SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 184
•   MENYAJIKAN PANDANGAN NORMATIF DAN
    TEKNIS   DALAM  RANGKA   MEMUDAHKAN
    SINERGI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
    DPRD    DENGAN   TUGAS  DAN   FUNGSI
    PEMERINTAH DAERAH;
•   MENGGUNAKAN UU NO 27 TAHUN 2009 DAN UU
    NO. 32 TAHUN 2004 SERTA HASIL PEMILIHAN
    UMUM TAHUN 2009 SEBAGAI RUJUKAN
    NORMATIFNYA;
•   MEMPERHATIKAN ATURAN PERUNDANGAN
    YANG TERKAIT SAMBIL MENUNGGU TERBITNYA
    PP TENTANG PEDOMAN TATA TERTIB DPRD.   2
1. SESUAI UU NO. 27 TAHUN 2009, SELURUH TUGAS,
   FUNGSI    DAN    WEWENANG      DPRD   HARUS
   DIFORMALISASI KE DALAM PERATURAN DPRD
   TENTANG TATA TERTIB;
2. TATA TERTIB DPRD BERFUNGSI SEBAGAI:
  a. Pedoman penyelenggaraan      tugas,   fungsi   dan
     wewenang DPRD; dan
  b. Salah satu norma juridis yang digunakan dalam
  menilai      kinerja pelaksanaan tugas, fungsi dan
  wewenang DPRD;
3. SEHUBUNGAN DENGAN ITU, DIPERLUKAN TATIB
   DPRD YANG BERSIFAT KOMPREHENSIF.       3
SINERGI ANTARA FUNGSI LEGISLATIF DENGAN FUNGSI
EKSEKUTIF DAERAH DIPERLUKAN KARENA:
1. Baik eksekutif maupun legislatif daerah pada dasarnya
   bekerja dengan maksud dan tujuan yang sama, namun pada
   ranah yang berbeda:
  a. Eksekutif sebagai pelaksana;
  b. Legislatif sebagai legislator dan pengawas.
2. Kemampuan legislatif melaksanakan     fungsinya sangat
   ditentukan oleh kemampuan memahami seluruh aspek
   pelaksanaan pemerintahan      daerah, sehingga mampu
   melakukan pengawasan dari ketiga aspek fungsinya, yakni
   legislasi, penganggaran dan pengawasan;
3. Sehubungan dengan itu, kesediaan untuk mendalami
seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah
tampil sebagai prasyarat mutlak bagi keberhasilan fungsi
   legislator darah.
                                                             4
2. KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH;

4. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL;

6. LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN
   MATRIKS).

Catatan: Penjelasan    pasal demi pasal dan Lampiran
         diperlukan     untuk   menguraikan secara
         rinci berbagai klausul yang membutuhkan
         informasi tambahan dalam rangka mencegah
         tafsir ganda.


                                                       5
•   SESUAI UU NO. 32 TAHUN 2004, DPRD TIDAK DUDUK
    BERHADAP-HADAPAN DENGAN KDH, MELAINKAN
    DUDUK BERDAMPINGAN SEBAGAI MITRA YANG
    SEJAJAR;
•   DPRD TIDAK BEKERJA DAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
    ATAS DASAR PERTIMBANGAN ORANG PER ORANG,
    MELAINKAN SEBAGAI INSTITUSI;
•   PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILAKUKAN SECARA
    MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT;
•   BILA MUFAKAT TIDAK TERCAPAI, DILAKUKAN
    VOTING DENGAN SUARA TERBANYAK: ½ n + 1.
                                                6
KONSTELASI
  HUBUNGAN KDH
    DAN DPRD



                                        RENCA A PE MB A
                                             N         NGUN A J A
                                                             N   NGK A P ANJ A G (RPJP) 2005 - 2025
                                                                              N
                  2005                                                                                               2025

                         5 TAHUN PERTAMA          5 TAHUN KEDUA          5 TAHUN KETIG A        5 TAHUN KEEMP AT
  KONDISI
                                                                                                                               KONDISI YANG
SAAT INI (2009)          PILKA A 2005
                              D                    PILKA A 2010
                                                        D                      PILKA A 2015
                                                                                    D                 PILKA A 2020
                                                                                                           D
                                                                                                                               DIINGIN (2014)
                             RPJM                      RPJM                   RPJM                    RPJM
                         VISI-MISI KDH             VISI-MISI KDH          VISI-MISI KDH           VISI-MISI KDH
                          TERL A NTIK,              TERL A NTIK,           TERL A NTIK,            TERL A NTIK,
                          2005 – 2010               2010 – 2015            2015 – 2020              2020– 2025



                     •    A AH
                           R                       •   A AH
                                                        R                  •    A AH
                                                                                 R                    •   A AH
                                                                                                           R
                          KEBIJA A
                                 K N                   KEBIJA A
                                                              K N               KEBIJA A
                                                                                       K N                KEBIJA A
                                                                                                                 K N
                     •    STR ATEGI                •   STR ATEGI           •    STR ATEGI             •   STR ATEGI
                     •    PROGR AM                 •   PROGR AM            •    PROGR AM              •   PROGR AM
                          PRIORITAS 5                  PRIORITAS 5              PRIORITAS 5               PRIORITAS 5
                          TAHUN                        TAHUN                    TAHUN                     TAHUN



                  RENSTR A SKPD                 RENSTR A SKPD            RENSTR A SKPD           RENSTR A SKPD




                           RAPBD                     RAPBD                       RAPBD                  RAPBD
                         TA HUN AN                 TA HUN AN                   TA HUN AN              TA HUN AN
                         (5 TAHUN)                 (5 TAHUN)                   (5 TAHUN)              (5 TAHUN)




                                                                                                                            GARDEN CITY OF TOMORROW




                                                       ½N+1
SEBELUM MELAKSANAKAN FUNGSI DAN            KEWENANGAN
KONSTITUSIONALNYA, SELURUH ANGGOTA         DAN PIMPINAN
DPRD PERLU MEMBANGUN:
1. Kekompakan internal antar sesama anggota dan antar
   fraksi serta antar anggota dalam fraksi yang sama,
termasuk antara fraksi dengan alat-alat kelengkapan;
2. Kekompakan eksternal, terutama antara DPRD dengan
   KDH dan antara Komisi dengan SKPD mitra kerja;
3. Meningkatkan hubungan silaturahmi antara anggota dengan
   konstituen di Dapil masing-masing;
4. Meningkatkan minat baca, terutama dengan aturan
perundangan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsi SKPD mitra kerja;
5. Membangun kritik yang sehat dan cerdas terhadap
   jalannya pemda dengan menggunakan statistik dan data,
   bukan praduga.
                                                         8
PARPOL                    PEMILU              PEMERINTAHAN          PENGAWASAN

UU NO. 2 THN 2008              KPU                  PELANTIKAN
                                                                            BPK
                                           DCT      LEGISLATIF +
                                                      TERPILIH
 BADAN HUKUM        UU NO. 22 THN 2007
                                                   JULI - AGUSTUS           AUDIT

  DPP/DPD/DPC          PEMILU 9/4/2009
                                                      UU SUSDUK
                                                    (ALAT KELENGKAPAN)     SIDIK
 TUJUAN PARPOL
                     UU NO                UU
                                       PILPRES          FRAKSI
                     10/2008          NO 42/2008
                                                                          KEJAKSAAN
    VISI + MISI                UU NO
                               12/2008              UU 32 THN 2008

   PLATFORM                                                                  KPK
                                 Vs
                                         NO         UU 17 THN 2003
                          RA K           UR MO
                       UA NYA
                      S A
                        B                  UT R
       DCS          T ER
SISTEM KEPARTAIAN
                   (MULTI PARTAI SEDERHANA)


PENGUATAN SISTEM       SISTEM PEMILU
   PRESIDENSIIL        YG DEMOKRATIS


                   PENGUATAN LEMBAGA
                   LEGISLATIF YG EFEKTIF




                                        10
1.   MENGAWASI PELAKSANAAN UU
             PENGAWASAN          DAN PP;
                            2.   MENERIMA DAN MEMBAHAS LKPJ;
                            3.   MENYAMPAIKAN C&R LKPJ.


FUNGSI       PENGANGGARAN   1.   MENYIAPKAN DATA DASAR DAN
LEGISLATIF                       INFORMASI TENTANG KEUANGAN
                                 DAN KEKAYAAN DAERAH;
                            2.   MENYAMPAIKAN     POKOK-POKOK
                                 PIKIRAN DPRD TENTANG R-APBD;
                            3.   MEMBAHAS DAN MENYEPAKATI
                                 KUA-PPAS;
                            4.   MEMBAHAS DAN MENETAPKAN
                                 R-APBD (MURNI, PERUBAHAN DAN
                                 PERHITUNGAN).


                            1.   INISIATIF MENERBITKAN PERDA;
             LEGISLASI      2.   MEMBAHAS      PERDA    INISIATIF
                                 PEMDA;
                            3.   MENGAWASI KONSISTENSI PEMDA
                                 MENUANGKAN PERDA KE DALAM
                                 PERATURAN/ SK KDH.
SIDANG
              PARIPURNA
            LKPJ-KDH ATAS                                                             PENGESAHAN
          KINERJA APBD 2007                                                               APBD
               31 MARET                            SIDANG PARIPURNA
                                                ISTIMEWA PENYAMPAIAN                   PERUBAHAN
                                               KEPUTUSAN DPRD CATATAN                 SESUAI SILPA
                                                     REKOMENDASI                        DAN OPINI
                                                        30 APRIL                        AUDIT BPK
                                                                                       MEDIO OKT             UANG CAIR
                                SEBAIKNYA,                                                                   2 JANUARI
                              RENSTRA SKPD
                               DAN RENSTRA
                                KECAMATAN                                 RKA SKPD
                              SUDAH DIREVISI                             31 AGUSTUS
                               SESUAI SOTK
                                   BARU
                               AKHIR MARET
                                                          OPINI AUDIT                          PEMBAHASAN DAN
                                                          BPK (SILPA)                           PENGESAHAN R-
                                                            15 JULI                            APBD TAHUN 2009
                                                                                                 30 NOVEMBER

2008                                           2009                                                                      2010

            1        2          3       4       5         6          7      8          9      10     11       12


                                                                          PENGESAHAN                         DPA
                                                     KUA DAN PPAS             APBD                    1 – 31 DESEMBER
                                                       2008 SESUAI        PERHITUNGAN
                                                      PERMEN 59/07          DAN SILPA
                                     RKPD           SUDAH DISAHKAN        SESUAI OPINI
                                    30 APRIL         (SESUAI BATAS          AUDIT BPK
                                                      KEWENANGAN           MEDIO SEPT
                                                        DAN SOTK)
                                                        MEI – JULI

    SEBAIKNYA, PERDA SOTK
   DAN PERDA URUSAN WAJIB
      DAN PILIHAN SUDAH
          DISAHKAN
          31 MARET



                                                                                                                                12
DPRD
2009 – 2014
  LANTIK

              1.    PERSIAPAN PIMPINAN DEFINITIF;
 PIMPINAN
              2.    DRAFT TATIB;
SEMENTARA     3.    DRAFT KODE ETIK;
              4.    PEMBENTUKAN FRAKSI.



                   BENTUK ALAT KELENGKAPAN          PELAKSANAAN
                                                       FUNGSI/
                   1.   BANMUS;
                                                     WEWENANG
                   2.   KOMISI;
                   3.   BADAN LEGISLASI;
                   4.   BADAN KEHORMATAN;
                   5.   BADAN ANGGARAN;                              PENGESAHAN
                   6.   TENAGA AHLI.                 PIMPINAN
                                                     DEFINITIF    1. TATIB;
                                                                  2. KODE ETIK;
                                                                  3. PENETAPAN ALAT
                                                                     KELENGKAPAN
                                                                  4. R-APBD 2010.


                                                                              13
•   MEWUJUDKAN SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR,
    DPD DAN DPRD YANG DAPAT BEKERJA SECARA EFEKTIF
    SEBAGAI    SALAH   SATU    DARI    KETIGA    PILAR
    PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA (PILAR
    LEGISLATIF);

•   MEMBANGUN BUDAYA OPOSISI YANG OBYEKTIF DI
    LINGKUNGAN LEGISLATIF DALAM RANGKA MENGAWASI
    PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN;

•   MENYEDIAKAN    IKLIM      YANG    KONDUSIF   UNTUK
    MENYELARASKAN HUBUNGAN KERJA ANTARA FRAKSI
    DENGAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN.
                                                     14
½n+1
1. BILA ½ N + 1 MEMIHAK DPRD:
   DPRD SUPERIOR Vs KDH INFERIOR
  DPRD superior terdapat di 379 Kab/Kota dan 21 Provinsi.

2. BILA ½ N + 1 MEMIHAK KDH:
   KDH SUPERIOR Vs DPRD INFERIOR
CATATAN: DI DALAM SISTEM DEMOKRASI YANG
MAPAN, SELURUH FRAKSI MEMBENTUK DUA
KUBU, YAKNI KUBU PENDUKUNG KDH DAN KUBU
OPOSISI.                              15
1.   PROSES POLITIK YANG DEMOKRATIS: Setiap jabatan politik harus
     dicapai melalui tahapan dan mekanisme pemilihan umum;
2.   UU POLITIK YANG MODERN DAN AKOMODATIF: UU yang senyawa
     dengan perubahan zaman tetapi tetap mampu mengakomodasi
     nilai-nilai budaya tradisional positif yang hidup di tengah-tengah
     masyarakat;
•    KESADARAN DAN BUDAYA POLITIK YANG RASIONAL:
     A.   Masyarakat berhak menentukan afiliasi dan pilihan politiknya
          dengan mempertimbangkan kesesuaian aspirasinya dengan
     platform partai politik;
      B. Partai    politik  tetap     memelihara kesetiaan
     konstituennya dengan tetap secara konsisten memperjuangkan
     platform      partai dan janji kampanye;
     C.   Lembaga Perwakilan (DPR, DPD dan DPRD) secara konsisten
          melaksanakan seluruh fungsi dan  tanggungjawabnya dalam
          mengemban amanat rakyat dan kepentingan umum.
                                                                    16
Lanjutan…

4.   SISTEM PRESIDENSIEL: Sistem pemerintahan dimana presiden
     menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni sebagai Kepala Negara
     dan Kepala Pemerintahan serta tidak tunduk pada dan tidak bisa
     dijatuhkan oleh DPR, sekalipun jumlah kursi partai politik
     pengusung presiden di DPR tidak memenuhi quorum ½ n + 1;
•    MULTI PARTAI SEDERHANA: Jumlah partai peserta pemilu tidak
     melebihi 6 (enam) partai dan setiap partai memiliki platform yang
     berbeda namun dengan tujuan yang sama. Sistem Presidensiel
     hanya dapat bekerja efektif bila jumlah partai tidak melebihi 6
     (enam) partai;
•    SISTEM      PEMILU DEMOKRATIS:       Pemilihan Umum yang
     dilangsungkan secara jujur dan adil serta memberikan hak-hak
     khusus kepada kaum perempuan serta menetapkan pemenang
     pemilihan dari setiap partai berdasarkan perolehan suara
     terbanyak;
•    PENGUATAN LEMBAGA LEGISLATIF: Kehendak politik yang hidup
     di semua lembaga perwakilan pada ketiga tingkat pemerintahan
     untuk tetap menjalankan fungsi legislasi, fungsi penganggaran dan
     fungsi pengawasan berdasarkan ukuran dan kriteria serta proses
     dan mekanisme yang obyektif dan rasional.
                                                                   17
18
1. DALAM   MELAKSANAKAN  TUGAS,   FUNGSI DAN
   WEWENANGNYA, DPRD TUNDUK PADA SELURUH
   ATURAN PERUNDANGAN YANG BERLAKU;

2. SEJUMLAH   ATURAN    PERUNDANGAN     DIMAKSUD
   MEMUAT SUBSTANSI YANG SANGAT RELEVAN BAGI
   UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
   DPRD SEBAGAI LEMBAGA LEGISLATIF DAERAH;

3. PENCANTUMAN SEBUAH UU/PP/PERPRES KE DALAM
   KONSIDERANS MENIMBANG ADALAH PERNYATAAN
   BAHWA TATIB DPRD DISUSUN DENGAN MENDASARKAN
   DIRI PADA UU/PP/PERPRES DIMAKSUD.


