3. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
207+xiv, 2009
Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN 978-979-1176-26-2
Dr. Meiliana, SE., MM (Peneliti Utama)
Drs. Andi Taufik, M.Si (Peneliti)
Said Fadhil, S.IP (Peneliti)
Windra Mariani, SH (Peneliti)
Andi Wahyudi, S.IP (Pembantu Peneliti)
Fani Heru, SE (Pembantu Peneliti)
Tri Noor Aziza, SP (Pembantu Peneliti)
Betha Miranti Andalina, S.IP (Pembantu Peneliti)
Rustan A, SP (Koordinator)
Maria AP Sari, S.Sos. (Sekretariat)
Lany Erinda Ramdhani, S.Sos (Sekretariat)
Fajar Iswahyudi, SE (Sekretariat)
Tri Wahyuni, SH (Sekretariat)
Dewi Sartika, SE (Sekretariat)
Diterbitkan Oleh :
Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III (PKP2A III)
LAN Samarinda
UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 19 TAHUN 2002
Pasal 72
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
4. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
KATA PENGANTAR
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan yang besar untuk
mengelola dan menggerakkan sumber daya yang ada dalam rangka mewujudkan visi
daerahnya dan menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Ini merupakan implikasi dari
diterapkannya otonomi yang ditumpukan kepada kabupaten/kota sejak tahun 2004.
Dalam melaksanakan pembangunan daerah, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanan Pembangunan Nasional dan PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah telah memberikan dasar hukum dan acuan bagi daerah untuk mengelola
sumber daya tersebut melalui perencanaan pembangunan daerah. Selain itu, PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga
telah memberikan batasan kewenangan kabupaten/kota dalam urusan perencanaan
dan pengendalian pembangunan daerah.
Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, tahapan perencanaan menjadi
salah satu proses yang penting, karena hasil pembangunan yang baik senantiasa
didahului oleh perencanaan yang baik pula. Kajian ini mengulas proses perencanaan
pembangunan daerah yang difokuskan pada penyusunan RKPD Kabupaten di tujuh
kabupaten di Kalimantan, yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru,
Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang. Dimana proses
perencanaan pembangunan tersebut dilihat dari aspek proses, substansi, dan
partisipasi publik. Kemudian aspek dampak sebagai hasil dari implementasi
pembangunan akan dikaji secara khusus dalam kajian yang lain.
Dengan terlaksananya kajian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendukung
kegiatan ini, terutama kepada para Bupati dan Kepala Bappeda beserta seluruh staf
Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau
dan Bengkayang yang telah memberikan fasilitasi Pelaksanaan FGD (Focus Group
Disscusion) bagi Tim Peneliti dan juga atas kebaikan hati dan kerjasama yang baik
sehingga kami bisa memperoleh akses data berkaitan dengan dokumen rencana
pembangunan daerah. Juga terima kasih kepada seluruh SKPD di tujuh kabupaten
tersebut yang telah ikut berpartisipasi dan memberikan informasi yang bermanfaat
kepada Tim Peneliti baik melalui forum FGD maupun interview secara langsung.
i
5. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Akhirnya dengan selesainya kajian ini kami berharap bahwa hasil kajian ini
bisa memberikan manfaat bagi daerah dalam penyusunan perencanaan
pembangunan yang menjadi lebih baik pada masa mendatang, dan juga bagi semua
pihak yang memiliki perhatian terhadap isu-isu pembangunan. Terima kasih!
Samarinda, Oktober 2009
ii
6. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 3
D. Tujuan ......................................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup ......................................................................................... 5
F. Waktu dan Tahapan Penelitian .......................................................... 5
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH .............................................................................................................. 7
A. Pengertian Perencanaan Pembangunan ....................................... 7
B. Kewenangan Kabupaten/Kota Dalam Perencanaan
Pembangunan .......................................................................................... 11
C. Pendekatan Perencanaan Pembangunan ..................................... 16
D. Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah ...................... 21
E. Efektivitas Perencanaan Pembangunan ........................................ 27
BAB III PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DI DAERAH ....................................................................................................... 33
A. Kabupaten Kutai Barat .......................................................................... 33
B. Kabupaten Berau .................................................................................... 47
C. Kabupaten Kotabaru ............................................................................. 61
D. Kabupaten Kotawaringin Timur ....................................................... 84
E. Kabupaten Barito Timur ...................................................................... 106
F. Kabupaten Sanggau ............................................................................... 127
G. Kabupaten Bengkayang ....................................................................... 155
BAB IV EFEKTIFITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DI DAERAH ............................................................ 173
A. Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah ............... 173
iii
7. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
B. Prioritas dalam Perencanaan Pembangunan Daerah .............. 175
C. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan
Pembangunan Daerah .......................................................................... 181
D. Aturan Hukum Perencanaan Pembangunan Daerah ................ 184
E. Kendala dalam Proses Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Daerah .......................................................................... 187
F. Sinkronisasi RKPD dengan RTRW ................................................... 190
G. Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan 194
Daerah .........................................................................................................
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 201
A. Kesimpulan ............................................................................................... 201
B. Saran ............................................................................................................ 202
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 204
iv
8. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Lokus Kajian 5
Tabel 2.1 Urusan Kabupaten/Kota dalam Bidang Perencanaan 13
Pembangunan
Tabel 2.2 Alternatif Pendekatan Perencanaan 20
Tabel 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat 34
Menurut Kecamatan Tahun 2007
Tabel 3.2 Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan 37
Non Fisik Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok
Tahun 2009
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan 40
Penganggaran Daerah Kab. Kubar Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.4 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Berau 48
Tabel 3.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Berau 49
Tahun 1997-2007
Tabel 3.6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau Atas 49
Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB) Tahun 2004-2007
Tabel 3.7 Penduduk Kabupaten Kotabaru 2004 63
Tabel 3.8 Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama 64
Kabupaten Kotabaru
Tabel 3.9 PDRB ADHB Kabupaten Kotabaru (Milyar Rp) 65
Tabel 3.10 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru Per Sektor 65
Tabel 3.11 Ringkasan Perkiraan Kerangka Makro Ekonomi Kabupaten 66
Kotabaru Tahun 2006-2010
Tabel 3.12 Program dan Kegiatan Pembangunan Infrastruktur 79
Penunjang Pembangunan Kabupaten Kotabaru
Tabel 3.13 Wilayah Administrasi Kabupaten Kotawaringin Timur 84
Tabel 3.14 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin 85
Timur Tahun 2007
Tabel 3.15 Luas wilayah dan Jumlah penduduk Kabupaten Bartim Tahun 106
2007
Tabel 3.16 Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Sanggau Tahun 2007 127
Tabel 3.17 Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita 130
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sanggau Tahun
2004 – 2006
Tabel 3.18 Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Sanggau Tahun 146
2009
v
9. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Tabel 3.19 Contoh Matriks Program dan Kegiatan Rencana Kerja 151
Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2009
Tabel 3.10 Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Bengkayang 156
Tabel 3.11 Batas Kemampuan (Kapasitas) Fiskal Pemerintah Kabupaten 163
Bengkayang
Tabel 4.1 Perbandingan Program Prioritas Pembangunan Daerah 177
Tabel 4.2 Isu-Isu Dalam Pembangunan Daerah 180
Tabel 4.3 Aturan Hukum Daerah yang Berkaitan dengan Penyusunan 186
Perencanaan Pembangunan di Daerah
Tabel 4.4 Pencantuman PP No. 8 Tahun 2008 sebagai Konsideran dalam 187
Dokumen RKPD 2009
vi
10. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Aspek Efektivitas Perencanaan Pembangunan 4
Gambar 1.2 Tahapan Penelitian 6
Gambar 2.1 Posisi Strategis Bappeda Dalam Penyusunan Perencanaan 12
Pembangunan Daerah
Gambar 2.2 Pola 'S shape' dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan 26
Gambar 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas 36
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten Barito Timur 117
Gambar 3.3 Agenda Program dan Kegiatan Penyusunan Perencanaan 134
Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2010
Gambar 3.4 Alur Pikir Perencanaan Pembangunan Kabupaten 162
Bengkayang
Gambar 4.1 Model Hubungan RTRW dengan RPJPD dan RJPMD 192
Gambar 4.2 Model Hubungan Interaksi Pemerintah, Masyarakat dan 198
DPRD dalam Musrenbang
vii
11. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan akan
terlihat dari sejauh mana perubahan yang terjadi setelah program dan kegiatan
pembangunan daerah tersebut diimplementasikan. Namun demikian, pembangunan
yang baik juga didahului oleh proses perencanaan yang baik pula. Karena
pembangunan merupakan serangkaian proses panjang yang dimulai dari
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Perencanaan pembangunan
daerah bisa dilihat dari 2 (dua) aspek yaitu aspek proses penyusunan rencana
pembangunan dan aspek isi rencana pembangunan yang akan diimplementasikan
(Moeljarto Tjokrowinoto, 1993). Dalam kajian ini, dua aspek tersebut di-breakdown
lagi menjadi 4 (empat) aspek yaitu aspek proses, partisipasi, substansi, dan dampak.
