1. 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 2
A. Latar Belakang ......................................................................... 2
B. Kompetensi yang Hendak Dicapai............................................ 2
C. Tujuan........................................................................................ 2
BAB II STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN ........................ 3
A. Strategi Pembelajaran ............................................................ 3
B. Beberapa Model Pembelajaran ............................................... 6
C. Rangkuman .......................................................................... 25
D. Evaluasi ............................................................................. 26
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 28
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi
profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Se-jalan dengan perkembangan teknologi
serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih strategi
pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana se-
nang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut guru tentu harus menguasai strategi/ metode/ teknik
pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan guru sudah ketinggalan, apa lagi
hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka guru akan banyak
mandapatkan kesulitan. Paling tidak, untuk jenjang pendidikan dasar guru harus memahami garis
besar strategi pembelajaran, termasuk mata pelajaran IPS.
Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan bagi guru dalam melaksanakan
tugas akademik di SD/MI.
B. Kompetensi yang Hendak Dicapai
Setelah mengikuti pelatihan ini guru diharapkan dapat membim-bing guru dalam
memahami, memilih dan menggunakan strategi/metode/tek-nik pembelajaran/bimbingan yang
dapat mengembangkan potensi siswa me-lalui mata-mata pelajaran yang relevan.
C. Tujuan
Tujuan pada diklat ini adalah:
1. Memahami Hakikat Strategi Pembelajaran
2. Memahami Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran
3. Memilih dan Menggunakan Berbagai Strategi Pembelajaran
3. 3
BAB II
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN
A. Strategi Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran berkenaan dengan bagaimana menyajikan bahan keilmuan
kepada peserta didik secara efektif dan efisien. Istilah yang digunakan oleh para ahli
menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran berbeda-beda dengan substansi yang hampir sama
antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Pendekatan juga diartikan sebagai sebuah
model pembelajaran.
Begitu juga dengan pengertian strategi pembelajaran, akan selalu terkait erat dengan
metode pembelajaran itu sendiri. Hal ini karena dua pemahaman itu berusaha untuk mencari
fokus menjadi titik perhatian para ilmuwan dalam mengklasifikasi variabel-variabel
pembelajaran, yang dimodifikasi menjadi tiga hal, yaitu:
1. Kondisi pembelajaran
2. Metode pembelajaran
3. Hasil pembelajaran
Kondisi pembelajaran: Faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil
pembelajaran. Metode pembelajaran: Cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Hasil pembelajaran: Semua efek
yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di
bawah kondisi yang berbeda.
1. Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran yaitu variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode.
Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel
kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada diluar kontrol
pembelajaran.
4. 4
Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah mengidentifikasi variabel-variabel
pembelajaran yang memiliki pengaruh utama pada ketiga variabel metode yang telah
dideskripsikan diatas. Karena itu pengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga
kelompok, yaitu:
(1) Tujuan dan karakteristik bidang studi;
(2) Kendala dan karakteristik bidang studi; dan
(3) Karakteristik si belajar.
Tujuan pembelajaran: Pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini
bisa sangat umum, sangat khusus, atau dimana saja dalam kontinum umum
khusus.Karakteristik bidang studi: Aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan
landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. Kendala:
Keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan uang. Karakteristik si
belajar: Aspek-aspek atau kualitas perseorangan si belajar seperti bakat, motivasi, dan hasil
belajar yang telah dimilikinya.
2. Metode Pembelajaran
Variabel metode pembelajaran diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu:
(1) Strategi pengorganisasian (organizational strategy);
(2) Strategi penyampaian (delivery strategy); dan
(3) Strategi pengelolaan (management strategy).
Organizational strategy adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang
dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi pengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi,
penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya yang setingkat dengan itu.
Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada si belajar
dan atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari si belajar. Media
pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strateginya.
Management strategy adalah metode untuk menata interaksi si belajar dan variabel
metode pembelajaran lainnya – variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.
a. Strategi pengorganisasian pembelajaran
5. 5
Strategi pengorganisasian pembelajaran lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu kepada metode
untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur,
atau prinsip.
Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran
yang melibatkan lebih dari satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi ini berurusan
dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi
pembelajaran (apakah itu konsep, prosedur, atau prinsip) yang saling berkaitan.
Pemilihan isi, berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mengacu kepada
penetapan konsep-konsep, atau prosedur-prosedur, atau prinsip-prinsip yang akan
diajarkan. Pembuatan sintesis, mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara
menunjukkan keterkaitan diantara konsep-konsep, prosedur-prosedur, atau prinsip-
prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara
melakukan tinjauan ulang konsep, prosedur, atau prinsip serta kaitan-kaitan yang sudah
diajarkan.
b. Strategi penyampaian pembelajaran
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Proses itu meliputi pemanfaatan media
pembelajaran, interak siswa dengan media (interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, dan siswa dengan media itu sendiri), dan bentuk belajar (klasikan, kelompok, dan
individual).
c. Strategi pengelolaan pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel yang berurusan
dengan bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses
pembelajaran. Paling tidak ada tiga klasifikasi penting dalam variabel pengelolaan, yaitu:
(1) penjadwalan strategi (2) catatan kemajuan belajar siswa, dan (3) motivasi.
