Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan Hindu yang berdiri di Jawa Barat antara abad ke-10 sampai abad ke-16 dengan ibukota di Pakuan Pajajaran (Bogor modern). Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja pada abad ke-15.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Kelompok 5 xi ipa 4
1. Kerajaan Pajajaran
Kelompok : 5
1. Intan Aryoningtyas
2. Isni Fauziah Arbi
3. Kiki Amelia O. D
4. Larasati Puspa Amalia
5. Resti Oktafiani
6. Yolla Herysca
XI – IPA 4
SMA N 1 CIRUAS
Tahun Ajaran 2012/ 2013
2. Kerajaan Pajajaran (10-16 M) di Jawa Barat
1. Latar Belakang Kerajaan Pajajaran (10-16 M) di Jawa Barat
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota
Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda).
Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia
Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan
menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikantahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang
disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung Pangcalikan dan
Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.
2. Awal Pakuan Pajajaran
Seperti tertulis dalam sejarah, akhir tahun 1400-an Majapahit kian melemah. Pemberontakan,
saling berebut kekuasaan di antara saudara berkali-kali terjadi.Pada masa kejatuhan Prabu
Kertabumi (Brawijaya V) itulah mengalir pula pengungsi dari kerabat Kerajaan Majapahit ke
ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat.
Raden Baribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di antaranya. Selain
diterima dengan damai oleh Raja Dewa Niskala ia bahkan dinikahkan dengan Ratna Ayu Kirana
salah seorang putri Raja Dewa Niskala. Tak sampai di situ saja, sang Raja juga menikah dengan
salah satu keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan Raden Barinbin.
Pernikahan Dewa Niskala itu mengundang kemarahan Raja Susuktunggal dari Kerajaan
Sunda.Dewa Niskala dianggap telah melanggar aturan yang seharusnya ditaati.Aturan itu keluar
sejak “Peristiwa Bubat” yang menyebutkan bahwa orang Sunda-Galuh dilarang menikah dengan
keturunan dari Majapahit.
Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja yang sebenarnya adalah besan.Disebut besan
karena Jayadewata, putra raja Dewa Niskala adalah menantu dari Raja Susuktunggal.
Untungnya, kemudian dewan penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan keputusan: dua
raja itu harus turun dari tahta. Kemudian mereka harus menyerahkan tahta kepada putera
mahkota yang ditunjuk.
Dewa Niskala menunjuk Jayadewata, anaknya, sebagai penerus kekuasaan. Prabu
Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama. Demikianlah, akhirnya Jayadewata menyatukan
dua kerajaan itu. Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja mulai memerintah di
Pakuan Pajajaran pada tahun 1482.
Selanjutnya nama Pakuan Pajajaran menjadi populer sebagai nama kerajaan. Awal
“berdirinya” Pajajaran dihitung pada tahun Sri Baduga Maharaha berkuasa, yakni tahun 1482.
3. 3. Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan
bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan
ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-rajaKerajaan Sunda yang memerintah dari
ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad
Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak
peninggalan dari masa lalu, seperti:
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Kawali, Ciamis
Prasasti Rakyan Juru Pangambat
Prasasti Horren
Prasasti Astanagede
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522).
4. Segi Geografis Kerajaan Pajajaran
Terletak di Parahyangan (Sunda). Pakuan sebagai ibukota Sunda dicacat oleh Tom Peres
(1513 M) di dalam “The Suma Oriantal”, ia menyebutkan bahwa ibukota Kerajaan Sunda disebut
Dayo (dayeuh) itu terletak sejauh sejauh dua hari perjalanan dari Kalapa (Jakarta).
5. Kondisi Keseluruhan Kerajaan pajajaran (Kondisi POLISOSBUD), yaitu :
a. Kondisi Politik (Politik-Pemerintahan)
Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16.
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara lain :
Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
4. Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin
dan anaknya, Maulana Yusuf
Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah
dari Pandeglang Maharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
Rahyang Niskala Wastu Kencana
Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
Sri Baduga MahaRaja
Hyang Wuni Sora
Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
dan Prabu Ratu Dewata.
b. Puncak Kejayaan atau Keemasan Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa
keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-
olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati
dan pikiran masyarakat.Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek
kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.Sang Maharaja
membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat
jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota,
memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan
kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian
(kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur),
pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti
dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.
Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan
dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki,
namun tak kurang yang musnah termakan jaman.
Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri
Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena
Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan,
memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun
undang-undang kerajaan.
c. Puncak Kehancuran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu
Kesultanan Banten.Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman
Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh
pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan
Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah
penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton
Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau
berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
d. Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama
perladangan.Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan.
5. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaituPelabuhan Banten, Pontang, Cigede,
Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)
e. Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain
gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di
anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, perampok, dll).
f. Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu.Peninggalan-
peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-
prasasti, dan jenis-jenis batik.
6. Kesimpulan
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di
kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan
(Sunda).
Sumber sejarahnya berupa prasati-prasati, tugu perjanjian, taman perburuan, kitab cerita,
dan berita asing.
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa
keemasan/ kejayaan dan Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan
kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.