Aspek Proses, proses perencanaan pembangunan dilihat dari jadwal
penyusunan perencanaan, instansi yang terlibat dalam penyusunan perencanaan,
alat koordinasi yang digunakan, serta tahapan-tahapan yang dilalui. Aspek Substansi,
dilihat apakah perencanaan pembangunan sudah mempertimbangkan faktor-faktor
seperti gender sensitive, conflict sensitive, prinsip pro poor, pro job, pro lingkungan,
pro investment. Aspek Partisipasi Publik, dilihat sejauh mana peran masyarakat
dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan. Aspek Dampak, dilihat sejauh
mana perubahan yang terjadi dalam rangka pencapaian target, tujuan dan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan. Berkaitan tentang aspek dampak akan dikaji
secara khusus dalam kajian lain, sehingga untuk kajian ini akan difokuskan pada
aspek proses, partisipasi dan substansi penyusunan perencanaan pembangunan
daerah, secara spesifik adalah RKPD Kabupaten.
Penyusunan perencanaan pembangunan daerah telah diatur dengan UU No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 8
Tahun 2007 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam skala daerah juga telah
diamanatkan oleh UU No. 25 Tahun 2004 pasal 27 ayat (2) bahwa tata cara
penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan
pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga
tiga peraturan perundangan tersebut menjadi landasan hukum dan acuan bagi
proses perencanaan pembangunan daerah.
Kewenangan kabupaten/kota dalam Perencanaan dan Pengendalian
Pembangunan Daerah menurut PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
viii
12. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah (1) Perumusan Kebijakan; (2)
Bimbingan, Konsultasi dan Koordinasi; dan (3) Monitoring dan Evaluasi (Monev).
Kewenangan tersebut dilaksanakan oleh Bappeda sebagai sebuah SKPD yang
memiliki posisi strategis dalam mengkoordinasikan proses perencanaan
pembangunan daerah.
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Perencanaan
Pembangunan Daerah sesuai dengan PP No. 8 Tahun 2008 adalah menggunakan
pendekatan (1) Politik; (2) Teknokratik; (3) Partisipatif; (4) Atas-bawah (top down),
dan (5) Bawah-atas (bottom up). Pendekatan politik tercermin dari dituangkannya
visi dan misi kepala daerah terpilih ke dalam dokumen RPJM Daerah, selanjutnya
RPJM Daerah tersebut merupakan acuan bagi penyusunan RKPD. Pendekatan
teknokratik bisa dilakukan dengan pelibatan tenaga ahli atau konsultan dalam proses
penyusunan rencana pembangunan. Untuk itu, penggunaan naskah akademik bisa
dimungkinkan sebagai upaya untuk menghasilkan rencana pembangunan yang
relevan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah. Pendekatan partisipatif dan
bawah atas (bottom up) tercermin proses penyerapan yang melibatkan masyarakat
dan aparat pemerintahan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan sehingga
perencanaan yang dihasilkan bisa mengakomodasi kepentingan masyarakat di
tingkat bawah. Sedangkan pendekatan atas bawah (top down) merupakan peran dari
Bappeda yang menyusun rancangan awal rencana pembangunan daerah.
Dari 7 (tujuh) daerah sampel kajian berkaitan dengan penyusunan RKPD
yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur,
Sanggau dan Bengkayang, ternyata hanya 2 daerah saja yang telah memiliki Perda
tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Yaitu Kabupaten
Kotabaru yang telah memiliki Perda No. 14 Tahun 2005, dan Kabupaten Sanggau yang
telah memiliki Perda No. 5 Tahun 2008. Di Kabupaten Berau tata cara mengenai
penyusunan perencanaan pembangunan daerah justru dituangkan ke dalam
Peraturan Bupati (Perbup), bukan Perda. Sedangkan daerah lain bahkan belum
memiliki Perda tersebut.
Dalam penyusunan RKPD, dari proses penyerapan aspirasi masyarakat
melalui forum Musrenbang yang dimulai sejak awal bulan Januari di tingkat
desa/kelurahan ternyata ada beberapa forum insiatif yang dilakukan daerah, yaitu:
1. Adanya forum “Kumpul Warga” di lingkungan RT sebelum dilakukan Musrenbang
Desa/Kelurahan (Kab. Kotim)
2. Pertemuan atau diskusi instansi/SKPD serumpun sebelum Forum SKPD untuk
mensinkronkan program kerja agar tidak terjadi overlapping (Kab. Kotim, Berau,
Kotabaru)
Di satu sisi inisiatif tersebut memiliki nilai positif bagi proses pelaksanaan
perencanaan pembangunan daerah, yaitu pertama bisa mempermudah pelaksanaan
13. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Musrenbang karena materi sudah dibahas dalam forum inisiatif tersebut. Dan kedua
bisa memberi kesempatan masyarakat yang tidak terlibat dalam Musrenbang
Desa/Kelurahan untuk menyampaikan aspirasinya dalam forum Kumpul Warga.
Namun di sisi lain menambah banyak kegiatan dalam proses perencanaan
pembangunan daerah sehingga tidak efisien baik dari aspek waktu maupun
anggaran. Dan menjadikan pelaksanaan Musrenbang hanya menjadi formalitas
karena sudah dibahas sebelumnya dalam forum-forum tersebut.
Partisipasi masyarakat yang dilakukan melalui forum Musrenbang dalam
penyusunan RKPD cukup baik terlihat dari kehadiran dalam Musrenbang. Namun
usulan masyarakat dalam RKPD melalui Musrenbang lebih dominan usulan proyek-
proyek fisik, sedikit sekali usulan yang sifatnya non fisik seperti pemberdayaan
masyarakat, pengembangan ekonomi dan sebagainya. Di sisi lain realisasi usulan
masyarakat dalam RKPD masih minim sehingga hal ini mengakibatkan apatisme dan
menurunnya antusias masyarakat untuk mengikuti proses perencanaan
pembangunan melalui forum Musrenbang pada masa berikutnya.
Beberapa program prioritas yang secara umum menjadi perhatian utama di
semua daerah dan tertuang dalam dokumen RKPD mencakup sektor pendidikan,
kesehatan, perekonomian rakyat, infrastruktur dan tata kelola pemerintahan yang
baik. Kemudian dari program prioritas yang telah ditetapkan daerah bisa
diklasifikasikan ke dalam kelompok isu-isu yang pro terhadap pertumbuhan,
kemiskinan, ketenagakerjaan, lingkungan, investasi, gender sensitive serta conflict
sensitive. Dari program dan pengklasifikasian isu tersebut terlihat bahwa fokus dan
prioritas pembangunan di masing-masing daerah juga beragam. Namun secara
umum isu pertumbuhan merupakan isu utama yang dijadikan prioritas di semua
daerah yaitu melalui program pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi,
atau dengan sebutan ekonomi kerakyatan dan sejenisnya. Hal ini menunjukkan
bahwa pembangunan daerah masih menganggap pertumbuhan sebagai prioritas
penting yang harus segera diwujudkan di daerah.
Isu-isu yang berkaitan dengan pemberantasan kemiskinan, penanganan
pengangguran atau ketenagakerjaan serta lingkungan juga mendapat mendapat
perhatian di sebagian besar daerah. Program dan kegiatan pembangunan yang pro
poor terlihat menjadi perhatian di Kabupaten Kubar, Berau, Kotabaru, Barito Timur
dan Sanggau. Walaupun persoalan kemiskinan selama ini dipecahkan dari berbagai
aspek seperti aspek kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya namun
dalam hal ini program dan kegiatan yang secara langsung dan eksplisit menjadi
perhatian utama dan secara langsung tercermin dalam program pembangunan di
beberapa daerah tersebut. Program yang pro job juga terlihat di kabupaten Kubar,
Berau, Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Sedangkan program yang pro
x
14. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
lingkungan terlihat di Kabupaten Kubar, Kotabaru, Barito Timur, Kotawaringin Timur
dan Bengkayang. Persoalan lingkungan merupakan persoalan yang cukup menonjol
di wilayah Kalimantan, namun ternyata belum semua daerah menjadikan isu
tersebut sebagai prioritas dalam perencanaan pembangunan di daerahnya.
Selanjutnya sebagai pendukung pertumbuhan daerah yaitu program-program yang
pro investasi ternyata hanya terlihat secara eksplisit di Kabupaten Kotabaru, Barito
Timur dan Sanggau. Kemudian untuk isu-isu yang gender sensitive dan conflict
sensitive hanya menjadi perhatian di sedikit daerah.
Masih sedikit daerah yang menjadikan isu-isu tersebut sebagai mainstream
dalam perencanaan pembangunan daerah. Kabupaten Berau menjadi isu gender
sebagai mainstream dalam perencanaan pembangunan daerahnya. Sehingga
pembangunan yang dilakukan oleh berbagai sektor harus memperhatikan faktor
kesetaraan gender. Kemudian Kabupaten Sanggau jauh lebih luas, yaitu dengan
dituangkannya enam prinsip pengarusutamaan sebagai landasan operasioanl
pembangunan daerah, yaitu pengarusutamaan partisipasi masyarakat,
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan, pengarusutamaan gender,
pengarusutamaan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance),
pengarusutamaan pengurangan kesenjangan antar wilayah dan percepatan
pembangunan daerah tertinggal, dan pengarusutamaan desentralisasi dan otonomi
daerah.
Beberapa kendala terkait proses penyusunan RKPD yang terjadi adalah:
1. Minimnya sosialisasi rencana penyusunan RKPD kepada masyarakat
2. Masyarakat menjadi apatis dan enggan terlibat aktif dalam perencanaan
pembangunan daerah karena usulan masyarakat seringkali tidak bisa
direalisasikan akibat terjadinya pemotongan/pemangkasan berbagai usulan
yang masuk.
