (Z1-2) Dk2 = m (Z2-2) = 3 x (28 – 2 ) = 3 x (38 -2) = 78 mm = 108 mm  Perhitungan Transmisi 4  Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 : d1¹ = 2.푎 1+푖 d2 1 = 2 ∙푎 ∙푖 1+푖 = 2 ∙100 1+1,000 = 2 푥100푥 1,000 1+1,000 = 100 mm = 100 mm  Jumlah gigi, z : Z¹ = d1¹ 푚 z2 = d2² 푚
  • 29. 29 = 100 3 = 100 3 = 33 gigi = 33 gigi  Diameter roda gigi : o Diameter tusuk, Dt: Dt1 = m ∙ z1 Dt2 = m ∙ z2 = 3 x 33 = 3 x 33 = 99 mm = 99 mm o Diameter kepala, Dk: Dk1 = m ∙ (z1 + 2) Dk2 = m ∙ (z2+2) = 3 x ( 33 + 2 ) = 3 x ( 33+ 2) = 105 mm = 105 mm o Diameter kaki, Df: Dk1 = m (Z1-2) Dt2 = m (Z2-2) = 3 x (33 – 2 ) = 3 x (33-2) = 93 mm = 93 mm
  • 30. 30  Menghitung transmisi 5  Menghitung jarak lingkaran sementara , d1 : d1¹ = 2.푎 1+푖 d2² = 2 ∙푎 ∙푖 1+푖 = 2 푥 100 1+0,838 = 2 푥100푥 0,838 1+0,838 = 108,81 mm = 91,18 mm  Jumlah gigi, z : Z¹ = d1¹ 푚 z² = d2² 푚 = 109 3 = 91 3 = 36gigi = 30 gigi  Diameter roda gigi : o Diameter tusuk, Dt: Dt¹ = m ∙ z1 Dt² = m ∙ z2 = 3 x 36 = 3 x 30 = 108 mm = 90 mm o Diameter kepala, Dk:
  • 31. Dk¹ = m ∙ (z1 + 2) Dk² = m ∙ (z2+2) = 3 x (36 + 2 ) = 3 x ( 30+ 2) = 114mm = 96 mm 31 o Diameter kaki, Df: Df¹ = m (Z1-2) Df² = m (Z2-2) = 3 x (36 – 2 ) = 3 x (30 -2) = 102 mm = 84 mm Tabel 3.1 Tabel Dimensi Roda Gigi Transmisi Z1 (gigi) Z2 (gigi) Dt1 (mm) Dt2 (mm) Dk1 (mm) Dk2 (mm) Df1 (mm) Df2 (mm) 1 14 53 42 159 48 165 36 153 2 22 45 66 135 72 225 60 129 3 28 38 84 114 90 120 78 108 4 33 33 99 99 105 105 93 93 5 36 30 108 90 114 96 102 84 3.2 Menentukan jarak sumbu poros pada roda gigi Jarak sumbu poros pada roda gigi adalah perbandingan antara jumlah dari diameter jarak bagi lingkaran pada roda gigi di bagi 2:  = 푑푡1+푑푡2 2 = 42+159 2
  • 32. 32 = 101 mm 3.3 Perencanaan Roda Gigi mundur Hasil pengukuran dan pengamatan spesifikasi mesin adalah sebagai berikut :  Putaran motor (ni) = 6000 rpm  Daya (N1) = 104 ps  Ratio roda pada gigi mundur (ir) = 4,128  Ratio roda pada gigi final (ifg) = 4,875  Material = Baja St 70.11  Sudut tekanan normal = 20° (standart ISO )  o = 0 (untuk roda gigi lurus) o = 0.35 ∙퐾퐷 ∙푖 퐶푠 ∙푆퐺∙(1+푖) = 0,35 푥 0,625 푥 4,128 1,5 푥 0,8 (1+4,128) = 0,1467 kgf / mm² 3.3.1 Diameter Refrensi Diameter refrensi pertama pada poros penggerak (poros 1 ) ditentukan dengan persamaan:
  • 33. 33 db ≤ 113 √ 푑푏 . 1 .푁1 푏.푛1.훽푧푢푙 3 db ≤ 113 √ 1 푥 104 0,5 푥 6000 푥 0,1467 3 db1 = 69,861 mm db1 = 70 mm V = 휋.퐷.푛 60 푥 10³ = 3,14 푥 69,861 푥 6000 60 푥 10³ = 21,93 m/s Diameter refrensi roda gigi yang kedua: db2 = ir. db1= 4,128 x 69,861 = 288,38 mm db3 = ifg . db2 = 4,875 x 69,861 = 340,57 mm 3.3.2 Diameter Jarak Bagi Dianggap tidak ada factor korigasi (X1=X2=0) sehingga diameter jarak bagi (d) sama dengan diameter refrensinya. dq1 = db1 = 69,861 mm dq2 = db2 = 288,38 mm dq3 = db3 = 340,57 mm 3.3.3 Jumlah gigi Jumlah gigi roda gigi 1 dipilih :
  • 34. 34 Z1= 2 푎 (1+푖푟).푚 = 2 푥 100 (1+4,128) 푥 3 = 13 Jumlah gigi roda gigi 2 dipilih : Z2=ir . z1 = 4,128 x 13 = 53,664 = 54 Jumlah gigi roda gigi 3 dipilih : Z3 = ifg . z1 = 4,875 x 13 = 63,375 = 63 3.3.4 Modul Modul ini ditentukan dengan persamaan: m = = 푑표1 푧1 = = 푑표2 푧2 = = 69,861 13 = 5,373 = 5 3.3.5 Lebar Gigi W = b . db1 = 0.5 x 69,861 = 34, 930 mm = 35 mm 3.3.6 Tinggi Kepala dan Tinggi Gigi Berdasarkan DIN 867 (tabel 21/5) hk/m = 1 dan hf / m = 1,1 – 1,3 Tinggi kepala sama dengan modul : hk = m = 5,373 mm Tinggi kepala pasangan roda gigi dipilih sama : hk1 = hk2
  • 35. Tinggi kaki dipilih sebesar , 1,25 mm: 35 hf1 = 1,25 x 5,373 = 6,716 mm Tinggi kakai pasangan roda gigi adalah : hf1 = hf2 = hf = 6,716 mm 3.3.7 Diamater Lengkungan Kepala : Untuk roda gigi 1 : dk1 = do1+ 2hk1 = 69,861 + (2 x 5,373)= 80,60 mm Untuk roda gigi 2 : dk2 = do2 + 2hk2 = 288,38 + (2 x 5,373) = 299,12 mm Untuk roda gigi 3 : dk3 = do3 + 2hk3 = 340,57 + (2 x 5,373) = 351,31 mm 3.3.8 Diamater lingkaran Kaki : Untuk roda gigi 1 : dk1 = do1 - 2hk1 = 69,861 - (2 x 5,373) = 59 mm Untuk roda gigi 2 : dk2 = do2 - 2hk2 = 288,38 - (2 x 5,373) = 277,63 mm Untuk roda gigi 3 : dk3 = do3 - 2hk3 = 340,57 - (2 x 5,373) = 329,82 mm 3.3.9 Jarak Pusat Jarak pusat ditentukan dengan :  = 0,5 (db1 + db2) = 0,5 (69,861 + 288,38) = 179,12 mm
