SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
                   TERHADAP
      PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN
    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
(STUDI KASUS PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)




Magfirah Kritantya M.A.
Andi Makkuraga H.
Ardina Ayu D.
• Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah
  satu komponen dalam sumber penerimaan
  daerah dan berguna untuk pembangunan dalam
  menggambarkan tingkat kemandirian suatu
  daerah.
Dengan adanya indikator pendapatan daerah yang tinggi
  mencerminkan       pembangunan       ekonomi     yang
  tinggi,   kemandirian     fiskal,   dan    pembiayaan
  daerahnya, maka:
1. Apakah DIY sudah memiliki sumber pendapatan
    daerah yang tinggi?
2. Faktor apakah yang menjadi arus sumber
    pendapatan DIY?
3. Bagaimana kedudukan Provinsi DIY dibandingkan
    dengan provinsi lainnya di Indonesia dan beberapa
    negara yang memiliki persentase mirip dengan DIY?
Undang-Undang
Dalam kaitannya dengan Peraturan Pajak di
Indonesia, Pemerintah mengeluarkan UU diantaranya:
 UUD 1945 Pasal 23
 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang
   Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Tentang
   Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat&
   Pemerintah Daerah
 Undang Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak
   Daerah dan Retribusi Daerah
UU No.32 Tahun 2004 Tentang
   Pemerintahan Daerah

•   Pasal 157
•   Pasal 158
•   Pasal 159
•   Pasal 161
•   Pasal 162
•   Pasal 164
Undang-Undang No.33 Tahun 2004       Undang Undang No.28 Tahun 2009
Tentang Perimbangan Keuangan Antara   Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Pemerintah Pusat& Pemerintah Daerah                Daerah

 •   Pasal 5                           •   Pasal 2     •   Pasal 24
 •   Pasal 6                           •   Pasal 6     •   Pasal 29
 •   Pasal 7                           •   Pasal 12    •   Pasal 94
 •   Pasal 10                          •   Pasal 19    •   Pasal 108
 •   Pasal 11
 •   Pasal 12
Landasan Teori
• Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat
  dipaksakan dan terutang oleh yang berwajib
  membayarnya menurut peraturan, dengan tidak
  mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
  ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
  pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
  untuk menyelenggarakan pemerintah.
• Aspek Penting Pajak:
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang
2. Sifatnya dapat dipaksakan
3. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik
   pemerintah pusat maupun daerah
4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-
   pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan)
   bagi kepentingan masyarakat umum
• Tujuan Pajak:
1. Sumber pendapatan negara
2. Pengatur ekonomi
3. Stabilitas
4. Redistribusi pendapatan
• Aturan perpajakan:

1. Equality on Taxation
       Horizontal equity
       Vertical equity
2. Certainty on Taxation
3. Convenient of Payment
4. Efficient of Collection
Perspektif Indonesia
• Menurut World Economics Forum dalam lansirannya pada Global
  Competitiveness Report, Indonesia mampu menunjukan performa
  yang ditandai dengan kenaikan score dalam sesi Public
  Institutional.
• Undang-undang nomor 32 tahun 2004, Pendapatan Asli Darah
  dibagi menjadi 4 macam, yakni:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
• Sumber Pendapatan Daerah menjadi sangat banyak
  karena untuk mendukung pemungutan pajak yang lebih
  murah (dengan size yang lebih kecil maka pendataan
  yang disebar ke daerah akan menjadi lebih murah
  dibandingkan sentralisasikan di pusat), pembayaran
  menjadi lebih jelas (pengawasan menjadi lebih
  mudah), dan pembagian pajak antar daerah diharapkan
  menjadi lebih adil (sebagai bentuk otonomi daerah)
  karena setiap daerah memiliki proporsinya masing-
  masing.
Analisis Data
 Perbandingan Nilai & Persentase
 PDRB, PAD, Pajak, Retribusi, dan
Total Penerimaan Tahun 2008-2009
Perbandingan Nilai
                 PDRB, PAD, Pajak, Retribusi, dan Total
                    Penerimaan Tahun 2008-2009
                               (dalam juta rupiah)

                             PDRB                               PAD
                   2008               2009             2008             2009
         D.I.Y     25.119.566         28.182.295          498.264          596.851
         Max      419.280.489        473.366.676       10.381.543       11.134.548
                      DKI JAKARTA        DKI JAKARTA    DKI JAKARTA       DKI JAKARTA

