SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 170
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
207+xiv, 2009

Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ISBN 978-979-1176-26-2


Dr. Meiliana, SE., MM (Peneliti Utama)

Drs. Andi Taufik, M.Si (Peneliti)
Said Fadhil, S.IP (Peneliti)
Windra Mariani, SH (Peneliti)

Andi Wahyudi, S.IP (Pembantu Peneliti)
Fani Heru, SE (Pembantu Peneliti)
Tri Noor Aziza, SP (Pembantu Peneliti)
Betha Miranti Andalina, S.IP (Pembantu Peneliti)

Rustan A, SP (Koordinator)

Maria AP Sari, S.Sos. (Sekretariat)
Lany Erinda Ramdhani, S.Sos (Sekretariat)
Fajar Iswahyudi, SE (Sekretariat)
Tri Wahyuni, SH (Sekretariat)
Dewi Sartika, SE (Sekretariat)

Diterbitkan Oleh :
Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III (PKP2A III)
LAN Samarinda


                  UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 19 TAHUN 2002
                                 Pasal 72

 (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan
     pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
     sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
     tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
 (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
     kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
     sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
     (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                      KATA PENGANTAR

         Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan yang besar untuk
mengelola dan menggerakkan sumber daya yang ada dalam rangka mewujudkan visi
daerahnya dan menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Ini merupakan implikasi dari
diterapkannya otonomi yang ditumpukan kepada kabupaten/kota sejak tahun 2004.
Dalam melaksanakan pembangunan daerah, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanan Pembangunan Nasional dan PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah telah memberikan dasar hukum dan acuan bagi daerah untuk mengelola
sumber daya tersebut melalui perencanaan pembangunan daerah. Selain itu, PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga
telah memberikan batasan kewenangan kabupaten/kota dalam urusan perencanaan
dan pengendalian pembangunan daerah.
         Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, tahapan perencanaan menjadi
salah satu proses yang penting, karena hasil pembangunan yang baik senantiasa
didahului oleh perencanaan yang baik pula. Kajian ini mengulas proses perencanaan
pembangunan daerah yang difokuskan pada penyusunan RKPD Kabupaten di tujuh
kabupaten di Kalimantan, yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru,
Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang. Dimana proses
perencanaan pembangunan tersebut dilihat dari aspek proses, substansi, dan
partisipasi publik. Kemudian aspek dampak sebagai hasil dari implementasi
pembangunan akan dikaji secara khusus dalam kajian yang lain.
         Dengan terlaksananya kajian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendukung
kegiatan ini, terutama kepada para Bupati dan Kepala Bappeda beserta seluruh staf
Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau
dan Bengkayang yang telah memberikan fasilitasi Pelaksanaan FGD (Focus Group
Disscusion) bagi Tim Peneliti dan juga atas kebaikan hati dan kerjasama yang baik
sehingga kami bisa memperoleh akses data berkaitan dengan dokumen rencana
pembangunan daerah. Juga terima kasih kepada seluruh SKPD di tujuh kabupaten
tersebut yang telah ikut berpartisipasi dan memberikan informasi yang bermanfaat
kepada Tim Peneliti baik melalui forum FGD maupun interview secara langsung.



                                                                                              i
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




         Akhirnya dengan selesainya kajian ini kami berharap bahwa hasil kajian ini
bisa memberikan manfaat bagi daerah dalam penyusunan perencanaan
pembangunan yang menjadi lebih baik pada masa mendatang, dan juga bagi semua
pihak yang memiliki perhatian terhadap isu-isu pembangunan. Terima kasih!


                                                           Samarinda, Oktober 2009




ii
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                                                         DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................                 i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................    iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................           v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................              vii
RINGKASAN EKSEKUTIF .....................................................................................................                     viii

BAB I               PENDAHULUAN ...............................................................................................                 1
                    A. Latar Belakang .........................................................................................                 1
                    B. Perumusan Masalah ..............................................................................                         3
                    C. Kerangka Berpikir ..................................................................................                     3
                    D. Tujuan .........................................................................................................         5
                    E. Ruang Lingkup .........................................................................................                  5
                    F. Waktu dan Tahapan Penelitian ..........................................................                                  5

BAB II              KERANGKA KONSEPTUAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN
                    DAERAH ..............................................................................................................       7
                    A. Pengertian Perencanaan Pembangunan .......................................                                               7
                    B. Kewenangan Kabupaten/Kota Dalam Perencanaan
                       Pembangunan ..........................................................................................                 11
                    C. Pendekatan Perencanaan Pembangunan .....................................                                               16
                    D. Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah ......................                                                        21
                    E. Efektivitas Perencanaan Pembangunan ........................................                                           27

BAB III             PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
                    DI DAERAH .......................................................................................................          33
                    A. Kabupaten Kutai Barat ..........................................................................                        33
                    B. Kabupaten Berau ....................................................................................                    47
                    C. Kabupaten Kotabaru .............................................................................                        61
                    D. Kabupaten Kotawaringin Timur .......................................................                                    84
                    E. Kabupaten Barito Timur ......................................................................                          106
                    F. Kabupaten Sanggau ...............................................................................                      127
                    G. Kabupaten Bengkayang .......................................................................                           155

BAB IV              EFEKTIFITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN
                    PEMBANGUNAN DI DAERAH ............................................................                                        173
                    A. Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah ...............                                                           173



                                                                                                                                               iii
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                  B.      Prioritas dalam Perencanaan Pembangunan Daerah ..............                                                      175
                  C.      Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan
                          Pembangunan Daerah ..........................................................................                      181
                  D.      Aturan Hukum Perencanaan Pembangunan Daerah ................                                                       184
                  E.      Kendala dalam Proses Penyusunan Perencanaan
                          Pembangunan Daerah ..........................................................................                      187
                  F.      Sinkronisasi RKPD dengan RTRW ...................................................                                  190
                  G.      Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan                                                                     194
                          Daerah .........................................................................................................

BAB V             PENUTUP ...........................................................................................................        201
                  A. Kesimpulan ...............................................................................................              201
                  B. Saran ............................................................................................................      202

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................              204




iv
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                          DAFTAR TABEL
Tabel 1.1    Lokus Kajian                                                                 5
Tabel 2.1    Urusan Kabupaten/Kota dalam Bidang Perencanaan                              13
             Pembangunan
Tabel 2.2    Alternatif Pendekatan Perencanaan                                           20
Tabel 3.1    Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat                      34
             Menurut Kecamatan Tahun 2007
Tabel 3.2    Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan                        37
             Non Fisik Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok
             Tahun 2009
Tabel 3.3    Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan                               40
             Penganggaran Daerah Kab. Kubar Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.4    Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Berau                                   48
Tabel 3.5    Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Berau                        49
             Tahun 1997-2007
Tabel 3.6    Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau Atas                         49
             Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB) Tahun 2004-2007
Tabel 3.7    Penduduk Kabupaten Kotabaru 2004                                            63
Tabel 3.8    Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama                       64
             Kabupaten Kotabaru
Tabel 3.9    PDRB ADHB Kabupaten Kotabaru (Milyar Rp)                                    65
Tabel 3.10   Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru Per Sektor                              65
Tabel 3.11   Ringkasan Perkiraan Kerangka Makro Ekonomi Kabupaten                        66
             Kotabaru Tahun 2006-2010
Tabel 3.12   Program dan Kegiatan Pembangunan Infrastruktur                              79
             Penunjang Pembangunan Kabupaten Kotabaru
Tabel 3.13   Wilayah Administrasi Kabupaten Kotawaringin Timur                           84
Tabel 3.14   Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin                     85
             Timur Tahun 2007
Tabel 3.15   Luas wilayah dan Jumlah penduduk Kabupaten Bartim Tahun                   106
             2007
Tabel 3.16   Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Sanggau Tahun 2007                      127
Tabel 3.17   Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita                       130
             Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sanggau Tahun
             2004 – 2006
Tabel 3.18   Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Sanggau Tahun                        146
             2009


                                                                                           v
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




Tabel 3.19       Contoh Matriks Program dan Kegiatan Rencana Kerja          151
                 Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2009
Tabel 3.10       Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Bengkayang               156
Tabel 3.11       Batas Kemampuan (Kapasitas) Fiskal Pemerintah Kabupaten    163
                 Bengkayang
Tabel 4.1        Perbandingan Program Prioritas Pembangunan Daerah          177
Tabel 4.2        Isu-Isu Dalam Pembangunan Daerah                           180
Tabel 4.3        Aturan Hukum Daerah yang Berkaitan dengan Penyusunan       186
                 Perencanaan Pembangunan di Daerah
Tabel 4.4        Pencantuman PP No. 8 Tahun 2008 sebagai Konsideran dalam   187
                 Dokumen RKPD 2009




vi
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                    DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Aspek Efektivitas Perencanaan Pembangunan                                     4
Gambar 1.2 Tahapan Penelitian                                                            6
Gambar 2.1 Posisi Strategis Bappeda Dalam Penyusunan Perencanaan                        12
           Pembangunan Daerah
Gambar 2.2 Pola 'S shape' dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan                      26
Gambar 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas                        36
           Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten Barito Timur                      117
Gambar 3.3 Agenda Program dan Kegiatan Penyusunan Perencanaan                         134
           Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2010
Gambar 3.4 Alur Pikir Perencanaan Pembangunan Kabupaten                               162
           Bengkayang
Gambar 4.1 Model Hubungan RTRW dengan RPJPD dan RJPMD                                 192
Gambar 4.2 Model Hubungan Interaksi Pemerintah, Masyarakat dan                        198
           DPRD dalam Musrenbang




                                                                                        vii
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                       RINGKASAN EKSEKUTIF
          Keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan akan
terlihat dari sejauh mana perubahan yang terjadi setelah program dan kegiatan
pembangunan daerah tersebut diimplementasikan. Namun demikian, pembangunan
yang baik juga didahului oleh proses perencanaan yang baik pula. Karena
pembangunan merupakan serangkaian proses panjang yang dimulai dari
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Perencanaan pembangunan
daerah bisa dilihat dari 2 (dua) aspek yaitu aspek proses penyusunan rencana
pembangunan dan aspek isi rencana pembangunan yang akan diimplementasikan
(Moeljarto Tjokrowinoto, 1993). Dalam kajian ini, dua aspek tersebut di-breakdown
lagi menjadi 4 (empat) aspek yaitu aspek proses, partisipasi, substansi, dan dampak.
          Aspek Proses, proses perencanaan pembangunan dilihat dari jadwal
penyusunan perencanaan, instansi yang terlibat dalam penyusunan perencanaan,
alat koordinasi yang digunakan, serta tahapan-tahapan yang dilalui. Aspek Substansi,
dilihat apakah perencanaan pembangunan sudah mempertimbangkan faktor-faktor
seperti gender sensitive, conflict sensitive, prinsip pro poor, pro job, pro lingkungan,
pro investment. Aspek Partisipasi Publik, dilihat sejauh mana peran masyarakat
dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan. Aspek Dampak, dilihat sejauh
mana perubahan yang terjadi dalam rangka pencapaian target, tujuan dan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan. Berkaitan tentang aspek dampak akan dikaji
secara khusus dalam kajian lain, sehingga untuk kajian ini akan difokuskan pada
aspek proses, partisipasi dan substansi penyusunan perencanaan pembangunan
daerah, secara spesifik adalah RKPD Kabupaten.
          Penyusunan perencanaan pembangunan daerah telah diatur dengan UU No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 8
Tahun 2007 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam skala daerah juga telah
diamanatkan oleh UU No. 25 Tahun 2004 pasal 27 ayat (2) bahwa tata cara
penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan
pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga
tiga peraturan perundangan tersebut menjadi landasan hukum dan acuan bagi
proses perencanaan pembangunan daerah.
          Kewenangan kabupaten/kota dalam Perencanaan dan Pengendalian
Pembangunan Daerah menurut PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan


viii
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah (1) Perumusan Kebijakan; (2)
Bimbingan, Konsultasi dan Koordinasi; dan (3) Monitoring dan Evaluasi (Monev).
Kewenangan tersebut dilaksanakan oleh Bappeda sebagai sebuah SKPD yang
memiliki posisi strategis dalam mengkoordinasikan proses perencanaan
pembangunan daerah.
         Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Perencanaan
Pembangunan Daerah sesuai dengan PP No. 8 Tahun 2008 adalah menggunakan
pendekatan (1) Politik; (2) Teknokratik; (3) Partisipatif; (4) Atas-bawah (top down),
dan (5) Bawah-atas (bottom up). Pendekatan politik tercermin dari dituangkannya
visi dan misi kepala daerah terpilih ke dalam dokumen RPJM Daerah, selanjutnya
RPJM Daerah tersebut merupakan acuan bagi penyusunan RKPD. Pendekatan
teknokratik bisa dilakukan dengan pelibatan tenaga ahli atau konsultan dalam proses
penyusunan rencana pembangunan. Untuk itu, penggunaan naskah akademik bisa
dimungkinkan sebagai upaya untuk menghasilkan rencana pembangunan yang
relevan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah. Pendekatan partisipatif dan
bawah atas (bottom up) tercermin proses penyerapan yang melibatkan masyarakat
dan aparat pemerintahan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan sehingga
perencanaan yang dihasilkan bisa mengakomodasi kepentingan masyarakat di
tingkat bawah. Sedangkan pendekatan atas bawah (top down) merupakan peran dari
Bappeda yang menyusun rancangan awal rencana pembangunan daerah.
         Dari 7 (tujuh) daerah sampel kajian berkaitan dengan penyusunan RKPD
yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur,
Sanggau dan Bengkayang, ternyata hanya 2 daerah saja yang telah memiliki Perda
tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Yaitu Kabupaten
Kotabaru yang telah memiliki Perda No. 14 Tahun 2005, dan Kabupaten Sanggau yang
telah memiliki Perda No. 5 Tahun 2008. Di Kabupaten Berau tata cara mengenai
penyusunan perencanaan pembangunan daerah justru dituangkan ke dalam
Peraturan Bupati (Perbup), bukan Perda. Sedangkan daerah lain bahkan belum
memiliki Perda tersebut.
         Dalam penyusunan RKPD, dari proses penyerapan aspirasi masyarakat
melalui forum Musrenbang yang dimulai sejak awal bulan Januari di tingkat
desa/kelurahan ternyata ada beberapa forum insiatif yang dilakukan daerah, yaitu:
1. Adanya forum “Kumpul Warga” di lingkungan RT sebelum dilakukan Musrenbang
    Desa/Kelurahan (Kab. Kotim)
2. Pertemuan atau diskusi instansi/SKPD serumpun sebelum Forum SKPD untuk
    mensinkronkan program kerja agar tidak terjadi overlapping (Kab. Kotim, Berau,
    Kotabaru)
         Di satu sisi inisiatif tersebut memiliki nilai positif bagi proses pelaksanaan
perencanaan pembangunan daerah, yaitu pertama bisa mempermudah pelaksanaan
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




Musrenbang karena materi sudah dibahas dalam forum inisiatif tersebut. Dan kedua
bisa memberi kesempatan masyarakat yang tidak terlibat dalam Musrenbang
Desa/Kelurahan untuk menyampaikan aspirasinya dalam forum Kumpul Warga.
Namun di sisi lain menambah banyak kegiatan dalam proses perencanaan
pembangunan daerah sehingga tidak efisien baik dari aspek waktu maupun
anggaran. Dan menjadikan pelaksanaan Musrenbang hanya menjadi formalitas
karena sudah dibahas sebelumnya dalam forum-forum tersebut.
          Partisipasi masyarakat yang dilakukan melalui forum Musrenbang dalam
penyusunan RKPD cukup baik terlihat dari kehadiran dalam Musrenbang. Namun
usulan masyarakat dalam RKPD melalui Musrenbang lebih dominan usulan proyek-
proyek fisik, sedikit sekali usulan yang sifatnya non fisik seperti pemberdayaan
masyarakat, pengembangan ekonomi dan sebagainya. Di sisi lain realisasi usulan
masyarakat dalam RKPD masih minim sehingga hal ini mengakibatkan apatisme dan
menurunnya antusias masyarakat untuk mengikuti proses perencanaan
pembangunan melalui forum Musrenbang pada masa berikutnya.
          Beberapa program prioritas yang secara umum menjadi perhatian utama di
semua daerah dan tertuang dalam dokumen RKPD mencakup sektor pendidikan,
kesehatan, perekonomian rakyat, infrastruktur dan tata kelola pemerintahan yang
baik. Kemudian dari program prioritas yang telah ditetapkan daerah bisa
diklasifikasikan ke dalam kelompok isu-isu yang pro terhadap pertumbuhan,
kemiskinan, ketenagakerjaan, lingkungan, investasi, gender sensitive serta conflict
sensitive. Dari program dan pengklasifikasian isu tersebut terlihat bahwa fokus dan
prioritas pembangunan di masing-masing daerah juga beragam. Namun secara
umum isu pertumbuhan merupakan isu utama yang dijadikan prioritas di semua
daerah yaitu melalui program pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi,
atau dengan sebutan ekonomi kerakyatan dan sejenisnya. Hal ini menunjukkan
bahwa pembangunan daerah masih menganggap pertumbuhan sebagai prioritas
penting yang harus segera diwujudkan di daerah.
          Isu-isu yang berkaitan dengan pemberantasan kemiskinan, penanganan
pengangguran atau ketenagakerjaan serta lingkungan juga mendapat mendapat
perhatian di sebagian besar daerah. Program dan kegiatan pembangunan yang pro
poor terlihat menjadi perhatian di Kabupaten Kubar, Berau, Kotabaru, Barito Timur
dan Sanggau. Walaupun persoalan kemiskinan selama ini dipecahkan dari berbagai
aspek seperti aspek kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya namun
dalam hal ini program dan kegiatan yang secara langsung dan eksplisit menjadi
perhatian utama dan secara langsung tercermin dalam program pembangunan di
beberapa daerah tersebut. Program yang pro job juga terlihat di kabupaten Kubar,
Berau, Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Sedangkan program yang pro



x
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




lingkungan terlihat di Kabupaten Kubar, Kotabaru, Barito Timur, Kotawaringin Timur
dan Bengkayang. Persoalan lingkungan merupakan persoalan yang cukup menonjol
di wilayah Kalimantan, namun ternyata belum semua daerah menjadikan isu
tersebut sebagai prioritas dalam perencanaan pembangunan di daerahnya.
Selanjutnya sebagai pendukung pertumbuhan daerah yaitu program-program yang
pro investasi ternyata hanya terlihat secara eksplisit di Kabupaten Kotabaru, Barito
Timur dan Sanggau. Kemudian untuk isu-isu yang gender sensitive dan conflict
sensitive hanya menjadi perhatian di sedikit daerah.
          Masih sedikit daerah yang menjadikan isu-isu tersebut sebagai mainstream
dalam perencanaan pembangunan daerah. Kabupaten Berau menjadi isu gender
sebagai mainstream dalam perencanaan pembangunan daerahnya. Sehingga
pembangunan yang dilakukan oleh berbagai sektor harus memperhatikan faktor
kesetaraan gender. Kemudian Kabupaten Sanggau jauh lebih luas, yaitu dengan
dituangkannya enam prinsip pengarusutamaan sebagai landasan operasioanl
pembangunan daerah, yaitu pengarusutamaan partisipasi masyarakat,
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan, pengarusutamaan gender,
pengarusutamaan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance),
pengarusutamaan pengurangan kesenjangan antar wilayah dan percepatan
pembangunan daerah tertinggal, dan pengarusutamaan desentralisasi dan otonomi
daerah.
          Beberapa kendala terkait proses penyusunan RKPD yang terjadi adalah:
1. Minimnya sosialisasi rencana penyusunan RKPD kepada masyarakat
2. Masyarakat menjadi apatis dan enggan terlibat aktif dalam perencanaan
    pembangunan daerah karena usulan masyarakat seringkali tidak bisa
    direalisasikan akibat terjadinya pemotongan/pemangkasan berbagai usulan
    yang masuk.
3. Terjadi perubahan/tambahan kegiatan yang sebelumnya tidak masuk dalam
    usulan SKPD.
4. Tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara program yang dibiayai dana
    community development dari perusahaan dengan program yang dibiayai APBD
    (Kab. Kubar)
5. Pelaksanaan proses perencanaan membutuhkan proses yang cukup panjang
    karena adanya tupoksi yang saling bersinggungan antar SKPD (Kab. Berau,
    Bengkayang)
6. SKPD sering terlambat/tidak tepat waktu dalam menyampaikan Renja dan daftar
    prioritas kegiatan kepada Bappeda sebagai bahan Musrenbang Kabupaten
7. Pelaksanaan forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten terlalu singkat sedangkan
    bahan yang harus dibahas cukup banyak



