SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
MAKALAH
                    AL - KAFALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah :
                     “ Akuntansi LKS “




                      Disusun Oleh :
                       Kelompok 10
                   1. Dian Badriah (081400134)
                   2. Dini Arista (081400132)

                     EKIS A/VI (Enam)


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
       INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
                    2011 M / 1432 H
1. Pendahuluan
       Diantara masalah-masalah yang banyak melibatkan anggota masyarakat dalam
kehidupan sehari – hari adalah masalah muamalah (akad, transaksi) dalam berbagai
bidang. Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat,
maka pedoman dan tatanannya pun perlu dipelajari dan diketahui dengan baik, sehingga
tidak terjadi penyimpangan dan pelanggaran yang merusak kehidupan ekonomi dan
hubungan sesama manusia. Kesadaran muamalah hendaknya tertanam lebih dahulu
dalam diri masing masing, sebelum orang terjun kedalam kegiatan muamalah itu.
Pemahaman agama, pengendalian diri, pengalaman, akhlaqul karimah dan pengetahuan
tentang seluk beluk muamalah hendaknya dikuasai sehingga menyatu dalam diri pelaku
(pelaksana)muamalah itu.
       Kegiatan muamalah ini sangat banyak salah satu diantaranya adalah akad al –
kafalah yang akan kami bahas dalam makalah kami, sebagai salah satu bentuk aktifitas
ekonomi, kafalah atau jaminan menjadi hal yang amat sering dilakukan oleh masyarakat
dalam berbagai transaksi ekonomi demi memenuhi kebutuhan. Dalam Islam, kafalah,
selain dilakukan oleh masyarakat secara ’urf, juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secara
syar’iyah sebagaimana ditemukan aktifitas kafalah yang direkam dan dijustifikasi oleh al-
Qur’an, al-Hadis, dan juga telah menjadi ijma ulama’.
       Seiring perkembangan zaman, kafalah pun mengalami perkembangan dan
modifikasi sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut dengan
penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia perbankan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari’ah.
11. Pembahasan
A. Pengertian Akad Kafalah
           Secara etimologi kafalah berarti dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan
za’amah (tanggungan). (Sayid Sabiq,1997). Sedangkan secara terminology, sebagaimana
yang dinyatakan oleh beberapa ulama fikih antara lain sebagai berikut :
       Menurut Madzhab Maliki
Al – kafalah adalah “ Orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi
beban serta bebannya sendiri disatukan, baik menanggung pekerjaan yang sesuai (sama)
maupun pekerjaan yang berbeda “(Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala mazahib al-arba’ah, hal 223)
       Menurut Madzhab Hanafi
Al – kafalah mempuyai 2 pengertian, yaitu :
      1. Menggabungkan dzimmah kepada dzimmah yang lain dalam penagihan, dengan jiwa,
           utang atau zat benda.
      2. Menggabungkan dzimmah kepada dzimmah yang lain dalam pokok (asal) utang.
           (Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala mazahib al-arba’ah, hal 221)
       Menurut Madzhab Syafi’i
Al – kafalah adalah “ Akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan
(beban) yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau menghadirkan badan oleh
orang yang berhak menghadirkannya “ (Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala mazahib al-arba’ah, hal
225)
       Menurut Madzhab Hambali
Al – kafalah adalah “ iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada orang lain serta kekekalan
benda tersebut yang dibebankan atau iltizam orang yang mempunyai hak menghadirkan
dua harta (pemiliknya) kepada orang yang mempunyai hak (Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala
mazahib al-arba’ah, hal 224)
Setelah diketahui definisi – definisi al – kafalah/al – dhaman menurut para ulama diatas maka al –
kafalah/al – dhaman ialah menggabungkan dua beban (tanggungan) dalam permintaan dan utang.1
           Akad kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil).Namun demikian akad
1
    http://warungghuroba.wordpress.com/2010/09/23/bab-11-kafalah-penjaminan/date:16-03-2011 time:14.00
kafalah ini tidak menjamin bahwa debitur lepas tanggung jawab terhadap semua
kewajibannya, karena akad kafalah ini sifat nya hanya sebagai akad tambahan.2
           Di dalam Kamus Istilah Fikih, kafalah diartikan menanggung atau penanggungan
terhadap sesuatu, yaitu akad yang mengandung perjanjian dari seseorang di mana padanya
ada hak yang wajib dipenuhi terhadap oranglain, dan berserikat bersama orang lain itu dalam
hal tanggung jawab terhadap hak tersebut dalam menghadapi penagih (utang).
           Pada     asalnya, kafalah adalah       padanan     dari dhamman, yang         berarti penjaminan
sebagaimana tersebut di atas. Namun dalam perkembangannya, situasi telah rnengubah
pengertian          ini. Kafalah identik         dengan      kafalah        al-wajhi (personal guarantee,
jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan jaminan yang berbentuk harta secara
mutlak. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kafalah adalah jaminan
dari penjamin (pihak ketiga), baik berupa jaminan diri maupun harta kepada pihak kedua
sehubungan         dengan     adanya       hak    dan     kewajiban     pihak    kedua tersebut       kepada
pihak lain (pihak pertama). Konsep ini agak berbeda dengan konsep rahn yang juga
bermakna barang jaminan, namun barang jaminannya dari orang yang berhutang. Ulama
madzhab fikih membolehkan kedua jenis kafalah tersebut, baik diri maupun barang.
           Didalam         perundang-undangan             mesir       misalnya       kafalah         diartikan
sebagai menggabungkan tanggung jawab orang yang berhutang dan orang yang menjamin.
Misalnya, ada seseorang akan mengajukan kredit kepada bank,kemudian ada orang kedua yang
bertindak dan turut menjamin hutang seseorang tersebut. Ini berarti bahwa hutang tersebut menjadi
tanggung jawab orang pertama dan juga orang kedua. Semakna dengan itu, KUH Perdata Pasal
1820 menyebutkan, bahwa penanggungan adalah ”suatu persetujuan dengan mana seorang
pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya
si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.” 3
           Secara teknis akad kafalah merupakan perjanjian antara seseorang yang
memberikan penjaminan (penjamin) kepada seorang kreditor yang memberikan utang
kepada seorang debitor, dimana utang debitor akan dilunasi oleh penjamin apabila debitor
tidak membayar utangnya. Contoh akad kafalah garansi bank (bank guarantee), stand by
Letter of Credit, pembukaan L/C impor, akseptasi, endorsement dan lain sebagainya.


2
    Sri Nurhayati – Wasilah Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2011) hlm. 254
3
    http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=23/ date:16-03-2011 time:14.00
Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus segera
dilunasi atau sesuatu dimasa depan. Kafalah dapat juga bersyarat, misalnya kalau kamu
pinjamkan uang pada adikku maka aku akan jamin utangnya.
       Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling
tolong – menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak
memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak dapat
dibatalkan secara sepihak.


