SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 14
1
KECEMASAN DAN UPAYA PENANGGULANGAN KECEMASAN PEREMPUAN
DEWASA AWAL YANG MEMILIKI IBU PENDERITA KANKER SERVIKS
STADIUM LANJUT
Syilvanie Sukamta & Henny E. Wirawan
(vanie_sukamta@yahoo.com.au)
ABSTRACT
The aim of this research is to recognize the anxiety of young adulthood women whose mother
with advanced stage of cervical cancer. Cervical cancer is a gynecological cancer which mostly
can be found in women and can cause high rate of death in developed country, especially
Indonesia. This research is being applied in four subjects in 3 months, from February 8, 2010
until May 5, 2010. This research concluds that every subject felt anxiety since they knew that
their mother suffered from cervical cancer, the time their mother did the treatment, until the post
treatment. Each subject in this research shows different symptoms of anxiety in different
situation. Subjects in this research using problem-focused coping and emotion-focused coping
to deal with their anxiety.
Keywords: anxiety, coping, women young adulthood, cervical cancer.
Kanker merupakan terbentuknya suatu jaringan baru yang kemudian menginvasi dan
menghancurkan jaringan sekitar yang masih sehat. Pada keadaan kanker, sel selaput lendir
serviks melakukan proliferasi (membelah dan tumbuh) yang diawali dengan membentuk
susunan sel seperti kelenjar, dengan permukaan seperti karet busa (spongiform) dan kaya
dengan pembuluh darah (Yatim, 2005).
Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat kanker di negara
berkembang dan di Indonesia khusunya (Edianto, 2006). Frekuensi relatif di Indonesia adalah
27% berdasarkan data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) dari 1.717 kasus kanker ginekologik, 76,2% di antaranya adalah
kanker serviks (Aziz, 2002). Atau dengan kata lain, lebih dari tiga perempat kanker ginekologik
di RSCM adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut (stadium IIb-IV).
2
Terdapat berbagai macam reaksi psikologis yang dialami oleh penderita kanker pasca
terdiagnosis kanker. Penderita kanker akan mengalami tekanan psikologis yang disebabkan
informasi kanker yang diterima dari masyarakat, seperti anggapan bahwa apabila seseorang
terdiagnosis mengidap kanker berarti vonis mati yang hanya tinggal menunggu waktu (Mangan,
2003). Tekanan yang seringkali muncul adalah kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak
nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga hilangnya semangat hidup. Bentuk
respons emosional yang secara umum mungkin muncul pada saat dokter mendiagnosis
seseorang menderita penyakit berbahaya (kronis) seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan,
dan depresi (Lubis, 2009).
Pasangan, kerabat, dan teman dapat mengalami dampak secara emosional yang disebabkan
oleh penyakit yang diderita oleh pasien (Barraclough, 1999). Pada saat kanker menyerang,
pasien kanker dan keluarganya mengalami dampak yang tidak hanya mengalami dampak secara
fisik, tetapi juga mengalami dampak secara emosional, sosial, psikologis, dan spiritual (World
Health Organization [WHO], 2002). Pada umumnya, pasien kanker mengalami dampak klinis
seperti kecemasan dan/atau depresi, demikian pula yang terjadi keluarga dan teman pasien
(WHO, 2002). Selain itu, dalam studi mengenai caregiver atau perawat pasien kanker
(pasangan, anak, saudara, atau teman), sekitar 1/3 mengalami tekanan psikologi, dengan gejala-
gejala seperti kecemasan, depresi, dan stres (Holland & Lewis, 2000).
Pada umumnya, perempuan dewasa awal yang memiliki ibu penderita kanker akan
mengalami dampak psikologis jangka panjang (dikutip dalam Thomas, n.d.). dampak psikologis
tersebut antara lain perasaan cemas, takut, tidak aman, marah, sedih, terisolasi, dan keraguan.
Berdasarkan dampak-dampak tersebut, emosi yang seringkali muncul adalah perasaan cemas.
Kecemasan yang dialami oleh anak disebabkan oleh dugaan bahwa orangtua akan meninggal
atau kanker bersifat menurun dan mereka akan terkena kanker. Selain itu, anak akan merasa
cemas karena merasakan kecemasan yang dirasakan oleh orangtua.
Kanker Serviks
Kanker serviks tergolong dalam kanker organ reproduksi pada wanita, atau dapat disebut
sebagai gynecological cancers. Kanker serviks berawal dari infeksi virus yang merangsang
perilaku sel epitel serviks. Risiko terinfeksi virus HPV (Human papillomavirus) dan beberapa
kondisi lain seperti berganti-ganti pasangan seksual, penggunaan alat kontrasepsi, atau merokok
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker serviks (Byer, Shainberg, Galliano, &
3
Shiver, 2002). Bahkan, Bambang Dwipoyo, spesialis ginekolog Divisi Ginekologi Rumah Sakit
Kanker Dharmais, mengatakan bahwa laki-laki yang sering berganti-ganti pasangan berisiko
besar menyebarkan virus HPV (“Lelaki Bisa Tularkan Kanker Leher Rahim,” 2008). Selain
karena berganti-ganti pasangan, kanker leher rahim berpotensi diderita oleh perempuan yang
menikah di usia muda.
Pada umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas pada
stadium awal. Sedangkan apabila telah muncul gejala-gejala seperti keputihan, perdarahan
setelah hubungan intim suami istri, perdarahan spontan setelah masa menopause (masa tidak
haid lagi), keluar cairan kekuningan yang berbau busuk atau bercampur darah, nyeri panggul,
atau tidak dapat buang air kecil, maka kemungkinan besar penyakit telah memasuki stadium
lanjut (Diyanti, 2009).
Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang tidak menyenangkan
(Davison, Neale, & Kring, 2004). Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali
muncul pada situasi yang tidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya (Barraclough,
1999). Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya
aktivitas sistem otonom, secara khusus aktivasi pada sistem saraf sympathetic (seperti
meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernapasan, dan tegangan otot), perasaan subyektif
terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputi ketakutan dan kekhawatiran (Kowalski, 2000).
Menurut Barraclough (1999), kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental (psikologis)
dan gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala mental mudah dikenali, seperti khawatir,
mudah merasa terganggu (irritability), gelisah (restlessness), insomnia, atau mimpi buruk.
Sedangkan, gejala fisik tampak pada pernapasan menjadi cepat, aktivitas berlebih pada sistem
saraf otonom atau tegangan otot, jantung berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, terdapat
gumpalan pada tenggorokan yang menyebabkan kesulitan dalam menelan, pusing, sakit perut,
dan diare.
Beberapa peristiwa dapat menyebabkan kecemasan meningkat, misalnya ketika sedang
menunggu pengumuman hasil tes, menunggu hasil diagnosis, menunggu prosedur pemeriksaan
medis, maupun ketika mengalami efek samping dari suatu penanganan medis (Lubis, 2009).
Selain itu, kecemasan akan meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan
dalam hidupnya di masa depan akibat penyakit atau akibat dari proses penanganan suatu
4
penyakit, serta mengalami kekurangan informasi mengenai sifat suatu penyakit dan
penanganannya (Lubis, 2009). Secara umum, dapat dikatakan bahwa seseorang akan merasa
cemas apabila berada dalam suatu kondisi atau keadaan yang tidak pasti.
Coping terhadap Kecemasan
Coping didefinisikan sebagai proses untuk mengatasi keadaan yang dianggap menekan, dan
dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi penilaian individu terhadap tekanan yang dirasakan
(Santrock, 2006). Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan coping sebagai usaha mengubah
kognitif dan perilaku secara konstan untuk mengatasi tekanan eksternal dan/atau internal yang
dianggap sebagai beban atau melebihi kemampuan individu.
Menurut Lazarus, pengklasifikasian coping terbagi atas dua, yakni problem-focused coping
dan emotion-focused coping (Davison et al., 2004). Problem-focused coping meliputi
melakukan tindakan untuk memecahkan masalah atau mencari informasi yang relevan sebagai
solusi. Sedangkan, emotion-focused coping meliputi usaha untuk mengurangi emosi negatif,
seperti mengalihkan pikiran dari permasalahan, rileks, atau mencari dukungan sosial (Davison
et al.).
Terdapat tiga cara lain dalam pengklasifikasian coping, yaitu: (a) active cognitive strategies,
meliputi respons coping individu dengan berpikir secara aktif mengenai suatu situasi sebagai
usaha untuk beradaptasi secara efektif; (b) active-behavioral strategies, meliputi respons coping
individu dengan cara melakukan beberapa tindakan untuk meningkatkan situasi atau
menghadapi berbagai permasalahan yang ada; dan (c) avoidance coping strategies, meliputi
respons untuk menghindar dari keadaan atau situasi yang menekan (Santrock, 2006).
Permasalahan
Bagaimanakah gambaran kecemasan dan cara penanggulangan kecemasan pada perempuan
dewasa awal usia antara 20 hingga 30 tahun yang memiliki ibu penderita kanker serviks stadium
lanjut?
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang pengambilan data dilakukan
dengan teknik wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (in-
depth interview), untuk menggali secara mendalam kecemasan yang dialami oleh subyek.
5
Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
terbuka (open-ended questions) yang berkenaan dengan topik penelitian. Penelitian dilakukan
dalam rentang waktu tiga bulan, sejak 8 Februari 2010 hingga 5 Mei 2010.
Subyek penelitian
Penelitian ini, menggunakan subyek berjenis kelamin perempuan, berusia 20 hingga 30
tahun, telah bekerja, dan belum menikah. Subyek memiliki ibu penderita kanker serviks stadium
lanjut (stadium IIb, III, dan IV), pernah menjalani pengobatan secara medis, dan dinyatakan