3. Terjadi perubahan/tambahan kegiatan yang sebelumnya tidak masuk dalam
usulan SKPD.
4. Tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara program yang dibiayai dana
community development dari perusahaan dengan program yang dibiayai APBD
(Kab. Kubar)
5. Pelaksanaan proses perencanaan membutuhkan proses yang cukup panjang
karena adanya tupoksi yang saling bersinggungan antar SKPD (Kab. Berau,
Bengkayang)
6. SKPD sering terlambat/tidak tepat waktu dalam menyampaikan Renja dan daftar
prioritas kegiatan kepada Bappeda sebagai bahan Musrenbang Kabupaten
7. Pelaksanaan forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten terlalu singkat sedangkan
bahan yang harus dibahas cukup banyak
xi
15. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
8. Besarnya usulan yang masuk seringkali lebih merupakan keinginan, bukan
kebutuhan daerah. Sehingga harus dilakukan pemilahan dan skala prioritas
terhadap usulan-usulan yang masuk
9. RKPD yang telah ditetapkan, terkadang belum digunakan sebagai pedoman oleh
SKPD dalam menyusun rencana kerjanya
10.Banyak instansi yang berdasarkan hasil pemeriksaan Inspektorat yang dilakukan
belum memiliki Renstra (Kab. Bengkayang)
11.Belum disetujuinya RTRW Provinsi oleh Pemerintah Pusat sehingga penyusunan
perencanaan pembangunan daerah menjadi terhambat (Kab. Kubar dan Berau)
Dari hasil penggalian data di lapangan dan analisis disimpulkan bahwa
penyusunan RKPD di beberapa daerah secara umum masih kurang efektif karena
beberapa alasan:
1. Dari aspek proses. Alokasi waktu pelaksanaan Musrenbang sebagai bagian
penting penyusunan RKPD sangat singkat, sedangkan agenda yang dibahas
banyak sehingga Musrenbang yang dilakukan untuk menyerap aspirasi
masyarakat cenderung hanya bersifat formalitas untuk memenuhi persyaratan
formal perencanaan pembangunan. Selain itu aktor yang terlibat dalam tahapan
proses perencanaan pembangunan sering berganti-ganti mulai dari awal hingga
akhir, sehingga sering kurang memahami pembahasan isu dan substansi pada
tahapan sebelumnya.
2. Dari aspek partisipasi. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
melalui forum Musrenbang cukup tinggi tetapi usulan-usulan dari masyarakat
sering tidak bisa diakomodir dan diimplementasikan dalam RKPD sehingga
keterlibatan masyarakat hanya sebagai formalitas (benign neglect) bahwa proses
perencanaan telah melibatkan masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat
enggan dan apatis terhadap proses penyusunan rencana pembangunan untuk
masa berikutnya.
3. Dari aspek prioritas. Kegiatan-kegiatan yang diusulkan menjadi prioritas dalam
rencana pembangunan mudah berubah dan bahkan bisa dipangkas pada
tahapan/proses tingkat selanjutnya. Dan juga persepsi para aktor tentang
prioritas usulan berbeda-beda sehingga prioritas menurut masyarakat bisa
dianggap bukan prioritas oleh aktor yang lain.
4. Dari aspek normatif (aturan hukum). Masih banyak daerah yang belum memiliki
Peraturan Daerah (Perda) tentang tata cara penyusunan perencanaan
pembangunan daerah sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 27 Ayat (2). Dari
beberapa daerah sampel kajian hanya Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten
Sanggau yang telah memiliki Perda tersebut. Selain itu masih banyak daerah
belum menggunakan PP No. 8 Tahun 2008 sebagai konsiderans dalam dokumen
xii
16. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
RKPD, artinya belum menggunakan PP tersebut sebagai pedoman penyusunan
RKPD, kecuali Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Sanggau. Padahal PP tersebut
telah terbit sebelum dokumen RKPD di beberapa daerah disahkan. Fenomena ini
menunjukkan masih minimnya sosialisasi peraturan perundangan mengenai
perencanaan pembangunan daerah, serta kurang aktifnya para perencana
pembangunan di daerah dalam mengupdate peraturan perundangan terkait.
Selanjutnya disarankan beberapa hal yang harus dilakukan daerah
berkaitan dengan proses penyusunan RKPD, yaitu:
1. Alokasi waktu pelaksanaan penyusunan RKPD perlu diperpanjang, berkaitan
dengan pelaksanaan Musrenbang perlu agenda yang jelas berisi
a. Arahan Bupati
b. Arahan DPRD
c. Penyampaian aspirasi perwakilan masyarakat
d. Pembahasan materi dengan melibatkan legislatif
2. Aktor yang mengikuti penyusunan RKPD haruslah continues (tidak berganti-
ganti) dan mengikuti proses perencanaan dari awal hingga akhir urutan kegiatan
3. Dilakukan penyusunan Perda tentang tata cara penyusunan perencanaan
pembangunan daerah bagi daerah yang belum memilikinya dan dilakukan
sosialisasi PP No. 8 Tahun 2008
4. Perlunya sosialisasi rencana penyusunan RKPD melalui media disertai agenda
kegiatan yang jelas agar masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut;
5. Pemandu Musrenbang perlu lebih aktif dalam menstimulus peserta sehingga
usulan yang masuk lebih luas dan komprehensif berdasar prioritas kebutuhan
masyarakat, bukan hanya usulan proyek-proyek fisik yang berdasar keinginan
semata;
6. Transparansi dalam alokasi dana pembangunan yang dianggarkan untuk masing-
masing SKPD, sehingga setiap SKPD bisa menyusun usulan program yang sesuai
dengan kuota anggaran yang ada;
7. Perlu adanya pelibatan Legislatif dalam proses penyusunan RKPD dari awal
termasuk dalam Musrenbang untuk meningkatkan fungsi kontrol dan sekaligus
mendapatkan dukungan penganggaran terhadap hasil perencanaan
pembangunan daerah;
8. Meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan forum-forum Rembug Warga serta
program community development di luar forum resmi RKPD;
9. Perlunya penyempurnaan instrumen perencanaan pembangunan di daerah,
khususnya untuk meminimalisir munculnya kemungkinan pengaruh dari
kepentingan-kepentingan pragmatis dan politis dalam penyusunan program
pembangunan daerah.
xiii
17. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
10.Kemudian saran bagi pemerintah pusat agar segera menyelesaikan pembahasan
dan persetujuan RTRW Provinsi sehingga proses penyusunan perencanaan
pembangunan daerah tidak terhambat.
Akhirnya diharapkan selalu ada perbaikan yang secara terus menerus
dilakukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah dengan melakukan
berbagai kombinasi pendekatan yang ada. Proses tersebut diharapkan bisa
mengakomodasikan berbagai aspirasi masyarakat dan juga mewujudkan rencana
pembangunan daerah (RKPD) yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah dalam rangka mewujudkan visi daerah yang telah dirumuskan.
xiv
21. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
- Jadual
- Instansi
Proses
- Alat koordinasi
- Tahapan
- Gender sensitive
- Conflict sensitive
Subtansi - Pro-poor
Efektivitas - Pro-lingkungan
perencanaan - Pro-investasi
pembangunan
- Dis-engagement
Partisipasi
- Benign neglect
Output, outcome,
Dampak
impact, benefit
Gambar 1.1.
Aspek Efektivitas Perencanaan Pembangunan
Pada kajian ini akan dilihat aspek proses, substansi dan partisipasi publik
dalam perencanaan pembangunan daerah. Sedangkan terhadap dampak
implementasi perencanaan pembangunan akan dilakukan dalam kajian yang lain.
Menurut PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-
tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di
dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan
wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pelaksanaan tugas dan
fungsi perencanaan pembangunan berada di bawah tanggung jawab Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Maka Bappeda memilik
peran yang strategis dalam penyusunan perencanaan pembangunan di daerah.
Efektivitas proses penyusunan perencanaan pembangunan bisa dilihat
dari sejauh mana proses penyusunan perencanaan pembangunan tersebut
memenuhi kaidah normatif yang ada. Serta sejauh mana pencapaian visi, misi,
target dan sasaran pembangunan bisa tercapai.
4
22. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
D. Tujuan
Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses
penyusunan perencanaan pembangunan daerah, isu-isu yang dijadikan
pertimbangan serta peran masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan
pembangunan daerah di wilayah Kalimantan. Selanjutnya bisa dihasilkan
rekomendasi kebijakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan di
daerah.
E. Ruang Lingkup
Kajian ini dilakukan dengan mengambil wilayah/lokus di daerah
Kalimantan yang mencakup empat propinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dalam
kajian/penelitian ini menggunakan metode random, dengan sampel untuk
masing-masing propinsi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1.
Lokus Kajian
No Wilayah Sampel
1 Kalimantan Timur 1. Kabupaten Kutai Barat
2. Kabupaten Berau
2 Kalimantan Selatan 3. Kabupaten Kota Baru
3 Kalimantan Tengah 4. Kabupaten Kota Waringin Timur
5. Kabupaten Barito Timur
4 Kalimantan Barat 6. Kabupaten Sanggau
7. Kabupaten Bengkayang
Penelitian ini lebih difokuskan pada proses penyusunan perencanaan
pembangunan tahunan yaitu Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
kabupaten di Kalimantan. Sedangkan dampak dari implementasi rencana
pembangunan tahunan tersebut perlu dilakukan kajian tersendiri pada masa
mendatang setelah implementasi perencanaan dilakukan.
