Dokumen tersebut membahas tentang hukum-hukum dalam perkawinan Islam seperti nusyuz, ila', talaq, syiqoq, zhihar, li'an, qadzaf, zina, khulu', dan fasakh. Dokumen ini juga menjelaskan cara-cara menangani permasalahan rumah tangga seperti pertengkaran suami istri agar tercipta keluarga sakinah.
3. Keluarga Sakinah MANAJEMEN ANTISIPASI NIAT SAKINAH USAHA MODAL DARI ALLAH DARI MANUSIA MAWADDAH RAHMAH AKAL FITRAH/NALURI FISIK/MATERI INDRA
4. LURUSKAN NIAT USAHA 1. Memenuhi Kebutuhan Biologis & Psikologis (QS. 30:21 & QS.7:189) 2. Memenuhi Kebutuhan Harta-Benda (QS. 24:32) 3. Memenuhi Kebutuhan Keturunan (QS. 16:72) 4. Menunaikan Amr bil Ma’ruf (QS. 20:132) 5. Menjalankan Nahyi ‘an Munkar (QS. 66:6)
5. MANAJEMEN – Pengaturan & Pelaksanaan Kewajiban & Hak Anggota Keluarga USAHA 1. Suami Sebagai Pemimpin, Penanggung Jawab, Imam (QS. 4:34) 2. Suami yang Ideal (QS. 28:26) 3. Istri yang Ideal (QS. 4:34) 4. Nafkah Suami - Makan & Minum (QS. 2:33) - Tempat Tinggal (QS. 65:6) 5. Kewajiban Suami – Istri (QS. 2:187) 6. Sabar Terhadap Kekurangan Pasangan Suami (QS. 4:19)
6. Antisipasi Gangguan, Atasi Hambatan& Hadapi Tantangan USAHA 1. Salah Niat 2. Kecewan Terhadap Kekurangan Pasangan 3. Gap Komunikasi 4. Kesulitan Ekonomi 5. Intervensi Pihak Lain 6. Bahaya Hasud
7. KEHIDUPAN SUAMI - ISTRI SUAMI SEBAGAI QOWWAM ATAS ISTRINYA ISTRI SHALIHAT, QAANITAATS & HAAFIDHAT SUAMI – ISTRI SEBAGAI PAKAIAN SUAMI IDEAL PERGAULAN SUAMI - ISTRI SUAMI SEBAGAI QAWWAM ATAS ISTRINYA ISTRI SHALIHAT, QAANITAATS & HAAFIDHAT SUAMI IDEAL SUAMI-ISTRI SEBAGAI PAKAIAN PERGAULAN SUAMI-ISTRI
8. A. SUAMI SEBAGAI QOWWAM ATAS ISTERINYA 1. Pondasi & Tiang Rumah Tangga 2. Penanggung Jawab Dunia Sampai Akhirat 3. Pemimpin yang Menentukan Arah Rumah Tangga 4. Memberi Contoh dan Teladan Baik 5. Guru yang Mengajari Ilmu Fardu ‘Ain
9. B. ISTRI SOLIHAT, QONITAAT DAN HAFIZHAAT . 1. Melaksanakan Hak Allah dan Hamba 2. Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri dan Ibu 3. Setia dan Patuh Kepada Suami Dalam Taat kepada Allah 4. Memelihara Diri dan Harta Suami 6. Berkhidmat Kepada Suami Sebagai Ibadah 5. Penanggung Jawab Rumah (ke dalam)
10. C. SUAMI IDEAL 1. AL QAWIYYU, meliputi : 2. AL AMINU, meliputi: a. Kuat Fisiknya b. Kuat Biologisnya c. Kuat Ilmunya d. Kuat Ekonominya e. Kuat Pendiriannya dalam Kebenaran a. Terpercaya dalam Amanah b. Terpercaya dalam kejujurannya c. Terpercaya dalam Keadilannya d. Terpercaya dalam Kesetiaannya
11. D. SUAMI – ISTRI SEBAGAI PAKAIAN (PERAN & FUNGSI PAKAIAN) 1. Menutup Cacat atau Aib 2. Melindungi Pengaruh Buruk dari Luar 3. Perhiasan bagi yang mengenakannya 4. Lambang Kepribadian dan Status Sosial 5. Citra Diri dan Simbol Kedudukan