mengalami kanker serviks maksimal lima tahun yang lalu.
Tabel 1
Latar Belakang Subyek Penelitian
Data Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Subyek 4
Nama
(samaran)
Anita Bunga Citra Desi
Usia 26 tahun 25 tahun 25 tahun 28 tahun
Tanggal lahir 12 September
1984
26 Januari 1985 3 September
1985
24 April 1982
Domisili Sudirman,
Jakarta Pusat
Bintaro, Jakarta
Selatan
Menteng,
Jakarta Pusat
Jatinegara,
Jakarta Timur
Agama Islam Islam Islam Kristen Protestan
Suku Jawa Jawa Jawa Batak
Pendidikan
terakhir
S1 Sistem
Informasi
S2 Magister
Manajemen
S1 Ekonomi
Akuntansi
S1 Kimia Murni
Pekerjaan Karyawati Dosen Auditor Marketing
Lama bekerja 3 tahun 2 tahun 3 tahun 2 tahun
Sumber: Sukamta (2010)
6
Tabel 2
Tabel Riwayat Ibu Subyek
Data Anita Bunga Citra Desi
Nama ibu
(samaran)
Tati Ulfa Maya Wati
Usia 56 tahun 50 tahun 54 tahun 49 tahun
Tanggal lahir 16 April 1954 20 Februari 1960 25 Agustus
1956
27 Maret 1961
Pekerjaan ibu Ibu rumah
tangga
Ibu rumah tangga Ibu rumah
tangga
PNS
Pendidikan
terakhir
S1 Ekonomi SMA S1 Akuntansi S1 Manajemen
Usia menikah 29 tahun 21 tahun 29 tahun 20 tahun
Usia melahirkan
anak pertama
30 tahun 23 tahun 30 tahun 21 tahun
Terdeteksi
kanker
November 2007 Akhir 2006 Februari 2008 Juli 2006
Usia saat
terdeteksi
kanker
53 tahun 46 tahun 52 tahun 45 tahun
Sumber: Sukamta (2010)
Hasil Penelitian
Keempat ibu subyek terdeteksi mengalami kanker serviks dalam rentang waktu antara tahun
2006 hingga tahun 2008 dengan deteksi stadium lanjut IIb, di mana sel kanker telah terinfiltrasi
ke parametrium tetapi belum mencapai dinding panggul. Berdasarkan latar belakang keempat
subyek penelitian, keterlambatan atau penundaan dalam melakukan pemeriksaan atau
pendeteksian dini, seperti yang terjadi pada ibu dari Anita, Citra, dan Desi, dapat
mengakibatkan penyebaran sel kanker ke stadium lanjut.
Pada umumnya, kanker serviks dijumpai pada perempuan berusia 35 hingga 55 tahun (Byer
et al., 2002). Berdasarkan karakteristik keempat ibu subyek, dapat dilihat bahwa ibu Tati
7
terdeteksi kanker pada usia 53 tahun, ibu Lanny pada usia 46 tahun, ibu Vanya pada usia 52
tahun, dan ibu Wati pada usia 45 tahun. Selain itu, berdasarkan hasil data temuan lapangan
diketahui bahwa dari setiap subyek memiliki riwayat kanker dalam keluarga.
Gejala Kanker Serviks
Gejala klinis kanker serviks seringkali berupa perdarahan abnormal pada vagina, keputihan
yang berbau, nyeri pinggang, disertai nafsu makan dan berat badan yang menurun (Edianto,
2006). Keluhan-keluhan yang sering muncul apabila ditemukan neoplasma intraepitel serviks
antara lain: pendarahan post koitus atau pasca senggama, antara haid, postmenopausal, keluar
cairan vagina berwarna kemerahan, rasa berat di bawah perut, dan rasa kering di vagina (Aziz,
2002).
Berdasarkan hasil penelitian, ibu dari Anita mengalami gejala-gejala berupa flek, keputihan,
dan nyeri pinggul. Ibu dari Bunga mengalami gejala-gejala berupa pendarahan, insomnia,
pinggul terasa panas, dan sekujur tubuh terasa linu. Pada ibu dari Citra mengalami gejala-gejala
seperti perut yang terasa sakit, terjadi perdarahan, terjadi masalah dalam buang air kecil, dan
perut yang terasa nyeri. Sedangkan, pada ibu dari Desi muncul gejala-gejala berupa keputihan
yang tidak normal, pendarahan setelah berhubungan, serta menstruasi yang tidak normal.
Penyebab Kanker Serviks
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human papilloma virus (HPV) (Edianto,
2006). Risiko kanker serviks dapat dikelompokkan atas faktor etiologi (virus HPV dan
spermatozoa) dan faktor risiko (perilaku seksual, kontrasepsi, nutrisi, dan rokok) (Aziz, 2002).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, kanker serviks pada ibu dari Anita disebabkan oleh
faktor etiologi HPV dan didukung oleh adanya riwayat kista pada usia 40-an, serta pola makan
yang tidak teratur.
Sedangkan pada ibu dari Bunga, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, penyebab kanker
serviks yang dialami oleh ibu disebabkan oleh faktor etiologi HPV dan didukung oleh adanya
riwayat spiral ibu yang sempat terputus tetapi didiamkan. Sama halnya pada ibu dari Anita,
berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, kanker serviks yang dialami oleh ibu dari Citra
disebabkan oleh faktor etiologi HPV yang terjadi karena kurangnya higienitas pada daerah
kewanitaan serta riwayat kista pada usia 37 tahun, serta nutrisi yang kurang baik. Sedangkan,
pada ibu dari Desi, penyebab kanker serviks disebabkan oleh faktor etiologi virus HPV dan
8
didukung oleh asupan nutrisi ibu yang kurang memadai karena ibu tidak menyukai sayur-
sayuran, serta penggunaan kontrasepsi oral yang terlalu lama.
Gambaran Kecemasan Subyek
Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas dan dirasakan tidak menyenangkan
(Waughfield, 1998). Kecemasan adalah suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya
aktivitas sistem otonom, secara khusus aktivasi pada sistem saraf parasympathetic (seperti
meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernapasan, dan otot menegang), kognisi, yang
meliputi ketakutan dan kekhawatiran, dan perasaan yang subyektif terhadap tekanan (Kowalski,
2000). Indikator perilaku yang seringkali muncul antara lain ketidaklancaran berbicara,
menghindari obyek atau kejadian tertentu, gemetar, atau kelumpuhan (Kowalski, 2000).
Kecemasan dapat mempengaruhi kognisi individu, dalam hal menurunkan persepsi, sehingga
individu lebih memfokuskan atensi pada hal atau masalah tertentu dan menurunkan atensi pada
hal lain (Waughfield, 1998).
Kecemasan terdiri dari beberapa elemen atau unsur, yaitu: subjective feelings (contoh:
perasaan tidak nyaman, takut, atau khawatir), perilaku overt (seperti: menghindar dan menarik
diri), serta respons fisiologis (seperti: berkeringat, mual, gemetar, dan lainnya) (Merrel, 2008).
Kecemasan dapat muncul dalam bentuk gejala fisik (seperti: jari-jari tangan dingin, detak
jantung meningkat, tidur tidak nyenyak, dada terasa sesak, kepala pusing, nafsu makan
berkurang, dan lainnya) dan gejala mental (seperti: merasa ketakutan, tidak dapat memusatkan
perhatian, tidak nyaman, tidak tenang, dan lainnya) (Sundari, 2005).
Pada Masa Awal Deteksi Kanker
Tabel 3
Tabel Gambaran Kecemasan Subyek
Fisik Emosional Perilaku Kognisi
Anita √ √ – √
Bunga – √ √ √
Citra √ √ – –
Desi – √ √ √
9
Berdasarkan gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh setiap subyek, gejala yang selalu
muncul pada setiap subyek adalah gejala emosional, berupa rasa sedih dan terkejut bahwa
ibunya terkena kanker serviks. Gejala kognisi yang terjadi pada Anita, Bunga, dan Desi karena
mereka berpikir bahwa mereka akan kehilangan ibu mereka akibat ibu mereka terkena kanker.
Sedangkan tidak demikian halnya pada Citra, karena pada saat awal mengetahui ibu terkena
kanker serviks, ia menyangka bahwa ibunya masih mengalami kanker stadium awal. Gejala
fisik yang muncul pada Anita dan Citra berupa jantung berdebar-debar karena merasa kaget saat
diberitahukan bahwa ibu terkena kanker. Sedangkan gejala perilaku terjadi pada Bunga dan
Desi berupa perilaku menangis saat diberitahukan bahwa ibu terkena kanker.
Cara yang dilakukan Anita, Bunga, dan Citra adalah dengan cara mencari informasi yang
berkaitan dengan kanker yang dialami oleh ibu dan melakukan konsultasi ke dokter. Sedangkan
cara yang dilakukan Desi untuk mengatasi rasa cemas adalah dengan cara berdoa.
Pada Saat Operasi
Tabel 4
Tabel Gambaran Kecemasan Subyek
Fisik Emosional Perilaku Kognisi
Anita √ √ – √
Bunga √ – – √
Citra √ – – √
Desi √ – – √
Berdasarkan penuturan dari setiap subyek, gejala kecemasan yang umum terjadi pada setiap
subyek pada saat ibu menjalani operasi adalah gejala fisik dan kognisi. Gajala fisiologis dialami
oleh setiap subyek berupa jantung berdebar-debar dan berkeringat selama ibu mereka memasuki
ruang operasi. Sedangkan, gejala kognisi yang terjadi pada setiap subyek disebabkan karena
adanya rasa khawatir terjadi kesalahan prosedur selama ibu mereka menjalani operasi, serta
adanya ketakutan bahwa ibu mereka akan meninggal. Selain itu, terdapat pula gejala emosional
yang dialami oleh Anita yang merasa selera makan menurun dan kepala terasa pusing selama
ibu menjalani operasi.
Cara yang dilakukan oleh Anita dan Bunga untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan
adalah dengan cara active-behavioral strategies, misalnya Anita yang turun ke lobi rumah sakit
10
atau pada Bunga yang mendatangi poli-poli lain di rumah sakit. Selain itu, cara yang dilakukan
oleh Anita adalah dengan berpikir positif dan optimistis, serta melakukan aktivitas yang
menyenangkan dan menggunakan humor, yaitu dengan berbincang-bincang dan bercanda
dengan adik-adiknya untuk mengalihkan pikirannya.
Selain itu, terdaat kemiripan pula cara yang dilakukan oleh Bunga dan Desi dalam
mengatasi rasa cemas, yaitu dengan cara melakukan emotion-focused coping, dengan cara
berdoa. Sedangkan, berbeda halnya dengan Anita, Bunga, dan Desi, cara yang dilakukan oleh
Citra adalah dengan melakukan proactive coping, yaitu dengan memikirkan hal apa yang harus
dilakukan kemudian sebagai langkah solusi yang harus dilakukan.
Pada Masa Radiasi
Kecemasan yang dirasakan oleh Anita pada saat ibu Tati menjalani radiasi adalah rasa takut
apabila ibunya tidak dapat sembuh karena kondisi yang semakin menurun selama menjalani
radiasi, seperti rasa mual, pusing, serta diare setelah menjalani sinar. Meskipun pada awalnya
Anita tidak merasa cemas, namun seiring dengan berjalannya proses radiasi ia kemudian
menyadari bahwa radiasi cukup berisiko sehingga menyebabkan rasa cemas. Cara yang
dilakukan Anita untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan adalah dengan cara berbagi dengan
orang lain mengenai perasaannya.
Sama halnya dengan Anita, Citra tidak merasa cemas pada saat awal ibunya menjalani