F. Waktu dan Tahapan Penelitian
Pelaksanaan kajian ini dilakukan selama satu tahun pada tahun 2009
dikonsentrasikan pada proses pembuatan perencanaan pembangunan di daerah,
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Tahapan I : Persiapan penelitian yang meliputi penyusunan proposal
penelitian yang meliputi penetapan lokus dan sampel
penelitian, penyusunan instrumen penelitian (questionnaire),
5
23. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
penyempurnaan desain penelitian (research design), serta
persiapan administratif lainnya seperti pembentukan dan
konsolidasi tim, penyusunan rencana survei lapangan, dan
sebagainya.
b. Tahapan II : Kegiatan pengumpulan dan penggalian data-data di lapangan
melalui kuesioner, wawancara dan pengumpulan data-data
sekunder dari responden maupun dari sumber lain.
c. Tahapan III : Kegiatan analisis dan interpretasi terhadap data-data yang
diperoleh dari lapangan. Jika masih diperlukan dan
memungkinkan, data aktual yang terolah perlu dilakukan
klarifikasi ulang ke lokus penelitian untuk memperoleh
akurasi informasi, sehingga analisis dapat dijamin lebih akurat.
d. Tahapan IV : Penyusunan laporan awal hasil penelitian yang disertai
rekomendasi bagi para pengambil kebijakan berkaitan dengan
permasalahan dalam perencanaan pembangunan di daerah.
e. Tahapan V : Presentasi publik terhadap hasil penelitian untuk
mendapatkan input dari berbagai pihak baik aktor yang
terlibat dalam perencanaan pembanguan daerah maupun
ahli/pakar dibidang perencanaan pembangunan
f. Tahapan VI : Penyusunan laporan akhir hasil penelitian tahun pertama.
Tahapan-tahapan penelitian tersebut bisa digambarkan dalam diagram
alir sebagai berikut :
ANALISIS DAN
PERSIAPAN PENGUMPULAN INTERPRETASI
PENELITIAN DATA DATA
PENYUSUNAN PENYUSUNAN
LAPORAN PRESENTASI
AKHIR PUBLIK LAPORAN AWAL
Gambar 1.2.
Tahapan Penelitian
Laporan akhir penelitian tersebut akan diberikan kepada pihak-pihak
yang berkompeten dalam proses pengambilan keputusan dalam perencanaan
pembangunan daerah, lembaga penelitian, serta daerah-daerah di Kalimantan
terutama yang menjadi lokus dalam kajian ini. Selanjutnya laporan ini akan
dijadikan bahan dalam melakukan penelitian pada tahun berikutnya.
6
24. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
BAB III PROSES PENYUSUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DI DAERAH
Dari praktek proses perencanaan pembangunan daerah yang dijadikan
daerah sampel dalam kajian ini secara umum menunjukkan kemiripan proses sejak
dimulai dari Musrenbang di tingkat yang paling bawah, yaitu Musrenbang
Desa/Kelurahan hingga Musrenbang Kabupaten. Namun di beberapa daerah
terdapat kegiatan lain yang merupakan inisiatif dari daerah yang bersangkutan.
Inisiatif tersebut antara lain seperti pertemuan pra Forum SKPD yang dilakukan oleh
beberapa instansi yang serumpun. Pertemuan ini dalam rangka koordinasi dan
sinkronisasi program kegiatan untuk mencegah terjadinya overlapping terhadap
program kegiatan yang diusulkan oleh kecamatan maupun desa/kelurahan.
Selengkapnya praktek proses perencanaan pembangunan di daerah akan diuraikan
di bawah ini.
A. Kabupaten Kutai Barat
A.1. Gambaran Umum Kabupaten Kutai Barat
Kabupaten Kutai barat dengan ibukota Sendawar merupakan
pemekaran dari wilayah sebelumnya yaitu Kabupaten Kutai yang telah
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang nomor 47 Tahun 1999, dengan luas
sekitar 31.628,70 km2. Secara geografis Kabupaten Kutai Barat terletak
antara 113o 48'49” sampai dengan 116o32'43” Bujur Timur serta diantara 1o
31'05” Lintang Utara dan 1o 09'33” Lintang Selatan. Adapun wilayah yang
menjadi batas Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
· Sebelah utara : Kabupaten Malinau dan Serawak
· Sebelah timur : Kutai Kartanegara
· Sebelah Selatan : Kabupaten Penajam Paser Utara
· Sebelah Barat : Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Kalimantan
Barat
Dengan luas wilayah kurang lebih 15% dari luas propinsi
Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Barat terbagi menjadi 21 Kecamatan
dan 223 Kampung. Daerah kabupaten Kutai Barat didominasi topografi
bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam dengan ketinggian
33
25. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
berkisar antara 0-1.500 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan
antara 0-60 persen. Daerah dataran rendah pada umumnya dijumpai
dikawasan danau dan kawasan sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai).
Sedangkan daerah perbukitan dan pegunungan memiliki ketinggian rata-
rata lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan 30%
terdapat dibagian barat laut, yang berbatasan langsung dengan wilayah
Malaysia.
Tabel 3.1.
Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat Menurut Kecamatan
Tahun 2007
Luas Jumlah Kepadatan
No Kecamatan Wilayah Penduduk Ruta/ Pddk/K
(Km2) Km2 m2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Bongan 2.274,40 8.429 0,96 3,71
2 Jempang 654,40 10.290 5,19 15,72
3 Penyinggahan 271,90 3.874 4,02 14,25
4 Muara Pahu 496,68 8.715 4,32 17,55
5 Muara Lawa 444,50 5.652 3,04 12,72
6 Damai 1.750,43 8.838 1,33 5,05
7 Barong Tongkok 492,21 19.357 10,32 39,33
8 Melak 287,87 10.201 8,69 35,44
9 Long Iram 1.462,01 7.705 1,48 5,27
10 Long Hubung 530,90 8.294 3,57 15,62
11 Long Bagun 4.175,25 8.812 0,48 2,11
12 Long Pahangai 3.420,40 4.772 0,38 1,40
13 Long Apari 5.490,70 4.405 0,22 0,80
14 Bentian Besar 886,60 3.247 0,90 3,66
15 Linggang Bigung 699,30 14.109 5,65 20,18
16 Siluq Ngurai 2.015,58 5.146 0,68 2,55
17 Nyuatan 1.740,70 6.363 1,26 3,66
18 Sekolaq Darat 165,46 5.996 10,99 36,24
19 Manor Bulatn 867,70 8.432 2,75 9,72
20 Tering 1.804,16 9.857 1,45 5,46
21 Laham 1.697,75 2.420 0,33 1,43
Jumlah 31.628,70 164.914 1,40 5,21
Sumber: Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2007
Secara spesifik wilayah berbukit dan bergunung dijumpai di bagian
hulu Sungai Mahakam, terutama di Kecamatan Long Bagun, Long Pahangai,
dan Long Apari. Kondisi wilayah dengan topografi tersebut berpotensi
menimbulkan bahaya alami berupa gerakan tanah baik dalam volume besar
(longsor) ataupun volume kecil (tanah retak). Besar kecilnya volume
gerakan tanah tersebut dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jenis tanah,
serta besar kemiringan lereng. Berdasarkan peta bahaya lingkungan yang
34
26. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL tahun 1999, sebagian besar Kabupaten
Kutai Barat potensial terjadi bahaya longsor karena mempunyai jenis tanah
dengan tekstur berlempung, curah hujan yang tinggi, dan kemiringan lereng
yang besar.
Kondisi morfologi yang khas dari Kabupaten Kutai Barat secara
tidak langsung akan menghambat perkembangan kegiatan perkotaan. Hal
tersebut disebabkan karena adanya faktor penghambat alami berupa
kemiringan lereng yang menyebabkan luasan lahan untuk menampung
kegiatan perkotaan menjadi berkurang. Untuk memecahkan keterisolasian
wilayah yang disebabkan arena kondisi morfologi wilayah maka pemerintah
Kabupaten Kutai Barat membagi Kabupaten Kutai Barat menjadi 3 wilayah
pembangunan yaitu Wilayah Pembangunan Hulu Riam, Wilayah
Pembangunan Dataran Tinggi, dan Wilayah Pembangunan Dataran Rendah.
Selain menimbulkan masalah, kondisi yang dimiliki oleh Kutai
Barat juga membawa manfaat, yaitu Kutai Barat memiliki banyak obyek
wisata baik yang telah berkembang maupun yang berpotensi untuk
dikembangkan. Adapun obyek yang sudah berkembang dan telah memiliki
sarana prasarana antar lain adalah wisata danau jempang yang menawarkan
keindahan alam serta wisata budaya adat Datah Bilang (Long Hubung), yang
menawarkan berbagai upacara adat dan arsitektur rumah adat dayak.
Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2007
mencapai 167.706 jiwa. Di mana Kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Barong Tongkok yaitu sebesar19.960
jiwa atau sekitar 11,90 persen dari total populasi penduduk Kutai Barat.
Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Laham yaitu sebesar 2.420 jiwa (1,44 %). Dibandingkan dengan
data penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2006 yang tercatat
sebesar 164.914 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kutai
Barat per tahun adalah sebesar 1.69 persen.