                                   Skema Kafalah
                                             (2)
                    Kafi’il/penanggung


                    Makful/pihak ke-3                  (1)


                                 Makful’alaih/pihak yang
                                          ditanggung




Keterangan :
   1. Penanggung bersedia menerima tanggungan dan pihak yang ditanggung
   2. Penanggung menyepakati kad kafalah dengan pihak ketiga


B. Landasan Syari'ah
       Legalitas kafalah selain dari al-Qur’an dan hadist juga di perkuat oleh Ijma
jumhur Ulama yang berpendapat bahwa akad kafalah sangat penting untuk memproteksi
Kreditur, dan dengan akad kafalah ini ada itikad baik dari debitur melalui garansi
tersebut, terhadap pembayaran kembali akan semua kewajibannya kepada kreditur.
Adapun dasar hukumnya sebagai berikut :
   1. Al-Qur'an
                                     l
“Dan Dia (Allah)menjadikan Zakaria sebagai penjaminnya (Maryam)”. (QS 3:37)




))))))))                       (
                                                                         (        ( QS
       “Dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan
       (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya”. (QS 12:72)
2. As-Sunnah
       Dari Abi Humamah, bahwa Rasulullah bersabda : “Penjamin adalah orang yang
       berkewajiban mesti membayar”. (HR Abu Dawud, At Tirmidzi)


       Telah dihadapkan kepada Rasulullah (mayat seorang lelaki untuk dishalatkan)…
       Rasulullah bertanya “Apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat menjawab
       “Tidak”, Rasulullah bertanya lagi, “Apakah dia mempunyai hutang?” Para sahabat
       menjawab. “Ya, sejumlah tiga dinar” Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk
       menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, “saya menjamin
       utangnya ya Rasulullah”. Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR.
       Bukhari)
3. Ijma' ulama
       Para ulama madzhab membolehkan akad kafalah ini. Orang-orang Islam pada
masa Nubuwwah mempraktekkan hal ini bahkan sampai saat ini, tanpa ada sanggahan dari
seorang ulama-pun. Kebolehan akad kafalah dalam Islam juga didasarkan pada kebutuhkan
manusia dan sekaligus untuk menegaskan madharat bagi orang-orang yang berhutang .


C. Rukun Dan Ketentuan Syariah
Rukun kafalah ada 3, yaitu :
    1. Pelaku, yang terdiri atas pihak penjamin, pihak yang berutang, dan pihak yang
        berpiutang.
    2. Objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa
        maupun pekerjaan.
    3. Ijab kabul/serah terima.
Ketentuan syariah, yaitu :
       1. Pelaku
               a. Pihak Penjamin (Kafiil)
                   1) Baligh (dewasa) dan berakal sehat
                   2) Berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dan urusan hartanya
                       dan rela (ridha) dengan tanggungan kafalah tersebut.
               b. Pihak orang yang berutang (Ashiil, Makful’anhu)
                   1) Sanggup menyerahkan tanggungannya (utang) kepada penjamin
                   2) Dikenal oleh penjamin
               c. Pihak orang yang berpiutang (Makful Lahu)
                   1) Diketahui identitasnya
                   2) Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa
                   3) Berakal sehat
       2. Objek Penjaminan (Makful Bihi)
            a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa uang, benda,
                maupun pekerjaan
            b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin
            c. Harus merupakan utang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali setelah
                dibayar atau dibebaskan
            d. Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya
            e. Tidak bertentangan dengan syariah
       3. Ijab Kabul, adalah pernyataan atau ekspresi saling ridha/rela diantara pihak –
           pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
           atau menggunakan cara – cara komunikasi modern.4


D. Jenis-Jenis akad Kafalah
      a. Kafalah bi al-Nafs : garansi fisik/badan- bisa juga di sebut sebagai daman al-
          wajh. Akad ini adalah garansi untuk menghadirkan seseorang, contohnya:
          garansi untuk menghadirkan seorang tersangka pada sidang pengadilan.


4
    Ibid hlm.254-256
b. Kafalah bi al –Mal : garansi keuangan/harta- jaminan yang di berikan pada
              kreditur, sebagai garansi akan di bayarkannya kembali segala kewajiban yang di
              bebankan kepada debitur.
Kafalah bi al Mal terbagi menjadi tiga:
     i.       Kafalah bi al-dayn : garansi hutang yang harus di bayarkan oleh debitur kepada
              kreditur nya.
    ii.       Kafalah bi al–Taslim : garansi pada saat pengantaran atau pengangkutan barang
              atau properti kepada pemilik nya, atas nama penyewa ketika kontrak sewa –
              menyewa nya berakhir.
    iii.      Kafalah bi al-Dark : garansi yang di berikan oleh penjual akan barang dagangan
              nya, yang apabila barang tersebut cacat pihak pembeli dapat mengembalikan nya
              kepada pihak penjual dengan ganti rugi tunai atau barang.
Akad kafalah dibagi lagi sesuai dengan keperluan nya, yaitu:
           1. Mutlaqah-garansi yang tidak terbatas.
           2. Muqayyadan bi al-wasf-garansi yang terbatas pada keadaan tertentu.
           3. Mu’allaq bi syart- akad garansi yang akan berlaku di kemudian hari sesuai
              dengan kondisi atau syarat tertentu.
           4. Mudafan ila waqt - garansi dengan masa tangguh
           5. Muhaddad liwaqt –garansi yang di batasi dengan jangka waktu tertentu.
Akad kafalah dapat di applikasikan kepada transaksi ekonomi syariah sebagai akad
tambahan pada transaksi yang menggunakan akad Murabahah, Ijarah, Salam, ‘Istisna,
Musyarakah dan Mudharabah.5
Sedangkan M. Syafi'i Antonio memberikan penjelasan tentang pembagian kafalah adalah
sebagai berikut:.
           1. Kafalah    bi al-mal, adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan
              utang. Bentuk     kafalah ini merupakan      sarana     yang paling luas   bagi   bank
              untuk memberikan jaminan kepada para nasabahnya dengan imbalan/fee tertentu.
           2. Kafalah bi al-nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin. Dalam hal ini, bank
              dapat bertindak sebagai Juridical Personality yang dapat memberikan jaminan
              untuk tujuan tertentu.

5
    http://nibrahosen.multiply.com/journal/item/44/kafalah/ date:16-03-2011 time:14.00
3. Kafalah     bi   al-taslim,   adalah     jaminan   yang    diberikan   untuk   menjamin
      pengembalian barang sewaan pada saat masa sewanya berakhir. Jenis pemberian
      jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk keperluan nasabahnya dalam
      bentuk kerjasama dengan perusahaan, leasing company. Jaminan pembayaran bagi
      bankdapat berupa deposito/tabungan, dan pihak bank diperbolehkan memungut
      uang jasa/fee kepada nasabah tersebut.
   4. Kafalah al-munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu dan
      untuk tujuan/kepentingan tertentu. Dalam dunia perbankan, kafalah model ini dikenal
      dengan bentuk performance bond (jaminan prestasi).
   5. Kafalah al-mu’allaqah, Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah
      al-munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu
      pula.


E. Berakhirnya Kafalah
   1. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh
      penjamin, atau jika kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada
      orang yang berutang.
   2. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin.
      Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun, jika
      kreditor melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang
      telah terlepas dari utang tersebut.
   3. ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah). Dalam kasus ini
      baik orang terutang ataupun penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut.
   4. ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan
      kreditor.
   5. kreditor    dapat    mengakhiri        kontrak   kafalah   walaupun    penjamin   tidak
      menyetujuinya.