3. Hasil Pembelajaran
6. 6
Seperti halnya variabel kondisi dan metode pembelajaran, variabel hasil pembelajaran
juga dapat diklasifikasi dengan cara yang sama. Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil
pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu:
(1) Keefektifan (effectiveness);
(2) Efeisiensi (efficiency); dan
(3) Daya tarik (appeal).
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. Ada
empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran,
yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau juga sering disebut dengan tingkat
kesalahan, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari.
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah
waktu yang dipakai si belajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa
untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang
studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya
pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan
proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.
B. Beberapa Model Pembelajaran
Di bawah ini akan diuraikan beberapa model pembelajaran, investigasi kelompok,
analisis sosial, analisis nilai, pencapaian konsep, dialog ala Socrates, sosidrama/bermain peran,
jigsaw, numbered heads together, think pair share, dan pembelajaran berbasis masalah.
1. Model Pendekatan Investigasi Kelompok
Pendekatan ini bersifat demokratis yang ditandai oleh keputusan-keputusan yang
dikembangkan dari pengalaman kelompok dalam konteks masalah sebagai titik sentral kegiatan
belajar. Pendekatan investigasi kelompok dilaksanakan dengan prosedur:
1) Peserta didik dihadapkan pada situasi yang bermasalah
2) Peserta didik mengeksplorasi untuk merespon situasi bermasalah yang sedang
dihadapi
7. 7
3) Peserta didik merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikannya untuk
membangun suatu proses penelitian
4) Peserta didik melakukan kegiatan belajar individual maupun kelompok
5) Peserta didik menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam penelitian
secara kelompok
6) Peserta didik melakukan pengulangan kegiatan
2. Model Pendekatan Analisis Sosial
Pendekatan analisis sosial adalah suatu penyajian pembelajaran secara induktif yang
berorientasi pada cara kerja keilmuan dengan pola, masalah, hipotesis, pengumpulan dan
pengolahan data, penarikan kesimpulan sebagai penguji hipotesis. Langkahnya sebagai berikut:
Memberi contoh
masalah/kasus yang
bertentangan
dengan topik
Merumuskan
masalah/kasus yang
akan dikaji dalam
bentuk pertanyaan
Merumuskan jawaban
sementara (hipotesis)
sesuai dengan
masalah/kasus yang
bertentangan dengan topik
Menarik kesimpulan sebagai hasil
pengujian hipotesis
Mengumpulkan data
Menganalisis data
8. 8
3. Model Pendekatan Analisis Nilai
Langkahnya sebagai berikut:
4. Model Pendekatan Pencapaian Konsep
Langkah-langkah penggunaan pendekatan pencapaian konsep adalah sebagai berikut:
a. Tahap pertama: presentasi data dan identifikasi konsep
Guru mempresentasikan/menyajikan contoh-contoh yang diberi label
Peserta didik membandingkan atribut positif dan negatif dari contoh-contoh
Peserta didik menyusun dan mengetes hipotesis
Peserta didik membuat definisi dari atribut-atribut yang esensial
b. Tahap kedua: testing pencapaian konsep
Peserta didik menjawab “ya” atau “tidak” pada contoh-contoh yang tidak diberi
label
Guru menetapkan hipotesis, menamai/memberi label konsep dan mendefinisikan
kembali berdasarkan atribut-atribut esensial
Peserta didik menyusun contoh-contoh
c. Tahap ketiga: analisis strategi berpikir
Peserta didik mengungkapkan/mendeskripsikan pemikirannya
Peserta didik mendiskusikan peranan hipotesis dan atribut-atribut
Peserta didik mendiskusikan tipe dan jumlah hipotesis
Memberi contoh
masalah/kasus yang
bertentangan dengan topik
Mengkaji nilai yang
terkait dengan esensi
contoh kasus
Menguji komitmen peserta didik
terhadap suatu nilai tertentu
Memberikan penguatan
terhadap komitmen peserta
didik
9. 9
5. Model Dialog Socrates
Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untuk
mencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi karena pesona,
karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk
membentuk kelompok yang belajar kepadanya (Wikipedia, 2009).
Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan
cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan
menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide
mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan
mendetail.
Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang
kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-
357) SM, dan siswa-siswa lainnya.
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan
antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk
suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam
mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang
pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya.
Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada
dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan
yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang
bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia
juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai
keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode
ilmu pengetahuan.
10. 10
1. Mengapa Jalan ala Socrates yang Ditempuh?
a. Semua orang memiliki dunia kehidupannya. Dunia kehidupan ini belum tentu telah
dijalani dengan baik sehingga menghasilkan kebahagiaan yang tulus. Bisa saja dunia
kehidupan itu dilakukan dengan terpaksa atau menuruti kebiasaan orang kebanyakan.
