SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
Downloaden Sie, um offline zu lesen
BAB VI
                 GAYA BAHASA DALAM PENULISAN LAPORAN

        Setiap orang memiliki gaya bicara dan gaya berjalan yang tersendiri. Demikian
pula dengan gaya bahasa yang dipergunakan seorang penulis adalah tersendiri yang tidak
mungkin dapat ditiru oleh pengarang lainnya. Jika terjadi peniruan, maka peniruan itu tidak
sempurna. Oleh karena itu, tulisan yang kita hasilkan merupakan perwakilan diri kita.
Artinya citra kita, siapa diri kita, setinggi apa kemampuan kita, tercermin dari tulisan yang
kita buat.
        Menurut Arifin dan Tasai (2005), tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-
kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian
pembacanya. Pendapat ini didukung Winarto et. al. (2004) yang menyatakan bahwa gaya
bahasa adalah tata susunan kalimat yang memiliki efek terhadap pembacanya. Walaupun
kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu
tulisan tersebut memuaskan pembaca dari segi retorikanya. Kalimat akan membosankan
pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi.
Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu
konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
        Secara umum, gaya penulisan kalimat dapat divariasikan menjadi (Arifin dan Tasai,
1985; Winarto et. al., 2004):

1. Kalimat inversi
   Kalimat dimana predikat mendahului subjek. Digunakan jika subjek kalimat panjang,
   sedangkan predikat kalimat pendek. Efek yang dihasilkannya adalah kemudahan
   pemahaman kalimat.
   Contoh :
   Selanjutnya muncul persoalan baru yang tidak dapat tuntas dijawab hanya dengan
   mengandalkan intuisi.

2. Kalimat tanpa kata sambung
   Kalimat seperti ini pada umumnya menjadi ciri tulisan jurnalistik, namun tampaknya
   kini sudah menyentuh karya tulis ilmiah. Efek yang ditimbulkannya adalah
   pementingan pada ide yang disebutkan belakangan.
   Contoh :
   Menghadapi masalah itu, Pemerintah daerah berencana mengeluarkan peraturan baru.

3. Kalimat bermajas
   Tidak ada salahnya kalimat dalam karya tulis ilmiah memuat majas atau peribahasa
   sepanjang majas itu dijelaskan.
   Contoh :
   Kalimat “mata adalah jendela tubuh”, jika dimuat, perlu diiringi penjelasan mengenai
   mengapa mata disejajarkan dengan jendela pada tubuh.

4. Kalimat berpengulangan kata
   Penekanan dapat dilakukan dengan pengulangan kata, bahkan di dalam satu kalimat.
   Contoh :
   Demokrasi berarti bebas berbicara; demokrasi berarti mau mendengarkan pendapat
   orang lain; demokrasi berarti menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang wajar.

                     Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   1
5. Kalimat yang mengedepankan keterangan
   Kalimat dimana kata keterangan diletakkan di posisi awal dalam suatu kalimat.
   Contoh :
   Di tengah Sahara orang harus awas terhadap dua bahaya : ular derik, dan duri kaktus.

6. Kalimat aktif
   Kalimat dimana subjek kalimat menjadi agen (pelaku) dari perbuatan yang menjadi
   predikat kalimat.
   Contoh :
   Pemerintah menaikkan tarif angkutan kota.

7. Kalimat pasif
   Kalimaat dimana subjek kalimat menjadi penderita akibat perbuatan yang menjadi
   predikat kalimat.
   Contoh :
   Tarif angkutan kota dinaikkan oleh pemerintah.

8. Kalimat panjang

9. Kalimat pendek


        Untuk kalimat majemuk, gaya penulisan kalimatnya dapat divariasikan menjadi
(Arifin dan Tasai, 1985; Winarto et. al., 2004):

1. Kalimat yang melepas
   Kalimat yang disusun dengan diawali induk kalimat (unsur utama) dan diikuti anak
   kalimat (unsur tambahan).
   Contoh :
   Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

2. Kalimat yang berklimaks
   Kalimat yang disusun dengan diawali anak kalimat (unsur tambahan) dan diikuti induk
   kalimat (unsur utama). Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru
   membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah
   membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu
   yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang
   konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
   Contoh :
   Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.

3. Kalimat yang berimbang
   Kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran.
   Contoh                                                                          :
   Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
   beribadat dengan leluasa.



                     Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   2
Selain tercermin dalam variasi penyusunan kalimat, gaya penulisan juga tercermin
dalam pemilihan kata (diksi). Oleh karena itu kemampuan kita dalam menulis perlu
diungkapkan dengan mempergunakan pilihan kata seteliti dan secermat mungkin. Jika
kegiatan penulisan dianalogikan dengan kegiatan melukis, pemilihan kata dapat
diibaratkan sebagai proses pewarnaan pada sketsa yang sebelumnya telah dibuat. Warna
yang tepat akan menampilkan gambar lebih bagus, hidup, dan menarik. Untuk itu,
kemampuan memilih warna sangat penting bagi pelukis. Begitu pula halnya dengan
penulis, ia harus mempunyai khazanah kosakata yang memadai.
        Kesalahan atau kekurangtepatan di dalam memilih kata, dapat disebabkan oleh
banyak hal. Di antaranya dapat disebabkan oleh penguasaan kosa kata yang terbatas,
pemahaman yang tidak tepat terhadap kata-kata baru, pengaruh kesalahkaprahan
penggunaan kata yang umum terjadi, maupun oleh keinginan untuk gagah-gagahan
dengan memanfaatkan kata-kata asing dengan penerapan yang keliru. Selain itu, kesalahan
dan kekurangtepatan pemilihan kata yang sering terjadi dapat pula diakibatkan oleh
ketidaksesuaiannya dengan ragam bahasa yang dipilih.
        Anton Moeliono (1989, dalam Winarto et. al., 2004) menyatakan bahwa kosakata
dapat diperkaya dengan berbagai cara, yakni : 1) pemakaian kamus umum dan kamus
sinonim yang baik, 2) pemasukan kata baru di dalam tulisan dan pembicaraan, 3) usaha
membaca jenis tulisan sebagnyak-banyaknya, dan 4) pengetahuan macam-macam kosakata
dan penggunaannya.
        Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan dan
penggunaan kata. Beberapa hal yang harus dimiliki penulis berkaitan dengan pemilihan
dan penggunaan kata (diksi) adalah :
1. Kepekaan maknawi
   Kepekaan maknawi adalah kepekaan terhadap aspek makna pada kosakata. Dalam
   kaitannya dengan makna, kosakata dapat ditinjau berdasarkan :
    a. Makna denotatif dan makna konotatif
       Makna denotatif adalah makna lugas –merupakan makna yang merujuk pada
       sebuah acuan, benda, atau gagasan. Sedangkan makna konotatif adalah makna yang
       mendapat nilai rasa atau emotif atas dasar kesepakatan masyarakat tertentu (Saeed,
       2001, dalam Winarto et. al, 2004). Menurut Arifin dan Tasai (2005) makna
       denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya,
       sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran,
       peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu (bersifat baik atau
       jelek). Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum,
       sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
       Seorang penulis karya ilmiah akan cenderung menggunakan kata dengan makna
       denotatif daripada menggunakan kata konotatif. Jadi, sebagai penulis karya ilmiah,
       tentu saja pemahaman terhadap maslah denotatif dan konotatif merupakan syarat
       yang tidak dapat ditawar.
       Untuk meningkatkan pemahaman terhadap masalah denotatif dan konotatif, penulis
       paling tidak harus melakukan beberapa hal berikut ini. Pertama, penulis harus
       memperkaya bacaannya dengan cara menambah keragaman bacan. Dengan
       demikian, kesempatan calon penulis untuk menjumpai pemakaian kata tertentu
       dengan makna yang berbeda-beda, atau mata tertentu dalam konteks yang berbeda,
       akan jauh lebih besar. Kedua, jika menemukan pemakaian kata tertentu yang dari
       sudut makna –menurutnya- meragukan, penulis harus tidak segan membuka kamus
       untuk mencari tahu makna kata yang tepat.