radiasi. Akan tetapi, Citra kemudian mengalami kecemasan karena ia merasa khawatir apabila
ibunya akan mengalami dampak-dampak akibat radiasi. Cara yang dilakukan oleh Citra untuk
mengatasi rasa cemas yang dirasakan adalah dengan cara berbagi dengan teman mengenai
perasaan yang sedang dirasakannya.
Masa Pasca Pengobatan
Berdasarkan penuturan dari keempat subyek, diketahui kecemasan masih tetap berlangsung
pasca pengobatan. Terdapat persamaan antara Anita, Bunga, dan Desi dalam hal kecemasan
karena terjadi penurunan fisik pada ibu mereka pasca operasi. Sedangkan, penyebab kecemasan
lain yang dirasakan oleh Anita dan Citra adalah karena merasa khawatir apabila terjadi
penyebaran sel kanker pada ibu mereka.
11
Hal-hal yang Menyebabkan Cemas
Berdasarkan penjelasan keempat subyek di atas, diketahui bahwa mereka mengalami
kecemasan dapat terkena kanker serviks. Anita merasa cemas dapat terkena kanker serviks
karena ia merasa memiliki persamaan gaya hidup dengan ibu, misalnya dalam hal pola makan
dan pola tidur. Bunga merasa cemas dapat terkena kanker karena ia melihat dari riwayat kanker
dalam keluarga terdapat beberapa saudara yang mengalami kanker. Citra merasa cemas terkena
kanker serviks karena melihat beberapa gejala yang mirip dengan tanda-tanda kanker serviks
yang dialami oleh ibunya. Sedangkan, Desi merasa cemas dapat mengalami kanker serviks
karena ia beranggapan bahwa setiap perempuan berpotensi untuk terkena kanker serviks.
Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat persamaan dan perbedaan kecemasan yang dirasakan.
Persamaan yang terjadi di antara keempat subyek penelitian adalah mereka mengalami
kecemasan pada situasi yang sama, yakni pada saat mengetahui ibu mereka terdiagnosis kanker,
pada saat ibu mereka menjalani pengobatan, serta pasca pengobatan ibu mereka. Sedangkan,
reaksi dari masing-masing subyek berbeda satu sama lain. Keempat subyek menunjukkan
gejala-gejala kecemasan yang berbeda-beda pada masing-masing situasi tersebut.
Terdapat perbedaan cara untuk mengatasi kecemasan yang dirasakan oleh masing-masing
subyek, yaitu problem-focused coping dan emotion-focused coping. Cara yang dilakukan oleh
Anita dan Citra untuk mengatasi kecemasan adalah dengan cara mencari informasi yang
berkaitan dengan penyakit yang dialami oleh ibunya untuk mengetahui cara-cara untuk
mengatasi atau pengobatan yang sesuai untuk mengobati kanker yang dialami oleh ibunya.
Sedangkan, cara yang dilakukan oleh Bunga dan Desi adalah dengan cara berdoa.
Diskusi
Pada ibu dari Anita, Citra, dan Desi terdapat masalah dalam hal nutrisi karena sering
mengkonsumsi jeroan, kurang mengkonsumsi sayuran, serta pola makan yang tidak teratur.
Sedangkan, pada ibu Bunga, pola makannya sehat dan tidurnya minimal 8 jam sehari, serta
jarang mengkonsumsi daging, tetapi ternyata dapat terkena kanker serviks. Akan tetapi, dalam
Aziz (2002), dikatakan bahwa kanker serviks dapat disebabkan oleh pola asupan makanan dan
12
pola tidur. Kanker serviks pada ibu dari Bunga dipicu oleh riwayat pernah mengalami spiral
yang sempat terputus, tetapi tidak segera diobati.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa kanker serviks yang dialami oleh ibu dari Bunga
dan Desi mengalami kanker serviks stadium lanjut dan hanya melakukan prosedur pengobatan
dengan cara operasi dan tidak lagi ditemukan adanya penyebaran sel kanker. Sedangkan, dalam
Wagman (1996), dikatakan bahwa pada kanker serviks stadium lanjut kurang efektif apabila
dilakukan hanya dengan satu metode pananganan, perlu dilakukan penanganan lanjutan radiasi
dan/atau kemoterapi untuk menghancurkan penyebaran sel kanker.
Pada ibu dari Bunga, Citra, dan Desi sel kanker telah terjadi permasalahan dalam hal
perkemihan dan pada fungsi ginjal. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, vonis kanker yang
dialami oleh ibu Bunga, Citra, dan Desi mengalami kanker serviks stadium IIb. Sedangkan,
dalam Edianto (2006), dikatakan bahwa apabila kanker serviks telah menyebabkan
permasalahan dalam hal perkemihan dan fungsi ginjal maka kanker telah memasuki stadium III.
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini diketahui bahwa problem-focused coping dan
emotion-focused coping, seperti berpikir positif, proactive coping, melakukan hal yang
menyenangkan dan menggunakan humor, serta melakukan rasionalisasi dengan cara berdoa
juga dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan. Akan tetapi, dalam Maes, Leventhal, dan
Ridder (1996), dikatakan bahwa problem-focused coping merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi tingkat depresi dan kecemasan individu. Emotion-focused coping dapat pula
menurunkan kecemasan karena proses pengobatan seperti operasi dan radiasi merupakan situasi
yang berada di luar kemampuan subyek, sehingga subyek tidak dapat melakukan suatu tindakan
tertentu untuk mengubah keadaan yang ada. sehingga, mereka melakukan emotion-focused
coping untuk mengurangi rasa cemas yang dirasakan.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penulis tidak menggunakan alat ukur kecemasan
untuk mendapatkan angka pasti yang dapat menunjukkan derajat kecemasan yang dialami oleh
masing-masing subyek. Dalam penelitian ini, penulis mendasarkan pada teori pustaka dalam
menentukan kategori kecemasan yang dialami oleh subyek.
Saran
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan subyek yang berbeda,
misalnya pada remaja akhir, pada perempuan dewasa awal yang telah melakukan hubungan
seksual secara aktif, dan sebagainya. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat meneliti
13
gambaran kecemasan pada perempuan dewasa awal yang memiliki hubungan tidak erat dengan
ibunya. Dengan demikian, gambaran kecemasan akan semakin variatif dan kaya untuk
menambah wawasan.
Saran bagi para perempuan yang memiliki ibu kanker serviks. Disarankan agar perempuan
lebih menjaga kebersihan pada daerah genitalia dan menjaga pola makan dan pola tidur. Selain
itu, mereka disarankan untuk melakukan pendeteksian dini dengan cara USG atau dengan
melakukan pap smear bagi yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif, serta
melakukan upaya pencegahan dengan melakukan vaksin HPV untuk mengurangi faktor risiko
terkena kanker serviks.
Saran bagi pihak Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Disarankan agar YKI lebih
mensosialisasikan mengenai penyakit kanker serviks kepada masyarakat luas, mengenai bahaya
kanker serviks dan cara pencegahannya, serta memberitahukan gejala-gejala dari kanker
serviks. YKI diharapkan dapat mengupayakan agar masyarakat luas mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memadai.
Saran bagi masyarakat. Disarankan kepada masyarakat yang memiliki riwayat kanker dalam
keluarga untuk melakukan pendeteksian dini sehingga gejala kanker serviks dapat dideteksi
sedini mungkin untuk mempermudah dalam pencegahan. Masyarakat disarankan untuk lebih
mengenal kanker serviks ini, baik melalui media cetak, media elektronik, maupun melalui
pembicaraan lisan.
Daftar Pustaka
Aziz, M. F. (2002). Skrining dan deteksi dini kanker serviks. Dalam H. M. Ramli, R. Umbas, &
S. S. Panigoro (Ed.), Deteksi dini kanker (h. 97-110). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Barraclough, J. (1999). Cancer and emotion: A practical guide to psycho-oncology (3rd
Byer, C. O., Shainberg, L. W., Galliano, G., & Shiver, S. P. (2002). Dimensions of human
sexuality (6
ed.).
New York: John Wiley & Sons.
th
Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2004). Abnormal psychology (9
ed.). New York: Mc-Graw Hill.
th
ed.). Hoboken,
NJ: John Wiley & Sons.
14
Edianto, D. (2006). Kanker serviks. Dalam M. F. Aziz, Andrijono, & A. B. Saifuddin (Ed.),
Buku acuan nasional: Onkologi ginekologi (h. 442-455). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Holland, J. C., & Lewis, S. (2000). The human side of cancer: Living with hope, cope with
uncertainty. New York: HarperCollins Publishers.
Kowalski, R. M. (2000). Anxiety. In A. E. Kazdin (Ed.). Encyclopedia of psychology (Vol. 1, pp.
209-211). Washington, DC: American Psychological Association.
Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer
Publishing Company.
Lelaki bisa tularkan kanker leher rahim. (2008, 30 November). Diunduh tanggal 29 September
2009, dari http://ndaku.wordpress.com/2008/11/30/lelaki-bisa-tularkan-kanker-leher-
rahim/
Lubis, N. L. (2009). Depresi: Tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Merrell, K. W. (2008). Helping students overcome depression and anxiety: A practical guide
(2nd
Santrock, J. W. (2006). Human adjustment. New York: McGraw-Hill.
ed.). New York: The Guilford Press.
Sukamta, S. (2010). Kecemasan dan upaya penanggulangan kecemasan perempuan dewasa
awal yang memiliki ibu penderita kanker serviks stadium lanjut. Skripsi S-1 tidak
diterbitkan, Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Sundari, S. H. S. (2005). Kesehatan mental dalam kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
Thomas, E. (n.d.). What are the psychological affects of breast cancer on children of victims?.
Retrieved September 24, 2009, from
http://hs.riverdale.k12.or.us/~dthompso/exhib_03/emilty03/paper.html
Waughfield, C. G. (1998). Mental health concepts (4th
World Health Organization. (2002). National cancer control programmes: Policies and
managerial guidelines (2
ed.). Albany, NY: Delmar Publishers.
nd
ed.). Geneva: Author.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Format pengajuan tema skripsi 2 birth ball
Format pengajuan tema skripsi 2 birth ballFormat pengajuan tema skripsi 2 birth ball
Format pengajuan tema skripsi 2 birth ballLayliUswatunHasanah
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasiDewi Afifi
 