Pembangunan Sumber Daya manusia Kutai Barat yang diukur
dengan indikator Index Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2002
menunjukkan angka 67.8 yang lebih rendah dari rata-rata IPM Propinsi
Kalimantan Timur yang mencapai 69.9. Hal yang sama terjadi pada indeks
melek huruf yang menunjukkan angka paling rendah dibanding Kutai
Kartanegara, Kutai Barat maupun rata-rata Propinsi Kalimantan Timur. Hal
ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,
masih merupakan masalah penting yang harus dihadapi oleh Kabupaten
Kutai Barat.
35
27. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui
kontribusi sektor-sektor produksi yang membentuk nilai PDRBnya.
Sepanjang tahun 2007, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi
sektor unggulan di Kabupaten Kutai Barat dikarenakan kontribusinya yang
cukup besar. Ditahun 2007 Sektor Pertambangan dan Penggalian
menyumbang 47,52 persen bagi nilai PDRB Kabupaten Kutai Barat. Sektor
kedua yang dapat diandalkan adalah sektor Bangunan/konstruksi dengan
kontribusi sebesar 19,13 persen. Sektor yang dapat diandalkan berikutnya
adalah Sektor Pertanian dengan andil sebesar 18,48 persen. Namun jika
dilihat lagi, dua dari tiga sektor yang diandalkan di Kabupaten Kutai Barat
adalah sektor primer yang masih sangat tergantung dengan sumber daya
alam yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat. Oleh karena itu Pemerintah
Daerah Kabupaten Kutai Barat harus dapat mengembangkan sektor-sektor
yang lain agar perekonomian di wilayahnya tidak bergantung pada kondisi
alam yang ada.
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Pertambangan dan Penggalian
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007
Bangunan/Kost
18.48% 6.00% Pertanian
19.13% 3.27% Perdagangan, Hotel dan
Restoran
2.03% Jasa-Jasa
1.85% Persewaan dan Jasa
1.53% Perusahaan
Industri Pengolahan
0.18%
Pengangkutan dan
3.57% Telekomunikasi
Listrik, Gas dan Air Minum
47.52% Other
Gambar 3.1.
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007
Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita merupakan
ukuran rata-rata nilai tambah bruto yang diciptakan oleh masing-masing
penduduk akibat adanya aktifitas ekonomi sedangkan Pendapatan per
kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh
masing-masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi.
Pada tahun 2007 PDRB per kapita Kabupaten Kutai Barat mencapai 23,42
juta rupiah dan besarnya pendapatan regional per kapita Kabupaten Kutai
Barat adalah 8,10 juta.
36
28. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
A.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat
Pada dasarnya penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Kabupaten Kutai Barat sama dengan daerah lainnya, dimana
perencanaan diawali dengan penyerapan aspirasi kebutuhan masyarakat
melalui Musrenbang Desa. Di Kabupaten Kutai Barat, desa lebih dikenal
dengan istilah kampung, yang terbagi ke dalam 21 kecamatan dengan jumlah
223 kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung mundur dari jadwal
kegiatan pokok perencanaan program dan penganggaran daerah Kabupaten
Kutai Barat tahun 2010 yang sudah dibuat. Jika di jadwal Musrenbang
Kampung seharusnya dilaksanakan pada bulan Januari 2009, namun pada
pelaksanaannya bergeser menjadi Minggu I dan II Maret 2009.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan
masing-masing kampung adalah Ketua RT, tokoh masyarakat, kepala adat,
BPK serta aparat kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung ini
dimoderasi oleh pihak kecamatan, dimana sebelumnya pihak kecamatan
sudah mendapat pelatihan dari Bappeda Kutai Barat mengenai perencanaan
partisipatif. Contoh daftar usulan perencanaan yang diajukan oleh salah satu
kampung yang akan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2.
Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan Non Fisik
Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009
No Usulan Proyek Fisik Skala Prioritas Lokasi Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pembuatan Parit Sepanjang Sangat Mendesak Jln Umum Dibangun Baru
Jalan Gajah Mada Sampai RT IV
Jalan Ahmad Yani
2. Kantor Kepala Kampung Jangka Menengah - Dibangun Baru
Yang Baru
3. Pengusulan Mobil Pemadam Sangat Mendesak Wilayah RT Baru
Kebakaran V
4. a. Parit sepanjang 1 Km Sangat Mendesak RT III Dibangun Baru
b. Koperasi Simpan Pinjam Sangat Mendesak RT III Dibangun Baru
c. Pendidikan Sangat Mendesak RT III Dibangun Baru
5. a. Pengadaan bak sampah Sangat Mendesak RT XV Dibangun Baru
b. Tiga ruas jalan parit Sangat Mendesak RT XV Dibangun Baru
c. Semenisasi tiga (3) ruas Sangat Mendesak RT XV Dibangun Baru
jalan
6. a. Proyek air bersih Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru
b. Parit jalan poros Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru
c. Gorong/Jembatan Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru
d. Pengaspalan jalan Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru
Barong Tongkok-Asa
e. Pembangunan jalan Lay - Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru
Busur
37
29. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
f. Peningkatan badan jalan Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru
Yos Sudarso
7. Pendirian gedung posyandu Sangat Mendesak RT X Dibangun Baru
8. a. Semenisasi gang Sangat Mendesak RT IV Dibangun Baru
Melati/Kodim
b. Semenisasi gang Sangat Mendesak RT IV Dibangun Baru
Kapolres Sangat Mendesak RT IV Dibangun Baru
c. Rehab parit simpang
tiga belintut
9. Mengususlkan pembukaan Sangat Mendesak RT IX Dibangun Baru
badan jalan lingkungan
Sumber: Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009
Daftar usulan yang sudah dibuat dan telah disepakati dalam
Musrenbang Kampung, kemudian dibawa ke Musrenbang Kecamatan untuk
dibahas kembali. Musrenbang Kecamatan ini sendiri dilaksanakan pada
Minggu ke III bulan Maret 2009, dimana Musrenbang Kecamatan ini
difasilitasi oleh Bappeda Kabupaten Kutai Barat dengan mengerahkan 60
stafnya yang disebar pada 21 kecamatan. Karena besarnya rata-rata
anggaran perencanaan yang diajukan oleh kampung, maka melalui
Musrenbang Kecamatan ini dilakukan pemilihan program berdasarkan skala
prioritas. Adapun hasil dari Musrenbang baik kampung maupun tingkat
kecamatan sudah terdokumentasi dengan baik, seperti sudah adanya berita
acara disetiap Musrenbang.
Sesuai dengan visi yang dimiliki Kabupaten Kutai Barat, yaitu
tercapainya Masyarakat Kutai Barat yang sejahtera, cerdas, sehat dan
produktif berbasiskan ekonomi kerakyatan. Maka visi pembangunan jangka
menengah ini lebih ditekankan pada upaya meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat Kutai Barat ke tingkat kehidupan yang lebih sejahtera
dan lebih maju dibandingkan kondisi saat ini. Dalam rangka mencapai
tingkat kesejahteraan itu, Pemerintah Kutai Barat menegakkan tiga pilar
pembangunan yaitu: pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan yang
berbasis kampung, dimana pengembangan ekonomi kerakyatan disini
berfungsi sebagai “motor penggerak” atau sebagai Leading Sector.
Kandungan makna dari visi tersebut merupakan aktualisasi dan
implementasi dari kondisi psikologis dan karakter masyarakat yang religius,
mempunyai nilai tradisional dan kearifan lokal yang peduli terhadap
kelestarian lingkungan dengan semangat kegotongroyongan yang tinggi
untuk dapat mencapai tujuan bersama.
Untuk mencapai visi diatas, maka Kabupaten Kutai Barat
melakukan tujuh misi sebagai berikut:
38
30. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
1. Meningkatkan mutu SDM: pendidikan, kesehatan, agama, kepastian
hukum, pemuda, olah raga dan pemberdayaan peran perempuan;
2. Mewujudkan sistem pemerintahan yang efektif, efisien, responsif dan
bertanggung jawab;
3. Memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja
bagi masyarakat lokal dengan cara menciptakan iklim ekonomi yang
kondusif dan pola kemitraan dalam mendukung pengembangan
ekonomi kerakyatan yang berbasiskan kampung;
4. Mewujudkan infrastruktur untuk mengatasi keterisolasian wilayah fisik
dan komunikasi;
5. Memfasilitasi pendirian dan operasional lembaga penelitian yang
hasilnya digunakan untuk kepentingan pemerintah, pendidikan,
ekonomi dan masyarakat;
6. Mengembangkan hubungan antar-etnik yang harmonis dan kehidupan
masyarakat yang damai dan kondusif;
7. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berbasiskan kelestarian
lingkungan untuk kepentingan ekonomi, pendidikan dan pariwisata.
Visi dan misi diatas menjadi dasar dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten (RPJMD) Kutai Barat,
yang menjadi dasar bagi daerah untuk membuat Rencana Kerja Pemerintah
Daerah yang berisi tentang kondisi umum dan permasalahan daerah, visi,
misi dan prioritas pembangunan daerah; kerangka ekonomi makro dasar
serta arah kebijakan dan program pembangunan daerah yang akan
dilaksanakan selama setahun ke depan.
