Dokumen tersebut memberikan pedoman tentang adab dalam bepergian, bertamu, dan menerima tamu. Adab-adab tersebut meliputi persiapan sebelum berangkat, cara bertamu dan berlaku sopan, serta tanggung jawab tuan rumah dalam menjamu tamu dengan baik."
3. Adab DALAM BEPERGIAN, BERTAMU DAN MENERIMA TAMU
ADAB ketika Bersafar/Bepergian Jauh
• Bepergian artinya pergi keluar rumah baik untuk
tujuan jarak jauh maupun jarak dekat.
• Contoh adab bepergian :
3. Disunahkan untuk berdo`a pada waktu berangkat
dan berpamitan. Allah berfirman dalam Q.S Az-
Zukharuf ayat 13-14, yang artinya : “Maha suci
tuhan yang telah
memudahkan kendaraan ini bagi
kami padahal kami
sebelumnya
tidak mampu menguasainya dan
sesungguhnya kami akan
kembali ke Tuhan kami.
4. 2. Jika hendak bepergian jauh, disunahkan untuk
sholat 2 rakaat.
3. Mempersiapkan bekal sebelum berangkat dan
menggunakan kendaraan yang layak pakai.
4. Utamakan berpegian pada hari kamis, dan
berangkat pada pagi hari seperti di sebutkan
dalam hadits Rasulullah saw. berikut ini yang
artinya : “sesungguhnya Rasulullah saw. Pernah
berdoa : “ ya Allah berkatilah umatku pada
waktu pagi hari” dan apabila beliau mengirim
pasukan, maka berangkatkan pada pagi hari.”
5. 5. Apabila bepergian bersama rombongan hendaknya
mengangkat salah satu untuk menjadi pemimpin
rombongan. Sesuai dengan hadits Rasulullah saw
yang artinya : “apabila ada tiga orang yang bepergian
hendaknya mereka memilih seorang pemimpin di
antara mereka.”
6. Selama bepergian dianjurkan tolong menolong dan
dilarang berbuat kerusakan.
7. Segera pulang apabila keperluan telah selesai dan
lebih baik pulang pada siang hari.
8. Berdo`a ketika tiba dari perjalanan dan sholat sunah
2 rakaat di mesjid.
6. • Meperaktikkan adab bepergian dalam
kehidupan sehari-hari:
2.Tanamkan iman yang kuat, agar tidak mudah
tergoda untuk bujuk rayu setan diperjalanan.
3.Berkeyakinan bahwa bepergian dengan niat
yang baik akan mendapat pahala.
4.Tidak melenceng dari niat baik semula agar
perjalanan lancar dan selamat.
5.Tidak bepergian tanpa arah dan tujuan yang
jelas.
6.Memberi tahu lebih dahulu kepada keluarga
sebelum bepergian.
7. Adab Bertamu
1. Jangan bertamu pada tiga waktu aurat. Yaitu sehabis
zuhur, sesudah isya, sebelum subuh, dalam Q.S. An-Nur
24 : 58 yang artinya “wahai sekalian orang yang beriman
hendak nya meminta izin hamba yang dimiliki tangan
kananmu dan anak-anak yang belum dewasa,sebanyak
tiga kali, yaitu sebelum sholat subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaianmu sesudah zuhur dan sesudah
isya. Itu lah tiga waktu aurat bagimu. Tidaklah ada
salahnya bagi kamu dan tidak pula bagi mereka (jika tidak
minta izin) selain waktu tersebut itu untuk saling
melayani antara satu dan yang lain. Demikianlah Allah
menjelaskan peraturan Nya untuk kamu dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
8. 2. Cara bertamu yang baik :
b)Berpakaian yang rapi dan pantas. Firman Allah
dalam surah Al-Isra’ 17 : 7 “jika kamu berbuat
baik (bearti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.
c) Memberi isyarat dan salam ketika datang. Firman
Allah dalam surah An-Nur 24:27 “wahai orang-
orang yang beriman janganlah masuk ke dalam
rumah-rumah yang bukan rumahmu sebelum
kamu meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Itulah yang lebih baik bagimu
supaya kamu ingat.”
9. c) Jangan mengintip ke dalam rumah.
d) Minta izin masuk maksimal tiga kali maksud nya
e) Memperkenalkan diri sebelum masuk.
f) Tamu lelaki di larang masuk ke dalam rumah
apabila tuan rumah hanya seorang wanita.
Seperti hadis Rasulullah saw berikut : “janganlah
seorang laki-laki bersepi-sepi bersama
perempuan kecuali dia (perempuan tersebut)
bersama mahramnya. Jangan pula seorang
perempuan berpergian, kecuali apabila dia
bersama mahramnya.
10. g) Masuk dan duduk dengan sopan
h) Menerima jamuan tuan rumah dengan senang
hati
i) Mulailah makan dengan membaca basmalah dan
diakhiri dengan alhamdulillah.
j) Makanlah dengan tangan kanan, ambillah yang
tedekat dan jangan memilih.
k) Bersih kan piring, jangan di biarkan berceceran
l) Segera pulang setelah urusan selesai
m) Lama waktu berkunjung maksimal tiga hari tiga
malam (apabila tempat tinggal tamunya jauh).