                    Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   3
Berikut contoh makna denotatif dan makna konotatif :

   Konotatif                              Denotatif
   (perusuh) diamankan                    (perusuh) ditahan, ditangkap
   (harga) melambung tinggi               (harga) naik
   ajang                                  tempat
   membuahkan hasil                       berhasil

  Catatan :
  Semua idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.
  Contoh : membantingtulang, keras kepala

b. Makna umum dan makna khusus
   Kata umum (generik) adalah kata yang acuannya lebih luas, sedangkan kata yang
   acuannya lebih khusus (spesifik) disebut kata khusus.
  Contoh :
   Kata umum                                Kata khusus
   Ikan                                     Mujaer, tuna, gurame, dll.
   Bunga                                    Mawar, melati, dll.


c. Makna konkret dan abstrak
   Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindera disebut kata konkret,
   sedangkan kata yang yang tidak mudah diserap pancaindera disebut kata abstrak.
   Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
   membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika
   kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu tulisan, tulisan
   itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
  Contoh :
   Kata konkret                             Kata abstrak
   Meja, rumah, mobil, air,                 Gagasan, perdamaian
   cantik, hangat


d. Sinonim
   Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pad asasnya mempunyai makna yang
   sama tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada
   kesamaan atau kemiripan. Jaadi jelas, tidak ada kata yang maknanya benar-benar
   identik.
   Sinonim ini dapat dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pad
   tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya,
   bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan
   mengkonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa
   itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana
   yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi
   yang dihadapinya.
   Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua
   kata tersebut tidak persis sama benar. Kata-kata lain yang bersinonim ialah :
   • agung, besar, raya

               Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   4
•   mati, mangkat, wafat, meninggal, gugur
•   cahaya, sinar
•   ilmu, pengetahuan
•   penelitian, penyelidikan
•   masing-masing, tiap-tiap
•   dan lain-lain, seperti, antara lain, misalnya
•   pukul, jam
•   sesuatu, suatu
•   dari, daripada
•   pada, kepada

Tugas 1 :
Cari kata-kata yang bersinonim lainnya!

Catatan :
Walaupun dua atau lebih kata-kata bersinonim, tidak menjamin bahwa kita dapat
bebas menggunakan kata-kata tersebut dalam konteks apa saja.
Agar penulis terhindar dari kesalahan dalam penggunaan sinonim, ia dapat menguji
kata yang bersinonim dengan cara mempertukarkan dalam berbagai konteks.
Dengan demikian, penulis akan mengetahui sejauh mana kata-kata yang bersinonim
tersebut dapat saling menggantikan.

Contoh :
• Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu tidak
   selalu dapat dipertukarkan. Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung.
• Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya. Kata tiap-
   tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh
   diikuti oleh kata benda.
    Contoh :
    − Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
    − Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-
       masing.
    − Masing-masing mengemukakan keberatannya.
    − Para pemimpin negara yang hadir di Jakarta masing-masing dijaga ketat
       oleh Paspampres.

•   Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan
    lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
    Contoh :
     Bentuk yang salah                  Bentuk yang benar
     Dalam ruangan itu kita dapat • Dalam ruang itu kita dapat
     menemukan barang-barang seperti      menemukan meja, buku, bangku,
     meja, buku, bangku, dan lain-lain.   dan lain-lain.
                                        • Dalam ruang itu kita dapat
                                          menemukan           barang-barang
                                          seperti meja, buku, dan bangku.




              Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   5
•   Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul
          menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.


          Misalnya :
          − Seminar tentang kualitas yang diselenggarakan oleh Politeknik              PIKSI
             Ganesha berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 08.00 s.d.               12.00.
             (SALAH)
          − Seminar tentang kualitas yang diselenggarakan oleh Politeknik              PIKSI
             Ganesha berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 08.00 s.d.             12.00.
             (BENAR)
      •   Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak        diikuti
          oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
          Contoh :
          − Ia mencari sesuatu
          − Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.

      •   Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk
          menunjukkan asal sesuatu, baik bahan dan maupun arah. Kata daripada
          berfungsi membandingkan.
          Contoh :
          − Ia mendapat tugas dari atasannya.
          − Cincin itu terbuat dari emas.
          − Duduk lebih baik daripada berdiri.
          − Indonesia lebih luas daripada Malaysia.

2. Kepekaan bentuk
   Kepekaan bentuk berkaitan dengan masalah struktur atau gramatikal. Kepekaan bentuk
   ini penting karena berkaitan dengan penyusunan kalimat. Kepekaan bentuk meliputi
   kepekaan terhadap :

    − Pengimbuhan (afiksasi)
      Berkaitan dengan penempatan imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) yang tepat dalam
      suatu kata yang digunakan dalam suatu kalimat.
      Contoh :
      Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (SALAH)
      Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (BENAR)

      Catatan:
      Pengimbuhan berkaitan juga dengan penggunaan kata yang tidakperlu.
      Misalnya, imbuhan me-kan pada umumnya membentuk kata kerja yang diikuti oleh
      kata benda (yang mejadi objeknya). Jadi salah kaprah apabila kita menemukan
      ungkapan membicarakan tentang, mempertimbangkan terhadap, dan membahas
      mengenai.
      Untuk menghindari ketidakcermatan yang terkait dengan imbuhan seperti di atas,
      penulis karya ilmiah harus tidak segan-segan membuka kamus apabila terdapat kata
      berimbuhan yang makna dan penggunaannya mungkin kurang meyakinkan dirinya.
      Selain itu, pemahaman tata bahasa Indonesia dengan baik juga dibutuhkan agar

                   Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   6
penulis karya ilmiah makin menguasai penggunaan imbuhan dalam bahasa
   Indonesia.


  Tugas 2 :
  Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya?
  1. Kami menugaskan para informan untuk menjawab daftar pertanyaan yang kami
     berikan.
  2. Dalam angket tersebut, kami menanyakan responden tentang perilaku mereka di
     dalam masa tahanan.