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...Dewi Setiyani Putri
 
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)Nesha Mutiara
 
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...STIKes Bhakti Kencana Bandung
 
Vulvodynia : tantangan diagnosis & terapi
Vulvodynia : tantangan diagnosis & terapiVulvodynia : tantangan diagnosis & terapi
Vulvodynia : tantangan diagnosis & terapiJimmy yanuar annas
 
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaruHubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaruOperator Warnet Vast Raha
 
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanUwes Chaeruman
 
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudaraDasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudaraFakhriyah Elita
 
29723687 tugas-proposal-penelitian
29723687 tugas-proposal-penelitian29723687 tugas-proposal-penelitian
29723687 tugas-proposal-penelitianAbar Meutuah
 

Was ist angesagt? (20)

Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
1349 3056-1-pb
1349 3056-1-pb1349 3056-1-pb
1349 3056-1-pb
 
Format pengajuan tema skripsi 2 birth ball
Format pengajuan tema skripsi 2 birth ballFormat pengajuan tema skripsi 2 birth ball
Format pengajuan tema skripsi 2 birth ball
 
Kb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologiKb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologi
 
35 kti
35 kti35 kti
35 kti
 
45 87-1-sm
45 87-1-sm45 87-1-sm
45 87-1-sm
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
 
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
 
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
 
Pp
PpPp
Pp
 
Vulvodynia : tantangan diagnosis & terapi
Vulvodynia : tantangan diagnosis & terapiVulvodynia : tantangan diagnosis & terapi
Vulvodynia : tantangan diagnosis & terapi
 
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaruHubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru
 
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
 
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudaraDasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
 