          Min       2.302.113          2.582.685            30.000            64.000
                   MALUKU UTARA       MALUKU UTARA      PAPUA BARAT   SULAWESI SELATAN
    Rata-rata      59.897.627         68.582.547        1.122.855         1.288.078
         Total   1.976.621.698      2.263.224.060      37.054.225       42.506.578
Kontribusi DIY
thdp Nasional       1%                 1%              1%                1%
(dalam juta rupiah)

                          Pajak                     Retribusi                    Total Penerimaan
                   2008           2009          2008        2009                2008         2009
         D.I.Y
                   440.061         524.567        15.515              32.843    1.086.662      1.528.829
         Max
                  8.484.270     9.397.012        363.568            384.640 18.791.529        20.674.548
                  DKI JAKARTA     DKI JAKARTA   DKI JAKARTA       DKI JAKARTA   DKI JAKARTA      BENGKULU

          Min
                     25.000         50.940            964                 500    471.941        534.505
                  PAPUA BARAT MALUKU UTARA SULAWESI BARAT         GORONTALO     GORONTALO         MALUKU

    Rata-rata
                   948.540      1.091.073         53.435              44.741    2.565.319      2.906.498
         Total
                 31.301.805 36.005.395 1.763.356                 1.476.452 84.655.533         95.914.448
Kontribusi DIY
thdp Nasional       1%         1%        1%                        2%         1%                2%
Grafik Total Penerimaan 2008
(dalam juta rupiah)

 4,000,000
 3,500,000
 3,000,000
 2,500,000
 2,000,000
 1,500,000
 1,000,000                      Rata-rata
   500,000                      D.I.Y
         -
Grafik Total Penerimaan 2009
(dalam juta rupiah)
  5,000,000
  4,500,000
  4,000,000
  3,500,000
  3,000,000
  2,500,000
  2,000,000
  1,500,000                      Rata-rata
  1,000,000
                                 D.I.Y
    500,000
          -
Perbandingan Persentase (%)
PDRB, PAD, Pajak, Retribusi, dan Total
    Penerimaan Tahun 2008-2009
                Pajak/PAD (%) Retribusi/PAD (%)

                2008      2009      2008       2009
        Max       96,66    96,57     21,50      21,22
                 BANTEN   BANTEN     SUL-SEL    MALUKU

         Min      57,40    39,80      0,22       0,19
                BENGKULU SUL-TENG   BANTEN      BANTEN

    Rata-rata     80,76    81,25      6,58       5,42
        D.I.Y     88,32    87,89      3,11       5,50
Retribusi/PDRB
              PAD/PDRB (%)            Pajak/PDRB(%)
                                                                   (%)

              2008        2009        2008        2009       2008      2009

    Max           3,81        3,54       3,31       2,78       0,56      0,62
                   RIAU   BENGKULU         RIAU    KAL-SEL   MALUKU    MALUKU

     Min          0,53        0,98       0,44       0,74       0,01      0,01
            PAPUA BARAT PAPUA BARAT PAPUA BARAT       NTT     BANTEN    BANTEN

Rata-rata         1,94        2,05       1,56       1,63       0,13      0,12
    D.I.Y         1,98        2,12       1,75       1,86       0,06      0,12
Pajak/Total  Retribusi/Total
             Penerimaan (%) Penerimaan (%)
              2008       2009     2008     2009
    Max         66,65 395,82       6,77      9,64
                JA-BAR    JA-BAR JA-TENG    SUL-SEL

     Min         3,20      1,17    0,15      0,04
            PAPUA BARAT BENGKULU BANTEN GORONTALO

Rata-rata       30,34     56,65    2,12      2,23
    D.I.Y       40,50     34,31    1,43      2,15
Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi D.I. Yogyakarta
(juta Rupiah) 2006 – 2007

Lapangan            2006*      %          2007**      %          Peringkat
 Usaha
Pertanian          4.574.164       15,6   4.941.800        15       3
Pertambangan         218.17        0,74    258.761        0,79      8
dan Penggalian