                                                                                             xi
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




8. Besarnya usulan yang masuk seringkali lebih merupakan keinginan, bukan
   kebutuhan daerah. Sehingga harus dilakukan pemilahan dan skala prioritas
   terhadap usulan-usulan yang masuk
9. RKPD yang telah ditetapkan, terkadang belum digunakan sebagai pedoman oleh
   SKPD dalam menyusun rencana kerjanya
10.Banyak instansi yang berdasarkan hasil pemeriksaan Inspektorat yang dilakukan
   belum memiliki Renstra (Kab. Bengkayang)
11.Belum disetujuinya RTRW Provinsi oleh Pemerintah Pusat sehingga penyusunan
   perencanaan pembangunan daerah menjadi terhambat (Kab. Kubar dan Berau)

      Dari hasil penggalian data di lapangan dan analisis disimpulkan bahwa
penyusunan RKPD di beberapa daerah secara umum masih kurang efektif karena
beberapa alasan:
1. Dari aspek proses. Alokasi waktu pelaksanaan Musrenbang sebagai bagian
   penting penyusunan RKPD sangat singkat, sedangkan agenda yang dibahas
   banyak sehingga Musrenbang yang dilakukan untuk menyerap aspirasi
   masyarakat cenderung hanya bersifat formalitas untuk memenuhi persyaratan
   formal perencanaan pembangunan. Selain itu aktor yang terlibat dalam tahapan
   proses perencanaan pembangunan sering berganti-ganti mulai dari awal hingga
   akhir, sehingga sering kurang memahami pembahasan isu dan substansi pada
   tahapan sebelumnya.
2. Dari aspek partisipasi. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
   melalui forum Musrenbang cukup tinggi tetapi usulan-usulan dari masyarakat
   sering tidak bisa diakomodir dan diimplementasikan dalam RKPD sehingga
   keterlibatan masyarakat hanya sebagai formalitas (benign neglect) bahwa proses
   perencanaan telah melibatkan masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat
   enggan dan apatis terhadap proses penyusunan rencana pembangunan untuk
   masa berikutnya.
3. Dari aspek prioritas. Kegiatan-kegiatan yang diusulkan menjadi prioritas dalam
   rencana pembangunan mudah berubah dan bahkan bisa dipangkas pada
   tahapan/proses tingkat selanjutnya. Dan juga persepsi para aktor tentang
   prioritas usulan berbeda-beda sehingga prioritas menurut masyarakat bisa
   dianggap bukan prioritas oleh aktor yang lain.
4. Dari aspek normatif (aturan hukum). Masih banyak daerah yang belum memiliki
   Peraturan Daerah (Perda) tentang tata cara penyusunan perencanaan
   pembangunan daerah sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 27 Ayat (2). Dari
   beberapa daerah sampel kajian hanya Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten
   Sanggau yang telah memiliki Perda tersebut. Selain itu masih banyak daerah
   belum menggunakan PP No. 8 Tahun 2008 sebagai konsiderans dalam dokumen


xii
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




   RKPD, artinya belum menggunakan PP tersebut sebagai pedoman penyusunan
   RKPD, kecuali Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Sanggau. Padahal PP tersebut
   telah terbit sebelum dokumen RKPD di beberapa daerah disahkan. Fenomena ini
   menunjukkan masih minimnya sosialisasi peraturan perundangan mengenai
   perencanaan pembangunan daerah, serta kurang aktifnya para perencana
   pembangunan di daerah dalam mengupdate peraturan perundangan terkait.

         Selanjutnya disarankan beberapa hal yang harus dilakukan daerah
berkaitan dengan proses penyusunan RKPD, yaitu:
1. Alokasi waktu pelaksanaan penyusunan RKPD perlu diperpanjang, berkaitan
   dengan pelaksanaan Musrenbang perlu agenda yang jelas berisi
   a. Arahan Bupati
   b. Arahan DPRD
   c. Penyampaian aspirasi perwakilan masyarakat
   d. Pembahasan materi dengan melibatkan legislatif
2. Aktor yang mengikuti penyusunan RKPD haruslah continues (tidak berganti-
   ganti) dan mengikuti proses perencanaan dari awal hingga akhir urutan kegiatan
3. Dilakukan penyusunan Perda tentang tata cara penyusunan perencanaan
   pembangunan daerah bagi daerah yang belum memilikinya dan dilakukan
   sosialisasi PP No. 8 Tahun 2008
4. Perlunya sosialisasi rencana penyusunan RKPD melalui media disertai agenda
   kegiatan yang jelas agar masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut;
5. Pemandu Musrenbang perlu lebih aktif dalam menstimulus peserta sehingga
   usulan yang masuk lebih luas dan komprehensif berdasar prioritas kebutuhan
   masyarakat, bukan hanya usulan proyek-proyek fisik yang berdasar keinginan
   semata;
6. Transparansi dalam alokasi dana pembangunan yang dianggarkan untuk masing-
   masing SKPD, sehingga setiap SKPD bisa menyusun usulan program yang sesuai
   dengan kuota anggaran yang ada;
7. Perlu adanya pelibatan Legislatif dalam proses penyusunan RKPD dari awal
   termasuk dalam Musrenbang untuk meningkatkan fungsi kontrol dan sekaligus
   mendapatkan dukungan penganggaran terhadap hasil perencanaan
   pembangunan daerah;
8. Meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan forum-forum Rembug Warga serta
   program community development di luar forum resmi RKPD;
9. Perlunya penyempurnaan instrumen perencanaan pembangunan di daerah,
   khususnya untuk meminimalisir munculnya kemungkinan pengaruh dari
   kepentingan-kepentingan pragmatis dan politis dalam penyusunan program
   pembangunan daerah.


                                                                                          xiii
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




10.Kemudian saran bagi pemerintah pusat agar segera menyelesaikan pembahasan
   dan persetujuan RTRW Provinsi sehingga proses penyusunan perencanaan
   pembangunan daerah tidak terhambat.

      Akhirnya diharapkan selalu ada perbaikan yang secara terus menerus
dilakukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah dengan melakukan
berbagai kombinasi pendekatan yang ada. Proses tersebut diharapkan bisa
mengakomodasikan berbagai aspirasi masyarakat dan juga mewujudkan rencana
pembangunan daerah (RKPD) yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah dalam rangka mewujudkan visi daerah yang telah dirumuskan.




xiv
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




BAB I PENDAHULUAN




                                                                     1
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




2
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                                                      3
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                                                              -   Jadual
                                                              -   Instansi
                                                 Proses
                                                              -   Alat koordinasi
                                                              -   Tahapan

                                                              -   Gender sensitive
                                                              -   Conflict sensitive
                                                 Subtansi     -   Pro-poor
             Efektivitas                                      -   Pro-lingkungan
            perencanaan                                       -   Pro-investasi
           pembangunan
                                                              - Dis-engagement
                                                Partisipasi
                                                              - Benign neglect



                                                                  Output, outcome,
                                                 Dampak
                                                                  impact, benefit

                                           Gambar 1.1.
                           Aspek Efektivitas Perencanaan Pembangunan

             Pada kajian ini akan dilihat aspek proses, substansi dan partisipasi publik
    dalam perencanaan pembangunan daerah. Sedangkan terhadap dampak
    implementasi perencanaan pembangunan akan dilakukan dalam kajian yang lain.
             Menurut PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
    Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
    perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-
    tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di
    dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam
    rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan
    wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pelaksanaan tugas dan
    fungsi perencanaan pembangunan berada di bawah tanggung jawab Kepala
    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Maka Bappeda memilik
    peran yang strategis dalam penyusunan perencanaan pembangunan di daerah.
             Efektivitas proses penyusunan perencanaan pembangunan bisa dilihat
    dari sejauh mana proses penyusunan perencanaan pembangunan tersebut
    memenuhi kaidah normatif yang ada. Serta sejauh mana pencapaian visi, misi,
    target dan sasaran pembangunan bisa tercapai.



4
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




D. Tujuan
          Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses
  penyusunan perencanaan pembangunan daerah, isu-isu yang dijadikan
  pertimbangan serta peran masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan
  pembangunan daerah di wilayah Kalimantan. Selanjutnya bisa dihasilkan
  rekomendasi kebijakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan di
  daerah.

E. Ruang Lingkup
           Kajian ini dilakukan dengan mengambil wilayah/lokus di daerah
  Kalimantan yang mencakup empat propinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan
  Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dalam
  kajian/penelitian ini menggunakan metode random, dengan sampel untuk
  masing-masing propinsi adalah sebagai berikut:
                                   Tabel 1.1.
                                  Lokus Kajian
        No            Wilayah                       Sampel
         1   Kalimantan Timur          1. Kabupaten Kutai Barat
                                       2. Kabupaten Berau
         2   Kalimantan Selatan        3. Kabupaten Kota Baru
         3   Kalimantan Tengah         4. Kabupaten Kota Waringin Timur
                                       5. Kabupaten Barito Timur
         4   Kalimantan Barat          6. Kabupaten Sanggau
                                       7. Kabupaten Bengkayang

         Penelitian ini lebih difokuskan pada proses penyusunan perencanaan
  pembangunan tahunan yaitu Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
  kabupaten di Kalimantan. Sedangkan dampak dari implementasi rencana
  pembangunan tahunan tersebut perlu dilakukan kajian tersendiri pada masa
  mendatang setelah implementasi perencanaan dilakukan.

F. Waktu dan Tahapan Penelitian
          Pelaksanaan kajian ini dilakukan selama satu tahun pada tahun 2009
  dikonsentrasikan pada proses pembuatan perencanaan pembangunan di daerah,
  dengan tahapan sebagai berikut :
  a. Tahapan I   : Persiapan penelitian yang meliputi penyusunan proposal
                   penelitian yang meliputi penetapan lokus dan sampel
                   penelitian, penyusunan instrumen penelitian (questionnaire),



                                                                                            5
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                              penyempurnaan desain penelitian (research design), serta
                              persiapan administratif lainnya seperti pembentukan dan
                              konsolidasi tim, penyusunan rencana survei lapangan, dan
                              sebagainya.
    b. Tahapan II         :   Kegiatan pengumpulan dan penggalian data-data di lapangan
                              melalui kuesioner, wawancara dan pengumpulan data-data
                              sekunder dari responden maupun dari sumber lain.
    c. Tahapan III :          Kegiatan analisis dan interpretasi terhadap data-data yang
                              diperoleh dari lapangan. Jika masih diperlukan dan
                              memungkinkan, data aktual yang terolah perlu dilakukan
                              klarifikasi ulang ke lokus penelitian untuk memperoleh
                              akurasi informasi, sehingga analisis dapat dijamin lebih akurat.
    d. Tahapan IV :           Penyusunan laporan awal hasil penelitian yang disertai
                              rekomendasi bagi para pengambil kebijakan berkaitan dengan
                              permasalahan dalam perencanaan pembangunan di daerah.
    e. Tahapan V          :   Presentasi publik terhadap hasil penelitian untuk
                              mendapatkan input dari berbagai pihak baik aktor yang
                              terlibat dalam perencanaan pembanguan daerah maupun
                              ahli/pakar dibidang perencanaan pembangunan
    f. Tahapan VI :           Penyusunan laporan akhir hasil penelitian tahun pertama.

             Tahapan-tahapan penelitian tersebut bisa digambarkan dalam diagram
    alir sebagai berikut :
                                                                      ANALISIS DAN
                     PERSIAPAN                  PENGUMPULAN           INTERPRETASI
                     PENELITIAN                     DATA                  DATA



                    PENYUSUNAN                                        PENYUSUNAN
                      LAPORAN                     PRESENTASI
                        AKHIR                       PUBLIK           LAPORAN AWAL

                                                  Gambar 1.2.
                                               Tahapan Penelitian
            Laporan akhir penelitian tersebut akan diberikan kepada pihak-pihak
    yang berkompeten dalam proses pengambilan keputusan dalam perencanaan
    pembangunan daerah, lembaga penelitian, serta daerah-daerah di Kalimantan
    terutama yang menjadi lokus dalam kajian ini. Selanjutnya laporan ini akan
    dijadikan bahan dalam melakukan penelitian pada tahun berikutnya.



6
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




BAB III PROSES PENYUSUNAN
        PERENCANAAN PEMBANGUNAN
        DI DAERAH

           Dari praktek proses perencanaan pembangunan daerah yang dijadikan
daerah sampel dalam kajian ini secara umum menunjukkan kemiripan proses sejak
dimulai dari Musrenbang di tingkat yang paling bawah, yaitu Musrenbang
Desa/Kelurahan hingga Musrenbang Kabupaten. Namun di beberapa daerah
terdapat kegiatan lain yang merupakan inisiatif dari daerah yang bersangkutan.
Inisiatif tersebut antara lain seperti pertemuan pra Forum SKPD yang dilakukan oleh
beberapa instansi yang serumpun. Pertemuan ini dalam rangka koordinasi dan
sinkronisasi program kegiatan untuk mencegah terjadinya overlapping terhadap
program kegiatan yang diusulkan oleh kecamatan maupun desa/kelurahan.
Selengkapnya praktek proses perencanaan pembangunan di daerah akan diuraikan
di bawah ini.

A. Kabupaten Kutai Barat

   A.1. Gambaran Umum Kabupaten Kutai Barat
                 Kabupaten Kutai barat dengan ibukota Sendawar merupakan
        pemekaran dari wilayah sebelumnya yaitu Kabupaten Kutai yang telah
        ditetapkan berdasarkan Undang-Undang nomor 47 Tahun 1999, dengan luas
        sekitar 31.628,70 km2. Secara geografis Kabupaten Kutai Barat terletak
        antara 113o 48'49” sampai dengan 116o32'43” Bujur Timur serta diantara 1o
        31'05” Lintang Utara dan 1o 09'33” Lintang Selatan. Adapun wilayah yang
        menjadi batas Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
        · Sebelah utara : Kabupaten Malinau dan Serawak
        · Sebelah timur : Kutai Kartanegara
        · Sebelah Selatan : Kabupaten Penajam Paser Utara
        · Sebelah Barat : Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Kalimantan
                            Barat
                 Dengan luas wilayah kurang lebih 15% dari luas propinsi
        Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Barat terbagi menjadi 21 Kecamatan
        dan 223 Kampung. Daerah kabupaten Kutai Barat didominasi topografi
        bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam dengan ketinggian



                                                                                            33
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




          berkisar antara 0-1.500 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan
          antara 0-60 persen. Daerah dataran rendah pada umumnya dijumpai
          dikawasan danau dan kawasan sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai).
          Sedangkan daerah perbukitan dan pegunungan memiliki ketinggian rata-
          rata lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan 30%
          terdapat dibagian barat laut, yang berbatasan langsung dengan wilayah
          Malaysia.
                                             Tabel 3.1.
             Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat Menurut Kecamatan
                                            Tahun 2007
                                                        Luas       Jumlah       Kepadatan
               No           Kecamatan                 Wilayah     Penduduk   Ruta/     Pddk/K
                                                       (Km2)                 Km2         m2
               (1)             (2)                       (3)         (4)      (5)        (6)
              1       Bongan                           2.274,40      8.429     0,96     3,71
              2       Jempang                            654,40     10.290     5,19    15,72
              3       Penyinggahan                       271,90      3.874     4,02    14,25
              4       Muara Pahu                         496,68      8.715     4,32    17,55
              5       Muara Lawa                         444,50      5.652     3,04    12,72
              6       Damai                            1.750,43      8.838     1,33     5,05
              7       Barong Tongkok                     492,21     19.357    10,32    39,33
              8       Melak                              287,87     10.201     8,69    35,44
              9       Long Iram                        1.462,01      7.705     1,48     5,27
              10      Long Hubung                        530,90      8.294     3,57    15,62
              11      Long Bagun                       4.175,25      8.812     0,48     2,11
              12      Long Pahangai                    3.420,40      4.772     0,38     1,40
              13      Long Apari                       5.490,70      4.405     0,22     0,80
              14      Bentian Besar                      886,60      3.247     0,90     3,66
              15      Linggang Bigung                    699,30     14.109     5,65    20,18
              16      Siluq Ngurai                     2.015,58      5.146     0,68     2,55
              17      Nyuatan                          1.740,70      6.363     1,26     3,66
              18      Sekolaq Darat                      165,46      5.996    10,99    36,24
              19      Manor Bulatn                       867,70      8.432     2,75     9,72
              20      Tering                           1.804,16      9.857     1,45     5,46
              21      Laham                            1.697,75      2.420     0,33     1,43
                             Jumlah                   31.628,70    164.914     1,40     5,21
             Sumber: Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2007


                   Secara spesifik wilayah berbukit dan bergunung dijumpai di bagian
          hulu Sungai Mahakam, terutama di Kecamatan Long Bagun, Long Pahangai,
          dan Long Apari. Kondisi wilayah dengan topografi tersebut berpotensi
          menimbulkan bahaya alami berupa gerakan tanah baik dalam volume besar
          (longsor) ataupun volume kecil (tanah retak). Besar kecilnya volume
          gerakan tanah tersebut dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jenis tanah,
          serta besar kemiringan lereng. Berdasarkan peta bahaya lingkungan yang


34
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL tahun 1999, sebagian besar Kabupaten
Kutai Barat potensial terjadi bahaya longsor karena mempunyai jenis tanah
dengan tekstur berlempung, curah hujan yang tinggi, dan kemiringan lereng
yang besar.
         Kondisi morfologi yang khas dari Kabupaten Kutai Barat secara
tidak langsung akan menghambat perkembangan kegiatan perkotaan. Hal
tersebut disebabkan karena adanya faktor penghambat alami berupa
kemiringan lereng yang menyebabkan luasan lahan untuk menampung
kegiatan perkotaan menjadi berkurang. Untuk memecahkan keterisolasian
wilayah yang disebabkan arena kondisi morfologi wilayah maka pemerintah
Kabupaten Kutai Barat membagi Kabupaten Kutai Barat menjadi 3 wilayah
pembangunan yaitu Wilayah Pembangunan Hulu Riam, Wilayah
Pembangunan Dataran Tinggi, dan Wilayah Pembangunan Dataran Rendah.
         Selain menimbulkan masalah, kondisi yang dimiliki oleh Kutai
Barat juga membawa manfaat, yaitu Kutai Barat memiliki banyak obyek
wisata baik yang telah berkembang maupun yang berpotensi untuk
dikembangkan. Adapun obyek yang sudah berkembang dan telah memiliki
sarana prasarana antar lain adalah wisata danau jempang yang menawarkan
keindahan alam serta wisata budaya adat Datah Bilang (Long Hubung), yang
menawarkan berbagai upacara adat dan arsitektur rumah adat dayak.
         Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2007
mencapai 167.706 jiwa. Di mana Kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Barong Tongkok yaitu sebesar19.960
jiwa atau sekitar 11,90 persen dari total populasi penduduk Kutai Barat.
Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Laham yaitu sebesar 2.420 jiwa (1,44 %). Dibandingkan dengan
data penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2006 yang tercatat
sebesar 164.914 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kutai
Barat per tahun adalah sebesar 1.69 persen.
         Pembangunan Sumber Daya manusia Kutai Barat yang diukur
dengan indikator Index Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2002
menunjukkan angka 67.8 yang lebih rendah dari rata-rata IPM Propinsi
Kalimantan Timur yang mencapai 69.9. Hal yang sama terjadi pada indeks
melek huruf yang menunjukkan angka paling rendah dibanding Kutai
Kartanegara, Kutai Barat maupun rata-rata Propinsi Kalimantan Timur. Hal
ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,
masih merupakan masalah penting yang harus dihadapi oleh Kabupaten
Kutai Barat.