F. Perlakuan Akuntansi Al – Kafalah
Bagi Pihak Penjamin
1. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waktu)
          Jurnal :
          Dr. Kas                                                 xxx
                       Kr. Pendapatan Kafalah
               xxx
       2. Pada saat membayar beban
          Jurnal :
          Dr. Beban Kafalah                               xxx
                       Kr. Kas
               xxx


Bagi Pihak yang Meminta Jaminan
      1. Pada saat membayar beban
          Jurnal :
          Dr. Beban Kafalah                               xxx
                       Kr. Kas
               xxx 6


G. Macam-macam Orang Yang Dapat Ditanggung
          Mengenai siapa orang-orang yang dapat ditanggung, para ulama fikih menyatakan,
bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menerima jaminan/tanggungan tersebut. Mereka
hanya berbeda pendapat mengenai orang yang sudah wafat (mati) yang tidak meninggalkan
harta warisan. Menurut pendapat Imam Malik dan Syafi'i, hal yang demikian boleh
ditanggung. Alasannya adalah dengan berpedoman pada Hadis tersebut di atas tentang
ketidaksediaan Nabi SAW. menshalatkan jenazah karena meninggalkan sejumlah hutang.
Sedangkan Imam Hanafi menyatakan tidak boleh, dengan alasan bahwa tanggungan
tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan orang yang tidak ada. Berbeda halnya dengan orang
yang pailit.




6
    Ibid hlm.256-257
Jumhur fuqaha' juga berpendapat tentang bolehnya memberikan tanggungan kepada orang
yang dipenjara atau orang yang sedang dalam keadaan musafir. Tetapi Imam Abu Hanifah
tidak membolehkannya


H. Masa Tanggungan
         Masa tanggungan dengan harta, yakni masa penuntutan kepada penanggung adalah
dimulai sejak tetapnya hak atas orang yang ditanggung, baik berdasarkan pengakuannya
maupun saksi, demikian pendapat fuqaha'.
         Kemudian fuqaha' bersilang pendapat tentang masa wajibnya tanggungan dengan
badan, apakah tanggungan tersebut menjadi wajib sebelum tetapnya hak atau tidak?.
Segolongan fuqaha' berpendapat, bahwa tanggungan itutidak menjadi wajib sebelum
tetapnya hak. Pandangan ini dipegangi oleh golongan Imam Malik, Syuraih al-Qadhi dan
al-Sya'bi. Segolongan lainnya berpendapat, bahwa untuk menetapkan hak tersebut harus
ada konfirmasi dengan pihak penanggung (dengan badan) dan ia memang bersedia menjadi
penanggung.
         Selanjutnya,     kapan         pengambilan      hak itu terjadi     atau      kapankah
pengambilan hak itu menjadi wajib, dan sampai kapan waktunya?, Sebagian fuqaha'
berpendapat bahwa apabila debitur dapat menyampaikan bukti-bukti yang kuat atau
saksi misalnya,    maka       ia     harus     memberikan    penanggung      (dengan    badan),
sehingga terlihat haknya. Jika tidak demikian, maka tidak ada keharusan memberi
penanggung. Apabila ia ingin juga mengambil penanggung dengan berupaya menghadirkan
saksi, maka ia diberikan tempo selama 5 (lima) hari kerja untuk maksud tersebut,
yakni masa penanggung memberikan tanggungan. Ini pendapat Ibn al-Qashim dari kalangan
madzhab Maliki.
         Fuqaha' Irak berpandangan, bahwa tidak dapat diambil penanggung atas debitur
sebelum tetapnya hak. Sependapat dengan Ibn al-Qashim, mereka memberikan waktu hanya 3
(tiga) hari. la menambahkan, bahwa tidak boleh diambil penanggung atas seseorang kecuali
dengan adanya saksi. Dengan demikian akan tampak jelaspengakuannya itu benar atau tidak
benar.
         Apabila   keadilan        antara    kedua   belah   pihak   dalam    masalah ini akan
ditegakkan, maka keberadaan saksi mutlak diperlukan, baik kesaksian atas beban (hutang)
debitur      maupun       kesaksian       atas    diambilnya          tanggungan     oleh      pihak
penanggung. Ini memudahkan pihak Kreditur dalam melakukan tindakan-tindakan ke depan,
apabila diperlukan.


I. Kewajiban Penanggung
          Apabila     orang     yang      ditanggung       tersebut      bepergian     jauh     atau
"menghilang", bagaimanakah tanggung jawab orang yang menanggung?. Dalam hal ini ada
tiga pendapat, sebagai berikut:
          Penanggung wajib mendatangkan (menemukan) orang yang ditanggung,
atau mengganti kerugian. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Malik beserta pengikutnya dan
fuqaha' Madinah. Bahwa penanggung dipenjarakan, sehingga orang yang ditanggung telah
datang, atau    kalau    dia    wafat, telah diketahui     kewafatannya. Ini pandangan         Imam
Abu Hanifah dan fuqaha' Irak.
          Bahwa       penanggung       tidak     terkena      kewajiban       apapun        termasuk
dipenjarakan, kecuali      ia     harus     mencarinya/mendatangkannya, jika ia         mengetahui
tempatnya. Ini pendapat Abu ‘Ubaid al-Qasim. Pendapat Imam Malik yang mengatakan, bahwa
penanggung harus menanggung kerugian atas orang yang ditanggung apabila ia pergi,
didasarkan pada Hadis Ibnu 'Abbas r.a. sebagai berikut: "Sesungguhnya seorang laki-laki
meminta kepada debiturnya agar memberikan hartanya kepadanya, lalu ia memberikan
penanggung kepadanya, tetapi ia tidakmampu, sehingga orang tersebut mengadukannya
kepada Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW. pun menanggungnya, kemudian debitur
memberikan harta kepadanya. "
          Mereka mengatakan, bahwa Hadis ini menunjukkan adanya penggantian kerugian
secara mutlak. Berbeda dengan fuqaha' Irak yang berpandangan bahwa, penanggung
hanya berkewajiban      menghadirkan       apa   yang      ditanggungnya,    yakni   orang     (yang
ditanggungnya). Karenanya, penanggungan tersebut tidak harus menyertakan harta, kecuali
apabila penanggungan tersebut memang disyaratkan demikian atas dirinya.
          Selanjutnya, Imam Malik berpendapat bahwa, apabila seseorang mensyaratkan
tanggungan (badan) tanpa harta, sedangkan iapun menjelaskan syarat tersebut, maka harta
tersebut tidak wajib atasnya. Karena apabila harta tersebut menjadi beban kewajibannya,
berarti ia melakukan perbuatan yang melawan apa-apa yangdisyaratkannya itu. Berbeda dengan
tanggungan harta, fuqaha' telah sepakat bahwa, apabila orang yang ditanggung tersebut
meninggal atau pergi, maka penanggung harus mengganti kerugian.
        Tentang pandangan yang membolehkan kreditur menuntut penanggung, baik yang
ditanggung itu bepergian atau tidak, kaya atau miskin, maka mereka beralasan dengan Hadis
Qubaishah Ibn al-Makhariqi r.a. sebagai berikut: "Aku membawa satu tanggungan, maka aku
mendatangi Nabi SAW. kemudian aku bertanya kepada beliau tentang (tanggungan
itu). Maka beliau bersabada: "Kami akan mengeluarkan tanggungan itu atas namamu
dari onta sedekah. Hai Qubaishah! sesungguhnya perkara ini tidak halal, kecuali pada
tiga hal". Kemudian beliau menyebutkan tentang seorang laki-laki yang membawa suatu
tanggungan dari laki-laki lain, sehingga ia melunasinya ".
        Hadis      tersebut   di   atas     memberikan    petunjuk     bahwa,   Nabi     SAW.
membolehkan penuntutan terhadap penanggung, tanpa mempertimbangkan kondisi orang
yang ditanggung.