12. E. PERGAULAN SUAMI-ISTRI 1. Mensyukuri Kelebihan Pasangan sebagai Anugrah Allah 2. Mengakomodasi Kelebihan Pasangan untuk Kebaikan Diri 3. Berasabar Jika Mendapati yang Tidak disukai dan dengan Terbuka, Serta Berusaha Memperbaiki Seoptimal Bisa 4. Berdoa kepada Allah Agar Selalu Dijalan yang Disukai dalam Ridha Allah 5. Meyakini Kemungkinan Adanya Kebaikan Banyak Dibalik yang Tidak Disukai Itu
15. Nusyuz Suami (QS. 4:128) 1. Istri meminta kepastian kepada suaminya, apakah dengan nusyuznya itu hendak menceraikannya, atau hendak damai atau baikan kembali. a. Jika hendak menceraikannya, apakah cerai itu adalah pilihan yang terbaik bagi semua pihak, bagi dirinya, bagi istrinya, bagi anak-anaknya, bagi social ekonominya, bagi agamanya, dan bagi citra keluarganya. Perlu diinsyafi bahwa perceraian adalah sesuatu yang halal yang paling dibenci Allah. b. Jika hendak damai atau baikan kembali,- dan itulah yang lebih baik di sisi Allah – maka mari saling terbuka, gerangan apa sampai berbuat nusyuz. Maka keduanya harus menanggal kan gengsi ( kikir jiwa ) betapapun beratnya, lalu masing-masing memperbaiki diri.
16. 2. Jika keduanya berhasil berdamai, maka berarti masing-masing telah berbuat baik, dan itulah salah satu ciri orang bertaqwa, dan Allah maha mengawasi segala tindak laku hamba-hamba-Nya
17. Nusyuz Istri (QS. 4:34) 1. Suami memberi nasehat kepada istrinya, bahwa : a. Perbuatan nusyuznya itu dosa, dan pasti akan dibalas Allah dengan siksa, seperti juga kesalehannya menjadi ibadah yang akan mendapat pahala. b. Perbuatannya itu bukan sekedar merugikan dirinya, tetapi juga merugi kan; suaminya, anak-anaknya, keluarga besarnya. c. Jika ada hal yang tidak berkenan, maka hendaklah dibicarakan dengan terbuka dan dengan kepala dingin d. Durhaka terhadap keluarga adalah salah satu dari bujukan dan godaan syethan, sedangkan syethan mengehndaki manusia saling bermusuhan, dan menyesatkannya dengan kesesatan yang jauh.
18. 2. Jika dengan nasehat dan pengajaran di atas, tidak berhasil maka suami harus memberi sangsi psikhis, dengan: a. Meninggalkannya di tempat tidur ( pisah ranjang ) b. Membatasi uang belanja c. Membatasi izin keluar rumah
19.
20. 4. Apabila langkah pertama sudah berhasil tidak perlu yang kedua, dan demikian pula dengan yang ketiga, dan apabila telah kembali patuh (baik), maka suami tidak boleh mencari cari masalah lain, untuk mempersulitnya.
21. - SYIQAQ , Pertengkaran suami-istri yang terus menerus yang keduanya tidak dapat berdamai dengan mereka sendiri. Cara-cara menanggulangi syiqaq QS. 4( al- Nisa ) : 35 وَاِنْ خِفْتُمْ شِقاَقَ بَيْنِهِماَ فَابْعَثُواْ حَكَماً مِنْ اَهْلِهِ وَحَكَماً مِنْ اَهْلِهاَ اِنْ يُرِيْداَ اِصْلاَحاً يُوَفِّقِ اللهُ بَيْنَهُماَ اِنَّ اللهَ كاَنَ عَلِيْماً خَبِيْراً النسآء 35
22.
