Makalah ini membahas keuntungan dan kerugian bagi mahasiswa Prancis terkait perubahan sistem pendidikan tinggi akibat proses Bologna. Perubahan utama adalah penghapusan DEUG dan penggunaan sistem kredit ECTS. Keuntungan antara lain jumlah ujian berkurang dan mobilitas mahasiswa meningkat. Namun, waktu untuk terjun ke dunia kerja menjadi lebih lama. Secara keseluruhan perubahan lebih banyak menguntung
Keuntungan dan Kerugian bagi Mahasiswa Prancis Terkait Perubahan Sistem Pendidikan Tinggi di Prancis
1. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BAGI MAHASISWA PRANCIS
TERKAIT PERUBAHAN SISTEM PENDIDIKAN TINGGI
MAKALAH
Diselesaikan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pranata Masyarakat
Prancis
Oleh
Hana Maulida 1106063023
PROGRAM STUDI PRANCIS
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
1
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan prosesus Bologna yang dilaksanakan pada 19 Juni
1999 tentang penyatuan sistem pendidikan tinggi di tingkat Eropa dan
menghasilkan European Higher Education Area, sistem pendidikan
Prancis pun mulai berubah secara perlahan mengikuti sistem pendidikan
tinggi Eropa. Perubahan tersebut dapat kita lihat dari tingkatan yang harus
ditempuh mahasiswa dalam pendidikan tinggi.
Dalam sistem pendidikan tinggi yang dulu, setelah mendapatkan
ijazah baccalauréat, mahasiswa yang memilih masuk ke Universitas harus
menempuh DEUG (Diplôme d’Étude Universitaire Generalise) 1 dan
DEUG 2. Setelah menempuh DEUG 2, barulah mahasiswa mendapatkan
ijazah DEUG. Setelah mendapat ijazah DEUG, mahasiswa bisa memilih
apakah ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya atau tidak. DEUG
merupakan siklus pertama dalam pendidikan tinggi di Prancis. Jenjang
berikutnya adalah licence atau yang sering kita sebut dengan sarjana.
Licence ditempuh selama satu tahun setelah menyelesaikan DEUG.
Setelah mendapatkan licence, mahasiswa dapat melanjutkan
studinya dengan menempuh maitrise, siklus kedua. Maitrise ditempuh
selama satu tahun. Setelah mendapatkan ijazah Maitrise, mahasiswa dapat
memilih apakah ingin mengambil DEA (Diplôme d’Étude Approfondie)
atau DESS (Diplôme d’Étude Superieurs Spesialisés). Baik DEA maupun
DESS ditempuh dalam waktu satu tahun. DEA dan DESS ini untuk
mendapatkan gelar master. Perbedaan antara DEA dan DESS adalah DEA
untuk mempersiapkan dan syarat menuju ke jenjang doktor tetapi DESS
2
3. tidak untuk melanjutkan ke program doktor. Seorang yang memegang
ijazah DEA dapat melanjutkan ke program doktor yang ditempuh selama
tiga tahun. Pendidikan untuk mendapatkan gelar doktor ini dinamakan
siklus ketiga.
Lain halnya dengan sistem pendidikan yang lama, sistem
pendidikan yang baru terlihat lebih simpel. Sistem pendidikan yang baru
hanya terdapat dua siklus, yaitu siklus pertama untuk mendapatkan gelar
sarjana dan siklus kedua untuk mendapatkan gelar magister dan doktor.
Sistem pendidikan yang baru ini dikenal dengan nama LMD (Licence-
Master-Doctorat).
Pada sistem pendidikan yang baru, DEUG dihapuskan sehingga
untuk mendapatkan gelar sarjana langsung ditempuh selama tiga tahun
tanpa ada tingkatan DEUG lagi. Setelah mendapat licence, mahasiswa
dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat master. Di tingkat master
sendiri terdapat dua program yaitu, professionnel dan recherche.
Mahasiswa dapat memilih program mana yang ingin ia ikuti. Jika ia
memilih program recherche, ia dapat melanjutkan studinya ke tingkat
doktorat. Tetapi jika ia memilih program professionnel, ia tidak bisa
melanjutkan ke program doktorat. Di tingkat doktorat, pendidikan
ditempuh selama tiga tahun. Selain itu, pada sistem pendidikan yang baru
menggunakan sistem ECTS (European Credit Transfer and Accumulation
System).1
B. Rumusan Masalah
Melihat pada fenomena perubahan sistem pendidikan tinggi di
Prancis, saya tertarik untuk membahas dampaknya bagi mahasiswa. Apa
saja keuntungan dan kerugian bagi mahasiswa dari perubahan sistem ini.
1
Untuk lebih memahami perbedaan sistem pendidikan tinggi yang lama dan yang baru, saya
melampirkan bagan pendidikan tinggi dengan sistem yang lama dan yang baru pada bagian
lampiran.
