SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 39
PERJANJIAN
BAGI HASIL PETERNAKAN
DI KELOMPOKTERNAK SAPI “ANDHINI RAHAYU”
PEDUKUHAN BETAKAN DESASUMBERRAHAYU
KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN
12.2011
BAB I PENDAHULUAN
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
1. Penelitian Yudiris Normatif
2. Penelitian Yuridis Empiris
B. Sumber Data
1. Data Sekunder
2. Data Primer
a.
b.
c.
C. Teknik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif,
yaitu mengambil data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti sehingga dapat diuraikan secara deskriptif, kualitatif, dan
komprehensif, yaitu menggambarkan kenyataan yang berlaku dan masih
ada kaitannya dengan aspek-aspek hukum yang berlaku..
Responden
Lokasi
Teknik Pengambilan Data
METODE PENELITIAN
NEXT
Lokasi Penelitian
 Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Sapi “Andhini
Rahayu” Pedukuhan Betakan Desa Sumberrahayu
Kecamatan Moyudan Kabuptaen Sleman.
 Pedukuhan Betakan merupakan dusun yang berbatasan
dengan persawahan di sebelah timur dan utara; di sebelah
barat berbatasan dengan sungai, dan selatan berbatasan dgn
dusun tetangga. Mayoritas di sekitar lokasi adalah berupa
persawahan.
back
RESPONDEN/
NARASUMBER
# narasumber 1 :
Bp. Basuki Hadi Prayitno
-Kepala Pedukuhan Betakan
-pemilik sapi
-pemilik modal
# narasumber 2:
Bp. Ponirin
-pemilik sapi
# narasumber 3:
Ibu Ngatiyem
-pemilik sapi
back
Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan studi
kepustakaan.
Wawancara
di Kandang sapi Kelompok Ternak “Andhini Rahayu” di Pedukuhan Betakan Desa
Sumberrahayu Kecamatan Moyudan pada hari Sabtu, 10 Desember 2011
di Rumah narasumber:
# narasumber 1 : Kamis, 8/12/2011 dan Sabtu, 10/12/2011
# narasumber 2 : Rabu, 7/12/2011
# narasumber 3 : Ahad, 11/12/2011
Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari literatur-literatur dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
back
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN
Grafik Perbandingan Jumlah Anggota Kelompok dan Penggadhuh Sapi
21
25
Anggota KelompokTernak "Andhini Rahayu"
Penggadhuh
Lanjutan…
 Perjanjian Bagi Hasil Peternakan menurut
Hukum Perjanjian Adat
Sistem bagi hasil yang umum diterapkan selama ini adalah 50%
untuk penyedia bibit ternak dan 50% untuk pemelihara. Karena itu,
di kalangan masyarakat pedesaan dikenal istilah paroan/gadhuh,
yaitu penyedia bibit ternak dan pemelihara masing-masing
mendapatkan bagian separuh dari anak yang nanti dihasilkan.
Karena sistem bagi hasil ini sudah sangat umum berlaku dan sudah
sejak lama diterapkan dalam setiap usaha bagi hasil peternakan
sapi, masyarakat beranggapan bahwa setiap usaha bagi hasil
peternakan sapi harus menggunakan pola 50%-50%.
Peternakan atas dasar bagi-hasil ialah
penyerahan ternak sebagai amanat, yang
dititipkan oleh pemilik ternak kepada orang
lain, untuk dipelihara baik-baik, diternakkan,
dengan perjanjian bahwa dalam waktu tertentu
titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak
keturunannya atau dalam bentuk lain yang
