1. Peserta didik gagal masuk fakultas kedokteran dan dipaksa kuliah di FKIP oleh orangtuanya
2. Peserta didik kurang minat mengikuti perkuliahan terutama psikologi pendidikan
3. Prestasi peserta didik buruk karena kurangnya motivasi dan fokus pada cita-cita semula
1. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah <br />Psikologi Pendidikan<br />Dosen : Akhmad Sudrajat, M. Pd.<br />Disusun oleh Kelompok I<br />NONO TARSONO<br />HERIYANTO<br />ILAH NURSILAH<br />IRPAN PRIMADANU<br />EEN NURHAENI<br />Semester/ Tingkat : <br />II/ ID<br />PENDIDIKAN BIOLOGI<br />FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS KUNINGAN<br />2009/2010<br />KATA PENGANTAR<br />Puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Psikologi Pendidikan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. <br />Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekuarangan atau kesalahan baik dalam segi materi maupun penulisannya. Namun dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. <br />Terakhir kata penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.<br />Kuningan, Maret 2010 <br /> <br /> Penulis <br />DAFTAR ISI<br />Halaman<br />KATA PENGANTAR..............................................................................................i<br />DAFTAR ISI............................................................................................................ii<br />BAB IDESKRIPSI............................................................................................1<br /> Apa yang terjadi...................................................................................1<br /> Apa yang harus terjadi........................................................................1<br /> Apa kenyataannya...............................................................................1<br />BAB IIANALISIS...............................................................................................3<br />Mengapa itu terjadi..............................................................................3<br />Bagai mana mengatasinya..................................................................4<br />BAB IIIKESIMPULAN......................................................................................6<br />DAFTAR PUSTAKA............................................................................7<br />BAB I<br />DESKRIPSI<br />Apa yang terjadi<br />Peserta didik yang bercita – cita menjadi seorang Dokter. Karma gagal mengikuti testing pada Fakultas Kedokteran di Perguruan Timggi ternama melalui jalur UMPTN, kemudian dipaksa orang tuanya untuk melanjutkan pada salah satu program studi di FKIP UNIKU.<br />Apa yang harusnya terjadi<br />Peserta didik harus menyadari atas adanya masalah dan memahami masalah yang dihadapinya itu. Dia harus mulai menunjukan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalhnya secara obyektif, dengan menunjukan kemampuan usaha – usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.<br />Karna gagal mengikuti tesing pada Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi ternama melalui jalur UMPTN, dan setelah mempertimbangkan segala sesuatunya, secara sukarela dia memutuskan untuk melanjutkan pada salah satu program studi di FKIP UNIKU.<br />Ketika mengikuti perkuliahan psikologi pendidikan yang merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti para mahasisiwa, sejak awal dia sudah menyadari bahwa dia kekurangan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam bidanga psikologi pendidikan sehingga dia menyadari bahwa psikologi pendidikan merupakan kebutuhan bagi dirinya dalam rangka mencapai tujuan – tujuannya ( cita – cita ).<br />Apa kenyataannya<br />Dia tidak begitu minat mengikuti perkuliahan mata kuliah kependidikan, temasuk mata kuliah psikologi pendidikan, disini dia merasa kurang, akan merasakan adanya kebutuhan dan kekurangan motivasi. Pikirannya selalu tergantung bahwa seolah – olah dia sedang kuliah pada Fkultas Kedokteran di Perguruan Tinggi yang diidam – idamkannya dan dia merasa seolah – olah bakal menjadi Dokter. Dia sering tidak masuk kuliah, sakalipun dia masuk kuliah hanya sebatas takut dimarahi oleh dosen dan takut dinyatakan tidak lulus. Setiap kali ada tugas seringkali tidak dikerjakan itu hanya sekedarnya dan selalu telat dikumpulkan. Dia selalu dihadapkan pada dua pilihan antara melanjutkan studi tapi tidak sesuai dengan cita – citanya atau keluar dari perkuliaahan dengan resiko dimarahi kedua orangtuanya.<br />Setelah beberapa lama memaksakan untuk mengikuti perkuliaahan, prestasi yang dicapainya menunjukan angka yang sangat buruk sekali. Dia hanya mendapatkan sebagian kecil pengetahuan bahkan tidak memiliki keterampilan apapun tentang psikologi pendidikan ini, dan pada akhirnya dia dinyatak tidak lulus dan terpaksa harus mengikuti remedial. Dan jika tetap tidak ada perubahan, dia harus mengulangnya tahun depan.