                                                                                   35
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                     Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui
           kontribusi sektor-sektor produksi yang membentuk nilai PDRBnya.
           Sepanjang tahun 2007, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi
           sektor unggulan di Kabupaten Kutai Barat dikarenakan kontribusinya yang
           cukup besar. Ditahun 2007 Sektor Pertambangan dan Penggalian
           menyumbang 47,52 persen bagi nilai PDRB Kabupaten Kutai Barat. Sektor
           kedua yang dapat diandalkan adalah sektor Bangunan/konstruksi dengan
           kontribusi sebesar 19,13 persen. Sektor yang dapat diandalkan berikutnya
           adalah Sektor Pertanian dengan andil sebesar 18,48 persen. Namun jika
           dilihat lagi, dua dari tiga sektor yang diandalkan di Kabupaten Kutai Barat
           adalah sektor primer yang masih sangat tergantung dengan sumber daya
           alam yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat. Oleh karena itu Pemerintah
           Daerah Kabupaten Kutai Barat harus dapat mengembangkan sektor-sektor
           yang lain agar perekonomian di wilayahnya tidak bergantung pada kondisi
           alam yang ada.

                 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku   Pertambangan dan Penggalian
                          Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007
                                                                       Bangunan/Kost
                                                 18.48%     6.00%      Pertanian

                             19.13%                           3.27%    Perdagangan, Hotel dan
                                                                       Restoran
                                                               2.03%   Jasa-Jasa
                                                               1.85%   Persewaan dan Jasa
                                                               1.53%   Perusahaan
                                                                       Industri Pengolahan
                                                               0.18%
                                                                       Pengangkutan dan
                                                               3.57%   Telekomunikasi
                                                                       Listrik, Gas dan Air Minum

                                      47.52%                           Other

                                            Gambar 3.1.
              Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas Dasar Harga Berlaku
                                 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007

                   Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita merupakan
          ukuran rata-rata nilai tambah bruto yang diciptakan oleh masing-masing
          penduduk akibat adanya aktifitas ekonomi sedangkan Pendapatan per
          kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh
          masing-masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi.
          Pada tahun 2007 PDRB per kapita Kabupaten Kutai Barat mencapai 23,42
          juta rupiah dan besarnya pendapatan regional per kapita Kabupaten Kutai
          Barat adalah 8,10 juta.


36
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




A.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat
              Pada dasarnya penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
     (RKPD) Kabupaten Kutai Barat sama dengan daerah lainnya, dimana
     perencanaan diawali dengan penyerapan aspirasi kebutuhan masyarakat
     melalui Musrenbang Desa. Di Kabupaten Kutai Barat, desa lebih dikenal
     dengan istilah kampung, yang terbagi ke dalam 21 kecamatan dengan jumlah
     223 kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung mundur dari jadwal
     kegiatan pokok perencanaan program dan penganggaran daerah Kabupaten
     Kutai Barat tahun 2010 yang sudah dibuat. Jika di jadwal Musrenbang
     Kampung seharusnya dilaksanakan pada bulan Januari 2009, namun pada
     pelaksanaannya bergeser menjadi Minggu I dan II Maret 2009.
              Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan
     masing-masing kampung adalah Ketua RT, tokoh masyarakat, kepala adat,
     BPK serta aparat kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung ini
     dimoderasi oleh pihak kecamatan, dimana sebelumnya pihak kecamatan
     sudah mendapat pelatihan dari Bappeda Kutai Barat mengenai perencanaan
     partisipatif. Contoh daftar usulan perencanaan yang diajukan oleh salah satu
     kampung yang akan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan dapat dilihat
     pada tabel dibawah ini.
                                      Tabel 3.2.
             Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan Non Fisik
                 Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009
       No        Usulan Proyek Fisik          Skala Prioritas         Lokasi        Keterangan
       (1)               (2)                        (3)                 (4)             (5)
      1.     Pembuatan Parit Sepanjang     Sangat Mendesak        Jln Umum       Dibangun Baru
             Jalan Gajah Mada Sampai                              RT IV
             Jalan Ahmad Yani
      2.     Kantor Kepala Kampung         Jangka Menengah        -              Dibangun Baru
             Yang Baru
      3.     Pengusulan Mobil Pemadam      Sangat Mendesak        Wilayah RT     Baru
             Kebakaran                                            V
      4.     a. Parit sepanjang 1 Km       Sangat Mendesak        RT III         Dibangun Baru
             b. Koperasi Simpan Pinjam     Sangat Mendesak        RT III         Dibangun Baru
             c. Pendidikan                 Sangat Mendesak        RT III         Dibangun Baru
      5.     a. Pengadaan bak sampah       Sangat Mendesak        RT XV          Dibangun Baru
             b. Tiga ruas jalan parit      Sangat Mendesak        RT XV          Dibangun Baru
             c. Semenisasi tiga (3) ruas   Sangat Mendesak        RT XV          Dibangun Baru
                 jalan
      6.     a. Proyek air bersih          Sangat Mendesak        RT VI          Dibangun Baru
             b. Parit jalan poros          Sangat Mendesak        RT VI          Dibangun Baru
             c. Gorong/Jembatan            Sangat Mendesak        RT VI          Dibangun Baru
             d. Pengaspalan jalan          Sangat Mendesak        RT VI          Dibangun Baru
                 Barong Tongkok-Asa
             e. Pembangunan jalan Lay  -   Sangat Mendesak        RT VI          Dibangun Baru
                 Busur



                                                                                                  37
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                    f.   Peningkatan badan jalan Sangat Mendesak         RT VI   Dibangun Baru
                         Yos Sudarso
             7.     Pendirian gedung posyandu     Sangat Mendesak        RT X    Dibangun Baru
             8.     a.   Semenisasi gang          Sangat Mendesak        RT IV   Dibangun Baru
                         Melati/Kodim
                    b.   Semenisasi gang          Sangat Mendesak        RT IV   Dibangun Baru
                         Kapolres                 Sangat Mendesak        RT IV   Dibangun Baru
                    c.   Rehab parit simpang
                         tiga belintut
             9.     Mengususlkan pembukaan        Sangat Mendesak        RT IX   Dibangun Baru
                    badan jalan lingkungan
            Sumber: Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009

                    Daftar usulan yang sudah dibuat dan telah disepakati dalam
          Musrenbang Kampung, kemudian dibawa ke Musrenbang Kecamatan untuk
          dibahas kembali. Musrenbang Kecamatan ini sendiri dilaksanakan pada
          Minggu ke III bulan Maret 2009, dimana Musrenbang Kecamatan ini
          difasilitasi oleh Bappeda Kabupaten Kutai Barat dengan mengerahkan 60
          stafnya yang disebar pada 21 kecamatan. Karena besarnya rata-rata
          anggaran perencanaan yang diajukan oleh kampung, maka melalui
          Musrenbang Kecamatan ini dilakukan pemilihan program berdasarkan skala
          prioritas. Adapun hasil dari Musrenbang baik kampung maupun tingkat
          kecamatan sudah terdokumentasi dengan baik, seperti sudah adanya berita
          acara disetiap Musrenbang.
                    Sesuai dengan visi yang dimiliki Kabupaten Kutai Barat, yaitu
          tercapainya Masyarakat Kutai Barat yang sejahtera, cerdas, sehat dan
          produktif berbasiskan ekonomi kerakyatan. Maka visi pembangunan jangka
          menengah ini lebih ditekankan pada upaya meningkatkan kualitas
          kehidupan masyarakat Kutai Barat ke tingkat kehidupan yang lebih sejahtera
          dan lebih maju dibandingkan kondisi saat ini. Dalam rangka mencapai
          tingkat kesejahteraan itu, Pemerintah Kutai Barat menegakkan tiga pilar
          pembangunan yaitu: pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan yang
          berbasis kampung, dimana pengembangan ekonomi kerakyatan disini
          berfungsi sebagai “motor penggerak” atau sebagai Leading Sector.
          Kandungan makna dari visi tersebut merupakan aktualisasi dan
          implementasi dari kondisi psikologis dan karakter masyarakat yang religius,
          mempunyai nilai tradisional dan kearifan lokal yang peduli terhadap
          kelestarian lingkungan dengan semangat kegotongroyongan yang tinggi
          untuk dapat mencapai tujuan bersama.
                    Untuk mencapai visi diatas, maka Kabupaten Kutai Barat
          melakukan tujuh misi sebagai berikut:


38
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




1. Meningkatkan mutu SDM: pendidikan, kesehatan, agama, kepastian
   hukum, pemuda, olah raga dan pemberdayaan peran perempuan;
2. Mewujudkan sistem pemerintahan yang efektif, efisien, responsif dan
   bertanggung jawab;
3. Memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja
   bagi masyarakat lokal dengan cara menciptakan iklim ekonomi yang
   kondusif dan pola kemitraan dalam mendukung pengembangan
   ekonomi kerakyatan yang berbasiskan kampung;
4. Mewujudkan infrastruktur untuk mengatasi keterisolasian wilayah fisik
   dan komunikasi;
5. Memfasilitasi pendirian dan operasional lembaga penelitian yang
   hasilnya digunakan untuk kepentingan pemerintah, pendidikan,
   ekonomi dan masyarakat;
6. Mengembangkan hubungan antar-etnik yang harmonis dan kehidupan
   masyarakat yang damai dan kondusif;
7. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berbasiskan kelestarian
   lingkungan untuk kepentingan ekonomi, pendidikan dan pariwisata.

         Visi dan misi diatas menjadi dasar dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten (RPJMD) Kutai Barat,
yang menjadi dasar bagi daerah untuk membuat Rencana Kerja Pemerintah
Daerah yang berisi tentang kondisi umum dan permasalahan daerah, visi,
misi dan prioritas pembangunan daerah; kerangka ekonomi makro dasar
serta arah kebijakan dan program pembangunan daerah yang akan
dilaksanakan selama setahun ke depan.
         Dalam PP Nomor 8 Tahun 2008 pada pasal 18 disebutkan bahwa
Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka
membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya. Sebagaimana yang
dilakukan oleh daerah lainnya, rancangan RKPD ini biasanya dibahas dalam
suatu forum yang bernama forum SKPD, di Kabupaten Kutai Barat sendiri
forum ini baru berjalan di tahun 2009. Sebelum tahun 2009, masing-masing
SKPD membuat rencana kerja berdasarkan Restra SKPD, kemudian masing-
masing rencana kerja SKPD tersebut diserahkan kepada Bapeda untuk
kemudian dipilah berdasarkan skala prioritas, sehingga sering terjadi
ketidakterpaduan rencana kerja antar SKPD. Belum terlaksanannya forum
SKPD ini salah satunya dikarenakan belum adanya Peraturan Bupati Kutai
Barat yang mengatur tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah.
Melihat hal tersebut, maka pada tahun 2009 Bappeda mencoba untuk
mengadakan forum SKPD yang bertujuan untuk memadukan rancangan


                                                                                  39
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




            kerja antar SKPD dan rancangan pembangunan kecamatan. Namun upaya ini
            belum berjalan maksimal. Saat dilakukan wawancara kebeberapa SKPD,
            mereka menilai bahwa pelaksanaan forum SKPD ini belum efektif, karena
            SKPD belum terlalu dilibatkan dalam penentuan program/kegiatan atau
            dengan kata lain peran Bappeda masih dominan dalam menentukan
            program/kegiatan yang masuk dalam skala prioritas. Ironisnya lagi masih
            ada salah satu SKPD yang belum tahu bahwa forum tersebut pada tahun ini
            (2009) sudah berjalan. Mungkin karena baru sekali melaksanakan, maka
            koordinasi yang dilakukan oleh Bappeda Kutai Barat belum maksimal.
                                               Tabel 3.3.
                     Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan Penganggaran
                             Daerah Kab. Kutai Barat, Tahun Anggaran 2010
      No            Kegiatan                Dokumen yang Dihasilkan                                  Penanggung
                                                                             Waktu Pelaksanaan         Jawab        Pelaksana
      (1)   (2)                          (3)                                  (4)                   (5)           (6)
      I     PENYELENGGARAAN MUSRENBANG TAHUN 2009 UNTUK PENYUSUNAN RKPD TAHUN 2010
      1     Musrenbang Kampung Tahun     Dokumen Rencana Kerja Kampung        Januari  Minggu I     Aparat        Perangkat
            2009                         yang terdiri dari prioritas kegiatan          dan II       Kampung       Kampung dan
                                         pembangunan skala kampung                     Maret                      Kecamatan
      2     Musrenbang Kecamatan         Daftar prioritas kegiatan            Februari Minggu III   Camat         Kecamatan
            Tahun 2009                   pembangunan di wilayah kecamatan              Maret                      difasilitasi
                                         yang akan dibahas pada forum SKPD                                        oleh Bappeda
      3     Forum Satuan Kerja Perangkat 1. Rancangan Renja SKPD              Februari Minggu IV    Kepala
            Daerah (Renja-SKPD) Tahun    2. Prioritas kegiatan yang sudah              Maret        Bappeda
            2009                             dipilah menurut sumber
                                             pendanaan
      4     Penyusunan Rencana Kerja     Renja SKPD Tahun 2009                Maret    Minggu IV    Kepala
            Satuan Kerja Perangkat                                                                  Bappeda
            Daerah (Renja-SKPD) Tahun
                                                                                                                  Kepala-Kepala
            2009
                                                                                                                  Bidang,
      5     Musrenbang                   1. Penetapan arah kebijakan,         Maret    Minggu IV    Kepala
                                                                                                                  Sekretaris,
            Kabupaten/Penjaringan            prioritas pembangunan dan                              Bappeda
                                                                                                                  Kepala Sub
            aspirasi masyarakat Tahun        plafon/pagu dana, baik
                                                                                                                  Bidang dan
            2009                             berdasarkan fungsi/SKPD
                                                                                                                  Kepala Sub
                                         2. Daftar prioritas kegiatan yang
                                                                                                                  Bagian
                                             sudah dipilah berdasarkan
                                                                                                                  Bappeda
                                             sumber pembiayaan dari APBD
                                             Kabupaten; APBD Pripinsi; APBN
                                             dan sumber pendanaan lainnya
                                         3. Daftar usulan kebijakan/regulasi
                                             pada tingkat pemerintah
                                             Kabupaten, Propinsi dan/atau
                                             Pusat
      II    PASCAMUSRENBANG TAHUN 2009
            Penyusunan Rencana Kerja     RKPD Tahun 2010                      Mei      Minggu I-    Kepala        Kepala-Kepala
            Pemerintah Daerah (RKPD)                                                   IV           Bappeda       Bidang,
            Tahun 2010                                                                                            Sekretaris,
            - Penyusunan Rancangan                                                                                Kepala Sub
                 Awal RKPD Tahun 2010                                                                             Bidang dan
            - Pemaduserasian                                                                                      Kepala Sub
                 Rancangan RKPD Tahun                                                                             Bagian
                 2010                                                                                             Bappeda
            - Penyusunan Draft Final
                 RKPD Tahun 2010
                                               Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat



40
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




          Berdasarkan jadwal kegiatan perencanaan program dan
penganggaran daerah Kabupaten Kutai Barat diatas maka dapat dilihat
bahwa setelah dilakukan forum SKPD, proses perencanaan dilanjutkan
dengan Musrenbang Kabupaten, dimana dalam Musrenbang ini Bappeda
sebagai tim pelaksana mencoba kembali untuk menyatukan antara usulan
SKPD dan usulan kecamatan. Hasil dari Musrenbang Kabupaten adalah (1)
Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu dana,
baik berdasarkan fungsi/SKPD, (2) Daftar prioritas kegiatan yang sudah
dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten; APBD
Pripinsi; APBN dan sumber pendanaan lainnya dan, (3) Daftar usulan
kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten, Propinsi dan/atau
Pusat Dalam Musrenbang Kabupaten, keikutsertaan Dewan mulai terlibat,
dimana biasanya dewan mengajukan usulan-usulan tambahan walaupun
tidak begitu banyak.
          Sedangkan penyusunan draft final RKPD sendiri dilakukan pasca
Musrenbang Kabupaten, tepatnya di minggu keempat bulan mei. Hal ini agak
berbeda dengan daerah lainnya, dimana draft final RKPD sudah bisa
dihasilkan pada saat Musrenbang Kabupaten. Adapun yang melaksanakan
finalisasi draft RKPD Kabupaten Kutai Barat adalah Kepala-Kepala Bidang,
Sekretaris, Kepala Sub Bidang dan Kepala Sub Bagian Bappeda
          Mengenai pos anggaran, Bapeda membuat prediksi anggaran
dengan melihat trend APBD yang didapat Kabupaten Kutai Barat pada
tahun-tahun sebelumnya. Estimasi anggaran tersebut didasarkan pada
perkembangan pendanaan APBD selama tiga tahun terakhir yaitu tahun
2005 – 2007 yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan dan Sisa Perhitungan Anggaran. Perkembangan anggaran dari
tahun 2005 – 2007 menunjukan peningkatan rata-rata 12,92 %.
Peningkatan terjadi pada Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu
meningkat rata-rata 35,34 % meliputi pajak daerah dan bagian laba BUMD
pendapatan lain-lain dan peningkatan juga terjadi pada Pos Dana
Perimbangan selama periode tahun 2005 – 2007 sebesar 10,21 %.
          Proses penyusunan dokumen RKPD Tahun 2009 mengacu pada
RKP dan alokasi pagu indikatif sesuai Surat Edaran Bersama Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 0259/M.PPN/I/2005 dan 050/166/SJ tanggal 20 Januari
2005 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2005.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat Tahun
2009 disusun dengan sistematika sebagai berikut :



                                                                                   41
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




          Bab I.          Pendahuluan
                          Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Dasar Hukum,
                          Maksud dan Tujuan serta Proses dan Sistematika dari Rencana
                          Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2009.
          Bab II.         Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah
                          Bab ini menguraikan tentang Kondisi Ekonomi, Perkembangan
                          PDRB Sektoral, Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi,
                          PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita serta Proyeksi
                          Pertumbuhan Ekonomi.
          Bab III.        Prioritas Pembangunan
                          Bab ini memuat Prioritas Program berdasarkan Isu-Isu
                          Strategis.
          Bab IV.         Rencana Kerja dan Pendanaan
                          Bab ini menguraikan rencana kerja dan prioritas pembangunan
                          yang dijabarkan pada masing-masing bidang pembangunan
                          yang selanjutnya dijabarkan lagi dalam bentuk program,
                          kegiatan, pagu indikatif serta instansi penanggung jawab
                          (Matrik RKPD) dan estimasi pendanaan pembangunan APBD
                          tahun 2009.
          Bab V.          Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan, Program
                          Pembangunan
                          Bab ini menguraikan Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan,
                          Program Pembangunan yang meliputi Bidang Sumberdaya
                          Manusia, Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,
                          Bidang Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian dalam arti luas,
                          Bidang Umum Pemerintahan dan Bidang Penunjang lainnya
                          yang menitik beratkan pada peran APBD Kabupaten Kutai Barat
                          Tahun Anggaran 2009.
          Bab VI.         Penutup
                          Bab ini mengemukakan harapan-harapan atas keberadaan
                          Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2009. Agar dapat
                          dijadikan acuan oleh Dinas/Badan/Lembaga/kantor/ Satuan
                          Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan berbagai rencana
                          kegiatan pada tahun tersebut.