Dengan merunut pada kebiasaan awam semisal itu, bisa dipastikan tidak dapat
menghasilkan kebahagiaan. Inti dialog adalah melahirkan kesadaran hidup baik dari
diri sendiri dan kawan bicara. Bagaimana orang harus hidup merupakan urusan semua
orang, karena itu dialog dengan tujuan hidup baik penting bagi siapapun.
b. Semua orang memiliki kegelisahan akan kehidupan yang terus-menerus dibayangi
kegelisahan atau ketidakpuasan. Namun ketidakpuasan ini jarang terungkap, seringkali
kita menganggapnya sebagai gejala kejiwaan yang biasa-biasa saja. Jadi tak pernah
dipersoalkan. Lama kelamaan ketidakpuasan itu terus menumpuk dan menghasilkan
kesadaran palsu, kita jadi teramat pemarah tanpa alasan yang jelas atau menjadi sangat
pemalas. Kita jadi pemarah karena ketidakpuasan yang telah menumpuk itu tak
menemukan cara pembebasannya, ia terkurung dan ingin diekspresikan. Namun sekian
lama tidak dibahasakan membuat kesadaran itu menjadi sulit dipahami. Pada saat itu
yang muncul adalah emosi-emosi yang tak juntrung sebabnya. Demikianpun dengan
rasa malas, biasanya rasa malas bermula dari keputusasaan: karena hidup selalu tidak
memuaskan maka tak perlu lagi ada usaha. Dialog model Socrates merupakan
pembebasan.
c. Semua orang memiliki pertanyaan terhadap dunia kehidupannya. Juga memiliki
sejumlah gagasan dan impian mengenai bagaimana cara hidup yang bahagia. Metode
Socrates membutuhkan kejujuran terhadap apa yang dialami, dipikirkan dan dilakukan
untuk dikemukakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan rumusan-rumusan
sederhana. Metode Socrates tidak membutuhkan pertanyaan yang ruwet atau jawaban
yang ilmiah. Pertanyaan/jawaban yang baik adalah pertanyaan/jawaban yang berasal
dari pengalaman kehidupan. Pertanyaan/jawaban yang berdasar teori merupakan
kebiasaan kaum sofis, ini ditentang oleh Socrates.
d. Saat ini kita sebenarnya hidup di tengah kerumunan ”masyarakat Sofis”. Ada banyak
barang yang kita gunakan bukan berdasar kebutuhan kita terhadap barang tersebut,
namun karena kemasan iklan yang merayu secara cerdik. Misalnya, karena di kepala
11. 11
kita sudah tertanam bahwa “hanya yang ilmiah sajalah yang benar, hanya yang telah
diuji di laboratium sajalah yang benar” maka kita tertarik untuk membeli detergen
tertentu setelah melihat iklan yang sedemikian ilmiah. Ingat ungkapan Kaum Sofis,
“kebenaran atau kesalahan tergantung pada pengolahan kata-kata”. Seluruh iklan itu
pada dasarnya cara pengolahan barang agar terkesan lebih berkualitas ketimbang
barang lain yang sejenis, walaupun belum tentu demikian.
2. Bagaimana Cara Melakukan Dialog a la Socrates?
Untuk kepentingan MADRASAH FALSAFAH buku karya Christopher Philips, yang
berjudul Socrates Café, dapat dijadikan rujukan utama. Christopher Philips mengajak kita
semua untuk mengaplikasikan kembali metode Socrates dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenai metode ini Philips menuliskan:
1. Metode Socrates bisa disebut sebgai metode elenchus, artinya penyelidikan atau uji
silang. Melalui penyelidikan seseorang secara jujur memeriksa kesadaran yang
dimilikinya dan melihat konskeunsi yang dihasilkan dari kesadaran itu. Jika ternyata
konsekuensinya mengarah pada ketidakbahagiaan, keyakinan itu harus dirumuskan
kembali.
2. Dialog Socrates meminta kita untuk secara rela memeriksa seluruh kebenaran yang
selama ini kita yakini, juga segala hal-hal yang selama ini dianggap remeh.
3. Dialog Socrates menegaskan bahwa kearifan tidak bisa dilakukan sendirian.
Dibutuhkan kawan dialog (bukan lawan) untuk setiap pencarian kebahagiaan. Kawan
dialog ini secara kritis terus memberikan pandangan lain dari dalam dirinya.
Pandangan lain itu bisa berbentuk hipotesis, keyakinan, dugaan atau teori-teori yang
ditawarkan kawan dialog; kesemuanya menjadi cermin bagi seluruh keyakinan kita.
Seluruh ketidaksetujuan dan penentangan merupakan cermin yang sangat dibutuhkan
agar kita bisa berkaca dan menemukan cacat dari kesadaran yang selama ini
dianggap telah sempurna.