Industri           4.078.214       13,9   4.475.680       13,6      4
Pengolahan
Listrik, Gas   &    377.002        1,28     423.37        1,29      7
Air Bersih
Bangunan           2.866.922       9,75   3.470.711       10,5      6
Perdagangan,       5.597.603        19    6.326.700       19,2      2
Hotel      dan
Restoran

Pengangkutan &     3.050.036       10,4   3.318.453       10,1      5
Komunikasi


Keuangan,          2.755.734       9,37   3.188.428       9,69      7
Persewaan      &
Jasa
Perusahaan

Jasa-Jasa          5.899.504       20,1   6.512.834       19,8      1
Sumbangan sektor jasa ke PDRB per jenis jasa Atas Dasar
 Harga Berlaku di Provinsi D.I. Yogyakarta (juta Rupiah)
                      2006 – 2007
             Jasa-Jasa    5.899.504   20,1   6.512.834   19,8   1
         Pemerintahan     4.213.635   14,3   4.598.174    14
               Umum
           Administrasi   2.599.220   8,84   2.833.995   8,61
        Pemerintahan &
           Pertahanan

                 Jasa     1.614.415   5,49   1.764.179   5,36
         Pemerintahan
             Lainnya
                Swasta    1.685.869   5,73   1.914.660   5,82
               Sosial      845.449    2,87    947.148    2,88
        Kemasyarakata
                    n
             Hiburan &     106.095    0,36    116.859    0,36
              Rekreasi
          Perorangan &     734.325     2,5    850.652    2,58
           Rmh Tangga
KEBIJAKAN PROVINSI DIY
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
  Provinsi DIY pada tahun anggaran 2011
• Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan
  kebijakan sebagai berikut:
   Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan
    sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah
    melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;
   Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah;
   Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber
    pendapatan daerah;
   Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat;
   Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
    pendapatan daerah;
   Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah.
KEBIJAKAN PROVINSI DIY (cont...)
Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
pendapatan daerah adalah sebagai berikut:
   Pelayanan kesamsatan dengan mobil keliling.
   Pelayanan kesamsatan pada event tertentu yang dilaksanakan di
    kabupaten/kota seperti Pameran Pembangunan, Pameran di Pasar
    Malam Sekaten, dan lain-lain.
   Pelayanan kesamsatan melalui outlet.
   Pelayanan kesamsatan dengan sistem ”drive thru”.
   Online pajak daerah.
   Mengadakan koordinasi dengan asosiasi kendaraan bermotor
    terkait penjualan kendaraan bermotor.
   Mengadakan koordinasi dengan lembaga penjaminan penjualan
    kendaraan bermotor.
   Koordinasi dengan instansi terkait dalam hal regulasi pendaftaran
    kendaraan bermotor.
   Online Pendapatan Asli Daerah.
   Pembebasan BBN-KB II.
   Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga.
   Kegiatan razia kendaraan bermotor dalam upaya penagihan
    terhadap tunggakan pajak bekerjasama dengan Polri dan Jasa
    Raharja.
   Penagihan pajak daerah door to door.
   Koordinasi dalam rangka optimalisasi pendapatan untuk
    memecahkan permasalahan pengelolaan pendapatan di masing-
    masing SKPD.
   Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi dengan Departemen
    Keuangan Republik Indonesia, Cq: Dirjen Perimbangan Keuangan,
    Kanwil Direktorat Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jenderal
    Perbendaharaan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Bank Persepsi,
    Bank Operasional III dan Kas Daerah.
   Peningkatan fasilitas, tampilan dan keamanan terhadap beberapa
    obyek retribusi.
   Sosialisasi, promosi terhadap obyek pelayanan retribusi pada
    masyarakat
   Optimalisasi pemanfaatan kekayaan daerah.
   Penyesuaian tarif retribusi dengan harga pasar yang berlaku.
PRESPEKTIF LUAR NEGERI
       Afrika Selatan
•   Afrika Selatan memiliki pajak yang berbasiskan dengan residence, yang berarti
    siapapun orang yang tinggal di suatu residence akan dikenakan pajak atas
    pendapatannya di seluruh dunia. Bagi yang bukan penduduk akan dikenakan pajak
    dari pendapatannya pembayar pajak di Afrika Selatan, Pajak asing dikreditkan
    berdasarkan pajak terutang pada pendapatan asing.