Jurnal elyasari
Jurnal elyasariJurnal elyasari
Jurnal elyasari
 
29723687 tugas-proposal-penelitian
29723687 tugas-proposal-penelitian29723687 tugas-proposal-penelitian
29723687 tugas-proposal-penelitian
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Total bab
Total babTotal bab
Total bab
 

Ähnlich wie 09 kecemasan-perempuan-dewasa-awal-yang-memiliki-ibu-penderita-kanker-serviks-stadium-lanjut-syilvanie-sukamta-henny-ewirawan-120522012855-phpapp01

Elly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdf
Elly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdfElly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdf
Elly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdfssuser8d73bf
 
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...CeceLisa
 
11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdf
11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdf11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdf
11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdfssuser07338c
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Septian Muna Barakati
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Operator Warnet Vast Raha
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...KANDA IZUL
 
3. kesakitan dan kematian ibu
3. kesakitan dan kematian ibu3. kesakitan dan kematian ibu
3. kesakitan dan kematian ibuAgus Candra
 
PENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdf
PENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdfPENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdf
PENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdfdwiasihsafitri
 

Ähnlich wie 09 kecemasan-perempuan-dewasa-awal-yang-memiliki-ibu-penderita-kanker-serviks-stadium-lanjut-syilvanie-sukamta-henny-ewirawan-120522012855-phpapp01 (20)

Elly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdf
Elly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdfElly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdf
Elly Yuliandari_MINDFUL-BASED COGNITIVE THERAPY (MBCT) DAN SELF-AWARENESS.pdf
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
 
Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4
 
11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdf
11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdf11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdf
11516-ID-kecemasan-ibu-hamil-menjelang-persalinan-pertama.pdf
 
Askep ca mamae
Askep ca mamaeAskep ca mamae
Askep ca mamae
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
 
31923528 bab-1-6
31923528 bab-1-631923528 bab-1-6
31923528 bab-1-6
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
 
31923528 bab-1-6
31923528 bab-1-631923528 bab-1-6
31923528 bab-1-6
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN DALAM TINDAKAN KEMOTE...
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
ARTIKEL ADAPTASI.pdf
ARTIKEL ADAPTASI.pdfARTIKEL ADAPTASI.pdf
ARTIKEL ADAPTASI.pdf
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
3. kesakitan dan kematian ibu
3. kesakitan dan kematian ibu3. kesakitan dan kematian ibu
3. kesakitan dan kematian ibu
 
Kespro remaja
Kespro remaja  Kespro remaja
Kespro remaja
 
PENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdf
PENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdfPENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdf
PENGARUH DZIKIR MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA.pdf
 

Kürzlich hochgeladen

Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfUlimarthaManurung
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxdhykz1
 
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnyaLidia941960
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Robertus Arian Datusanantyo
 
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxPPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxMadeSuardana20
 
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDFSUDIRO11
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptdodiharyanto42
 
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianIndikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianhaslinahaslina3
 

Kürzlich hochgeladen (8)

Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
 
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
 
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxPPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
 
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
 
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianIndikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
 

09 kecemasan-perempuan-dewasa-awal-yang-memiliki-ibu-penderita-kanker-serviks-stadium-lanjut-syilvanie-sukamta-henny-ewirawan-120522012855-phpapp01