  • 36. 36 3.3.10 Jarak Bagi Jarak bagi ditentukan : t0= . m = 3,14 x 5,373 = 16,87 mm  Kekuatan gigi Untuk penghitungan kekuaatan gigi digunakan dua metode yang paling dasar pada perhitungan dan diutamakan pada kekuatan terhadap lenturan dan tekanan pada permukaan gigi. Kedua metode ini merupakan metode perencanaan menurut standart. Untuk melakukan perencanaan roda gigi perlu diketahiu seperti hal- hal berikut ini : o Bahan Pinyon S45C dengan :  Kekuatan tarik b : 58 (N/mm2)  Kekuatan permukaan sisi gigi , Hb : 198  Tegangan lenturan yang diizinkan al: 30 N/mm2 Misalkan faktor tegangan kontak diambil antara baja dengan kekrasan (200Hb) dengan besi cor maka Hk : 0,079 N/mm2. Maka perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut :  Transmisi 1 Z1 =14 Y1 = 0,276 Z2 = 53 Y2 = 0.408 (0,421−0,408)푥 1 10 = 0,409  Kecepatan V = 휋 . 푑푡 .푛 1000 푥 60
  • 37. 37 = 3,14 푥 42 푥 6000 1000 푥 60 = 13,18 m/s  Gaya tangensial ft = 102 푥 푝 푣 = 102 푥 104 13,18 = 804, 85 N  Faktor dinamis Fv = 6 6+푣 = 6 6+13,18 = 0,31  Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F1b1 = a1 .m .Y1 .fv = 30 x 3 x 0,276 x 0,31 = 7,70 N/m F2b2 = a1 .m .Y2 .fv = 30 x 3 x 0,409 x 0,31 = 11,41 N/m  Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 2 .z2 z1+z2 F1H = Fv .kH .dt1 . = 0,31 x 0,079 x 42 x 2 x 53 7 + 53
  • 38. 38 = 1,62 N/mm  Transmisi 2 Z1 = 22 Y1 = 0,327 + (0,333 − 0,327)푥 1 10 = 0,3276 Z2 = 45 Y2 = 0.396 (0,402−0,396)푥 1 10 = 0,397  Kecepatan V = 휋 . 푑푡 .푛 1000 푥 60 = 3,14 푥 66 푥 6000 60000 = 20,72, m/s  Gaya tangensial ft = 102 푥 푝 푣 = 102 푥 104 20,72 = 511.96N  Faktor dinamis Fv = 5 ,5 5,5+푣½ = 5 ,5 5,5+20,72½
  • 39. 39 = 0,54  Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F1b1 = a1 .m .Y1 .fv = 30 x 3 x 0,3276 x 0,54 = 15,92 N/mm F2b2 = a1 .m .Y2 .fv = 30 x 3 x 0,397 x 0,54 = 19,92 N/m  Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 2 .z2 z1+z2 F1H = Fv .kH .dt1 . = 0,54 x 0,079 x 66 x 2 x 45 22 + 45 = 3,78 N/mm  Transmisi 3 Z1 = 28 Y1 = 0,349 + (0,358−0,349)푥 1 10 = 0,3499 Z2 = 38 Y2 = 0,349  Kecepatan V = 휋 . 푑푡 .푛 1000 푥 60
  • 40. 40 = 3,14 푥 84 푥 6000 60000 = 26,37 m/s  Gaya tangensial ft = 102 푥 푝 푣 = 102 푥 104 26,37 = 402,27 N  Faktor dinamis Fv = 5 ,5 5,5+푣½ = 5 ,5 5,5+26,37½ = 0,51  Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F1b1 = a1 .m .Y1 .fv = 30 x 3 x 0,3499 x 0,51 = 16,06 N/m F1b2 = a1 .m .Y2 .fv = 30 x 3 x 0,383 x 0,51 = 17,57 N/mm  Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 2 .z2 z1+z2 F1H = Fv .kH .dt1 .