•   Walaupun pajak yang diterima oleh pusat adalah pajak tak langsung, tetapi hal itu
    hanya menyumbang satu pertiga dari seluruh pajak dimana dua pertiga pajaknya
    dihasilkan dari pajak pendapatan.
PRESPEKTIF LUAR NEGERI
     Philippines

• Philiphina sudah mendukung adanya desentralisasi antar provinsi dengan
  dasar dibuatnya kode etik yang dianggap mampu mengatur desentralisasi
  dan pembagian tugas pemerintah.
• Layanan yang dilimpahkan oleh Kode Etik adalah sebagai berikut:
• Desa (barangay)
 layanan dukungan pertanian termasuk pengumpulan stasiun memproduksi
  dan membeli
 Kesehatan dan pusat penitipan siang hari
 pengumpulan limbah padat, dll
Kota
 Pertanian ekstensi dan on-situs layanan penelitian
 proyek-proyek kehutanan berbasis masyarakat dan pengelolaan
  hutan komunal, dll

Provinsi
 ekstensi penelitian pertanian dan on-situs layanan penelitian
 Penegakan hukum kehutanan, dllt
Bulgaria
Jenis-jenis pajak di Bulgaria dibagi menjadi 2:
  Pajak Langsung
       Pajak Individu di Bulgaria
       Pajak Perusahaan di Bulgaria
   Pajak tidak langsung
       VAT (Value Added Tax)
KESIMPULAN
• Penyebab dibawah rata-ratanya PDRB DI Yogyakarta
  tentu karena barang dan jasa kurang dari rata-rata
  nasional, tetapi hal ini bukan karena disebabkan
  kurangnya Industri di Yogyakarta, tetapi bisa juga
  dikarenakan kepadatan penduduknya yang jauh dibawah
  nasional.
• Ada dua kemungkinan mengapa PAD Yogyakarta dibawah rata-
  rata, yang pertama adalah rendahnya tingkat pajak, retribusi, dan
  pendapatan daerah lainnya, dalam kasus ini jika pajak dan retribusi
  rendah   kemungkinan      Yogyakarta    sedang   berusaha    untuk
  mendatangkan Investor-investor dari luar daerah untuk berinvestasi
  di DI Yogyakarta (asumsi Investing Incentive).
• Yang kedua adalah jumlah penduduk yang rendah, jika
  pajak sudah tinggi dan penduduk yang rendah maka
  tidak mustahil jika pendapatan pajak sulit untuk
  mencapai rata-rata. Untuk diketahui jumlah penduduk
  rata-rata Nasional adala 6.837.623 sedangkan penduduk
  Yogyakarta adalah 3.434.534, sangat jauh dari rata-rata
  nasional.
• Retribusi yang dibawah rata-rata belum tentu
  mengindikasikan sektor pariwisata, bisnis, dan jalur
  terima retribusi performancenya tidak baik. Jika dilihat
  dari statistika, kemungkinan saja titik yang paling tinggi
  (DKI Jakarta) mempunyai nilai yang terlalu jenjang
  dibandingkan daerah yang lain, maka rerata menjadi
  tidak baik. Jika di olah kembali maka ada data yang
  nilainya terlalu ekstrim yaitu DKI Jakarta (Rp
  363.568.236.100.), Jawa Tengah (Rp 328.020.485.000.),
  dan Jawab Timur (Rp 241.127.729.660.). dan sisanya
  berada dibawah Rp 150.000.000.000,.
• Total penerimaan Yogyakarta tentu menjadi dibawah
  rata-rata jika retribusi dan pajaknya juga masih dibawah
  rerata. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk
  its matter dalam besar penerimaan suatu daerah dalam
  bentuk nominal.
Terimakasih 

More Related Content

Similar to KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09
Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09
Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09
Sigit Pramulia
 
Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011
Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011
Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011
Ivonne Srikandi
 
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Badan Kebijakan Fiskal
 

Similar to KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) (20)

Pemetaan Keuangan Daerah
Pemetaan Keuangan DaerahPemetaan Keuangan Daerah
Pemetaan Keuangan Daerah
 
Tax gathering with Bendahara Pemerintah
Tax gathering with Bendahara PemerintahTax gathering with Bendahara Pemerintah
Tax gathering with Bendahara Pemerintah
 
Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09
Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09
Ekspose Pidato Pd Tim Verifikasi Lppd 7 5 09
 