disetujui oleh kedua pihak. (Hilman Hadikusuma, 2001:155)
Lanjutan…
Di beberapa daerah, seperti Nusa Tenggara dan
Madura serta sebagian kecil kawasan pedesaan di Jawa
kepemilikan jumlah sapi menentukan status sosial yang
bersangkutan mengingat harga sapi yang relatif tinggi.
Selain itu, setiap daerah memiliki budaya ternak sendiri.
Misalnya budaya Timor Tengah Selatan dalam hal
pemeliharaan ternak, umumnya penduduk masih
memiliki kecendrungan untuk melepas saja hewan-
hewan ternak peliharaan mereka di padang rumput pada
siang hari. Begitu pula di Maluku, bidang peternakan
belum menjadi sebuah bidang yang ditekuni oleh
masyarakat. Yang ada hanya peternakan-peternakan
biasa tanpa adanya suatu sistem tertentu. Pada umumnya
jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara, diantaranya
adalah kambing, ayam dan itik. Hewan-hewan ini
dibiarkan bebas berkeliaran tanpa kandang.
Lanjutan…
Di Lampung, pemeliharaan dengan sistem “kerbau
lepas” (Lampung: kibau padangan), di mana kerbau-kerbau
itu tidak digembala tetapi dilepas bebas di padang ilalang
rawa-rawa terbuka dengan sistem “kandang tahunan”. Pada
waktu pengandangan tahunan itu pemilik kerbau bersama
pembantu-pembantunya melakukan pemberian “tanda milik”
terhadap anak-anak kerbau yang sudah besar dengan “cap
besi” yang dipanaskan pada badan-badan kerbau itu, dan atau
melakukan “ngejarung”, yaitu menusuk lubang hidung
kerbau dan dan diberi tali. Hubungan kerja antara pemilik
kerbau dan pemelihara (penggembala) berlaku atas dasar
bagi hasil, atau bagi anak, atau bagi laba dari hasil penjualan
ternak itu. Untuk pekerjaan mengawasi, menggiring ke
kandang dan memberi tanda milik tersebut, para pemilik
kerbau member balas jasa kepada para pembantunya dengan
sejumlah uang sebagai tanda terima kasih atau dengan sistem
bagi hasil (bagi ternak) bagi para tenaga pembantu yang
tetap. Begitu pula apabila ada kerbau yang disembelih untuk
dijual dagingnya diadakan pembagian labanya.
Lanjutan…
Lanjutan…
Lanjutan…
Lanjutan…
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan,
peternakan atas dasar bagi-hasil ialah penyerahan
ternak sebagai amanat, yang dititipkan oleh pemilik
ternak kepada orang lain, untuk dipelihara baik-baik,
diternakkan, dengan perjanjian bahwa dalam waktu
tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa
ternak keturunannya atau dalam bentuk lain yang
disetujui oleh kedua pihak.
Selanjutnya disebutkan bahwa ternak sebagai
titipan itu tidak boleh kurang dari lima tahun untuk
ternak besar, bagi ternak kecil jangka waktunya
dapat diperpendek. Jika ternak titipan dengan bagi
hasil tersebut dikembalikan, maka yang harus
diberikan adalah jumlah pokok semula ditambah
sepertiga dari keturunan ternak semula.
Perjanjian bagi hasil peternakan di lokasi penelitian telah dilakukan
warga sejak lama.
Ada 3 pola yang diterapkan dalam sistem pembagian hasil di peternakan
ini, yaitu :
1. Gadhuh dengan pembagian hasil 50 % - 50%.
2. Gadhuh sapi milik pemerintah.
3. Gadhuh dengan kebijakan Kepala Pedukuhan.
1.Gadhuhdenganpembagianhasil50%-50%darihasil
keuntungan.