                                               19
+

  Paket                         Paket
UU Terkait                    PP Terkait
                   PP
              tentang Tatib




             Peraturan DPRD
              tentang Tatib

                                           20
1.   UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
•    UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan;
•    UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
     Perundangan;
•    UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan;
•    UU No. 25 tahun 2004 tentang SPPN;
•    UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemda;
•    UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan;
•    UU No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik;
•    UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif;
•    UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD;
•    PP No. 58 tahun 2005 tentang Keuangan Daerah;
•    PP No. 8 tahun 2006;
•    PP No. 3 tahun 2007 tentang LKPJ dan LPPD;
•    PP No. 8 tahun 2008 tentang
•    PP No. 60 tahun 2008 tentang SPI;
•    Keputusan KPU tentang Calon Legislatif Terpilih;
•    Permendagri 13 tahun 2006;
•    Permendagri 59 tahun 2007.
                                                        21
•   Anggota   DPRD    Kabupaten/Kota    berjumlah      paling
    sedikit 20 orang dan paling banyak 50 orang;

•   Keanggotaan      DPRD    Kabupaten/Kota        diresmikan
    dengan Keputusan Gubernur;

•   Masa jabatan anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah 5
    tahun dan berakhir pada saat anggota DPRD Kab/Kota
    yang baru mengucapkan sumpah/janji;

•   Sumpah/janji diucapkan secara bersama-sama dipandu
    oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam Rapat Paripurna
    DPRD setempat.                                        22
•   DPRD Kab/Kota terdiri atas anggota partai politik peserta
    pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum, dengan
    prinsip suara terbanyak;
•   DPRD Kab/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah
    yang    berkedudukan    sebagai  unsur    penyelenggara
    pemerintahan daerah Kab/Kota.
•   CATATAN:
    1. Amar Putusan MA telah membatalkan Keputusan KPU
       tentang penentuan kursi DPRD yang diperoleh melalui
       penghitunugan tahap kedua;
    2. KPU menanggapi amar putusan MA dengan cara
    mengajukan gugatan kepada MK;
    3. MK mengabulkan gugatan KPU dan membatalkan amar
       putusan MA;
    4. Komposisi keanggotaan DPRD tidak mengalami perubahan
       dan diresmikan sesuai jadwal.                     23
•   Pembentukan peraturan       daerah    Kab/Kota
    bersama Bupati/Walikota;
•   Pembahasan     dan    persetujuan anggaran
    pendapatan dan belanja daerah provinsi
    bersama Bupati/Walikota; dan
•   Pengawasan pelaksanaan peraturan daerah dan
    APBD Kab/Kota.
•   Ketiga fungsi dimaksud dijalankan dalam
    kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota.
                                                 24
•   Membentuk     peraturan    daerah    Kab/Kota    bersama
    Bup/Walkot;
•   Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah
    mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah
    Kab/Kota yang diajukan oleh Bupati/Walikota;
•   Melaksanakan     pengawasan   terhadap   pelaksanaan
    peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja
    daerah Kab/Kota;
•   Mengusulkan peresmian pengangkatan dan pemberhentian
    Bupati/Walikota dan/atau wakil Bupati/Walikota kepada
    Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur;
•   Memilih wakil Bupati/Walikota dalam hal terjadi kekosongan
    jabatan wakil Bupati/Walikota;                          25
Lanjutan…


•   Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada
    pemerintah daerah Kab/Kota terhadap rencana perjanjian
    internasional yang menyangkut kepentingan daerah;
•   Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama
    internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kab/
    Kota;
•   Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati/
    Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
    Kab/Kota;
•   Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama
    dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang
    membebani masyarakat dan daerah;
•   Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai
    dengan peraturan perundang-undangan; dan
•   Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur
    dalam per-uu-an.                              26
•   Interpelasi (hak meminta keterangan kepada Bupati/Walikota
    diajukan oleh minimal 15 org dan disetujui oleh 2/3 anggota
    DPRD Kab/Kota);

•   Angket   (hak    melakukan    penyelidikan   atas     kebijakan
    Bupati/Walikota, diajukan oleh 15 org dan disetujui oleh 2/3
    anggota DPRD Kab/Kota); dan

•   Menyatakan      pendapat   (menyatakan   pendapat     terhadap
    kebijakan Bupati/Walikota yang penting dan strategis atau
    mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai
    dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak
    lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket).
                                                                27
1. Mengajukan rancangan peraturan daerah;
2. Mengajukan pertanyaan;
3. Menyampaikan usul dan pendapat;
4. Memilih dan dipilih;
5. Membela diri;
6. Imunitas;
7. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas:
   (Sesuai UU No. 27/09, Parpol dapat
menyelenggarakan orientasi pendalaman t     ugas
   DPRD);
8. Protokoler; dan
9. Keuangan dan administratif.

                                               28
Menetapkan jumlah kursi DPRD di Kab/Kota Induk
dan di Kab/Kota hasil pemekaran berdasarkan jumlah
penduduk sesuai UU No. 10/2008 tentang Pemilu;
Menetapkan perolehan suara parpol dan calon
anggota DPRD Kab/Kota berdasarkan hasil pemilu di
Dapil Kab/Kota induk dan di Dapil Kab/Kota daerah
hasil pemekaran;
Menentukan BPP     berdasarkan hasil pemilu di
Kab/Kota daerah    induk dan di daerah hasil
pemekaran;
Menentukan perolehan kursi parpol peserta pemilu
berdasarkan hasil pemilu di Kab/Kota daerah induk
dan di Kab/Kota daerah hasil pemekaran;         29
Lanjutan…

•   Menetapkan calon terpilih dari daftar calon tetap
    untuk mengisi kursi Kab/Kota daerah induk dan Kab/
    Kota daerah hasil pemekaran berdasarkan suara
    terbanyak;
•   Pengisian anggota DPRD Kab/Kota hasil pemekaran
    dilaksanakan oleh KPUD Kab/Kota Induk;
•   Masa jabatan anggota DPRD Kab/Kota hasil
    pemekaran berakhir pada saat anggota DPRD
    Kab/Kota hasil pemilu berikutnya mengucapkan
    sumpah/janji;
•   Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan jumlah
    dan tatacara pengisian keanggotaan DPRD Kab/Kota
    Induk dan Kab/Kota hasil pemekaran diatur dalam
    Peraturan KPU sesuai aturan perundangan yang
    berlaku.                                       30
•   KPU menyatakan bahwa terdapat 20 kab/kota
    pemekaran yang belum masuk dalam disain pemilu
    legislatif 2009;
•   Karena itu, ke 20 daerah tersebut belum memiliki
    wakil di DPRD setempat;
•   Menurut anggota KPU, Andi Nurpati, penyelesaian
    masalah di 20 daerah dimaksud akan dilakukan
    melalui penerbitan Peraturan KPU, dengan alternatif
    solusi sbb:
    a. Keanggotaan DPRD daerah pemekaran akan diisi
       oleh caleg terpilih di daerah induk;
    b. Di daerah induk akan dilakukan PAW, sedangkan
        yang dialihkan ke daerah pemekaran akan
    ditetapkan dengan SK KPU;
                                                     31
Lanjutan…




c. Kekurangan jumlah anggota di daerah
pemekaran akan diisi oleh caleg terpilih nomor
urut suara terbanyak berikutnya;
d. Jumlah kekurangan ditentukan sesuai dengan
perolehan suara parpol di setiap kecamatan,
dengan   tetap  memperhitungkan    jumlah
penduduk;
e. Pelantikan anggota DPRD daerah pemekaran
diupayakan agar bersamaan dengan pelantikan
anggota DPRD daerah induk atau menyusul.



                                                  32
1. SEBELUM PIMPINAN DPRD TERBENTUK, DPRD DIPIMPIN
   OLEH PIMPINAN SEMENTARA;

2. PIMPINAN SEMENTARA TERDIRI DARI SEORANG KETUA
   DAN SEORANG WAKIL KETUA YANG BERASAL DARI DUA
   PARPOL YANG MEMPEROLEH KURSI TERBANYAK
   PERTAMA DAN KEDUA;

3. PERLU DIINGAT BAHWA DPRD TIDAK        MEMILIH
   PIMPINAN SEMENTARA, KARENA PIMPINAN SEMENTARA
   DITENTUKAN LANGSUNG OLEH UU, DENGAN PRINSIP
   KURSI TERBANYAK PERTAMA DAN KEDUA.


                                               33
2. MEMIMPIN RAPAT-RAPAT DPRD:

    a. Rapat yang berkaitan dengan kegiatan konsolidasi internal
    organisasi, seperti pembentukan alat-alat kelengkapan;
    b. Rapat-rapat internal pembahasan awal untuk mendalami
    substansi KUA dan PPAS APBD-Perubahan tahun           anggaran
    2009 dan R-APBD tahun anggaran 2010;

2. MEMFASILITASI PEMBENTUKAN FRAKSI, TERUTAMA FRAKSI
   GABUNGAN;

•   MENYUSUN RANCANGAN TATA TERTIB DAN RANCANGAN
    KODE ETIK;

•   MEMPROSES PENETAPAN PIMPINAN DEFINITIF.

                                                               34
Bagian Kesatu
                   Penetapan Pimpinan Sementara
                             Pasal 11

(5)   Dalam hal pimpinan DPRD belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh
      Pimpinan Sementara;

•     Pimpinan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang
      berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak
      urutan pertama dan urutan kedua di DPRD, yakni:

      a. Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ... ;
      b. Wakil Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ...

(3). Bila kedua atau lebih partai memperoleh kursi terbanyak yang
     sama, maka penetapan pimpinan sementara dilakukan melalui
     musyawarah antara perwakilan partai yang memiliki kursi
     terbanyak dimaksud.
                                                               35
(2)   Partai yang memperoleh kursi terbanyak adalah:

      a.   Partai Demokrat   : 4 kursi (suara terbanyak pertama);
      b.   Partai Gerindra   : 4 kursi (suara terbanyak kedua);
      c.   Partai Hanura     : 4 kursi (suara terbanyak ketiga);
      d.   PKB               : 4 kursi (suara terbanyak keempat;
      e.   PKS               : 4 kursi (suara terbanyak kelima);
      f.   PDI-P             : 4 kursi (suara terbanyak keenam).

•     Jumlah anggota DPRD di daerah tersebut adalah 50 orang,
      sehingga berhak membentuk pimpinan dengan jumlah sebanyak
      empat orang, dengan komposisi seorang Ketua dan tiga orang
      Wakil Ketua;

•     Atas dasar mufakat dan kearifan lokal, kursi Ketua dan Wakil
      Ketua Sementara justru diserahkan kepada PKS dan PDI-P,
      dengan pertimbangan pengalaman pada DPRD periode masa
      bhakti sebelumnya.                                      36
Bagian Kedua
         Tugas dan Tanggungjawab Pimpinan Sementara
                          Pasal 12

(5) Pimpinan   Sementara     DPRD    mempunyai     tugas   dan
    tanggungjawab:

   a.   memimpin rapat-rapat DPRD;
   b.   memfasilitasi pembentukan fraksi (Fraksi Gabungan);
   c.   memfasilitasi penyusunan rancangan Tata Tertib DPRD;
   d.   memfasilitasi penyusunan rancangan Kode Etik DPRD;
   e.   memfasilitasi pembentukan Alat-alat Kelengkapan DPRD.

(2) Setiap anggota DPRD wajib berperanserta aktif dalam
    mendukung pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawab
    Pimpinan Sementara dalam rangka percepatan penyelesaian
       tugas dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud ayat (1).

                                                                37
Bagian Ketiga
                       Pimpinan Definitif
                           Pasal 13

•   Pimpinan definitif DPRD terdiri atas 1 (satu) orang Ketua
    dan 2 (dua) atau 3 (tiga) orang Wakil Ketua;

•   Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal
    dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak
    urutan pertama, kedua dan ketiga di DPRD, yakni:

    a.   Ketua adalah anggota dari Partai ... ;
    b.   Wakil Ketua adalah anggota dari Partai ... ; dan
    c.   Wakil Ketua adalah anggota dari Partai;
    d.   Wakil Ketua adalah anggota dari Partai ....

                                                            38
Bagian Keempat
                  Penetapan Pimpinan Definitif
                            Pasal 14
(1) Ketiga pimpinan partai setempat yang berhak mengisi kursi

       pimpinan DPRD mengajukan nama seorang anggota
     untuk ditetapkan sebagai pimpinan definitif, yakni:
     a. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama: .......
     b. Pimpinan Partai ... mengusulkan nama .........
     c. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama ........
     d. Pimpinan Partai …… mengusulkan nama ……..
(2) Pimpinan Sementara DPRD berdasarkan pengajuan sbgmana
     dimaksud ayat (1) mengumumkan adanya usulan tersebut
     dalam Rapat Paripurna DPRD pada tanggal ……..;
 (3) Pimpinan Sementara DPRD menyampaikan kepada Gubernur

      usulan pimpinan partai sebagaimana dimaksud ayat (1) dan
    ayat (2) untuk diresmikan dengan Keputusan Gubernur dengan
    surat No…….. tanggal ………. , perihal ………….;
(4) Keputusan Gubernur tentang peresmian Pimpinan DPRD
    periode masa bhakti 2009 – 2014 adalah Keputusan
    No.............................., tanggal ......... tentang .....; 39
(1) UU NO. 27 TAHUN 2009 TIDAK MEMBATASI JUMLAH
    MINIMAL  PEROLEHAN    KURSI  PARPOL   UNTUK
    MENDAPATKAN KURSI PIMPINAN;

(3) CONTOH SIMULASI PEROLEHAN KURSI PARPOL:

   a.   Partai Golkar     :   4 kursi;
   b.   Partai Gerindra   :   4 kursi;
   c.   PKB               :   2 kursi (menang suara dari PPP);
   d.   PPP               :   2 kursi (menang suara dari PKS);
   e.   PKS               :   2 kursi (kalah suara).

(3) Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak
    konstitusional Partai Partai Golkar, Gerindra, PKB dan
    PPP).
                                                                 40
(1) CONTOH PEROLEHAN KURSI PARPOL:

    a.   Partai Golkar   :   2 kursi;
    b.   Partai Demokrat :   1 kursi;
    c.   PKB             :   1 kursi (menang suara dari PPP);
    d.   PPP             :   1 kursi (menang suara dari PDS);
    e.   PDS             :   1 kursi (kalah suara).

•   Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak
    konstitusional Partai Partai Golkar, Demokrat, PKB dan
    PPP).

•   Walaupun jumlah kursi terbanyak yang diraih satu atau
    dua parpol di sebuah daerah adalah 2 dan 1 kursi, posisi
    pimpinan tetap menjadi hak konstitusional partai
    dimaksud.
                                                                41
Bagian Kelima
                  Pemberhentian Pimpinan
                         Pasal 15
(4) Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan       dari
    jabatannya karena:

  a. meninggal dunia;
  b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara
     tertulis;
  c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
     atau berhalangan tetap sebagai pimpinan DPRD;
  d. melanggar Kode Etik DPRD berdasarkan hasil
     pemeriksaan Badan Kehormatan DPRD;
  e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan
     yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
     melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman
     serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara;
  f. ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPRD oleh
     partai politiknya.                               42
•   Fraksi dibentuk sebagai wadah berhimpun anggota DPRD
    Kab/Kota;
•   Setiap anggota DPRD wajib menjadi anggota satu fraksi;
•   Anggota Fraksi minimal sama dengan jumlah Komisi;
•   DPRD dengan anggota berjumlah antara 20 – 35 orang
    membentuk 3 Komisi;
•   DPRD dengan anggota berjumlah lebih dari 35 orang
    membentuk 4 Komisi;
•   Parpol yang memiliki jumlah anggota sama atau melebihi
    jumlah Komisi dapat membentuk satu fraksi;
•   Parpol yang memiliki jumlah anggota kurang dari jumlah
    Komisi dapat bergabung dengan Fraksi yang ada atau
    membentuk Fraksi Gabungan;
                                                         43
Lanjutan…
•   Dalam hal tidak ada parpol yang memiliki anggota
    yang sama dengan jumlah Komisi, dibentuk Fraksi
    Gabungan;
•   Jumlah Fraksi Gabungan maksimal dua fraksi;
•   Fraksi memiliki sekretariat;
•   Sekretariat DPRD menyediakan ruangan sekretariat
    fraksi, biaya rapat dan biaya operasional ruangan
    sekretariat fraksi dan seorang tenaga fraksi, dengan
    kualifikasi:
    a. S1 dengan pengalaman 5 tahun;
    b. S2 dengan pengalaman 3 tahun;
    c. S3 dengan pengalaman 1 tahun.
    Pemberian honorarium tenaga ahli dilakukan secara
    tidak tetap (on-call) sesuai kebutuhan dan
    kemampuan keuangan daerah.                     44
Lanjutan…
                            BAB III
                           FRAKSI
                            Pasal 8
•   Untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas, fungsi dan
    wewenang DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD,
    dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD;
•   Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan
    merupakan      alat   kelengkapan    DPRD,     melainkan
    pengelompokan anggota DPRD berdasarkan partai politik
    yang memperoleh kursi sesuai dengan jumlah yang
    ditetapkan dalam aturan perundangan yang berlaku;
•   Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi;
(7) Setiap fraksi yang ada wajib menerima anggota yang tidak
    dapat membentuk fraksi;
(8) Pimpinan fraksi terdiri dari Ketua, Wakil dan Sekretaris,
    kecuali bila anggota fraksi hanya tiga orang (Ketua dan
    Sekretaris).                                          45
PLATFORM


                       KOMISI 1 KOMISI 2 KOMISI 3 KOMISI 4


FRAKSI 1                            SIKAP
FRAKSI 2   PIMPINAN


FRAKSI 3

FRAKSI 4



TENAGA                               TENAGA
 AHLI                                 AHLI
•   Dalam sistem demokrasi yang sudah mapan, setiap
    Fraksi memiliki Platform dan Sikap yang sangat tegas
    atas seluruh bidang tugas pemerintahan daerah;
•   Platform dimaksud digunakan sebagai parameter
    kerja bagi setiap anggota Fraksi yang duduk pada
    setiap alat kelengkapan;
•   Bila pemda mengajukan usulan program yang
    berbeda dengan platform dimaksud, maka Fraksi
    akan berjuang untuk mengubah usulan dimaksud;
•   Fraksi hanya akan menerima usulan dimaksud bila
    ternyata kalah dalam voting dengan formula klasik
    ½ n + 1.
                                                      47
•   Platform:   Mendukung prinsip miskin struktur kaya
                fungsi dalam penataan organisasi pemda.
•   Sikap:      Menolak pembentukan SOTK yang gemuk.
•   Platform:   Merrit System dalam pembinaan SDM-
                Aparatur.
•   Sikap:      Mengutamakan keahlian dan komitmen
                dalam promosi jabatan SDM Aparatur.
•   Platform:   Konsistensi perencanaan dan anggaran.
•   Sikap:    Hanya menerima usulan rencana
    anggaran bagi program yang menyentuh   hajat
    hidup orang banyak.
                                                        48
Lanjutan…



•   Platform:   Memperjuangkan kesejahteraan Pelaku
                Ekonomi Golongan Bawah.
•   Sikap:      Menentang penggusuran Pedagang Kaki
                Lima tanpa kebijakan relokasi.
•   Platform:   Perencanaan berbasis data dan statistik.
•   Sikap:    Menolak KUA dan PPAS yang tidak
    didukung oleh data dan statistik terkini.
•   Platform:   Inovasi pelaksanaan pelayanan publik.
•   Sikap:      a. Mendukung     pelayanan   perizinan
                   satu pintu;
                b. Mendorong pelayanan SIM dan STNK
                   Keliling dengan pola door to door.
                                                           49
Lanjutan…