RUMAH ZAKAT BIG SMILE 2012
RUMAH ZAKAT BIG SMILE 2012RUMAH ZAKAT BIG SMILE 2012
RUMAH ZAKAT BIG SMILE 2012
 
Tax corruption tii
Tax corruption   tiiTax corruption   tii
Tax corruption tii
 
17. Pejabat pengelola keuangand daerah
17. Pejabat pengelola keuangand daerah17. Pejabat pengelola keuangand daerah
17. Pejabat pengelola keuangand daerah
 
Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011
Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011
Laporan Kinerja Pembangunan Kota Bitung Tahun 2011
 
16 penjabaran papbd 2018
16 penjabaran papbd 201816 penjabaran papbd 2018
16 penjabaran papbd 2018
 
16 penjabaran papbd 2019
16 penjabaran papbd 201916 penjabaran papbd 2019
16 penjabaran papbd 2019
 
14 15 ringkasan perda papbd 2018
14 15 ringkasan perda papbd 201814 15 ringkasan perda papbd 2018
14 15 ringkasan perda papbd 2018
 
14 15 ringkasan perda papbd 2019
14 15 ringkasan perda papbd 201914 15 ringkasan perda papbd 2019
14 15 ringkasan perda papbd 2019
 
14 15 ringkasan perda papbd 2019
14 15 ringkasan perda papbd 201914 15 ringkasan perda papbd 2019
14 15 ringkasan perda papbd 2019
 
1616133896.pdf
1616133896.pdf1616133896.pdf
1616133896.pdf
 
17. Pejabat pengelola keuangan daerah
17. Pejabat pengelola keuangan daerah17. Pejabat pengelola keuangan daerah
17. Pejabat pengelola keuangan daerah
 
16 penjabaran papbd 2020
16 penjabaran papbd 202016 penjabaran papbd 2020
16 penjabaran papbd 2020
 
14 15 ringkasan perda papbd 2020
14 15 ringkasan perda papbd 202014 15 ringkasan perda papbd 2020
14 15 ringkasan perda papbd 2020
 
Penyisiran per KLU By Tulus Mulyono
Penyisiran per KLU By Tulus MulyonoPenyisiran per KLU By Tulus Mulyono
Penyisiran per KLU By Tulus Mulyono
 
1. lampiran 1 - 2012
1. lampiran 1 - 20121. lampiran 1 - 2012
1. lampiran 1 - 2012
 