  • 1. 1 KECEMASAN DAN UPAYA PENANGGULANGAN KECEMASAN PEREMPUAN DEWASA AWAL YANG MEMILIKI IBU PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT Syilvanie Sukamta & Henny E. Wirawan (vanie_sukamta@yahoo.com.au) ABSTRACT The aim of this research is to recognize the anxiety of young adulthood women whose mother with advanced stage of cervical cancer. Cervical cancer is a gynecological cancer which mostly can be found in women and can cause high rate of death in developed country, especially Indonesia. This research is being applied in four subjects in 3 months, from February 8, 2010 until May 5, 2010. This research concluds that every subject felt anxiety since they knew that their mother suffered from cervical cancer, the time their mother did the treatment, until the post treatment. Each subject in this research shows different symptoms of anxiety in different situation. Subjects in this research using problem-focused coping and emotion-focused coping to deal with their anxiety. Keywords: anxiety, coping, women young adulthood, cervical cancer. Kanker merupakan terbentuknya suatu jaringan baru yang kemudian menginvasi dan menghancurkan jaringan sekitar yang masih sehat. Pada keadaan kanker, sel selaput lendir serviks melakukan proliferasi (membelah dan tumbuh) yang diawali dengan membentuk susunan sel seperti kelenjar, dengan permukaan seperti karet busa (spongiform) dan kaya dengan pembuluh darah (Yatim, 2005). Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat kanker di negara berkembang dan di Indonesia khusunya (Edianto, 2006). Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dari 1.717 kasus kanker ginekologik, 76,2% di antaranya adalah kanker serviks (Aziz, 2002). Atau dengan kata lain, lebih dari tiga perempat kanker ginekologik di RSCM adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut (stadium IIb-IV).
  • 2. 2 Terdapat berbagai macam reaksi psikologis yang dialami oleh penderita kanker pasca terdiagnosis kanker. Penderita kanker akan mengalami tekanan psikologis yang disebabkan informasi kanker yang diterima dari masyarakat, seperti anggapan bahwa apabila seseorang terdiagnosis mengidap kanker berarti vonis mati yang hanya tinggal menunggu waktu (Mangan, 2003). Tekanan yang seringkali muncul adalah kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga hilangnya semangat hidup. Bentuk respons emosional yang secara umum mungkin muncul pada saat dokter mendiagnosis seseorang menderita penyakit berbahaya (kronis) seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi (Lubis, 2009). Pasangan, kerabat, dan teman dapat mengalami dampak secara emosional yang disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh pasien (Barraclough, 1999). Pada saat kanker menyerang, pasien kanker dan keluarganya mengalami dampak yang tidak hanya mengalami dampak secara fisik, tetapi juga mengalami dampak secara emosional, sosial, psikologis, dan spiritual (World Health Organization [WHO], 2002). Pada umumnya, pasien kanker mengalami dampak klinis seperti kecemasan dan/atau depresi, demikian pula yang terjadi keluarga dan teman pasien (WHO, 2002). Selain itu, dalam studi mengenai caregiver atau perawat pasien kanker (pasangan, anak, saudara, atau teman), sekitar 1/3 mengalami tekanan psikologi, dengan gejala- gejala seperti kecemasan, depresi, dan stres (Holland & Lewis, 2000). Pada umumnya, perempuan dewasa awal yang memiliki ibu penderita kanker akan mengalami dampak psikologis jangka panjang (dikutip dalam Thomas, n.d.). dampak psikologis tersebut antara lain perasaan cemas, takut, tidak aman, marah, sedih, terisolasi, dan keraguan. Berdasarkan dampak-dampak tersebut, emosi yang seringkali muncul adalah perasaan cemas. Kecemasan yang dialami oleh anak disebabkan oleh dugaan bahwa orangtua akan meninggal atau kanker bersifat menurun dan mereka akan terkena kanker. Selain itu, anak akan merasa cemas karena merasakan kecemasan yang dirasakan oleh orangtua. Kanker Serviks Kanker serviks tergolong dalam kanker organ reproduksi pada wanita, atau dapat disebut sebagai gynecological cancers. Kanker serviks berawal dari infeksi virus yang merangsang perilaku sel epitel serviks. Risiko terinfeksi virus HPV (Human papillomavirus) dan beberapa kondisi lain seperti berganti-ganti pasangan seksual, penggunaan alat kontrasepsi, atau merokok dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker serviks (Byer, Shainberg, Galliano, &
  • 3. 3 Shiver, 2002). Bahkan, Bambang Dwipoyo, spesialis ginekolog Divisi Ginekologi Rumah Sakit Kanker Dharmais, mengatakan bahwa laki-laki yang sering berganti-ganti pasangan berisiko besar menyebarkan virus HPV (“Lelaki Bisa Tularkan Kanker Leher Rahim,” 2008). Selain karena berganti-ganti pasangan, kanker leher rahim berpotensi diderita oleh perempuan yang menikah di usia muda. Pada umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas pada stadium awal. Sedangkan apabila telah muncul gejala-gejala seperti keputihan, perdarahan setelah hubungan intim suami istri, perdarahan spontan setelah masa menopause (masa tidak haid lagi), keluar cairan kekuningan yang berbau busuk atau bercampur darah, nyeri panggul, atau tidak dapat buang air kecil, maka kemungkinan besar penyakit telah memasuki stadium lanjut (Diyanti, 2009). Kecemasan Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang tidak menyenangkan (Davison, Neale, & Kring, 2004). Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali muncul pada situasi yang tidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya (Barraclough, 1999). Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas sistem otonom, secara khusus aktivasi pada sistem saraf sympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernapasan, dan tegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputi ketakutan dan kekhawatiran (Kowalski, 2000). Menurut Barraclough (1999), kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental (psikologis) dan gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala mental mudah dikenali, seperti khawatir, mudah merasa terganggu (irritability), gelisah (restlessness), insomnia, atau mimpi buruk. Sedangkan, gejala fisik tampak pada pernapasan menjadi cepat, aktivitas berlebih pada sistem saraf otonom atau tegangan otot, jantung berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, terdapat gumpalan pada tenggorokan yang menyebabkan kesulitan dalam menelan, pusing, sakit perut, dan diare. Beberapa peristiwa dapat menyebabkan kecemasan meningkat, misalnya ketika sedang menunggu pengumuman hasil tes, menunggu hasil diagnosis, menunggu prosedur pemeriksaan medis, maupun ketika mengalami efek samping dari suatu penanganan medis (Lubis, 2009). Selain itu, kecemasan akan meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat penyakit atau akibat dari proses penanganan suatu
  • 4. 4 penyakit, serta mengalami kekurangan informasi mengenai sifat suatu penyakit dan penanganannya (Lubis, 2009). Secara umum, dapat dikatakan bahwa seseorang akan merasa cemas apabila berada dalam suatu kondisi atau keadaan yang tidak pasti. Coping terhadap Kecemasan Coping didefinisikan sebagai proses untuk mengatasi keadaan yang dianggap menekan, dan dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi penilaian individu terhadap tekanan yang dirasakan (Santrock, 2006). Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan coping sebagai usaha mengubah kognitif dan perilaku secara konstan untuk mengatasi tekanan eksternal dan/atau internal yang dianggap sebagai beban atau melebihi kemampuan individu. Menurut Lazarus, pengklasifikasian coping terbagi atas dua, yakni problem-focused coping dan emotion-focused coping (Davison et al., 2004). Problem-focused coping meliputi melakukan tindakan untuk memecahkan masalah atau mencari informasi yang relevan sebagai solusi. Sedangkan, emotion-focused coping meliputi usaha untuk mengurangi emosi negatif, seperti mengalihkan pikiran dari permasalahan, rileks, atau mencari dukungan sosial (Davison et al.). Terdapat tiga cara lain dalam pengklasifikasian coping, yaitu: (a) active cognitive strategies, meliputi respons coping individu dengan berpikir secara aktif mengenai suatu situasi sebagai usaha untuk beradaptasi secara efektif; (b) active-behavioral strategies, meliputi respons coping individu dengan cara melakukan beberapa tindakan untuk meningkatkan situasi atau menghadapi berbagai permasalahan yang ada; dan (c) avoidance coping strategies, meliputi respons untuk menghindar dari keadaan atau situasi yang menekan (Santrock, 2006). Permasalahan Bagaimanakah gambaran kecemasan dan cara penanggulangan kecemasan pada perempuan dewasa awal usia antara 20 hingga 30 tahun yang memiliki ibu penderita kanker serviks stadium lanjut? Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (in- depth interview), untuk menggali secara mendalam kecemasan yang dialami oleh subyek.
  • 5. 5 Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan terbuka (open-ended questions) yang berkenaan dengan topik penelitian. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu tiga bulan, sejak 8 Februari 2010 hingga 5 Mei 2010. Subyek penelitian Penelitian ini, menggunakan subyek berjenis kelamin perempuan, berusia 20 hingga 30 tahun, telah bekerja, dan belum menikah. Subyek memiliki ibu penderita kanker serviks stadium lanjut (stadium IIb, III, dan IV), pernah menjalani pengobatan secara medis, dan dinyatakan mengalami kanker serviks maksimal lima tahun yang lalu. Tabel 1 Latar Belakang Subyek Penelitian Data Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Subyek 4 Nama (samaran) Anita Bunga Citra Desi Usia 26 tahun 25 tahun 25 tahun 28 tahun Tanggal lahir 12 September 1984 26 Januari 1985 3 September 1985 24 April 1982 Domisili Sudirman, Jakarta Pusat Bintaro, Jakarta Selatan Menteng, Jakarta Pusat Jatinegara, Jakarta Timur Agama Islam Islam Islam Kristen Protestan Suku Jawa Jawa Jawa Batak Pendidikan terakhir S1 Sistem Informasi S2 Magister Manajemen S1 Ekonomi Akuntansi S1 Kimia Murni Pekerjaan Karyawati Dosen Auditor Marketing Lama bekerja 3 tahun 2 tahun 3 tahun 2 tahun Sumber: Sukamta (2010)