                  Dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah,
          Kabupaten Kutai Barat melakukan penentuan prioritas yang merupakan
          suatu upaya untuk mendahulukan dan atau mengutamakan sesuatu yang
          dianggap lebih penting untuk dilakukan dibanding yang lain. Hal-hal yang


42
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




    perlu dipahami dan diperhatikan dalam menentukan kriteria prioritas,
    yaitu:
    · Adanya pemahaman terhadap situasi dan kondisi yang melandasi
       perlunya ditetapkan prioritas tersebut;
    · Kemampuan dalam merancang berbagai alternatif yang dapat dilakukan
       pada tahun anggaran yang bersangkutan;
    · Pengidentifikasian berbagai konsekuensi dari implikasi dari setiap
       alternatif yang akan dipilih;
    · Pembuatan keputusan tindakan terbaik untuk dilaksanakan pada tahun
       anggaran yang bersangkutan;

             Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat
    tahun 2009 sebagai dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten untuk
    jangka waktu 1 tahun kedepan disusun dengan maksud untuk
    memperhatikan dan menyelaraskan berbagai aspirasi dari seluruh potensi
    pembangunan di Kabupaten Kutai Barat agar terjadi kesinambungan dalam
    perencanaan program, kegiatan dan anggaran serta pelaksanaannya
    menjadi sinergis, koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya di dalam
    satu pola sikap dan pola tindak.

A.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Kutai Barat
              Berbagai permasalahan yang bersifat struktural sudah berlangsung
     dalam jangka lama, jauh sebelum terbentuknya Kabupaten Kutai Barat.
     Dengan demikian maka permasalahan tersebut memerlukan perhatian dan
     penanganan yang serius serta senantiasa mengupayakan perbaikan ke arah
     yang lebih baik secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan,
     yang berorientasi ke pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kutai
     Barat. Isu-isu strategis dan permasalahan mendasar yang masih dihadapi
     oleh Kabupaten Kutai Barat yang selanjutnya merupakan perhatian utama
     dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2009 adalah:
     · Kualitas SDM yang relatif masih rendah sebagai dampak dari rendahnya
        derajat kesehatan dan pendidikan di Kutai Barat.
     · Terbatasnya pelayanan infrastruktur dan telekomunikasi seiring dengan
        terbatasnya infrastruktur jalan, jembatan, sarana dan prasarana
        perhubungan darat, sungai dan udara.
     · Terbatasnya Sarana dan Prasarana Dasar Sosial lainnya.
     · Terbatasnya Produk Unggulan Daerah yang Kompetitif.
     · Pembangunan Daerah Perbatasan dan Terpencil.
     · Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja.


                                                                                        43
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




          ·    Masalah Kemiskinan.
          ·    Penurunan Kualitas Lingkungan.

                   Penetapan Prioritas Pembangunan Tahun Anggaran 2009, harus
          berdasarkan pada kondisi riil dan kebutuhannya yang nyata, isu-isu strategis
          yang berkembang di masyarakat, dan kecenderungan ke depan dengan
          mempertimbangkan kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang
          (opportunity) dan tantangan (Threats) untuk mencapai target kinerja atau
          tingkat pelayanan yang akan dicapai pada tahun 2009. Prioritas utama
          pembangunan jangka menengah Kabupaten Kutai Barat adalah:
          1. Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan.
          2. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan.
          3. Pembangunan Infrastruktur.
          4. Pembangunan Adat Budaya Lokal.
          5. Pembangunan Pelestarian Lingkungan Hidup.
                   Mengacu dan memperhatikan prioritas utama pembangunan
          jangka menengah, serta mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas,
          dan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang
          telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya, juga dengan memperhatikan
          berbagai masalah dan tantangan yang ada dan masih akan dihadapi pada
          pelaksanaan pembangunan mendatang, maka prioritas pembangunan
          tahun anggaran 2009 sebagai berikut:
          1. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dengan titik berat pada
              peningkatan kualitas lembaga pendidikan, kesehatan dan pelayanan
              keagamaan.
          2. Pengembangan dan Pemberdayaan Kelembagaan Pengelolaan SDM,
              Ekonomi Kerakyatan dan Infrastruktur.
          3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Sosial Ekonomi Masyarakat
              Kampung.
          4. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dalam rangka
              membuka dan meningkatkan akses daerah dari keterisolasian wilayah,
              pada kecamatan dan kampung, daerah perbatasan/pedalaman dan
              daerah terpencil serta daerah yang memiliki potensi untuk
              dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
          5. Penanganan dan upaya-upaya lanjutan terhadap penanggulangan
              kemiskinan.
          6. Pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pembangunan
              pertanian dan usaha bersama kampung (UBK).



44
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




    7. Usaha-Usaha Produktif dan UKM (kerajinan, industri rumah
        tangga) sehingga mampu menghasilkan produk unggulan daerah yang
        kompetitif.
    8. Perwujudan penyelenggaraan kepemerintahan daerah yang baik (Good
        Governance).
    9. Peningkatan dan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama Sumber
        Daya Alam Tanah, Air (sungai, danau, dan mata air) cagar alam hutan dan
        lingkungan tambang.
    10. Pengembangan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
    11. Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata.
    12. Pengembangan hubungan antar etnik dan pemberdayaan adat budaya
        lokal.

A.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai
     Barat
               Keberhasilan perencanaan pembangunan sangat bergantung
     kepada peranan pemerintah dan masyarakat dimana keduanya harus
     mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah
     tidak akan dapat mencapai perencanaan secara optimal Perencanaan
     pembangunan hanya akan menciptakan produk-produk baru yang kurang
     berarti bagi masyarakat karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
               Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan Rencana Kerja
     Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat secara proporsional cukup baik,
     hal ini terlihat dari partipasi masyarakat dalam Musrenbang kampung,
     masyarakat antusias dalam menyampaikan kebutuhan yang akan
     dimasukkan dalam perencanaan kampung. Selain itu partisipasi masyarakat
     ini juga terlihat dari daftar hadir Musrenbang Kecamatan tahun 2009, salah
     satunya yaitu Kecamatan Barong Tongkok. Dari 21 kampung yang ada hanya
     2 kampung yang tidak hadir. Dari masing-masing kampung ini diwakili oleh
     petinggi kampung, BPK serta kepala adat.
               Walaupun partisipasi masyarakat Kabupaten Kutai Barat dinilai
     sudah cukup baik, namun pemerintah tetap harus memberi perhatian
     terhadap keterlibatan masyarakat dengan cara memberikan informasi
     maupun data yang akurat kepada masyarakat, mengenai arah kebijakan dan
     prioritas pembangunan Kabupaten Kutai Barat. Selain itu masyarakat juga
     perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri
     permasalahan yang dihadapi serta merencanakan langkah-langkah yang
     diperlukan, sehingga dalam proses Musrenbang kampung masyarakat dapat
     secara konseptual menyusun usulan program dan kegiatan.


                                                                                        45
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




     A.5. Kendala-Kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat
                    Jika dilihat dari pelaksanaannya maka proses penyusunan
          perencanaan pembangunan daerah Kutai Barat dirasakan masih belum
          efektif. Hal ini dikarenakan beberapa hal, antara lain belum adanya
          Peraturan Daerah yang mengatur tentang tata cara perencanaan
          pembangunan tahunan daerah. Padahal dalam UU Nomor 25 Tahun 2004,
          pada pasal 27 ayat (2) sangat jelas disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut
          mengenai tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD,
          RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan
          Peraturan Daerah.
                    Peraturan Daerah ini harusnya dimiliki oleh Kabupaten Kutai Barat
          agar daerah memiki perencanaan yang terpadu, dimana mekanisme,
          prosedur dan tahapan perencanaan serta pelaksanaannya dapat berjalan
          dengan baik. Tidak adanya payung hukum di Kutai Barat juga menyebabkan
          belum maksimalnya pelaksanaan Forum SKPD, padahal forum ini sudah
          ditetapkan dalam PP nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
          Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
          Pembangunan Daerah, namun baru dilaksanakan pemerintah daerah
          Kabupaten Kutai Barat di tahun 2009, itu pun belum semua SKPD yang
          terlibat dalam forum tersebut.
                    Selain itu, beberapa SKPD merasa masih adanya pengaruh politik
          dalam proses perencanaan daerah, dimana perencanaan yang sudah dibuat
          oleh masing-masing SKPD dan diserahkan kepada Bapeda, ada beberapa
          yang mengalami distorsi, padahal kegiatan tersebut tidak masuk dalam
          usulan SKPD. Akibatnya banyak program dan kegiatan pembangunan yang
          diusulkan oleh SKPD yang dibuat berdasarkan tinjauan akademik serta
          kebutuhan dimasyarakat pada akhirnya tidak dimasukkan kedalam
          perencanaan daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada pesan sponsor
          terhadap perencanaan yang telah dibuat.
                    Kabupaten Kutai Barat merupakan daerah yang kaya akan sumber
          daya alam, ini berimplikasi terhadap banyaknya pihak swasta yang
          berinvestasi di daerah, misalnya seperti perusahaan batu bara dan kayu.
          Perusahaan ini biasanya memiliki dana community development, yang
          peruntukkannya adalah bagi pengembangan daerah sekitarnya. Keberadaan
          dana community development ini sedianya sangat diharapkan oleh
          Pemerintah Kabupaten Kutai Barat sebagai penunjang tambahan bagi
          pembangunan di daerah, baik fisik maupun non fisik. Namun pada
          pelaksanaannya banyak perusahaan yang tidak mau menyampaikan
          peruntukan dana community development yang mereka miliki, bahkan setiap


46
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




       dilakukan perencanaan pembangunan, banyak dari mereka yang tidak hadir
       walaupun sudah berkali-kali diundang. Pengikut sertaan swasta dalam
       proses perencanaan ini sangat diharapkan untuk menghindari terjadinya
       tumpang tindih pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan
       pihak swasta. Selain itu jika pihak swasta mau duduk bersama pemerintah
       daerah dalam proses perencanaan, maka pemerintah dapat
       menginformasikan kepada pihak swasta apa saja yang dapat mereka
       sumbang dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah sesuai dengan
       kebutuhan masyarakat.

B. Kabupaten Berau
  B.1. Gambaran Umum Kabupaten Berau
                 Kabupaten Berau berada di bagian utara Propinsi Kalimantan
       Timur dengan luas wilayah 34.127 Km2 yang meliputi luas daratan dan
       lautan . Letak daerah ini berada tidak jauh dari Garis Khatulistiwa dengan
       posisi berada antara 116° sampai dengan 119° Bujur Timur dan 1° sampai
       dengan 2°33' Lintang Utara. Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi
       berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari
       permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan
       perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe
       hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di
       Kabupaten Berau. Hutan bakau, hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di
       sepanjang pesisir dan muara sungai Berau. Hutan dipterokarpa dataran
       rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas dan hutan kapur
       dataran rendah. Di atas ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut)
       hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada
       puncak tertinggi gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu
       diliputi awan.
                 Pada tahun 2002 Kabupaten Berau terdiri atas 9 kecamatan dengan
       jumlah Desa sebanyak 91 Desa dan 7 kelurahan. Sedangkan pada tahun 2004
       terjadi penambahan 2 kecamatan baru yang merupakan pemekaran dari
       kecamatan lama, yaitu Kecamatan Maratua dan Kecamatan Tubaan. Pada
       tahun 2005 terjadi lagi pemekaran 2 kecamatan yaitu Kecamatan Biatan dan
       Kecamatan Batu Putih. Sampai dengan tahun 2007 jumlah kecamatan di
       Kabupaten Berau sebanyak 13 kecamatan.




                                                                                          47
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




                                                 Tabel 3.4.
                                 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Berau
                                                                                      2
                         No              Nama Kecamatan               Luas Wilayah (km )
                         (1)                   (2)                            (3)
                          1.   Kelay                                              6.134,60
                          2.   Talisayan                                          1.798,00
                          3.   Tabalar                                            2.373,45
                          4.   Biduk-Biduk                                        3.002,99
                          5.   Pulau Derawan                                      3.858,96
                          6.   Maratua                                            4.118,80
                          7.   Sambaliung                                         2.403,86
                          8.   Tanjung Redeb                                         23,76
                          9.   Gunung Tabur                                       1.987,02
                         10.   Segah                                              5.166,40
                         11.   Teluk Bayur                                          175,70
                         12.   Batu Putih                                         1.651,42
                         13.   Biatan                                             1.432,04
                      Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau


                    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi luas wilayah
           kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan luas wilayah terkecil
           adalah Kecamatan Tanjung Redeb sebesar ,07 % dari total luas kabupaten.
           Sedangkan kecamatan dengan persentase luas terbesar adalah Kecamatan
           Kelay sebesar 17,98 %. Hampir semua kecamatan tersebut dapat ditempuh
           dengan menggunakan transportasi darat, sedangkan satu kecamatan yaitu
           Kecamatan Maratua hanya bisa ditempuh dengan menggunakan
           transportasi air karena letaknya terpisah dengan pulau utama. Kecamatan
           dengan jarak terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Biduk-
           Biduk. Sedangkan kecamatan dengan jarak terdekat dengan ibu kota
           kabupaten adalah Kecamatan Tanjung Redeb yang sekaligus sebagai ibu kota
           kabupaten.
                    Penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun menunjukkan
           peningkatan yang cukup berarti. Jumlah penduduk pada tahun 2005
           sebanyak 157.453 jiwa dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 160.399
           jiwa. Pada Tahun 2007 jumlahnya menjadi 164.501 jiwa. Dilihat dari jumlah
           penduduk Kabupaten Berau maka dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan
           penduduk pada tahun 2007 adalah sebesar 2,56 % dimana mengalami
           peningkatan dari 1,87 % pada tahun 2006. Pertumbuhan ini merupakan
           pertumbuhan total yang meliputi pertumbuhan alami karena kelahiran dan
           kematian serta migrasi netto yang diperoleh dari pengurangan migrasi
           keluar dengan migrasi masuk ke Kabupaten Berau selama kurun waktu satu
           tahun.



48
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan



                                     Tabel 3.5.
                       Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
                         Kabupaten Berau Tahun 1997-2007
            Tahun         Jumlah Penduduk                 Laju Pertumbuhan
             (1)                 (2)                             (3)
            1997                           104.607                            4,88
            1998                           107.188                            2,47
            1999                           109.366                            2,03
            2000                           118.096                            7,98
            2001                           125.571                            6,33
            2002                           131.059                            4,37
            2003                           136.628                            4,66
            2004                           146.451                            6,85
            2005                           157.453                            7,51
            2006                           160.399                            1,87
            2007                           164.501                            2,56
         Sumber: Berau Dalam Angka Tahun 2008

         Berdasarkan hasil penghitungan PDRB atas dasar nilai konstan
perekonomian Kabupaten Berau sangat didominasi oleh sektor-sekor
ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), terutama dari sector
pertambangan dan penggalian. Dari total PDRB Kabupaten Berau, sekitar 40
persennya berasal dari sector pertambangan dan penggalian. Diikuti oleh
sector pertanian sebesar 21,95 persen, industri pengolahan 13,73 persen;
perdagangan, hotel dan restoran 12,59 persen; angkutan dan komunikasi
6,93 persen; jasa-jasa 3,08 persen; bangunan 1,03 persen; keuangan,
persewaan dan jasa 0,58 persen; serta sector listrik, gas dan air minum
dengan kontribusi terkecil yaitu 0,12 persen. PDRB Kabupaten Berau
dihitung atas dasar harga berlaku adalah sebagaimana table berikut ini:

                                      Tabel 3.6.
                    Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau
                        Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB)
                                   Tahun 2004-2007
             Lapangan                                      Tahun
 No
               Usaha          2004                2005             2006                2007
 (1)             (2)           (3)                 (4)              (5)                 (6)
  1    Pertanian              705.730,77          755.099,63       792.838,06          831.888,03
  2    Pertambangan dan       755.153,75        1.369.120,17     1.496.464,26        1.638.768,92
       Penggalian
  3    Industri               481.179,42         517.567,29        584.757,32         642.697,61
       Pengolahan
  4    Listrik dan Air          5.564,63             6.186,11          7.156,99          8.675,56
       Bersih



                                                                                               49
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




              5     Bangunan                   37.888,95     41.776,93      43.415,15      52.515,99
              6     Perdagangan,              448.064,95    474.935,58     503.993,07     562.863,57
                    Hotel dan Restoran
              7     Pengangkutan &            289.008,20    309.916,23     339,467,75     378.996,64
                    Komunikasi
              8     Keuangan dan Jasa          22.179,00     23.796,68      25.878,10      28.596,48
                    Perusahaan
              9     Jasa-Jasa                146.918,82      159.039,26     176.440,98     198.154,92
                    Jumlah PDRB            3.385.579,63    3.657.437,88   3.970.411,68   4.343.157,72
           Sumber: BPS Kabupaten Berau 2007

                  Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Berau tahun 2007
          dihitung berdasarkan harga konstan tahun dasar 2000 tumbuh sebesar
          5,95% persen terjadi kenaikan dibanding pertumbuhan ekonomi ditahun
          2006 sebesar 5,08 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 masih
          dibawah target sebesar 6,2% (target menurut KUA 2007). Belum
          tercapainya target disebabkan karena industri pengolahan terutama PT
          Kiani Kertas belum beroperasi secara optimal, adanya penurunan PDRB di
          sektor jasa-jasa, dan penurunan PDRB di sector pertanian sub sektor
          kehutanan.