•   Platform:   Memperjuangkan kesejahteraan petani.
•   Sikap:      Mendorong program rekayasa genetika
                dan rekayasa bentuk komoditi pangan.
•   Platform:   APBD berorientasi pelayanan penduduk
                miskin.
•   Sikap:      Mendukung layanan kesehatan gratis total
                kepada penduduk yang sangat miskin.
•   Platform:   Mendorong terciptanya lapangan kerja,
                baik permanen maupun temporer.
•   Sikap:      a. Sistem swakelola perbaikan    ringan
                   infrastruktur daerah.
                b. Pelaksanaan festival budaya lokal dan
                   bazaar pasar murah secara reguler di
                   kecamatan.
                                                        50
Pasal 9                      Lanjutan…
•   Pembentukan fraksi dilakukan oleh partai politik yang
    memperoleh kursi di DPRD paling sedikit 3 (tiga) orang untuk
    setiap fraksi;
•   Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai
    ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau lebih
    dapat membentuk 1 (satu) fraksi;
•   Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak
    memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
    (3), anggotanya bergabung dengan fraksi yang ada atau
    membentuk fraksi gabungan;
•   Dalam hal tidak ada 1 (satu) partai politik yang memenuhi
    persyaratan untuk membentuk fraksi, maka dibentuk fraksi
    gabungan;
•   Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
    dan ayat (5) paling banyak 2 (dua) fraksi.
•   Pembentukan fraksi, pimpinan fraksi dan keanggotaan fraksi
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
    disampaikan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
    diumumkan kepada seluruh anggota oleh Ketua DPRD dalam
    Rapat Paripurna DPRD.                                      51
(1) Contoh perolehan kursi parpol:
    a. Partai Golkar      : 2 kursi;
    b. Partai Demokrat : 1 kursi;
    c. PKB                : 1 kursi (menang suara dari PPP);
    d. PPP                : 1 kursi (menang suara dari PDS);
    e. PDS                : 1 kursi (kalah suara).
(2) Pertanyaan:     Dapatkah Golkar, Demokrat, PKB dan PPP
    membentuk Fraksi Gabungan?;
(3) Jawaban: Dapat.
(4) Pertanyaan: Bagaimana dengan partai yang lain?;
(5) Jawaban: Wajib bergabung untuk membentuk Fraksi Gabungan
    yang kedua atau terakhir.
(6) Tolong ingat bahwa UU No. 27 tahun 2009 membatasi jumlah
    fraksi gabungan hanya dua fraksi.
(7) MUTIARA KATA: MARI MEMUDAHKAN TUGAS PIMPINAN
    SEMENTARA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH SEPERTI INI
    (Pasal 352 ayat (6) UU No. 27/09).                       52
Bagian Ketiga
                          Kewajiban Anggota
                              Pasal 23

Anggota DPRD mempunyai kewajiban:
•  memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
•  melaksanakan UUD 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;
•  mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
   NKRI;
•  mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
   kelompok, dan golongan;
•  memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
•  menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
   daerah;
•  menaati tata tertib dan kode etik;
•  menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
   dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
•  menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja
   secara berkala;
•  menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;
•  memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
   konstituen di daerah pemilihannya.
                                                                   53
3.   Bagaimana mekanisme operasional teknis DPRD
     menjalankan kewajiban dan apa jenis kegiatannya?;

     a. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
     b. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan
                pemerintahan daerah;
     c. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui
        kunjungan kerja secara berkala;
     d. menampung dan menindaklanjuti            aspirasi dan
        pengaduan masyarakat;
     e. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan
        politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

2.   DPRD dapat merumuskan bentuk kegiatan dan mekanisme
     operasional teknis serta menguraikannya dalam Bagian
     Penjelasan Pasal Demi Pasal dalam Tatib.          54
BAB VII
                    ALAT KELENGKAPAN
                          Pasal 24

(1) Alat kelengkapan DPRD terdiri dari:

   a. Pimpinan;
   b. Badan Musyawarah;
   c. Komisi;
   d. Badan Legislasi Daerah;
   e Badan Anggaran;
   f.Badan Kehormatan; dan
   g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan
                                dibentuk      oleh      rapat
   paripurna (PANSUS).

(2) Dalam menjalankan tugasnya,      alat kelengkapan
dibantu oleh Sekretariat DPRD.

                                                           55
Bagian Kesatu
                            Pimpinan
                            Pasal 25

(5) Pimpinan DPRD mempunyai tugas:
    a. memimpin sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk
        mengambil keputusan;
    b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja
        antara Ketua dan Wakil Ketua;
    c. menjadi Juru Bicara DPRD;
    d. melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD;
    e. mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan instansi
        pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan      DPRD;
    f.  mewakili DPRD dan/atau alat kelengkapan DPRD di
        pengadilan;
    g. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan
        penetapan sangsi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan
        ketentuan aturan perundangan;
    h. menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran DPRD;
    i.  mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Rapat
        Paripurna DPRD.
(2) Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif dan
    kolegial.
                                                              56
Bagian Kedua
                        Badan Musyawarah
                             Pasal 26
(1) Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang
bersifat tetap yang dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa
keanggotaan DPRD;
(2) Pemilihan anggota Badan Musyawarah ditetapkan setelah
terbentuknya Pimpinan DPRD, Komisi-komisi, Badan Anggaran,
Badan Legislasi dan Fraksi;
(3) Badan Musyawarah terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi
berdasarkan perimbangan jumlah anggota;
(4) Jumlah anggota Badan Musyawarah sebanyak-banyaknya
adalah setengah dari jumlah seluruh anggota      DPRD;
(5) Pimpinan DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil
Ketua Badan Musyawarah merangkap anggota;
(6) Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam
Rapat Paripurna;
(7) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan
Musyawarah bukan anggota;
(8) Masa keanggotaan Badan Musyawarah adalah sesuai dengan
masa keanggotaan DPRD.
                                                              57
Pasal 27
(1) Badan Musyawarah mempunyai tugas:
    a. memberikan pertimbangan tentang penetapan        program
       kerja DPRD baik diminta atau tidak;
    b. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD;
       memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila
    timbul perbedaan pendapat;
    c. memberi saran pendapat untuk memperlancar
    kegiatan;
    d. meminta dan atau memberikan kesempatan kepada
    alat-alat kelengkapan DPRD lainnya untuk      memberikan
    penjelasan mengenai kemajuan dan kendala      pelaksanaan
    tugas masing-masing;
    e. merekomendasikan pembentukan Panitia Khusus.
(2) Setiap anggota Badan Musyawarah wajib:
    a. mengadakan konsultasi dengan unsur yang diwakili
    sebelum mengikuti rapat Badan Musyawarah;
    b. menyampaikan pokok-pokok hasil rapat Badan
    Musyawarah kepada Fraksi.
                                                             58
Bagian Ketiga
                                   Komisi
                                  Pasal 28
(1)   Komisi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan yang bersifat
      tetap.
(2)   DPRD menetapkan 3 (tiga) Komisi pada permulaan masa keanggotaan DPRD
      dan permulaan tahun sidang, dengan komposisi pembidangan tugas dan
      tanggungjwab sebagai berikut:
      a. Komisi I - Bidang Hukum dan Pemerintahan, yang meliputi bidang-bidang
      Hukum, Perundang-Undangan, Pemerintahan, Ketertiban Umum,
      Kependudukan dan Catatan Sipil, Penerangan dan Pers, Kepegawaian dan
      Aparatur, Perijinan, Sosial Politik, Organisasi Masyarakat, Kebudayaan,
      Pertanahan, Kerjasama International,           Pendidikan, Kesehatan,
      Ketenagakerjaan, Transmigrasi, Aset Daerah, Agama, Keluarga Berencana
      dan Pemberdayaan Wanita;
      b. Komisi II - Bidang Ekonomi dan Keuangan, yang meliputi bidang-bidang
      Perdagangan, Perindustrian, Pertanian, Perikanan, Peternakan,
      Perkebunan, Kehutanan, Ketahanan Pangan, Logistik, Koperasi, Usaha
      Kecil dan Menengah, Perpajakan, Retribusi, Perbankan, Badan Usaha Milik
      Daerah, Penanaman Modal dan Dunia Usaha serta Perhubungan dan
      Pariwisata;
      c. Komisi III - Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, yang meliputi
          bidang-bidang Pekerjaan Umum, Tata Kota, Pertamanan, Kebersihan,
      Sosial, Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat, Lingkungan Hidup,
      Kepemudaan dan Olah Raga;
                                                                            59
Lanjutan…
(3) Komposisi keanggotaan antar komisi diupayakan sama
    dengan mempertimbangkan perimbangan dan pemerataan
    jumlah anggota setiap fraksi;
(4) Setiap anggota DPRD, kecuali Pimpinan, wajib menjadi
    anggota salah satu komisi;
(5) Bilamana terjadi ketidak seimbangan komposisi keanggotaan
    yang diusulkan fraksi, Pimpinan berhak mengambil kebijakan
    penempatan dengan menempuh mekanisme musyawarah
    untuk mufakat dengan Pimpinan Fraksi yang bersangkutan;
(6) Penempatan anggota DPRD dalam setiap komisi dilakukan
    atas dasar usulan       fraksi dan ditetapkan dalam Rapat
    Paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan
    permulaan tahun sidang;
(7) Perpindahan anggota DPRD antar komisi dilakukan pada awal
    tahun anggaran atas dasar usulan fraksi dan ditetapkan dalam
    Rapat Paripurna;
(8) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat
    anggota komisi yang di gantikan.
(9) Pergantian keanggotaan komisi ditetapkan pada awal tahun
    anggaran.                                                 60
Lanjutan…
                      Pimpinan Komisi
                            Pasal 30
(1) Pimpinan Komisi merupakan satu kesatuan pimpinan
    yang bersifat kolektif dan kolegial;
(2) Pimpinan Komisi terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 1
    (satu) orang Wakil Ketua, yang dipilih dari dan oleh
    anggota Komisi berdasarkan prinsip musyawarah untuk
    mufakat      dengan       memperhatikan    keterwakilan
    perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap
    fraksi;
(5) Pemilihan Pimpinan Komisi sebagaimana dimaksud pada
    ayat (2) dilakukan dalam Rapat Komisi yang dipimpin
    oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan
    keanggotaan komisi.

   Saran:      Sebaiknya, Sekretaris Komisi dipilih dari
   lingkungan Sekretariat DPRD, karena sekretaris adalah
   pertugas agendaris dan administrasi.
                                                          61
Lanjutan…


                      Pasal 31
(1) Tugas Komisi dalam pembentukan peraturan daerah
    adalah:

   a. menyusun daftar inventaris rancangan peraturan
   daerah sepanjang periode masa bhakti 2009 – 2014
   bersama satuan kerja perangkat daerah yang menjadi
   mitra kerjanya;

   b. menyampaikan daftar inventaris rancangan peraturan
      daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
      kepada Badan Legislasi untuk dikompilasi ke dalam
   Rencana Program Legislasi Daerah;

   c. berperan aktif dalam persiapan, penyusunan,
   pembahasan, dan penyempurnaan rancangan
   peraturan daerah yang masuk dalam bidang tugasnya.

                                                        62
FUNGSI
                                           LEGISLATIF

                                           MEMBENTUK
                                             PERDA
                                              FUNGSI                IN
              IF                                                       ISI
           AT                              PENGAWASAN
                                                                     KD ATIF
        ISI RD
      IN DP                                                              H
                                                              T R
                      PE SUR                               RA NTA
                   PIM NG AT                             SU GA
                      PIN AN                              N DH
                         AN TAR                         PE K
                            DP
                               RD


                                            RANPERDA


TINGKAT PEMBICARAAN                                      PENETAPAN
   TINGKAT PERTAMA;                                       PERDA
   TINGKAT KEDUA;
   TINGKAT KETIGA;
   TINGKAT KEEMPAT
                                                            PENGAWASAN DPRD
                                                            PELAKSANAANNYA;
                                    KONSULTASI FRAKSI       PENURUNANNYA KEDALAM
                                                             PERATURAN KDH.
                                                                               63
KONTRAK
            UNIV A




 NASKAH    KONTRAK
AKADEMIS    UNIV B
  (NA)


           KONSULTAN
Lanjutan…

(2) Tugas Komisi di bidang anggaran adalah:

   a. memutakhirkan statistik dan data perencanaan
   program dan penganggaran bersama SKPD yang
   menjadi mitra kerjanya;

   b. mempersiapkan rancangan Pokok-pokok Pikiran
   DPRD tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah
   tahun anggaran berikutnya yang termasuk dalam ruang
   lingkup bidang tugasnya, dengan   menggunakan data
   perencanaan      program     dan      penganggaran
   sebagaimana dimaksud huruf a        sebagai rujukan
   teknisnya;

   c. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai
   penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan
   belanja daerah yang termasuk dalam ruang lingkup
   tugasnya bersama dengan SKPD yang menjadi mitra
   kerjanya;
                                                      65
Lanjutan…




d. membahas alokasi anggaran untuk fungsi, program,
   dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
   menjadi mitra kerjanya;

e. mengadakan pembahasan laporan keuangan daerah
   dan pelaksanaan APBD, termasuk hasil pemeriksaan
   BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;

f. melakukan sinkronisasi hasil pembahasan laporan
   keuangan daerah dengan Badan Pengelola
Keuangan Daerah sesuai dengan ruang lingkup
tugasnya.



                                                   66
PROSES DAN TAHAPAN PENYUSUNAN RAPBD
        Th n- 1                                                                  Th n                                                                Th n+1

                       1            2              3   4       5           6            7            8           9     10         11            12



                                                                                            RAPAT KOORDINASI

                                                                                                                            RAKERNIS
              RENSTRA                      RENJA                                              S K P D
PEMDA




                                                             30 APRIL               1          2          3      4

                            MUSRENBANG                     RKPD
                                            KAB/KOTA
                           DESA



                                    KEC




                                                                                                   TAPD



                                                                   15 JUNI          1 JULI               1 AGS        15 NOV           30 NOV


 RPJM                                                              KUA            PPAS               RKA             R-APBD            APBD
                                                               DOKUMEN POLITIK   DOKUMEN POLITIK



                                  RESES                                                                                PEMBICARAAN
DPRD




                                                                                                                          TINGKAT 1
                                                                                             BANGGAR                      TINGKAT 2
                                                                                                                          TINGKAT 3
                                                                                                                          TINGKAT 4

                  POKOK-2                                  POKOK-2
                  PIKIRAN                 PLATFORM         PIKIRAN                  1          2          3      4
                   KOMISI                  FRAKSI           DPRD
                                                                                             KOMISI                         RAKERNIS


                                                                                            RAPAT INTERNAL
                                                                                                                                                        67
(3) Tugas Komisi di bidang pengawasan adalah:      Lanjutan…


   a. melakukan pengawasan terhadap          pelaksanaan
            undang-undang      dan     Peraturan Daerah,
   termasuk                     APBN, APBD Propinsi
   dan APBD Kabupaten/Kota,                      serta
   peraturan     pelaksanaannya       yang termasuk
      dalam ruang lingkup tugasnya;
   b. membahas dan memberi saran penyelesaian atas
      hasil pemeriksaan BPK dan BPKP yang berkaitan
            dengan ruang lingkup tugasnya;
   c. melakukan pengawasan         terhadap pelaksanaan
                    kebijakan Pemerintah dan Pemerintah
   Daerah;
   d. menyiapkan masukan tentang bahan-bahan temuan
            kepada     Pansus     LKPJ-KDH        untuk
   dipertimbangkan                      sebagai   bahan
   masukan dalam penyusunan Catatan
   dan Rekomendasi DPRD terhadap LKPJ-KDH tahun
            anggaran sebelumnya.                       68
Lanjutan…


                       Pasal 32
(2) Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
    dapat mengadakan:

    a. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri
    oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
    b. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri
    oleh SKPD yang menjadi mitra kerjanya;
    c. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah
    Daerah yang diwakili oleh pimpinan SKPD yang
    menjadi mitra kerjanya;
    d. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan
    Komisi maupun atas permintaan pihak lain;
    e. pendidikan dan pelatihan teknis;
    f. kunjungan kerja dan peninjauan lapangan.

                                                           69
BADAN LEGISLASI
                         Pasal 33
(3) Badan Legislasi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat
    kelengkapan DPRD yang bersifat tetap;

•   DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan
    Legislasi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan
    permulaan tahun sidang;

•   Komposisi keanggotaan Badan Legislasi ditetapkan
    dalam    rapat paripurna menurut perimbangan dan
    pemerataan     jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada
    permulaan masa          keanggotaan DPRD dan pada
    permulaan tahun sidang;

•   Jumlah anggota Badan Legislasi       ditetapkan   sama
    dengan jumlah anggota satu komisi.
                                                        70
Lanjutan…
                      Pasal 34

(1)     Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan
        pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;
(2)     Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang
        Ketua dan paling banyak 1 (satu) orang wakil ketua
yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi
berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan
proporsional dengan memperhatikan keterwakilan
perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap
fraksi.
(3)     Pemilihan pimpinan Badan Legislasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan
Legislasi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah
penetapan susunan dan keanggotaan Badan
Legislasi;
(4)     Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah
sekretaris     badan legislasi bukan anggota;
(5)     Masa keanggotaan Badan Legislasi dapat diubah
pada setiap awal tahun anggaran.
                                                           71
Lanjutan…

                        Pasal 36
1) Badan    Legislasi    bertugas menyusun     rencana
   program legislasi daerah yang memuat:

  a. Daftar inventaris dan urutan prioritas rancangan

     peraturan daerah beserta alasannya untuk satu masa
     keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran di
     lingkungan DPRD dan pemerintah daerah;

  b. Daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan
     kepala daerah yang diamanatkan oleh UU dan PP
     untuk disampaikan kepada kepala daerah sebagai
     masukan;

2) Mengoordinasi penyusunan program legislasi daerah
                 antara DPRD dan pemerintah daerah;
                                                      72
Lanjutan…


1) menyiapkan     rancangan    peraturan daerah usul
   inisiatif DPRD     berdasarkan program prioritas
       yang telah ditetapkan;

3) melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan
   pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah
   yang    diajukan anggota, komisi, dan gabungan
   komisi,    sebelum rancangan peraturan daerah
   tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD;

5) memberikan     pertimbangan terhadap rancangan
   peraturan   daerah yang diajukan oleh anggota,
   komisi, dan gabungan       komisi, di luar prioritas
   rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di
   luar rancangan peraturan daerah yang terdaftar
   dalam program legislasi daerah;
                                                     73
Lanjutan…

6) melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau
   penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang
   secara      khusus  ditugaskan   oleh   Badan
   Musyawarah;

7) mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi
   terhadap pembahasan materi muatan rancangan
   peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi
   dan/atau panitia khusus;

8) mengkaji dan mendalami konsistensi substansi
   peraturan daerah dengan peraturan kepala daerah;

9) membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di
   bidang peraturan daerah pada akhir masa
   keanggotaan DPRD untuk dapat digunakan oleh
   Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya.
                                                     74
BADAN ANGGARAN
                      Pasal 38

•   Badan Anggaran dibentuk oleh DPRD dan merupakan
    alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap;

•   DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan
    Anggaran menurut perimbangan dan pemerataan jumlah
    anggota   setiap  Fraksi  pada   permulaan    masa
    keanggotaan DPRD dan pada permulaan tahun sidang;

•   Susunan dan komposisi keanggotaan Badan Anggaran
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
    anggota dari setiap komisi yang dipilih oleh komisi
    dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota
    dan usulan fraksi.
                                                     75
Lanjutan…




                        Pasal 39

•   Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan
    pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;

•   Pimpinan Badan Anggaran dipilih dari dan oleh anggota
    Badan Anggaran;

•   Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris
    bukan anggota;




                                                        76
Lanjutan…
                          Pasal 40

(3) Badan Anggaran mempunyai tugas:
    a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok
       pikiran    DPRD    kepada    kepala    daerah   dalam
       mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan
       belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum
       ditetapkannya APBD;
    b. melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh
       anggotanya kepada komisi terkait untuk memperoleh
       masukan dalam rangka pembahasan rancangan kebijakan
       umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran
       sementara;
    c. memberikan saran dan pendapat kepada kepala daerah
       dalam mempersiapkan rancangan peraturan daerah
       tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan
       daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
    d. melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah
       tentang APBD dan rancangan peraturan daerah tentang
       pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan
       hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi
       dan gubernur bagi DPRD kabupaten/kota bersama tim
       anggaran pemerintah daerah;                         77
Lanjutan…




    a. melakukan    pembahasan     bersama     tim   anggaran
       pemerintah daerah terhadap rancangan kebijakan umum
       APBD serta rancangan prioritas dan plafon anggaran
       sementara yang disampaikan oleh kepala daerah; dan
    b. memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam
       penyusunan anggaran belanja DPRD.