4. Untuk bisa mencapai dialog model Socrates dibutuhkan kejujuran dari semua peserta
dialog. Melalui kejujuran orang akan sering memeriksa keyakinannya sendiri, karena
kejujuran akan mengatakan bahwa “saya tahu bahwa saya tak tahu” atau “saya sadar
bahwa keyakinanku bisa salah kaprah”. Kejujuran pula yang membuat kita bisa
12. 12
berdialog dengan rendah hati; kita bisa menerima dengan tulus apa pun yang
dikemukakan orang lain walaupun berbeda atau bertentangan dengan kepercayaan
kita sendiri.
3. Socratesisasi Kelompok
1. Buatlah kelompok dialog, yang secara sukarela mau mengobrolkan persoalan-
persoalan keseharian dan keyakinan secara terbuka.
2. Mulailah dengan tema-tema sederhana, misalnya tentang rumah, pacaran, kerja,
tetangga, belajar, metode pembelajaran dll.
3. Buatlah dengan pertanyaan-pertanyaan, seperti: apa maksudnya? Siapa yang setuju
dan siapa yang menentang hal itu? Adakah cara-cara lain untuk memikirkannya,
yang lebih masuk akal dan lebih dapat untuk terus dipertanggungjawabkan? Seluruh
pertanyaan diupayakan untuk terus-menerus menggali konsekuensi-konsekuensi
gagasan tertentu dan kemudian menawarkan alternatif dan keberatan yang
menantang.
4. Seluruh sanggahan, rumusan, pertanyaan, dan komentar peserta dialog sangat
berharga. Jadi tak ada satupun yang dianggap remeh, semuanya berharga bagi
perbaikan kesadaran masing-masing peserta dialog.
5. Jika dialog tersebut tidak menyentuh kesadaran kita, tidak menyusahkan secara
mental dan spiritual tidak menantang dan membingungkan dengan cara yang indah
dan menggairahkan, dialog tersebut bukanlah dialog Socrates.
4. Socratesisasi Individual
1. Jika tidak bisa memiliki kelompok, mulailah menyiapkan mental untuk selalu
membuka diri terhadap pelbagai macam pengalaman orang lain. Bisa dilakukan
dengan cara berdialog langsung dengan orang-orang di sekitar kita, atau dengan
membaca buku, menikmati karya seni dan lainnya.
2. Pengalaman orang lain (siapapun dia, apapun derajat sosialnya, apapun agamanya)
dianggap sebagai cara pandang alternatif yang bisa jadi berguna bagi perbaikan
kesadaran kita. Hanya saja, agar kita tidak mudah terpengaruh oleh pelbagai
13. 13
pandangan yang berbeda kita harus terus-menerus kritis. Kita harus menanyakan
alasan apa yang mendukung atau menentang masing-masing pandangan yang
berbeda itu.
3. Socratisasi secara individual sebenarnya lebih susah, namun bukan tak mungkin
dilakukan. Salah satu sebabnya adalah kita harus terlebih dahulu memeriksa
kesadaran-kesadaran yang selama ini diyakini, lalu memilih salah satunya untuk
diperbincangkan dengan pengalaman orang lain. Berbeda jika dalam kelompok, kita
bisa mendapatkan bahan pembicaraan dari peserta dialog, bahan-bahan yang semua
dianggap remeh tetapi kemudian bisadari sebagai hal yang penting untuk diperiksa
kembali. Untuk mengatasi kesulitan itu, lakukanlah dialog secara santai (tidak
memaksakan tema yang telah disediakan). Biarkanlah arah dialog melaju ke wilayah
yang tak terduga, asalkan menghasilkan kesadaran baru.
4. Kejujuran, keterbukaan, berpikir rasional dan daya imajinasi sangat dibutuhkan
dalam seluruh proses dialog. Kejujuran dan keterbukaan mengantarkan kita untuk
menghargai semua kebedaan dan perbendaan. Berpikir rasional menjaga kita dari
kepercayaan tanpa alasan. Sedangkan daya imajinasi membuat kita bisa
menghubungkan apa-apa yang dibicarakan orang lain dengan apa yang kita
bicarakan dan kita lakukan (Tobucil, 2009).
5. Tinjauan tentang Metode Dialog
Strategi penyampaian (delivery strategy) adalah metode untuk mcnyampaikan
pembelajaran kepada siswa. Gagne, dkk (1992:32) menyatakan bahwa strategi
penyampaian adalah "everything necessary to allow a particular instructional system to
operate as it was intended and where it was intended". Strategi penyampaian
pembelajaran mencakup lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran, dan kegiatan yang
berkaitan dengan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan strategi, sumber belajar
merupakan suatu komponen yang penting.
14. 14
Sumber belajar dibedakan menjadi enam jenis yaitu: pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan latar.
1. Pesan/massage/isi adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk ide, fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Dalam
konteks pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang studi yang sedang
dipelajari.