     B.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Berau
                   Dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, diperlukan adanya
          perencanaan pembangunan daerah yang tidak terpisahkan dari sistem
          perencanaan pembangunan propinsi dan nasional yang dilaksanakan dalam
          koridor perencanaan pembangunan partisipatif. Dengan melihat
          pertimbangan tersebut maka Kabupaten Tanjung Redeb telah menghasilkan
          Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara
          Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah yang merupakan turunan dari
          Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
          Pembangunan Nasional. Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008
          menguraikan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pembangunan
          tahunan daerah yang terdiri dari :
          1. Tata cara musyawarah perencanaan pembangunan tahunan ;
          2. Tata cara pelaksanaan forum SKPD
          3. Tata cara penyusunan renja SKPD ;
          4. Tata cara evaluasi kinerja ;
          5. Tata cara penyusunan RKPD ;
          6. Tata cara penyusunan Kebijakan Umum APBD ;
          7. Tata cara penyusunan Rancangan APBD ;
          8. Tata cara penyusunan Perubahan APBD Tahun Berjalan ;



50
Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan




9. Jadwal dan bagan alur perencanaan pembangunan tahunan
10. Formulir kelengkapan perencanaan pembangunan tahunan daerah.
         Kabupaten Berau mencoba membuat perencanaan dengan pola
bottom up, dimana Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan
merupakan cara pemerintah Kabupaten untuk menyerap aspirasi
masyarakat dari bawah (bottom). Melalui Musrenbang Desa, masing-masing
desa membuat program kegiatan yang berdasarkan urutan prioritas dengan
melihat kriterianya yaitu:
a. Kegiatan yang berkaitan dengan RPJM
b. Kegiatan darurat / kegiatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat,
    walaupun diluar visi misi Bupati
         Minggu pertama Januari tahun 2008 BAPEDA mulai mengedarkan
surat ke desa-desa yang ada di Kabupaten Berau sebagai himbauan untuk
membuat perencanaan yang akan dibahas dalam Musrenbang Desa,
sedangkan pelaksana Musrenbang Desanya sendiri dimulai minggu kedua
sampai dengan minggu keempat Januari 2008. Hasil dari Musrenbang Desa
dibawa ke Musrenbang Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari.
Dalam Musrenbang Kecamatan dibahas dan disepakati hasil-hasil
Musrenbang Desa serta ditetapkannya prioritas kegiatan pembangunan di
tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan
pembangunan desa. Selain itu dalam Musrenbang Kecamatan juga dilakukan
klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan
fungsi SKPD kabupaten. Musrenbang Kecamatan ini dikawal oleh Bapeda
sebagai narasumber, SKPD dan anggota anggota DPRD sesuai daerah
pemilihan kecamatan masing-masing.
         Karena adanya perubahan organisasi dan struktur berdasarkan PP
No. 41 Tahun 2004, maka Kabupaten Berau mencoba menyikapi perubahan
tersebut dengan melakukan Pra Forum SKPD setelah Musrenbang
Kecamatan dan sebelum Forum SKPD. Pra Forum ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya over lapping perencanaan program kegiatan yang
dibuat oleh masing-masing SKPD, selain itu pra forum SKPD ini dibuat
sebagai upaya untuk memadu serasikan antara usulan kecamatan dan
rencana kerja tahunan daripada SKPD, serta mencari suatu kesepakatan
bersama berkaitan prioritas pembangunan tahun 2010. Jika ada adu
argumentasi mengenai prioritas program kegiatan antara SKPD, maka
Bapeda mencoba menjembatani perbedaan tersebut dengan tetap
berpegangan pada RPJP, RPJM, serta isu-isu faktual.
         Dalam Pra Forum SKPD penyusunan perencanaan dibagi menjadi 3
kategori kelompok pembahasan yaitu: bidang ekonomi, bidang sosial dan


                                                                                  51
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan
Efektivitas Perencanaan

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangSinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangOswar Mungkasa
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANDadang Solihin
 
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan DaerahPenyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa BaratEvaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa BaratDadang Solihin
 
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanPedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanHerman Purba
 
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM IIIRancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM IIIaliyudhi_h
 
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah Dadang Solihin
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikNur Hilaliyah
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
 
Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan Dadang Solihin
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD Dadang Solihin
 
Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Pedoman Pengendalian dan Evaluasi PembangunanPedoman Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Pedoman Pengendalian dan Evaluasi PembangunanDadang Solihin
 
220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptx
220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptx220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptx
220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptxFeraEzaSafitri
 
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDadang Solihin
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanDadang Solihin
 
Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategisardinmarL
 
Inovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan Daerah
Inovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan DaerahInovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan Daerah
Inovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanDadang Solihin
 

Was ist angesagt? (20)

Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangSinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan DaerahPenyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah
 
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa BaratEvaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
 
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanPedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaan
 
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM IIIRancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
 
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja Praktik
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
 
Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
 
Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Pedoman Pengendalian dan Evaluasi PembangunanPedoman Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
 
220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptx
220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptx220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptx
220616 Bahan Arah Kebijakan DAK 2023 _Provinsi Sumatera Barat.pptx
 
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
 
Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategis
 
Inovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan Daerah
Inovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan DaerahInovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan Daerah
Inovasi Perencanaan dalam rangka Akselerasi Pembangunan Daerah
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan
 
IKK Pemerintahan
IKK PemerintahanIKK Pemerintahan
IKK Pemerintahan
 

Ähnlich wie Efektivitas Perencanaan

Pedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBIPedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBINandang Sukmara
 
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanTri Widodo W. UTOMO
 
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota CilegonMateri Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota Cilegonjoihot
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDEKPD
 
Pengalaman Kota-Kota Hijau Indonesia
Pengalaman Kota-Kota Hijau IndonesiaPengalaman Kota-Kota Hijau Indonesia
Pengalaman Kota-Kota Hijau Indonesianikenpraw
 
Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009
Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009
Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009Oswar Mungkasa
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATEKPD
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaPenataan Ruang
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGEKPD
 
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...paulus7
 
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015Bagus ardian
 
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdfKelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdfSitiMarwia1
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDEKPD
 
Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...
Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...
Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...Mailendra Hatake
 
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009Muchlis DoE
 

Ähnlich wie Efektivitas Perencanaan (20)

Pedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBIPedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBI
 
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
 
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota CilegonMateri Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
 
Panduan pelaksanaan sbi
Panduan pelaksanaan sbiPanduan pelaksanaan sbi
Panduan pelaksanaan sbi
 
Pengalaman Kota-Kota Hijau Indonesia
Pengalaman Kota-Kota Hijau IndonesiaPengalaman Kota-Kota Hijau Indonesia
Pengalaman Kota-Kota Hijau Indonesia
 
Laporan Kkl Awal
Laporan Kkl AwalLaporan Kkl Awal
Laporan Kkl Awal
 
Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009
Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009
Deklarasi dan Agenda Hasil Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
 
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
9c534-modul-training-of-fasilitator-perencanaan-dan-penganggaran-yang-respons...
 
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015
 
Makalah teori akuntansi
Makalah teori akuntansiMakalah teori akuntansi
Makalah teori akuntansi
 
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdfKelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
 
Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...
Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...
Laporan Usulan Teknis , Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provi...
 
Kelas 12
Kelas 12Kelas 12
Kelas 12
 
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
 

Mehr von Bidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN

Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...
Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...
Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...Bidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Policy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKN
Policy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKNPolicy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKN
Policy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKNBidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdfBuku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdfBidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...
Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...
Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...Bidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 

Mehr von Bidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN (20)

Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...
Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...
Policy Paper Strategi Kebijakan Penguatan Pelayanan Investasi di Daerah Tahun...
 
Policy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKN
Policy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKNPolicy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKN
Policy Paper: Strategi Kebijakan Pengembangan ASN Daerah Penyangga/ Mitra IKN
 
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdfBuku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
 
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
 
Pengenalan Pengelolaan Jurnal Borneo Administrator-2020
Pengenalan Pengelolaan Jurnal Borneo Administrator-2020Pengenalan Pengelolaan Jurnal Borneo Administrator-2020
Pengenalan Pengelolaan Jurnal Borneo Administrator-2020
 
Kajian penguatan daerah penyangga dalam mendukung IKN 2020
Kajian penguatan daerah penyangga dalam mendukung IKN 2020Kajian penguatan daerah penyangga dalam mendukung IKN 2020
Kajian penguatan daerah penyangga dalam mendukung IKN 2020
 
Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...
Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...
Konsep Perhitungan Tunjangan Transport atau Tunjangan Mobilitas Kerja Sebagai...
 
survey kepuasan masyarakat & survey kepuasan pegawai 2020
survey kepuasan masyarakat & survey kepuasan pegawai 2020survey kepuasan masyarakat & survey kepuasan pegawai 2020
survey kepuasan masyarakat & survey kepuasan pegawai 2020
 
Daftar berita inovasi melawan corona (jilid 1)
Daftar berita inovasi melawan corona (jilid 1)Daftar berita inovasi melawan corona (jilid 1)
Daftar berita inovasi melawan corona (jilid 1)
 
Ekspose Kajian Kepemimpinan Kewirausahaan Daerah 2019
Ekspose Kajian Kepemimpinan Kewirausahaan Daerah 2019Ekspose Kajian Kepemimpinan Kewirausahaan Daerah 2019
Ekspose Kajian Kepemimpinan Kewirausahaan Daerah 2019
 
Policy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASN
Policy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASNPolicy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASN
Policy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASN
 
Policy Brief Pelaksanaan Kebijakan Netralitas ASN
Policy Brief Pelaksanaan Kebijakan Netralitas ASNPolicy Brief Pelaksanaan Kebijakan Netralitas ASN
Policy Brief Pelaksanaan Kebijakan Netralitas ASN
 
Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017
Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017
Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017
 
Kajian pemetaan kemanfaatan proyek perubahan pasca diklatpim
Kajian pemetaan kemanfaatan proyek perubahan pasca diklatpimKajian pemetaan kemanfaatan proyek perubahan pasca diklatpim
Kajian pemetaan kemanfaatan proyek perubahan pasca diklatpim
 
Telaahan TPP Kaltim 2016
Telaahan TPP Kaltim 2016Telaahan TPP Kaltim 2016
Telaahan TPP Kaltim 2016
 
Policy Brief 2016 (Diskresi)
Policy Brief 2016 (Diskresi)Policy Brief 2016 (Diskresi)
Policy Brief 2016 (Diskresi)
 
Policy Brief 2016 (Potensi SDM)
Policy Brief 2016 (Potensi SDM)Policy Brief 2016 (Potensi SDM)
Policy Brief 2016 (Potensi SDM)
 
Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)
Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)
Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)
 
Policy Brief 2016 (kapasitas desa)
Policy Brief 2016 (kapasitas desa)Policy Brief 2016 (kapasitas desa)
Policy Brief 2016 (kapasitas desa)
 
Presentasi potensi SDM sebatik/ Perbatasan
Presentasi potensi SDM sebatik/ PerbatasanPresentasi potensi SDM sebatik/ Perbatasan
Presentasi potensi SDM sebatik/ Perbatasan
 