− Bentuk berkaitan
  Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia, terdapat bentuk-bentuk yang saling
  berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, kata integrasi berkaitan dengan integritas
  dan integral, atau potensi berkaitan dengan potensial. Kita harus mengetahui secara
  tepat kata apa yang akan kita gunakn utuk mewakili pikiran kita.

  Tugas 3 :
  Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya?
  1. Seluruh komponen masyarakat di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon
     terintegritas dalam jaringan kerjasama antardesa.
  2. Seluruh spek potensi dalam masyarakat di daerah tersebut berkaitan dengan
     taman nasional.

   Tugas 4 :
   Coba cari arti kata berikut di Kamus Besar Bahasa Indonesia!
   − integrasi, integritas, integral
   − potensi, potensial


− Variasi bentuk pengungkapan
  Yaitu mengungkapkan sebuah gagasan dalam beberapa bentuk. Kita dapat
  menggunakan variasi yang ringkas atau yang panjang tergantung dari kebutuhan.
  Semua bentuk tersebut dapat kita gunakan sebagai usaha untuk memvariasikan
  pengungkapan.

   Contoh :
    Ungkapan panjang                            Ungkapan ringkas
    Menarik kesimpulan                          Menyimpulkan
    Menggunakan pendekatan(terhadap)            Mendekati
    Melakukan analisis (tentang)                Menganalisis
    Melakukan tinjauan kembali (terhadap)       Meninjau kembali
    Melakukan pengkajian (terhadap)             Mengkaji


− Pengacuan
  Pengacuan juga merupakan salah satu hal yang harus kita pahami dengan baik.
  Beberapa aturan dalam pengacuan adalah sebagai berikut:


                Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   7
Pengacuan pada uraian sesudahnya         Pengacuan pada uraian sebelumnya
        Ini, berikut, berikut ini, sebagai       Itu, demikian, tersebut, di atas,
        berikut, di bawah, di bawah ini.         sebelumnya.
       Tugas 5 :
       Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya?
       1. Melalui proses belajar yang dialami petani, berkembanglah pertanyaan
          pengetahuan tentang sifat-sifat serangan hama penggerek. Proses ini jelas sangat
          menguntungkan para petani.


3. Kepekaan terhadap variasi ragam bahasa
   Ragam bahasa adalah variasi pemakaian suatu bahasa secara umum tetapi tetap berpola
   pada bahasa induknya. Ragam bahasa dapat ditinjau dari segi pemakai bahasa dan
   pemakaian bahasa. Ragam bahasa berdasarkan pemakai bahasa dapat ditinjau dari segi
   daerah, pendidikan, usia dan sikap pemakai bahasa. Ragam bahasa berdasarkan daerah
   pemakai disebut dialek. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan ialah ragam bahasa yang
   penggunaannya bergantung pada tingkat dan jenis pendidikan pemakai bahasa. Ragam
   bahasa berdasarkan sikap pemakai bahasa menunjukkan sikap penutur dalam
   menghadapi lawan berbicara (status sosial atau umur yang berbeda).
   Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya dapat dibagi berdasarkan bidang
   kegiatan/mata pencaharian, gangguan pencampuran, dan sarana. Ragam bahasa
   berdasarkan bidang kegiatan, misalnya agama, ilmu danteknologi, seni dan sastra.
   Berdasarkan mata pencaharian, misalnya petani, guru, pedagang, dan militer. Bahasa
   Indonesia ragam ilmiah adalah ragam bahasa berdasarkan bidang kegiatan. Ragam
   gangguan campuran terjadi karena pengaruh bentuk dua bahasa atau lebih, isalkan
   pengaruh bahasa daerah dan bahasa asing. Ragam bahasa berdasarkan sarana ialah
   ragam lisandan ragamtulisan. Kata yang berasal dari ragam lisan tidak mungkin kita
   gunakan dalam jenis tulisan ilmiah, namun dapat dipergunakan dalam jenis tulisan yang
   lain, misalnya tulisan jurnalistik atau iklan.
  Contoh :
   Ragam lisan           Ragam tulis baku
   tergantung pada       bergantung pada
   masuk akal            logis, dapat diterima akal
   gampang               mudah
   terburu-buru          tergesa-gesa
   enteng                ringan
   kebesaran             terlalu besar
   buta                  tunanetra
   tuli                  tunarungu
   mau                   akan, hendak
   meski                 meskipun
   walau                 walaupun
   sebelumnya            sebelum itu
   sesudahnya            sesudah itu
   kenapa                mengapa

  Selain kesadaran akan perbedaan antara ragam lisan dan tulis di atas, juga harus disadari
  perbedaan antara kata yang baku dan nonbaku. Ragam baku adalah ragam penulisan

                     Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   8
yang standar, yaitu yang merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Untuk
  menghindari kesalahan dalam menggunakan kata baku dan nonbaku, kita harus selalu
  merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia apabila menjumpai kata-kata yang
  meragukan.
  Contoh :
      Kata baku          Kata nonbaku          Kata baku             Kata nonbaku
      Hakekat            Hakikat               Sintesa               Sintesis
      Konsekwensi        Konsekuensi           Formil                Formal
      Frekwensi          Frekuensi             Aktuil                Aktual
      Jadual             Jadwal                Personil              Personel
      Higinis            Higienis              Pemboman              Pengeboman
      Hirarki            Hierarki              Pengrusakan           Perusakan
      Sistim             Sistem                Prosentase            Persentase
      Merubah            Mengubah              Isteri                Istri
      Handal             Andal                 Trampil               Terampil
      Analisa            Analisis              Kuatir                Khawatir



4. Pemahaman tentang padanan kata
   Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing.
   Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bangsa
   lain, kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita juga
   memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan. Oleh sebab
   itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosakata pasti ada.
   Dalam ragam tulis ilmiah, tidak jarang kita temukan penggunaan kata-kata asing atau
   kata-kata pungut, yaitu kata yang diambil dari kata-kata asing. Sejauh kata-kata
   tersebut memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan bertujuan untuk
   memudahkan pemahaman karena pembacanya adalah kalangan terdidik yang paham
   bahasa asing, hal itu sah saja untuk dilakukan. Namun apabila sudah ada tawaran
   padanan dalam bahasa Indonesia, akan lebih baik jika kita gunakan karena dampaknya
   akan sangat positif bagi pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia.
   Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah.
   Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut
   bentuk serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada 4 macam, yaitu :
   a. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
        Contoh : bank, golf, opname

   b. Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indoensia.
      Contoh :
       Kata asing         Kata serapan
       Subject            Subjek
       Apotheek           Apotek
       Standard           Standar
       university         Universitas

   c. Kita menerjemahkan istilah-istilah asaing ke dalam bahasa Indonesia.
      Berikut ini adalah bentuk-bentuk serapan contoh kata asing yang memiliki padanan
      dalam bahasa Indonesia.

