Teks tersebut membahas berbagai penyakit dan kelainan pada plasenta dan selaput janin seperti mola hidatidosa, korio karsinoma, penyakit trofoblas, kelainan bentuk dan implantasi plasenta, serta penyakit-penyakit pada plasenta seperti infark dan kalsifikasi.
2. PENYAKIT TROFOBLAS
Mengenai sel-sel trofoblas
Ditemukan pada wanita hamil dan teratoma dari
ovarium.
Terbagi menjadi :
- Gestational Trophoblastic Disease
- Non Gestational Trophoblastic Disease
Hakekatnya kegagalan fungsi reproduksi
Perkembangan janin tidak sempurna :
Keadaan patologik minggu-minggu I kehamilan ;
Degenerasi hidropik jonjot korion spt gelembung
Mola Hidatidosa
3. Berbagai jenis kehamilan
NORMAL
KEGAGALAN KEHAMILAN
- Abortus
- Kehamilan di luar kandunga
- Kematian janin dalam rahim
- Immaturus
- Prematurus
- Cacat bawaan
- Mola hidatidosa jinak
Penyakit Trofoblas
Korio karsinoma ganas
5. Patogenesis
1. Teori missed abortion
Kehamilan 3-5 minggu Mudigah mati: Terjadi
gangguan peredaran darah penimbunan
cairan dalam jaringan mesenkim dan villi
gelembung-gelembung.
2. Teori Neoplasma dari Park
Sel-sel trophoblas abnormal fungsi abnormal
pula ; resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi timbul gelembung gangguan peredaran
darah Mudigah mati
6. Klasifikasi
1. Penyakit trofoblas jinak :
a. Mola hidatidosa
b. Mola hidatidosa parsial
2. Penyakit trofoblas ganas :
a. Koriokarsinoma villosum
b. Koriokarsinoma non villosum
c. Koriokarsinoma klinis
Diagnosis mola hidatidosa dan koriokarsinoma
villosum/non villosum bds pemeriksaan
histopatologi
Koriokarsinoma klinis bds kenaikan kadar HCG dan
adanya metastasis
7. Soetomo Tjokronegoro (1961) :
1. Histopathological entities :
a. Complete hydatidiform mole
b. Partial hydatidiform mole
c. Invasive mole
d. Gestational chorio carcinoma
e. Placental site trophoblastic tumour.
2. Clinical terms :
a. Gestational trophoblastic disease :
Mola hidatidosa, invasive mole, chorio carcinoma
dan placental site trophoblastic tumour.
b. Gestational trophoblastic tumour
Adanya keganasan dibuktikan secara klinik,
peninggian kadar HCG, tanpa gambaran PA
8. Epidemiologi
Banyak ditemukan di negara Asia dan Mexico.
Insiden di Indonesia :
• Mola hidatidosa 1 : 50 sampai 1 : 141
• Koriokarsinoma 1 : 297 sampai 1 : 1035
• Mola parsialis 1 :10000 sampai 1 : 100000.
Faktor resiko
Golongan sosio ekonomi rendah,
Umur dibawah 20 tahun dan diatas 34 tahun
Paritas yang tinggi
9. Mola Hidatidosa
Kehamilan berkembang tidak wajar, dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh viili korialis
mengalami perubahan hidropik.
Secara makroskopik gelembung-gelembung putih,
tembus pandang, berisi cairan jernih, dg ukuran
bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau
dua sentimeter.
Gambaran histopatologik edema stroma villi, tidak
ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel-sel
trofoblas.
Gambaran sitogenetik xx 46
10. Mola parsial
Secara makroskopik, tampak gelembung mola yang
disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin
mati pada bulan pertama, tetapi ada juga yang hidup
sampai cukup besar atau bahkan aterm.
Histopatologik tampak villi yang edema dengan sel
trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan
di tempat lain masih tampak villi yang normal.
Umumnya mempunyai kariotipe triploid.
Jarang menjadi ganas
12. Gejala-gejala
Mual, enek , pusing dan lain-lain yang lebih hebat.
Uterus lebih besar dari umur kehamilan.
Perdarahan pervaginam, terjadi antara bulan
pertama sampai ketujuh, rata-rata 12-14 minggu,
bersifat intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus
banyak.
Anemia.