J. Obyek Tanggungan
        Mengenai obyek tanggungan, menurut sebagian besar ulama fikih, adalah harta.
Hal    ini    didasarkan      kepada      Hadis   Nabi   SAW: “Penanggung itu menanggung
kerugian.” Sehubungan dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggung adalah
berupa harta, maka hal ini dikategorikan menjadi tiga hal, sebagai berikut:
        Tanggungan       dengan    hutang,    yaitu   kewajiban      membayar   hutang   yang
menjadi tanggungan orang lain. Dalam masalah tanggungan hutang, disyaratkan bahwa
hendaknya, nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya transaksi tanggungan/jaminan
dan bahwa barangnya diketahui, karena apabila tidak diketahui, makadikhawatirkan akan
terjadi gharar.
        Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan materi tertentu
yang berada di tangan orang lain. Jika berbentuk bukan jaminan seperti 'ariyah (pinjaman)
atau wadi 'ah (titipan), maka kafalah tidak sah. Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang
diberikan oleh seorang penjual kepada pembeli karena adanya risikoyang mungkin
timbul dari barang yang dijual- belikan.


K. Upah Atas Jasa Kafalah
Adiwarman A. Karim memberikan keterangan tentang upah atas jasa kafalah ini yang
ia kemukakan dengan mengawali sebuah pertanyaan: "Bolehkah si pejamin mengambil
upah atas jasanya itu?" Kemudian ia menjelaskan bahwa, ulama kontemporer, seperti
Mustafa Abdullah al-Hamsyari yang mengutip pendapat Imam Syafi'i, berpadangan bahwa
pemberian uang (fee) kepada orang yang ditugaskan untuk mengadukan suatu masalah
kepada raja tidak dapat dianggap sebagai uang sogok (riswah), tetapi dianggap sebagai
upah (ju'alah), dan hukumnya sebagai ganjaran lelah atau biaya perjalanannya.
Ulama lain, Abdu al-Sai' al-Misri mengatakan, bahwa seorang penanggung/penjamin
haruslah   mendapatkan      upah    sesuai     dengan      pekerjaannya       sebagai    penjamin.
Pendapat ini membuka peluang dimasukkannya pertimbangan besarnya risiko yang
dipikul oleh si penjamin dalam memperhitungkan upahnya.


L. Akibat-akibat Hukum Kafalah
       Apabila    orang    yang    ditanggung      tidak     ada   (pergi     atau    menghilang),
maka kafil berkewajiban     menjamin         sepenuhnya.     Dan    ia      tidak    dapat   keluar
dari kafalah, kecuali dengan jalan memenuhi hutang yang menjadi beban'ashil (orang
yang ditanggung). Atau dengan jalan, bahwa orang memberikan pinjaman (hutang) -dalam
hal ini bank- menyatakan bebas untuk kafil, atau ia mengundurkan diri dari kafalah. la berhak
mengundurkan diri, karena memang itu haknya.
       Adapun       yang      menjadi        hak    orang/bank        (sebagai makful        lahu)
menfasakh akad kafalah dari        pihaknya.        Karena         hak menfasakh ini         adalah
hak makful lahu. Dalam hal orang yang ditanggung melarikan diri, sedangkan ia tidak
mengetahui tempatnya, maka si penanggung tidak wajib mendatangkannya, tetapi apabila
ia mengetahui tempatnya, maka ia wajib mendatangkannya, dan si penanggung diberikan
waktu yang cukup untuk keperluan tersebut.


M. Penerapan Kafalah Dalam Perbankan
       Sebagaimana dimaklumi, bahwa kafalah (bank garansi) adalah jaminan yang
diberikan bank atas permintaan nasabah untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak lain
apabila nasabah yang bersangkutan tidak memenuhi kewajibannya.Di samping itu, jaminan
(penanggungan) tersebut bisa bersifat kebendaan, seperti hak tanggungan dan
jaminan fiducia serta        jaminan      perorangan (personal guarantee). Jaminan   perorangan
(termasuk di dalamnya badan hukum = company guarantee) dalam praktek perbankan
diberikan dalam bentuk bank garansi, sebagaimana diatur dalam SE Dir BI nomor: 23/7/
UKU, tanggal 18 Maret 1991.'
          Bank garansi yang diterbitkan suatu bank merupakan. pernyataan tertulis untuk
mengikatkan diri kepada penerima jaminan apabila di kemudian hari pihak terjamin tidak
memenuhi kewajibannya kepada penerima jaminan sesuai dengan jangka waktu dan
syarat-syarat yang telah ditentukan. Oleh karena itu, di dalam mekanisme bank garansi
terdapat tiga pihak yang terkait, yaitu bank sebagai penjamin, nasabah sebagai terjamin atas
permintaannya, dan penerima jaminan. Bank dalam pemberian garansi ini, bisaanya meminta
setoran jaminan sejumlah tertentu (sebagian atau seluruhnya) dari total nilai obyek yang
dijaminkan. Di samping itu, bank memungut biaya sebagai ju'alah dan biaya administrasi.7




7
    http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=23/ date:16-03-2011 time:14.00
111. Kesimpulan

Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

   a. Kafalah adalah salah satu fasilitas perbankan syari'ah yang merupakan jaminan dari si
       penjamin, baik berupa jaminan diri maupun barang untuk membebaskan kewajiban
       yang ditanggung pihak lain. Kafalah juga merupakan salah satu jenis akad tabarru’
       yang bertujuan untuk saling tolong – menolong.
   b. Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al – kafalah akan tetapi dapat
       disimpulkan pengertian al – kafalah menurut para fuqaha ialah menggabungkan dua
       beban (tanggungan) dalam permintaan dan utang.
   c. Kebolehan kafalah sebagai salah satu produk perbankan syari'ah didasarkan pada nash
       al Qur'an al-Karim, Hadis-Hadis Rasulullah SAW., dan beberapa pendapat jumhur
       fuqaha' sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan di atas, termasuk fatwa
       Dewan Syari'ah Nasional (DSN).
   d. Kafil mempunyai         kewajiban      secara      mutlak      yang        disebabkan
       penyertaan dirinya dalam akad kafalah ini.
   e. Hak fasakh adalah        berada      pada makful      lahu (bank),     sejauh      ia
       mau mempergunakannya.
Daftar Pustaka

 Nurhayati Sri, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 2 Revisi (Jakarta:
   Salemba Empat: 2011)
 http://warungghuroba.wordpress.com/2010/09/23/bab-11-kafalah-penjaminan/
 http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=23/
 http://nibrahosen.multiply.com/journal/item/44/kafalah/
 Al- Qur’an dan terjemahannya
Kel.10 al  kafalah

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Mudharabah
MudharabahMudharabah
Mudharabah
 
Psak 107 ijarah
Psak 107 ijarahPsak 107 ijarah
Psak 107 ijarah
 
Tugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UASTugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UAS
 
FIQH MUAMALAH - IJARAH
FIQH MUAMALAH -  IJARAHFIQH MUAMALAH -  IJARAH
FIQH MUAMALAH - IJARAH
 
Ppt akad murabahah
Ppt akad murabahahPpt akad murabahah
Ppt akad murabahah
 
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ahAkuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ah
 
Rangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh MuamalahRangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh Muamalah
 