3
4. Dalam makalah ini, juga akan memperlihatkan apakah perubahan ini
cendrung menguntungkan atau cendrung merugikan.
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui apakah
perubahan sistem ini cendrung menguntungkan atau merugikan bagi
mahasiswa Prancis. Selain itu, makalah ini dibuat untuk menyelesaikan
tugas akhir mata kuliah Pranata Masyarakat Prancis.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis dengan sistematika; Bab I yang berisi
pendahuluan dengan empat sub bab di dalamnya, yaitu latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulis, dan sistematika penulisan. Bab II
merupakan pembahasan dari masalah yang diutarakan dalam bab I. Bab III
berisi kesimpulan dari pembahasan dalam makalah ini.
4
5. BAB II
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BAGI MAHASISWA
TERKAIT PERUBAHAN SISTEM
Semenjak Prancis menandatangani prosesus Bologna, Prancis mulai
mengubah sistem pendidikannya untuk menyatukan sistem pendidikan dengan
negara-negara Eropa lain yang menandatangani prosesus tersebut. Perubahan
sistem pendidikan ini tentu memiliki dampak bagi para mahasiswa. Dampak
tersebut bisa positif atau katakanlah menguntungkan dan dapat juga negatif atau
merugikan. Sangat menarik untuk melihat kedua hal tersebut karena secara sistem
seharusnya banyak hal yang dapat dinikmati mahasiswa dari sistem pendidikan
tinggi di Prancis yang baru ini. Namun, dari kelebihan yang diterima mahasiswa,
kita juga harus melihat adakah kerugian yang didapat dari perubahan sistem
tersebut. Dalam bab ini, saya akan membahas keuntungan dan kerugian apa saja
yang didapat mahasiswa dari perubahan sistem ini.
Seperti yang kita telah ketahui bersama bahwa dalam sistem pendidikan
tinggi yang lama masih menggunakan DEUG (Diplôme d’Étude Universitaire
Generalise) yang harus ditempuh oleh mahasiswa ketika masuk universitas. Pada
sistem yang lama, ketika masuk ke universitas, mahasiswa harus menempuh
DEUG 1 dan 2. Setelah itu mereka harus menempuh ujian kelulusan DEUG.
Apabila mereka lulus dan mendapatkan ijazah DEUG, barulah mereka dapat
melanjutkan ke licence selama satu tahun untuk mendapatkan gelar sarjana. Total
waktu untuk mendapatkan gelar sarjana adalah tiga tahun.
Berbeda halnya dengan sistem yang lama, sistem yang baru tidak lagi
menggunakan DEUG. Dalam sistem yang baru, ketika seorang mahasiswa masuk
ke universitas, dia langsung menempuh pendidikannya selama tiga tahun yang
kemudian mendapat gelar sarjana. Dari sini kita dapat melihat bahwa sistem yang
baru lebih mudah bagi mahasiswa. Mahasiswa tidak perlu lagi mengikuti DEUG
5
6. dan harus lulus untuk bisa melanjutkan ke licence dan pada akhirnya
mendapatkan gelar sarjana.
Dilihat dari sudut pandang ini, memang menguntungkan bagi mahasiswa
karena jumlah ujian yang mereka hadapi berkurang dengan dihapuskannya DEUG.
Tetapi di satu sisi, ada kerugian yang diterima mahasiswa dengan dihapuskannya
sistem DEUG. Mahasiswa menempuh waktu lebih lama untuk belajar dan bisa
terjun ke dunia kerja profesional 2 . Dalam sistem yang lama, DEUG ditempuh
selama dua tahun belajar di universitas. Setelah menyelesaikan DEUG mereka
akan mendapatkan ijazah dan mereka dapat langsung terjun ke dunia kerja.
Adalah sebuah pilihan bagi mereka setelah menyelesaikan DEUG, apakah ingin
melanjutkan ke licence dan mendapat gelar sarjana atau ingin langsung bekerja.
Sayangnya, dengan sistem yang baru, hal tersebut tidak dimungkinkan karena
ketika masuk universitas, mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan studinya
selama tiga tahun dan mendapat gelar sarjana.
Pada sistem yang baru, pendidikan tinggi menggunakan sistem ECTS
(European Credit Transfer and Accumulation System). Hal yang tidak boleh kita
lupakan bahwa sistem pendidikan tinggi di Prancis yang baru adalah sistem
pendidikan tinggi yang terintergrasi dengan sistem pendidikan tinggi di Eropa.
Sehingga sistem pendidikan yang digunakan di Prancis sekarang ini sama dengan
sistem pendidikan yang digunakan oleh negara-negara yang tergabung dalam
European Higher Education Area 3 (EHEA). ECTS dipergunakan di negara-
negara yang tergabung dalam EHEA.