2. Orang adalah semua personil yang terlibat dalam pencarian, pengolahan
penyimpanan dan penyaluran pesan. Contohnya adalah guru (guru, dosen,
guru, instruktur, tutor), siswa dan lainnya.
3. Bahan adalah barang-barang yang disebut sebagai perangkat lunak (software)
yang berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Bahan
berfungsi menyimpan pesan sebelum disalurkan menggunakan alat yang
dirancang. Bahan ini sering disebut sebagai sumber belajar (software) atau
perangkat lunak. Contohnya adalah buku, modul, majalah, bahan ajar
terprogram, transparansi, film, VCD, atau pita audio.
4. Alat adalah barang-barang yang disebut perangkat keras (hardware), yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan tadi.
Contohnya adalah slide film proyektor, LCD, OHP, monitor TV, monitor
komputer, kaset recorder, pesawat radio dan lain-lain.
5. Teknik adalah prosedur yang utuh/lengkap atau pedoman langkah-langkah
yang disiapkan untuk menyampaikan pesan/isi dengan menggunakan bahan,
alat, orang, dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi.
Contohnya: belajar mandiri, belajar jarak jauh, belajar secara kclompok,
simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya.
6. Latar atau lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses pembelajaran.
Latar ini dibedakan atas dua jenis yaitu lingkungan yang berbentuk fisik dan
non fisik. Contohnya adalah:
a. lingkungan fisik yaitu gedung sekolah, rumah, perpustakaan, laboratorium,
studio, ruang rapat, museum, taman, dan sebagainya;
15. 15
b. lingkungan non fisik yaitu tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat
kegaduhan lingkungan belajar, cuaca, dan sebagainya.
Degeng (1997) mengatakan bahwa sumber belajar pembelajaran mencakup semua
sumber yang (mungkin) dapat digunakan oleh siswa agar terjadi perilaku belajar. Di sini
dapat diartikan bahwa sumber belajar melebihi bidang audio visual tradisional dan
menjangkau bidang teknologi pembelajaran masa sekarang dan masa yang akan datang.
Membatasi ruang lingkup sumber belajar membawa konsekuensi, membatasi alat yang
tersedia bagi pembelajaran. Sebaliknya dengan memandang bahwa semua sumber
mempunyai potensi sebagai sumber belajar, akan meningkatkan penggunaan sarana/alat
yang tersedia untuk keperluan belajar/pembelajaran.
Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. sumber belajar yang direncanakan (by design).
b. sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization)
Sumber belajar by design yaitu semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan
sebagai komponen sistem instruksional. untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah
dan bersifat formal. Sumber belajar by design ini sengaja dibuat untuk digunakan dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sumber belajar by design
ini seperti buku teks, buku ajar, slide, film, video, bahan pembelajaran terprogram,
program pembelajaran menggunakan komputer dan sebagainya, yang dirancang dan
dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Metode dialog pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa dalam situasi pendidikan. Setiap proses interaksi metode dialog selalu dilandasi
dengan unsur sebagai berikut :
a. Tujuan yang akan dicapai dari proses dialog tersebut.
b. Adanya guru dan siswa sebagai individu yang terikat dalam proses dialog itu.
c. Adanya bahan dialog sebagai isi dari proses interaksi.
16. 16
d. Adanya metode dialog sebagai alat untuk menciptakan situasi pembelajaran yang
efektif.
Metode dialog adalah Proses Belajar Mengajar dimana terjadi interaksi antara kegiatan
mengajar yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dialog
berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa sedangkan belajar
mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam mempelajari
bahan yang disampaikan guru. Oleh karena itu kegiatan belajar erat hubungannya dengan
metode mengajar.
Awal keberhasilan proses interaksi dialog tergantung pada guru dan siswa itu sendiri
sebagai peran utama dalam proses interaksi. Misalnya guru dituntut kesabaran, keuletan,
sikap terbuka, disamping kemampuan dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang
merangsang siswa untuk belajar. Demikian pula siswa dituntut adanya semangat dan
dorongan untuk belajar disamping kemampuan yang dimiliki oleh individu serta sikap
siswa itu sendiri.
Prinsip-prinsip interaksi Dialog:
a. Saling mempercayai antara guru dengan siswa. Guru harus mempercayai bahwa
siswa adalah individu yang dapat dididik dan mempunyai potensi untuk
berkembang.
b. Interaksi dialog belajar mengajar memerlukan motivasi. Motivasi adalah
dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan belajar.
c. Belajar berarti mengalami yaitu keberhasilan proses interaksi belajar mengajar
tergantung bagaimana cara siswa belajar.
Untuk mencapai interaksi metode dialog sudah barang tentu perlu, adanya komunikasi
yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar), sehingga terpadunya dua
kegiatan, yakni dialog (usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya
guna dalam mencapai tujuan metode dialog tersebut.
a. Dialogi sebagai aksi atau komunikasi satu arah.