Dalam PP Nomor 8 Tahun 2008 pada pasal 18 disebutkan bahwa
Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka
membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya. Sebagaimana yang
dilakukan oleh daerah lainnya, rancangan RKPD ini biasanya dibahas dalam
suatu forum yang bernama forum SKPD, di Kabupaten Kutai Barat sendiri
forum ini baru berjalan di tahun 2009. Sebelum tahun 2009, masing-masing
SKPD membuat rencana kerja berdasarkan Restra SKPD, kemudian masing-
masing rencana kerja SKPD tersebut diserahkan kepada Bapeda untuk
kemudian dipilah berdasarkan skala prioritas, sehingga sering terjadi
ketidakterpaduan rencana kerja antar SKPD. Belum terlaksanannya forum
SKPD ini salah satunya dikarenakan belum adanya Peraturan Bupati Kutai
Barat yang mengatur tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah.
Melihat hal tersebut, maka pada tahun 2009 Bappeda mencoba untuk
mengadakan forum SKPD yang bertujuan untuk memadukan rancangan
39
31. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
kerja antar SKPD dan rancangan pembangunan kecamatan. Namun upaya ini
belum berjalan maksimal. Saat dilakukan wawancara kebeberapa SKPD,
mereka menilai bahwa pelaksanaan forum SKPD ini belum efektif, karena
SKPD belum terlalu dilibatkan dalam penentuan program/kegiatan atau
dengan kata lain peran Bappeda masih dominan dalam menentukan
program/kegiatan yang masuk dalam skala prioritas. Ironisnya lagi masih
ada salah satu SKPD yang belum tahu bahwa forum tersebut pada tahun ini
(2009) sudah berjalan. Mungkin karena baru sekali melaksanakan, maka
koordinasi yang dilakukan oleh Bappeda Kutai Barat belum maksimal.
Tabel 3.3.
Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan Penganggaran
Daerah Kab. Kutai Barat, Tahun Anggaran 2010
No Kegiatan Dokumen yang Dihasilkan Penanggung
Waktu Pelaksanaan Jawab Pelaksana
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I PENYELENGGARAAN MUSRENBANG TAHUN 2009 UNTUK PENYUSUNAN RKPD TAHUN 2010
1 Musrenbang Kampung Tahun Dokumen Rencana Kerja Kampung Januari Minggu I Aparat Perangkat
2009 yang terdiri dari prioritas kegiatan dan II Kampung Kampung dan
pembangunan skala kampung Maret Kecamatan
2 Musrenbang Kecamatan Daftar prioritas kegiatan Februari Minggu III Camat Kecamatan
Tahun 2009 pembangunan di wilayah kecamatan Maret difasilitasi
yang akan dibahas pada forum SKPD oleh Bappeda
3 Forum Satuan Kerja Perangkat 1. Rancangan Renja SKPD Februari Minggu IV Kepala
Daerah (Renja-SKPD) Tahun 2. Prioritas kegiatan yang sudah Maret Bappeda
2009 dipilah menurut sumber
pendanaan
4 Penyusunan Rencana Kerja Renja SKPD Tahun 2009 Maret Minggu IV Kepala
Satuan Kerja Perangkat Bappeda
Daerah (Renja-SKPD) Tahun
Kepala-Kepala
2009
Bidang,
5 Musrenbang 1. Penetapan arah kebijakan, Maret Minggu IV Kepala
Sekretaris,
Kabupaten/Penjaringan prioritas pembangunan dan Bappeda
Kepala Sub
aspirasi masyarakat Tahun plafon/pagu dana, baik
Bidang dan
2009 berdasarkan fungsi/SKPD
Kepala Sub
2. Daftar prioritas kegiatan yang
Bagian
sudah dipilah berdasarkan
Bappeda
sumber pembiayaan dari APBD
Kabupaten; APBD Pripinsi; APBN
dan sumber pendanaan lainnya
3. Daftar usulan kebijakan/regulasi
pada tingkat pemerintah
Kabupaten, Propinsi dan/atau
Pusat
II PASCAMUSRENBANG TAHUN 2009
Penyusunan Rencana Kerja RKPD Tahun 2010 Mei Minggu I- Kepala Kepala-Kepala
Pemerintah Daerah (RKPD) IV Bappeda Bidang,
Tahun 2010 Sekretaris,
- Penyusunan Rancangan Kepala Sub
Awal RKPD Tahun 2010 Bidang dan
- Pemaduserasian Kepala Sub
Rancangan RKPD Tahun Bagian
2010 Bappeda
- Penyusunan Draft Final
RKPD Tahun 2010
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat
40
32. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Berdasarkan jadwal kegiatan perencanaan program dan
penganggaran daerah Kabupaten Kutai Barat diatas maka dapat dilihat
bahwa setelah dilakukan forum SKPD, proses perencanaan dilanjutkan
dengan Musrenbang Kabupaten, dimana dalam Musrenbang ini Bappeda
sebagai tim pelaksana mencoba kembali untuk menyatukan antara usulan
SKPD dan usulan kecamatan. Hasil dari Musrenbang Kabupaten adalah (1)
Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu dana,
baik berdasarkan fungsi/SKPD, (2) Daftar prioritas kegiatan yang sudah
dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten; APBD
Pripinsi; APBN dan sumber pendanaan lainnya dan, (3) Daftar usulan
kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten, Propinsi dan/atau
Pusat Dalam Musrenbang Kabupaten, keikutsertaan Dewan mulai terlibat,
dimana biasanya dewan mengajukan usulan-usulan tambahan walaupun
tidak begitu banyak.
Sedangkan penyusunan draft final RKPD sendiri dilakukan pasca
Musrenbang Kabupaten, tepatnya di minggu keempat bulan mei. Hal ini agak
berbeda dengan daerah lainnya, dimana draft final RKPD sudah bisa
dihasilkan pada saat Musrenbang Kabupaten. Adapun yang melaksanakan
finalisasi draft RKPD Kabupaten Kutai Barat adalah Kepala-Kepala Bidang,
Sekretaris, Kepala Sub Bidang dan Kepala Sub Bagian Bappeda
Mengenai pos anggaran, Bapeda membuat prediksi anggaran
dengan melihat trend APBD yang didapat Kabupaten Kutai Barat pada
tahun-tahun sebelumnya. Estimasi anggaran tersebut didasarkan pada
perkembangan pendanaan APBD selama tiga tahun terakhir yaitu tahun
2005 – 2007 yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan dan Sisa Perhitungan Anggaran. Perkembangan anggaran dari
tahun 2005 – 2007 menunjukan peningkatan rata-rata 12,92 %.
Peningkatan terjadi pada Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu
meningkat rata-rata 35,34 % meliputi pajak daerah dan bagian laba BUMD
pendapatan lain-lain dan peningkatan juga terjadi pada Pos Dana
Perimbangan selama periode tahun 2005 – 2007 sebesar 10,21 %.
Proses penyusunan dokumen RKPD Tahun 2009 mengacu pada
RKP dan alokasi pagu indikatif sesuai Surat Edaran Bersama Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 0259/M.PPN/I/2005 dan 050/166/SJ tanggal 20 Januari
2005 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2005.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat Tahun
2009 disusun dengan sistematika sebagai berikut :
41
33. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Bab I. Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Dasar Hukum,
Maksud dan Tujuan serta Proses dan Sistematika dari Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2009.
Bab II. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah
Bab ini menguraikan tentang Kondisi Ekonomi, Perkembangan
PDRB Sektoral, Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi,
PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita serta Proyeksi
Pertumbuhan Ekonomi.
Bab III. Prioritas Pembangunan
Bab ini memuat Prioritas Program berdasarkan Isu-Isu
Strategis.
Bab IV. Rencana Kerja dan Pendanaan
Bab ini menguraikan rencana kerja dan prioritas pembangunan
yang dijabarkan pada masing-masing bidang pembangunan
yang selanjutnya dijabarkan lagi dalam bentuk program,
kegiatan, pagu indikatif serta instansi penanggung jawab
(Matrik RKPD) dan estimasi pendanaan pembangunan APBD
tahun 2009.
Bab V. Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan, Program
Pembangunan
Bab ini menguraikan Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan,
Program Pembangunan yang meliputi Bidang Sumberdaya
Manusia, Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,
Bidang Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian dalam arti luas,
Bidang Umum Pemerintahan dan Bidang Penunjang lainnya
yang menitik beratkan pada peran APBD Kabupaten Kutai Barat
Tahun Anggaran 2009.
Bab VI. Penutup
Bab ini mengemukakan harapan-harapan atas keberadaan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2009. Agar dapat
dijadikan acuan oleh Dinas/Badan/Lembaga/kantor/ Satuan
Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan berbagai rencana
kegiatan pada tahun tersebut.
Dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah,
Kabupaten Kutai Barat melakukan penentuan prioritas yang merupakan
suatu upaya untuk mendahulukan dan atau mengutamakan sesuatu yang
dianggap lebih penting untuk dilakukan dibanding yang lain. Hal-hal yang
42
34. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
perlu dipahami dan diperhatikan dalam menentukan kriteria prioritas,
yaitu:
· Adanya pemahaman terhadap situasi dan kondisi yang melandasi
perlunya ditetapkan prioritas tersebut;
· Kemampuan dalam merancang berbagai alternatif yang dapat dilakukan
pada tahun anggaran yang bersangkutan;
· Pengidentifikasian berbagai konsekuensi dari implikasi dari setiap
alternatif yang akan dipilih;
· Pembuatan keputusan tindakan terbaik untuk dilaksanakan pada tahun
anggaran yang bersangkutan;
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat
tahun 2009 sebagai dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten untuk
jangka waktu 1 tahun kedepan disusun dengan maksud untuk
memperhatikan dan menyelaraskan berbagai aspirasi dari seluruh potensi
pembangunan di Kabupaten Kutai Barat agar terjadi kesinambungan dalam
perencanaan program, kegiatan dan anggaran serta pelaksanaannya
menjadi sinergis, koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya di dalam
satu pola sikap dan pola tindak.