Bisa disertai preeklampsia (eklampsia), terjadi lebih
muda dari kehamilan biasa.
Bisa terjadi tirotoksikosis, emboli sel trofoblas ke
paru-paru.
13. Diagnosis
Amenorea, perdarahan pervaginam, uterus lebih
besar dari tuanya kehamilan, tidak ditemukan tanda
kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti.
Peninggian HCG terutama setelah hari ke 100.
Pemeriksaan foto abdomen, biopsi transplasental.
Pemeriksaan sonde uterus yang diputar, anjuran
Wiknjosastro.
USG : gambaran berupa badai salju (snow flake
pattern)
Diagnosis yang paling tepat : terlihatnya gelembung
mola.
14. Terapi
1. Perbaikan keadaan umum
Transfusi darah untuk mengatasi anemia, obati
preeklampsia dan tirotoksikosis.
2. Pengeluaran jaringan mola
a.Vakum kuretase
b.Histerektomi : pd wanita cukup umur dan cukup anak.
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
4. Pemeriksaan tindak lanjut
Lama pengawasan : 1–2 thn, dinyatakan sehat bila
HCG dua kali berturut-turut normal atau bila sudah
melahirkan anak normal.
Selama pengawasan, secara berkala dilakukan
pemeriksaan ginekologik, kadar HCG dan radiologik
15. Prognosis
Kematian karena perdarahan, infeksi,
eklampsia, payah jantung atau tirotoksikosis.
Angka kematian 2,2 – 5,7%.
Persentase keganasan 5,56 %.
Terjadi proses keganasan bisa 7 hari sampai 3
tahun pasca mola, tapi paling banyak pd 6 bulan
pertama.
Kemampuan reproduksi pasca mola, tidak banyak
berbeda dari kehamilan lainnya.
Anak-anak yang dilahirkan setelah mola
hidatidosa ternyata umumnya normal
16. Koriokarsinoma villosum = invasive mole
Penyakit ini termasuk ganas, tetapi derajat
keganasannya lebih rendah.
Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi
yang lebih besar.
Sel-sel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup
ke dalam miometrium, kemudian mengadakan
perforasi pada dinding uterus dan menyebabkan
perdarahan intra abdominal.
Jarang disertai metastasis.
Invasive mole selalu berasal dari mola hidatidosa.
Nama lain adalah Mola Destruens
18. Diagnosis
Tidak selalu mudah.
Pada sediaan histerektomi tampak gelembung mola
di dalam lapisan otot miometrium.
Diagnosis pasti secara histopatologik.
Terapi
Pengobatan dengan sitostatika : methotrexate,
dapat menyebabkan kesembuhan total.
Bila ada tanda perdarahan abdomen, angkat uterus
dengan kedua adneksa ditinggalkan.
Dianjurkan histerektomi bersifat selektif, terutama
pada wanita muda. Bila mungkin, lakukan reseksi
parsial, dan dilanjutkan sitostatika
19. Koriokarsinoma non villosum =
koriokarsinoma
Merupakan jenis yang terganas, dapat menyebabkan
metastase ke organ-organ lain seperti paru-paru,
vulva, vagina , hepar dan otak.
Bila tidak diobati, biasanya pasien meninggal dalam
satu tahun.
Sifat-sifat kanker ini :
1. Mempunyai periode laten yang dapat diukur.
2. Sering menyerang wanita muda.
3. Dapat sembuh secara tuntas , dengan sitostastik.
4. Dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses
regresi spontan
20. Diagnosis
Bila setelah akhir suatu kehamilan, terjadi
perdarahan-perdarahan yang tidak teratur, disertai
tanda-tanda subinvolusi.
Menurut Acosta Sison : HBEs
H : Having expelled a product of conception
B : Bleeding
Es : Enlargement and softeness of the uterus.
Disertai kenaikan HCG dan adanya metastasis
Diagnosis pasti : histopatologik
21. Koriokarsinoma klinik
Ditegakkan berdasarkan tingginya kadar HCG dan
adanya metastasis.
Ada yang menganggap ganas, bila dua mingu setelah
mola hidatidosa, kadar HCG tetap tinggi, atau 6
minggu setelah mola hidatidosa, rekasi Galli Manini
tanpa pengenceran masih positif.