Pola ini dilakukan antara pemilik modal yang merupakan warga
biasa/umum pemilik sapi dengan warga lain yang akan memelihara
sapinya.Yakni, pemelihara memelihara sapi milik pemilik.
Kewajiban Pemelihara:
Pemelihara menanggung seluruh pakan (Hijauan Makan Ternak dan
konsentrat), pengobatan, dan kandang. Pemelihara merawat sapi.
Kalau untuk penggemukan, digunakan sapi jantan. Lama waktunya 4
bulan. Setelah 4 bulan, sapi itu dijual. Untung dari hasil penjualan dibagi
dua sama banyak. Misal: sapi awal harganya Rp5.000.000,00 kemudian
dipelihara oleh penggadhuh selama 4 bulan. Setelah 4 bulan, sapi itu dijual
dan laku seharga Rp8.000.000,00. Maka pemelihara harus
mengembalikan modal awal, yakni harga sapi Rp5.000.000,00, sedangkan
untungnya yakni Rp3.000.000,00 dibagi dua sama banyak, yaitu masing-
masing mendapat Rp1.500.000,00. Sedangkan untuk sapi betina, anak
yang dihasilkan dijual. Anak sapi dijual kalu sudah berumur 4 s/d 5 bulan.
Hasil penjualan anak itu dibagi dua sama banyak untuk masing-masing
pemelihara dan pemilik sapi. Tidak ada batas waktu untuk bagi hasil sapi
betina. Lama waktu diserahkan sesuka pemelihara.
2. Gadhuhsapimilikpemerintah
3. Gadhuhdengankebijakan KepalaPedukuhan.
Lanjutan…
Perputaran uang bagi anggota kelompok terjadi ketika
menjelang Hari Raya Qurban. Pada bulan-bulan biasa tidak
terlalu banyak transaksi jual beli sapi.
Jenis sapi yang dibudidayakan di peternakan sapi
“Andhini Rahayu” ada empat jenis, yaitu sapi PO
(Peranakan Ongole), Lemosin, Simetal, dan jenis Brahman.
Saat penelitian dilakukan, mayoritas anggota kelompok
ternak memelihara sapi betina sebab diutamakan untuk
memperbanyak jumlah (perkembangbiakan) sapi. Barulah
ketika 4 bulan menjelang Quran, didatangkan sapi-sapi
jantan untuk digemukkan.
Jumlah sapi ketika sebelum Hari Raya Idhul Adha
kemarin ada 129 ekor. Pada saat penelitian jumlahnya ada
90-an ekor sapi. Masa birahi sapi selama 20 hari. Selisih
birahi setelah melahirkan biasanya 4 bulan. Jadi, sapi
umumnya dapat bunting dua kali dalam 3 tahun. Itu berarti
pembagian hasil dapat dilakukan 2 kali dalam 3 tahun.
Lanjutan…
Di Pedukuhan Betakan, karakteristik hukum adat masih ada
dalam usaha peternakan sapi, yakni :
-karakteristik religio-magis dengan selalu mengadakan brokohan
untuk anak sapi yang telah lahir;
-transaksi jual-beli sapi dilakukan secara contant (tunai), ada
uang ada barang, sebab untuk menghindari terulangnya tindak
penipuan yang pernah terjadi sehingga merugikan pemilik sapi.
Karakteristik konkret (visual) dengan menggunakan panjer
sudah jarang dilakukan. Kalaupun dilakukan, maksud panjer
tersebut bukan merupakan uang atau barang di luar harga, akan
tetapi diambilkan dari harga sapi. Dalam jual beli sapi tidak
diperlukan saksi. Sebab semuanya dilakukan atas dasar rasa
saling percaya. Ketika pemelihara (penggadhuh sapi) akan
menjual anak sapi hasil gadhuhannya, biasanya si pemilik modal
(pemilik sapi) juga ada di tempat bersama penjual (penggadhuh)
dan pembeli (bakul). Meskipun yang saling tawar-menawar
hanya penggadhuh dan bakul, akan tetapi mereka sama-sama