17. 17
Dalam dialog ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai
penerima aksi. Guru aktif siswa pasif.
b. Dialog sebagai interkasi dua arah
Pada dialog ini guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan
penerima aksi.
c. Dialog banyak arah atau dialog sebagai transaksi.
Yakni dialog yang tidak hanya melibatkan dinamis antara guru dengan
siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan
siswa lainnya. Proses Belajar Mengajar dengan pola dialogi ini mengarah kepada
proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga
menumbuhkan siswa belajar aktif(Dikutip dari http://embun-putih.blogspot.com,
2009)
6. Model Sosiodrama/Bermain Peran
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang
mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering
disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial dan drama. Kata drama adalah
suatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan,
pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti
memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai Lurah, penjudi,
nenek tua renta dan sebagainya.
Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang
merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-
masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial
tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru, Melalui metode ini guru ingin
mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang
paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti
penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin
sosiodrama.
18. 18
Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk memberikan
pendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian diambil kesimpulan.
Dalam diskusi kemungkinan terjadi diskusi yang seru karena adanya perbedaan pendapat.
Timbul pertanyaan, apakah dalam keadaan yang sebenamya mereka juga berani berkata
demikian? Sampai dimanakah manusia dapat mengambil kesimpulan atau keputusan yang sama
apabila dalam situasi yang menekan. Permainan peranan ini menimbulkan sejumlah masalah
yang perlu dicamkan oleh para siswa. Perasaan mereka dapat diperkuat oleh pengalaman yang
realistis itu.
Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat yang dapat
dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-
adegan, sehingga dapat mempertajam imajinasi, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode
ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka
juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia,
seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut
menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya. (3) Siswa dapat
menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang
lain.
Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana akan
menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan tujuan yang dicapai, atau
guru memilih metode ini walaupun sebenarnya kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadi
guru tidak menyadari pentingnya langkah langkah dalam metode ini.
1. Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama/Bermain Peran
Kelebihan:
o Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat
berfantasi)
19. 19
o Memupuk kerjasama antara siswa.
o Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
o Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
o Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
o Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn
waktu singkat.
Kelemahan:
o Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
o Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain
sehingga merusak suasana. (Dikutip dari http://pakguruonline.pendidikan.net/,
2009)
7. Model Jigsaw
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Kelompok cooperative (awal)
a. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang
b. Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan
c. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana/tugas yang berbeda-beda
dan memhami informasi yang ada di dalamnya
2. Kelompok ahli
a. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu
kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana/tugas yang telah
dipersiapkan
b. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi asli sesuai
dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung jawabnya
c. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan
informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok
cooperative
3. Kelompok cooperative (awal)
20. 20
a. Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-masing siswa
kembali kelompok cooperative (awal)
b. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari
tugas di kelompok ahli
c. Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing
kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi
8. Model Numbered Heads Together
Dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992), teknik ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Teknik ini juga digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik.
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor urut;
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;
3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap
anggota kelompok mengetahui jawaban ini;
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor panggil, melaporkan hasil
kerjasama mereka;
5. Tanggapan dari kelompok lain; dan
6. Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi
kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor
sama dari kelompok lain.
9. Model Think Pair Share
Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank
Lyman dan Spencer Kagan sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
21. 21
Teknik ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta kekerjasama dengan orang
lain, keunggulan adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share:
1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat, dan memberikan tugas kepada
semua kelompok;
2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas yang diberikan sendiri;
3. Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dalam kelompok dan mendiskusikan
hasil yang dikerjakan; dan
4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat untuk mendiskusikan
kembali hasil pekerjaannya.
10. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugasnya
yang tidak ditemuinya diwaktu sebelumnya. Masalah pada umumnya timbul karena adanya
kebutuhan untuk memenuhi atau mendekatkan kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi
yang seharusnya.
Pemecahan masalah adalah suatu proses menemukan suatu respon yang tepat terhadap
suatu situasi yang benar-benar unik dan baru bagi pemecah masalah. Kemampuan memecahkan
masalah adalah salah satu bentuk kemampuan tingkat tinggi dari hirarki belajar. Dalam
pengembangan pembelajaran ini pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses atau upaya
untuk mendapatkan suatu penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar sebagai masalah
dengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui.
Model pembelajaran berbasis masalah menurut Arnes penggunaannya di dalam
pengembangan tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah,
termasuk pembelajaran bagaimana belajar. Model pembelajaran ini juga mengacu kepada
pembelajaran-pembelajaran lain seperti pengajaran berdasar proyek (project base instruction),
pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience base instruction), pembelajaran autentik
(authentic instruction), dan pembelajaran bermakna. Pada pembelajaran ini, pembelajar berperan
mengajukan permasalahan atau pertanyaan, memberikan dorongan, memotivasi dan
menyediakan bahan ajar, dan fasilitas yang diperlukan pebelajar. Selain itu pembelajar
22. 22
memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual
pebelajar.