•   Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang
    sdh disepakati oleh Komisi dengan SKPD mitra kerjanya;

•   Anggota Komisi dalam Badan Anggaran sbgmana dimaksud
    dalam Pasal 35 dan pasal 36 harus mengupayakan
    terwujudnya alokasi anggaran yang      diputuskan Komisi
    dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas kepada Komisi.


                                                            78
•   Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan yang
    bersifat tetap dan dibentuk pada awal masa
    keaggotaan DPRD;
•   Keanggotaan Badan Kehormatan dipilih dari dan
    oleh anggota DPRD         sebanyak 3 orang dan
    ditetapkan dalam Sidang Paripurna;
•   Masa tugas Badan Kehormatan adalah sama
    dengan masa tugas DPRD;
•   Sekretariat Badan Kehormatan dilaksanakan
    secara ex-officio oleh Setwan.
•   Pertanyaan kritis: Siapa yang pantas menjadi
    anggota BK?
•   Jawab: Figur yang tega bekerja dengan prinsip
    jeruk makan jeruk (yang tegas, tekun dan
    obyektif).
                                                79
Lanjutan…

                   Bagian Keenam
                  Badan Kehormatan
                      Pasal 43

Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat
kelengkapan DPRD yang bersifat tetap.

                      Pasal 44
(1) DPRD menetapkan keanggotaan Badan Kehormatan
dengan memperhatikan usul setiap fraksi pada
permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun
sidang;

(2) Keanggotaan Badan Kehormatan berjumlah 3 (tiga)
orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna pada
permulaan masa keanggotan DPRD dan pada permulaan
tahun sidang.
                                                      80
Lanjutan…




                         Pasal 45

(1)   Pimpinan Badan Kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang
      Ketua yang dan dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris;

(2)   Ketua Badan Kehormatan dipilih dari dan oleh anggota
      dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(3)   Masa keanggotaan Badan Kehormatan sesuai masa
           keanggotaan DPRD.

(4)   Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris
      Badan Kehormatan bukan anggota.


                                                          81
Lanjutan…
                        Pasal 46

3) Badan Kehormatan wajib melakukan penyelidikan dan
    verifikasiatas pengaduan terhadap anggota, karena:

    a.   Tidak dapat menjalankan kewajiban;
    b.   Tidak melaksanakan tugas selama 3 bln berturut-turut;
    c.   Tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat
         kelengkapan DPR yang menjadi tugasnya;
    d.   Tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR
         sesuai aturan perundang-undangan;
    e.   Melanggar ketentuan tentang larangan.

 2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
    Kehormatan juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan
    atas peraturan DPRD tentang Tata Tertib dan Kode Etik
 DPRD;

  3) BK berwenang memanggil pihak terkait dan melakukan
 kerja sama dengan lembaga lain;
                                                     82
Bagian Ketujuh
                 Alat Kelengkapan Lainnya
                          Pasal 52

•      Pimpinan DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain
       berupa Panitia Khusus dengan Keputusan DPRD;

•      Panitia Khusus dibentuk atas usul dan pendapat
    anggota DPRD setelah mendengar pertimbangan Badan
    Musyawarah dengan persetujuan Rapat Paripurna;

•      Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat
    sementara, sesuai kebutuhan yang ditetapkan dalam
    Rapat Paripurna;
                                                        83
Lanjutan…


(1) Jumlah anggota Panitia Khusus sebagaimana dimaksud
    dalam ayat (1) mempertimbangkan jumlah anggota
    Komisi     yang     terkait   dan   disesuaikan      dengan
    program/kegiatan        serta    kemampuan       anggaran
    sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang;
(2) Anggota Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada
    ayat (2) terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi;
(3) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus
    dipilih dari dan oleh anggota;
(4) Susunan keanggotaan, Ketua, Wakil Ketua dan
    Sekretaris Panitia Khusus ditetapkan dalam Rapat
    Paripurna;
(5) Masa tugas Panitia Khusus paling lama satu bulan dari
    masa penetapan dan dapat diperpanjang paling lama tiga
    bulan.                                                   84
85
BAB VIII
              PELAKSANAAN HAK DPRD
                   Bagian Kesatu
            Pembentukan Peraturan Daerah
                      Pasal 53

(1)   Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD         dan
      Pemda;

(2)   Rancangan Perda sbgmana dimaksud pada ayat (1)
      disertai dengan penjelasan atau keterangan dan
      naskah akademik;

(3)   Naskah akademik disusun melalui sebuah kajian
komprehensif tentang masalah yang akan dituangkan
ke dalam Perda.
                                                       86
Lanjutan…
                        Pasal 54

(1) Usul Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh
anggota DPRD, Komisi, Gabungan Komisi dan atau     Badan
Legislasi;

(2) Usul Rancangan Peraturan Daerah disampaikan secara
tertulis oleh anggota, Pimpinan Komisi, Pimpinan
Gabungan Komisi atau Pimpinan Badan Legislasi     kepada
     Pimpinan DPRD disertai daftar nama dan tanda tangan
     para pengusul;

(3) DPRD memutuskan usul Rancangan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam Rapat
Paripurna, berupa:
    a. persetujuan;
    b. persetujuan dengan pengubahan; atau
    c. penolakan.
                                                       87
Lanjutan…




(1)  Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD
menugasi Komisi, Gabungan Komisi, Badan Legislasi,
atau Panitia Khusus untuk menyempurnakan Rancangan
Peraturan Daerah tersebut;

(3)   Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan
oleh DPRD disampaikan dengan surat Pimpinan DPRD
kepada Kepala Daerah;

(5)  Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari
Kepala    Daerah diajukan dengan surat Kepala Daerah
     kepada     Pimpinan DPRD.



                                                        88
Lanjutan…
                         Pasal 55
Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD
dan/atau dari Kepala Daerah dibahas oleh DPRD dan Kepala
Daerah untuk mendapat persetujuan bersama;

                        Pasal 56
Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 54 disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada seluruh
anggota DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
Rancangan Peraturan Daerah itu dibahas dalam Rapat
Paripurna.

                          Pasal 57
Apabila terdapat 2 (dua) Rancangan Peraturan Daerah yang
diajukan mengenai hal yang sama, yang dibicarakan adalah
Rancangan Peraturan Daerah yang diterima terlebih dahulu,
sedangkan Rancangan Peraturan Daerah yang diterima
kemudian digunakan sebagai pelengkap.
                                                        89
Lanjutan…
                            Pasal 58
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan melalui
empat tingkat pembicaraan, yakni:

•    Pembicaraan Tingkat Pertama      dilakukan dengan kegiatan
    sebagai berikut:

    a.   KDh dalam Rapat Paripurna menyampaikan Ranperda
         yang berasal dari KDh, lengkap dengan naskah
         akademik dan daftar inventarisasi masalah;

    b.   Pimpinan Komisi/Gabungan Komisi atau Pimpinan Panitia
         Khusus menyampaikan Ranperda yang berasal dari usul
         prakarsa DPRD, lengkap dengan naskah akademik dan
         daftar inventarisasi masalah.

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Pertama dapat diundang pimpinan
    lembaga kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pakar, perguruan
    tinggi dan para pejabat terkait dari tingkat provinsi dan pusat
    untuk memperkaya wawasan.                                    90
Lanjutan…
                        Pasal 59

(1) Pembicaraan Tingkat Kedua meliputi kegiatan:

   a. Pemandangan Umum dari fraksi-fraksi;
   b. Jawaban Kdh thd pemandangan umum fraksi-
            fraksi.
   (Kalau Ranperda berasal dari Kdh).

   a. Pendapat Kepala Daerah;
   b. Jawaban dari fraksi-fraksi.
   (Kalau Ranperda berasal dari DPRD).

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Kedua dapat          dilakukan

    kegiatan uji publik untuk memperkaya wawasan
   dan sudut pandang tentang substansi Rancangan
   Peraturan Daerah yang sedang dibahas.
                                                           91
Lanjutan…


                            Pasal 60

(1) Pembicaraan Tingkat Ketiga meliputi kegiatan:

    a. Pembahasan dalam rapat komisi/gabungan komisi
       dan atau rapat panitia khusus bersama dengan Kdh
       atau pejabat yang ditunjuk;

    b. Konsultasi fraksi.

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Ketiga, dapat dilakukan
    kegiatan studi banding ke daerah lain yang sdh memiliki
    Peraturan Daerah yang sama untuk memperkaya
wawasan dan sudut pandang tentang substansi
Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas.


                                                          92
Lanjutan…

                              Pasal 61

(1)   Pembicaraan Tingkat Keempat meliputi kegiatan:

      a. Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna, yang
         didahului dengan laporan hasil pembicaraan tingkat
         ketiga, pendapat akhir fraksi, pengambilan keputusan.

      b. Penyampaian sambutan Kepala Daerah terhadap
         pengambilan keputusan.

(2) Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat,
pengambilan keputusan       dilakukan dengan suara terbanyak.

(3) Dalam hal rancangan peraturan daerah tidak mendapat
persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah,
rancangan peraturan daerah tersebut tidak boleh diajukan
lagi dalam persidangan DPRD masa itu.
                                                                 93
Lanjutan…



                         Pasal 62

(1) Dalam penyiapan dan pembahasan rancangan
    peraturan daerah, termasuk pembahasan rancangan
    peraturan daerah tentang R-APBD Murni, APBD
    Perubahan dan APBD Perhitungan,     DPRD dapat
    menampung masukan secara lisan dan/atau tertulis
    melalui Pimpinan DPRD dan/atau alat kelengkapan
    DPRD lainnya;

(2)     Anggota atau alat kelengkapan DPRD yang
      menyiapkan dan/atau membahas rancangan peraturan
      daerah dapat melakukan kegiatan konsultasi publik,
      temu wicara, pendidikan dan pelatihan teknis untuk
      mendapat masukan tambahan.

                                                       94
Lanjutan…



                         Pasal 63

(1) Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali
    sebelum dibahas bersama oleh DPRD dan Kepala
    Daerah;

(2)    Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas
      hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan
      bersama DPRD dan Kepala Daerah;

(3) Penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh DPRD,
    dilakukan dengan keputusan Pimpinan DPRD atas
    pertimbangan Badan Legislasi dengan disertai alasan-
    alasan penarikannya;

                                                        95
Bagian Kedua
               Pembahasan dan Penetapan R-APBD
                        Paragraf Kesatu
             Pembahasan dan Penetapan R-APBD Murni
                           Pasal 67

(1) Penyusunan Rancangan APBD berpedoman pada Rencana
    Kerja Pemerintah Daerah tentang APBD dalam rangka
    mewujudkan tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara serta
    visi, misi dan prioritas daerah;

(2) Rencana Kerja Pemerintah Daerah disusun oleh Pemerintah
    Daerah dengan berpedoman pada:

    a.   Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;
    b.   Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;
    c.   Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah;
    d.   Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah;
    e.   Hasil kesepakatan Forum Musyawarah Pembangunan tingkat
                desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota.
                                                              96
Lanjutan…



(3) Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagaimana
    dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) disahkan dengan
    Keputusan Kepala Daerah paling lambat pada
    pertengahan bulan Mei dan digunakan oleh Pemerintah
    Daerah sebagai dasar menyusun Kebijakan Umum
    Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara;

(4) Kebijakan Umum       Anggaran dan Penetapan Pagu
    Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (3) disampaikan oleh Kepala Daerah paling lambat pada
    pertengahan bulan Juni kepada Pimpinan DPRD;

(5) Kebijakan Umum         Anggaran dan Penetapan Pagu
    Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (4) dibahas secara internal oleh Badan Anggaran DPRD;

                                                        97
Lanjutan…

(6) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (5) digunakan oleh Badan Anggaran DPRD sebagai
    dasar untuk membahas dan menyepakati KUA dan
    PPAS bersama dengan Tim Anggaran Pemerintah
    Daerah;

(7) Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6)
    digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai Dasar
    menyusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja
    Perangkat Daerah;

(8) Kebijakan Umum Anggaran, Penetapan Pagu
    Sementara dan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja
    Perangkat Daerah yang telah disepakati bersama
    antara TAPD dan Badan Anggaran DPRD sebagaimana
    dimaksud dalam ayat (6) dan ayat (7) menjadi
    pedoman bagi penyusunan dan pembahasan
    Rancangan APBD.                                 98
Lanjutan…



                           Pasal 68

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (4) ayat (5) ayat (6) ayat (7) dan
ayat (8), DPRD menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:

a. Rapat kerja antara Komisi dengan SKPD mitra kerja
untuk menyepakati arah kebijakan umum       anggaran dan
    plafond anggaran sementara untuk setiap program dan
    kegiatan pada setiap SKPD, dengan menggunakan
RKPD sebagai dasar rujukannya;

b. Rapat pembahasan internal setiap Komisi untuk
melakukan penajaman dan sinkronisasi antar program
dan kegiatan pada setiap SKPD yang menjadi mitranya;

                                                             99
Lanjutan…

•   Orientasi dan pelatihan teknis untuk menyesuaikan rancangan
    KUA, PPAS dan RKA-SKPD dengan Peraturan Menteri Dalam
    Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun anggaran
    berikutnya;

•   Pembahasan dan penetapan APBD yang didahului dengan
    penyampaian    Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
    beserta Nota Keuangannya oleh Kepala Daerah kepada
    Pimpinan DPRD;

•   R-APBD tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud
    pada huruf d disahkan pada tanggal 30 Nopember tahun
    anggaran sebelumnya;

•   R-APBD yang sudah disahkan bersama antara Kepala Daerah
    dan DPRD digunakan oleh TAPD sebagai dasar untuk
    menerbitkan DPA dan seluruh Lampiran R–APBD, dengan
    berpedoman pada aturan perundangan yang berlaku.

                                                            100
Paragraf Kedua
        Pembahasan dan Penetapan APBD Perubahan
                         Pasal 69
(1) Dalam hal terjadi perubahan asumsi ekonomi makro
    dan/atau perubahan postur APBD yang sangat signifikan,
    Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan
    Daerah tentang Perubahan APBD tahun anggaran yang
    sedang berjalan;

(2) Perubahan asumsi ekonomi makro yang sangat signifikan
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa prognosis:

   a. penurunan asumsi laju pertumbuhan ekonomi, minimal
       1% (satu persen) di bawah asumsi yang telah
   ditetapkan; dan/atau

   b. deviasi asumsi ekonomi makro lainnya minimal 10%
   (sepuluh persen) dari asumsi yang telah ditetapkan.
                                                      101
Lanjutan…




c.   Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
d.   Keadaan       yang menyebabkan harus dilakukan
     pergeseran alokasi anggaran antar unit         organisasi,
     antar kegiatan, dan antar jenis jenis belanja;
e.   Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih
     tahun yang lalu harus digunakan dalam tahun anggaran
     berjalan;
f.   Keadaan darurat dan keadaan luar bisa;
g.   Penurunan penerimaan pajak dan retribusi daerah
     minimal 10% (sepuluh persen) dari pagu yang telah
     ditetapkan;
h.   kebutuhan belanja yang bersifat mendesak dan belum
     tersedia pagu anggarannya.


                                                            102
Lanjutan…




(3)     Pembahasan dan penetapan Rancangan
      Peraturan Daerah tentang perubahan APBD
      sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului
      dengan penyampaian KUA dan PPAS untuk APBD
      Perubahan dari Kepala Daerah kepada DPRD;

(4)     Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama
      dengan Badan Anggaran membahas dan
      menyepakati KUA, PPAS dan APBD Perubahan
      setelah ditetapkannya Perda tentang APBD
      Perhitungan tahun anggaran sebelumnya.



                                                   103
Paragraf Ketiga
    Pembahasan dan Penetapan APBD-Perhitungan
                    Pasal 70

(1) Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Perda
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
 DPRD berupa laporan keuangan yang          telah
diperiksa oleh   BPK paling lambat 6 (enam)   bulan
setelah tahun anggaran berakhir;

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sekurang-kurangnya meliputi realisasi APBD tahun
anggaran sebelumnya, neraca, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan
laporan keuangan setiap SKPD.