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan MurabahahPembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah
 
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
 
Gadai Syariah-Rahn
Gadai Syariah-RahnGadai Syariah-Rahn
Gadai Syariah-Rahn
 
murabahah
murabahahmurabahah
murabahah
 
Psak 102 murabahah
Psak 102 murabahahPsak 102 murabahah
Psak 102 murabahah
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Psak 104 istshina
Psak 104 istshinaPsak 104 istshina
Psak 104 istshina
 
Akuntansi istishna
Akuntansi istishnaAkuntansi istishna
Akuntansi istishna
 
Pegadaian syari’ah
Pegadaian syari’ahPegadaian syari’ah
Pegadaian syari’ah
 
Psak 103 salam
Psak 103 salamPsak 103 salam
Psak 103 salam
 
akad wadiah
akad wadiahakad wadiah
akad wadiah
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 

Similar to Kel.10 al kafalah

Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingMakalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingAZA Zulfi
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
Kafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalahKafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalahansyori ajid
 
Presentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh MuamalatPresentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh MuamalatRazma
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahMulyanah
 
Ermi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islam
Ermi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islamErmi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islam
Ermi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islamrobert adam
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahayusl268
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
Azizah Othman
Azizah OthmanAzizah Othman
Azizah Othmanidmac2015
 
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahHiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahAhmad Zainal Arifin
 
Landasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahUlfi Oktaviana
 
Takaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalTakaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalMuhammad Md Yazed
 
Power point jaminan
Power point jaminanPower point jaminan
Power point jaminanasar_azzahra
 

Similar to Kel.10 al kafalah (20)

Khafalah
KhafalahKhafalah
Khafalah
 
Fiqh Kelas X
Fiqh Kelas XFiqh Kelas X
Fiqh Kelas X
 
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingMakalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
Kafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalahKafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalah
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Presentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh MuamalatPresentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh Muamalat
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalah
 
Ermi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islam
Ermi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islamErmi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islam
Ermi suhasti sy operasionalisasipegadaian dalam perspektif islam
 
Makalah pegadaian
Makalah pegadaianMakalah pegadaian
Makalah pegadaian
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Fiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutangFiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutang
 
Azizah Othman
Azizah OthmanAzizah Othman
Azizah Othman
 
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahHiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
 
Landasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariah
 
Takaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalTakaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensional
 
Makalah pegadaian
Makalah pegadaianMakalah pegadaian
Makalah pegadaian
 
Power point jaminan
Power point jaminanPower point jaminan
Power point jaminan
 

More from Mulyanah

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakatMulyanah
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnMulyanah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanMulyanah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Mulyanah
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarahMulyanah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahahMulyanah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahMulyanah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahMulyanah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakafMulyanah
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualahMulyanah
 

More from Mulyanah (12)

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakat
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahn
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasan
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’
 
Kel.7 sharf
Kel.7 sharfKel.7 sharf
Kel.7 sharf
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakaf
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualah
 

Recently uploaded

(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 

Recently uploaded (20)