Pembelajaran ini banyak menumbuhkankembangkan kreatifitas belajar, baik secara
individual maupun secara kelompok. Hampir setiap langkah menuntut keaktifan pebelajar,
sedangkan peranan pembelajar lebih banyak sebagai stimuli, membimbing kegiatan pebelajar,
dan menentukan arah apa yang harus dilakukan oleh pebelajar.
Keberhasilan model pembelajar berdasar masalah sangat tergantung pada adanya sumber
belajar bagi pebelajar, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya
perlengkapan praktikum, memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari
lapangan, serta kemampuan pembelajar dalam mengangkat dan merumuskan masalah.
Beberapa kelebihan penggunaan pembelajaran berbasis masalah diantaranya: (1)
Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan
konsep tersebut; (2) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berpikir pebelajar yang lebih tinggi; (3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang
dimiliki pebelajar sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4) Pebelajar dapat merasakan
manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan
kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan
yang dipelajari; (5) Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi
dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar; dan
(6) Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar pebelajar dapat diharapkan.
Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends*, pengelolaan pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 langkah utama.
Berikut kelima langkah yang dimaksud:
1. Mengorientasikan pebelajar pada masalah
2. Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Berikut ini dibahas secara rinci 5 langkah pembelajaran berbasis masalah.
23. 23
Mengorientasikan pebelajar pada masalah
Pada awal pembelajaran berbasis masalah, pembelajar terlebih dahulu menyampaikan
secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan
menjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Bagi pebelajar pemula yang belum
pernah mengikuti pada pengajaran berdasar masalah, pembelajar juga harus menjelaskan proses
dan prosedur model pembelajaran secara mendalam. Selanjutnya pembelajaran melakukan
orientasi masalah hingga masalah muncul atau ditemukan sendiri oleh pebelajar. Berdasarkan
masalah tersebut pebelajar dilibatkan secara aktif memecahkannya, menemukan konsep, prinsip-
prinsip, dan seterusnya dalam mata kuliah difusi inovasi pendidikan.
Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
Pembelajaran berbasis masalah memerlukan keterampilan pengembangan kolaborasi
diantara pebelajar dan membantu mereka menyelidiki masalah secara bersama-sama. Hal ini
merupakan bantuan merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain itu
perlu adanya kelompok belajar. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan didalam
mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok pembelajaran berdasar masalah yakni
pebelajaran dibentuk bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Jika perbedaan kelompok diperlukan, pembelajar dapat
membuat tanda kelompok. Pada suatu waktu pembelajar dapat membagi kelompok tersebut
sesuai dengan kesepakatan bersama antara pebelajar dan pembelajar. Sedang bagian lain mereka
dapat memecahkan masalah sendiri secara individual.
Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
Penyelidikan dilakukan secara mandiri, berkelompok atau dalam kelompok kecil yang
merupakan inti model pembelajaran berdasar masalah. Walaupun setiap situasi masalah
memerlukan sedikit perbedaan teknik penyelidikan, paling banyak meliputi proses pengumpulan
data dan eksperimen, hipotesis, penjelasan dan pemberian penyelesaian. Pada tahap ini
pembelajar mendorong pebelajar mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan aktual sampai
mereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalah. Tujuannya adalah agar pebelajar dapat
mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Pada tahap ini
pembelajaran harus banyak membaca selain apa yang telah ada dalam bahan ajar. Pembelajar
membantu pebelajar dalam pengumpulkan informasi dari beberapa sumber dan mengajukan
24. 24
pertanyaan pada pebelajar untuk mendeteksi pemahaman mereka tentang masalah dan konsep
yang ditemukan serta jenis informasi yang dibutuhkan untuk menemukan pemecahan masalah.
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai dengan pemahaman
pebelajar. Pebelajar secara mandiri atau kelompok memberikan tanggapan atas hasil kerja
temannya. Berdiskusi, berdialog, bahkan berdebat memberi komentar terhadap pemecahan
masalah yang disajikan. Dalam hal ini pembelajar mengarahkan, memberi pandangan atas
tanggapan-tanggapan pebelajar tetapi tidak memerankan sebagai nara sumber sebagai justifikasi.
Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Tahap akhir pembelajaran berdasar masalah meliputi bantuan pada pebelajar menganalisa
dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri sebagaimana kegiatan dan keterampilan
intelektual yang mereka gunakan didalam pencapaian hasil pemecahan masalah. Selama tahap
ini, pembelajar menugasi pebelajar menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan mereka pada
setiap tahap pembelajaran.