HCG dikatakan normal bila sudah dibawah 10 mIU/ml.
Nama lain :
Persistent Trophoblastic Disease
Malignant Trophoblastic Disease with or without
metastasis
22. Berdasarkan jauhnya metastase, terbagi :
· Stadium I : terbatas pada uterus.
· Stadium II : metastasis ke parametrium, serviks
dan vagina.
· Stadium III : metastasis ke paru-paru.
· Stadium IV : metastasis ke organ lain, seperti usus,
hepar dan otak.
Metastasis umumnya hematogen, limfogen dan
perkontinuatum
Terapi
Menggunakan sitostatik :
methotrexate, actinomycin D, adriamycin, chlorambucil,
vincristin, ectoposide
23. Pengobatan :
1. Good prognosis
Kriteria :
- Bila periode laten kurang dari 4 bulan,
- Kadar HCG < 100.000 mIU/ml
- Metastasis hanya sampai paru-paru.
2. Poor prognosis
- Kriteria selain good prognosis.
- Terapi kombinasi, gunakan leucovorin untuk
atasi efek samping.
- Digunakan methotrexate, actinomycin D dan
chorambucil.
- Interval paling sedikit 2 minggu
24. Prognosis
Dengan pengawasan yang ketat dan pengobatan yang
adekuat, derajat kesembuhan 100%, kecuali stadium
IV (di Negara maju).
Angka kematian di negara berkembang (1985) : 18,5%
Bila telah sembuh dari koriokarsinoma, kemudian
hamil hasil kehamilan tidak terpengaruh pemberian
sitostatik sebelumnya
25. PENYAKIT SERTA KELAINAN PADA
PLASENTA
Kelainan bentuk dan bobot plasenta
Bentuk plasenta normal :
- Ceper dan bulat
- Diameter 15-20 cm
- Tebal 1,5-3 cm,
- Berat + 500 gr
Plasenta yang besar dan berat ditemukan pada
erythroblastosis foetalis dan sifilis.
Variasi bentuk plasenta : plasenta bipartita, bilobata
atau plasenta dupleks.
26. Bila disamping plasenta besar ditemukan pula plasenta kecil
disebut plasenta suksenturiata.
Bila antara kedua plasenta tidak ditemukan pembuluh darah
disebut plasenta spuria.
Plasenta membranasea, dimana plasenta tipis dan lebar,
kadang-kadang menutupi seluruh ruangan kavum uteri.
Plasenta sirkumvalata plasenta yang pada permukaan
fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih.
Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan
di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di
bawah desidua.
Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta,
disebut plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta
ekstrakorial
27. Kelainan implantasi
Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau
depan rahim dekat fundus. Jonjot-jonjot menyerbu ke
dalam dinding rahim hanya sampai lapisan atas dari
stratum spongiosum.
Plasenta previa Implantasinya rendah ; di segmen
bawah rahim.
Plasenta akreta Jonjot-jonjot menyerbu ke dalam
rahim lebih dari batas, dapat berupa :
- Plasenta akreta, jonjot menembus desidua
sampai
berhubungan dengan miometrium.
- Plasenta inkreta, jonjot sampai ke dalam lapisan
- Plasenta perkreta, jonjot menembus miometrium
sehingga mencapai perimetrium
28. Penyakit-penyakit pada plasenta
Infark plasenta : bagian-bagian berwarna keputihan,
noduler dan keras, terletak baik pada permukaan fetal,
maternal atau kedua-duanya.
Terjadi karena periarteritis atau endarteritis pembuluh-
pembuluh darah villi, kemudian terjadi nekrosis pada
stroma dan dinding villi serta pembukuan darah dalam
ruang interviller.
29. Penyakit-penyakit pada plasenta
Jenisnya :
Infark subkorial, pada plasenta marginata atau
sirkumvalata.
Infark noduler pada permukaan fetal, tidak ada arti
klinis.
Infark yang luas dan tebal dari kotelidon, biasa terjadi
gangguan nutrisi
30. Kalsifikasi pada plasenta
Manifestasi proses penuaan dari plasenta, terjadi
penimbunan garam-garam kalsium seperti kalsium
karbonat, kalsium fosfat bercampur dengan
magnesium fosfat pada permukaan basal dari
plasenta.