A.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Kutai Barat
Berbagai permasalahan yang bersifat struktural sudah berlangsung
dalam jangka lama, jauh sebelum terbentuknya Kabupaten Kutai Barat.
Dengan demikian maka permasalahan tersebut memerlukan perhatian dan
penanganan yang serius serta senantiasa mengupayakan perbaikan ke arah
yang lebih baik secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan,
yang berorientasi ke pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kutai
Barat. Isu-isu strategis dan permasalahan mendasar yang masih dihadapi
oleh Kabupaten Kutai Barat yang selanjutnya merupakan perhatian utama
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2009 adalah:
· Kualitas SDM yang relatif masih rendah sebagai dampak dari rendahnya
derajat kesehatan dan pendidikan di Kutai Barat.
· Terbatasnya pelayanan infrastruktur dan telekomunikasi seiring dengan
terbatasnya infrastruktur jalan, jembatan, sarana dan prasarana
perhubungan darat, sungai dan udara.
· Terbatasnya Sarana dan Prasarana Dasar Sosial lainnya.
· Terbatasnya Produk Unggulan Daerah yang Kompetitif.
· Pembangunan Daerah Perbatasan dan Terpencil.
· Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja.
43
35. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
· Masalah Kemiskinan.
· Penurunan Kualitas Lingkungan.
Penetapan Prioritas Pembangunan Tahun Anggaran 2009, harus
berdasarkan pada kondisi riil dan kebutuhannya yang nyata, isu-isu strategis
yang berkembang di masyarakat, dan kecenderungan ke depan dengan
mempertimbangkan kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity) dan tantangan (Threats) untuk mencapai target kinerja atau
tingkat pelayanan yang akan dicapai pada tahun 2009. Prioritas utama
pembangunan jangka menengah Kabupaten Kutai Barat adalah:
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan.
2. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan.
3. Pembangunan Infrastruktur.
4. Pembangunan Adat Budaya Lokal.
5. Pembangunan Pelestarian Lingkungan Hidup.
Mengacu dan memperhatikan prioritas utama pembangunan
jangka menengah, serta mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas,
dan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang
telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya, juga dengan memperhatikan
berbagai masalah dan tantangan yang ada dan masih akan dihadapi pada
pelaksanaan pembangunan mendatang, maka prioritas pembangunan
tahun anggaran 2009 sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dengan titik berat pada
peningkatan kualitas lembaga pendidikan, kesehatan dan pelayanan
keagamaan.
2. Pengembangan dan Pemberdayaan Kelembagaan Pengelolaan SDM,
Ekonomi Kerakyatan dan Infrastruktur.
3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Sosial Ekonomi Masyarakat
Kampung.
4. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dalam rangka
membuka dan meningkatkan akses daerah dari keterisolasian wilayah,
pada kecamatan dan kampung, daerah perbatasan/pedalaman dan
daerah terpencil serta daerah yang memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
5. Penanganan dan upaya-upaya lanjutan terhadap penanggulangan
kemiskinan.
6. Pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pembangunan
pertanian dan usaha bersama kampung (UBK).
44
36. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
7. Usaha-Usaha Produktif dan UKM (kerajinan, industri rumah
tangga) sehingga mampu menghasilkan produk unggulan daerah yang
kompetitif.
8. Perwujudan penyelenggaraan kepemerintahan daerah yang baik (Good
Governance).
9. Peningkatan dan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama Sumber
Daya Alam Tanah, Air (sungai, danau, dan mata air) cagar alam hutan dan
lingkungan tambang.
10. Pengembangan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
11. Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata.
12. Pengembangan hubungan antar etnik dan pemberdayaan adat budaya
lokal.
A.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai
Barat
Keberhasilan perencanaan pembangunan sangat bergantung
kepada peranan pemerintah dan masyarakat dimana keduanya harus
mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah
tidak akan dapat mencapai perencanaan secara optimal Perencanaan
pembangunan hanya akan menciptakan produk-produk baru yang kurang
berarti bagi masyarakat karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat secara proporsional cukup baik,
hal ini terlihat dari partipasi masyarakat dalam Musrenbang kampung,
masyarakat antusias dalam menyampaikan kebutuhan yang akan
dimasukkan dalam perencanaan kampung. Selain itu partisipasi masyarakat
ini juga terlihat dari daftar hadir Musrenbang Kecamatan tahun 2009, salah
satunya yaitu Kecamatan Barong Tongkok. Dari 21 kampung yang ada hanya
2 kampung yang tidak hadir. Dari masing-masing kampung ini diwakili oleh
petinggi kampung, BPK serta kepala adat.
Walaupun partisipasi masyarakat Kabupaten Kutai Barat dinilai
sudah cukup baik, namun pemerintah tetap harus memberi perhatian
terhadap keterlibatan masyarakat dengan cara memberikan informasi
maupun data yang akurat kepada masyarakat, mengenai arah kebijakan dan
prioritas pembangunan Kabupaten Kutai Barat. Selain itu masyarakat juga
perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri
permasalahan yang dihadapi serta merencanakan langkah-langkah yang
diperlukan, sehingga dalam proses Musrenbang kampung masyarakat dapat
secara konseptual menyusun usulan program dan kegiatan.
45
37. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
A.5. Kendala-Kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat
Jika dilihat dari pelaksanaannya maka proses penyusunan
perencanaan pembangunan daerah Kutai Barat dirasakan masih belum
efektif. Hal ini dikarenakan beberapa hal, antara lain belum adanya
Peraturan Daerah yang mengatur tentang tata cara perencanaan
pembangunan tahunan daerah. Padahal dalam UU Nomor 25 Tahun 2004,
pada pasal 27 ayat (2) sangat jelas disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD,
RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan
Peraturan Daerah.
Peraturan Daerah ini harusnya dimiliki oleh Kabupaten Kutai Barat
agar daerah memiki perencanaan yang terpadu, dimana mekanisme,
prosedur dan tahapan perencanaan serta pelaksanaannya dapat berjalan
dengan baik. Tidak adanya payung hukum di Kutai Barat juga menyebabkan
belum maksimalnya pelaksanaan Forum SKPD, padahal forum ini sudah
ditetapkan dalam PP nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, namun baru dilaksanakan pemerintah daerah
Kabupaten Kutai Barat di tahun 2009, itu pun belum semua SKPD yang
terlibat dalam forum tersebut.
Selain itu, beberapa SKPD merasa masih adanya pengaruh politik
dalam proses perencanaan daerah, dimana perencanaan yang sudah dibuat
oleh masing-masing SKPD dan diserahkan kepada Bapeda, ada beberapa
yang mengalami distorsi, padahal kegiatan tersebut tidak masuk dalam
usulan SKPD. Akibatnya banyak program dan kegiatan pembangunan yang
diusulkan oleh SKPD yang dibuat berdasarkan tinjauan akademik serta
kebutuhan dimasyarakat pada akhirnya tidak dimasukkan kedalam
perencanaan daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada pesan sponsor
terhadap perencanaan yang telah dibuat.
Kabupaten Kutai Barat merupakan daerah yang kaya akan sumber
daya alam, ini berimplikasi terhadap banyaknya pihak swasta yang
berinvestasi di daerah, misalnya seperti perusahaan batu bara dan kayu.
Perusahaan ini biasanya memiliki dana community development, yang
peruntukkannya adalah bagi pengembangan daerah sekitarnya. Keberadaan
dana community development ini sedianya sangat diharapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Kutai Barat sebagai penunjang tambahan bagi
pembangunan di daerah, baik fisik maupun non fisik. Namun pada
pelaksanaannya banyak perusahaan yang tidak mau menyampaikan
peruntukan dana community development yang mereka miliki, bahkan setiap
46
38. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
dilakukan perencanaan pembangunan, banyak dari mereka yang tidak hadir
walaupun sudah berkali-kali diundang. Pengikut sertaan swasta dalam
proses perencanaan ini sangat diharapkan untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan
pihak swasta. Selain itu jika pihak swasta mau duduk bersama pemerintah
daerah dalam proses perencanaan, maka pemerintah dapat
menginformasikan kepada pihak swasta apa saja yang dapat mereka
sumbang dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
B. Kabupaten Berau
B.1. Gambaran Umum Kabupaten Berau
Kabupaten Berau berada di bagian utara Propinsi Kalimantan
Timur dengan luas wilayah 34.127 Km2 yang meliputi luas daratan dan
lautan . Letak daerah ini berada tidak jauh dari Garis Khatulistiwa dengan
posisi berada antara 116° sampai dengan 119° Bujur Timur dan 1° sampai
dengan 2°33' Lintang Utara. Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi
berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari
permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan
perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe
hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di
Kabupaten Berau. Hutan bakau, hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di
sepanjang pesisir dan muara sungai Berau. Hutan dipterokarpa dataran
rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas dan hutan kapur
dataran rendah. Di atas ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut)
hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada
puncak tertinggi gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu
diliputi awan.