                    Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman   9
Kata asing          Kata Indonesia
        Brain storming      Curah pendapat
        Outline             Kerangka, ragangan
        Outlining           Peragangan
        Feedback            Umpan balik
        Response            Tanggapan
        Starting point      Titik tolak
        Meet the press      Jumpa pers
        Up todate           Mutakhir
        Briefing            Taklimat
        Hearing             Dengar pendapat

   d. Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya.
      Contoh : de facto, status quo, cum laude, ad hoc

    Dalam hal pemakaian kata serapan, disarankan agar penulis menggunakan kamus
    istilah yang sesuai dengan bidang kajian penulis. Misalnya kamus istilah untuk bidang
    akuntansi, dll. Jika istilah yang akan digunakn tidak ditemukan dalam kamus istilah
    tersebut, penulis dapat menyerap istilah asing tersebut dengan berpegangan pada
    Pedoman Penulisan Istilah. Buku pedoman tersebut dapat membimbing kita untuk
    mengetahui bagaimana tahap-tahap dalam penyusunan dan penulisan istilah asing.

Catatan penting :
        Menurut Winarto et. al. (2004), seorang penulis mempunyai kebebasan berkreasi
dalam menuangkan idenya : apakah ia mau menunjukkan kesan tulisan yang serius dan
berwibawa, santai, bertele-tele, langsung pada pokok sasaran, berklimaks, dan lain-lain.
Namun, seorang penulis karya ilmiah akan sadar bahwa ia seolah-olah berhadapan
langsung dengan papan catur yang lengkap dengan buah-buah caturnya. Ia bebas
memainkan buah-buah caturnya dan bermanuver, namun pergerakan buah catur itu tetap
ada di dalam skema atau pola. Artinya seorang penulis karya ilmiah dapat secara kreatif
menggunakan kalimat dengan susunan sedemikian rupa sehingga menimbulkan gaya
tertentu, selama ia memperhatikan kaidah yang disyaratkan dalam tata kalimat baku.
        Menurut Seksi Bahasa Indonesia MKDU ITB (1999), bahasa penulisan laporan
ilmiah harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Baku
   Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik
   mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga pemilihan kata/istilah, dan
   penulisan, sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku.

   Contoh :
   Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga, dan lain sebagainya, maka proyek itu
   kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. (TIDAK BAKU)
   Karena kekurangan dana, modal, dan lain-lain, pelaksanaan proyek itu terpaksa
   diserahkankepada pengusaha asing. (BAKU)

2. Logis
   Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
   diterima akal.

                    Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 10
Contoh :
   Orang yang sering menggunakan alat itu harus sering diservis supaya tidak cepat rusak.
   (TIDAK LOGIS)

   Tugas 6:
   Mengapa kalimat tersebut tidak logis?
   Bagaimana yang logisnya?

3. Kuantitatif
   Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.

   Contoh :
   Untuk menanam pohon itu diperlukan lubang yang sangat dalam.(SALAH)
   Untuk menanam pohon itu diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter. (BENAR)

4. Tepat
   Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau
   penulis dan tidak mengandung makna ganda.
   Contoh :
   Atap bangunan yang sudah rusak itu dari sirap.(TIDAK TEPAT)

   Tugas 7:
   Mengapa kalimat tersebut tidak tepat?
   Bagaimana yang tepatnya?

5. Denotatif
   Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan
   perasaan karena sifat ilmu itu objektif.

   Contoh :
   Kota-kota besar tidak pernah tidur, padat dengan pabrik-pabrik yang berjalan terus
   tanpa lelah.(SALAH)
   Di kota-kota besar, kegiatan hidup tidak pernah berhenti baik siang maupun malam.
   (BENAR)

6. Ringkas
   Ide/gagasan diungkapkan dengan kalimat-kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan,
   pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya padat.

   Contoh :
   Sebaiknya letak rumah tidak dekat dengan rawa-rawa dan sedapat mungkin letak
   rumah tidak dekat pula dengan tempat ramai sebab bila dekat dengan tempat ramai,
   kita tidak dapat beristirahat dengan baik. (TERLALU PANJANG)

   Sebaiknya, letak rumah jauh dari rawa-rawa dan dari tempat ramai agar penghuni
   rumah tersebut dapat beristirahat dengan baik.(RINGKAS)




                   Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 11
7. Runtun
   Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam
   kalimat maupun dalam alinea.

   Contoh :
   Pada masa kini kemampuan masyarakat untuk memilikki kendaraan semakin besar,
   seiring dengan majunya perautomotifan yang mengeluarkan produk kendaraannya
   dengan berbagai model dan berbagai kualitas, mereka dapat memperolehnya. Semakin
   majunya suatu produk kendaraan makin banyak memberikan kemudahan untuk
   memeliharanya. Kenyataannya para pemilik kendaraan tidak cukup memiliki
   keterampilan dan pengetahuan tentang pemeliharaan kendaraan. (TIDAK RUNTUN)

   Tugas 8:
   Mengapa kalimat tersebut tidak runtun?




                   Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 12

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Jenis jenis terjemahan
Jenis jenis terjemahanJenis jenis terjemahan
Jenis jenis terjemahanfahmi_naka
 
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')Devhy vhy
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
Kelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasKelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasroobybill
 
Tugasan sistem panggilan
Tugasan sistem panggilanTugasan sistem panggilan
Tugasan sistem panggilanHasnah Hassan
 
Arti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasaArti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasaTrisna Monalia
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaSeptiana Farikha
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraNisha Komik
 
Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi Potpotya Fitri
 
Linguistik kontektual (shabarina)
Linguistik kontektual (shabarina)Linguistik kontektual (shabarina)
Linguistik kontektual (shabarina)Watak Bulat
 

Was ist angesagt? (20)

Cempaka putih untukmu
Cempaka putih untukmuCempaka putih untukmu
Cempaka putih untukmu
 
Jenis jenis terjemahan
Jenis jenis terjemahanJenis jenis terjemahan
Jenis jenis terjemahan
 
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
KALIMAT EFEKTIF
KALIMAT EFEKTIFKALIMAT EFEKTIF
KALIMAT EFEKTIF
 
Definisi terjemahan
Definisi terjemahanDefinisi terjemahan
Definisi terjemahan
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
Kelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasKelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebas
 
Tugasan sistem panggilan
Tugasan sistem panggilanTugasan sistem panggilan
Tugasan sistem panggilan
 
Arti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasaArti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasa
 
hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 
Kohesi gramatikal 2
Kohesi gramatikal 2Kohesi gramatikal 2
Kohesi gramatikal 2
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
 
Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi
 
Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)
 
Jenis terjemahan
Jenis terjemahanJenis terjemahan
Jenis terjemahan
 
Ayat Pasif
Ayat PasifAyat Pasif
Ayat Pasif
 
Linguistik kontektual (shabarina)
Linguistik kontektual (shabarina)Linguistik kontektual (shabarina)
Linguistik kontektual (shabarina)
 

Ähnlich wie Metlit gayabahasa

Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugipipit rantika
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaashrinmasyhudi
 
Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1
Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1
Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1Aldon Samosir
 
Microsoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesiaMicrosoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesiaiFa Nyonya AriFin
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaSTMIK Sumedang
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaSTMIK Sumedang
 
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)Risa Octaviani
 
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTURTINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTURNurulbanjar1996
 
ppt kelompok 6 meteri diksi.pptx
ppt kelompok 6 meteri diksi.pptxppt kelompok 6 meteri diksi.pptx
ppt kelompok 6 meteri diksi.pptxReviRianti1
 
Tata Tulis Karya Ilmiah
Tata Tulis Karya IlmiahTata Tulis Karya Ilmiah
Tata Tulis Karya IlmiahTian Sarwoyo
 

Ähnlich wie Metlit gayabahasa (20)

Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
 
DIKSI KELOMPOK 5.pptx
DIKSI KELOMPOK 5.pptxDIKSI KELOMPOK 5.pptx
DIKSI KELOMPOK 5.pptx
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
 
Diksi dan arti
Diksi dan artiDiksi dan arti
Diksi dan arti
 
Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1
Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1
Bab 3-modul-bahasa-keimluan-edt1
 
Microsoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesiaMicrosoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif
 
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Bahan mentah
Bahan mentahBahan mentah
Bahan mentah
 
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTURTINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
ppt kelompok 6 meteri diksi.pptx
ppt kelompok 6 meteri diksi.pptxppt kelompok 6 meteri diksi.pptx
ppt kelompok 6 meteri diksi.pptx
 
Pilihan kata-diksi
Pilihan kata-diksiPilihan kata-diksi
Pilihan kata-diksi
 
Tata Tulis Karya Ilmiah
Tata Tulis Karya IlmiahTata Tulis Karya Ilmiah
Tata Tulis Karya Ilmiah
 
Tugas bindo
Tugas bindoTugas bindo
Tugas bindo
 

Mehr von Lukmanulhakim Almamalik

Promoting Green Financing Mechanisms.pdf
Promoting Green Financing Mechanisms.pdfPromoting Green Financing Mechanisms.pdf
Promoting Green Financing Mechanisms.pdfLukmanulhakim Almamalik
 
PENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN VENSIM PLE
PENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN  VENSIM PLEPENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN  VENSIM PLE
PENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN VENSIM PLELukmanulhakim Almamalik
 
Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)
Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)
Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)Lukmanulhakim Almamalik
 
Buku informasi tik.cs03.015.01 udah revisi
Buku informasi tik.cs03.015.01 udah revisiBuku informasi tik.cs03.015.01 udah revisi
Buku informasi tik.cs03.015.01 udah revisiLukmanulhakim Almamalik
 

Mehr von Lukmanulhakim Almamalik (20)

Promoting Green Financing Mechanisms.pdf
Promoting Green Financing Mechanisms.pdfPromoting Green Financing Mechanisms.pdf
Promoting Green Financing Mechanisms.pdf
 
UU_Perindustrian_No_3_2014.pdf
UU_Perindustrian_No_3_2014.pdfUU_Perindustrian_No_3_2014.pdf
UU_Perindustrian_No_3_2014.pdf
 
PENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN VENSIM PLE
PENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN  VENSIM PLEPENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN  VENSIM PLE
PENGENALAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK MENGGUNAKAN VENSIM PLE
 
Bahan kuliah ttm [compatibility mode]
Bahan kuliah ttm [compatibility mode]Bahan kuliah ttm [compatibility mode]
Bahan kuliah ttm [compatibility mode]
 
Buku systems thinking
Buku systems thinkingBuku systems thinking
Buku systems thinking
 
Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)
Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)
Buku informasi tik.cs03.012.01 (autosaved)
 
Buku informasi tik.cs03.016.01
Buku informasi tik.cs03.016.01Buku informasi tik.cs03.016.01
Buku informasi tik.cs03.016.01
 
Buku informasi tik.cs03.011.01
Buku informasi tik.cs03.011.01Buku informasi tik.cs03.011.01
Buku informasi tik.cs03.011.01
 
Tik.cs03.008.01 buku informasi
Tik.cs03.008.01 buku informasiTik.cs03.008.01 buku informasi
Tik.cs03.008.01 buku informasi
 
Tik.cs03.007.01 buku informasi
Tik.cs03.007.01 buku informasiTik.cs03.007.01 buku informasi
Tik.cs03.007.01 buku informasi
 
Tik.cs03.006.01 buku informasi
Tik.cs03.006.01 buku informasiTik.cs03.006.01 buku informasi
Tik.cs03.006.01 buku informasi
 
Tik.cs02.053.01 buku informasi
Tik.cs02.053.01 buku informasiTik.cs02.053.01 buku informasi
Tik.cs02.053.01 buku informasi
 
Buku informasi tik.cs03.015.01 udah revisi
Buku informasi tik.cs03.015.01 udah revisiBuku informasi tik.cs03.015.01 udah revisi
Buku informasi tik.cs03.015.01 udah revisi
 
Buku informasi tik.cs03.010.01
Buku informasi tik.cs03.010.01Buku informasi tik.cs03.010.01
Buku informasi tik.cs03.010.01
 
Buku informasi memperbaiki monitor
Buku informasi   memperbaiki monitorBuku informasi   memperbaiki monitor
Buku informasi memperbaiki monitor
 