Kalsifikasi terletak pada bagian atas desidua basalis.
Tidak mempunyai arti klinik, hanya dapat digunakan
sebagai penentuan lokasi plasenta secara radiologik.
Tumor plasenta
Miksoma fibrosum, hemangioma, korioangioma, mola
hidatidosa dan koriokarsinoma
31. Disfungsi plasenta
Plasenta tidak mampu untuk memberi makan dan
oksigen kepada fetus, juga untuk mempertahankan
pertumbuhan dan perkembangan secara normal.
Disebut juga insufisiensi plasenta. Dapat menyebabkan
fetal dismaturity atau intra uterine growth retardation.
Terjadi biasanya pada kehamilan dengan resiko tinggi,
seperti diabetes, hipertensi pada kehamilan, penyakit
jantung, dan serotinus.
Pada kelompok ini perlu diadakan pemantauan janin
dalam uterus dengan pemeriksaan estriol, HCG, HPL,
USG, stress test, NST , kardiotokografi dan lain-lain
32. PENYAKIT SERTA KELAINAN
TALI PUSAT
Kelainan insersi tali pusat
Normal plasenta berinsersi di bagian sentral atau
parasentral.
Bila insersi di bagian marginal : plasenta battledore.
Insersi velamentosa, bila tali pusat tidak berinsersi
pada jaringan plasenta, tetapi pada selaput amnion,
sehingga pembuluh darah umbilicus berjalan diantara
amnion dan korion menuju plasenta.
Kalau pembuluh darah tersebut berjalan melalui
pembukaan serviks, disebut vasa previa
33. Kelainan-kelainan lain tali pusat
- Panjang rata-rata tali pusat 55 cm.
- Terdapat 2 arteri dan 1 vena.
Untuk kelahiran anak, panjang tali pusat harus lebih
dari 32 cm, bila letak plasenta di fundus. Pendeknya
tali pusat bias bersifat mutlak atau nisbi.
Tali pusat pendek kelambatan kala II, hernia
umbilikalis, ruptura tali pusat, inversion uteri dan
solusio plasenta.
Tali pusat terlalu panjang lilitan tali pusat, tali
pusat menumbung atau simpul benar
34. Simpul tali pusat ada 2 jenis :
1. Simpul benar
Terjadi karena gerak anak yang aktif.
2. Simpul palsu
Terjadi karena pembuluh darah umbilicus,
terutama vena, lebih panjang dari tali pusatnya
sendiri, sehingga terpaksa berkelok-kelok
35. KELAINAN PADA AMNION
Air ketuban Normal + 1000 cc
Setelah minggu ke 38 menurun tinggal beberapa
ratus cc saja
36. Hidramnion
Air ketuban > 2000 cc.
Bisa terjadi akut atau kronis.
Insiden 1 : 62 dan 1 : 754.
Terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran
air ketuban terganggu atau kedua-duanya.
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan
diganti dengan yang baru. Cara pengeluaran dengan ditelan
oleh janin, diabsorpsi oleh usus, kemudaian dialirkan ke
plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu.
Gangguan ekskresi terjadi pada atresia esophagus atau
tumor-tumor plasenta.
Hidramnion akut biasanya terjadi pada trimester kedua dan
kehamilan sering berakhir pada kehamilan 28 minggu.
Hidramnion kronis terjadi perlahan-lahan dan pada
kehamilan yang lebih tua.
37. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan uterus yang
lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan detak
jantung janin sukar ditentukan. Lakukan
pemeriksaan radiologik dan ultrasonografi.
Hidramnion yang ringan tidak perlu dapat
pengobatan khusus, cukup dengan sedative dan
diet pantang garam.
Bila keluhan terlalu hebat dapat dlakukan
amniosentesis
38. Oligohidramnion
Air ketuban < 500 cc.
Biasanya cairan kental, keruh, berwarna kuning
kehijau-hijauan.
Diduga ada kaitannya dengan renal agenesis janin.
Kalau terjadi pada kehamilan muda akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, seperti
deformitas dan amputasi ekstremitas.
Uterus tampak lebih kecil, dan detak jantung sudah
terdengar lebih dini dan jelas.
Karena kurangnya cairan maka pergerakan anak
akan menyulitkan si ibu.
Prognosis untuk janin tidak begitu baik