Pada tahun 2002 Kabupaten Berau terdiri atas 9 kecamatan dengan
jumlah Desa sebanyak 91 Desa dan 7 kelurahan. Sedangkan pada tahun 2004
terjadi penambahan 2 kecamatan baru yang merupakan pemekaran dari
kecamatan lama, yaitu Kecamatan Maratua dan Kecamatan Tubaan. Pada
tahun 2005 terjadi lagi pemekaran 2 kecamatan yaitu Kecamatan Biatan dan
Kecamatan Batu Putih. Sampai dengan tahun 2007 jumlah kecamatan di
Kabupaten Berau sebanyak 13 kecamatan.
47
39. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Tabel 3.4.
Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Berau
2
No Nama Kecamatan Luas Wilayah (km )
(1) (2) (3)
1. Kelay 6.134,60
2. Talisayan 1.798,00
3. Tabalar 2.373,45
4. Biduk-Biduk 3.002,99
5. Pulau Derawan 3.858,96
6. Maratua 4.118,80
7. Sambaliung 2.403,86
8. Tanjung Redeb 23,76
9. Gunung Tabur 1.987,02
10. Segah 5.166,40
11. Teluk Bayur 175,70
12. Batu Putih 1.651,42
13. Biatan 1.432,04
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi luas wilayah
kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan luas wilayah terkecil
adalah Kecamatan Tanjung Redeb sebesar ,07 % dari total luas kabupaten.
Sedangkan kecamatan dengan persentase luas terbesar adalah Kecamatan
Kelay sebesar 17,98 %. Hampir semua kecamatan tersebut dapat ditempuh
dengan menggunakan transportasi darat, sedangkan satu kecamatan yaitu
Kecamatan Maratua hanya bisa ditempuh dengan menggunakan
transportasi air karena letaknya terpisah dengan pulau utama. Kecamatan
dengan jarak terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Biduk-
Biduk. Sedangkan kecamatan dengan jarak terdekat dengan ibu kota
kabupaten adalah Kecamatan Tanjung Redeb yang sekaligus sebagai ibu kota
kabupaten.
Penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan yang cukup berarti. Jumlah penduduk pada tahun 2005
sebanyak 157.453 jiwa dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 160.399
jiwa. Pada Tahun 2007 jumlahnya menjadi 164.501 jiwa. Dilihat dari jumlah
penduduk Kabupaten Berau maka dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan
penduduk pada tahun 2007 adalah sebesar 2,56 % dimana mengalami
peningkatan dari 1,87 % pada tahun 2006. Pertumbuhan ini merupakan
pertumbuhan total yang meliputi pertumbuhan alami karena kelahiran dan
kematian serta migrasi netto yang diperoleh dari pengurangan migrasi
keluar dengan migrasi masuk ke Kabupaten Berau selama kurun waktu satu
tahun.
48
40. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Tabel 3.5.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Berau Tahun 1997-2007
Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
(1) (2) (3)
1997 104.607 4,88
1998 107.188 2,47
1999 109.366 2,03
2000 118.096 7,98
2001 125.571 6,33
2002 131.059 4,37
2003 136.628 4,66
2004 146.451 6,85
2005 157.453 7,51
2006 160.399 1,87
2007 164.501 2,56
Sumber: Berau Dalam Angka Tahun 2008
Berdasarkan hasil penghitungan PDRB atas dasar nilai konstan
perekonomian Kabupaten Berau sangat didominasi oleh sektor-sekor
ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), terutama dari sector
pertambangan dan penggalian. Dari total PDRB Kabupaten Berau, sekitar 40
persennya berasal dari sector pertambangan dan penggalian. Diikuti oleh
sector pertanian sebesar 21,95 persen, industri pengolahan 13,73 persen;
perdagangan, hotel dan restoran 12,59 persen; angkutan dan komunikasi
6,93 persen; jasa-jasa 3,08 persen; bangunan 1,03 persen; keuangan,
persewaan dan jasa 0,58 persen; serta sector listrik, gas dan air minum
dengan kontribusi terkecil yaitu 0,12 persen. PDRB Kabupaten Berau
dihitung atas dasar harga berlaku adalah sebagaimana table berikut ini:
Tabel 3.6.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau
Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB)
Tahun 2004-2007
Lapangan Tahun
No
Usaha 2004 2005 2006 2007
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pertanian 705.730,77 755.099,63 792.838,06 831.888,03
2 Pertambangan dan 755.153,75 1.369.120,17 1.496.464,26 1.638.768,92
Penggalian
3 Industri 481.179,42 517.567,29 584.757,32 642.697,61
Pengolahan
4 Listrik dan Air 5.564,63 6.186,11 7.156,99 8.675,56
Bersih
49
41. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
5 Bangunan 37.888,95 41.776,93 43.415,15 52.515,99
6 Perdagangan, 448.064,95 474.935,58 503.993,07 562.863,57
Hotel dan Restoran
7 Pengangkutan & 289.008,20 309.916,23 339,467,75 378.996,64
Komunikasi
8 Keuangan dan Jasa 22.179,00 23.796,68 25.878,10 28.596,48
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 146.918,82 159.039,26 176.440,98 198.154,92
Jumlah PDRB 3.385.579,63 3.657.437,88 3.970.411,68 4.343.157,72
Sumber: BPS Kabupaten Berau 2007
Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Berau tahun 2007
dihitung berdasarkan harga konstan tahun dasar 2000 tumbuh sebesar
5,95% persen terjadi kenaikan dibanding pertumbuhan ekonomi ditahun
2006 sebesar 5,08 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 masih
dibawah target sebesar 6,2% (target menurut KUA 2007). Belum
tercapainya target disebabkan karena industri pengolahan terutama PT
Kiani Kertas belum beroperasi secara optimal, adanya penurunan PDRB di
sektor jasa-jasa, dan penurunan PDRB di sector pertanian sub sektor
kehutanan.
B.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Berau
Dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, diperlukan adanya
perencanaan pembangunan daerah yang tidak terpisahkan dari sistem
perencanaan pembangunan propinsi dan nasional yang dilaksanakan dalam
koridor perencanaan pembangunan partisipatif. Dengan melihat
pertimbangan tersebut maka Kabupaten Tanjung Redeb telah menghasilkan
Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah yang merupakan turunan dari
Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008
menguraikan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pembangunan
tahunan daerah yang terdiri dari :
1. Tata cara musyawarah perencanaan pembangunan tahunan ;
2. Tata cara pelaksanaan forum SKPD
3. Tata cara penyusunan renja SKPD ;
4. Tata cara evaluasi kinerja ;
5. Tata cara penyusunan RKPD ;
6. Tata cara penyusunan Kebijakan Umum APBD ;
7. Tata cara penyusunan Rancangan APBD ;
8. Tata cara penyusunan Perubahan APBD Tahun Berjalan ;
50
42. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
9. Jadwal dan bagan alur perencanaan pembangunan tahunan
10. Formulir kelengkapan perencanaan pembangunan tahunan daerah.
Kabupaten Berau mencoba membuat perencanaan dengan pola
bottom up, dimana Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan
merupakan cara pemerintah Kabupaten untuk menyerap aspirasi
masyarakat dari bawah (bottom). Melalui Musrenbang Desa, masing-masing
desa membuat program kegiatan yang berdasarkan urutan prioritas dengan
melihat kriterianya yaitu:
a. Kegiatan yang berkaitan dengan RPJM
b. Kegiatan darurat / kegiatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat,
walaupun diluar visi misi Bupati
Minggu pertama Januari tahun 2008 BAPEDA mulai mengedarkan
surat ke desa-desa yang ada di Kabupaten Berau sebagai himbauan untuk
membuat perencanaan yang akan dibahas dalam Musrenbang Desa,
sedangkan pelaksana Musrenbang Desanya sendiri dimulai minggu kedua
sampai dengan minggu keempat Januari 2008. Hasil dari Musrenbang Desa
dibawa ke Musrenbang Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari.
Dalam Musrenbang Kecamatan dibahas dan disepakati hasil-hasil
Musrenbang Desa serta ditetapkannya prioritas kegiatan pembangunan di
tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan
pembangunan desa. Selain itu dalam Musrenbang Kecamatan juga dilakukan
klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan
fungsi SKPD kabupaten. Musrenbang Kecamatan ini dikawal oleh Bapeda
sebagai narasumber, SKPD dan anggota anggota DPRD sesuai daerah
pemilihan kecamatan masing-masing.
Karena adanya perubahan organisasi dan struktur berdasarkan PP
No. 41 Tahun 2004, maka Kabupaten Berau mencoba menyikapi perubahan
tersebut dengan melakukan Pra Forum SKPD setelah Musrenbang
Kecamatan dan sebelum Forum SKPD. Pra Forum ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya over lapping perencanaan program kegiatan yang
dibuat oleh masing-masing SKPD, selain itu pra forum SKPD ini dibuat
sebagai upaya untuk memadu serasikan antara usulan kecamatan dan
rencana kerja tahunan daripada SKPD, serta mencari suatu kesepakatan
bersama berkaitan prioritas pembangunan tahun 2010. Jika ada adu
argumentasi mengenai prioritas program kegiatan antara SKPD, maka
Bapeda mencoba menjembatani perbedaan tersebut dengan tetap
berpegangan pada RPJP, RPJM, serta isu-isu faktual.
Dalam Pra Forum SKPD penyusunan perencanaan dibagi menjadi 3
kategori kelompok pembahasan yaitu: bidang ekonomi, bidang sosial dan
51