23. B. Janji Allah, " Jika keduanya (suami-istri, atau dua hakam) menghendaki kedamaian, maka Allah pasti memberi tawfiq kepada keduanya (dua hakam, atau dua suami-istri itu)
24. 4. Kepada keduanya diingatkan keuntungannya damai serta kerugian yang akan diderita akibat perceraian 5. Terakhir, kepada keduanya ditanyakan apakah masih mungkin berdamai atau tidak ? C. Cara-cara ishlah (mendamaikan dua suami-istri yang syiqaq) 1. Ditanyakan dan diingatkan niat dan tujuan nikah keduanya 2. Damai itu salah satu wujud rahmat (kasih-sayang) Allah, sedangkan pertengkaran adalah sebagian 'adzab-Nya. 3. Watak buruk manusia " Al-Syuhh " kikir jiwa, yakni : mengingat ingat kebaikan diri kepada pihak lain, tetapi melupakan kebaikan orang lain terhadap dirinya, dan pada waktu yang sama " Melupakan kesalahan diri, serta mengingat-ingat kesalahan orang lain "
25. Kelima langkah di atas, dilakukan oleh kedua hakam terhadap kedua suami istri itu secara bersama-sama, kemudian masing-masing hakam memisahkan dua suami-istri itu, dan secara silang hakam istri berdialog dengan suami, dan sebaliknya hakam dari suami berdialog dengan istri. Isi Dialog diarahkan kepada inventarisasi baik-buruk pasangannya untuk dibandingkan, lalu dikrosschek dihadapan keduanya, jika dari keduanya masih didapati unsur baik pasangannya, maka titik baiknya itu yang harus dikembangkan
26. - ZHIHAR , Secara bahasa artinya punggung, yakni suami durhaka dengan membelakangi ibunya, Sedangkan zhihar menurut istilah : ialah " Suami menyerupakan istri dengan ibunya " seperti perkataan nya : " Engkau bagiku laksana ibuku ". Zhihar ini dikategorikan durhaka anak, karena kedudukan ibu bagi anaknya tak dapat disejajarkan dengan siapapun, apalagi dengan istrinya yang dia gauli. Ibunya telah melahirkan dia, sedang istrinya melahirkan anak dia
28. Hukum Zhihar Jika suami melakukan zhihar , maka berarti dia mengharamkan bergaul dengan istrinya seperti haramnya bergaul dengan ibunya, dan itu berarti sama dengan menceraikannya. Apabila dia hendak meralat perkataan zhiharnya itu, dan dia ingin bergaul dengan istrinya, maka dia wajib membayar kafarat zhihar, yaitu dengan pilihan berurut berikut ini : a. Memerdekakan budak, bila tidak ada, b. Puasa 2 bulan berturut-turut, kalo tidak sanggup, c. Memberi makan 60 orang miskin Demikianlah hukum Allah, dan bagi yang mengingkarinya 'adzab yang pedih. ( QS. 58 ( Al- Mujadilah ) : 2-4 )
29. - ILA , Suami yang Bersumpah dengan Nama Allah tidak akan Menggauli Istrinya ِللَّذِيْنَ يُؤْلُوْنَ مِنْ نِسآَءِهِمْ تَرَبُّصُ اَرْبَعَةَِ اَشْهُرٍ فَاِنْ فَآءُواْ فَاِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ وَاِنْ عَزَمُواْ الطّلاَقَ فَاِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ البقرة -227 226
30.
31.
32.
33. 4. Apabila pada kurun waktu 4 bulan tidak kembali dengan membayar kafarat sumpah maka hubungan suami istrinya dibolehkan sesudah melewati masa tunggu tersebut, namun jika dimaksudkan cerai maka perhitungan iddahnya dimulai sejak habis masa tunggu tersebut.