  • 41. 41 = 0,51 x 0,079 x 48 x 2 x 38 28 + 38 = 3,89N/mm  Transmisi 4 Z1 = 33 Y1 = 0,358 + (0,371−0,358)푥 1 10 = 0,359 Z2 = 33 Y2 = 0,358 (0,371 − 0,358) 1 10 = 0,359  Kecepatan V = 휋 . 푑푡 .푛 1000 푥 60 = 3,14 푥 99 푥 6000 60000 = 31,08 m/s  Gaya tangensial ft = 102 푥 푝 푣 = 102 푥 104 31,08 = 341,31 N  Faktor dinamis Fv = 5,5 5,5+푣
  • 42. 42 = 5 ,5 5,5+31,08½ = 0,49  Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F1b1 = a1 .m .Y1 .fv = 30 x 3 x 0,359 x 0,49 = 15,83 N/m F1b2 = a1 .m .Y2 .fv = 30 x 3 x 0,359 x 0,399 = 14,65 N/m  Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar 2 .z2 z1+z2 F1H = Fv .kH .dt1 . = 0,49 x 0,079 x 99 x 2 x 33 33 + 33 = 3,83N/mm  Transmisi 5 Z1 = 36 Y1 = 0.371 (0,383 − 0,371) 1 10 = 0,372 Z2 = 30 Y2 = 0,358  Kecepatan
  • 43. 43 V = 휋 . 푑푡 .푛 1000 푥 60 = 3,14 푥 108 푥 6000 60000 = 33,91 m/s  Gaya tangensial ft = 102 푥 푝 푣 = 102 푥 104 33,91 = 312,82 N  Faktor dinamis Fv = 5,5 5,5+푣 = 5,5 5,5+33,912½ = 0,48  Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F1b1 = a1 .m .Y1 .fv = 30 x 3 x 0,372 x 0,48 = 16,07 N/mm F1b2 = a1 .m .Y2 .fv = 30 x 3 x 0,358 x 0,48 = 15,46 N/mm  Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar
  • 44. 44 2 .z2 z1+z2 F1H = Fv .kH .dt1 . = 0,48 x 0,079 x 108 x 2 x 30 36 + 30 = 3,72N/mm Tabel 3.2 Hasil Perhitugan Efisiensi Gigi Transmisi Z1 Z2 V Ft Fv Fb1 Fb2 F1H 1 14 53 13,18 804,85 0,31 7,70 11,41 1,62 2 22 45 20,72 511,96 0,54 15,92 19,29 3,78 3 28 38 26,37 402,27 0,51 16,06 17,57 3,89 4 33 33 31,08 341,31 0,49 15,83 15,83 3,83 5 36 30 33,91 312,82 0,48 16,07 15,46 3,72 3.4 Perhitungan Efisiensi Roda Gigi Perhitungan efisiensi roda gigi diambil berdasarkan data jumlah roda gigi masing – masing. Efisiensi roda gigi yang akan dihitung adalah efisiensi masing – masing transmisi., efisiensi mekanis dan efisiensi total. Jumlah roda gigi pada setiap roda gigi : Z1 = 14 Z6 = 38 Z11 = 16 Z2 = 53 Z7 = 33 Z12 = 52 Z3 = 22 Z8 = 33 Z13 = 70 Z4 = 45 Z9 = 36
  • 45. Z5 = 28 Z10 = 30 45 a. Efisiensi Transmisi 1 1 = 1 - 1 7 [푍1+푍2 푍1.푍2 + 푍7+푍8 푍1.푍2 ] = 1 - 1 7 [14+53 14푥53 + 33+33 33푥33 ] = 0,9785 = 97,85% b. Efisiensi Transmisi 2 2 = 1 - 1 7 [Z1+Z2 Z1.Z2 + Z5+Z6 Z5.Z6 ] = 1 - 1 7 [ 14+53 14 푥 53 + 28 + 38 28 푥 38 ] = 0,9784 = 97,84% c. Efisiensi Transmisi 3 3 = 1 - 1 7 [푍1+푍2 푍1.푍2 + 푍3+푍4 푍3.푍4 ] = 1 - 1 7 [ 14+53 14 푥 53 + 22+45 22 푥 45 ] = 0,9776 = 97,76% d. Efisiensi Transmisi 5