Efektivitas Perencanaan

  • 1.
  • 2.
  • 3. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 207+xiv, 2009 Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN 978-979-1176-26-2 Dr. Meiliana, SE., MM (Peneliti Utama) Drs. Andi Taufik, M.Si (Peneliti) Said Fadhil, S.IP (Peneliti) Windra Mariani, SH (Peneliti) Andi Wahyudi, S.IP (Pembantu Peneliti) Fani Heru, SE (Pembantu Peneliti) Tri Noor Aziza, SP (Pembantu Peneliti) Betha Miranti Andalina, S.IP (Pembantu Peneliti) Rustan A, SP (Koordinator) Maria AP Sari, S.Sos. (Sekretariat) Lany Erinda Ramdhani, S.Sos (Sekretariat) Fajar Iswahyudi, SE (Sekretariat) Tri Wahyuni, SH (Sekretariat) Dewi Sartika, SE (Sekretariat) Diterbitkan Oleh : Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III (PKP2A III) LAN Samarinda UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 19 TAHUN 2002 Pasal 72 (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
  • 4. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan KATA PENGANTAR Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan yang besar untuk mengelola dan menggerakkan sumber daya yang ada dalam rangka mewujudkan visi daerahnya dan menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Ini merupakan implikasi dari diterapkannya otonomi yang ditumpukan kepada kabupaten/kota sejak tahun 2004. Dalam melaksanakan pembangunan daerah, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional dan PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah telah memberikan dasar hukum dan acuan bagi daerah untuk mengelola sumber daya tersebut melalui perencanaan pembangunan daerah. Selain itu, PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga telah memberikan batasan kewenangan kabupaten/kota dalam urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, tahapan perencanaan menjadi salah satu proses yang penting, karena hasil pembangunan yang baik senantiasa didahului oleh perencanaan yang baik pula. Kajian ini mengulas proses perencanaan pembangunan daerah yang difokuskan pada penyusunan RKPD Kabupaten di tujuh kabupaten di Kalimantan, yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang. Dimana proses perencanaan pembangunan tersebut dilihat dari aspek proses, substansi, dan partisipasi publik. Kemudian aspek dampak sebagai hasil dari implementasi pembangunan akan dikaji secara khusus dalam kajian yang lain. Dengan terlaksananya kajian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendukung kegiatan ini, terutama kepada para Bupati dan Kepala Bappeda beserta seluruh staf Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang yang telah memberikan fasilitasi Pelaksanaan FGD (Focus Group Disscusion) bagi Tim Peneliti dan juga atas kebaikan hati dan kerjasama yang baik sehingga kami bisa memperoleh akses data berkaitan dengan dokumen rencana pembangunan daerah. Juga terima kasih kepada seluruh SKPD di tujuh kabupaten tersebut yang telah ikut berpartisipasi dan memberikan informasi yang bermanfaat kepada Tim Peneliti baik melalui forum FGD maupun interview secara langsung. i
  • 5. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Akhirnya dengan selesainya kajian ini kami berharap bahwa hasil kajian ini bisa memberikan manfaat bagi daerah dalam penyusunan perencanaan pembangunan yang menjadi lebih baik pada masa mendatang, dan juga bagi semua pihak yang memiliki perhatian terhadap isu-isu pembangunan. Terima kasih! Samarinda, Oktober 2009 ii
  • 6. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... vii RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 3 C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 3 D. Tujuan ......................................................................................................... 5 E. Ruang Lingkup ......................................................................................... 5 F. Waktu dan Tahapan Penelitian .......................................................... 5 BAB II KERANGKA KONSEPTUAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH .............................................................................................................. 7 A. Pengertian Perencanaan Pembangunan ....................................... 7 B. Kewenangan Kabupaten/Kota Dalam Perencanaan Pembangunan .......................................................................................... 11 C. Pendekatan Perencanaan Pembangunan ..................................... 16 D. Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah ...................... 21 E. Efektivitas Perencanaan Pembangunan ........................................ 27 BAB III PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH ....................................................................................................... 33 A. Kabupaten Kutai Barat .......................................................................... 33 B. Kabupaten Berau .................................................................................... 47 C. Kabupaten Kotabaru ............................................................................. 61 D. Kabupaten Kotawaringin Timur ....................................................... 84 E. Kabupaten Barito Timur ...................................................................... 106 F. Kabupaten Sanggau ............................................................................... 127 G. Kabupaten Bengkayang ....................................................................... 155 BAB IV EFEKTIFITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH ............................................................ 173 A. Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah ............... 173 iii
  • 7. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan B. Prioritas dalam Perencanaan Pembangunan Daerah .............. 175 C. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan Pembangunan Daerah .......................................................................... 181 D. Aturan Hukum Perencanaan Pembangunan Daerah ................ 184 E. Kendala dalam Proses Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah .......................................................................... 187 F. Sinkronisasi RKPD dengan RTRW ................................................... 190 G. Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan 194 Daerah ......................................................................................................... BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 201 A. Kesimpulan ............................................................................................... 201 B. Saran ............................................................................................................ 202 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 204 iv
  • 8. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Lokus Kajian 5 Tabel 2.1 Urusan Kabupaten/Kota dalam Bidang Perencanaan 13 Pembangunan Tabel 2.2 Alternatif Pendekatan Perencanaan 20 Tabel 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat 34 Menurut Kecamatan Tahun 2007 Tabel 3.2 Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan 37 Non Fisik Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009 Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan 40 Penganggaran Daerah Kab. Kubar Tahun Anggaran 2010 Tabel 3.4 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Berau 48 Tabel 3.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Berau 49 Tahun 1997-2007 Tabel 3.6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau Atas 49 Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB) Tahun 2004-2007 Tabel 3.7 Penduduk Kabupaten Kotabaru 2004 63 Tabel 3.8 Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama 64 Kabupaten Kotabaru Tabel 3.9 PDRB ADHB Kabupaten Kotabaru (Milyar Rp) 65 Tabel 3.10 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru Per Sektor 65 Tabel 3.11 Ringkasan Perkiraan Kerangka Makro Ekonomi Kabupaten 66 Kotabaru Tahun 2006-2010 Tabel 3.12 Program dan Kegiatan Pembangunan Infrastruktur 79 Penunjang Pembangunan Kabupaten Kotabaru Tabel 3.13 Wilayah Administrasi Kabupaten Kotawaringin Timur 84 Tabel 3.14 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin 85 Timur Tahun 2007 Tabel 3.15 Luas wilayah dan Jumlah penduduk Kabupaten Bartim Tahun 106 2007 Tabel 3.16 Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Sanggau Tahun 2007 127 Tabel 3.17 Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita 130 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sanggau Tahun 2004 – 2006 Tabel 3.18 Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Sanggau Tahun 146 2009 v
  • 9. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Tabel 3.19 Contoh Matriks Program dan Kegiatan Rencana Kerja 151 Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2009 Tabel 3.10 Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Bengkayang 156 Tabel 3.11 Batas Kemampuan (Kapasitas) Fiskal Pemerintah Kabupaten 163 Bengkayang Tabel 4.1 Perbandingan Program Prioritas Pembangunan Daerah 177 Tabel 4.2 Isu-Isu Dalam Pembangunan Daerah 180 Tabel 4.3 Aturan Hukum Daerah yang Berkaitan dengan Penyusunan 186 Perencanaan Pembangunan di Daerah Tabel 4.4 Pencantuman PP No. 8 Tahun 2008 sebagai Konsideran dalam 187 Dokumen RKPD 2009 vi
  • 10. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Aspek Efektivitas Perencanaan Pembangunan 4 Gambar 1.2 Tahapan Penelitian 6 Gambar 2.1 Posisi Strategis Bappeda Dalam Penyusunan Perencanaan 12 Pembangunan Daerah Gambar 2.2 Pola 'S shape' dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan 26 Gambar 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas 36 Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten Barito Timur 117 Gambar 3.3 Agenda Program dan Kegiatan Penyusunan Perencanaan 134 Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2010 Gambar 3.4 Alur Pikir Perencanaan Pembangunan Kabupaten 162 Bengkayang Gambar 4.1 Model Hubungan RTRW dengan RPJPD dan RJPMD 192 Gambar 4.2 Model Hubungan Interaksi Pemerintah, Masyarakat dan 198 DPRD dalam Musrenbang vii
  • 11. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan RINGKASAN EKSEKUTIF Keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan akan terlihat dari sejauh mana perubahan yang terjadi setelah program dan kegiatan pembangunan daerah tersebut diimplementasikan. Namun demikian, pembangunan yang baik juga didahului oleh proses perencanaan yang baik pula. Karena pembangunan merupakan serangkaian proses panjang yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Perencanaan pembangunan daerah bisa dilihat dari 2 (dua) aspek yaitu aspek proses penyusunan rencana pembangunan dan aspek isi rencana pembangunan yang akan diimplementasikan (Moeljarto Tjokrowinoto, 1993). Dalam kajian ini, dua aspek tersebut di-breakdown lagi menjadi 4 (empat) aspek yaitu aspek proses, partisipasi, substansi, dan dampak. Aspek Proses, proses perencanaan pembangunan dilihat dari jadwal penyusunan perencanaan, instansi yang terlibat dalam penyusunan perencanaan, alat koordinasi yang digunakan, serta tahapan-tahapan yang dilalui. Aspek Substansi, dilihat apakah perencanaan pembangunan sudah mempertimbangkan faktor-faktor seperti gender sensitive, conflict sensitive, prinsip pro poor, pro job, pro lingkungan, pro investment. Aspek Partisipasi Publik, dilihat sejauh mana peran masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan. Aspek Dampak, dilihat sejauh mana perubahan yang terjadi dalam rangka pencapaian target, tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Berkaitan tentang aspek dampak akan dikaji secara khusus dalam kajian lain, sehingga untuk kajian ini akan difokuskan pada aspek proses, partisipasi dan substansi penyusunan perencanaan pembangunan daerah, secara spesifik adalah RKPD Kabupaten. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah telah diatur dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 8 Tahun 2007 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam skala daerah juga telah diamanatkan oleh UU No. 25 Tahun 2004 pasal 27 ayat (2) bahwa tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga tiga peraturan perundangan tersebut menjadi landasan hukum dan acuan bagi proses perencanaan pembangunan daerah. Kewenangan kabupaten/kota dalam Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah menurut PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan viii
  • 12. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah (1) Perumusan Kebijakan; (2) Bimbingan, Konsultasi dan Koordinasi; dan (3) Monitoring dan Evaluasi (Monev). Kewenangan tersebut dilaksanakan oleh Bappeda sebagai sebuah SKPD yang memiliki posisi strategis dalam mengkoordinasikan proses perencanaan pembangunan daerah. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah sesuai dengan PP No. 8 Tahun 2008 adalah menggunakan pendekatan (1) Politik; (2) Teknokratik; (3) Partisipatif; (4) Atas-bawah (top down), dan (5) Bawah-atas (bottom up). Pendekatan politik tercermin dari dituangkannya visi dan misi kepala daerah terpilih ke dalam dokumen RPJM Daerah, selanjutnya RPJM Daerah tersebut merupakan acuan bagi penyusunan RKPD. Pendekatan teknokratik bisa dilakukan dengan pelibatan tenaga ahli atau konsultan dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Untuk itu, penggunaan naskah akademik bisa dimungkinkan sebagai upaya untuk menghasilkan rencana pembangunan yang relevan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah. Pendekatan partisipatif dan bawah atas (bottom up) tercermin proses penyerapan yang melibatkan masyarakat dan aparat pemerintahan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan sehingga perencanaan yang dihasilkan bisa mengakomodasi kepentingan masyarakat di tingkat bawah. Sedangkan pendekatan atas bawah (top down) merupakan peran dari Bappeda yang menyusun rancangan awal rencana pembangunan daerah. Dari 7 (tujuh) daerah sampel kajian berkaitan dengan penyusunan RKPD yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang, ternyata hanya 2 daerah saja yang telah memiliki Perda tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Yaitu Kabupaten Kotabaru yang telah memiliki Perda No. 14 Tahun 2005, dan Kabupaten Sanggau yang telah memiliki Perda No. 5 Tahun 2008. Di Kabupaten Berau tata cara mengenai penyusunan perencanaan pembangunan daerah justru dituangkan ke dalam Peraturan Bupati (Perbup), bukan Perda. Sedangkan daerah lain bahkan belum memiliki Perda tersebut. Dalam penyusunan RKPD, dari proses penyerapan aspirasi masyarakat melalui forum Musrenbang yang dimulai sejak awal bulan Januari di tingkat desa/kelurahan ternyata ada beberapa forum insiatif yang dilakukan daerah, yaitu: 1. Adanya forum “Kumpul Warga” di lingkungan RT sebelum dilakukan Musrenbang Desa/Kelurahan (Kab. Kotim) 2. Pertemuan atau diskusi instansi/SKPD serumpun sebelum Forum SKPD untuk mensinkronkan program kerja agar tidak terjadi overlapping (Kab. Kotim, Berau, Kotabaru) Di satu sisi inisiatif tersebut memiliki nilai positif bagi proses pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, yaitu pertama bisa mempermudah pelaksanaan
  • 13. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Musrenbang karena materi sudah dibahas dalam forum inisiatif tersebut. Dan kedua bisa memberi kesempatan masyarakat yang tidak terlibat dalam Musrenbang Desa/Kelurahan untuk menyampaikan aspirasinya dalam forum Kumpul Warga. Namun di sisi lain menambah banyak kegiatan dalam proses perencanaan pembangunan daerah sehingga tidak efisien baik dari aspek waktu maupun anggaran. Dan menjadikan pelaksanaan Musrenbang hanya menjadi formalitas karena sudah dibahas sebelumnya dalam forum-forum tersebut. Partisipasi masyarakat yang dilakukan melalui forum Musrenbang dalam penyusunan RKPD cukup baik terlihat dari kehadiran dalam Musrenbang. Namun usulan masyarakat dalam RKPD melalui Musrenbang lebih dominan usulan proyek- proyek fisik, sedikit sekali usulan yang sifatnya non fisik seperti pemberdayaan masyarakat, pengembangan ekonomi dan sebagainya. Di sisi lain realisasi usulan masyarakat dalam RKPD masih minim sehingga hal ini mengakibatkan apatisme dan menurunnya antusias masyarakat untuk mengikuti proses perencanaan pembangunan melalui forum Musrenbang pada masa berikutnya. Beberapa program prioritas yang secara umum menjadi perhatian utama di semua daerah dan tertuang dalam dokumen RKPD mencakup sektor pendidikan, kesehatan, perekonomian rakyat, infrastruktur dan tata kelola pemerintahan yang baik. Kemudian dari program prioritas yang telah ditetapkan daerah bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok isu-isu yang pro terhadap pertumbuhan, kemiskinan, ketenagakerjaan, lingkungan, investasi, gender sensitive serta conflict sensitive. Dari program dan pengklasifikasian isu tersebut terlihat bahwa fokus dan prioritas pembangunan di masing-masing daerah juga beragam. Namun secara umum isu pertumbuhan merupakan isu utama yang dijadikan prioritas di semua daerah yaitu melalui program pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi, atau dengan sebutan ekonomi kerakyatan dan sejenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan daerah masih menganggap pertumbuhan sebagai prioritas penting yang harus segera diwujudkan di daerah. Isu-isu yang berkaitan dengan pemberantasan kemiskinan, penanganan pengangguran atau ketenagakerjaan serta lingkungan juga mendapat mendapat perhatian di sebagian besar daerah. Program dan kegiatan pembangunan yang pro poor terlihat menjadi perhatian di Kabupaten Kubar, Berau, Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Walaupun persoalan kemiskinan selama ini dipecahkan dari berbagai aspek seperti aspek kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya namun dalam hal ini program dan kegiatan yang secara langsung dan eksplisit menjadi perhatian utama dan secara langsung tercermin dalam program pembangunan di beberapa daerah tersebut. Program yang pro job juga terlihat di kabupaten Kubar, Berau, Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Sedangkan program yang pro x
  • 14. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan lingkungan terlihat di Kabupaten Kubar, Kotabaru, Barito Timur, Kotawaringin Timur dan Bengkayang. Persoalan lingkungan merupakan persoalan yang cukup menonjol di wilayah Kalimantan, namun ternyata belum semua daerah menjadikan isu tersebut sebagai prioritas dalam perencanaan pembangunan di daerahnya. Selanjutnya sebagai pendukung pertumbuhan daerah yaitu program-program yang pro investasi ternyata hanya terlihat secara eksplisit di Kabupaten Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Kemudian untuk isu-isu yang gender sensitive dan conflict sensitive hanya menjadi perhatian di sedikit daerah. Masih sedikit daerah yang menjadikan isu-isu tersebut sebagai mainstream dalam perencanaan pembangunan daerah. Kabupaten Berau menjadi isu gender sebagai mainstream dalam perencanaan pembangunan daerahnya. Sehingga pembangunan yang dilakukan oleh berbagai sektor harus memperhatikan faktor kesetaraan gender. Kemudian Kabupaten Sanggau jauh lebih luas, yaitu dengan dituangkannya enam prinsip pengarusutamaan sebagai landasan operasioanl pembangunan daerah, yaitu pengarusutamaan partisipasi masyarakat, pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan, pengarusutamaan gender, pengarusutamaan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance), pengarusutamaan pengurangan kesenjangan antar wilayah dan percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan pengarusutamaan desentralisasi dan otonomi daerah. Beberapa kendala terkait proses penyusunan RKPD yang terjadi adalah: 1. Minimnya sosialisasi rencana penyusunan RKPD kepada masyarakat 2. Masyarakat menjadi apatis dan enggan terlibat aktif dalam perencanaan pembangunan daerah karena usulan masyarakat seringkali tidak bisa direalisasikan akibat terjadinya pemotongan/pemangkasan berbagai usulan yang masuk. 3. Terjadi perubahan/tambahan kegiatan yang sebelumnya tidak masuk dalam usulan SKPD. 4. Tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara program yang dibiayai dana community development dari perusahaan dengan program yang dibiayai APBD (Kab. Kubar) 5. Pelaksanaan proses perencanaan membutuhkan proses yang cukup panjang karena adanya tupoksi yang saling bersinggungan antar SKPD (Kab. Berau, Bengkayang) 6. SKPD sering terlambat/tidak tepat waktu dalam menyampaikan Renja dan daftar prioritas kegiatan kepada Bappeda sebagai bahan Musrenbang Kabupaten 7. Pelaksanaan forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten terlalu singkat sedangkan bahan yang harus dibahas cukup banyak xi
  • 15. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 8. Besarnya usulan yang masuk seringkali lebih merupakan keinginan, bukan kebutuhan daerah. Sehingga harus dilakukan pemilahan dan skala prioritas terhadap usulan-usulan yang masuk 9. RKPD yang telah ditetapkan, terkadang belum digunakan sebagai pedoman oleh SKPD dalam menyusun rencana kerjanya 10.Banyak instansi yang berdasarkan hasil pemeriksaan Inspektorat yang dilakukan belum memiliki Renstra (Kab. Bengkayang) 11.Belum disetujuinya RTRW Provinsi oleh Pemerintah Pusat sehingga penyusunan perencanaan pembangunan daerah menjadi terhambat (Kab. Kubar dan Berau) Dari hasil penggalian data di lapangan dan analisis disimpulkan bahwa penyusunan RKPD di beberapa daerah secara umum masih kurang efektif karena beberapa alasan: 1. Dari aspek proses. Alokasi waktu pelaksanaan Musrenbang sebagai bagian penting penyusunan RKPD sangat singkat, sedangkan agenda yang dibahas banyak sehingga Musrenbang yang dilakukan untuk menyerap aspirasi masyarakat cenderung hanya bersifat formalitas untuk memenuhi persyaratan formal perencanaan pembangunan. Selain itu aktor yang terlibat dalam tahapan proses perencanaan pembangunan sering berganti-ganti mulai dari awal hingga akhir, sehingga sering kurang memahami pembahasan isu dan substansi pada tahapan sebelumnya. 2. Dari aspek partisipasi. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan melalui forum Musrenbang cukup tinggi tetapi usulan-usulan dari masyarakat sering tidak bisa diakomodir dan diimplementasikan dalam RKPD sehingga keterlibatan masyarakat hanya sebagai formalitas (benign neglect) bahwa proses perencanaan telah melibatkan masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan dan apatis terhadap proses penyusunan rencana pembangunan untuk masa berikutnya. 3. Dari aspek prioritas. Kegiatan-kegiatan yang diusulkan menjadi prioritas dalam rencana pembangunan mudah berubah dan bahkan bisa dipangkas pada tahapan/proses tingkat selanjutnya. Dan juga persepsi para aktor tentang prioritas usulan berbeda-beda sehingga prioritas menurut masyarakat bisa dianggap bukan prioritas oleh aktor yang lain. 4. Dari aspek normatif (aturan hukum). Masih banyak daerah yang belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 27 Ayat (2). Dari beberapa daerah sampel kajian hanya Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Sanggau yang telah memiliki Perda tersebut. Selain itu masih banyak daerah belum menggunakan PP No. 8 Tahun 2008 sebagai konsiderans dalam dokumen xii