13. Adab Menerima Tamu
• Adab Bagi Tuan Rumah:
2. Ketika mengundang seseorang, hendaknya
mengundang orang-orang yang bertakwa, bukan orang
yang fajir (bermudah-mudahan dalam dosa),
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
• َ ُ َا ِبْ ِ ّ ُؤْ ِ ًا, َ َ َأْ ُ ُ َ َا َك َِل َ ِي
ّ ل تص ح إل م من ول ي كل طع م إ ّ تق
• “Janganlah engkau berteman melainkan dengan
seorang mukmin, dan janganlah memakan
makananmu melainkan orang yang bertakwa!” (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi)
14. 2. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang
kaya saja, tanpa mengundang orang miskin,
berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
• ُ َ َْ ّ ال ّ َا ِ َ َا ُ الْ َِي َ ِ ُدْ َى َ َا ا َغْ ِ َا ُ ، َ ُت
شر طع م طع م ول مة ي ع له ل ني ء وي رك
فقر ء
ُ الْ ُ َ َا
• “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah
di mana orang-orang kayanya diundang dan
orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR.
Bukhari Muslim)
15. 3. Tidak mengundang seorang yang diketahui akan
memberatkannya kalau diundang.
4. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para
tamu sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan
Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, Beliau bersabda,
• َرْ َ ًا ِالْ َفْ ِ اّ ِي َ َا ُوا َيْ َ َ َاَا َ َ َ َا َى
م حب ب و د لذ ن ج ء غ ر خز ي ول ند م
• “Selamat datang kepada para utusan yang datang
tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari)
16. 5. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk
tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap
berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan
makanan yang terbaik. Allah ta’ala telah berfirman
yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama
tamu-tamunya:
• َ َ َا َ ِل َ َهْل ِ َ َا َ ِ ِجْ ٍ َ ِيْ ٍ . َ َ َّ ُ َِيْ ِمْ َا َ آ
فر غ إ ى أ ِه فج ء بع ل سم ن فقربه إل ه ق ل ل
ت كل ن
َ َْأْ ُ ُو
• “Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan
membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia
mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-
tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian
makan?’” (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)
17. 6. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk
bermegah-megah dan berbangga-bangga,
tetapi bermaksud untuk mencontoh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para Nabi sebelum beliau, seperti Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam. Beliau diberi gelar “Abu
Dhifan” (Bapak para tamu) karena betapa
mulianya beliau dalam menjamu tamu.
7. Hendaknya juga, dalam pelayanannya
diniatkan untuk memberikan kegembiraan
kepada sesama muslim.
18. 8. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada
yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan apabila para tamu
duduk dengan tertib.
9. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu
yang lebih muda, sebagaimana sabda beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam:
• َنْ َمْ َرْ َمْ َ ِيْ ََا َ ُ ِل َ ِيْ ََا َ َيْ َ ِ ّا
م ل ي ح صغ رن ويج ّ كب رن فل س من
“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari
kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami
bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab
Adabul Mufrad). Hadits ini menunjukkan perintah
untuk menghormati orang yang lebih tua.
19. • 10. Jangan mengangkat makanan yang
dihidangkan sebelum tamu selesai
menikmatinya.
• 11. Di antara adab orang yang memberikan
hidangan ialah mengajak mereka berbincang-
bincang dengan pembicaraan yang
menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka
tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka,
bermuka manis ketika mereka datang, dan
merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.
20. 12. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala
menghidangkan makanan tersebut kepadanya
sebagaimana Allah ceritakan tentang Ibrahim ‘alaihis
salam,
• َْ َ َّ ُ َِيْ ِم
فقربه إل ه
• “Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut pada
mereka.” (Qs. Adz-Dzariyat: 27)
13. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu
sebab hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.
14. Merupakan adab dari orang yang memberikan hidangan
ialah melayani para tamunya dan menampakkan kepada
mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan
wajah yang ceria dan berseri-seri.
21. 15. Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana
dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
• ْال ّ َا َ ُ َ ََ ُ َّا ٍ َ َاِ َ ُ ُ َوْ ٌ ََ َ َ ٌ َ َ َ ِ ّ ِ َ ُ ٍ ُسْ ِ ٍ َن
ضي فة ثلثة أي م وج ئزته ي م وليْلة ول يحل لرجل م لم أ
ُقيْ َ ِنْ َ َ ِي ِ َ ّى ُؤِْ َ ُ قَ ُوْا َا َ ُوْ َ ا ِ َ َيْ َ ُؤِْ َ ُ؟
ي م ع د أخ ْه حت ي ثمه ال ي رس ل ل وك ف ي ثمه
ق ل يق م ع ده ول ش ئ له ر ه به
ِ ِ ِ َْا َ : ُ ِيْ ُ ِنْ َ ُ َ َ َيْ َ َ ُ يقْ ِي
• “Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya
sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal
pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para
sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana
menyakitinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak
mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.”
16. Hendaknya mengantarkan tamu yang mau pulang sampai
ke depan rumah.