tahu.
PelaksanaanUUNomor6Tahun1967tentangKetentuan-
ketentuanPokokPeternakandanKesehatanHewandilokasi
penelitian
Warga pemelihara sapi di lokasi penelitian
tidak mengetahui adanya UU tersebut. Dalam
melaksanakan perjanjian bagi hasil warga tidak
berpedoman kepada UU tersebut, tetapi
melaksanaakan sesuai kebiasaan masyarakat.
Selain itu, pembagian hasilnya bukan
sejumlah harga pokok ditambah sepertiga (Pasal 17
ayat (2) UU 6/1967). Dan tidak ada batas waktu
pemeliharaan oleh penggadhuh sapi (yang ada
hanya untuk sapi pemerintah). Penggadhuh boleh
memelihara sampai kapanpun ia mau. Semua
didasari rasa saling percaya dan sifat kebersamaan
antar warga dalam bagi hasil sapi.
BAB IV PENUTUP
Jadi, perjanjian bagi hasil peternakan ialah kesepakatan antara
pemilik modal (pemilik sapi) dengan pengelola (pemelihara) untuk
merawat sapi dan membagi besar keuntungan dari penjualan sapi
sesuai kesepakatan bersama.
Ada 3 (tiga) pola yang diterapkan dalam sistem pembagian hasil
di peternakan “Andhini Rahayu” Pedukuhan Betakan, yaitu:
1. Gadhuh dengan pembagian hasil 50 % : 50% dari hasil keuntungan.
2. Gadhuh sapi milik pemerintah, yaitu pemerintah melalui
programnya memberikan bantuan sapi yang sudah bunting kepada
para pengusul pemelihara untuk dirawat secara bergiliran. Anak
yang dihasilkan menjadi milik pemelihara.
3. Gadhuh dengan kebijakan Kepala Pedukuhan, yakni 40% (utk Pak
Dukuh) dan 60% untuk pemelihara.
UU No 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan tidak semuanya dilaksanakan
warga Kelompok Ternak Sapi “Andhini Rahayu” karena pembagian
hasilnya bukan sejumlah harga pokok ditambah sepertiga. Selain itu,
tidak ada batas waktu pe,meliharaan oleh penggadhuh sapi. Semua
didasari rasa saling percaya dan sifat kebersamaan antar warga
dalam penggadhuhan sapi.
1.Sebaiknya pemerintah terus memberikan
bimbingan dan segala bantuan agar
masyarakat desa lebih maju.
2.Seharusnya aparat pemerintahan tidak
bermain politik dalam urusan
kesejahteraan masyarakat.
3.Rakyat kecil harus dibantu untuk
diringankan beban hidupnya, bukan
untuk diperas dengan pembayaran bagi
hasil yang tidak rasional sebab ada
ketidakseimbangan beban yang
ditanggung.
Hadikusuma, Hilman. 1982. Hukum Perjanjian Adat. Bandung: Penerbit
Alumni.
Hadikusuma, Hilman. 2001. Hukum Perekonomian Adat Indonesia. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
http://ebudikurniawan.blogspot.com/2010/11/nilai-ekonomis-budidaya-
sapi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Peternakan diunduh Ahad, 11 Desember 2011
jam 15:37 WIB
Sudiyat, Iman. 2010. Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
UU RI Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan
dan Kesehatan Hewan.
DAFTAR PUSTAKA
..Nyuwun pangapunten menawi wonten
keladuking atur lan wonten ingkang dereng
leres..
Matur nuwun….!
“Negara yang kaya dengan ternak tidak akan pemah
miskin, dan negara yang miskin dengan ternak tidak
akan pernah kaya “
(Campbell dan Lasley, 1985)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
NOPIAN ANDUSTI, S.E.,M.T
 