Pad sintang
Pad sintangPad sintang
Pad sintang
 
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
 

Recently uploaded

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

  • 1. KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) (STUDI KASUS PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) Magfirah Kritantya M.A. Andi Makkuraga H. Ardina Ayu D.
  • 2. • Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen dalam sumber penerimaan daerah dan berguna untuk pembangunan dalam menggambarkan tingkat kemandirian suatu daerah.
  • 3. Dengan adanya indikator pendapatan daerah yang tinggi mencerminkan pembangunan ekonomi yang tinggi, kemandirian fiskal, dan pembiayaan daerahnya, maka: 1. Apakah DIY sudah memiliki sumber pendapatan daerah yang tinggi? 2. Faktor apakah yang menjadi arus sumber pendapatan DIY? 3. Bagaimana kedudukan Provinsi DIY dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia dan beberapa negara yang memiliki persentase mirip dengan DIY?
  • 4. Undang-Undang Dalam kaitannya dengan Peraturan Pajak di Indonesia, Pemerintah mengeluarkan UU diantaranya:  UUD 1945 Pasal 23  Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah  Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat& Pemerintah Daerah  Undang Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
  • 5. UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah • Pasal 157 • Pasal 158 • Pasal 159 • Pasal 161 • Pasal 162 • Pasal 164
  • 6. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Undang Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Pemerintah Pusat& Pemerintah Daerah Daerah • Pasal 5 • Pasal 2 • Pasal 24 • Pasal 6 • Pasal 6 • Pasal 29 • Pasal 7 • Pasal 12 • Pasal 94 • Pasal 10 • Pasal 19 • Pasal 108 • Pasal 11 • Pasal 12
  • 7. Landasan Teori • Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan dan terutang oleh yang berwajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
  • 8. • Aspek Penting Pajak: 1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang 2. Sifatnya dapat dipaksakan 3. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik pemerintah pusat maupun daerah 4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum
  • 9. • Tujuan Pajak: 1. Sumber pendapatan negara 2. Pengatur ekonomi 3. Stabilitas 4. Redistribusi pendapatan
  • 10. • Aturan perpajakan: 1. Equality on Taxation  Horizontal equity  Vertical equity 2. Certainty on Taxation 3. Convenient of Payment 4. Efficient of Collection
  • 11. Perspektif Indonesia • Menurut World Economics Forum dalam lansirannya pada Global Competitiveness Report, Indonesia mampu menunjukan performa yang ditandai dengan kenaikan score dalam sesi Public Institutional. • Undang-undang nomor 32 tahun 2004, Pendapatan Asli Darah dibagi menjadi 4 macam, yakni: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang sah
  • 12. • Sumber Pendapatan Daerah menjadi sangat banyak karena untuk mendukung pemungutan pajak yang lebih murah (dengan size yang lebih kecil maka pendataan yang disebar ke daerah akan menjadi lebih murah dibandingkan sentralisasikan di pusat), pembayaran menjadi lebih jelas (pengawasan menjadi lebih mudah), dan pembagian pajak antar daerah diharapkan menjadi lebih adil (sebagai bentuk otonomi daerah) karena setiap daerah memiliki proporsinya masing- masing.
  • 13. Analisis Data Perbandingan Nilai & Persentase PDRB, PAD, Pajak, Retribusi, dan Total Penerimaan Tahun 2008-2009
  • 14. Perbandingan Nilai PDRB, PAD, Pajak, Retribusi, dan Total Penerimaan Tahun 2008-2009 (dalam juta rupiah) PDRB PAD 2008 2009 2008 2009 D.I.Y 25.119.566 28.182.295 498.264 596.851 Max 419.280.489 473.366.676 10.381.543 11.134.548 DKI JAKARTA DKI JAKARTA DKI JAKARTA DKI JAKARTA Min 2.302.113 2.582.685 30.000 64.000 MALUKU UTARA MALUKU UTARA PAPUA BARAT SULAWESI SELATAN Rata-rata 59.897.627 68.582.547 1.122.855 1.288.078 Total 1.976.621.698 2.263.224.060 37.054.225 42.506.578 Kontribusi DIY thdp Nasional 1% 1% 1% 1%