(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 

Kel.10 al kafalah

  • 1. MAKALAH AL - KAFALAH Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah : “ Akuntansi LKS “ Disusun Oleh : Kelompok 10 1. Dian Badriah (081400134) 2. Dini Arista (081400132) EKIS A/VI (Enam) FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN 2011 M / 1432 H
  • 2. 1. Pendahuluan Diantara masalah-masalah yang banyak melibatkan anggota masyarakat dalam kehidupan sehari – hari adalah masalah muamalah (akad, transaksi) dalam berbagai bidang. Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat, maka pedoman dan tatanannya pun perlu dipelajari dan diketahui dengan baik, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan pelanggaran yang merusak kehidupan ekonomi dan hubungan sesama manusia. Kesadaran muamalah hendaknya tertanam lebih dahulu dalam diri masing masing, sebelum orang terjun kedalam kegiatan muamalah itu. Pemahaman agama, pengendalian diri, pengalaman, akhlaqul karimah dan pengetahuan tentang seluk beluk muamalah hendaknya dikuasai sehingga menyatu dalam diri pelaku (pelaksana)muamalah itu. Kegiatan muamalah ini sangat banyak salah satu diantaranya adalah akad al – kafalah yang akan kami bahas dalam makalah kami, sebagai salah satu bentuk aktifitas ekonomi, kafalah atau jaminan menjadi hal yang amat sering dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai transaksi ekonomi demi memenuhi kebutuhan. Dalam Islam, kafalah, selain dilakukan oleh masyarakat secara ’urf, juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secara syar’iyah sebagaimana ditemukan aktifitas kafalah yang direkam dan dijustifikasi oleh al- Qur’an, al-Hadis, dan juga telah menjadi ijma ulama’. Seiring perkembangan zaman, kafalah pun mengalami perkembangan dan modifikasi sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut dengan penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari’ah.
  • 3. 11. Pembahasan A. Pengertian Akad Kafalah Secara etimologi kafalah berarti dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan). (Sayid Sabiq,1997). Sedangkan secara terminology, sebagaimana yang dinyatakan oleh beberapa ulama fikih antara lain sebagai berikut :  Menurut Madzhab Maliki Al – kafalah adalah “ Orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi beban serta bebannya sendiri disatukan, baik menanggung pekerjaan yang sesuai (sama) maupun pekerjaan yang berbeda “(Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala mazahib al-arba’ah, hal 223)  Menurut Madzhab Hanafi Al – kafalah mempuyai 2 pengertian, yaitu : 1. Menggabungkan dzimmah kepada dzimmah yang lain dalam penagihan, dengan jiwa, utang atau zat benda. 2. Menggabungkan dzimmah kepada dzimmah yang lain dalam pokok (asal) utang. (Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala mazahib al-arba’ah, hal 221)  Menurut Madzhab Syafi’i Al – kafalah adalah “ Akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan (beban) yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau menghadirkan badan oleh orang yang berhak menghadirkannya “ (Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala mazahib al-arba’ah, hal 225)  Menurut Madzhab Hambali Al – kafalah adalah “ iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada orang lain serta kekekalan benda tersebut yang dibebankan atau iltizam orang yang mempunyai hak menghadirkan dua harta (pemiliknya) kepada orang yang mempunyai hak (Abdurrahman al-jaziri, al-fiqh’ala mazahib al-arba’ah, hal 224) Setelah diketahui definisi – definisi al – kafalah/al – dhaman menurut para ulama diatas maka al – kafalah/al – dhaman ialah menggabungkan dua beban (tanggungan) dalam permintaan dan utang.1 Akad kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil).Namun demikian akad 1 http://warungghuroba.wordpress.com/2010/09/23/bab-11-kafalah-penjaminan/date:16-03-2011 time:14.00
  • 4. kafalah ini tidak menjamin bahwa debitur lepas tanggung jawab terhadap semua kewajibannya, karena akad kafalah ini sifat nya hanya sebagai akad tambahan.2 Di dalam Kamus Istilah Fikih, kafalah diartikan menanggung atau penanggungan terhadap sesuatu, yaitu akad yang mengandung perjanjian dari seseorang di mana padanya ada hak yang wajib dipenuhi terhadap oranglain, dan berserikat bersama orang lain itu dalam hal tanggung jawab terhadap hak tersebut dalam menghadapi penagih (utang). Pada asalnya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti penjaminan sebagaimana tersebut di atas. Namun dalam perkembangannya, situasi telah rnengubah pengertian ini. Kafalah identik dengan kafalah al-wajhi (personal guarantee, jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan jaminan yang berbentuk harta secara mutlak. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kafalah adalah jaminan dari penjamin (pihak ketiga), baik berupa jaminan diri maupun harta kepada pihak kedua sehubungan dengan adanya hak dan kewajiban pihak kedua tersebut kepada pihak lain (pihak pertama). Konsep ini agak berbeda dengan konsep rahn yang juga bermakna barang jaminan, namun barang jaminannya dari orang yang berhutang. Ulama madzhab fikih membolehkan kedua jenis kafalah tersebut, baik diri maupun barang. Didalam perundang-undangan mesir misalnya kafalah diartikan sebagai menggabungkan tanggung jawab orang yang berhutang dan orang yang menjamin. Misalnya, ada seseorang akan mengajukan kredit kepada bank,kemudian ada orang kedua yang bertindak dan turut menjamin hutang seseorang tersebut. Ini berarti bahwa hutang tersebut menjadi tanggung jawab orang pertama dan juga orang kedua. Semakna dengan itu, KUH Perdata Pasal 1820 menyebutkan, bahwa penanggungan adalah ”suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.” 3 Secara teknis akad kafalah merupakan perjanjian antara seseorang yang memberikan penjaminan (penjamin) kepada seorang kreditor yang memberikan utang kepada seorang debitor, dimana utang debitor akan dilunasi oleh penjamin apabila debitor tidak membayar utangnya. Contoh akad kafalah garansi bank (bank guarantee), stand by Letter of Credit, pembukaan L/C impor, akseptasi, endorsement dan lain sebagainya. 2 Sri Nurhayati – Wasilah Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2011) hlm. 254 3 http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=23/ date:16-03-2011 time:14.00
  • 5. Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus segera dilunasi atau sesuatu dimasa depan. Kafalah dapat juga bersyarat, misalnya kalau kamu pinjamkan uang pada adikku maka aku akan jamin utangnya. Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling tolong – menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Skema Kafalah (2) Kafi’il/penanggung Makful/pihak ke-3 (1) Makful’alaih/pihak yang ditanggung Keterangan : 1. Penanggung bersedia menerima tanggungan dan pihak yang ditanggung 2. Penanggung menyepakati kad kafalah dengan pihak ketiga B. Landasan Syari'ah Legalitas kafalah selain dari al-Qur’an dan hadist juga di perkuat oleh Ijma jumhur Ulama yang berpendapat bahwa akad kafalah sangat penting untuk memproteksi Kreditur, dan dengan akad kafalah ini ada itikad baik dari debitur melalui garansi tersebut, terhadap pembayaran kembali akan semua kewajibannya kepada kreditur. Adapun dasar hukumnya sebagai berikut : 1. Al-Qur'an l
  • 6. “Dan Dia (Allah)menjadikan Zakaria sebagai penjaminnya (Maryam)”. (QS 3:37) )))))))) ( ( ( QS “Dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya”. (QS 12:72) 2. As-Sunnah Dari Abi Humamah, bahwa Rasulullah bersabda : “Penjamin adalah orang yang berkewajiban mesti membayar”. (HR Abu Dawud, At Tirmidzi) Telah dihadapkan kepada Rasulullah (mayat seorang lelaki untuk dishalatkan)… Rasulullah bertanya “Apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat menjawab “Tidak”, Rasulullah bertanya lagi, “Apakah dia mempunyai hutang?” Para sahabat menjawab. “Ya, sejumlah tiga dinar” Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, “saya menjamin utangnya ya Rasulullah”. Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR. Bukhari) 3. Ijma' ulama Para ulama madzhab membolehkan akad kafalah ini. Orang-orang Islam pada masa Nubuwwah mempraktekkan hal ini bahkan sampai saat ini, tanpa ada sanggahan dari seorang ulama-pun. Kebolehan akad kafalah dalam Islam juga didasarkan pada kebutuhkan manusia dan sekaligus untuk menegaskan madharat bagi orang-orang yang berhutang . C. Rukun Dan Ketentuan Syariah Rukun kafalah ada 3, yaitu : 1. Pelaku, yang terdiri atas pihak penjamin, pihak yang berutang, dan pihak yang berpiutang. 2. Objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa maupun pekerjaan. 3. Ijab kabul/serah terima.