                                                 104
Paragraf Keempat
    Penyampaian, Pembahasan dan Penilaian LKPJ-KDH
                     Bagian Kesatu
                Penyampaian LKPJ-KDH
                       Pasal 71

(1) Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan
    Pertanggungjawaban Kepala Daerah tahun anggaran
    sebelumnya kepada DPRD paling lambat tiga bulan
    setelah berakhirnya tahun anggaran;

(2) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala
    Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD yang digelar
    tanggal 31 Maret tahun anggaran berikutnya;

(3) Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud ayat (2) bersifat
    terbuka.
                                                      105
Lanjutan…
                         Bagian Kedua
                     Pembahasan LKPJ-KDH
                           Pasal 72

(1)   Pada tanggal 1 April, DPRD mengadakan rapat internal untuk
      membahas dan mendengarkan pemandangan umum fraksi-
      fraksi tentang substansi LKPJ-KDH;

(2)   Pada tanggal 2 April, setelah mendapatkan masukan dan saran
      dari Badan Musyawarah,         Pimpinan DPRD menerbitkan
      Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus Pembahasan
      LKPJ-KDH;

(3)   Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus sebagaimana
      dimaksud ayat (2) memuat daftar nama anggota serta tugas
      dan kewajiban Panitia Khusus;

(11) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) beranggotakan
     maksimum 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan
     keterwakilan setiap Komisi dan Fraksi;
                                                            106
Lanjutan…



(5) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2), ayat (3)
    dan ayat (4) terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu)
    orang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota
    Panitia Khusus dan dilaporkan kepada Rapat Paripurna;

(3) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
    dan ayat (5) bertugas:

     a. meneliti, mempelajari, mendalami dan membahas
        LKPJ - KDh;
     b. mendalami konsistensi antara APBD dengan
        substansi LKPJ-KDh
     c. melakukan pemantauan lapangan terhadap sejumlah
          program dan kegiatan;
     d. Menyampaikan laporan tertulis kepada Pimpinan.

                                                            107
Lanjutan…



                   Bagian Ketiga
      Penyampaian Catatan dan Rekomendasi DPRD
                       Pasal 73

(1) Pimpinan DPRD, setelah mendapat masukan dan saran
    dari Badan Musyawarah, memimpin rapat paripurna
    untuk menampung pemandangan akhir fraksi-fraksi
    terhadap rancangan Keputusan DPRD tentang Catatan
    dan Rekomendasi yang disampaikan oleh Pansus LKPJ-
    KDH;

(2) Pimpinan DPRD, berdasarkan pemandangan akhir fraksi-
    fraksi, menuangkan dan mensahkan Keputusan DPRD
    tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-
    KDH;

                                                      108
Lanjutan…




(3)   Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi
      DPRD Terhadap LKPJ-KDH disampaikan kepada Kepala
      Daerah dalam Rapat Paripurna Istimewa;

(4)   Kepala Daerah menggunakan Keputusan DPRD tentang
      Catatan dan Rekomendasi Terhadap LKPJ-KDH sebagai
      dasar untuk memperbaiki kinerja tahun anggaran
      berikutnya;

(5)   Indikasi tentang penggunaan Keputusan DPRD tentang
      Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH
      harus tercermin dalam KUA dan PPAS tahun anggaran
      berikutnya.


                                                      109
BAB X
                     PELAKSANAAN HAK DPRD
                           Bagian Kesatu
                           Hak Interpelasi
                              Pasal 74
(1)   Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
      huruf a diusulkan oleh:

      a. paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1
         (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya
         berjumlah 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima)
         orang;

      b. paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota dan lebih dari 1 (satu)
         fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya di atas
         35 (tiga puluh lima) orang;

 (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
     Pimpinan DPRD dan menjadi hak interpelasi DPRD apabila:
                                                                  110
Lanjutan…




(2)   Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak
      interpelasi DPRD apabila mendapat persetujuan dari
      Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri lebih dari ½ (satu
      perdua) dari jumlah anggota DPRD dan keputusan
      diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua)
      dari jumlah anggota DPRD yang hadir.


(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
      Hak Interpelasi diatur dengan Keputusan DPRD tentang
      Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan
      Hak Bertanya.



                                                        111
Bagian Kedua
                         Hak Angket
                           Pasal 76
(1)   Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
      (1) huruf b diusulkan oleh paling sedikit 5 (lima) orang
      anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dan diajukan
      kepada Pimpinan DPRD;

(2)   Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak
      angket DPRD apabila:

      a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD
         yang    dihadiri   sekurang-kurangnya 3/4 (tiga
      perempat) dari jumlah anggota DPRD;

      b. putusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3
      (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
                                                          112
Lanjutan…




                         Pasal 77

(1)   DPRD memutuskan menerima atau menolak usul hak
      angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1);

(2)   Dalam hal DPRD menerima usul hak angket sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1), DPRD membentuk Panitia
      Angket yang terdiri atas semua    unsur fraksi DPRD
      dengan Keputusan DPRD;

(3)   Dalam hal DPRD menolak usul hak angket sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1), usul tersebut   tidak dapat
      diajukan kembali.


                                                       113
Lanjutan…

                          Pasal 78
(1)   Panitia Angket dapat memanggil pejabat pemda, badan
      hukum, atau warga masyarakat daerah yang dianggap
      mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan
      keterangan;

(2)   Pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga
      masyarakat di daerah yang dipanggil sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan
      DPRD, kecuali ada alasan yang sah;

(3)   Dalam hal pejabat pemerintah daerah, badan hukum,
      atau     warga masyarakat di daerah telah dipanggil
      dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi
      panggilan      sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
      DPRD dapat memanggil secara paksa dengan bantuan
      Kepolisian Negara Republik Indonesia;
                                                       114
Lanjutan…




                      Pasal 79

Panitia Angket melaporkan pelaksanaan tugasnya
kepada Rapat Paripurna DPRD paling lama 60 (enam
puluh) hari sejak dibentuknya Panitia Angket.

                      Pasal 80

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
Hak Angket diatur dengan Keputusan DPRD tentang
Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan
Hak Bertanya.


                                                   115
Bagian Ketiga
                  Hak Menyatakan Pendapat
                           Pasal 81
(1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c diusulkan oleh paling sedikit
8 (delapan) orang anggota DPRD dan lebih dari         1
(satu) fraksi dan diajukan kepada Pimpinan DPRD;

(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak
menyatakan pendapat DPRD apabila:

    a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD
       yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat)
       dari jumlah anggota DPRD; dan

    b. keputusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3
       (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
                                                         116
BAB XI
             PELAKSANAAN HAK ANGGOTA
                   Bagian Kesatu
                    Hak Imunitas
                      Pasal 83

(1) Anggota DPRD mempunyai hak imunitas;

(2) Anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan
    karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang
    dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di
    dalam rapat DPRD ataupun di luar rapat DPRD yang
    berkaitan dengan fungsi serta tugas               dan
    wewenang DPRD;


                                                     117
Lanjutan…




(3)       Anggota DPRD tidak dapat diganti antarwaktu karena
          pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang
      dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD maupun di
      luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta
      tugas dan wewenang DPRD;

(4)      Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
         berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan
      mengumumkan materi yang telah disepakati dalam
      rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang
      dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara
      sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
      undangan.


                                                         118
Bagian Kedua
                      Hak Protokoler
                        Pasal 84

5)      Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak
     protokoler;

7)     Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
     diatur dalam Peraturan Pemerintah.




                                                     119
Bagian Ketiga
              Hak Keuangan dan Administratif
                        Pasal 85

(1)   Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak keuangan
      dan administratif;

(3)   Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota
      DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
      dengan Peraturan Pemerintah;

(5)   Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pimpinan
      dan anggota DPRD berhak memperoleh tunjangan yang
      besarannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan
      daerah;

(4)   Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh
      Sekretariat DPRD sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
                                                       120
BAB XIII
             TATA TERTIB DAN KODE ETIK
                   Bagian Kesatu
                     Tata Tertib
                      Pasal 122

(2) Tata Tertib DPRD ditetapkan oleh DPRD dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan;

(4) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku di lingkungan internal DPRD setempat.
1.  Pemilihan dan penetapan pimpinan;
2.  Pengucapan sumpah/janji;
3.  Pemberhentian dan penggantian pimpinan;
4.  Penyelenggaraan sidang/rapat;
5.  Pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang lembaga,
    serta hak dan kewajiban anggota;
6. Penggantian antar waktu anggota;
7. Pembentukan, susunan, tugas dan wewenang serta
    kewajiban alat-alat kelengkapan;
8. Rapat dan pembuatan keputusan;
9. Pelaksanaan konsultasi antara legislatif dan
eksekutif;
10. Penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi
    masyarakat;
11. Penyelidikan,      verifikasi,   dan    pengambilan
putusan
    oleh Badan Kehormatan Dewan;  
12. Pengaturan protokoler dan kode etik; dan
                                                      122
13. Pelaksanaan tugas kelompok pakar/ahli.
•   KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH;

•   PENJELASAN PASAL DEMI PASAL;

•   LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN
    MATRIKS).

Catatan:   Penjelasan      pasal demi pasal dan Lampiran
           diperlukan    untuk   menguraikan secara rinci
           berbagai klausul yang   membutuhkan informasi

           tambahan dalam rangka menghindarkan tafsir
           ganda.

                                                       123
• MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
  wajib menyusun Kode Etik;
• Kode Etik berisi norma yang harus dipatuhi oleh setiap
  anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga
  martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas lembaga;
• Kode Etik juga harus memuat jenis sanksi dan mekanisme
  penegakan kode etik yang ditetapkan oleh masing-masing
  lembaga;
• Kode Etik yang baik adalah Kode Etik yang disusun rinci,
  sesuai dengan standar pelaksanaan seluruh fungsi lembaga;
• Kode Etik yang rinci akan memungkinkan ditegakkannya
  disiplin secara obyektif dan mencegah terjadinya penetapan
  sanksi secara subyektif.
                                                       124
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif
Sinergitas legislatif dan eksekutif

Weitere ähnliche Inhalte

Mehr von apotek agam farma (20)

Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbkMakalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbk
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbkBeda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
 
Tugas dr.hendri
Tugas dr.hendriTugas dr.hendri
Tugas dr.hendri
 
Presentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasiPresentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasi
 
Tugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum pptTugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
 
Korelasi
KorelasiKorelasi
Korelasi
 
Latihan 1 statistika
Latihan 1 statistikaLatihan 1 statistika
Latihan 1 statistika
 
Regresi
RegresiRegresi
Regresi
 
Biodata perawat 2019
Biodata   perawat 2019Biodata   perawat 2019
Biodata perawat 2019
 
Biodata farmasi 2019
Biodata  farmasi 2019Biodata  farmasi 2019
Biodata farmasi 2019
 
Biodata animasi 2018
Biodata animasi 2018Biodata animasi 2018
Biodata animasi 2018
 
Biodata farmasi 2018
Biodata farmasi 2018Biodata farmasi 2018
Biodata farmasi 2018
 
Biodata perawat 2018
Biodata perawat 2018Biodata perawat 2018
Biodata perawat 2018
 