  • 16. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan RKPD, artinya belum menggunakan PP tersebut sebagai pedoman penyusunan RKPD, kecuali Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Sanggau. Padahal PP tersebut telah terbit sebelum dokumen RKPD di beberapa daerah disahkan. Fenomena ini menunjukkan masih minimnya sosialisasi peraturan perundangan mengenai perencanaan pembangunan daerah, serta kurang aktifnya para perencana pembangunan di daerah dalam mengupdate peraturan perundangan terkait. Selanjutnya disarankan beberapa hal yang harus dilakukan daerah berkaitan dengan proses penyusunan RKPD, yaitu: 1. Alokasi waktu pelaksanaan penyusunan RKPD perlu diperpanjang, berkaitan dengan pelaksanaan Musrenbang perlu agenda yang jelas berisi a. Arahan Bupati b. Arahan DPRD c. Penyampaian aspirasi perwakilan masyarakat d. Pembahasan materi dengan melibatkan legislatif 2. Aktor yang mengikuti penyusunan RKPD haruslah continues (tidak berganti- ganti) dan mengikuti proses perencanaan dari awal hingga akhir urutan kegiatan 3. Dilakukan penyusunan Perda tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah bagi daerah yang belum memilikinya dan dilakukan sosialisasi PP No. 8 Tahun 2008 4. Perlunya sosialisasi rencana penyusunan RKPD melalui media disertai agenda kegiatan yang jelas agar masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut; 5. Pemandu Musrenbang perlu lebih aktif dalam menstimulus peserta sehingga usulan yang masuk lebih luas dan komprehensif berdasar prioritas kebutuhan masyarakat, bukan hanya usulan proyek-proyek fisik yang berdasar keinginan semata; 6. Transparansi dalam alokasi dana pembangunan yang dianggarkan untuk masing- masing SKPD, sehingga setiap SKPD bisa menyusun usulan program yang sesuai dengan kuota anggaran yang ada; 7. Perlu adanya pelibatan Legislatif dalam proses penyusunan RKPD dari awal termasuk dalam Musrenbang untuk meningkatkan fungsi kontrol dan sekaligus mendapatkan dukungan penganggaran terhadap hasil perencanaan pembangunan daerah; 8. Meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan forum-forum Rembug Warga serta program community development di luar forum resmi RKPD; 9. Perlunya penyempurnaan instrumen perencanaan pembangunan di daerah, khususnya untuk meminimalisir munculnya kemungkinan pengaruh dari kepentingan-kepentingan pragmatis dan politis dalam penyusunan program pembangunan daerah. xiii
  • 17. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 10.Kemudian saran bagi pemerintah pusat agar segera menyelesaikan pembahasan dan persetujuan RTRW Provinsi sehingga proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah tidak terhambat. Akhirnya diharapkan selalu ada perbaikan yang secara terus menerus dilakukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah dengan melakukan berbagai kombinasi pendekatan yang ada. Proses tersebut diharapkan bisa mengakomodasikan berbagai aspirasi masyarakat dan juga mewujudkan rencana pembangunan daerah (RKPD) yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam rangka mewujudkan visi daerah yang telah dirumuskan. xiv
  • 18. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan BAB I PENDAHULUAN 1
  • 19. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 2
  • 20. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 3
  • 21. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan - Jadual - Instansi Proses - Alat koordinasi - Tahapan - Gender sensitive - Conflict sensitive Subtansi - Pro-poor Efektivitas - Pro-lingkungan perencanaan - Pro-investasi pembangunan - Dis-engagement Partisipasi - Benign neglect Output, outcome, Dampak impact, benefit Gambar 1.1. Aspek Efektivitas Perencanaan Pembangunan Pada kajian ini akan dilihat aspek proses, substansi dan partisipasi publik dalam perencanaan pembangunan daerah. Sedangkan terhadap dampak implementasi perencanaan pembangunan akan dilakukan dalam kajian yang lain. Menurut PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan- tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan berada di bawah tanggung jawab Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Maka Bappeda memilik peran yang strategis dalam penyusunan perencanaan pembangunan di daerah. Efektivitas proses penyusunan perencanaan pembangunan bisa dilihat dari sejauh mana proses penyusunan perencanaan pembangunan tersebut memenuhi kaidah normatif yang ada. Serta sejauh mana pencapaian visi, misi, target dan sasaran pembangunan bisa tercapai. 4
  • 22. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan D. Tujuan Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah, isu-isu yang dijadikan pertimbangan serta peran masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah di wilayah Kalimantan. Selanjutnya bisa dihasilkan rekomendasi kebijakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan di daerah. E. Ruang Lingkup Kajian ini dilakukan dengan mengambil wilayah/lokus di daerah Kalimantan yang mencakup empat propinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dalam kajian/penelitian ini menggunakan metode random, dengan sampel untuk masing-masing propinsi adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Lokus Kajian No Wilayah Sampel 1 Kalimantan Timur 1. Kabupaten Kutai Barat 2. Kabupaten Berau 2 Kalimantan Selatan 3. Kabupaten Kota Baru 3 Kalimantan Tengah 4. Kabupaten Kota Waringin Timur 5. Kabupaten Barito Timur 4 Kalimantan Barat 6. Kabupaten Sanggau 7. Kabupaten Bengkayang Penelitian ini lebih difokuskan pada proses penyusunan perencanaan pembangunan tahunan yaitu Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) kabupaten di Kalimantan. Sedangkan dampak dari implementasi rencana pembangunan tahunan tersebut perlu dilakukan kajian tersendiri pada masa mendatang setelah implementasi perencanaan dilakukan. F. Waktu dan Tahapan Penelitian Pelaksanaan kajian ini dilakukan selama satu tahun pada tahun 2009 dikonsentrasikan pada proses pembuatan perencanaan pembangunan di daerah, dengan tahapan sebagai berikut : a. Tahapan I : Persiapan penelitian yang meliputi penyusunan proposal penelitian yang meliputi penetapan lokus dan sampel penelitian, penyusunan instrumen penelitian (questionnaire), 5
  • 23. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan penyempurnaan desain penelitian (research design), serta persiapan administratif lainnya seperti pembentukan dan konsolidasi tim, penyusunan rencana survei lapangan, dan sebagainya. b. Tahapan II : Kegiatan pengumpulan dan penggalian data-data di lapangan melalui kuesioner, wawancara dan pengumpulan data-data sekunder dari responden maupun dari sumber lain. c. Tahapan III : Kegiatan analisis dan interpretasi terhadap data-data yang diperoleh dari lapangan. Jika masih diperlukan dan memungkinkan, data aktual yang terolah perlu dilakukan klarifikasi ulang ke lokus penelitian untuk memperoleh akurasi informasi, sehingga analisis dapat dijamin lebih akurat. d. Tahapan IV : Penyusunan laporan awal hasil penelitian yang disertai rekomendasi bagi para pengambil kebijakan berkaitan dengan permasalahan dalam perencanaan pembangunan di daerah. e. Tahapan V : Presentasi publik terhadap hasil penelitian untuk mendapatkan input dari berbagai pihak baik aktor yang terlibat dalam perencanaan pembanguan daerah maupun ahli/pakar dibidang perencanaan pembangunan f. Tahapan VI : Penyusunan laporan akhir hasil penelitian tahun pertama. Tahapan-tahapan penelitian tersebut bisa digambarkan dalam diagram alir sebagai berikut : ANALISIS DAN PERSIAPAN PENGUMPULAN INTERPRETASI PENELITIAN DATA DATA PENYUSUNAN PENYUSUNAN LAPORAN PRESENTASI AKHIR PUBLIK LAPORAN AWAL Gambar 1.2. Tahapan Penelitian Laporan akhir penelitian tersebut akan diberikan kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam proses pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan daerah, lembaga penelitian, serta daerah-daerah di Kalimantan terutama yang menjadi lokus dalam kajian ini. Selanjutnya laporan ini akan dijadikan bahan dalam melakukan penelitian pada tahun berikutnya. 6
  • 24. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan BAB III PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH Dari praktek proses perencanaan pembangunan daerah yang dijadikan daerah sampel dalam kajian ini secara umum menunjukkan kemiripan proses sejak dimulai dari Musrenbang di tingkat yang paling bawah, yaitu Musrenbang Desa/Kelurahan hingga Musrenbang Kabupaten. Namun di beberapa daerah terdapat kegiatan lain yang merupakan inisiatif dari daerah yang bersangkutan. Inisiatif tersebut antara lain seperti pertemuan pra Forum SKPD yang dilakukan oleh beberapa instansi yang serumpun. Pertemuan ini dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi program kegiatan untuk mencegah terjadinya overlapping terhadap program kegiatan yang diusulkan oleh kecamatan maupun desa/kelurahan. Selengkapnya praktek proses perencanaan pembangunan di daerah akan diuraikan di bawah ini. A. Kabupaten Kutai Barat A.1. Gambaran Umum Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai barat dengan ibukota Sendawar merupakan pemekaran dari wilayah sebelumnya yaitu Kabupaten Kutai yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang nomor 47 Tahun 1999, dengan luas sekitar 31.628,70 km2. Secara geografis Kabupaten Kutai Barat terletak antara 113o 48'49” sampai dengan 116o32'43” Bujur Timur serta diantara 1o 31'05” Lintang Utara dan 1o 09'33” Lintang Selatan. Adapun wilayah yang menjadi batas Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut: · Sebelah utara : Kabupaten Malinau dan Serawak · Sebelah timur : Kutai Kartanegara · Sebelah Selatan : Kabupaten Penajam Paser Utara · Sebelah Barat : Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Kalimantan Barat Dengan luas wilayah kurang lebih 15% dari luas propinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Barat terbagi menjadi 21 Kecamatan dan 223 Kampung. Daerah kabupaten Kutai Barat didominasi topografi bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam dengan ketinggian 33
  • 25. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan berkisar antara 0-1.500 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan antara 0-60 persen. Daerah dataran rendah pada umumnya dijumpai dikawasan danau dan kawasan sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai). Sedangkan daerah perbukitan dan pegunungan memiliki ketinggian rata- rata lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan 30% terdapat dibagian barat laut, yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia. Tabel 3.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat Menurut Kecamatan Tahun 2007 Luas Jumlah Kepadatan No Kecamatan Wilayah Penduduk Ruta/ Pddk/K (Km2) Km2 m2 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Bongan 2.274,40 8.429 0,96 3,71 2 Jempang 654,40 10.290 5,19 15,72 3 Penyinggahan 271,90 3.874 4,02 14,25 4 Muara Pahu 496,68 8.715 4,32 17,55 5 Muara Lawa 444,50 5.652 3,04 12,72 6 Damai 1.750,43 8.838 1,33 5,05 7 Barong Tongkok 492,21 19.357 10,32 39,33 8 Melak 287,87 10.201 8,69 35,44 9 Long Iram 1.462,01 7.705 1,48 5,27 10 Long Hubung 530,90 8.294 3,57 15,62 11 Long Bagun 4.175,25 8.812 0,48 2,11 12 Long Pahangai 3.420,40 4.772 0,38 1,40 13 Long Apari 5.490,70 4.405 0,22 0,80 14 Bentian Besar 886,60 3.247 0,90 3,66 15 Linggang Bigung 699,30 14.109 5,65 20,18 16 Siluq Ngurai 2.015,58 5.146 0,68 2,55 17 Nyuatan 1.740,70 6.363 1,26 3,66 18 Sekolaq Darat 165,46 5.996 10,99 36,24 19 Manor Bulatn 867,70 8.432 2,75 9,72 20 Tering 1.804,16 9.857 1,45 5,46 21 Laham 1.697,75 2.420 0,33 1,43 Jumlah 31.628,70 164.914 1,40 5,21 Sumber: Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2007 Secara spesifik wilayah berbukit dan bergunung dijumpai di bagian hulu Sungai Mahakam, terutama di Kecamatan Long Bagun, Long Pahangai, dan Long Apari. Kondisi wilayah dengan topografi tersebut berpotensi menimbulkan bahaya alami berupa gerakan tanah baik dalam volume besar (longsor) ataupun volume kecil (tanah retak). Besar kecilnya volume gerakan tanah tersebut dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jenis tanah, serta besar kemiringan lereng. Berdasarkan peta bahaya lingkungan yang 34
  • 26. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL tahun 1999, sebagian besar Kabupaten Kutai Barat potensial terjadi bahaya longsor karena mempunyai jenis tanah dengan tekstur berlempung, curah hujan yang tinggi, dan kemiringan lereng yang besar. Kondisi morfologi yang khas dari Kabupaten Kutai Barat secara tidak langsung akan menghambat perkembangan kegiatan perkotaan. Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor penghambat alami berupa kemiringan lereng yang menyebabkan luasan lahan untuk menampung kegiatan perkotaan menjadi berkurang. Untuk memecahkan keterisolasian wilayah yang disebabkan arena kondisi morfologi wilayah maka pemerintah Kabupaten Kutai Barat membagi Kabupaten Kutai Barat menjadi 3 wilayah pembangunan yaitu Wilayah Pembangunan Hulu Riam, Wilayah Pembangunan Dataran Tinggi, dan Wilayah Pembangunan Dataran Rendah. Selain menimbulkan masalah, kondisi yang dimiliki oleh Kutai Barat juga membawa manfaat, yaitu Kutai Barat memiliki banyak obyek wisata baik yang telah berkembang maupun yang berpotensi untuk dikembangkan. Adapun obyek yang sudah berkembang dan telah memiliki sarana prasarana antar lain adalah wisata danau jempang yang menawarkan keindahan alam serta wisata budaya adat Datah Bilang (Long Hubung), yang menawarkan berbagai upacara adat dan arsitektur rumah adat dayak. Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2007 mencapai 167.706 jiwa. Di mana Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Barong Tongkok yaitu sebesar19.960 jiwa atau sekitar 11,90 persen dari total populasi penduduk Kutai Barat. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Laham yaitu sebesar 2.420 jiwa (1,44 %). Dibandingkan dengan data penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2006 yang tercatat sebesar 164.914 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kutai Barat per tahun adalah sebesar 1.69 persen. Pembangunan Sumber Daya manusia Kutai Barat yang diukur dengan indikator Index Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2002 menunjukkan angka 67.8 yang lebih rendah dari rata-rata IPM Propinsi Kalimantan Timur yang mencapai 69.9. Hal yang sama terjadi pada indeks melek huruf yang menunjukkan angka paling rendah dibanding Kutai Kartanegara, Kutai Barat maupun rata-rata Propinsi Kalimantan Timur. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, masih merupakan masalah penting yang harus dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat. 35
  • 27. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui kontribusi sektor-sektor produksi yang membentuk nilai PDRBnya. Sepanjang tahun 2007, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor unggulan di Kabupaten Kutai Barat dikarenakan kontribusinya yang cukup besar. Ditahun 2007 Sektor Pertambangan dan Penggalian menyumbang 47,52 persen bagi nilai PDRB Kabupaten Kutai Barat. Sektor kedua yang dapat diandalkan adalah sektor Bangunan/konstruksi dengan kontribusi sebesar 19,13 persen. Sektor yang dapat diandalkan berikutnya adalah Sektor Pertanian dengan andil sebesar 18,48 persen. Namun jika dilihat lagi, dua dari tiga sektor yang diandalkan di Kabupaten Kutai Barat adalah sektor primer yang masih sangat tergantung dengan sumber daya alam yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat harus dapat mengembangkan sektor-sektor yang lain agar perekonomian di wilayahnya tidak bergantung pada kondisi alam yang ada. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Pertambangan dan Penggalian Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 Bangunan/Kost 18.48% 6.00% Pertanian 19.13% 3.27% Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.03% Jasa-Jasa 1.85% Persewaan dan Jasa 1.53% Perusahaan Industri Pengolahan 0.18% Pengangkutan dan 3.57% Telekomunikasi Listrik, Gas dan Air Minum 47.52% Other Gambar 3.1. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita merupakan ukuran rata-rata nilai tambah bruto yang diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktifitas ekonomi sedangkan Pendapatan per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi. Pada tahun 2007 PDRB per kapita Kabupaten Kutai Barat mencapai 23,42 juta rupiah dan besarnya pendapatan regional per kapita Kabupaten Kutai Barat adalah 8,10 juta. 36
  • 28. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan A.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat Pada dasarnya penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat sama dengan daerah lainnya, dimana perencanaan diawali dengan penyerapan aspirasi kebutuhan masyarakat melalui Musrenbang Desa. Di Kabupaten Kutai Barat, desa lebih dikenal dengan istilah kampung, yang terbagi ke dalam 21 kecamatan dengan jumlah 223 kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung mundur dari jadwal kegiatan pokok perencanaan program dan penganggaran daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2010 yang sudah dibuat. Jika di jadwal Musrenbang Kampung seharusnya dilaksanakan pada bulan Januari 2009, namun pada pelaksanaannya bergeser menjadi Minggu I dan II Maret 2009. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan masing-masing kampung adalah Ketua RT, tokoh masyarakat, kepala adat, BPK serta aparat kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung ini dimoderasi oleh pihak kecamatan, dimana sebelumnya pihak kecamatan sudah mendapat pelatihan dari Bappeda Kutai Barat mengenai perencanaan partisipatif. Contoh daftar usulan perencanaan yang diajukan oleh salah satu kampung yang akan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.2. Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan Non Fisik Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009 No Usulan Proyek Fisik Skala Prioritas Lokasi Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pembuatan Parit Sepanjang Sangat Mendesak Jln Umum Dibangun Baru Jalan Gajah Mada Sampai RT IV Jalan Ahmad Yani 2. Kantor Kepala Kampung Jangka Menengah - Dibangun Baru Yang Baru 3. Pengusulan Mobil Pemadam Sangat Mendesak Wilayah RT Baru Kebakaran V 4. a. Parit sepanjang 1 Km Sangat Mendesak RT III Dibangun Baru b. Koperasi Simpan Pinjam Sangat Mendesak RT III Dibangun Baru c. Pendidikan Sangat Mendesak RT III Dibangun Baru 5. a. Pengadaan bak sampah Sangat Mendesak RT XV Dibangun Baru b. Tiga ruas jalan parit Sangat Mendesak RT XV Dibangun Baru c. Semenisasi tiga (3) ruas Sangat Mendesak RT XV Dibangun Baru jalan 6. a. Proyek air bersih Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru b. Parit jalan poros Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru c. Gorong/Jembatan Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru d. Pengaspalan jalan Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru Barong Tongkok-Asa e. Pembangunan jalan Lay - Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru Busur 37
  • 29. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan f. Peningkatan badan jalan Sangat Mendesak RT VI Dibangun Baru Yos Sudarso 7. Pendirian gedung posyandu Sangat Mendesak RT X Dibangun Baru 8. a. Semenisasi gang Sangat Mendesak RT IV Dibangun Baru Melati/Kodim b. Semenisasi gang Sangat Mendesak RT IV Dibangun Baru Kapolres Sangat Mendesak RT IV Dibangun Baru c. Rehab parit simpang tiga belintut 9. Mengususlkan pembukaan Sangat Mendesak RT IX Dibangun Baru badan jalan lingkungan Sumber: Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009 Daftar usulan yang sudah dibuat dan telah disepakati dalam Musrenbang Kampung, kemudian dibawa ke Musrenbang Kecamatan untuk dibahas kembali. Musrenbang Kecamatan ini sendiri dilaksanakan pada Minggu ke III bulan Maret 2009, dimana Musrenbang Kecamatan ini difasilitasi oleh Bappeda Kabupaten Kutai Barat dengan mengerahkan 60 stafnya yang disebar pada 21 kecamatan. Karena besarnya rata-rata anggaran perencanaan yang diajukan oleh kampung, maka melalui Musrenbang Kecamatan ini dilakukan pemilihan program berdasarkan skala prioritas. Adapun hasil dari Musrenbang baik kampung maupun tingkat kecamatan sudah terdokumentasi dengan baik, seperti sudah adanya berita acara disetiap Musrenbang. Sesuai dengan visi yang dimiliki Kabupaten Kutai Barat, yaitu tercapainya Masyarakat Kutai Barat yang sejahtera, cerdas, sehat dan produktif berbasiskan ekonomi kerakyatan. Maka visi pembangunan jangka menengah ini lebih ditekankan pada upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kutai Barat ke tingkat kehidupan yang lebih sejahtera dan lebih maju dibandingkan kondisi saat ini. Dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan itu, Pemerintah Kutai Barat menegakkan tiga pilar pembangunan yaitu: pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan yang berbasis kampung, dimana pengembangan ekonomi kerakyatan disini berfungsi sebagai “motor penggerak” atau sebagai Leading Sector. Kandungan makna dari visi tersebut merupakan aktualisasi dan implementasi dari kondisi psikologis dan karakter masyarakat yang religius, mempunyai nilai tradisional dan kearifan lokal yang peduli terhadap kelestarian lingkungan dengan semangat kegotongroyongan yang tinggi untuk dapat mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai visi diatas, maka Kabupaten Kutai Barat melakukan tujuh misi sebagai berikut: 38
  • 30. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 1. Meningkatkan mutu SDM: pendidikan, kesehatan, agama, kepastian hukum, pemuda, olah raga dan pemberdayaan peran perempuan; 2. Mewujudkan sistem pemerintahan yang efektif, efisien, responsif dan bertanggung jawab; 3. Memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja bagi masyarakat lokal dengan cara menciptakan iklim ekonomi yang kondusif dan pola kemitraan dalam mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasiskan kampung; 4. Mewujudkan infrastruktur untuk mengatasi keterisolasian wilayah fisik dan komunikasi; 5. Memfasilitasi pendirian dan operasional lembaga penelitian yang hasilnya digunakan untuk kepentingan pemerintah, pendidikan, ekonomi dan masyarakat; 6. Mengembangkan hubungan antar-etnik yang harmonis dan kehidupan masyarakat yang damai dan kondusif; 7. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berbasiskan kelestarian lingkungan untuk kepentingan ekonomi, pendidikan dan pariwisata. Visi dan misi diatas menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten (RPJMD) Kutai Barat, yang menjadi dasar bagi daerah untuk membuat Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang berisi tentang kondisi umum dan permasalahan daerah, visi, misi dan prioritas pembangunan daerah; kerangka ekonomi makro dasar serta arah kebijakan dan program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan selama setahun ke depan. Dalam PP Nomor 8 Tahun 2008 pada pasal 18 disebutkan bahwa Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh daerah lainnya, rancangan RKPD ini biasanya dibahas dalam suatu forum yang bernama forum SKPD, di Kabupaten Kutai Barat sendiri forum ini baru berjalan di tahun 2009. Sebelum tahun 2009, masing-masing SKPD membuat rencana kerja berdasarkan Restra SKPD, kemudian masing- masing rencana kerja SKPD tersebut diserahkan kepada Bapeda untuk kemudian dipilah berdasarkan skala prioritas, sehingga sering terjadi ketidakterpaduan rencana kerja antar SKPD. Belum terlaksanannya forum SKPD ini salah satunya dikarenakan belum adanya Peraturan Bupati Kutai Barat yang mengatur tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah. Melihat hal tersebut, maka pada tahun 2009 Bappeda mencoba untuk mengadakan forum SKPD yang bertujuan untuk memadukan rancangan 39
  • 31. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan kerja antar SKPD dan rancangan pembangunan kecamatan. Namun upaya ini belum berjalan maksimal. Saat dilakukan wawancara kebeberapa SKPD, mereka menilai bahwa pelaksanaan forum SKPD ini belum efektif, karena SKPD belum terlalu dilibatkan dalam penentuan program/kegiatan atau dengan kata lain peran Bappeda masih dominan dalam menentukan program/kegiatan yang masuk dalam skala prioritas. Ironisnya lagi masih ada salah satu SKPD yang belum tahu bahwa forum tersebut pada tahun ini (2009) sudah berjalan. Mungkin karena baru sekali melaksanakan, maka koordinasi yang dilakukan oleh Bappeda Kutai Barat belum maksimal. Tabel 3.3. Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan Penganggaran Daerah Kab. Kutai Barat, Tahun Anggaran 2010 No Kegiatan Dokumen yang Dihasilkan Penanggung Waktu Pelaksanaan Jawab Pelaksana (1) (2) (3) (4) (5) (6) I PENYELENGGARAAN MUSRENBANG TAHUN 2009 UNTUK PENYUSUNAN RKPD TAHUN 2010 1 Musrenbang Kampung Tahun Dokumen Rencana Kerja Kampung Januari Minggu I Aparat Perangkat 2009 yang terdiri dari prioritas kegiatan dan II Kampung Kampung dan pembangunan skala kampung Maret Kecamatan 2 Musrenbang Kecamatan Daftar prioritas kegiatan Februari Minggu III Camat Kecamatan Tahun 2009 pembangunan di wilayah kecamatan Maret difasilitasi yang akan dibahas pada forum SKPD oleh Bappeda 3 Forum Satuan Kerja Perangkat 1. Rancangan Renja SKPD Februari Minggu IV Kepala Daerah (Renja-SKPD) Tahun 2. Prioritas kegiatan yang sudah Maret Bappeda 2009 dipilah menurut sumber pendanaan 4 Penyusunan Rencana Kerja Renja SKPD Tahun 2009 Maret Minggu IV Kepala Satuan Kerja Perangkat Bappeda Daerah (Renja-SKPD) Tahun Kepala-Kepala 2009 Bidang, 5 Musrenbang 1. Penetapan arah kebijakan, Maret Minggu IV Kepala Sekretaris, Kabupaten/Penjaringan prioritas pembangunan dan Bappeda Kepala Sub aspirasi masyarakat Tahun plafon/pagu dana, baik Bidang dan 2009 berdasarkan fungsi/SKPD Kepala Sub 2. Daftar prioritas kegiatan yang Bagian sudah dipilah berdasarkan Bappeda sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten; APBD Pripinsi; APBN dan sumber pendanaan lainnya 3. Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten, Propinsi dan/atau Pusat II PASCAMUSRENBANG TAHUN 2009 Penyusunan Rencana Kerja RKPD Tahun 2010 Mei Minggu I- Kepala Kepala-Kepala Pemerintah Daerah (RKPD) IV Bappeda Bidang, Tahun 2010 Sekretaris, - Penyusunan Rancangan Kepala Sub Awal RKPD Tahun 2010 Bidang dan - Pemaduserasian Kepala Sub Rancangan RKPD Tahun Bagian 2010 Bappeda - Penyusunan Draft Final RKPD Tahun 2010 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat 40