  • 7. Ketentuan syariah, yaitu : 1. Pelaku a. Pihak Penjamin (Kafiil) 1) Baligh (dewasa) dan berakal sehat 2) Berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dan urusan hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan kafalah tersebut. b. Pihak orang yang berutang (Ashiil, Makful’anhu) 1) Sanggup menyerahkan tanggungannya (utang) kepada penjamin 2) Dikenal oleh penjamin c. Pihak orang yang berpiutang (Makful Lahu) 1) Diketahui identitasnya 2) Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa 3) Berakal sehat 2. Objek Penjaminan (Makful Bihi) a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa uang, benda, maupun pekerjaan b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin c. Harus merupakan utang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan d. Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya e. Tidak bertentangan dengan syariah 3. Ijab Kabul, adalah pernyataan atau ekspresi saling ridha/rela diantara pihak – pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara – cara komunikasi modern.4 D. Jenis-Jenis akad Kafalah a. Kafalah bi al-Nafs : garansi fisik/badan- bisa juga di sebut sebagai daman al- wajh. Akad ini adalah garansi untuk menghadirkan seseorang, contohnya: garansi untuk menghadirkan seorang tersangka pada sidang pengadilan. 4 Ibid hlm.254-256
  • 8. b. Kafalah bi al –Mal : garansi keuangan/harta- jaminan yang di berikan pada kreditur, sebagai garansi akan di bayarkannya kembali segala kewajiban yang di bebankan kepada debitur. Kafalah bi al Mal terbagi menjadi tiga: i. Kafalah bi al-dayn : garansi hutang yang harus di bayarkan oleh debitur kepada kreditur nya. ii. Kafalah bi al–Taslim : garansi pada saat pengantaran atau pengangkutan barang atau properti kepada pemilik nya, atas nama penyewa ketika kontrak sewa – menyewa nya berakhir. iii. Kafalah bi al-Dark : garansi yang di berikan oleh penjual akan barang dagangan nya, yang apabila barang tersebut cacat pihak pembeli dapat mengembalikan nya kepada pihak penjual dengan ganti rugi tunai atau barang. Akad kafalah dibagi lagi sesuai dengan keperluan nya, yaitu: 1. Mutlaqah-garansi yang tidak terbatas. 2. Muqayyadan bi al-wasf-garansi yang terbatas pada keadaan tertentu. 3. Mu’allaq bi syart- akad garansi yang akan berlaku di kemudian hari sesuai dengan kondisi atau syarat tertentu. 4. Mudafan ila waqt - garansi dengan masa tangguh 5. Muhaddad liwaqt –garansi yang di batasi dengan jangka waktu tertentu. Akad kafalah dapat di applikasikan kepada transaksi ekonomi syariah sebagai akad tambahan pada transaksi yang menggunakan akad Murabahah, Ijarah, Salam, ‘Istisna, Musyarakah dan Mudharabah.5 Sedangkan M. Syafi'i Antonio memberikan penjelasan tentang pembagian kafalah adalah sebagai berikut:. 1. Kafalah bi al-mal, adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang. Bentuk kafalah ini merupakan sarana yang paling luas bagi bank untuk memberikan jaminan kepada para nasabahnya dengan imbalan/fee tertentu. 2. Kafalah bi al-nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin. Dalam hal ini, bank dapat bertindak sebagai Juridical Personality yang dapat memberikan jaminan untuk tujuan tertentu. 5 http://nibrahosen.multiply.com/journal/item/44/kafalah/ date:16-03-2011 time:14.00
  • 9. 3. Kafalah bi al-taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk menjamin pengembalian barang sewaan pada saat masa sewanya berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk keperluan nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan, leasing company. Jaminan pembayaran bagi bankdapat berupa deposito/tabungan, dan pihak bank diperbolehkan memungut uang jasa/fee kepada nasabah tersebut. 4. Kafalah al-munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu dan untuk tujuan/kepentingan tertentu. Dalam dunia perbankan, kafalah model ini dikenal dengan bentuk performance bond (jaminan prestasi). 5. Kafalah al-mu’allaqah, Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula. E. Berakhirnya Kafalah 1. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang. 2. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun, jika kreditor melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut. 3. ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah). Dalam kasus ini baik orang terutang ataupun penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut. 4. ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan kreditor. 5. kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya. F. Perlakuan Akuntansi Al – Kafalah Bagi Pihak Penjamin
  • 10. 1. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waktu) Jurnal : Dr. Kas xxx Kr. Pendapatan Kafalah xxx 2. Pada saat membayar beban Jurnal : Dr. Beban Kafalah xxx Kr. Kas xxx Bagi Pihak yang Meminta Jaminan 1. Pada saat membayar beban Jurnal : Dr. Beban Kafalah xxx Kr. Kas xxx 6 G. Macam-macam Orang Yang Dapat Ditanggung Mengenai siapa orang-orang yang dapat ditanggung, para ulama fikih menyatakan, bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menerima jaminan/tanggungan tersebut. Mereka hanya berbeda pendapat mengenai orang yang sudah wafat (mati) yang tidak meninggalkan harta warisan. Menurut pendapat Imam Malik dan Syafi'i, hal yang demikian boleh ditanggung. Alasannya adalah dengan berpedoman pada Hadis tersebut di atas tentang ketidaksediaan Nabi SAW. menshalatkan jenazah karena meninggalkan sejumlah hutang. Sedangkan Imam Hanafi menyatakan tidak boleh, dengan alasan bahwa tanggungan tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan orang yang tidak ada. Berbeda halnya dengan orang yang pailit. 6 Ibid hlm.256-257
  • 11. Jumhur fuqaha' juga berpendapat tentang bolehnya memberikan tanggungan kepada orang yang dipenjara atau orang yang sedang dalam keadaan musafir. Tetapi Imam Abu Hanifah tidak membolehkannya H. Masa Tanggungan Masa tanggungan dengan harta, yakni masa penuntutan kepada penanggung adalah dimulai sejak tetapnya hak atas orang yang ditanggung, baik berdasarkan pengakuannya maupun saksi, demikian pendapat fuqaha'. Kemudian fuqaha' bersilang pendapat tentang masa wajibnya tanggungan dengan badan, apakah tanggungan tersebut menjadi wajib sebelum tetapnya hak atau tidak?. Segolongan fuqaha' berpendapat, bahwa tanggungan itutidak menjadi wajib sebelum tetapnya hak. Pandangan ini dipegangi oleh golongan Imam Malik, Syuraih al-Qadhi dan al-Sya'bi. Segolongan lainnya berpendapat, bahwa untuk menetapkan hak tersebut harus ada konfirmasi dengan pihak penanggung (dengan badan) dan ia memang bersedia menjadi penanggung. Selanjutnya, kapan pengambilan hak itu terjadi atau kapankah pengambilan hak itu menjadi wajib, dan sampai kapan waktunya?, Sebagian fuqaha' berpendapat bahwa apabila debitur dapat menyampaikan bukti-bukti yang kuat atau saksi misalnya, maka ia harus memberikan penanggung (dengan badan), sehingga terlihat haknya. Jika tidak demikian, maka tidak ada keharusan memberi penanggung. Apabila ia ingin juga mengambil penanggung dengan berupaya menghadirkan saksi, maka ia diberikan tempo selama 5 (lima) hari kerja untuk maksud tersebut, yakni masa penanggung memberikan tanggungan. Ini pendapat Ibn al-Qashim dari kalangan madzhab Maliki. Fuqaha' Irak berpandangan, bahwa tidak dapat diambil penanggung atas debitur sebelum tetapnya hak. Sependapat dengan Ibn al-Qashim, mereka memberikan waktu hanya 3 (tiga) hari. la menambahkan, bahwa tidak boleh diambil penanggung atas seseorang kecuali dengan adanya saksi. Dengan demikian akan tampak jelaspengakuannya itu benar atau tidak benar. Apabila keadilan antara kedua belah pihak dalam masalah ini akan ditegakkan, maka keberadaan saksi mutlak diperlukan, baik kesaksian atas beban (hutang)