Ch22
Ch22Ch22
Ch22
 
Ch21
Ch21Ch21
Ch21
 
Ch20
Ch20Ch20
Ch20
 
Ch19
Ch19Ch19
Ch19
 
Ch18
Ch18Ch18
Ch18
 

Metlit gayabahasa

  • 1. BAB VI GAYA BAHASA DALAM PENULISAN LAPORAN Setiap orang memiliki gaya bicara dan gaya berjalan yang tersendiri. Demikian pula dengan gaya bahasa yang dipergunakan seorang penulis adalah tersendiri yang tidak mungkin dapat ditiru oleh pengarang lainnya. Jika terjadi peniruan, maka peniruan itu tidak sempurna. Oleh karena itu, tulisan yang kita hasilkan merupakan perwakilan diri kita. Artinya citra kita, siapa diri kita, setinggi apa kemampuan kita, tercermin dari tulisan yang kita buat. Menurut Arifin dan Tasai (2005), tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat- kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Pendapat ini didukung Winarto et. al. (2004) yang menyatakan bahwa gaya bahasa adalah tata susunan kalimat yang memiliki efek terhadap pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan tersebut memuaskan pembaca dari segi retorikanya. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat. Secara umum, gaya penulisan kalimat dapat divariasikan menjadi (Arifin dan Tasai, 1985; Winarto et. al., 2004): 1. Kalimat inversi Kalimat dimana predikat mendahului subjek. Digunakan jika subjek kalimat panjang, sedangkan predikat kalimat pendek. Efek yang dihasilkannya adalah kemudahan pemahaman kalimat. Contoh : Selanjutnya muncul persoalan baru yang tidak dapat tuntas dijawab hanya dengan mengandalkan intuisi. 2. Kalimat tanpa kata sambung Kalimat seperti ini pada umumnya menjadi ciri tulisan jurnalistik, namun tampaknya kini sudah menyentuh karya tulis ilmiah. Efek yang ditimbulkannya adalah pementingan pada ide yang disebutkan belakangan. Contoh : Menghadapi masalah itu, Pemerintah daerah berencana mengeluarkan peraturan baru. 3. Kalimat bermajas Tidak ada salahnya kalimat dalam karya tulis ilmiah memuat majas atau peribahasa sepanjang majas itu dijelaskan. Contoh : Kalimat “mata adalah jendela tubuh”, jika dimuat, perlu diiringi penjelasan mengenai mengapa mata disejajarkan dengan jendela pada tubuh. 4. Kalimat berpengulangan kata Penekanan dapat dilakukan dengan pengulangan kata, bahkan di dalam satu kalimat. Contoh : Demokrasi berarti bebas berbicara; demokrasi berarti mau mendengarkan pendapat orang lain; demokrasi berarti menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang wajar. Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 1
  • 2. 5. Kalimat yang mengedepankan keterangan Kalimat dimana kata keterangan diletakkan di posisi awal dalam suatu kalimat. Contoh : Di tengah Sahara orang harus awas terhadap dua bahaya : ular derik, dan duri kaktus. 6. Kalimat aktif Kalimat dimana subjek kalimat menjadi agen (pelaku) dari perbuatan yang menjadi predikat kalimat. Contoh : Pemerintah menaikkan tarif angkutan kota. 7. Kalimat pasif Kalimaat dimana subjek kalimat menjadi penderita akibat perbuatan yang menjadi predikat kalimat. Contoh : Tarif angkutan kota dinaikkan oleh pemerintah. 8. Kalimat panjang 9. Kalimat pendek Untuk kalimat majemuk, gaya penulisan kalimatnya dapat divariasikan menjadi (Arifin dan Tasai, 1985; Winarto et. al., 2004): 1. Kalimat yang melepas Kalimat yang disusun dengan diawali induk kalimat (unsur utama) dan diikuti anak kalimat (unsur tambahan). Contoh : Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana. 2. Kalimat yang berklimaks Kalimat yang disusun dengan diawali anak kalimat (unsur tambahan) dan diikuti induk kalimat (unsur utama). Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan. Contoh : Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya. 3. Kalimat yang berimbang Kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran. Contoh : Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa. Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 2
  • 3. Selain tercermin dalam variasi penyusunan kalimat, gaya penulisan juga tercermin dalam pemilihan kata (diksi). Oleh karena itu kemampuan kita dalam menulis perlu diungkapkan dengan mempergunakan pilihan kata seteliti dan secermat mungkin. Jika kegiatan penulisan dianalogikan dengan kegiatan melukis, pemilihan kata dapat diibaratkan sebagai proses pewarnaan pada sketsa yang sebelumnya telah dibuat. Warna yang tepat akan menampilkan gambar lebih bagus, hidup, dan menarik. Untuk itu, kemampuan memilih warna sangat penting bagi pelukis. Begitu pula halnya dengan penulis, ia harus mempunyai khazanah kosakata yang memadai. Kesalahan atau kekurangtepatan di dalam memilih kata, dapat disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya dapat disebabkan oleh penguasaan kosa kata yang terbatas, pemahaman yang tidak tepat terhadap kata-kata baru, pengaruh kesalahkaprahan penggunaan kata yang umum terjadi, maupun oleh keinginan untuk gagah-gagahan dengan memanfaatkan kata-kata asing dengan penerapan yang keliru. Selain itu, kesalahan dan kekurangtepatan pemilihan kata yang sering terjadi dapat pula diakibatkan oleh ketidaksesuaiannya dengan ragam bahasa yang dipilih. Anton Moeliono (1989, dalam Winarto et. al., 2004) menyatakan bahwa kosakata dapat diperkaya dengan berbagai cara, yakni : 1) pemakaian kamus umum dan kamus sinonim yang baik, 2) pemasukan kata baru di dalam tulisan dan pembicaraan, 3) usaha membaca jenis tulisan sebagnyak-banyaknya, dan 4) pengetahuan macam-macam kosakata dan penggunaannya. Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata. Beberapa hal yang harus dimiliki penulis berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata (diksi) adalah : 1. Kepekaan maknawi Kepekaan maknawi adalah kepekaan terhadap aspek makna pada kosakata. Dalam kaitannya dengan makna, kosakata dapat ditinjau berdasarkan : a. Makna denotatif dan makna konotatif Makna denotatif adalah makna lugas –merupakan makna yang merujuk pada sebuah acuan, benda, atau gagasan. Sedangkan makna konotatif adalah makna yang mendapat nilai rasa atau emotif atas dasar kesepakatan masyarakat tertentu (Saeed, 2001, dalam Winarto et. al, 2004). Menurut Arifin dan Tasai (2005) makna denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu (bersifat baik atau jelek). Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Seorang penulis karya ilmiah akan cenderung menggunakan kata dengan makna denotatif daripada menggunakan kata konotatif. Jadi, sebagai penulis karya ilmiah, tentu saja pemahaman terhadap maslah denotatif dan konotatif merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap masalah denotatif dan konotatif, penulis paling tidak harus melakukan beberapa hal berikut ini. Pertama, penulis harus memperkaya bacaannya dengan cara menambah keragaman bacan. Dengan demikian, kesempatan calon penulis untuk menjumpai pemakaian kata tertentu dengan makna yang berbeda-beda, atau mata tertentu dalam konteks yang berbeda, akan jauh lebih besar. Kedua, jika menemukan pemakaian kata tertentu yang dari sudut makna –menurutnya- meragukan, penulis harus tidak segan membuka kamus untuk mencari tahu makna kata yang tepat. Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 3