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
M. Adli
 

Was ist angesagt? (20)

Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
Bentuk keputusan dan petikan keputusan kepala desa tentang pengangkatan dan p...
 
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
 
3 sk. pembentukan tim siaga bencana
3 sk. pembentukan tim siaga bencana3 sk. pembentukan tim siaga bencana
3 sk. pembentukan tim siaga bencana
 
Rkp perubahan Desa Harapan jaya
Rkp perubahan Desa Harapan jayaRkp perubahan Desa Harapan jaya
Rkp perubahan Desa Harapan jaya
 
Surat rekom pemberhentian
Surat rekom pemberhentianSurat rekom pemberhentian
Surat rekom pemberhentian
 
Sk kelompok tani
Sk kelompok taniSk kelompok tani
Sk kelompok tani
 
00. dokumen rpjm desa tokelan
00. dokumen rpjm desa tokelan00. dokumen rpjm desa tokelan
00. dokumen rpjm desa tokelan
 
Model Perda Pengendalian Kawasan Kumuh
Model Perda Pengendalian Kawasan KumuhModel Perda Pengendalian Kawasan Kumuh
Model Perda Pengendalian Kawasan Kumuh
 
Pokok Pikiran PP dan Peraturan menteri Tentang BUMDesa
Pokok Pikiran PP dan Peraturan menteri Tentang BUMDesaPokok Pikiran PP dan Peraturan menteri Tentang BUMDesa
Pokok Pikiran PP dan Peraturan menteri Tentang BUMDesa
 
1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx
1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx
1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx
 
Berita acara-musyawarah-desa-rkp des
Berita acara-musyawarah-desa-rkp desBerita acara-musyawarah-desa-rkp des
Berita acara-musyawarah-desa-rkp des
 
Proposal pembangunan jembatan kampung
Proposal pembangunan jembatan kampung Proposal pembangunan jembatan kampung
Proposal pembangunan jembatan kampung
 
23 juni, sambutan bupati pembukaan bumdes kapulogo kepil
23 juni, sambutan bupati pembukaan bumdes kapulogo kepil 23 juni, sambutan bupati pembukaan bumdes kapulogo kepil
23 juni, sambutan bupati pembukaan bumdes kapulogo kepil
 
PERAN DESA DALAM KETAHANAN PANGAN.pptx
PERAN DESA DALAM KETAHANAN PANGAN.pptxPERAN DESA DALAM KETAHANAN PANGAN.pptx
PERAN DESA DALAM KETAHANAN PANGAN.pptx
 
Contoh surat-keputusan-kepala-desa-tentang-pembentukan-panitia-bpd-
Contoh surat-keputusan-kepala-desa-tentang-pembentukan-panitia-bpd-Contoh surat-keputusan-kepala-desa-tentang-pembentukan-panitia-bpd-
Contoh surat-keputusan-kepala-desa-tentang-pembentukan-panitia-bpd-
 
Refleksi tupoksi rt & rw
Refleksi tupoksi rt & rwRefleksi tupoksi rt & rw
Refleksi tupoksi rt & rw
 
Anggaran dasar bumdes
Anggaran dasar bumdesAnggaran dasar bumdes
Anggaran dasar bumdes
 
Proposal pembangunan jembatan
Proposal pembangunan jembatanProposal pembangunan jembatan
Proposal pembangunan jembatan
 
Perbup no.19. tahun 2021 pedoman pembentukan lembaga kemasyarakatan desa dan ...
Perbup no.19. tahun 2021 pedoman pembentukan lembaga kemasyarakatan desa dan ...Perbup no.19. tahun 2021 pedoman pembentukan lembaga kemasyarakatan desa dan ...
Perbup no.19. tahun 2021 pedoman pembentukan lembaga kemasyarakatan desa dan ...
 
05 berita acara & laporan kepada kepala desa
05 berita acara & laporan kepada kepala desa05 berita acara & laporan kepada kepala desa
05 berita acara & laporan kepada kepala desa
 

Ähnlich wie Perjanjian Bagi Hasil Peternakan Sapi di Dusun Betakan

Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1
Maman Fathurrohman
 
Usaha Penggemukan Sapai Potong
Usaha Penggemukan Sapai PotongUsaha Penggemukan Sapai Potong
Usaha Penggemukan Sapai Potong
bambangpoenya
 

Ähnlich wie Perjanjian Bagi Hasil Peternakan Sapi di Dusun Betakan (18)

Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. munaAnalisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
 
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. munaAnalisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
 
Analisis biaya pembuatan kandang
Analisis biaya pembuatan kandangAnalisis biaya pembuatan kandang
Analisis biaya pembuatan kandang
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
 
Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1
 
Analisa usaha ternak
Analisa usaha ternakAnalisa usaha ternak
Analisa usaha ternak
 
Usaha Penggemukan Sapai Potong
Usaha Penggemukan Sapai PotongUsaha Penggemukan Sapai Potong
Usaha Penggemukan Sapai Potong
 
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
 
Wirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayamWirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayam
 
Budidaya kelinci lengkap
Budidaya kelinci lengkapBudidaya kelinci lengkap
Budidaya kelinci lengkap
 
Proposal bebek pedaging
Proposal bebek pedagingProposal bebek pedaging
Proposal bebek pedaging
 
Materi pembahasan
Materi pembahasanMateri pembahasan
Materi pembahasan
 
Materi pembahasan
Materi pembahasanMateri pembahasan
Materi pembahasan
 
Materi pembahasan
Materi pembahasanMateri pembahasan
Materi pembahasan
 
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
 
Standar Restrim
Standar RestrimStandar Restrim
Standar Restrim
 
Budidaya ayam kalkun
Budidaya ayam kalkunBudidaya ayam kalkun
Budidaya ayam kalkun
 

Kürzlich hochgeladen

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Kürzlich hochgeladen (20)