  • 6. 6 Tabel 2 Tabel Riwayat Ibu Subyek Data Anita Bunga Citra Desi Nama ibu (samaran) Tati Ulfa Maya Wati Usia 56 tahun 50 tahun 54 tahun 49 tahun Tanggal lahir 16 April 1954 20 Februari 1960 25 Agustus 1956 27 Maret 1961 Pekerjaan ibu Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga PNS Pendidikan terakhir S1 Ekonomi SMA S1 Akuntansi S1 Manajemen Usia menikah 29 tahun 21 tahun 29 tahun 20 tahun Usia melahirkan anak pertama 30 tahun 23 tahun 30 tahun 21 tahun Terdeteksi kanker November 2007 Akhir 2006 Februari 2008 Juli 2006 Usia saat terdeteksi kanker 53 tahun 46 tahun 52 tahun 45 tahun Sumber: Sukamta (2010) Hasil Penelitian Keempat ibu subyek terdeteksi mengalami kanker serviks dalam rentang waktu antara tahun 2006 hingga tahun 2008 dengan deteksi stadium lanjut IIb, di mana sel kanker telah terinfiltrasi ke parametrium tetapi belum mencapai dinding panggul. Berdasarkan latar belakang keempat subyek penelitian, keterlambatan atau penundaan dalam melakukan pemeriksaan atau pendeteksian dini, seperti yang terjadi pada ibu dari Anita, Citra, dan Desi, dapat mengakibatkan penyebaran sel kanker ke stadium lanjut. Pada umumnya, kanker serviks dijumpai pada perempuan berusia 35 hingga 55 tahun (Byer et al., 2002). Berdasarkan karakteristik keempat ibu subyek, dapat dilihat bahwa ibu Tati
  • 7. 7 terdeteksi kanker pada usia 53 tahun, ibu Lanny pada usia 46 tahun, ibu Vanya pada usia 52 tahun, dan ibu Wati pada usia 45 tahun. Selain itu, berdasarkan hasil data temuan lapangan diketahui bahwa dari setiap subyek memiliki riwayat kanker dalam keluarga. Gejala Kanker Serviks Gejala klinis kanker serviks seringkali berupa perdarahan abnormal pada vagina, keputihan yang berbau, nyeri pinggang, disertai nafsu makan dan berat badan yang menurun (Edianto, 2006). Keluhan-keluhan yang sering muncul apabila ditemukan neoplasma intraepitel serviks antara lain: pendarahan post koitus atau pasca senggama, antara haid, postmenopausal, keluar cairan vagina berwarna kemerahan, rasa berat di bawah perut, dan rasa kering di vagina (Aziz, 2002). Berdasarkan hasil penelitian, ibu dari Anita mengalami gejala-gejala berupa flek, keputihan, dan nyeri pinggul. Ibu dari Bunga mengalami gejala-gejala berupa pendarahan, insomnia, pinggul terasa panas, dan sekujur tubuh terasa linu. Pada ibu dari Citra mengalami gejala-gejala seperti perut yang terasa sakit, terjadi perdarahan, terjadi masalah dalam buang air kecil, dan perut yang terasa nyeri. Sedangkan, pada ibu dari Desi muncul gejala-gejala berupa keputihan yang tidak normal, pendarahan setelah berhubungan, serta menstruasi yang tidak normal. Penyebab Kanker Serviks Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human papilloma virus (HPV) (Edianto, 2006). Risiko kanker serviks dapat dikelompokkan atas faktor etiologi (virus HPV dan spermatozoa) dan faktor risiko (perilaku seksual, kontrasepsi, nutrisi, dan rokok) (Aziz, 2002). Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, kanker serviks pada ibu dari Anita disebabkan oleh faktor etiologi HPV dan didukung oleh adanya riwayat kista pada usia 40-an, serta pola makan yang tidak teratur. Sedangkan pada ibu dari Bunga, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, penyebab kanker serviks yang dialami oleh ibu disebabkan oleh faktor etiologi HPV dan didukung oleh adanya riwayat spiral ibu yang sempat terputus tetapi didiamkan. Sama halnya pada ibu dari Anita, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, kanker serviks yang dialami oleh ibu dari Citra disebabkan oleh faktor etiologi HPV yang terjadi karena kurangnya higienitas pada daerah kewanitaan serta riwayat kista pada usia 37 tahun, serta nutrisi yang kurang baik. Sedangkan, pada ibu dari Desi, penyebab kanker serviks disebabkan oleh faktor etiologi virus HPV dan
  • 8. 8 didukung oleh asupan nutrisi ibu yang kurang memadai karena ibu tidak menyukai sayur- sayuran, serta penggunaan kontrasepsi oral yang terlalu lama. Gambaran Kecemasan Subyek Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas dan dirasakan tidak menyenangkan (Waughfield, 1998). Kecemasan adalah suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas sistem otonom, secara khusus aktivasi pada sistem saraf parasympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernapasan, dan otot menegang), kognisi, yang meliputi ketakutan dan kekhawatiran, dan perasaan yang subyektif terhadap tekanan (Kowalski, 2000). Indikator perilaku yang seringkali muncul antara lain ketidaklancaran berbicara, menghindari obyek atau kejadian tertentu, gemetar, atau kelumpuhan (Kowalski, 2000). Kecemasan dapat mempengaruhi kognisi individu, dalam hal menurunkan persepsi, sehingga individu lebih memfokuskan atensi pada hal atau masalah tertentu dan menurunkan atensi pada hal lain (Waughfield, 1998). Kecemasan terdiri dari beberapa elemen atau unsur, yaitu: subjective feelings (contoh: perasaan tidak nyaman, takut, atau khawatir), perilaku overt (seperti: menghindar dan menarik diri), serta respons fisiologis (seperti: berkeringat, mual, gemetar, dan lainnya) (Merrel, 2008). Kecemasan dapat muncul dalam bentuk gejala fisik (seperti: jari-jari tangan dingin, detak jantung meningkat, tidur tidak nyenyak, dada terasa sesak, kepala pusing, nafsu makan berkurang, dan lainnya) dan gejala mental (seperti: merasa ketakutan, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak nyaman, tidak tenang, dan lainnya) (Sundari, 2005). Pada Masa Awal Deteksi Kanker Tabel 3 Tabel Gambaran Kecemasan Subyek Fisik Emosional Perilaku Kognisi Anita √ √ – √ Bunga – √ √ √ Citra √ √ – – Desi – √ √ √
  • 9. 9 Berdasarkan gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh setiap subyek, gejala yang selalu muncul pada setiap subyek adalah gejala emosional, berupa rasa sedih dan terkejut bahwa ibunya terkena kanker serviks. Gejala kognisi yang terjadi pada Anita, Bunga, dan Desi karena mereka berpikir bahwa mereka akan kehilangan ibu mereka akibat ibu mereka terkena kanker. Sedangkan tidak demikian halnya pada Citra, karena pada saat awal mengetahui ibu terkena kanker serviks, ia menyangka bahwa ibunya masih mengalami kanker stadium awal. Gejala fisik yang muncul pada Anita dan Citra berupa jantung berdebar-debar karena merasa kaget saat diberitahukan bahwa ibu terkena kanker. Sedangkan gejala perilaku terjadi pada Bunga dan Desi berupa perilaku menangis saat diberitahukan bahwa ibu terkena kanker. Cara yang dilakukan Anita, Bunga, dan Citra adalah dengan cara mencari informasi yang berkaitan dengan kanker yang dialami oleh ibu dan melakukan konsultasi ke dokter. Sedangkan cara yang dilakukan Desi untuk mengatasi rasa cemas adalah dengan cara berdoa. Pada Saat Operasi Tabel 4 Tabel Gambaran Kecemasan Subyek Fisik Emosional Perilaku Kognisi Anita √ √ – √ Bunga √ – – √ Citra √ – – √ Desi √ – – √ Berdasarkan penuturan dari setiap subyek, gejala kecemasan yang umum terjadi pada setiap subyek pada saat ibu menjalani operasi adalah gejala fisik dan kognisi. Gajala fisiologis dialami oleh setiap subyek berupa jantung berdebar-debar dan berkeringat selama ibu mereka memasuki ruang operasi. Sedangkan, gejala kognisi yang terjadi pada setiap subyek disebabkan karena adanya rasa khawatir terjadi kesalahan prosedur selama ibu mereka menjalani operasi, serta adanya ketakutan bahwa ibu mereka akan meninggal. Selain itu, terdapat pula gejala emosional yang dialami oleh Anita yang merasa selera makan menurun dan kepala terasa pusing selama ibu menjalani operasi. Cara yang dilakukan oleh Anita dan Bunga untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan adalah dengan cara active-behavioral strategies, misalnya Anita yang turun ke lobi rumah sakit
  • 10. 10 atau pada Bunga yang mendatangi poli-poli lain di rumah sakit. Selain itu, cara yang dilakukan oleh Anita adalah dengan berpikir positif dan optimistis, serta melakukan aktivitas yang menyenangkan dan menggunakan humor, yaitu dengan berbincang-bincang dan bercanda dengan adik-adiknya untuk mengalihkan pikirannya. Selain itu, terdaat kemiripan pula cara yang dilakukan oleh Bunga dan Desi dalam mengatasi rasa cemas, yaitu dengan cara melakukan emotion-focused coping, dengan cara berdoa. Sedangkan, berbeda halnya dengan Anita, Bunga, dan Desi, cara yang dilakukan oleh Citra adalah dengan melakukan proactive coping, yaitu dengan memikirkan hal apa yang harus dilakukan kemudian sebagai langkah solusi yang harus dilakukan. Pada Masa Radiasi Kecemasan yang dirasakan oleh Anita pada saat ibu Tati menjalani radiasi adalah rasa takut apabila ibunya tidak dapat sembuh karena kondisi yang semakin menurun selama menjalani radiasi, seperti rasa mual, pusing, serta diare setelah menjalani sinar. Meskipun pada awalnya Anita tidak merasa cemas, namun seiring dengan berjalannya proses radiasi ia kemudian menyadari bahwa radiasi cukup berisiko sehingga menyebabkan rasa cemas. Cara yang dilakukan Anita untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan adalah dengan cara berbagi dengan orang lain mengenai perasaannya. Sama halnya dengan Anita, Citra tidak merasa cemas pada saat awal ibunya menjalani radiasi. Akan tetapi, Citra kemudian mengalami kecemasan karena ia merasa khawatir apabila ibunya akan mengalami dampak-dampak akibat radiasi. Cara yang dilakukan oleh Citra untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan adalah dengan cara berbagi dengan teman mengenai perasaan yang sedang dirasakannya. Masa Pasca Pengobatan Berdasarkan penuturan dari keempat subyek, diketahui kecemasan masih tetap berlangsung pasca pengobatan. Terdapat persamaan antara Anita, Bunga, dan Desi dalam hal kecemasan karena terjadi penurunan fisik pada ibu mereka pasca operasi. Sedangkan, penyebab kecemasan lain yang dirasakan oleh Anita dan Citra adalah karena merasa khawatir apabila terjadi penyebaran sel kanker pada ibu mereka.