  • 46. 46 v = 1 - 1 7 [푍1+푍2 푍1.푍2 + 푍12+푍13 푍12 . 푍13 ] = 1 - 1 7 [ 14+53 14 푥 53 + 52+70 52 푥70 ] = 0,9825 = 98,25% e. Efisiensi Transmisi Mundur R = 1 - 1 7 [푍1+푍2 푍1 . 푍2 + 푍9+푍10 푍9 . 푍10 + 푍10+푍11 푍10 .푍11 ] = 1 - 1 7 [14 + 53 14 푥 53 + 36 + 30 36 푥 30 + 30 + 16 30 푥 16 ] = 0,965 = 96,5% f. Efisiensi Transmisi Mekanis max = 1 . 2 .3 .v .R .bantalan = 0,9785 x 0,9784 x 0,9776 x 0,9825x 0,965x 0,99 = 0,8784 = 87,84% g. Efisiensi Total Kerugian daya , Pg Daya maksimum mesin, Pmaks = 104 ps Pg = Pmaks (1-max) = 10 4(1- 87,84 %) = 12,64 kW
  • 47. 47 Jadi Efisiensi total ,total : total = [푃푚푎푘푠 −푃푔 푃푚푎푘푠 ]x 100% = [104−12,64 104 ]x 100% = 87.84% BAB IV HASIL DAN ANALISA Tabel 3.1 Tabel Dimensi Roda Gigi. Transmisi Z1 (gigi) Z2 (gigi) Dt1 (mm) Dt2 (mm) Dk1 (mm) Dk2 (mm) Df1 (mm) Df2 (mm) 1 14 53 42 159 48 165 36 153 2 22 45 66 135 72 225 60 129 3 28 38 84 114 90 120 78 108 4 33 33 99 99 105 105 93 93 5 36 30 108 90 114 96 102 84 Tabel 3.2 Hasil Perhitugan Efisiensi Gigi Transmisi Z1 Z2 V Ft Fv Fb1 Fb2 F1H 1 14 53 13,18 804,85 0,31 7,70 11,41 1,62
  • 48. 2 22 45 20,70 511,96 0,54 15,92 19,29 3,78 3 28 38 26,37 402,27 0,51 16,06 17,57 3,89 4 33 33 31,08 341,31 0,49 15,83 15,83 3,83 5 36 30 33,91 312,82 0,48 16,07 15,46 3,72 BAB V KESIMPULAN 48 5.1 Kesimpulan Penulis menyimpulkan bahwa fungsi roda gigi adalah meneruskan daya dari putaran mesin ke roda. Dengan adanya perbedaan roda gigi antara transmisi 1 dengan yang lainnya maka gaya yang dihasilkan dan kecepatan yang dihasilkan berbeda beda. Apabila dilihat dari pergesekan atau hubungan antara roda gigi 1 dengan yang lainnya maka dapat dipastikan perpindahan roda gigi akan sangat kasar, oleh karena itu maka diperlukan sinkroniser ring yang berfungsi untuk memperhalus perpindahan roda gigi, dan biasanya bahan dari sinkroniser ring terbuat dari bahan kuningan. Dengan melihat hasil yang sudah didapat : Efisiensi max pada mobil “Bus HINO R260 RK8JSKA-NHJ - ” adalah 87,84 % dengan besarnya efisiensi ini berarti perhitungan ini sudah dapat digunakan. 5.2 Saran
  • 49. Untuk transmisi 5 agar mendapatkan kecepatan yang lebih tinggi maka Z1 bisa 49 diperbesar dan Z2 diperkecil DAFTAR PUSTAKA Modul Kuliah, Elemen Mesin II, Universitas Darma Persada, Jakarta George H. Martin, Kinematika dan Dinamika Teknik, Edisi II, Erlangga, Jakarta, 1984 G. Neiman, Elemen Mesin, Erlangga Jakarta, 1986 Sularso.Ir. MSME, Elemen Mesin, PT. Pradya Paramita, Jakarta 1997