Sinergitas legislatif dan eksekutif

  • 1.
  • 2. MENYAJIKAN PANDANGAN NORMATIF DAN TEKNIS DALAM RANGKA MEMUDAHKAN SINERGI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI DPRD DENGAN TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH DAERAH; • MENGGUNAKAN UU NO 27 TAHUN 2009 DAN UU NO. 32 TAHUN 2004 SERTA HASIL PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 SEBAGAI RUJUKAN NORMATIFNYA; • MEMPERHATIKAN ATURAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT SAMBIL MENUNGGU TERBITNYA PP TENTANG PEDOMAN TATA TERTIB DPRD. 2
  • 3. 1. SESUAI UU NO. 27 TAHUN 2009, SELURUH TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DPRD HARUS DIFORMALISASI KE DALAM PERATURAN DPRD TENTANG TATA TERTIB; 2. TATA TERTIB DPRD BERFUNGSI SEBAGAI: a. Pedoman penyelenggaraan tugas, fungsi dan wewenang DPRD; dan b. Salah satu norma juridis yang digunakan dalam menilai kinerja pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang DPRD; 3. SEHUBUNGAN DENGAN ITU, DIPERLUKAN TATIB DPRD YANG BERSIFAT KOMPREHENSIF. 3
  • 4. SINERGI ANTARA FUNGSI LEGISLATIF DENGAN FUNGSI EKSEKUTIF DAERAH DIPERLUKAN KARENA: 1. Baik eksekutif maupun legislatif daerah pada dasarnya bekerja dengan maksud dan tujuan yang sama, namun pada ranah yang berbeda: a. Eksekutif sebagai pelaksana; b. Legislatif sebagai legislator dan pengawas. 2. Kemampuan legislatif melaksanakan fungsinya sangat ditentukan oleh kemampuan memahami seluruh aspek pelaksanaan pemerintahan daerah, sehingga mampu melakukan pengawasan dari ketiga aspek fungsinya, yakni legislasi, penganggaran dan pengawasan; 3. Sehubungan dengan itu, kesediaan untuk mendalami seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah tampil sebagai prasyarat mutlak bagi keberhasilan fungsi legislator darah. 4
  • 5. 2. KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH; 4. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL; 6. LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN MATRIKS). Catatan: Penjelasan pasal demi pasal dan Lampiran diperlukan untuk menguraikan secara rinci berbagai klausul yang membutuhkan informasi tambahan dalam rangka mencegah tafsir ganda. 5
  • 6. SESUAI UU NO. 32 TAHUN 2004, DPRD TIDAK DUDUK BERHADAP-HADAPAN DENGAN KDH, MELAINKAN DUDUK BERDAMPINGAN SEBAGAI MITRA YANG SEJAJAR; • DPRD TIDAK BEKERJA DAN MENGAMBIL KEPUTUSAN ATAS DASAR PERTIMBANGAN ORANG PER ORANG, MELAINKAN SEBAGAI INSTITUSI; • PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILAKUKAN SECARA MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT; • BILA MUFAKAT TIDAK TERCAPAI, DILAKUKAN VOTING DENGAN SUARA TERBANYAK: ½ n + 1. 6
  • 7. KONSTELASI HUBUNGAN KDH DAN DPRD RENCA A PE MB A N NGUN A J A N NGK A P ANJ A G (RPJP) 2005 - 2025 N 2005 2025 5 TAHUN PERTAMA 5 TAHUN KEDUA 5 TAHUN KETIG A 5 TAHUN KEEMP AT KONDISI KONDISI YANG SAAT INI (2009) PILKA A 2005 D PILKA A 2010 D PILKA A 2015 D PILKA A 2020 D DIINGIN (2014) RPJM RPJM RPJM RPJM VISI-MISI KDH VISI-MISI KDH VISI-MISI KDH VISI-MISI KDH TERL A NTIK, TERL A NTIK, TERL A NTIK, TERL A NTIK, 2005 – 2010 2010 – 2015 2015 – 2020 2020– 2025 • A AH R • A AH R • A AH R • A AH R KEBIJA A K N KEBIJA A K N KEBIJA A K N KEBIJA A K N • STR ATEGI • STR ATEGI • STR ATEGI • STR ATEGI • PROGR AM • PROGR AM • PROGR AM • PROGR AM PRIORITAS 5 PRIORITAS 5 PRIORITAS 5 PRIORITAS 5 TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN RENSTR A SKPD RENSTR A SKPD RENSTR A SKPD RENSTR A SKPD RAPBD RAPBD RAPBD RAPBD TA HUN AN TA HUN AN TA HUN AN TA HUN AN (5 TAHUN) (5 TAHUN) (5 TAHUN) (5 TAHUN) GARDEN CITY OF TOMORROW ½N+1
  • 8. SEBELUM MELAKSANAKAN FUNGSI DAN KEWENANGAN KONSTITUSIONALNYA, SELURUH ANGGOTA DAN PIMPINAN DPRD PERLU MEMBANGUN: 1. Kekompakan internal antar sesama anggota dan antar fraksi serta antar anggota dalam fraksi yang sama, termasuk antara fraksi dengan alat-alat kelengkapan; 2. Kekompakan eksternal, terutama antara DPRD dengan KDH dan antara Komisi dengan SKPD mitra kerja; 3. Meningkatkan hubungan silaturahmi antara anggota dengan konstituen di Dapil masing-masing; 4. Meningkatkan minat baca, terutama dengan aturan perundangan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi SKPD mitra kerja; 5. Membangun kritik yang sehat dan cerdas terhadap jalannya pemda dengan menggunakan statistik dan data, bukan praduga. 8
  • 9. PARPOL PEMILU PEMERINTAHAN PENGAWASAN UU NO. 2 THN 2008 KPU PELANTIKAN BPK DCT LEGISLATIF + TERPILIH BADAN HUKUM UU NO. 22 THN 2007 JULI - AGUSTUS AUDIT DPP/DPD/DPC PEMILU 9/4/2009 UU SUSDUK (ALAT KELENGKAPAN) SIDIK TUJUAN PARPOL UU NO UU PILPRES FRAKSI 10/2008 NO 42/2008 KEJAKSAAN VISI + MISI UU NO 12/2008 UU 32 THN 2008 PLATFORM KPK Vs NO UU 17 THN 2003 RA K UR MO UA NYA S A B UT R DCS T ER
  • 10. SISTEM KEPARTAIAN (MULTI PARTAI SEDERHANA) PENGUATAN SISTEM SISTEM PEMILU PRESIDENSIIL YG DEMOKRATIS PENGUATAN LEMBAGA LEGISLATIF YG EFEKTIF 10
  • 11. 1. MENGAWASI PELAKSANAAN UU PENGAWASAN DAN PP; 2. MENERIMA DAN MEMBAHAS LKPJ; 3. MENYAMPAIKAN C&R LKPJ. FUNGSI PENGANGGARAN 1. MENYIAPKAN DATA DASAR DAN LEGISLATIF INFORMASI TENTANG KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH; 2. MENYAMPAIKAN POKOK-POKOK PIKIRAN DPRD TENTANG R-APBD; 3. MEMBAHAS DAN MENYEPAKATI KUA-PPAS; 4. MEMBAHAS DAN MENETAPKAN R-APBD (MURNI, PERUBAHAN DAN PERHITUNGAN). 1. INISIATIF MENERBITKAN PERDA; LEGISLASI 2. MEMBAHAS PERDA INISIATIF PEMDA; 3. MENGAWASI KONSISTENSI PEMDA MENUANGKAN PERDA KE DALAM PERATURAN/ SK KDH.
  • 12. SIDANG PARIPURNA LKPJ-KDH ATAS PENGESAHAN KINERJA APBD 2007 APBD 31 MARET SIDANG PARIPURNA ISTIMEWA PENYAMPAIAN PERUBAHAN KEPUTUSAN DPRD CATATAN SESUAI SILPA REKOMENDASI DAN OPINI 30 APRIL AUDIT BPK MEDIO OKT UANG CAIR SEBAIKNYA, 2 JANUARI RENSTRA SKPD DAN RENSTRA KECAMATAN RKA SKPD SUDAH DIREVISI 31 AGUSTUS SESUAI SOTK BARU AKHIR MARET OPINI AUDIT PEMBAHASAN DAN BPK (SILPA) PENGESAHAN R- 15 JULI APBD TAHUN 2009 30 NOVEMBER 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PENGESAHAN DPA KUA DAN PPAS APBD 1 – 31 DESEMBER 2008 SESUAI PERHITUNGAN PERMEN 59/07 DAN SILPA RKPD SUDAH DISAHKAN SESUAI OPINI 30 APRIL (SESUAI BATAS AUDIT BPK KEWENANGAN MEDIO SEPT DAN SOTK) MEI – JULI SEBAIKNYA, PERDA SOTK DAN PERDA URUSAN WAJIB DAN PILIHAN SUDAH DISAHKAN 31 MARET 12
  • 13. DPRD 2009 – 2014 LANTIK 1. PERSIAPAN PIMPINAN DEFINITIF; PIMPINAN 2. DRAFT TATIB; SEMENTARA 3. DRAFT KODE ETIK; 4. PEMBENTUKAN FRAKSI. BENTUK ALAT KELENGKAPAN PELAKSANAAN FUNGSI/ 1. BANMUS; WEWENANG 2. KOMISI; 3. BADAN LEGISLASI; 4. BADAN KEHORMATAN; 5. BADAN ANGGARAN; PENGESAHAN 6. TENAGA AHLI. PIMPINAN DEFINITIF 1. TATIB; 2. KODE ETIK; 3. PENETAPAN ALAT KELENGKAPAN 4. R-APBD 2010. 13
  • 14. MEWUJUDKAN SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DPD DAN DPRD YANG DAPAT BEKERJA SECARA EFEKTIF SEBAGAI SALAH SATU DARI KETIGA PILAR PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA (PILAR LEGISLATIF); • MEMBANGUN BUDAYA OPOSISI YANG OBYEKTIF DI LINGKUNGAN LEGISLATIF DALAM RANGKA MENGAWASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN; • MENYEDIAKAN IKLIM YANG KONDUSIF UNTUK MENYELARASKAN HUBUNGAN KERJA ANTARA FRAKSI DENGAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN. 14
  • 15. ½n+1 1. BILA ½ N + 1 MEMIHAK DPRD: DPRD SUPERIOR Vs KDH INFERIOR DPRD superior terdapat di 379 Kab/Kota dan 21 Provinsi. 2. BILA ½ N + 1 MEMIHAK KDH: KDH SUPERIOR Vs DPRD INFERIOR CATATAN: DI DALAM SISTEM DEMOKRASI YANG MAPAN, SELURUH FRAKSI MEMBENTUK DUA KUBU, YAKNI KUBU PENDUKUNG KDH DAN KUBU OPOSISI. 15
  • 16. 1. PROSES POLITIK YANG DEMOKRATIS: Setiap jabatan politik harus dicapai melalui tahapan dan mekanisme pemilihan umum; 2. UU POLITIK YANG MODERN DAN AKOMODATIF: UU yang senyawa dengan perubahan zaman tetapi tetap mampu mengakomodasi nilai-nilai budaya tradisional positif yang hidup di tengah-tengah masyarakat; • KESADARAN DAN BUDAYA POLITIK YANG RASIONAL: A. Masyarakat berhak menentukan afiliasi dan pilihan politiknya dengan mempertimbangkan kesesuaian aspirasinya dengan platform partai politik; B. Partai politik tetap memelihara kesetiaan konstituennya dengan tetap secara konsisten memperjuangkan platform partai dan janji kampanye; C. Lembaga Perwakilan (DPR, DPD dan DPRD) secara konsisten melaksanakan seluruh fungsi dan tanggungjawabnya dalam mengemban amanat rakyat dan kepentingan umum. 16
  • 17. Lanjutan… 4. SISTEM PRESIDENSIEL: Sistem pemerintahan dimana presiden menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan serta tidak tunduk pada dan tidak bisa dijatuhkan oleh DPR, sekalipun jumlah kursi partai politik pengusung presiden di DPR tidak memenuhi quorum ½ n + 1; • MULTI PARTAI SEDERHANA: Jumlah partai peserta pemilu tidak melebihi 6 (enam) partai dan setiap partai memiliki platform yang berbeda namun dengan tujuan yang sama. Sistem Presidensiel hanya dapat bekerja efektif bila jumlah partai tidak melebihi 6 (enam) partai; • SISTEM PEMILU DEMOKRATIS: Pemilihan Umum yang dilangsungkan secara jujur dan adil serta memberikan hak-hak khusus kepada kaum perempuan serta menetapkan pemenang pemilihan dari setiap partai berdasarkan perolehan suara terbanyak; • PENGUATAN LEMBAGA LEGISLATIF: Kehendak politik yang hidup di semua lembaga perwakilan pada ketiga tingkat pemerintahan untuk tetap menjalankan fungsi legislasi, fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan berdasarkan ukuran dan kriteria serta proses dan mekanisme yang obyektif dan rasional. 17
  • 18. 18
  • 19. 1. DALAM MELAKSANAKAN TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANGNYA, DPRD TUNDUK PADA SELURUH ATURAN PERUNDANGAN YANG BERLAKU; 2. SEJUMLAH ATURAN PERUNDANGAN DIMAKSUD MEMUAT SUBSTANSI YANG SANGAT RELEVAN BAGI UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN DPRD SEBAGAI LEMBAGA LEGISLATIF DAERAH; 3. PENCANTUMAN SEBUAH UU/PP/PERPRES KE DALAM KONSIDERANS MENIMBANG ADALAH PERNYATAAN BAHWA TATIB DPRD DISUSUN DENGAN MENDASARKAN DIRI PADA UU/PP/PERPRES DIMAKSUD. 19
  • 20. + Paket Paket UU Terkait PP Terkait PP tentang Tatib Peraturan DPRD tentang Tatib 20
  • 21. 1. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; • UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan; • UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan; • UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan; • UU No. 25 tahun 2004 tentang SPPN; • UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemda; • UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan; • UU No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik; • UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif; • UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD; • PP No. 58 tahun 2005 tentang Keuangan Daerah; • PP No. 8 tahun 2006; • PP No. 3 tahun 2007 tentang LKPJ dan LPPD; • PP No. 8 tahun 2008 tentang • PP No. 60 tahun 2008 tentang SPI; • Keputusan KPU tentang Calon Legislatif Terpilih; • Permendagri 13 tahun 2006; • Permendagri 59 tahun 2007. 21
  • 22. Anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah paling sedikit 20 orang dan paling banyak 50 orang; • Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota diresmikan dengan Keputusan Gubernur; • Masa jabatan anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah 5 tahun dan berakhir pada saat anggota DPRD Kab/Kota yang baru mengucapkan sumpah/janji; • Sumpah/janji diucapkan secara bersama-sama dipandu oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam Rapat Paripurna DPRD setempat. 22
  • 23. DPRD Kab/Kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum, dengan prinsip suara terbanyak; • DPRD Kab/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kab/Kota. • CATATAN: 1. Amar Putusan MA telah membatalkan Keputusan KPU tentang penentuan kursi DPRD yang diperoleh melalui penghitunugan tahap kedua; 2. KPU menanggapi amar putusan MA dengan cara mengajukan gugatan kepada MK; 3. MK mengabulkan gugatan KPU dan membatalkan amar putusan MA; 4. Komposisi keanggotaan DPRD tidak mengalami perubahan dan diresmikan sesuai jadwal. 23
  • 24. Pembentukan peraturan daerah Kab/Kota bersama Bupati/Walikota; • Pembahasan dan persetujuan anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi bersama Bupati/Walikota; dan • Pengawasan pelaksanaan peraturan daerah dan APBD Kab/Kota. • Ketiga fungsi dimaksud dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota. 24
  • 25. Membentuk peraturan daerah Kab/Kota bersama Bup/Walkot; • Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah Kab/Kota yang diajukan oleh Bupati/Walikota; • Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah Kab/Kota; • Mengusulkan peresmian pengangkatan dan pemberhentian Bupati/Walikota dan/atau wakil Bupati/Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur; • Memilih wakil Bupati/Walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil Bupati/Walikota; 25
  • 26. Lanjutan… • Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Kab/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah; • Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kab/ Kota; • Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati/ Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Kab/Kota; • Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; • Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan • Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam per-uu-an. 26
  • 27. Interpelasi (hak meminta keterangan kepada Bupati/Walikota diajukan oleh minimal 15 org dan disetujui oleh 2/3 anggota DPRD Kab/Kota); • Angket (hak melakukan penyelidikan atas kebijakan Bupati/Walikota, diajukan oleh 15 org dan disetujui oleh 2/3 anggota DPRD Kab/Kota); dan • Menyatakan pendapat (menyatakan pendapat terhadap kebijakan Bupati/Walikota yang penting dan strategis atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket). 27
  • 28. 1. Mengajukan rancangan peraturan daerah; 2. Mengajukan pertanyaan; 3. Menyampaikan usul dan pendapat; 4. Memilih dan dipilih; 5. Membela diri; 6. Imunitas; 7. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas: (Sesuai UU No. 27/09, Parpol dapat menyelenggarakan orientasi pendalaman t ugas DPRD); 8. Protokoler; dan 9. Keuangan dan administratif. 28
  • 29. Menetapkan jumlah kursi DPRD di Kab/Kota Induk dan di Kab/Kota hasil pemekaran berdasarkan jumlah penduduk sesuai UU No. 10/2008 tentang Pemilu; Menetapkan perolehan suara parpol dan calon anggota DPRD Kab/Kota berdasarkan hasil pemilu di Dapil Kab/Kota induk dan di Dapil Kab/Kota daerah hasil pemekaran; Menentukan BPP berdasarkan hasil pemilu di Kab/Kota daerah induk dan di daerah hasil pemekaran; Menentukan perolehan kursi parpol peserta pemilu berdasarkan hasil pemilu di Kab/Kota daerah induk dan di Kab/Kota daerah hasil pemekaran; 29
  • 30. Lanjutan… • Menetapkan calon terpilih dari daftar calon tetap untuk mengisi kursi Kab/Kota daerah induk dan Kab/ Kota daerah hasil pemekaran berdasarkan suara terbanyak; • Pengisian anggota DPRD Kab/Kota hasil pemekaran dilaksanakan oleh KPUD Kab/Kota Induk; • Masa jabatan anggota DPRD Kab/Kota hasil pemekaran berakhir pada saat anggota DPRD Kab/Kota hasil pemilu berikutnya mengucapkan sumpah/janji; • Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan jumlah dan tatacara pengisian keanggotaan DPRD Kab/Kota Induk dan Kab/Kota hasil pemekaran diatur dalam Peraturan KPU sesuai aturan perundangan yang berlaku. 30
  • 31. KPU menyatakan bahwa terdapat 20 kab/kota pemekaran yang belum masuk dalam disain pemilu legislatif 2009; • Karena itu, ke 20 daerah tersebut belum memiliki wakil di DPRD setempat; • Menurut anggota KPU, Andi Nurpati, penyelesaian masalah di 20 daerah dimaksud akan dilakukan melalui penerbitan Peraturan KPU, dengan alternatif solusi sbb: a. Keanggotaan DPRD daerah pemekaran akan diisi oleh caleg terpilih di daerah induk; b. Di daerah induk akan dilakukan PAW, sedangkan yang dialihkan ke daerah pemekaran akan ditetapkan dengan SK KPU; 31
  • 32. Lanjutan… c. Kekurangan jumlah anggota di daerah pemekaran akan diisi oleh caleg terpilih nomor urut suara terbanyak berikutnya; d. Jumlah kekurangan ditentukan sesuai dengan perolehan suara parpol di setiap kecamatan, dengan tetap memperhitungkan jumlah penduduk; e. Pelantikan anggota DPRD daerah pemekaran diupayakan agar bersamaan dengan pelantikan anggota DPRD daerah induk atau menyusul. 32
  • 33. 1. SEBELUM PIMPINAN DPRD TERBENTUK, DPRD DIPIMPIN OLEH PIMPINAN SEMENTARA; 2. PIMPINAN SEMENTARA TERDIRI DARI SEORANG KETUA DAN SEORANG WAKIL KETUA YANG BERASAL DARI DUA PARPOL YANG MEMPEROLEH KURSI TERBANYAK PERTAMA DAN KEDUA; 3. PERLU DIINGAT BAHWA DPRD TIDAK MEMILIH PIMPINAN SEMENTARA, KARENA PIMPINAN SEMENTARA DITENTUKAN LANGSUNG OLEH UU, DENGAN PRINSIP KURSI TERBANYAK PERTAMA DAN KEDUA. 33
  • 34. 2. MEMIMPIN RAPAT-RAPAT DPRD: a. Rapat yang berkaitan dengan kegiatan konsolidasi internal organisasi, seperti pembentukan alat-alat kelengkapan; b. Rapat-rapat internal pembahasan awal untuk mendalami substansi KUA dan PPAS APBD-Perubahan tahun anggaran 2009 dan R-APBD tahun anggaran 2010; 2. MEMFASILITASI PEMBENTUKAN FRAKSI, TERUTAMA FRAKSI GABUNGAN; • MENYUSUN RANCANGAN TATA TERTIB DAN RANCANGAN KODE ETIK; • MEMPROSES PENETAPAN PIMPINAN DEFINITIF. 34
  • 35. Bagian Kesatu Penetapan Pimpinan Sementara Pasal 11 (5) Dalam hal pimpinan DPRD belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh Pimpinan Sementara; • Pimpinan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama dan urutan kedua di DPRD, yakni: a. Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ... ; b. Wakil Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ... (3). Bila kedua atau lebih partai memperoleh kursi terbanyak yang sama, maka penetapan pimpinan sementara dilakukan melalui musyawarah antara perwakilan partai yang memiliki kursi terbanyak dimaksud. 35
  • 36. (2) Partai yang memperoleh kursi terbanyak adalah: a. Partai Demokrat : 4 kursi (suara terbanyak pertama); b. Partai Gerindra : 4 kursi (suara terbanyak kedua); c. Partai Hanura : 4 kursi (suara terbanyak ketiga); d. PKB : 4 kursi (suara terbanyak keempat; e. PKS : 4 kursi (suara terbanyak kelima); f. PDI-P : 4 kursi (suara terbanyak keenam). • Jumlah anggota DPRD di daerah tersebut adalah 50 orang, sehingga berhak membentuk pimpinan dengan jumlah sebanyak empat orang, dengan komposisi seorang Ketua dan tiga orang Wakil Ketua; • Atas dasar mufakat dan kearifan lokal, kursi Ketua dan Wakil Ketua Sementara justru diserahkan kepada PKS dan PDI-P, dengan pertimbangan pengalaman pada DPRD periode masa bhakti sebelumnya. 36
  • 37. Bagian Kedua Tugas dan Tanggungjawab Pimpinan Sementara Pasal 12 (5) Pimpinan Sementara DPRD mempunyai tugas dan tanggungjawab: a. memimpin rapat-rapat DPRD; b. memfasilitasi pembentukan fraksi (Fraksi Gabungan); c. memfasilitasi penyusunan rancangan Tata Tertib DPRD; d. memfasilitasi penyusunan rancangan Kode Etik DPRD; e. memfasilitasi pembentukan Alat-alat Kelengkapan DPRD. (2) Setiap anggota DPRD wajib berperanserta aktif dalam mendukung pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawab Pimpinan Sementara dalam rangka percepatan penyelesaian tugas dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud ayat (1). 37
  • 38. Bagian Ketiga Pimpinan Definitif Pasal 13 • Pimpinan definitif DPRD terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) atau 3 (tiga) orang Wakil Ketua; • Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama, kedua dan ketiga di DPRD, yakni: a. Ketua adalah anggota dari Partai ... ; b. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai ... ; dan c. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai; d. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai .... 38
  • 39. Bagian Keempat Penetapan Pimpinan Definitif Pasal 14 (1) Ketiga pimpinan partai setempat yang berhak mengisi kursi pimpinan DPRD mengajukan nama seorang anggota untuk ditetapkan sebagai pimpinan definitif, yakni: a. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama: ....... b. Pimpinan Partai ... mengusulkan nama ......... c. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama ........ d. Pimpinan Partai …… mengusulkan nama …….. (2) Pimpinan Sementara DPRD berdasarkan pengajuan sbgmana dimaksud ayat (1) mengumumkan adanya usulan tersebut dalam Rapat Paripurna DPRD pada tanggal ……..; (3) Pimpinan Sementara DPRD menyampaikan kepada Gubernur usulan pimpinan partai sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) untuk diresmikan dengan Keputusan Gubernur dengan surat No…….. tanggal ………. , perihal ………….; (4) Keputusan Gubernur tentang peresmian Pimpinan DPRD periode masa bhakti 2009 – 2014 adalah Keputusan No.............................., tanggal ......... tentang .....; 39
  • 40. (1) UU NO. 27 TAHUN 2009 TIDAK MEMBATASI JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI PARPOL UNTUK MENDAPATKAN KURSI PIMPINAN; (3) CONTOH SIMULASI PEROLEHAN KURSI PARPOL: a. Partai Golkar : 4 kursi; b. Partai Gerindra : 4 kursi; c. PKB : 2 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 2 kursi (menang suara dari PKS); e. PKS : 2 kursi (kalah suara). (3) Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak konstitusional Partai Partai Golkar, Gerindra, PKB dan PPP). 40
  • 41. (1) CONTOH PEROLEHAN KURSI PARPOL: a. Partai Golkar : 2 kursi; b. Partai Demokrat : 1 kursi; c. PKB : 1 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 1 kursi (menang suara dari PDS); e. PDS : 1 kursi (kalah suara). • Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak konstitusional Partai Partai Golkar, Demokrat, PKB dan PPP). • Walaupun jumlah kursi terbanyak yang diraih satu atau dua parpol di sebuah daerah adalah 2 dan 1 kursi, posisi pimpinan tetap menjadi hak konstitusional partai dimaksud. 41