  • 11. 11 Hal-hal yang Menyebabkan Cemas Berdasarkan penjelasan keempat subyek di atas, diketahui bahwa mereka mengalami kecemasan dapat terkena kanker serviks. Anita merasa cemas dapat terkena kanker serviks karena ia merasa memiliki persamaan gaya hidup dengan ibu, misalnya dalam hal pola makan dan pola tidur. Bunga merasa cemas dapat terkena kanker karena ia melihat dari riwayat kanker dalam keluarga terdapat beberapa saudara yang mengalami kanker. Citra merasa cemas terkena kanker serviks karena melihat beberapa gejala yang mirip dengan tanda-tanda kanker serviks yang dialami oleh ibunya. Sedangkan, Desi merasa cemas dapat mengalami kanker serviks karena ia beranggapan bahwa setiap perempuan berpotensi untuk terkena kanker serviks. Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, terdapat persamaan dan perbedaan kecemasan yang dirasakan. Persamaan yang terjadi di antara keempat subyek penelitian adalah mereka mengalami kecemasan pada situasi yang sama, yakni pada saat mengetahui ibu mereka terdiagnosis kanker, pada saat ibu mereka menjalani pengobatan, serta pasca pengobatan ibu mereka. Sedangkan, reaksi dari masing-masing subyek berbeda satu sama lain. Keempat subyek menunjukkan gejala-gejala kecemasan yang berbeda-beda pada masing-masing situasi tersebut. Terdapat perbedaan cara untuk mengatasi kecemasan yang dirasakan oleh masing-masing subyek, yaitu problem-focused coping dan emotion-focused coping. Cara yang dilakukan oleh Anita dan Citra untuk mengatasi kecemasan adalah dengan cara mencari informasi yang berkaitan dengan penyakit yang dialami oleh ibunya untuk mengetahui cara-cara untuk mengatasi atau pengobatan yang sesuai untuk mengobati kanker yang dialami oleh ibunya. Sedangkan, cara yang dilakukan oleh Bunga dan Desi adalah dengan cara berdoa. Diskusi Pada ibu dari Anita, Citra, dan Desi terdapat masalah dalam hal nutrisi karena sering mengkonsumsi jeroan, kurang mengkonsumsi sayuran, serta pola makan yang tidak teratur. Sedangkan, pada ibu Bunga, pola makannya sehat dan tidurnya minimal 8 jam sehari, serta jarang mengkonsumsi daging, tetapi ternyata dapat terkena kanker serviks. Akan tetapi, dalam Aziz (2002), dikatakan bahwa kanker serviks dapat disebabkan oleh pola asupan makanan dan
  • 12. 12 pola tidur. Kanker serviks pada ibu dari Bunga dipicu oleh riwayat pernah mengalami spiral yang sempat terputus, tetapi tidak segera diobati. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa kanker serviks yang dialami oleh ibu dari Bunga dan Desi mengalami kanker serviks stadium lanjut dan hanya melakukan prosedur pengobatan dengan cara operasi dan tidak lagi ditemukan adanya penyebaran sel kanker. Sedangkan, dalam Wagman (1996), dikatakan bahwa pada kanker serviks stadium lanjut kurang efektif apabila dilakukan hanya dengan satu metode pananganan, perlu dilakukan penanganan lanjutan radiasi dan/atau kemoterapi untuk menghancurkan penyebaran sel kanker. Pada ibu dari Bunga, Citra, dan Desi sel kanker telah terjadi permasalahan dalam hal perkemihan dan pada fungsi ginjal. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, vonis kanker yang dialami oleh ibu Bunga, Citra, dan Desi mengalami kanker serviks stadium IIb. Sedangkan, dalam Edianto (2006), dikatakan bahwa apabila kanker serviks telah menyebabkan permasalahan dalam hal perkemihan dan fungsi ginjal maka kanker telah memasuki stadium III. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini diketahui bahwa problem-focused coping dan emotion-focused coping, seperti berpikir positif, proactive coping, melakukan hal yang menyenangkan dan menggunakan humor, serta melakukan rasionalisasi dengan cara berdoa juga dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan. Akan tetapi, dalam Maes, Leventhal, dan Ridder (1996), dikatakan bahwa problem-focused coping merupakan cara yang efektif dalam mengurangi tingkat depresi dan kecemasan individu. Emotion-focused coping dapat pula menurunkan kecemasan karena proses pengobatan seperti operasi dan radiasi merupakan situasi yang berada di luar kemampuan subyek, sehingga subyek tidak dapat melakukan suatu tindakan tertentu untuk mengubah keadaan yang ada. sehingga, mereka melakukan emotion-focused coping untuk mengurangi rasa cemas yang dirasakan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penulis tidak menggunakan alat ukur kecemasan untuk mendapatkan angka pasti yang dapat menunjukkan derajat kecemasan yang dialami oleh masing-masing subyek. Dalam penelitian ini, penulis mendasarkan pada teori pustaka dalam menentukan kategori kecemasan yang dialami oleh subyek. Saran Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan subyek yang berbeda, misalnya pada remaja akhir, pada perempuan dewasa awal yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif, dan sebagainya. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat meneliti
  • 13. 13 gambaran kecemasan pada perempuan dewasa awal yang memiliki hubungan tidak erat dengan ibunya. Dengan demikian, gambaran kecemasan akan semakin variatif dan kaya untuk menambah wawasan. Saran bagi para perempuan yang memiliki ibu kanker serviks. Disarankan agar perempuan lebih menjaga kebersihan pada daerah genitalia dan menjaga pola makan dan pola tidur. Selain itu, mereka disarankan untuk melakukan pendeteksian dini dengan cara USG atau dengan melakukan pap smear bagi yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif, serta melakukan upaya pencegahan dengan melakukan vaksin HPV untuk mengurangi faktor risiko terkena kanker serviks. Saran bagi pihak Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Disarankan agar YKI lebih mensosialisasikan mengenai penyakit kanker serviks kepada masyarakat luas, mengenai bahaya kanker serviks dan cara pencegahannya, serta memberitahukan gejala-gejala dari kanker serviks. YKI diharapkan dapat mengupayakan agar masyarakat luas mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Saran bagi masyarakat. Disarankan kepada masyarakat yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga untuk melakukan pendeteksian dini sehingga gejala kanker serviks dapat dideteksi sedini mungkin untuk mempermudah dalam pencegahan. Masyarakat disarankan untuk lebih mengenal kanker serviks ini, baik melalui media cetak, media elektronik, maupun melalui pembicaraan lisan. Daftar Pustaka Aziz, M. F. (2002). Skrining dan deteksi dini kanker serviks. Dalam H. M. Ramli, R. Umbas, & S. S. Panigoro (Ed.), Deteksi dini kanker (h. 97-110). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Barraclough, J. (1999). Cancer and emotion: A practical guide to psycho-oncology (3rd Byer, C. O., Shainberg, L. W., Galliano, G., & Shiver, S. P. (2002). Dimensions of human sexuality (6 ed.). New York: John Wiley & Sons. th Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2004). Abnormal psychology (9 ed.). New York: Mc-Graw Hill. th ed.). Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.
  • 14. 14 Edianto, D. (2006). Kanker serviks. Dalam M. F. Aziz, Andrijono, & A. B. Saifuddin (Ed.), Buku acuan nasional: Onkologi ginekologi (h. 442-455). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Holland, J. C., & Lewis, S. (2000). The human side of cancer: Living with hope, cope with uncertainty. New York: HarperCollins Publishers. Kowalski, R. M. (2000). Anxiety. In A. E. Kazdin (Ed.). Encyclopedia of psychology (Vol. 1, pp. 209-211). Washington, DC: American Psychological Association. Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer Publishing Company. Lelaki bisa tularkan kanker leher rahim. (2008, 30 November). Diunduh tanggal 29 September 2009, dari http://ndaku.wordpress.com/2008/11/30/lelaki-bisa-tularkan-kanker-leher- rahim/ Lubis, N. L. (2009). Depresi: Tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Merrell, K. W. (2008). Helping students overcome depression and anxiety: A practical guide (2nd Santrock, J. W. (2006). Human adjustment. New York: McGraw-Hill. ed.). New York: The Guilford Press. Sukamta, S. (2010). Kecemasan dan upaya penanggulangan kecemasan perempuan dewasa awal yang memiliki ibu penderita kanker serviks stadium lanjut. Skripsi S-1 tidak diterbitkan, Universitas Tarumanagara, Jakarta. Sundari, S. H. S. (2005). Kesehatan mental dalam kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta. Thomas, E. (n.d.). What are the psychological affects of breast cancer on children of victims?. Retrieved September 24, 2009, from http://hs.riverdale.k12.or.us/~dthompso/exhib_03/emilty03/paper.html Waughfield, C. G. (1998). Mental health concepts (4th World Health Organization. (2002). National cancer control programmes: Policies and managerial guidelines (2 ed.). Albany, NY: Delmar Publishers. nd ed.). Geneva: Author.