  • 12. debitur maupun kesaksian atas diambilnya tanggungan oleh pihak penanggung. Ini memudahkan pihak Kreditur dalam melakukan tindakan-tindakan ke depan, apabila diperlukan. I. Kewajiban Penanggung Apabila orang yang ditanggung tersebut bepergian jauh atau "menghilang", bagaimanakah tanggung jawab orang yang menanggung?. Dalam hal ini ada tiga pendapat, sebagai berikut: Penanggung wajib mendatangkan (menemukan) orang yang ditanggung, atau mengganti kerugian. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Malik beserta pengikutnya dan fuqaha' Madinah. Bahwa penanggung dipenjarakan, sehingga orang yang ditanggung telah datang, atau kalau dia wafat, telah diketahui kewafatannya. Ini pandangan Imam Abu Hanifah dan fuqaha' Irak. Bahwa penanggung tidak terkena kewajiban apapun termasuk dipenjarakan, kecuali ia harus mencarinya/mendatangkannya, jika ia mengetahui tempatnya. Ini pendapat Abu ‘Ubaid al-Qasim. Pendapat Imam Malik yang mengatakan, bahwa penanggung harus menanggung kerugian atas orang yang ditanggung apabila ia pergi, didasarkan pada Hadis Ibnu 'Abbas r.a. sebagai berikut: "Sesungguhnya seorang laki-laki meminta kepada debiturnya agar memberikan hartanya kepadanya, lalu ia memberikan penanggung kepadanya, tetapi ia tidakmampu, sehingga orang tersebut mengadukannya kepada Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW. pun menanggungnya, kemudian debitur memberikan harta kepadanya. " Mereka mengatakan, bahwa Hadis ini menunjukkan adanya penggantian kerugian secara mutlak. Berbeda dengan fuqaha' Irak yang berpandangan bahwa, penanggung hanya berkewajiban menghadirkan apa yang ditanggungnya, yakni orang (yang ditanggungnya). Karenanya, penanggungan tersebut tidak harus menyertakan harta, kecuali apabila penanggungan tersebut memang disyaratkan demikian atas dirinya. Selanjutnya, Imam Malik berpendapat bahwa, apabila seseorang mensyaratkan tanggungan (badan) tanpa harta, sedangkan iapun menjelaskan syarat tersebut, maka harta tersebut tidak wajib atasnya. Karena apabila harta tersebut menjadi beban kewajibannya, berarti ia melakukan perbuatan yang melawan apa-apa yangdisyaratkannya itu. Berbeda dengan
  • 13. tanggungan harta, fuqaha' telah sepakat bahwa, apabila orang yang ditanggung tersebut meninggal atau pergi, maka penanggung harus mengganti kerugian. Tentang pandangan yang membolehkan kreditur menuntut penanggung, baik yang ditanggung itu bepergian atau tidak, kaya atau miskin, maka mereka beralasan dengan Hadis Qubaishah Ibn al-Makhariqi r.a. sebagai berikut: "Aku membawa satu tanggungan, maka aku mendatangi Nabi SAW. kemudian aku bertanya kepada beliau tentang (tanggungan itu). Maka beliau bersabada: "Kami akan mengeluarkan tanggungan itu atas namamu dari onta sedekah. Hai Qubaishah! sesungguhnya perkara ini tidak halal, kecuali pada tiga hal". Kemudian beliau menyebutkan tentang seorang laki-laki yang membawa suatu tanggungan dari laki-laki lain, sehingga ia melunasinya ". Hadis tersebut di atas memberikan petunjuk bahwa, Nabi SAW. membolehkan penuntutan terhadap penanggung, tanpa mempertimbangkan kondisi orang yang ditanggung. J. Obyek Tanggungan Mengenai obyek tanggungan, menurut sebagian besar ulama fikih, adalah harta. Hal ini didasarkan kepada Hadis Nabi SAW: “Penanggung itu menanggung kerugian.” Sehubungan dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggung adalah berupa harta, maka hal ini dikategorikan menjadi tiga hal, sebagai berikut: Tanggungan dengan hutang, yaitu kewajiban membayar hutang yang menjadi tanggungan orang lain. Dalam masalah tanggungan hutang, disyaratkan bahwa hendaknya, nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya transaksi tanggungan/jaminan dan bahwa barangnya diketahui, karena apabila tidak diketahui, makadikhawatirkan akan terjadi gharar. Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan materi tertentu yang berada di tangan orang lain. Jika berbentuk bukan jaminan seperti 'ariyah (pinjaman) atau wadi 'ah (titipan), maka kafalah tidak sah. Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang diberikan oleh seorang penjual kepada pembeli karena adanya risikoyang mungkin timbul dari barang yang dijual- belikan. K. Upah Atas Jasa Kafalah
  • 14. Adiwarman A. Karim memberikan keterangan tentang upah atas jasa kafalah ini yang ia kemukakan dengan mengawali sebuah pertanyaan: "Bolehkah si pejamin mengambil upah atas jasanya itu?" Kemudian ia menjelaskan bahwa, ulama kontemporer, seperti Mustafa Abdullah al-Hamsyari yang mengutip pendapat Imam Syafi'i, berpadangan bahwa pemberian uang (fee) kepada orang yang ditugaskan untuk mengadukan suatu masalah kepada raja tidak dapat dianggap sebagai uang sogok (riswah), tetapi dianggap sebagai upah (ju'alah), dan hukumnya sebagai ganjaran lelah atau biaya perjalanannya. Ulama lain, Abdu al-Sai' al-Misri mengatakan, bahwa seorang penanggung/penjamin haruslah mendapatkan upah sesuai dengan pekerjaannya sebagai penjamin. Pendapat ini membuka peluang dimasukkannya pertimbangan besarnya risiko yang dipikul oleh si penjamin dalam memperhitungkan upahnya. L. Akibat-akibat Hukum Kafalah Apabila orang yang ditanggung tidak ada (pergi atau menghilang), maka kafil berkewajiban menjamin sepenuhnya. Dan ia tidak dapat keluar dari kafalah, kecuali dengan jalan memenuhi hutang yang menjadi beban'ashil (orang yang ditanggung). Atau dengan jalan, bahwa orang memberikan pinjaman (hutang) -dalam hal ini bank- menyatakan bebas untuk kafil, atau ia mengundurkan diri dari kafalah. la berhak mengundurkan diri, karena memang itu haknya. Adapun yang menjadi hak orang/bank (sebagai makful lahu) menfasakh akad kafalah dari pihaknya. Karena hak menfasakh ini adalah hak makful lahu. Dalam hal orang yang ditanggung melarikan diri, sedangkan ia tidak mengetahui tempatnya, maka si penanggung tidak wajib mendatangkannya, tetapi apabila ia mengetahui tempatnya, maka ia wajib mendatangkannya, dan si penanggung diberikan waktu yang cukup untuk keperluan tersebut. M. Penerapan Kafalah Dalam Perbankan Sebagaimana dimaklumi, bahwa kafalah (bank garansi) adalah jaminan yang diberikan bank atas permintaan nasabah untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak lain apabila nasabah yang bersangkutan tidak memenuhi kewajibannya.Di samping itu, jaminan (penanggungan) tersebut bisa bersifat kebendaan, seperti hak tanggungan dan
  • 15. jaminan fiducia serta jaminan perorangan (personal guarantee). Jaminan perorangan (termasuk di dalamnya badan hukum = company guarantee) dalam praktek perbankan diberikan dalam bentuk bank garansi, sebagaimana diatur dalam SE Dir BI nomor: 23/7/ UKU, tanggal 18 Maret 1991.' Bank garansi yang diterbitkan suatu bank merupakan. pernyataan tertulis untuk mengikatkan diri kepada penerima jaminan apabila di kemudian hari pihak terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada penerima jaminan sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Oleh karena itu, di dalam mekanisme bank garansi terdapat tiga pihak yang terkait, yaitu bank sebagai penjamin, nasabah sebagai terjamin atas permintaannya, dan penerima jaminan. Bank dalam pemberian garansi ini, bisaanya meminta setoran jaminan sejumlah tertentu (sebagian atau seluruhnya) dari total nilai obyek yang dijaminkan. Di samping itu, bank memungut biaya sebagai ju'alah dan biaya administrasi.7 7 http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=23/ date:16-03-2011 time:14.00
  • 16. 111. Kesimpulan Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Kafalah adalah salah satu fasilitas perbankan syari'ah yang merupakan jaminan dari si penjamin, baik berupa jaminan diri maupun barang untuk membebaskan kewajiban yang ditanggung pihak lain. Kafalah juga merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling tolong – menolong. b. Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al – kafalah akan tetapi dapat disimpulkan pengertian al – kafalah menurut para fuqaha ialah menggabungkan dua beban (tanggungan) dalam permintaan dan utang. c. Kebolehan kafalah sebagai salah satu produk perbankan syari'ah didasarkan pada nash al Qur'an al-Karim, Hadis-Hadis Rasulullah SAW., dan beberapa pendapat jumhur fuqaha' sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan di atas, termasuk fatwa Dewan Syari'ah Nasional (DSN). d. Kafil mempunyai kewajiban secara mutlak yang disebabkan penyertaan dirinya dalam akad kafalah ini. e. Hak fasakh adalah berada pada makful lahu (bank), sejauh ia mau mempergunakannya.
  • 17. Daftar Pustaka  Nurhayati Sri, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 2 Revisi (Jakarta: Salemba Empat: 2011)  http://warungghuroba.wordpress.com/2010/09/23/bab-11-kafalah-penjaminan/  http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=23/  http://nibrahosen.multiply.com/journal/item/44/kafalah/  Al- Qur’an dan terjemahannya