  • 42. Bagian Kelima Pemberhentian Pimpinan Pasal 15 (4) Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai pimpinan DPRD; d. melanggar Kode Etik DPRD berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Kehormatan DPRD; e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara; f. ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPRD oleh partai politiknya. 42
  • 43. Fraksi dibentuk sebagai wadah berhimpun anggota DPRD Kab/Kota; • Setiap anggota DPRD wajib menjadi anggota satu fraksi; • Anggota Fraksi minimal sama dengan jumlah Komisi; • DPRD dengan anggota berjumlah antara 20 – 35 orang membentuk 3 Komisi; • DPRD dengan anggota berjumlah lebih dari 35 orang membentuk 4 Komisi; • Parpol yang memiliki jumlah anggota sama atau melebihi jumlah Komisi dapat membentuk satu fraksi; • Parpol yang memiliki jumlah anggota kurang dari jumlah Komisi dapat bergabung dengan Fraksi yang ada atau membentuk Fraksi Gabungan; 43
  • 44. Lanjutan… • Dalam hal tidak ada parpol yang memiliki anggota yang sama dengan jumlah Komisi, dibentuk Fraksi Gabungan; • Jumlah Fraksi Gabungan maksimal dua fraksi; • Fraksi memiliki sekretariat; • Sekretariat DPRD menyediakan ruangan sekretariat fraksi, biaya rapat dan biaya operasional ruangan sekretariat fraksi dan seorang tenaga fraksi, dengan kualifikasi: a. S1 dengan pengalaman 5 tahun; b. S2 dengan pengalaman 3 tahun; c. S3 dengan pengalaman 1 tahun. Pemberian honorarium tenaga ahli dilakukan secara tidak tetap (on-call) sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. 44
  • 45. Lanjutan… BAB III FRAKSI Pasal 8 • Untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD; • Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan alat kelengkapan DPRD, melainkan pengelompokan anggota DPRD berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam aturan perundangan yang berlaku; • Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi; (7) Setiap fraksi yang ada wajib menerima anggota yang tidak dapat membentuk fraksi; (8) Pimpinan fraksi terdiri dari Ketua, Wakil dan Sekretaris, kecuali bila anggota fraksi hanya tiga orang (Ketua dan Sekretaris). 45
  • 46. PLATFORM KOMISI 1 KOMISI 2 KOMISI 3 KOMISI 4 FRAKSI 1 SIKAP FRAKSI 2 PIMPINAN FRAKSI 3 FRAKSI 4 TENAGA TENAGA AHLI AHLI
  • 47. Dalam sistem demokrasi yang sudah mapan, setiap Fraksi memiliki Platform dan Sikap yang sangat tegas atas seluruh bidang tugas pemerintahan daerah; • Platform dimaksud digunakan sebagai parameter kerja bagi setiap anggota Fraksi yang duduk pada setiap alat kelengkapan; • Bila pemda mengajukan usulan program yang berbeda dengan platform dimaksud, maka Fraksi akan berjuang untuk mengubah usulan dimaksud; • Fraksi hanya akan menerima usulan dimaksud bila ternyata kalah dalam voting dengan formula klasik ½ n + 1. 47
  • 48. Platform: Mendukung prinsip miskin struktur kaya fungsi dalam penataan organisasi pemda. • Sikap: Menolak pembentukan SOTK yang gemuk. • Platform: Merrit System dalam pembinaan SDM- Aparatur. • Sikap: Mengutamakan keahlian dan komitmen dalam promosi jabatan SDM Aparatur. • Platform: Konsistensi perencanaan dan anggaran. • Sikap: Hanya menerima usulan rencana anggaran bagi program yang menyentuh hajat hidup orang banyak. 48
  • 49. Lanjutan… • Platform: Memperjuangkan kesejahteraan Pelaku Ekonomi Golongan Bawah. • Sikap: Menentang penggusuran Pedagang Kaki Lima tanpa kebijakan relokasi. • Platform: Perencanaan berbasis data dan statistik. • Sikap: Menolak KUA dan PPAS yang tidak didukung oleh data dan statistik terkini. • Platform: Inovasi pelaksanaan pelayanan publik. • Sikap: a. Mendukung pelayanan perizinan satu pintu; b. Mendorong pelayanan SIM dan STNK Keliling dengan pola door to door. 49
  • 50. Lanjutan… • Platform: Memperjuangkan kesejahteraan petani. • Sikap: Mendorong program rekayasa genetika dan rekayasa bentuk komoditi pangan. • Platform: APBD berorientasi pelayanan penduduk miskin. • Sikap: Mendukung layanan kesehatan gratis total kepada penduduk yang sangat miskin. • Platform: Mendorong terciptanya lapangan kerja, baik permanen maupun temporer. • Sikap: a. Sistem swakelola perbaikan ringan infrastruktur daerah. b. Pelaksanaan festival budaya lokal dan bazaar pasar murah secara reguler di kecamatan. 50
  • 51. Pasal 9 Lanjutan… • Pembentukan fraksi dilakukan oleh partai politik yang memperoleh kursi di DPRD paling sedikit 3 (tiga) orang untuk setiap fraksi; • Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau lebih dapat membentuk 1 (satu) fraksi; • Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), anggotanya bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan; • Dalam hal tidak ada 1 (satu) partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi, maka dibentuk fraksi gabungan; • Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) paling banyak 2 (dua) fraksi. • Pembentukan fraksi, pimpinan fraksi dan keanggotaan fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya diumumkan kepada seluruh anggota oleh Ketua DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD. 51
  • 52. (1) Contoh perolehan kursi parpol: a. Partai Golkar : 2 kursi; b. Partai Demokrat : 1 kursi; c. PKB : 1 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 1 kursi (menang suara dari PDS); e. PDS : 1 kursi (kalah suara). (2) Pertanyaan: Dapatkah Golkar, Demokrat, PKB dan PPP membentuk Fraksi Gabungan?; (3) Jawaban: Dapat. (4) Pertanyaan: Bagaimana dengan partai yang lain?; (5) Jawaban: Wajib bergabung untuk membentuk Fraksi Gabungan yang kedua atau terakhir. (6) Tolong ingat bahwa UU No. 27 tahun 2009 membatasi jumlah fraksi gabungan hanya dua fraksi. (7) MUTIARA KATA: MARI MEMUDAHKAN TUGAS PIMPINAN SEMENTARA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH SEPERTI INI (Pasal 352 ayat (6) UU No. 27/09). 52
  • 53. Bagian Ketiga Kewajiban Anggota Pasal 23 Anggota DPRD mempunyai kewajiban: • memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; • melaksanakan UUD 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan; • mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan NKRI; • mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; • memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; • menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; • menaati tata tertib dan kode etik; • menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota; • menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; • menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; • memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. 53
  • 54. 3. Bagaimana mekanisme operasional teknis DPRD menjalankan kewajiban dan apa jenis kegiatannya?; a. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; b. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; c. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; d. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; e. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. 2. DPRD dapat merumuskan bentuk kegiatan dan mekanisme operasional teknis serta menguraikannya dalam Bagian Penjelasan Pasal Demi Pasal dalam Tatib. 54
  • 55. BAB VII ALAT KELENGKAPAN Pasal 24 (1) Alat kelengkapan DPRD terdiri dari: a. Pimpinan; b. Badan Musyawarah; c. Komisi; d. Badan Legislasi Daerah; e Badan Anggaran; f.Badan Kehormatan; dan g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna (PANSUS). (2) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh Sekretariat DPRD. 55
  • 56. Bagian Kesatu Pimpinan Pasal 25 (5) Pimpinan DPRD mempunyai tugas: a. memimpin sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk mengambil keputusan; b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil Ketua; c. menjadi Juru Bicara DPRD; d. melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD; e. mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan instansi pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan DPRD; f. mewakili DPRD dan/atau alat kelengkapan DPRD di pengadilan; g. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sangsi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan aturan perundangan; h. menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran DPRD; i. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Rapat Paripurna DPRD. (2) Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif dan kolegial. 56
  • 57. Bagian Kedua Badan Musyawarah Pasal 26 (1) Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD; (2) Pemilihan anggota Badan Musyawarah ditetapkan setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, Komisi-komisi, Badan Anggaran, Badan Legislasi dan Fraksi; (3) Badan Musyawarah terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota; (4) Jumlah anggota Badan Musyawarah sebanyak-banyaknya adalah setengah dari jumlah seluruh anggota DPRD; (5) Pimpinan DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Badan Musyawarah merangkap anggota; (6) Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam Rapat Paripurna; (7) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Musyawarah bukan anggota; (8) Masa keanggotaan Badan Musyawarah adalah sesuai dengan masa keanggotaan DPRD. 57
  • 58. Pasal 27 (1) Badan Musyawarah mempunyai tugas: a. memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik diminta atau tidak; b. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD; memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat; c. memberi saran pendapat untuk memperlancar kegiatan; d. meminta dan atau memberikan kesempatan kepada alat-alat kelengkapan DPRD lainnya untuk memberikan penjelasan mengenai kemajuan dan kendala pelaksanaan tugas masing-masing; e. merekomendasikan pembentukan Panitia Khusus. (2) Setiap anggota Badan Musyawarah wajib: a. mengadakan konsultasi dengan unsur yang diwakili sebelum mengikuti rapat Badan Musyawarah; b. menyampaikan pokok-pokok hasil rapat Badan Musyawarah kepada Fraksi. 58
  • 59. Bagian Ketiga Komisi Pasal 28 (1) Komisi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan yang bersifat tetap. (2) DPRD menetapkan 3 (tiga) Komisi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang, dengan komposisi pembidangan tugas dan tanggungjwab sebagai berikut: a. Komisi I - Bidang Hukum dan Pemerintahan, yang meliputi bidang-bidang Hukum, Perundang-Undangan, Pemerintahan, Ketertiban Umum, Kependudukan dan Catatan Sipil, Penerangan dan Pers, Kepegawaian dan Aparatur, Perijinan, Sosial Politik, Organisasi Masyarakat, Kebudayaan, Pertanahan, Kerjasama International, Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Transmigrasi, Aset Daerah, Agama, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Wanita; b. Komisi II - Bidang Ekonomi dan Keuangan, yang meliputi bidang-bidang Perdagangan, Perindustrian, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Ketahanan Pangan, Logistik, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perpajakan, Retribusi, Perbankan, Badan Usaha Milik Daerah, Penanaman Modal dan Dunia Usaha serta Perhubungan dan Pariwisata; c. Komisi III - Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, yang meliputi bidang-bidang Pekerjaan Umum, Tata Kota, Pertamanan, Kebersihan, Sosial, Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat, Lingkungan Hidup, Kepemudaan dan Olah Raga; 59
  • 60. Lanjutan… (3) Komposisi keanggotaan antar komisi diupayakan sama dengan mempertimbangkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi; (4) Setiap anggota DPRD, kecuali Pimpinan, wajib menjadi anggota salah satu komisi; (5) Bilamana terjadi ketidak seimbangan komposisi keanggotaan yang diusulkan fraksi, Pimpinan berhak mengambil kebijakan penempatan dengan menempuh mekanisme musyawarah untuk mufakat dengan Pimpinan Fraksi yang bersangkutan; (6) Penempatan anggota DPRD dalam setiap komisi dilakukan atas dasar usulan fraksi dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang; (7) Perpindahan anggota DPRD antar komisi dilakukan pada awal tahun anggaran atas dasar usulan fraksi dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna; (8) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota komisi yang di gantikan. (9) Pergantian keanggotaan komisi ditetapkan pada awal tahun anggaran. 60
  • 61. Lanjutan… Pimpinan Komisi Pasal 30 (1) Pimpinan Komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial; (2) Pimpinan Komisi terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu) orang Wakil Ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota Komisi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap fraksi; (5) Pemilihan Pimpinan Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam Rapat Komisi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi. Saran: Sebaiknya, Sekretaris Komisi dipilih dari lingkungan Sekretariat DPRD, karena sekretaris adalah pertugas agendaris dan administrasi. 61
  • 62. Lanjutan… Pasal 31 (1) Tugas Komisi dalam pembentukan peraturan daerah adalah: a. menyusun daftar inventaris rancangan peraturan daerah sepanjang periode masa bhakti 2009 – 2014 bersama satuan kerja perangkat daerah yang menjadi mitra kerjanya; b. menyampaikan daftar inventaris rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a kepada Badan Legislasi untuk dikompilasi ke dalam Rencana Program Legislasi Daerah; c. berperan aktif dalam persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang masuk dalam bidang tugasnya. 62
  • 63. FUNGSI LEGISLATIF MEMBENTUK PERDA FUNGSI IN IF ISI AT PENGAWASAN KD ATIF ISI RD IN DP H T R PE SUR RA NTA PIM NG AT SU GA PIN AN N DH AN TAR PE K DP RD RANPERDA TINGKAT PEMBICARAAN PENETAPAN  TINGKAT PERTAMA; PERDA  TINGKAT KEDUA;  TINGKAT KETIGA;  TINGKAT KEEMPAT PENGAWASAN DPRD  PELAKSANAANNYA; KONSULTASI FRAKSI  PENURUNANNYA KEDALAM PERATURAN KDH. 63
  • 64. KONTRAK UNIV A NASKAH KONTRAK AKADEMIS UNIV B (NA) KONSULTAN
  • 65. Lanjutan… (2) Tugas Komisi di bidang anggaran adalah: a. memutakhirkan statistik dan data perencanaan program dan penganggaran bersama SKPD yang menjadi mitra kerjanya; b. mempersiapkan rancangan Pokok-pokok Pikiran DPRD tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran berikutnya yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugasnya, dengan menggunakan data perencanaan program dan penganggaran sebagaimana dimaksud huruf a sebagai rujukan teknisnya; c. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama dengan SKPD yang menjadi mitra kerjanya; 65
  • 66. Lanjutan… d. membahas alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi mitra kerjanya; e. mengadakan pembahasan laporan keuangan daerah dan pelaksanaan APBD, termasuk hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya; f. melakukan sinkronisasi hasil pembahasan laporan keuangan daerah dengan Badan Pengelola Keuangan Daerah sesuai dengan ruang lingkup tugasnya. 66
  • 67. PROSES DAN TAHAPAN PENYUSUNAN RAPBD Th n- 1 Th n Th n+1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 RAPAT KOORDINASI RAKERNIS RENSTRA RENJA S K P D PEMDA 30 APRIL 1 2 3 4 MUSRENBANG RKPD KAB/KOTA DESA KEC TAPD 15 JUNI 1 JULI 1 AGS 15 NOV 30 NOV RPJM KUA PPAS RKA R-APBD APBD DOKUMEN POLITIK DOKUMEN POLITIK RESES PEMBICARAAN DPRD  TINGKAT 1 BANGGAR  TINGKAT 2  TINGKAT 3  TINGKAT 4 POKOK-2 POKOK-2 PIKIRAN PLATFORM PIKIRAN 1 2 3 4 KOMISI FRAKSI DPRD KOMISI RAKERNIS RAPAT INTERNAL 67
  • 68. (3) Tugas Komisi di bidang pengawasan adalah: Lanjutan… a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan Peraturan Daerah, termasuk APBN, APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya; b. membahas dan memberi saran penyelesaian atas hasil pemeriksaan BPK dan BPKP yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya; c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah; d. menyiapkan masukan tentang bahan-bahan temuan kepada Pansus LKPJ-KDH untuk dipertimbangkan sebagai bahan masukan dalam penyusunan Catatan dan Rekomendasi DPRD terhadap LKPJ-KDH tahun anggaran sebelumnya. 68
  • 69. Lanjutan… Pasal 32 (2) Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat mengadakan: a. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh SKPD yang menjadi mitra kerjanya; c. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah Daerah yang diwakili oleh pimpinan SKPD yang menjadi mitra kerjanya; d. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan Komisi maupun atas permintaan pihak lain; e. pendidikan dan pelatihan teknis; f. kunjungan kerja dan peninjauan lapangan. 69
  • 70. BADAN LEGISLASI Pasal 33 (3) Badan Legislasi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap; • DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang; • Komposisi keanggotaan Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan pada permulaan tahun sidang; • Jumlah anggota Badan Legislasi ditetapkan sama dengan jumlah anggota satu komisi. 70
  • 71. Lanjutan… Pasal 34 (1) Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial; (2) Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan paling banyak 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap fraksi. (3) Pemilihan pimpinan Badan Legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Legislasi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi; (4) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris badan legislasi bukan anggota; (5) Masa keanggotaan Badan Legislasi dapat diubah pada setiap awal tahun anggaran. 71
  • 72. Lanjutan… Pasal 36 1) Badan Legislasi bertugas menyusun rencana program legislasi daerah yang memuat: a. Daftar inventaris dan urutan prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk satu masa keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD dan pemerintah daerah; b. Daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan kepala daerah yang diamanatkan oleh UU dan PP untuk disampaikan kepada kepala daerah sebagai masukan; 2) Mengoordinasi penyusunan program legislasi daerah antara DPRD dan pemerintah daerah; 72
  • 73. Lanjutan… 1) menyiapkan rancangan peraturan daerah usul inisiatif DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan; 3) melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi, dan gabungan komisi, sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD; 5) memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi, dan gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam program legislasi daerah; 73
  • 74. Lanjutan… 6) melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang secara khusus ditugaskan oleh Badan Musyawarah; 7) mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus; 8) mengkaji dan mendalami konsistensi substansi peraturan daerah dengan peraturan kepala daerah; 9) membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang peraturan daerah pada akhir masa keanggotaan DPRD untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya. 74
  • 75. BADAN ANGGARAN Pasal 38 • Badan Anggaran dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap; • DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap Fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan pada permulaan tahun sidang; • Susunan dan komposisi keanggotaan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas anggota dari setiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi. 75
  • 76. Lanjutan… Pasal 39 • Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial; • Pimpinan Badan Anggaran dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran; • Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris bukan anggota; 76
  • 77. Lanjutan… Pasal 40 (3) Badan Anggaran mempunyai tugas: a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD; b. melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara; c. memberikan saran dan pendapat kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; d. melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan gubernur bagi DPRD kabupaten/kota bersama tim anggaran pemerintah daerah; 77
  • 78. Lanjutan… a. melakukan pembahasan bersama tim anggaran pemerintah daerah terhadap rancangan kebijakan umum APBD serta rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh kepala daerah; dan b. memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD. • Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sdh disepakati oleh Komisi dengan SKPD mitra kerjanya; • Anggota Komisi dalam Badan Anggaran sbgmana dimaksud dalam Pasal 35 dan pasal 36 harus mengupayakan terwujudnya alokasi anggaran yang diputuskan Komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas kepada Komisi. 78
  • 79. Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan yang bersifat tetap dan dibentuk pada awal masa keaggotaan DPRD; • Keanggotaan Badan Kehormatan dipilih dari dan oleh anggota DPRD sebanyak 3 orang dan ditetapkan dalam Sidang Paripurna; • Masa tugas Badan Kehormatan adalah sama dengan masa tugas DPRD; • Sekretariat Badan Kehormatan dilaksanakan secara ex-officio oleh Setwan. • Pertanyaan kritis: Siapa yang pantas menjadi anggota BK? • Jawab: Figur yang tega bekerja dengan prinsip jeruk makan jeruk (yang tegas, tekun dan obyektif). 79
  • 80. Lanjutan… Bagian Keenam Badan Kehormatan Pasal 43 Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. Pasal 44 (1) DPRD menetapkan keanggotaan Badan Kehormatan dengan memperhatikan usul setiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang; (2) Keanggotaan Badan Kehormatan berjumlah 3 (tiga) orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotan DPRD dan pada permulaan tahun sidang. 80