  • 15. (dalam juta rupiah) Pajak Retribusi Total Penerimaan 2008 2009 2008 2009 2008 2009 D.I.Y 440.061 524.567 15.515 32.843 1.086.662 1.528.829 Max 8.484.270 9.397.012 363.568 384.640 18.791.529 20.674.548 DKI JAKARTA DKI JAKARTA DKI JAKARTA DKI JAKARTA DKI JAKARTA BENGKULU Min 25.000 50.940 964 500 471.941 534.505 PAPUA BARAT MALUKU UTARA SULAWESI BARAT GORONTALO GORONTALO MALUKU Rata-rata 948.540 1.091.073 53.435 44.741 2.565.319 2.906.498 Total 31.301.805 36.005.395 1.763.356 1.476.452 84.655.533 95.914.448 Kontribusi DIY thdp Nasional 1% 1% 1% 2% 1% 2%
  • 16. Grafik Total Penerimaan 2008 (dalam juta rupiah) 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 Rata-rata 500,000 D.I.Y -
  • 17. Grafik Total Penerimaan 2009 (dalam juta rupiah) 5,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 Rata-rata 1,000,000 D.I.Y 500,000 -
  • 18. Perbandingan Persentase (%) PDRB, PAD, Pajak, Retribusi, dan Total Penerimaan Tahun 2008-2009 Pajak/PAD (%) Retribusi/PAD (%) 2008 2009 2008 2009 Max 96,66 96,57 21,50 21,22 BANTEN BANTEN SUL-SEL MALUKU Min 57,40 39,80 0,22 0,19 BENGKULU SUL-TENG BANTEN BANTEN Rata-rata 80,76 81,25 6,58 5,42 D.I.Y 88,32 87,89 3,11 5,50
  • 19. Retribusi/PDRB PAD/PDRB (%) Pajak/PDRB(%) (%) 2008 2009 2008 2009 2008 2009 Max 3,81 3,54 3,31 2,78 0,56 0,62 RIAU BENGKULU RIAU KAL-SEL MALUKU MALUKU Min 0,53 0,98 0,44 0,74 0,01 0,01 PAPUA BARAT PAPUA BARAT PAPUA BARAT NTT BANTEN BANTEN Rata-rata 1,94 2,05 1,56 1,63 0,13 0,12 D.I.Y 1,98 2,12 1,75 1,86 0,06 0,12
  • 20. Pajak/Total Retribusi/Total Penerimaan (%) Penerimaan (%) 2008 2009 2008 2009 Max 66,65 395,82 6,77 9,64 JA-BAR JA-BAR JA-TENG SUL-SEL Min 3,20 1,17 0,15 0,04 PAPUA BARAT BENGKULU BANTEN GORONTALO Rata-rata 30,34 56,65 2,12 2,23 D.I.Y 40,50 34,31 1,43 2,15
  • 21. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi D.I. Yogyakarta (juta Rupiah) 2006 – 2007 Lapangan 2006* % 2007** % Peringkat Usaha Pertanian 4.574.164 15,6 4.941.800 15 3 Pertambangan 218.17 0,74 258.761 0,79 8 dan Penggalian Industri 4.078.214 13,9 4.475.680 13,6 4 Pengolahan Listrik, Gas & 377.002 1,28 423.37 1,29 7 Air Bersih Bangunan 2.866.922 9,75 3.470.711 10,5 6 Perdagangan, 5.597.603 19 6.326.700 19,2 2 Hotel dan Restoran Pengangkutan & 3.050.036 10,4 3.318.453 10,1 5 Komunikasi Keuangan, 2.755.734 9,37 3.188.428 9,69 7 Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 5.899.504 20,1 6.512.834 19,8 1
  • 22. Sumbangan sektor jasa ke PDRB per jenis jasa Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi D.I. Yogyakarta (juta Rupiah) 2006 – 2007 Jasa-Jasa 5.899.504 20,1 6.512.834 19,8 1 Pemerintahan 4.213.635 14,3 4.598.174 14 Umum Administrasi 2.599.220 8,84 2.833.995 8,61 Pemerintahan & Pertahanan Jasa 1.614.415 5,49 1.764.179 5,36 Pemerintahan Lainnya Swasta 1.685.869 5,73 1.914.660 5,82 Sosial 845.449 2,87 947.148 2,88 Kemasyarakata n Hiburan & 106.095 0,36 116.859 0,36 Rekreasi Perorangan & 734.325 2,5 850.652 2,58 Rmh Tangga
  • 23. KEBIJAKAN PROVINSI DIY • Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DIY pada tahun anggaran 2011 • Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan sebagai berikut:  Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;  Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah;  Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah;  Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat;  Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan daerah;  Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah.
  • 24. KEBIJAKAN PROVINSI DIY (cont...) Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah adalah sebagai berikut:  Pelayanan kesamsatan dengan mobil keliling.  Pelayanan kesamsatan pada event tertentu yang dilaksanakan di kabupaten/kota seperti Pameran Pembangunan, Pameran di Pasar Malam Sekaten, dan lain-lain.  Pelayanan kesamsatan melalui outlet.  Pelayanan kesamsatan dengan sistem ”drive thru”.  Online pajak daerah.
  • 25. Mengadakan koordinasi dengan asosiasi kendaraan bermotor terkait penjualan kendaraan bermotor.  Mengadakan koordinasi dengan lembaga penjaminan penjualan kendaraan bermotor.  Koordinasi dengan instansi terkait dalam hal regulasi pendaftaran kendaraan bermotor.  Online Pendapatan Asli Daerah.  Pembebasan BBN-KB II.  Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga.  Kegiatan razia kendaraan bermotor dalam upaya penagihan terhadap tunggakan pajak bekerjasama dengan Polri dan Jasa Raharja.  Penagihan pajak daerah door to door.