ECTS adalalah sistem kredit yang dipergunakan dalam perkuliahan dan
bersifat kumulatif dan dapat ditransfer. ECTS yang dikembangkan oleh komisi
Eropa ini berisi tentang aktivitas akademik mahasiswa. Mulai dari jumlah kredit
yang diambil, indeks prestasi, sampai prestasi mahasiswa. Dengan menggunakan
ECTS ini membuat proses belajar mengajar dalam pendidikan tinggi lebih
2
Dunia kerja profesional yang dimaksud disini adalah dunia kerja yang sesuai dengan bidang
studi yang mereka ambil di kampus.
3
European Higher Education Area adalah hasil dari prosesus Bologna. EHEA merupakan negara-
negara yang mengintegrasikan sistem pendidikan tingginya dengan sistem pendidikan tinggi
Eropa. Negara-negara yang menandatangani prosesus Bologna berarti termasuk kedalam EHEA.
Total negara yang tergabung dalam EHEA ini ada 49 negara.
6
7. tranparan antar Eropa. Sistem ini juga memungkinkan untuk mentransfer aktivitas
mahasiswa antar institusi pendidikan yang menggunakan sistem ini. Hal
terpenting dengan adanya ECTS adalah penyamaan standar pada semua
pendidikan tinggi yang ikut serta dalam sistem ini.
Dari sistem ECTS ini, mahasiswa dapat menengenyam pendidikan di
institusi atau universitas lain yang juga menggunakan ECTS. Misalnya, seorang
mahasiswa di Universitas Paris IV ingin mengambil mata kuliah di universitas
Paris II. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem ECTS ini. Jumlah kredit yang
diambil mahasiswa ini ketika belajar di universitas Paris II dapat ditransfer
dengan menggunakan ECTS ke universitas Paris IV, universitas dimana
mahasiswa itu terdaftar. Hal seperti ini bukan hanya dapat dilakukan antar
universitas di Prancis tetapi juga dapat dilakukan antar universitas ataupun
institusi pendidikan tinggi di negara-negara Eropa yang menandatangani prosesus
Bologna dan menggunakan ECTS.
Penggunaan ECTS ini bukan hanya memudahkan mahasiswa untuk
memperkaya ilmu pengetahuan yang dimilikinya tetapi juga mempermudah
mereka ketika ingin melanjutkan studi ke luar negeri, khususnya negara-negara
yang tergabung di EHEA. Dahulu, sebelum pengintegrasian sistem pendidikan
tinggi Eropa ini, mahasiswa sering terlebih dahulu harus turun satu tingkat untuk
menyesuaikan dengan standar pendidikan tinggi negara yang dituju. Namun, saat
ini, hal itu sudah tidak perlu lagi.
Dengan sistem ECTS yang berlaku di semua negara EHEA, mahasiswa
tidak perlu turun satu tingkat terlebih dahulu. Misalnya, sebelum ada ECTS dan
pengintegrasian pendidikan tinggi Eropa, mahasiswa Prancis yang ingin
melanjutkan studi magisternya ke Jerman harus terlebih dahulu mengikuti tingkat
akhir strata satu di Jerman dan setelah itu baru diperkenankan untuk mengambil
magister. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan standar pendidikan. Namun,
dengan digunakannya sistem ECTS ini, hal tersebut sudah tidak terjadi lagi karena
sudah ada penyamaan standar pendidikan tinggi. Jadi, mahasiswa yang berasal
dari negara EHEA dapat melanjutkan studinya ke negara sesama EHEA tanpa
7
8. harus turun satu tingkat atau dengan kata lain dapat langsung menempuh studi
yang diinginkannya.
8
9. BAB III
KESIMPULAN
Perubahan sistem pendidikan tinggi di Prancis ternyata lebih
menguntungkan daripada merugikan bagi mahasiswa. Jumlah ujian yang lebih
sedikit ketimbang sistem yang lama karena pada sistem yang baru DEUG telah
dihapuskan. Meskipun begitu, ternyata penghapusan DEUG juga berdampak
negatif bagi mahasiswa. Dengan dihapuskannya sistem DEUG membuat waktu
belajar mahasiswa lebih lama sehingga mereka baru bisa terjun ke dunia kerja
profesional setelah mendapatkan licence. Berbeda dengan sistem yang dulu,
mereka bisa terjun ke dunia kerja setelah menempuh dua tahun belajar di kampus.
Keuntungan berikutnya yang didapat adalah mempermudah mobilitas
mahasiswa untuk kuliah. Mereka bisa mengambil mata kuliah ataupun trainning
atau workshop di universitas lain. Bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan
studinya ke luar negeri yang negaranya tergabung dengan EHEA tidak perlu turun
satu tingkat karena adanya persamaan standar antar negara-negara EHEA. Semua
hal ini dapat dilakukan karena diterapkannya ECTS.
9