  • 81. Lanjutan… Pasal 45 (1) Pimpinan Badan Kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yang dan dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris; (2) Ketua Badan Kehormatan dipilih dari dan oleh anggota dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna; (3) Masa keanggotaan Badan Kehormatan sesuai masa keanggotaan DPRD. (4) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris Badan Kehormatan bukan anggota. 81
  • 82. Lanjutan… Pasal 46 3) Badan Kehormatan wajib melakukan penyelidikan dan verifikasiatas pengaduan terhadap anggota, karena: a. Tidak dapat menjalankan kewajiban; b. Tidak melaksanakan tugas selama 3 bln berturut-turut; c. Tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPR yang menjadi tugasnya; d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai aturan perundang-undangan; e. Melanggar ketentuan tentang larangan. 2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Kehormatan juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan atas peraturan DPRD tentang Tata Tertib dan Kode Etik DPRD; 3) BK berwenang memanggil pihak terkait dan melakukan kerja sama dengan lembaga lain; 82
  • 83. Bagian Ketujuh Alat Kelengkapan Lainnya Pasal 52 • Pimpinan DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain berupa Panitia Khusus dengan Keputusan DPRD; • Panitia Khusus dibentuk atas usul dan pendapat anggota DPRD setelah mendengar pertimbangan Badan Musyawarah dengan persetujuan Rapat Paripurna; • Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat sementara, sesuai kebutuhan yang ditetapkan dalam Rapat Paripurna; 83
  • 84. Lanjutan… (1) Jumlah anggota Panitia Khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempertimbangkan jumlah anggota Komisi yang terkait dan disesuaikan dengan program/kegiatan serta kemampuan anggaran sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang; (2) Anggota Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi; (3) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus dipilih dari dan oleh anggota; (4) Susunan keanggotaan, Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus ditetapkan dalam Rapat Paripurna; (5) Masa tugas Panitia Khusus paling lama satu bulan dari masa penetapan dan dapat diperpanjang paling lama tiga bulan. 84
  • 85. 85
  • 86. BAB VIII PELAKSANAAN HAK DPRD Bagian Kesatu Pembentukan Peraturan Daerah Pasal 53 (1) Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD dan Pemda; (2) Rancangan Perda sbgmana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan atau keterangan dan naskah akademik; (3) Naskah akademik disusun melalui sebuah kajian komprehensif tentang masalah yang akan dituangkan ke dalam Perda. 86
  • 87. Lanjutan… Pasal 54 (1) Usul Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh anggota DPRD, Komisi, Gabungan Komisi dan atau Badan Legislasi; (2) Usul Rancangan Peraturan Daerah disampaikan secara tertulis oleh anggota, Pimpinan Komisi, Pimpinan Gabungan Komisi atau Pimpinan Badan Legislasi kepada Pimpinan DPRD disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul; (3) DPRD memutuskan usul Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam Rapat Paripurna, berupa: a. persetujuan; b. persetujuan dengan pengubahan; atau c. penolakan. 87
  • 88. Lanjutan… (1) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD menugasi Komisi, Gabungan Komisi, Badan Legislasi, atau Panitia Khusus untuk menyempurnakan Rancangan Peraturan Daerah tersebut; (3) Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan surat Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah; (5) Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah diajukan dengan surat Kepala Daerah kepada Pimpinan DPRD. 88
  • 89. Lanjutan… Pasal 55 Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD dan/atau dari Kepala Daerah dibahas oleh DPRD dan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama; Pasal 56 Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada seluruh anggota DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rancangan Peraturan Daerah itu dibahas dalam Rapat Paripurna. Pasal 57 Apabila terdapat 2 (dua) Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan mengenai hal yang sama, yang dibicarakan adalah Rancangan Peraturan Daerah yang diterima terlebih dahulu, sedangkan Rancangan Peraturan Daerah yang diterima kemudian digunakan sebagai pelengkap. 89
  • 90. Lanjutan… Pasal 58 Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan melalui empat tingkat pembicaraan, yakni: • Pembicaraan Tingkat Pertama dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: a. KDh dalam Rapat Paripurna menyampaikan Ranperda yang berasal dari KDh, lengkap dengan naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah; b. Pimpinan Komisi/Gabungan Komisi atau Pimpinan Panitia Khusus menyampaikan Ranperda yang berasal dari usul prakarsa DPRD, lengkap dengan naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah. (2) Dalam Pembicaraan Tingkat Pertama dapat diundang pimpinan lembaga kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pakar, perguruan tinggi dan para pejabat terkait dari tingkat provinsi dan pusat untuk memperkaya wawasan. 90
  • 91. Lanjutan… Pasal 59 (1) Pembicaraan Tingkat Kedua meliputi kegiatan: a. Pemandangan Umum dari fraksi-fraksi; b. Jawaban Kdh thd pemandangan umum fraksi- fraksi. (Kalau Ranperda berasal dari Kdh). a. Pendapat Kepala Daerah; b. Jawaban dari fraksi-fraksi. (Kalau Ranperda berasal dari DPRD). (2) Dalam Pembicaraan Tingkat Kedua dapat dilakukan kegiatan uji publik untuk memperkaya wawasan dan sudut pandang tentang substansi Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas. 91
  • 92. Lanjutan… Pasal 60 (1) Pembicaraan Tingkat Ketiga meliputi kegiatan: a. Pembahasan dalam rapat komisi/gabungan komisi dan atau rapat panitia khusus bersama dengan Kdh atau pejabat yang ditunjuk; b. Konsultasi fraksi. (2) Dalam Pembicaraan Tingkat Ketiga, dapat dilakukan kegiatan studi banding ke daerah lain yang sdh memiliki Peraturan Daerah yang sama untuk memperkaya wawasan dan sudut pandang tentang substansi Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas. 92
  • 93. Lanjutan… Pasal 61 (1) Pembicaraan Tingkat Keempat meliputi kegiatan: a. Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna, yang didahului dengan laporan hasil pembicaraan tingkat ketiga, pendapat akhir fraksi, pengambilan keputusan. b. Penyampaian sambutan Kepala Daerah terhadap pengambilan keputusan. (2) Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak. (3) Dalam hal rancangan peraturan daerah tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah, rancangan peraturan daerah tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa itu. 93
  • 94. Lanjutan… Pasal 62 (1) Dalam penyiapan dan pembahasan rancangan peraturan daerah, termasuk pembahasan rancangan peraturan daerah tentang R-APBD Murni, APBD Perubahan dan APBD Perhitungan, DPRD dapat menampung masukan secara lisan dan/atau tertulis melalui Pimpinan DPRD dan/atau alat kelengkapan DPRD lainnya; (2) Anggota atau alat kelengkapan DPRD yang menyiapkan dan/atau membahas rancangan peraturan daerah dapat melakukan kegiatan konsultasi publik, temu wicara, pendidikan dan pelatihan teknis untuk mendapat masukan tambahan. 94
  • 95. Lanjutan… Pasal 63 (1) Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah; (2) Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah; (3) Penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh DPRD, dilakukan dengan keputusan Pimpinan DPRD atas pertimbangan Badan Legislasi dengan disertai alasan- alasan penarikannya; 95
  • 96. Bagian Kedua Pembahasan dan Penetapan R-APBD Paragraf Kesatu Pembahasan dan Penetapan R-APBD Murni Pasal 67 (1) Penyusunan Rancangan APBD berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah tentang APBD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara serta visi, misi dan prioritas daerah; (2) Rencana Kerja Pemerintah Daerah disusun oleh Pemerintah Daerah dengan berpedoman pada: a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah; b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah; c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah; d. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah; e. Hasil kesepakatan Forum Musyawarah Pembangunan tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota. 96
  • 97. Lanjutan… (3) Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) disahkan dengan Keputusan Kepala Daerah paling lambat pada pertengahan bulan Mei dan digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai dasar menyusun Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara; (4) Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disampaikan oleh Kepala Daerah paling lambat pada pertengahan bulan Juni kepada Pimpinan DPRD; (5) Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dibahas secara internal oleh Badan Anggaran DPRD; 97
  • 98. Lanjutan… (6) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) digunakan oleh Badan Anggaran DPRD sebagai dasar untuk membahas dan menyepakati KUA dan PPAS bersama dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah; (7) Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai Dasar menyusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah; (8) Kebijakan Umum Anggaran, Penetapan Pagu Sementara dan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah yang telah disepakati bersama antara TAPD dan Badan Anggaran DPRD sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dan ayat (7) menjadi pedoman bagi penyusunan dan pembahasan Rancangan APBD. 98
  • 99. Lanjutan… Pasal 68 Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (4) ayat (5) ayat (6) ayat (7) dan ayat (8), DPRD menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut: a. Rapat kerja antara Komisi dengan SKPD mitra kerja untuk menyepakati arah kebijakan umum anggaran dan plafond anggaran sementara untuk setiap program dan kegiatan pada setiap SKPD, dengan menggunakan RKPD sebagai dasar rujukannya; b. Rapat pembahasan internal setiap Komisi untuk melakukan penajaman dan sinkronisasi antar program dan kegiatan pada setiap SKPD yang menjadi mitranya; 99
  • 100. Lanjutan… • Orientasi dan pelatihan teknis untuk menyesuaikan rancangan KUA, PPAS dan RKA-SKPD dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun anggaran berikutnya; • Pembahasan dan penetapan APBD yang didahului dengan penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta Nota Keuangannya oleh Kepala Daerah kepada Pimpinan DPRD; • R-APBD tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada huruf d disahkan pada tanggal 30 Nopember tahun anggaran sebelumnya; • R-APBD yang sudah disahkan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD digunakan oleh TAPD sebagai dasar untuk menerbitkan DPA dan seluruh Lampiran R–APBD, dengan berpedoman pada aturan perundangan yang berlaku. 100
  • 101. Paragraf Kedua Pembahasan dan Penetapan APBD Perubahan Pasal 69 (1) Dalam hal terjadi perubahan asumsi ekonomi makro dan/atau perubahan postur APBD yang sangat signifikan, Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun anggaran yang sedang berjalan; (2) Perubahan asumsi ekonomi makro yang sangat signifikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa prognosis: a. penurunan asumsi laju pertumbuhan ekonomi, minimal 1% (satu persen) di bawah asumsi yang telah ditetapkan; dan/atau b. deviasi asumsi ekonomi makro lainnya minimal 10% (sepuluh persen) dari asumsi yang telah ditetapkan. 101
  • 102. Lanjutan… c. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA; d. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran alokasi anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis jenis belanja; e. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun yang lalu harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan; f. Keadaan darurat dan keadaan luar bisa; g. Penurunan penerimaan pajak dan retribusi daerah minimal 10% (sepuluh persen) dari pagu yang telah ditetapkan; h. kebutuhan belanja yang bersifat mendesak dan belum tersedia pagu anggarannya. 102
  • 103. Lanjutan… (3) Pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan penyampaian KUA dan PPAS untuk APBD Perubahan dari Kepala Daerah kepada DPRD; (4) Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama dengan Badan Anggaran membahas dan menyepakati KUA, PPAS dan APBD Perubahan setelah ditetapkannya Perda tentang APBD Perhitungan tahun anggaran sebelumnya. 103
  • 104. Paragraf Ketiga Pembahasan dan Penetapan APBD-Perhitungan Pasal 70 (1) Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir; (2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi realisasi APBD tahun anggaran sebelumnya, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan setiap SKPD. 104
  • 105. Paragraf Keempat Penyampaian, Pembahasan dan Penilaian LKPJ-KDH Bagian Kesatu Penyampaian LKPJ-KDH Pasal 71 (1) Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah tahun anggaran sebelumnya kepada DPRD paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran; (2) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD yang digelar tanggal 31 Maret tahun anggaran berikutnya; (3) Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud ayat (2) bersifat terbuka. 105
  • 106. Lanjutan… Bagian Kedua Pembahasan LKPJ-KDH Pasal 72 (1) Pada tanggal 1 April, DPRD mengadakan rapat internal untuk membahas dan mendengarkan pemandangan umum fraksi- fraksi tentang substansi LKPJ-KDH; (2) Pada tanggal 2 April, setelah mendapatkan masukan dan saran dari Badan Musyawarah, Pimpinan DPRD menerbitkan Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus Pembahasan LKPJ-KDH; (3) Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) memuat daftar nama anggota serta tugas dan kewajiban Panitia Khusus; (11) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) beranggotakan maksimum 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan keterwakilan setiap Komisi dan Fraksi; 106
  • 107. Lanjutan… (5) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu) orang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Panitia Khusus dan dilaporkan kepada Rapat Paripurna; (3) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan ayat (5) bertugas: a. meneliti, mempelajari, mendalami dan membahas LKPJ - KDh; b. mendalami konsistensi antara APBD dengan substansi LKPJ-KDh c. melakukan pemantauan lapangan terhadap sejumlah program dan kegiatan; d. Menyampaikan laporan tertulis kepada Pimpinan. 107
  • 108. Lanjutan… Bagian Ketiga Penyampaian Catatan dan Rekomendasi DPRD Pasal 73 (1) Pimpinan DPRD, setelah mendapat masukan dan saran dari Badan Musyawarah, memimpin rapat paripurna untuk menampung pemandangan akhir fraksi-fraksi terhadap rancangan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi yang disampaikan oleh Pansus LKPJ- KDH; (2) Pimpinan DPRD, berdasarkan pemandangan akhir fraksi- fraksi, menuangkan dan mensahkan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ- KDH; 108
  • 109. Lanjutan… (3) Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH disampaikan kepada Kepala Daerah dalam Rapat Paripurna Istimewa; (4) Kepala Daerah menggunakan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi Terhadap LKPJ-KDH sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja tahun anggaran berikutnya; (5) Indikasi tentang penggunaan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH harus tercermin dalam KUA dan PPAS tahun anggaran berikutnya. 109
  • 110. BAB X PELAKSANAAN HAK DPRD Bagian Kesatu Hak Interpelasi Pasal 74 (1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a diusulkan oleh: a. paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya berjumlah 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) orang; b. paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya di atas 35 (tiga puluh lima) orang; (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pimpinan DPRD dan menjadi hak interpelasi DPRD apabila: 110
  • 111. Lanjutan… (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak interpelasi DPRD apabila mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD yang hadir. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Hak Interpelasi diatur dengan Keputusan DPRD tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan Hak Bertanya. 111
  • 112. Bagian Kedua Hak Angket Pasal 76 (1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b diusulkan oleh paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dan diajukan kepada Pimpinan DPRD; (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket DPRD apabila: a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD; b. putusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir. 112
  • 113. Lanjutan… Pasal 77 (1) DPRD memutuskan menerima atau menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1); (2) Dalam hal DPRD menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD membentuk Panitia Angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD dengan Keputusan DPRD; (3) Dalam hal DPRD menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali. 113
  • 114. Lanjutan… Pasal 78 (1) Panitia Angket dapat memanggil pejabat pemda, badan hukum, atau warga masyarakat daerah yang dianggap mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan; (2) Pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di daerah yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD, kecuali ada alasan yang sah; (3) Dalam hal pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di daerah telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPRD dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia; 114
  • 115. Lanjutan… Pasal 79 Panitia Angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Rapat Paripurna DPRD paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya Panitia Angket. Pasal 80 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Hak Angket diatur dengan Keputusan DPRD tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan Hak Bertanya. 115
  • 116. Bagian Ketiga Hak Menyatakan Pendapat Pasal 81 (1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c diusulkan oleh paling sedikit 8 (delapan) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dan diajukan kepada Pimpinan DPRD; (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan pendapat DPRD apabila: a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD; dan b. keputusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir. 116
  • 117. BAB XI PELAKSANAAN HAK ANGGOTA Bagian Kesatu Hak Imunitas Pasal 83 (1) Anggota DPRD mempunyai hak imunitas; (2) Anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPRD ataupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD; 117
  • 118. Lanjutan… (3) Anggota DPRD tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD maupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD; (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 118
  • 119. Bagian Kedua Hak Protokoler Pasal 84 5) Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak protokoler; 7) Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. 119
  • 120. Bagian Ketiga Hak Keuangan dan Administratif Pasal 85 (1) Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak keuangan dan administratif; (3) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah; (5) Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pimpinan dan anggota DPRD berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah; (4) Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD sesuai dengan Peraturan Pemerintah. 120
  • 121. BAB XIII TATA TERTIB DAN KODE ETIK Bagian Kesatu Tata Tertib Pasal 122 (2) Tata Tertib DPRD ditetapkan oleh DPRD dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan; (4) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di lingkungan internal DPRD setempat.
  • 122. 1. Pemilihan dan penetapan pimpinan; 2. Pengucapan sumpah/janji; 3. Pemberhentian dan penggantian pimpinan; 4. Penyelenggaraan sidang/rapat; 5. Pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang lembaga, serta hak dan kewajiban anggota; 6. Penggantian antar waktu anggota; 7. Pembentukan, susunan, tugas dan wewenang serta kewajiban alat-alat kelengkapan; 8. Rapat dan pembuatan keputusan; 9. Pelaksanaan konsultasi antara legislatif dan eksekutif; 10. Penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi masyarakat; 11. Penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan putusan oleh Badan Kehormatan Dewan;   12. Pengaturan protokoler dan kode etik; dan 122 13. Pelaksanaan tugas kelompok pakar/ahli.
  • 123. KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH; • PENJELASAN PASAL DEMI PASAL; • LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN MATRIKS). Catatan: Penjelasan pasal demi pasal dan Lampiran diperlukan untuk menguraikan secara rinci berbagai klausul yang membutuhkan informasi tambahan dalam rangka menghindarkan tafsir ganda. 123
  • 124. • MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota wajib menyusun Kode Etik; • Kode Etik berisi norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas lembaga; • Kode Etik juga harus memuat jenis sanksi dan mekanisme penegakan kode etik yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga; • Kode Etik yang baik adalah Kode Etik yang disusun rinci, sesuai dengan standar pelaksanaan seluruh fungsi lembaga; • Kode Etik yang rinci akan memungkinkan ditegakkannya disiplin secara obyektif dan mencegah terjadinya penetapan sanksi secara subyektif. 124