  • 26. Koordinasi dalam rangka optimalisasi pendapatan untuk memecahkan permasalahan pengelolaan pendapatan di masing- masing SKPD.  Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi dengan Departemen Keuangan Republik Indonesia, Cq: Dirjen Perimbangan Keuangan, Kanwil Direktorat Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank Operasional III dan Kas Daerah.  Peningkatan fasilitas, tampilan dan keamanan terhadap beberapa obyek retribusi.  Sosialisasi, promosi terhadap obyek pelayanan retribusi pada masyarakat  Optimalisasi pemanfaatan kekayaan daerah.  Penyesuaian tarif retribusi dengan harga pasar yang berlaku.
  • 27. PRESPEKTIF LUAR NEGERI Afrika Selatan • Afrika Selatan memiliki pajak yang berbasiskan dengan residence, yang berarti siapapun orang yang tinggal di suatu residence akan dikenakan pajak atas pendapatannya di seluruh dunia. Bagi yang bukan penduduk akan dikenakan pajak dari pendapatannya pembayar pajak di Afrika Selatan, Pajak asing dikreditkan berdasarkan pajak terutang pada pendapatan asing. • Walaupun pajak yang diterima oleh pusat adalah pajak tak langsung, tetapi hal itu hanya menyumbang satu pertiga dari seluruh pajak dimana dua pertiga pajaknya dihasilkan dari pajak pendapatan.
  • 28. PRESPEKTIF LUAR NEGERI Philippines • Philiphina sudah mendukung adanya desentralisasi antar provinsi dengan dasar dibuatnya kode etik yang dianggap mampu mengatur desentralisasi dan pembagian tugas pemerintah. • Layanan yang dilimpahkan oleh Kode Etik adalah sebagai berikut: • Desa (barangay)  layanan dukungan pertanian termasuk pengumpulan stasiun memproduksi dan membeli  Kesehatan dan pusat penitipan siang hari  pengumpulan limbah padat, dll
  • 29. Kota  Pertanian ekstensi dan on-situs layanan penelitian  proyek-proyek kehutanan berbasis masyarakat dan pengelolaan hutan komunal, dll Provinsi  ekstensi penelitian pertanian dan on-situs layanan penelitian  Penegakan hukum kehutanan, dllt
  • 30. Bulgaria Jenis-jenis pajak di Bulgaria dibagi menjadi 2:  Pajak Langsung  Pajak Individu di Bulgaria  Pajak Perusahaan di Bulgaria  Pajak tidak langsung  VAT (Value Added Tax)
  • 31. KESIMPULAN • Penyebab dibawah rata-ratanya PDRB DI Yogyakarta tentu karena barang dan jasa kurang dari rata-rata nasional, tetapi hal ini bukan karena disebabkan kurangnya Industri di Yogyakarta, tetapi bisa juga dikarenakan kepadatan penduduknya yang jauh dibawah nasional.
  • 32. • Ada dua kemungkinan mengapa PAD Yogyakarta dibawah rata- rata, yang pertama adalah rendahnya tingkat pajak, retribusi, dan pendapatan daerah lainnya, dalam kasus ini jika pajak dan retribusi rendah kemungkinan Yogyakarta sedang berusaha untuk mendatangkan Investor-investor dari luar daerah untuk berinvestasi di DI Yogyakarta (asumsi Investing Incentive).
  • 33. • Yang kedua adalah jumlah penduduk yang rendah, jika pajak sudah tinggi dan penduduk yang rendah maka tidak mustahil jika pendapatan pajak sulit untuk mencapai rata-rata. Untuk diketahui jumlah penduduk rata-rata Nasional adala 6.837.623 sedangkan penduduk Yogyakarta adalah 3.434.534, sangat jauh dari rata-rata nasional.
  • 34. • Retribusi yang dibawah rata-rata belum tentu mengindikasikan sektor pariwisata, bisnis, dan jalur terima retribusi performancenya tidak baik. Jika dilihat dari statistika, kemungkinan saja titik yang paling tinggi (DKI Jakarta) mempunyai nilai yang terlalu jenjang dibandingkan daerah yang lain, maka rerata menjadi tidak baik. Jika di olah kembali maka ada data yang nilainya terlalu ekstrim yaitu DKI Jakarta (Rp 363.568.236.100.), Jawa Tengah (Rp 328.020.485.000.), dan Jawab Timur (Rp 241.127.729.660.). dan sisanya berada dibawah Rp 150.000.000.000,.
  • 35. • Total penerimaan Yogyakarta tentu menjadi dibawah rata-rata jika retribusi dan pajaknya juga masih dibawah rerata. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk its matter dalam besar penerimaan suatu daerah dalam bentuk nominal.