1. BERCERMIN PADA QARUN
Bercerminlah pada sejarah! Itulah ungkapan yang sering
dinyatakan orang. Belajar sejarah adalah mengambil 'ibrah (menggali
informasi untuk mendapatkan inspirasi). Al-Quran pun banyak memuat
ayat-ayat sejarah (qashash), dan oleh karenanya bisa menjadi 'ibrah bagi
siapa pun yang mau mengambil pelajaran darinya. Termasuk di
dalamnya ceritera tentang "Qarun".
Perhatikan rangkaian ayat al-Quran berikut:
"Sesungguhnya Qarun (adalah) termasuk kaum Musa 1, maka ia berlaku aniaya
terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan
harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-
kuat. (ingatlah) Ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
membanggakan diri". Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta
itu, karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya
Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya
kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah
Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya 2. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: "Mudah-mudahan kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar". Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-
orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh
orang- orang yang sabar". Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke
dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat)
membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan
kedudukan Qarun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki
bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya;
kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah
1Qarun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.
2Menurut para mufassir: Qarun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap
dengan pengawal, hamba sahaya dan inang-pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya
kepada kaumnya
1
2. membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang
mengingkari (nikmat Allah)". (QS al-Qashash [28]: 76-82)
Qarun adalah sepupu Nabi Musa a.s.. Ia dikenal sebagai seorang
hartawan di Mesir. Dalam Al-Quran, nama Qarun disebut sebanyak
empat kali. Satu kali dalam surat al-Mu'min dan al-'Ankabût, dua kali
dalam surat al-Qashash. Allah SWT memberikan anugerah nikmat
kepada Qarun berupa limpahan harta kekayaan. Tetapi, Qarun
mengingkari nikmat ini. Dia berkata, ''Sesungguhnya aku hanya diberi harta
itu karena ilmu yang ada padaku.'' (QS al-Qashash [28]: 78).
Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan bencana sebagai
hukuman untuknya sekaligus sebagai pelajaran bagi yang lain. ''Maka,
kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada suatu
golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah.'' (QS al-Qashash [28]:
81).
Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta
dunia, dan sombong. Allah SWT berfirman:
"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan Sesungguhnya telah datang kepada
mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata.
akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-
orang yang luput (dari kehancuran itu)." (QS al-'Ankabût [29]: 39).
Kisah Qarun pun sekaligus mengajarkan kita arti penting sikap
(ber)-syukur. Allah SWT melalui syariat yang dibawa oleh Nabi
Muhammad s.a.w. mengajarkan kepada kita tentang bagaimana cara
menghindari karakter Qarun dengan berbagai cara. Di antaranya adalah
dengan membelanjakan harta di jalan-Nya seperti sedekah, zakat, infak 3,
dan wakaf.
Dalam al-Quran, Allah SWT menjanjikan:
3Secara bahasa (lughah), "zakat" berarti : tumbuh; berkembang dan berkah. atau
dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan. Sedangkan dalam terminologi syari'ah
(istilah syara'), zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu
untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu. Sementara pengertian infaq adalah
mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non-zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang
sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain. Infaq sunnah di
antaranya, infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam, infaq
kemanusiaan, dan lain-lain. Adapun shadaqah dapat bermakna infaq, zakat dan kebaikan
non-materi. Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq. Sebagian ulama fiqih, mengatakan
bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian
yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan
shadaqah.
2
3. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah4 adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui." (QS al-Baqarah [02]: 261).
Islam memberikan rambu-rambu bagi manusia supaya tidak
tersesat seperti Qarun. Karenanya, Allah SWT mengingatkan bahwa
hendaklah kita bersyukur atas limpahan nikmat kekayaan itu. Inilah
yang tidak dilakukan Qarun sehingga Allah SWT menimpakan bencana
terhadapnya. Sebagaimana firman-Nya:
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS Ibrâhîm [14]: 7).
Bila sudah begitu, tanpa sikap syukur, apakah harta Qarun masih
bernilai harganya? Adakah kekayaan Qarun akan bisa
menyelamatkannya?
Mulai saat ini: "bersyukurlah atas semua nikmat Allah yang
diberikan oleh-Nya kepada diri kita, dan jangan (sekali-kali) kita
bersikap kufur!"
Wallâhu a'lam bish-shawâb.
4Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan
jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penelitian ilmiah dan lain-lain.
3