  • 32. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Berdasarkan jadwal kegiatan perencanaan program dan penganggaran daerah Kabupaten Kutai Barat diatas maka dapat dilihat bahwa setelah dilakukan forum SKPD, proses perencanaan dilanjutkan dengan Musrenbang Kabupaten, dimana dalam Musrenbang ini Bappeda sebagai tim pelaksana mencoba kembali untuk menyatukan antara usulan SKPD dan usulan kecamatan. Hasil dari Musrenbang Kabupaten adalah (1) Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu dana, baik berdasarkan fungsi/SKPD, (2) Daftar prioritas kegiatan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten; APBD Pripinsi; APBN dan sumber pendanaan lainnya dan, (3) Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten, Propinsi dan/atau Pusat Dalam Musrenbang Kabupaten, keikutsertaan Dewan mulai terlibat, dimana biasanya dewan mengajukan usulan-usulan tambahan walaupun tidak begitu banyak. Sedangkan penyusunan draft final RKPD sendiri dilakukan pasca Musrenbang Kabupaten, tepatnya di minggu keempat bulan mei. Hal ini agak berbeda dengan daerah lainnya, dimana draft final RKPD sudah bisa dihasilkan pada saat Musrenbang Kabupaten. Adapun yang melaksanakan finalisasi draft RKPD Kabupaten Kutai Barat adalah Kepala-Kepala Bidang, Sekretaris, Kepala Sub Bidang dan Kepala Sub Bagian Bappeda Mengenai pos anggaran, Bapeda membuat prediksi anggaran dengan melihat trend APBD yang didapat Kabupaten Kutai Barat pada tahun-tahun sebelumnya. Estimasi anggaran tersebut didasarkan pada perkembangan pendanaan APBD selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2005 – 2007 yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Sisa Perhitungan Anggaran. Perkembangan anggaran dari tahun 2005 – 2007 menunjukan peningkatan rata-rata 12,92 %. Peningkatan terjadi pada Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu meningkat rata-rata 35,34 % meliputi pajak daerah dan bagian laba BUMD pendapatan lain-lain dan peningkatan juga terjadi pada Pos Dana Perimbangan selama periode tahun 2005 – 2007 sebesar 10,21 %. Proses penyusunan dokumen RKPD Tahun 2009 mengacu pada RKP dan alokasi pagu indikatif sesuai Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 0259/M.PPN/I/2005 dan 050/166/SJ tanggal 20 Januari 2005 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2005. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat Tahun 2009 disusun dengan sistematika sebagai berikut : 41
  • 33. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Bab I. Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan serta Proses dan Sistematika dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2009. Bab II. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Bab ini menguraikan tentang Kondisi Ekonomi, Perkembangan PDRB Sektoral, Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita serta Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi. Bab III. Prioritas Pembangunan Bab ini memuat Prioritas Program berdasarkan Isu-Isu Strategis. Bab IV. Rencana Kerja dan Pendanaan Bab ini menguraikan rencana kerja dan prioritas pembangunan yang dijabarkan pada masing-masing bidang pembangunan yang selanjutnya dijabarkan lagi dalam bentuk program, kegiatan, pagu indikatif serta instansi penanggung jawab (Matrik RKPD) dan estimasi pendanaan pembangunan APBD tahun 2009. Bab V. Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan, Program Pembangunan Bab ini menguraikan Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan, Program Pembangunan yang meliputi Bidang Sumberdaya Manusia, Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Bidang Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian dalam arti luas, Bidang Umum Pemerintahan dan Bidang Penunjang lainnya yang menitik beratkan pada peran APBD Kabupaten Kutai Barat Tahun Anggaran 2009. Bab VI. Penutup Bab ini mengemukakan harapan-harapan atas keberadaan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2009. Agar dapat dijadikan acuan oleh Dinas/Badan/Lembaga/kantor/ Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan berbagai rencana kegiatan pada tahun tersebut. Dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah, Kabupaten Kutai Barat melakukan penentuan prioritas yang merupakan suatu upaya untuk mendahulukan dan atau mengutamakan sesuatu yang dianggap lebih penting untuk dilakukan dibanding yang lain. Hal-hal yang 42
  • 34. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan perlu dipahami dan diperhatikan dalam menentukan kriteria prioritas, yaitu: · Adanya pemahaman terhadap situasi dan kondisi yang melandasi perlunya ditetapkan prioritas tersebut; · Kemampuan dalam merancang berbagai alternatif yang dapat dilakukan pada tahun anggaran yang bersangkutan; · Pengidentifikasian berbagai konsekuensi dari implikasi dari setiap alternatif yang akan dipilih; · Pembuatan keputusan tindakan terbaik untuk dilaksanakan pada tahun anggaran yang bersangkutan; Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat tahun 2009 sebagai dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten untuk jangka waktu 1 tahun kedepan disusun dengan maksud untuk memperhatikan dan menyelaraskan berbagai aspirasi dari seluruh potensi pembangunan di Kabupaten Kutai Barat agar terjadi kesinambungan dalam perencanaan program, kegiatan dan anggaran serta pelaksanaannya menjadi sinergis, koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. A.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Kutai Barat Berbagai permasalahan yang bersifat struktural sudah berlangsung dalam jangka lama, jauh sebelum terbentuknya Kabupaten Kutai Barat. Dengan demikian maka permasalahan tersebut memerlukan perhatian dan penanganan yang serius serta senantiasa mengupayakan perbaikan ke arah yang lebih baik secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan, yang berorientasi ke pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kutai Barat. Isu-isu strategis dan permasalahan mendasar yang masih dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat yang selanjutnya merupakan perhatian utama dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2009 adalah: · Kualitas SDM yang relatif masih rendah sebagai dampak dari rendahnya derajat kesehatan dan pendidikan di Kutai Barat. · Terbatasnya pelayanan infrastruktur dan telekomunikasi seiring dengan terbatasnya infrastruktur jalan, jembatan, sarana dan prasarana perhubungan darat, sungai dan udara. · Terbatasnya Sarana dan Prasarana Dasar Sosial lainnya. · Terbatasnya Produk Unggulan Daerah yang Kompetitif. · Pembangunan Daerah Perbatasan dan Terpencil. · Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja. 43
  • 35. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan · Masalah Kemiskinan. · Penurunan Kualitas Lingkungan. Penetapan Prioritas Pembangunan Tahun Anggaran 2009, harus berdasarkan pada kondisi riil dan kebutuhannya yang nyata, isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat, dan kecenderungan ke depan dengan mempertimbangkan kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan tantangan (Threats) untuk mencapai target kinerja atau tingkat pelayanan yang akan dicapai pada tahun 2009. Prioritas utama pembangunan jangka menengah Kabupaten Kutai Barat adalah: 1. Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan. 2. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan. 3. Pembangunan Infrastruktur. 4. Pembangunan Adat Budaya Lokal. 5. Pembangunan Pelestarian Lingkungan Hidup. Mengacu dan memperhatikan prioritas utama pembangunan jangka menengah, serta mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas, dan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya, juga dengan memperhatikan berbagai masalah dan tantangan yang ada dan masih akan dihadapi pada pelaksanaan pembangunan mendatang, maka prioritas pembangunan tahun anggaran 2009 sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dengan titik berat pada peningkatan kualitas lembaga pendidikan, kesehatan dan pelayanan keagamaan. 2. Pengembangan dan Pemberdayaan Kelembagaan Pengelolaan SDM, Ekonomi Kerakyatan dan Infrastruktur. 3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung. 4. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dalam rangka membuka dan meningkatkan akses daerah dari keterisolasian wilayah, pada kecamatan dan kampung, daerah perbatasan/pedalaman dan daerah terpencil serta daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. 5. Penanganan dan upaya-upaya lanjutan terhadap penanggulangan kemiskinan. 6. Pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pembangunan pertanian dan usaha bersama kampung (UBK). 44
  • 36. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 7. Usaha-Usaha Produktif dan UKM (kerajinan, industri rumah tangga) sehingga mampu menghasilkan produk unggulan daerah yang kompetitif. 8. Perwujudan penyelenggaraan kepemerintahan daerah yang baik (Good Governance). 9. Peningkatan dan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama Sumber Daya Alam Tanah, Air (sungai, danau, dan mata air) cagar alam hutan dan lingkungan tambang. 10. Pengembangan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. 11. Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata. 12. Pengembangan hubungan antar etnik dan pemberdayaan adat budaya lokal. A.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat Keberhasilan perencanaan pembangunan sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakat dimana keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai perencanaan secara optimal Perencanaan pembangunan hanya akan menciptakan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakat karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat secara proporsional cukup baik, hal ini terlihat dari partipasi masyarakat dalam Musrenbang kampung, masyarakat antusias dalam menyampaikan kebutuhan yang akan dimasukkan dalam perencanaan kampung. Selain itu partisipasi masyarakat ini juga terlihat dari daftar hadir Musrenbang Kecamatan tahun 2009, salah satunya yaitu Kecamatan Barong Tongkok. Dari 21 kampung yang ada hanya 2 kampung yang tidak hadir. Dari masing-masing kampung ini diwakili oleh petinggi kampung, BPK serta kepala adat. Walaupun partisipasi masyarakat Kabupaten Kutai Barat dinilai sudah cukup baik, namun pemerintah tetap harus memberi perhatian terhadap keterlibatan masyarakat dengan cara memberikan informasi maupun data yang akurat kepada masyarakat, mengenai arah kebijakan dan prioritas pembangunan Kabupaten Kutai Barat. Selain itu masyarakat juga perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi serta merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, sehingga dalam proses Musrenbang kampung masyarakat dapat secara konseptual menyusun usulan program dan kegiatan. 45
  • 37. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan A.5. Kendala-Kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat Jika dilihat dari pelaksanaannya maka proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kutai Barat dirasakan masih belum efektif. Hal ini dikarenakan beberapa hal, antara lain belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang tata cara perencanaan pembangunan tahunan daerah. Padahal dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, pada pasal 27 ayat (2) sangat jelas disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah ini harusnya dimiliki oleh Kabupaten Kutai Barat agar daerah memiki perencanaan yang terpadu, dimana mekanisme, prosedur dan tahapan perencanaan serta pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Tidak adanya payung hukum di Kutai Barat juga menyebabkan belum maksimalnya pelaksanaan Forum SKPD, padahal forum ini sudah ditetapkan dalam PP nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, namun baru dilaksanakan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat di tahun 2009, itu pun belum semua SKPD yang terlibat dalam forum tersebut. Selain itu, beberapa SKPD merasa masih adanya pengaruh politik dalam proses perencanaan daerah, dimana perencanaan yang sudah dibuat oleh masing-masing SKPD dan diserahkan kepada Bapeda, ada beberapa yang mengalami distorsi, padahal kegiatan tersebut tidak masuk dalam usulan SKPD. Akibatnya banyak program dan kegiatan pembangunan yang diusulkan oleh SKPD yang dibuat berdasarkan tinjauan akademik serta kebutuhan dimasyarakat pada akhirnya tidak dimasukkan kedalam perencanaan daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada pesan sponsor terhadap perencanaan yang telah dibuat. Kabupaten Kutai Barat merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam, ini berimplikasi terhadap banyaknya pihak swasta yang berinvestasi di daerah, misalnya seperti perusahaan batu bara dan kayu. Perusahaan ini biasanya memiliki dana community development, yang peruntukkannya adalah bagi pengembangan daerah sekitarnya. Keberadaan dana community development ini sedianya sangat diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Barat sebagai penunjang tambahan bagi pembangunan di daerah, baik fisik maupun non fisik. Namun pada pelaksanaannya banyak perusahaan yang tidak mau menyampaikan peruntukan dana community development yang mereka miliki, bahkan setiap 46
  • 38. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan dilakukan perencanaan pembangunan, banyak dari mereka yang tidak hadir walaupun sudah berkali-kali diundang. Pengikut sertaan swasta dalam proses perencanaan ini sangat diharapkan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan pihak swasta. Selain itu jika pihak swasta mau duduk bersama pemerintah daerah dalam proses perencanaan, maka pemerintah dapat menginformasikan kepada pihak swasta apa saja yang dapat mereka sumbang dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. B. Kabupaten Berau B.1. Gambaran Umum Kabupaten Berau Kabupaten Berau berada di bagian utara Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 34.127 Km2 yang meliputi luas daratan dan lautan . Letak daerah ini berada tidak jauh dari Garis Khatulistiwa dengan posisi berada antara 116° sampai dengan 119° Bujur Timur dan 1° sampai dengan 2°33' Lintang Utara. Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di Kabupaten Berau. Hutan bakau, hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di sepanjang pesisir dan muara sungai Berau. Hutan dipterokarpa dataran rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas dan hutan kapur dataran rendah. Di atas ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut) hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada puncak tertinggi gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu diliputi awan. Pada tahun 2002 Kabupaten Berau terdiri atas 9 kecamatan dengan jumlah Desa sebanyak 91 Desa dan 7 kelurahan. Sedangkan pada tahun 2004 terjadi penambahan 2 kecamatan baru yang merupakan pemekaran dari kecamatan lama, yaitu Kecamatan Maratua dan Kecamatan Tubaan. Pada tahun 2005 terjadi lagi pemekaran 2 kecamatan yaitu Kecamatan Biatan dan Kecamatan Batu Putih. Sampai dengan tahun 2007 jumlah kecamatan di Kabupaten Berau sebanyak 13 kecamatan. 47
  • 39. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Tabel 3.4. Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Berau 2 No Nama Kecamatan Luas Wilayah (km ) (1) (2) (3) 1. Kelay 6.134,60 2. Talisayan 1.798,00 3. Tabalar 2.373,45 4. Biduk-Biduk 3.002,99 5. Pulau Derawan 3.858,96 6. Maratua 4.118,80 7. Sambaliung 2.403,86 8. Tanjung Redeb 23,76 9. Gunung Tabur 1.987,02 10. Segah 5.166,40 11. Teluk Bayur 175,70 12. Batu Putih 1.651,42 13. Biatan 1.432,04 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi luas wilayah kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tanjung Redeb sebesar ,07 % dari total luas kabupaten. Sedangkan kecamatan dengan persentase luas terbesar adalah Kecamatan Kelay sebesar 17,98 %. Hampir semua kecamatan tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat, sedangkan satu kecamatan yaitu Kecamatan Maratua hanya bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi air karena letaknya terpisah dengan pulau utama. Kecamatan dengan jarak terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Biduk- Biduk. Sedangkan kecamatan dengan jarak terdekat dengan ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Tanjung Redeb yang sekaligus sebagai ibu kota kabupaten. Penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebanyak 157.453 jiwa dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 160.399 jiwa. Pada Tahun 2007 jumlahnya menjadi 164.501 jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Berau maka dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2007 adalah sebesar 2,56 % dimana mengalami peningkatan dari 1,87 % pada tahun 2006. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan total yang meliputi pertumbuhan alami karena kelahiran dan kematian serta migrasi netto yang diperoleh dari pengurangan migrasi keluar dengan migrasi masuk ke Kabupaten Berau selama kurun waktu satu tahun. 48
  • 40. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan Tabel 3.5. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Berau Tahun 1997-2007 Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (1) (2) (3) 1997 104.607 4,88 1998 107.188 2,47 1999 109.366 2,03 2000 118.096 7,98 2001 125.571 6,33 2002 131.059 4,37 2003 136.628 4,66 2004 146.451 6,85 2005 157.453 7,51 2006 160.399 1,87 2007 164.501 2,56 Sumber: Berau Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan hasil penghitungan PDRB atas dasar nilai konstan perekonomian Kabupaten Berau sangat didominasi oleh sektor-sekor ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), terutama dari sector pertambangan dan penggalian. Dari total PDRB Kabupaten Berau, sekitar 40 persennya berasal dari sector pertambangan dan penggalian. Diikuti oleh sector pertanian sebesar 21,95 persen, industri pengolahan 13,73 persen; perdagangan, hotel dan restoran 12,59 persen; angkutan dan komunikasi 6,93 persen; jasa-jasa 3,08 persen; bangunan 1,03 persen; keuangan, persewaan dan jasa 0,58 persen; serta sector listrik, gas dan air minum dengan kontribusi terkecil yaitu 0,12 persen. PDRB Kabupaten Berau dihitung atas dasar harga berlaku adalah sebagaimana table berikut ini: Tabel 3.6. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB) Tahun 2004-2007 Lapangan Tahun No Usaha 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pertanian 705.730,77 755.099,63 792.838,06 831.888,03 2 Pertambangan dan 755.153,75 1.369.120,17 1.496.464,26 1.638.768,92 Penggalian 3 Industri 481.179,42 517.567,29 584.757,32 642.697,61 Pengolahan 4 Listrik dan Air 5.564,63 6.186,11 7.156,99 8.675,56 Bersih 49
  • 41. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 5 Bangunan 37.888,95 41.776,93 43.415,15 52.515,99 6 Perdagangan, 448.064,95 474.935,58 503.993,07 562.863,57 Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan & 289.008,20 309.916,23 339,467,75 378.996,64 Komunikasi 8 Keuangan dan Jasa 22.179,00 23.796,68 25.878,10 28.596,48 Perusahaan 9 Jasa-Jasa 146.918,82 159.039,26 176.440,98 198.154,92 Jumlah PDRB 3.385.579,63 3.657.437,88 3.970.411,68 4.343.157,72 Sumber: BPS Kabupaten Berau 2007 Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Berau tahun 2007 dihitung berdasarkan harga konstan tahun dasar 2000 tumbuh sebesar 5,95% persen terjadi kenaikan dibanding pertumbuhan ekonomi ditahun 2006 sebesar 5,08 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 masih dibawah target sebesar 6,2% (target menurut KUA 2007). Belum tercapainya target disebabkan karena industri pengolahan terutama PT Kiani Kertas belum beroperasi secara optimal, adanya penurunan PDRB di sektor jasa-jasa, dan penurunan PDRB di sector pertanian sub sektor kehutanan. B.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Berau Dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, diperlukan adanya perencanaan pembangunan daerah yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan propinsi dan nasional yang dilaksanakan dalam koridor perencanaan pembangunan partisipatif. Dengan melihat pertimbangan tersebut maka Kabupaten Tanjung Redeb telah menghasilkan Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah yang merupakan turunan dari Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008 menguraikan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pembangunan tahunan daerah yang terdiri dari : 1. Tata cara musyawarah perencanaan pembangunan tahunan ; 2. Tata cara pelaksanaan forum SKPD 3. Tata cara penyusunan renja SKPD ; 4. Tata cara evaluasi kinerja ; 5. Tata cara penyusunan RKPD ; 6. Tata cara penyusunan Kebijakan Umum APBD ; 7. Tata cara penyusunan Rancangan APBD ; 8. Tata cara penyusunan Perubahan APBD Tahun Berjalan ; 50
  • 42. Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan 9. Jadwal dan bagan alur perencanaan pembangunan tahunan 10. Formulir kelengkapan perencanaan pembangunan tahunan daerah. Kabupaten Berau mencoba membuat perencanaan dengan pola bottom up, dimana Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan merupakan cara pemerintah Kabupaten untuk menyerap aspirasi masyarakat dari bawah (bottom). Melalui Musrenbang Desa, masing-masing desa membuat program kegiatan yang berdasarkan urutan prioritas dengan melihat kriterianya yaitu: a. Kegiatan yang berkaitan dengan RPJM b. Kegiatan darurat / kegiatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat, walaupun diluar visi misi Bupati Minggu pertama Januari tahun 2008 BAPEDA mulai mengedarkan surat ke desa-desa yang ada di Kabupaten Berau sebagai himbauan untuk membuat perencanaan yang akan dibahas dalam Musrenbang Desa, sedangkan pelaksana Musrenbang Desanya sendiri dimulai minggu kedua sampai dengan minggu keempat Januari 2008. Hasil dari Musrenbang Desa dibawa ke Musrenbang Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari. Dalam Musrenbang Kecamatan dibahas dan disepakati hasil-hasil Musrenbang Desa serta ditetapkannya prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa. Selain itu dalam Musrenbang Kecamatan juga dilakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi SKPD kabupaten. Musrenbang Kecamatan ini dikawal oleh Bapeda sebagai narasumber, SKPD dan anggota anggota DPRD sesuai daerah pemilihan kecamatan masing-masing. Karena adanya perubahan organisasi dan struktur berdasarkan PP No. 41 Tahun 2004, maka Kabupaten Berau mencoba menyikapi perubahan tersebut dengan melakukan Pra Forum SKPD setelah Musrenbang Kecamatan dan sebelum Forum SKPD. Pra Forum ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya over lapping perencanaan program kegiatan yang dibuat oleh masing-masing SKPD, selain itu pra forum SKPD ini dibuat sebagai upaya untuk memadu serasikan antara usulan kecamatan dan rencana kerja tahunan daripada SKPD, serta mencari suatu kesepakatan bersama berkaitan prioritas pembangunan tahun 2010. Jika ada adu argumentasi mengenai prioritas program kegiatan antara SKPD, maka Bapeda mencoba menjembatani perbedaan tersebut dengan tetap berpegangan pada RPJP, RPJM, serta isu-isu faktual. Dalam Pra Forum SKPD penyusunan perencanaan dibagi menjadi 3 kategori kelompok pembahasan yaitu: bidang ekonomi, bidang sosial dan 51