Prosedur pelaksanaan pembalajaran berbasis masalah tersebut secara ringkas dapat
disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1. Prosedur Pembelajar Berbasis Masalah
Langkah Kegiatan Pembelajar
Orientasi masalah Menginformasikan tujuan pembelajaran
Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi
pertukaran ide yang terbuka
Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah
Mendorong pebelajar mengekspresikan ide-ide secara terbuka
Mengorganisasikan
pebelajar untuk belajar
Membantu pebelajar menemukan konsep berdasar masalah
Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar
pebelajar aktif (CBPA)
Menguji pemahaman pebelajar atas konsep yang ditemukan
Membantu menyelidiki
secara mandiri atau
kelompok
Memberi kemudahan pengerjaan pebelajar dalam
mengerjakan/menyelesaikan masalah
Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas
Mendorong dialog, diskusi dengan teman
25. 25
Membantu pebelajar mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah
Membantu pebelajar merumuskan hipotesis
Membantu pebelajar dalam memberikan solusi
Mengembangkan dan
menyajikan hasil kerja
Membimbing pebelajar mengerjakan lembar kegiatan pebelajar
(LKP)
Membimbing pebelajar menyajikan hasil kerja
Menganalisa dan
mengevaluasi hasil
pemecahan
Membantu pebelajar mengkaji ulang hasil pemecahan masalah
Memotivasi pebelajar untuk terlibat dalam pemcahan masalah
Mengevaluasi materi
C. Rangkuman
Strategi pembelajaran mengacu pada penetapan pengorganisasian materi, penyampaian
materi, dan pengelolaan pembelajaran
Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, diawali dengan penetapan
variabel metode. Variabel metode diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) strategi
pengorganisasian (organizational strategy), (2) strategi penyampaian (delivery strategy), dan (3)
strategi pengelolaan (management strategy). Strategi pengorganisasian pembelajaran mengacu
kepada suatu tindakan seperti pemilihan urutan isi, pembuatan sintesis, dan pembuatan
rangkuman. Strategi penyampaian pembelajaran mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk
menyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan strategi pengelolaan pembelajaran mengacu
kepada upaya menata penjadualan penggunaan strategi, catatan kemajuan belajar siswa,
motivasional, dan kontrol belajar.
Model pembelajaran, investigasi kelompok, analisis sosial, analisis nilai, pencapaian
konsep, dialog ala Socrates, sosidrama/bermain peran, jigsaw, numbered heads together, think
pair share, dan pembelajaran berbasis masalah, merupakan sebagian dari model pembelajaran
yang berkembang dewasa ini. Para guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang lain
sesuai dengan kemampuannya.
Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di
antaranya:
26. 26
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengan
siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan
kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memung-kinkan siswa untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya
sndiri, sebab pengetahuan pada dasar-nya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek
belajar.
c. Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran
menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan
pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model
pembelajaran, media dan sum-ber-sumber belajar yang relevan.
d. Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat
ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencobaoba,
berpikir intuitif atau ber-eksplorasi.
b. Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan
sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjuk-kan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi
kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh
nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan-nya.
D. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian strategi pembelajaran yang Saudara ketahui! Menga-pa strategi
pembelajaran itu sangat diperlukan dalam proses belajar me-ngajar berdasarkan pengalaman
yang Saudara miliki?
2. Jelaskan perbedaan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pem-belajaran
Istilah Pembelajaran Pengertian Contoh
Pendekatan pembe-
lajaran
Strategi Pembelajar-
an
27. 27
Metode Pembelajar-
an
Teknik pembelajaran
3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran yang Sau-dara ketahui!
Metode pembelajar-
an
Kelebihan Kekurangan
Ceramah
Diskusi
Simulasi
Tugas dan Resitasi
Tanya Jawab
Kerja Kelompok
Problem Solving
Karyawisata
Demonstrasi
4. Sebutkan jenis-jenis strategi pembelajaran dan jelaskan langkah-langkah-nya!
Strategi Pembe-
lajaran
Pengertian Langkah-lang-
kah
Contoh
5. Prinsip-prinsip apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran,
jelaskan!
28. 28
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous , 2009. Socrates. http://www.wikipedia.co.id. Diakses pada tanggal 26 Juli 2009
Pukul 20:00
Anonymous , 2009. Tinjauan tentang Metode Dialog. http://embun-putih.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 26 Juli 2009 Pukul 20:00
Anonymous,2009. Metode Sosiodrama Dan Bermain Peranan. http://Pakguruonline. pendidikan.
net. Diakses pada tanggal 26 Juli 2009 Pukul 20:00
Arends, R. I. 1998. Learning to teach. Singapore: Mc Graw-Hill book Company.
Degeng, Nyoman S. Tanpa tahun. Teori Pembelajaran 1: Taksonomi Variabel. Malang:
Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.
Dick, Walter., Carey, Lou. 1990. The Systematic Design of Instruction. Florida, United States:
Harper Collins Publisher.
De Porter, Bobbi & Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
De Porter, Bobbi & Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Gagne, R.M., Briggs, L.J., & Wager, W.W. 1992. Principles of Instructional Design. New York:
Holt, Rinehart, an Winstone.
Tobucil , 2009. Madrasah Falsafah Sophia di Tobucil . http://tobucil.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 26 Juli 2009 Pukul 20:00