  • 4. Berikut contoh makna denotatif dan makna konotatif : Konotatif Denotatif (perusuh) diamankan (perusuh) ditahan, ditangkap (harga) melambung tinggi (harga) naik ajang tempat membuahkan hasil berhasil Catatan : Semua idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Contoh : membantingtulang, keras kepala b. Makna umum dan makna khusus Kata umum (generik) adalah kata yang acuannya lebih luas, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus (spesifik) disebut kata khusus. Contoh : Kata umum Kata khusus Ikan Mujaer, tuna, gurame, dll. Bunga Mawar, melati, dll. c. Makna konkret dan abstrak Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindera disebut kata konkret, sedangkan kata yang yang tidak mudah diserap pancaindera disebut kata abstrak. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu tulisan, tulisan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat. Contoh : Kata konkret Kata abstrak Meja, rumah, mobil, air, Gagasan, perdamaian cantik, hangat d. Sinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pad asasnya mempunyai makna yang sama tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Jaadi jelas, tidak ada kata yang maknanya benar-benar identik. Sinonim ini dapat dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pad tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya, bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengkonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya. Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kata-kata lain yang bersinonim ialah : • agung, besar, raya Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 4
  • 5. mati, mangkat, wafat, meninggal, gugur • cahaya, sinar • ilmu, pengetahuan • penelitian, penyelidikan • masing-masing, tiap-tiap • dan lain-lain, seperti, antara lain, misalnya • pukul, jam • sesuatu, suatu • dari, daripada • pada, kepada Tugas 1 : Cari kata-kata yang bersinonim lainnya! Catatan : Walaupun dua atau lebih kata-kata bersinonim, tidak menjamin bahwa kita dapat bebas menggunakan kata-kata tersebut dalam konteks apa saja. Agar penulis terhindar dari kesalahan dalam penggunaan sinonim, ia dapat menguji kata yang bersinonim dengan cara mempertukarkan dalam berbagai konteks. Dengan demikian, penulis akan mengetahui sejauh mana kata-kata yang bersinonim tersebut dapat saling menggantikan. Contoh : • Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu tidak selalu dapat dipertukarkan. Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung. • Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya. Kata tiap- tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda. Contoh : − Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang. − Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing- masing. − Masing-masing mengemukakan keberatannya. − Para pemimpin negara yang hadir di Jakarta masing-masing dijaga ketat oleh Paspampres. • Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya. Contoh : Bentuk yang salah Bentuk yang benar Dalam ruangan itu kita dapat • Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti menemukan meja, buku, bangku, meja, buku, bangku, dan lain-lain. dan lain-lain. • Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, dan bangku. Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 5
  • 6. Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu. Misalnya : − Seminar tentang kualitas yang diselenggarakan oleh Politeknik PIKSI Ganesha berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 08.00 s.d. 12.00. (SALAH) − Seminar tentang kualitas yang diselenggarakan oleh Politeknik PIKSI Ganesha berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 08.00 s.d. 12.00. (BENAR) • Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda. Contoh : − Ia mencari sesuatu − Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri. • Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan dan maupun arah. Kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh : − Ia mendapat tugas dari atasannya. − Cincin itu terbuat dari emas. − Duduk lebih baik daripada berdiri. − Indonesia lebih luas daripada Malaysia. 2. Kepekaan bentuk Kepekaan bentuk berkaitan dengan masalah struktur atau gramatikal. Kepekaan bentuk ini penting karena berkaitan dengan penyusunan kalimat. Kepekaan bentuk meliputi kepekaan terhadap : − Pengimbuhan (afiksasi) Berkaitan dengan penempatan imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) yang tepat dalam suatu kata yang digunakan dalam suatu kalimat. Contoh : Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (SALAH) Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (BENAR) Catatan: Pengimbuhan berkaitan juga dengan penggunaan kata yang tidakperlu. Misalnya, imbuhan me-kan pada umumnya membentuk kata kerja yang diikuti oleh kata benda (yang mejadi objeknya). Jadi salah kaprah apabila kita menemukan ungkapan membicarakan tentang, mempertimbangkan terhadap, dan membahas mengenai. Untuk menghindari ketidakcermatan yang terkait dengan imbuhan seperti di atas, penulis karya ilmiah harus tidak segan-segan membuka kamus apabila terdapat kata berimbuhan yang makna dan penggunaannya mungkin kurang meyakinkan dirinya. Selain itu, pemahaman tata bahasa Indonesia dengan baik juga dibutuhkan agar Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 6
  • 7. penulis karya ilmiah makin menguasai penggunaan imbuhan dalam bahasa Indonesia. Tugas 2 : Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya? 1. Kami menugaskan para informan untuk menjawab daftar pertanyaan yang kami berikan. 2. Dalam angket tersebut, kami menanyakan responden tentang perilaku mereka di dalam masa tahanan. − Bentuk berkaitan Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia, terdapat bentuk-bentuk yang saling berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, kata integrasi berkaitan dengan integritas dan integral, atau potensi berkaitan dengan potensial. Kita harus mengetahui secara tepat kata apa yang akan kita gunakn utuk mewakili pikiran kita. Tugas 3 : Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya? 1. Seluruh komponen masyarakat di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon terintegritas dalam jaringan kerjasama antardesa. 2. Seluruh spek potensi dalam masyarakat di daerah tersebut berkaitan dengan taman nasional. Tugas 4 : Coba cari arti kata berikut di Kamus Besar Bahasa Indonesia! − integrasi, integritas, integral − potensi, potensial − Variasi bentuk pengungkapan Yaitu mengungkapkan sebuah gagasan dalam beberapa bentuk. Kita dapat menggunakan variasi yang ringkas atau yang panjang tergantung dari kebutuhan. Semua bentuk tersebut dapat kita gunakan sebagai usaha untuk memvariasikan pengungkapan. Contoh : Ungkapan panjang Ungkapan ringkas Menarik kesimpulan Menyimpulkan Menggunakan pendekatan(terhadap) Mendekati Melakukan analisis (tentang) Menganalisis Melakukan tinjauan kembali (terhadap) Meninjau kembali Melakukan pengkajian (terhadap) Mengkaji − Pengacuan Pengacuan juga merupakan salah satu hal yang harus kita pahami dengan baik. Beberapa aturan dalam pengacuan adalah sebagai berikut: Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 7
  • 8. Pengacuan pada uraian sesudahnya Pengacuan pada uraian sebelumnya Ini, berikut, berikut ini, sebagai Itu, demikian, tersebut, di atas, berikut, di bawah, di bawah ini. sebelumnya. Tugas 5 : Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya? 1. Melalui proses belajar yang dialami petani, berkembanglah pertanyaan pengetahuan tentang sifat-sifat serangan hama penggerek. Proses ini jelas sangat menguntungkan para petani. 3. Kepekaan terhadap variasi ragam bahasa Ragam bahasa adalah variasi pemakaian suatu bahasa secara umum tetapi tetap berpola pada bahasa induknya. Ragam bahasa dapat ditinjau dari segi pemakai bahasa dan pemakaian bahasa. Ragam bahasa berdasarkan pemakai bahasa dapat ditinjau dari segi daerah, pendidikan, usia dan sikap pemakai bahasa. Ragam bahasa berdasarkan daerah pemakai disebut dialek. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan ialah ragam bahasa yang penggunaannya bergantung pada tingkat dan jenis pendidikan pemakai bahasa. Ragam bahasa berdasarkan sikap pemakai bahasa menunjukkan sikap penutur dalam menghadapi lawan berbicara (status sosial atau umur yang berbeda). Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya dapat dibagi berdasarkan bidang kegiatan/mata pencaharian, gangguan pencampuran, dan sarana. Ragam bahasa berdasarkan bidang kegiatan, misalnya agama, ilmu danteknologi, seni dan sastra. Berdasarkan mata pencaharian, misalnya petani, guru, pedagang, dan militer. Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah ragam bahasa berdasarkan bidang kegiatan. Ragam gangguan campuran terjadi karena pengaruh bentuk dua bahasa atau lebih, isalkan pengaruh bahasa daerah dan bahasa asing. Ragam bahasa berdasarkan sarana ialah ragam lisandan ragamtulisan. Kata yang berasal dari ragam lisan tidak mungkin kita gunakan dalam jenis tulisan ilmiah, namun dapat dipergunakan dalam jenis tulisan yang lain, misalnya tulisan jurnalistik atau iklan. Contoh : Ragam lisan Ragam tulis baku tergantung pada bergantung pada masuk akal logis, dapat diterima akal gampang mudah terburu-buru tergesa-gesa enteng ringan kebesaran terlalu besar buta tunanetra tuli tunarungu mau akan, hendak meski meskipun walau walaupun sebelumnya sebelum itu sesudahnya sesudah itu kenapa mengapa Selain kesadaran akan perbedaan antara ragam lisan dan tulis di atas, juga harus disadari perbedaan antara kata yang baku dan nonbaku. Ragam baku adalah ragam penulisan Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 8
  • 9. yang standar, yaitu yang merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Untuk menghindari kesalahan dalam menggunakan kata baku dan nonbaku, kita harus selalu merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia apabila menjumpai kata-kata yang meragukan. Contoh : Kata baku Kata nonbaku Kata baku Kata nonbaku Hakekat Hakikat Sintesa Sintesis Konsekwensi Konsekuensi Formil Formal Frekwensi Frekuensi Aktuil Aktual Jadual Jadwal Personil Personel Higinis Higienis Pemboman Pengeboman Hirarki Hierarki Pengrusakan Perusakan Sistim Sistem Prosentase Persentase Merubah Mengubah Isteri Istri Handal Andal Trampil Terampil Analisa Analisis Kuatir Khawatir 4. Pemahaman tentang padanan kata Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bangsa lain, kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita juga memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan. Oleh sebab itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Dalam ragam tulis ilmiah, tidak jarang kita temukan penggunaan kata-kata asing atau kata-kata pungut, yaitu kata yang diambil dari kata-kata asing. Sejauh kata-kata tersebut memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan bertujuan untuk memudahkan pemahaman karena pembacanya adalah kalangan terdidik yang paham bahasa asing, hal itu sah saja untuk dilakukan. Namun apabila sudah ada tawaran padanan dalam bahasa Indonesia, akan lebih baik jika kita gunakan karena dampaknya akan sangat positif bagi pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia. Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada 4 macam, yaitu : a. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh : bank, golf, opname b. Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indoensia. Contoh : Kata asing Kata serapan Subject Subjek Apotheek Apotek Standard Standar university Universitas c. Kita menerjemahkan istilah-istilah asaing ke dalam bahasa Indonesia. Berikut ini adalah bentuk-bentuk serapan contoh kata asing yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 9
  • 10. Kata asing Kata Indonesia Brain storming Curah pendapat Outline Kerangka, ragangan Outlining Peragangan Feedback Umpan balik Response Tanggapan Starting point Titik tolak Meet the press Jumpa pers Up todate Mutakhir Briefing Taklimat Hearing Dengar pendapat d. Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Contoh : de facto, status quo, cum laude, ad hoc Dalam hal pemakaian kata serapan, disarankan agar penulis menggunakan kamus istilah yang sesuai dengan bidang kajian penulis. Misalnya kamus istilah untuk bidang akuntansi, dll. Jika istilah yang akan digunakn tidak ditemukan dalam kamus istilah tersebut, penulis dapat menyerap istilah asing tersebut dengan berpegangan pada Pedoman Penulisan Istilah. Buku pedoman tersebut dapat membimbing kita untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap dalam penyusunan dan penulisan istilah asing. Catatan penting : Menurut Winarto et. al. (2004), seorang penulis mempunyai kebebasan berkreasi dalam menuangkan idenya : apakah ia mau menunjukkan kesan tulisan yang serius dan berwibawa, santai, bertele-tele, langsung pada pokok sasaran, berklimaks, dan lain-lain. Namun, seorang penulis karya ilmiah akan sadar bahwa ia seolah-olah berhadapan langsung dengan papan catur yang lengkap dengan buah-buah caturnya. Ia bebas memainkan buah-buah caturnya dan bermanuver, namun pergerakan buah catur itu tetap ada di dalam skema atau pola. Artinya seorang penulis karya ilmiah dapat secara kreatif menggunakan kalimat dengan susunan sedemikian rupa sehingga menimbulkan gaya tertentu, selama ia memperhatikan kaidah yang disyaratkan dalam tata kalimat baku. Menurut Seksi Bahasa Indonesia MKDU ITB (1999), bahasa penulisan laporan ilmiah harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Baku Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga pemilihan kata/istilah, dan penulisan, sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku. Contoh : Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga, dan lain sebagainya, maka proyek itu kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. (TIDAK BAKU) Karena kekurangan dana, modal, dan lain-lain, pelaksanaan proyek itu terpaksa diserahkankepada pengusaha asing. (BAKU) 2. Logis Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 10
  • 11. Contoh : Orang yang sering menggunakan alat itu harus sering diservis supaya tidak cepat rusak. (TIDAK LOGIS) Tugas 6: Mengapa kalimat tersebut tidak logis? Bagaimana yang logisnya? 3. Kuantitatif Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Contoh : Untuk menanam pohon itu diperlukan lubang yang sangat dalam.(SALAH) Untuk menanam pohon itu diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter. (BENAR) 4. Tepat Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh : Atap bangunan yang sudah rusak itu dari sirap.(TIDAK TEPAT) Tugas 7: Mengapa kalimat tersebut tidak tepat? Bagaimana yang tepatnya? 5. Denotatif Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif. Contoh : Kota-kota besar tidak pernah tidur, padat dengan pabrik-pabrik yang berjalan terus tanpa lelah.(SALAH) Di kota-kota besar, kegiatan hidup tidak pernah berhenti baik siang maupun malam. (BENAR) 6. Ringkas Ide/gagasan diungkapkan dengan kalimat-kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya padat. Contoh : Sebaiknya letak rumah tidak dekat dengan rawa-rawa dan sedapat mungkin letak rumah tidak dekat pula dengan tempat ramai sebab bila dekat dengan tempat ramai, kita tidak dapat beristirahat dengan baik. (TERLALU PANJANG) Sebaiknya, letak rumah jauh dari rawa-rawa dan dari tempat ramai agar penghuni rumah tersebut dapat beristirahat dengan baik.(RINGKAS) Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 11
  • 12. 7. Runtun Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam alinea. Contoh : Pada masa kini kemampuan masyarakat untuk memilikki kendaraan semakin besar, seiring dengan majunya perautomotifan yang mengeluarkan produk kendaraannya dengan berbagai model dan berbagai kualitas, mereka dapat memperolehnya. Semakin majunya suatu produk kendaraan makin banyak memberikan kemudahan untuk memeliharanya. Kenyataannya para pemilik kendaraan tidak cukup memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang pemeliharaan kendaraan. (TIDAK RUNTUN) Tugas 8: Mengapa kalimat tersebut tidak runtun? Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 12