<br />Dengan tidak mau intropeksi diri, sehingga dia terus menyalahkan dosen bersangkutan bawa dosennya tidak becus mengajar. <br /> <br />BAB II<br />ANALISIS<br />2.1. Mengapa itu terjadi<br />Baik buruknya situasi dalam proses belajar mengajar dan tingkat pencapaiyan hasil proses intruksiona itu pada umumny tergantung pada faktor – faktor yang meliputi :<br />Karaktersistik siswa<br />Karakterristik pendidikan<br />Interkasi dan metode<br />Karakteristik kelompok<br />Fasilitas fisik<br />Mata pelajaran dan<br />Lingkungan alam sekitar<br />Jika seorang individu dihadapkan pada dua motif atau lebih, yang satu positif dan dikehendaki dan yang lain motif negative serta tidak dihendaki namun sama kuatnya. Tentu tidak akan mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dan sangat mungkin menjadi perang batin yang berkepanjangan<br />Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dirinya, setiap aktivitas yang dilakun individu akan mengarah pad tujuan tertentu. Dalam hal ini, terdapat dua kemungkinan, tercapai atau tidaknya suatu tujuan tersebut. Jika tercapai tentunya individu merasa puas dan memperoleh keseimbangan diri. Namur sebaliknya, jika tujuan tersebut tidak tercapai dan kebutuhannya tidak terpenuhi maka dia akan kecewa / prustasi. Reaksi individu terhadap frustasi akan berbeda – beda bentuk prilakunya, bergantung pada akal sehatnya.<br />Jika akal sehatnya berani menghadapi kenyataan maka dia akan lebih dapat menyesuaikan diri secara sehat dan rasianal. Namun jika akal sehatnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, perilakunya lebih dikendalikan oleh sifat emosionalnya, maka diakan mengalami penyesuaian yang keliru. <br />2.2. Bagaimana mengatasinya<br />Untuk mengatasi masalah ini, karakterristik peserta didik sangat perlu diperhitungkan lantaran dapat mempengaruhi jalannya proses dan hasil pembelajaran sisiwa yang bersangkutan. Diantara karakteristik yang harus dimiliki oles siswa diantaranya :<br />Kematangan mental dan kecakapan intelektual ( kecerdasan umum dan bakat ).<br />Kondisi jasmani dan kecakapan ranah karsa ( kekuatan, kecepatan, koordinasi antara anggota badan dan sebaginya ).<br />Tingkat minat belajar, jenis motivasi belajar, sikap terhadap pendidikan dan mata pelajaran, dan sebagainya.<br />Bimbingan terhadap peserta didik bermasalah tetap menjadi perhatian bimbingan dan konseling, namun perlu diingat tidak semua peserta didik harus ditangani oleh guru pembimbing ( konselor ). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis ( 2004 ) mengemukakan tingkatan masalah beserta mekanisme dan petugasnya, sebagaimana dalam bagan berikut :<br />Semua Guru / Wali kelasRingan<br />Guru PembimbingSedangMasalh Peserta didik<br />Alih tangan kasusBerat<br />Setelah mengkaji bagan, maka permasalahan yang dihadapi peserta didik diatas termasuk pada masalah yang sedang. Kasus sedang dibimbing ( konselor ), dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah, ahli / professional, polisi, guru, dosen dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.<br />Disinilah peran pengjar / dosen untuk sedapat mungkin membantu para peserta didiknya agar terhindar dari konflik yang berkepanjangan dan rasa frustasi yang dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang. Sekaligus juga dapat memberikan bimbingan untuk mengatasinya apabila peserta didik mengalami konflik yang berkepanjangan dan prustasi. Peranan guru sebagai mediator ( penghubung / perantara ) antara pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya, sangat berpengaruh terhadap hasil proses belajar mengajar. Maka dalam hal ini diperlukan guru / dosen yang mempunyai karakteristik sebagi berikut :<br />Karakteristik intelektual yang meliputi : Potensial ability ( kapasitas rana bawaan ) dan actual ability kemampuan ranah cipta yang nyata;<br />Kecakapan ranah karsa, seperti : Tingkat kefasihan berbicara, tingkat kecermatan menulis dan memperagakan keterampilan – keterampilan lainnya:<br />Karakteristik ranah rasa yang meliputi : Tingkat minat, keadaan emosi dan sikap terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri, dan sebagainya. <br />BAB III<br />KESIMPULAN<br />Untuk meningkatkan kualitas belajar dan mengajar perlu adanya kualitas pendidikan yang baik yang didalamnya meliputi :<br />Adany komunikasi yang baik antara pendidik dan peserta didik.<br />Seorang pendidik harus mampu mengetahui karakterristik peserta didiknya.<br />Pendidik harus mampu menguasai metode – metode belajar dan mengajar sehingga apa yang diharapkan dalam pendidikan dapat tercapai sesuai yang diharapkan.<br />Pendidik harus mampu dalam mengetahui tingkat kecerdasan dan emosional peserta didik.<br />Perlu adanya BK ( Bimbingan Konseling ) dan atau suatu pembinaan, sehingga masalah peserta didik dapat dipecahkan.<br />Penyelenggara pendidikan harus bisa menyiapkan susana, sarana dan prasarang didalam pendidikan harus sesuai dengan program pendidikan tersebut. <br />