IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
bph dan hidronefrosis
1. Laporan Kasus
BENIGN PROSTAT HYPERPLASI &
HIDRONEFROSIS
Pembimbing :
Dr. Amukti Wahana Sp.B
Disusun oleh :
Rangga Pragasta SS
2051210020
LAB. ILMU BEDAH UMUM
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2012
1
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan kasus
bedah umum dengan judul “ Benign Prostat Hiperplasi dan hidronefrosis” tepat pada
waktunya.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah, untuk
menambah wawasan mengenai penatalaksanaan penyakit di bidang bedah. Penulis
menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran untuk penyempurnaan semoga telaah ini dapat berguna dan memberikan manfaat
bagi kita semua. Amin.
Kepanjen, 10 Mei 2012
Penulis
2
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan
pada pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia
sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma
dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh
sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria
berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan
yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari
pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran
kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama
kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga
menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower
urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun
iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia,
pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas
sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan
LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan
sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang
diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada
dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis
yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh
hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor
lingkungan diduga berperan dalam proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak
langsung. Faktor faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk
mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam
memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu
3
4. meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan
protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia
kelenjar prostat.
Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien,
komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di
Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak
sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun
demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH
dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata
berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan
benar.
1.2 BATASAN MASALAH
Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala
pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia. Laporan
ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum.
1.3 TUJUAN PENULISAN
Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:
- Melaporkan pasien dengan diagnose BPH.
- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
- Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Malang.
4
5. BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. AR
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Malang
Pekerjaan : Pensiunan guru
Pendidikan : tamat SMA
Agama : Islam
St.Perkawinan: Menikah
Suku : Jawa
Tgl. Berobat : 4 April 2012
No. Register :
2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama:
Susah BAK sejak ± 2 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien
juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan
mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan
kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali.
Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang
menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar
kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil
hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air
kecil, keluhan yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal
5
6. pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri
ke puskesmas dan dipasang kateter. Jika kateter dilepas, pasien tidak bisa BAK.
pasien tidak merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, tidak dirasa
nyeripada daerah tertentu, kencing darah (-) , Panas (-).
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang.
tidak ada riwayat kencing keluar batu.
- Diabetes Melitus : disangkal
- Hipertensi : disangkal
- Alergi : disangkal
- Batuk lama : disangkal
Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat sakit denga gejala serupa : Tidak diketahui
- Diabetes Melitus : Tidak diketahui
- Hipertensi : Tidak diketahui
- Alergi : Tidak diketahui
Riwayat Kebiasaan
- Makan : 3 x sehari.
- Minum air putih : Jarang.
- Rokok : (+)
- Alkohol : (-)
- Obat tanpa resep dokter : (-)
- Jamu : (-)
- Olahraga : (-)
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Tidak tampak sakit, kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi kesan
cukup.
6
7. Tanda Vital
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit, isi cukup
Pernafasan : 28x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-)
Suhu : 36,1o C
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna putih beruban, distribusi merata
Mata
Sklera Ikterik : -/-
Conjuctiva Anemis : -/-
Telinga
Bentuk : normotia
Secret : -/-
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Sekret : -/-
Mulut dan tenggorokan
Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis
Tonsil : T1/T1
Pharing : tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) normal
7
8. Status lokalisata
Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani
mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat
kenyal, kanan dan kiri simetris, tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan (-), sulcus
medianus teraba datar.
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab darah lengkap : 3 april 2012
Hb : 13, 7 g/dl
Hct : 42,0 %
Eritrosit : 5,17 juta/cmm
Leukosit : 11.760
Hitung jenis : 4 / 0/ 59/ 30 /7
LED : 82 mm/jam
Trombosit : 228.000 sel/cmm
Masa perdarahan : 1’00’’ menit
Masa pembekuan : 8’00’’ menit
GDS : 112 mg/dl
SGOT : 25 U/L
SGPT : 50 U/L
Ureum : 78 mg/dl
Kreatinin : 1,70 mg/dl
Kesimpulan : LED meningkat, azotemia, tidak mengesankan
adanya CKD
USG prostat tanggal 2 April 2011
Hepar : dbn
Lien : dbn
Ren Dx : ukuran 10 x 6,1 cm, intensias echocortex meningkat
Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi
grade 2 , tak tampak batu
Ren Sin : ukuran 11 x 5,2 cm, intensias echocortex meningkat
Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi
8
9. grade 1 , tak tampak batu
VU : ukuran normal, dinding menebal, batu (-)
Prostat : kesan intravesical uk 5 x 3,5 x 5 cm. Echoparencym homogen
Kesan : hidronefrosis dextra grade II dan sinistra grade I e/c post
renal dengan kesan intravesical prostat hyperplasia
2.3 RESUME
Pasien Tn.AR ♂ umur 60 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah
buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang
harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama
dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan
lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi
sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke
kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar
kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air
kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal
pada daerah pinggang yang hilang timbul Kemudian pasien memeriksakan diri
ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.
Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,
mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan
azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra
grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat
hyperplasia.
9
10. 2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
BPH dan hidronefrosis dextra grade 2 sinistra grade 1
Diagnosis Banding
karsinoma prostat, Neurogenic bladder, Acute prostatitis.
Dasar Diagnosis
- Anamnesa : sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air
kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan
- Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi tidak
puas, Terminal dribbling, disuria.
- IPSS (International Prostate Symptom Score)
Kurang
Kadang-
dari Kurang Lebih
Tidak kadang Hampir
Dalam 1 bulan terakhir sekali dari dari Skor
pernah (sekitar selalu
dalam setengah setengah
50%)
lima hari
1. Seberapa sering anda
merasa masih ada sisa 0 1 2 3 4 5 5
selesai kencing?
2. Seberapa sering Anda
harus kembali kencing
dalam waktu kurang 0 1 2 3 4 5 3
dari 2 jam setelah
selesai kencing?
3. Seberapa sering Anda
mendapatkan bahwa
0 1 2 3 4 5
Anda kencing terputus- 4
putus?
4. Seberapa sering tidak
bisa menahan
0 1 2 3 4 5
keinginan untuk 4
kencing?
5. Seberapa sering
pancaran kencing Anda 0 1 2 3 4 5 4
lemah?
10
11. 6. Seberapa sering Anda
harusmengejan untuk 0 1 2 3 4 5
4
mulai kencing?
7. Seberapa sering Anda
harus bangun untuk
kencing, sejak mulai
0 1 2 3 4 5
tidur pada malam hari 3
hingga bangun di pagi
hari?
Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27
Pada
Pada
Senang umumnya Tidak Buruk
Senang umumnya Biasa saja
sekali tidak bahagia sekali
Puas
puas
Seandainya Anda harus
enghabiskan sisa hidup
dengan fungsi kencing √
seperti saat ini, agaimana
perasaan Anda?
- Pemeriksaan dalam : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula
rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri
tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol.
2.6 DISKUSI
Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran prostat
jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis tersebut berdasarkan
anamnesa adalah sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil.
Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan dan juga pada
pasien didapatkan Hesitansi (susah memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi
(kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal
dribbling (menetes setelah miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing).
Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,
11
12. ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris,
nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di
kategorikan berat karena skor IPSS = 27
Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat, Neurogenic
bladder, Acute prostatitis.
Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk
memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air
kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami
kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan disingkirkan dikarenakan pada
rectal touser karsinoma prostatharusnya didapatkan konsistensi prostat keras dan
teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.
Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien
mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. keluha lain juga kadang
terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. akan tetapi
disingkirkan dikarenakan pada Neurogenic bladder bisa terjadi akibat Penyakit,
Cedera, Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke
kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya, dan itu
tidak di dapatkan pada pasien tersebut.
Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa dari
pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil
dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar
beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering
terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, akan tetapi
Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada acute prostatitis sering sering
menggigil, demam, sakit di punggung bawah dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan
dibuktikan dengan adanya infeksi saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh
keberadaan sel-sel darah putih dan bakteri dalam urin).
2.7 PENATALAKSANAAN
Non operatif
Non medikamentosa
12
13. KIE : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol
Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat), Kurangi
makanan pedas atau asin, Jangan menahan kencing terlalu lama
Medikamentosa
Per oral : Penghambat 5α-reduktase (finasterid) mengurangi volume prostat dengan
menurunkan kadar hormon testosterone.
Operatif : Pro operasi (prostatektomi)
13
14. BAB III
PEMBAHASAN BPH
3.1 PENDAHULUAN
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior
bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami
pembesaran, baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini
membuntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-
buli.1 Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak
(PPJ) yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat
ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona
periurethra.3,4
Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan prostat
yang mengalami pembesaran. Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi
kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona sentral,
zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Sebagian
besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan
pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,6
14
15. 3.2 ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara
pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat
1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone
testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi
metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase.
DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar
prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan
kelenjar prostat. 1
Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim
5 α – reduktase.
Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah
reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat
menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.
15
16. Gambar 3. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan
kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat
terhadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen
dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel
prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat menjadi lebih besar.1
16
17. 3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT
dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi
sel-sel epitel maupun stroma.1
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju
proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin
meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon
androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk
sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini
bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya
pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya
proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem
sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1
PATOFISIOLOGI HIPERPLASIA PROSTAT
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra
pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya
tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus
17
18. berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya
perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada
buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah
atau Lower Urinary Tract Symptoms(LUTS).
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks
vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1
3.3 Manifestasi Klinis
Anamnesa
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada
akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun
manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang
menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.
Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah,
intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif
terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1
Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi
urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri
oleh pasien.
Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international
Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan
yang berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan
dengan kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala
LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
18
19. Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35
IPSS (International Prostate Symptom Score)
Kurang
dari Kadang-
Kurang Lebih
Tidak sekali kadang Hampir
Dalam 1 bulan terakhir dari dari Skor
pernah dalam (sekitar selalu
setengah setengah
lima 50%)
hari
1. Seberapa sering anda
merasa masih ada sisa 0 1 2 3 4 5 5
selesai kencing?
2. Seberapa sering Anda
harus kembali kencing
dalam waktu kurang 0 1 2 3 4 5 3
dari 2 jam setelah
selesai kencing?
3. Seberapa sering Anda
mendapatkan bahwa
0 1 2 3 4 5
Anda kencing terputus- 4
putus?
4. Seberapa sering tidak
bisa menahan
0 1 2 3 4 5
keinginan untuk 4
kencing?
5. Seberapa sering
pancaran kencing Anda 0 1 2 3 4 5 4
lemah?
6. Seberapa sering Anda
harusmengejan untuk 0 1 2 3 4 5
4
mulai kencing?
7. Seberapa sering Anda 0 1 2 3 4 5
harus bangun untuk
kencing, sejak mulai
19
20. tidur pada malam hari 3
hingga bangun di pagi
hari?
Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27
Pada
Pada
Senang umumnya Tidak Buruk
Senang umumnya Biasa saja
sekali tidak bahagia sekali
Puas
puas
Seandainya Anda harus
enghabiskan sisa hidup
dengan fungsi kencing
seperti saat ini, agaimana
perasaan Anda?
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1
3. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia
inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba
massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur atau
Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada
BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan
kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan
ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi
dan ada tidaknya nodul.1,4,9
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul,
dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1
20
21. Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur5
Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih
sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis
menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur urin berguna untuk mencari
jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel
uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi
adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.
Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA).1
Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin,
yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :
21
22. • kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan
indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter
bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)
• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau
sakulasi buli-buli
Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan
USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui
besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna
sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah
residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans
Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun
kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)
Gambar 5. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5
Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:1,9
- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan
ultrasonografi setelah miksi
22
23. - pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan
lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.
3.4 PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi:
- memperbaiki keluhan miksi
- meningkatkan kualitas hidup
- mengurangi obstruksi infravesika
- mengembalikan fungsi ginjal
- mengurangi volume residu urin setelah miksi
- mencegah progressivitas penyakit
1. Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan
ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan
edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1
- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol
- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)
- Kurangi makanan pedas atau asin
- Jangan menahan kencing terlalu lama
2. Medikamentosa
Tujuan:
- mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker
- mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon
testosterone melalui penghambat 5α-reduktase
• Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas
mekanisme kerjanya.1
3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:
• Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
• Mengalami retensi urin
23
24. • Infeksi Saluran Kemih berulang
• Hematuri
• Gagal ginjal
• Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi
saluran kemih bagian bawah
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:
Transurethral reseksi prostat (TURP)
TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama bertahun-
tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan lainnya. Dengan TURP,
dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus (resectoscope) ke dalam uretra Anda
dan menggunakan alat pemotong kecil untuk menghapus semua kecuali bagian luar
prostat (reseksi prostat. TURP umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria
memiliki aliran urin kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan,
infeksi, dan Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda
selama tiga sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya melakukan
kegiatan ringan sampai Anda sembuh. Prosedur ini umumnya digunakan untuk
mengobati prostat lebih kecil. Namun, lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi
minimal invasif) menjadi lebih umum. Operasi minimal invasif pada umumnya
memiliki risiko yang lebih rendah dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan
waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive.Meskipun
demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa orang.
Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)
operasi ini adalah pilihan jika Anda memiliki kelenjar prostat agak membesar
atau kecil, terutama jika Anda memiliki masalah kesehatan yang membuat operasi lain
terlalu berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan instrumen khusus yang dimasukkan
24
25. melalui uretra. Tapi bukannya menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah membuat satu
atau dua luka kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di uretra - sehingga lebih
mudah untuk urin melewatinya.
Open prostatektomi
Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat sangat besar,
kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini
disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk
mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria
dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan
komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan
berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.
Operasi Pembedahan laser
Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya segera
meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah daripada TURP.
Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak harus memiliki prosedur
prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer darah.
Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan dengan cara yang
berbeda.
25
26. • Prosedur Ablatif (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan
uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin. prosedur ablatif dapat
menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di
beberapa titik.
• Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan risiko
yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan
memblokir aliran urin, dan mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu
manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat
diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.
Jenis pembedahan laser meliputi:
• Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP)
• Visual laser ablasi dari prostat (VLAP)
• Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP)
• Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT)
HIDRONEFROSIS
Definisi
Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan batik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat.
Ada 4 grade hidronefrosis,
a) Hidronefrosis derajat 1. Calices berbentuk blunting, alias tumpul.
26
27. b) Hidronefrosis derajat 2. Calices berbentuk flattening, alias mendatar.
c) Hidronefrosis derajat 3. Calices berbentuk clubbing, alias menonjol.
d) Hidronefrosis derajat 4. Calices berbentuk ballooning, alias menggembung.
Penyebab / Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
• Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
• Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
• Batu di dalam pelvis renalis
• Penekanan pada ureter oleh : jaringan fibros, arteri atau vena yang letaknya
abnormal, tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan
ureteropelvik atau karma arus batik air kemih dari kandung kemih:
• Batu di dalam ureter
• Tumor di dalam atau di dekat ureter
• Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
• Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
• Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
• Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam
kandung kemih)
• Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau
organ panggul lainnya
• Sumbatan yang menghalangi aliran air kemihh dari kandung kemih ke uretra
akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
• Arus batik air kemih dari kandung kemih akibat cacat
bawaan atau cedera
27
28. • Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter.
Patofisioloigi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat
diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses
atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai
akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi.
Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain
akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal
terganggu.
Manifestasi Klinis
• Nyeri yang luar biasa di daerah tulang rusuk dan tulang panggul (kolik renalis)
hidronefrosis akut.
• Tidak ada gejala atau nyeri tumpul hidronefrosis kronik
• Demam
• Mual
• Muntah
28
29. Diagnosa
• Massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul à terutama jika ginjal
membesar.
• USG gambaran ginjal, ureter, kandung ginjal.
• Sistoskopi kandung kemih dilihat secara langsung
• Laboratorium Biasanya kadar urea karena ginjal tidak mampu membuang
limbah metabolik.
Komplikasi
• Gagal ginjal
• Batu saluran kemih
Penatalaksanaan
• Pada hidronefrosis akut:
- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya
melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
· Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat
melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
- Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa.
- Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda.
• Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
- Terapi hormonal untuk kanker prostat
- Pembedahan
29
30. - Melebarkan uretra dengan dilator.
• Sindroma nefrotik adalah kondisi yang ditandai dengan kelebihan protein di
dalam urin, bahan kimia lainnya, serta adanya edema. Walaupun sindroma
nefrotik bukan merupakan penyakit tersendiri, hal ini berkaitan dengan
kerusakan kapiler di ginjal dan menandakan adanya kerusakan ginjal.
Kemungkinan untuk perbaikan sangat bervariasi, tergantung pada penyebab
penyakit bersangkutan. Sindroma dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Prognosa
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. Prognosis untuk hidronefrosis
kronis belum visa dipastikan.
30
31. BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah
buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang
harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama
dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan
lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi
sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke
kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar
kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air
kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal
pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri
ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.
Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,
mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan
azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra
grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat
hyperplasia.
31
32. DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007. 69-
85
2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000.
http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht [diakses april 2011]
3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.
[diakses april 2011]
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat
Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145
5. Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia.
2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221
/jpg.mht
6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery,
8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing
Division. 2006. 1036-1060
7. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor
Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia
Lanjut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI – 4; 1-10
8. Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998.
http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht. [diakses april
2011]
9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782
10. Pheonix 5. Transurethral Prostatectomy. 2002.
http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht [diakses
april 2011]
32