Dokumen ini membahas sistem akuntansi biaya Activity Based Costing (ABC) dan produksi Just in Time (JIT). ABC mengalokasikan biaya ke aktivitas dan produk berdasarkan pemicu biaya, sedangkan JIT berfokus pada penghapusan aktivitas yang tidak menambah nilai untuk meningkatkan efisiensi dan mutu. Dokumen ini juga membandingkan pendekatan biaya tradisional dan JIT.
3. DEFINISI
Secara umum pengertian Activity Based Costing
System (ABC System) adalah suatu sistem biaya yang
mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-
aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu
membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada
produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas
dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar
selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan,
pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
(Charles T. Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502).
4. Kelompok Tingkatan Aktivitas
1. Tingkat Unit (Unit level activity)
Aktivitas yang besar kecilnya dipengaruhi langsung oleh
unit produksi.
2. Tingkat partai (Bacth level activity)
Aktivitas yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
banyaknya partai (batch) yang terjadi didalam satu periode.
3. Aktivitas mempertahankan produk (Sustain level activity)
Aktivitas yang berfungsi untuk mendukung dan
mempertahankan suatu produk secara individual.
4. Aktivitas mempertahankan fasilitas (Facility level Activity)
Aktivitas yang berkait dengan pengadaan fasilitas yang
dibutuhkan oleh kegiatan perusahaan secara menyeluruh.
5. Tradisional vs ABC
Tradisional
Dasar aktivitas yang dipakai biasanya berkaitan dengan
volume (volume-related activity base) seperti ekuivalen
unit, jam kerja langsung atau jam mesin langsung
ABC
Memakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit,
yang jumlah pemicu biayanya lebih besar ketimbang
jumlah pemicu pada system tradisional, sehingga
meningkatkan akurasi penentuan biaya pokok produk.
6. DEFINISI
JIT (Just In Time) merupakan suatu filosofi yang
memusatkan pada eliminasi aktivitas
pemborosan dengan cara memproduksi produk
sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya
membeli bahan sesuai dengan kebutuhan
produksi dengan tujuan strategis meningkatkan
laba, meningkatkan mutu, mengendalikan
persediaan, dan memperbaiki kinerja
pengiriman
(RA. Supriyono, 1999).
7. Empat Aspek Pokok JIT
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap
produk atau jasa harus di eliminasi. Aktivitas yang tidak
bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu
yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacat
sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya
untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan
pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang
berkesinambungan (Continuous Improvement) dalam
meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan
meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang
bernilai tambah.
8. SISTEM JIT
Sistem Pull-through
Persediaan tidak signifikan
Sel-sel pemanufakturan
Tenaga kerja terinterdisipliner
Pengendalian mutu (TQC)
Desentralisasi jasa
9. TRADISIONAL
Sistem Push-through
Persediaan signifikan
Berstruktur departemen
Tenaga kerja terspesialisasi
Level mutu akseptabel (AQL)
Sentralisasi jasa
10. Analisis Biaya-Volume-Laba Konvensional
Analisis biaya-volume-laba (CPV)
konvensional menganggap bahwa semua
biaya, produksi dan non produksi, dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok:
Biaya yang bervariasi dengan volume,
disebut biaya variabel
Biaya yang tidak bervariasi dengan
volume, disebut biaya tetap.
11. Analisis CPV (cost profit volume) dalam JIT
Dalam sistem JIT, biaya variabel per unit
produk yang dijual turun namun biaya
tetapnya naik.
Dalam JIT, biaya variabel berdasar batch
tidak ada karena batch menjadi satu kali