  • 50. 50 LAMPIRAN Berdasarkna bahan yang akan kita gunakan untuk tegangan lentur yang diizinkan pada roda gigi transmisi adalah baja karbon untuk konstruksi mesin dan tingkat kekuatan bahan yang kita pilih S 35 C . Kelompok Bahan Lambang Bahan Kekuatan Tarik b (kg /mm2) Kekerasan (brinel) Hb Tegangan Lentur yang diizinkan Besi Cor FC 15 FC 20 FC 25 FC 30 15 20 25 30 140-160 160-180 180-240 190-240 7 9 11 13 Baja Cor SC 42 SC 46 SC 49 42 46 49 140 160 190 12 19 20 Baja Karbon Untuk Konstrusi Mesin S 25 C S 35 C 45 53 123-183 149-207 21 26
  • 51. S 45 C 58 167-229 30 51 Baja Paduan dengan Pengerasan Kulit S 15 CK 50 400 (dicelup dingin didalam minyak) 30 SNC 21 SNC 22 80 100 600 (dicelup dingin didalam air ) 30 Baja Krom Nikel SNC 1 SNC 2 SNC 3 75 85 95 212-225 248-302 269-321 35-40 40-60 40-60 Perunggu Logam Delta Perunggu Fosfer Perunggu Nikel 18 35-60 19-30 64-90 85 - 80-100 180-260 5 10 sd 20 5 sd 7 20-30 Damar Phoner 3 sd 5 Tabel 1.1 Tegangan lentur yang diizinkan apada bahan Roda Gigi Faktor tegangan kontak diambil diantara baja dengan kekerasan (250Hb) dengan corm aka KH = 0.130 N/mm2. Bahan Roda gigi (kekerasan Hb) Kh Pinyon Roda Gigi Besar Kg/mm2 Baja (150) Baja (150) 0,027 Baja (200) Baja (150) 0,039 Baja (250) Baja (150) 0,035
  • 52. Baja (200) Baja (200) 0,035 Baja (250) Baja (200) 0,069 Baja (300) Baja (200) 0,086 Baja (250) Baja (250) 0,086 Baja (300) Baja (250) 0,107 Baja (350) Baja (250) 0,130 Baja (300) Baja (300) 0,130 Baja (350) Baja (300) 0,154 Baja (400) Baja (300) 0,168 Baja (350) Baja (350) 0,182 Baja (400) Baja (350) 0,210 Baja (500) Baja (350) 0,226 Bahan Roda gigi (kekerasan Hb) Kh Pinyon Roda Gigi Besar Kg/mm2 Baja (400) Baja (400) 0,311 Baja (500) Baja (400) 0,329 Baja (600) Baja (400) 0,348 Baja (500) Baja (500) 0,389 Baja (600) Baja (600) 0,569 Baja (150) Besi cor 0,039 Baja (200) - 0,079 52
  • 53. Baja (250) - 0,130 Baja (300) - 0,139 Baja (150) Perunggu fosfor 0,041 Tabel 1.2 Baja (200) - 0,082 Baja (250) - 0,135 Besi Cor Besi Cor 0,188 Besi Cor Nikel Besi Cor Nikel 0,186 Besi Cor Nikel Perunggu fosfor 0,155 53 Tegangan kontak pada Roda Gigi Faktor keamanan pembebanan dinamis kita pilih kecepatan sedang : Kecepatan rendah V = 0,5 – 10 m/s Fv = 3 3+푦 Kecepatan sedang V = 5 – 20 m/s Fv = 6 6+푦 Kecepatan tinggi V = 20 – 50 m/s Fv = 5.5 5.5+푦½ Tabel 1.3 Faktor Dinamis.
  • 54. Jumlah Gigi Y Jumlah Gigi Y 10 0,201 25 0,339 11 0,226 27 0,349 12 0,254 30 0,358 13 0,261 34 0,371 14 0,276 38 0,383 15 0,276 43 0,396 16 0,295 50 0,408 17 0,289 60 0,421 18 0,302 75 0,434 19 0,314 100 0,446 20 0,32 150 0,459 21 0,327 300 0,471 23 0,333 Batang gigi 0,484 Tabel 1.4 Faktor Bentuk Gigi 54