668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

Perjanjian Bagi Hasil Peternakan Sapi di Dusun Betakan

  • 1. PERJANJIAN BAGI HASIL PETERNAKAN DI KELOMPOKTERNAK SAPI “ANDHINI RAHAYU” PEDUKUHAN BETAKAN DESASUMBERRAHAYU KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN 12.2011
  • 3.
  • 4.
  • 5.
  • 6. BAB II METODE PENELITIAN
  • 7. A. Tipe Penelitian 1. Penelitian Yudiris Normatif 2. Penelitian Yuridis Empiris B. Sumber Data 1. Data Sekunder 2. Data Primer a. b. c. C. Teknik Analisa Data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu mengambil data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti sehingga dapat diuraikan secara deskriptif, kualitatif, dan komprehensif, yaitu menggambarkan kenyataan yang berlaku dan masih ada kaitannya dengan aspek-aspek hukum yang berlaku.. Responden Lokasi Teknik Pengambilan Data METODE PENELITIAN NEXT
  • 8. Lokasi Penelitian  Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Sapi “Andhini Rahayu” Pedukuhan Betakan Desa Sumberrahayu Kecamatan Moyudan Kabuptaen Sleman.  Pedukuhan Betakan merupakan dusun yang berbatasan dengan persawahan di sebelah timur dan utara; di sebelah barat berbatasan dengan sungai, dan selatan berbatasan dgn dusun tetangga. Mayoritas di sekitar lokasi adalah berupa persawahan. back
  • 9. RESPONDEN/ NARASUMBER # narasumber 1 : Bp. Basuki Hadi Prayitno -Kepala Pedukuhan Betakan -pemilik sapi -pemilik modal # narasumber 2: Bp. Ponirin -pemilik sapi # narasumber 3: Ibu Ngatiyem -pemilik sapi back
  • 10. Teknik Pengambilan Data Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan studi kepustakaan. Wawancara di Kandang sapi Kelompok Ternak “Andhini Rahayu” di Pedukuhan Betakan Desa Sumberrahayu Kecamatan Moyudan pada hari Sabtu, 10 Desember 2011 di Rumah narasumber: # narasumber 1 : Kamis, 8/12/2011 dan Sabtu, 10/12/2011 # narasumber 2 : Rabu, 7/12/2011 # narasumber 3 : Ahad, 11/12/2011 Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari literatur-literatur dan peraturan perundang- undangan yang berlaku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. back
  • 11. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  • 12. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN Grafik Perbandingan Jumlah Anggota Kelompok dan Penggadhuh Sapi 21 25 Anggota KelompokTernak "Andhini Rahayu" Penggadhuh
  • 14.  Perjanjian Bagi Hasil Peternakan menurut Hukum Perjanjian Adat Sistem bagi hasil yang umum diterapkan selama ini adalah 50% untuk penyedia bibit ternak dan 50% untuk pemelihara. Karena itu, di kalangan masyarakat pedesaan dikenal istilah paroan/gadhuh, yaitu penyedia bibit ternak dan pemelihara masing-masing mendapatkan bagian separuh dari anak yang nanti dihasilkan. Karena sistem bagi hasil ini sudah sangat umum berlaku dan sudah sejak lama diterapkan dalam setiap usaha bagi hasil peternakan sapi, masyarakat beranggapan bahwa setiap usaha bagi hasil peternakan sapi harus menggunakan pola 50%-50%.
  • 15. Peternakan atas dasar bagi-hasil ialah penyerahan ternak sebagai amanat, yang dititipkan oleh pemilik ternak kepada orang lain, untuk dipelihara baik-baik, diternakkan, dengan perjanjian bahwa dalam waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak keturunannya atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua pihak. (Hilman Hadikusuma, 2001:155) Lanjutan…
  • 16. Di beberapa daerah, seperti Nusa Tenggara dan Madura serta sebagian kecil kawasan pedesaan di Jawa kepemilikan jumlah sapi menentukan status sosial yang bersangkutan mengingat harga sapi yang relatif tinggi. Selain itu, setiap daerah memiliki budaya ternak sendiri. Misalnya budaya Timor Tengah Selatan dalam hal pemeliharaan ternak, umumnya penduduk masih memiliki kecendrungan untuk melepas saja hewan- hewan ternak peliharaan mereka di padang rumput pada siang hari. Begitu pula di Maluku, bidang peternakan belum menjadi sebuah bidang yang ditekuni oleh masyarakat. Yang ada hanya peternakan-peternakan biasa tanpa adanya suatu sistem tertentu. Pada umumnya jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara, diantaranya adalah kambing, ayam dan itik. Hewan-hewan ini dibiarkan bebas berkeliaran tanpa kandang. Lanjutan…
  • 17. Di Lampung, pemeliharaan dengan sistem “kerbau lepas” (Lampung: kibau padangan), di mana kerbau-kerbau itu tidak digembala tetapi dilepas bebas di padang ilalang rawa-rawa terbuka dengan sistem “kandang tahunan”. Pada waktu pengandangan tahunan itu pemilik kerbau bersama pembantu-pembantunya melakukan pemberian “tanda milik” terhadap anak-anak kerbau yang sudah besar dengan “cap besi” yang dipanaskan pada badan-badan kerbau itu, dan atau melakukan “ngejarung”, yaitu menusuk lubang hidung kerbau dan dan diberi tali. Hubungan kerja antara pemilik kerbau dan pemelihara (penggembala) berlaku atas dasar bagi hasil, atau bagi anak, atau bagi laba dari hasil penjualan ternak itu. Untuk pekerjaan mengawasi, menggiring ke kandang dan memberi tanda milik tersebut, para pemilik kerbau member balas jasa kepada para pembantunya dengan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih atau dengan sistem bagi hasil (bagi ternak) bagi para tenaga pembantu yang tetap. Begitu pula apabila ada kerbau yang disembelih untuk dijual dagingnya diadakan pembagian labanya. Lanjutan…
  • 21. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, peternakan atas dasar bagi-hasil ialah penyerahan ternak sebagai amanat, yang dititipkan oleh pemilik ternak kepada orang lain, untuk dipelihara baik-baik, diternakkan, dengan perjanjian bahwa dalam waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak keturunannya atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua pihak. Selanjutnya disebutkan bahwa ternak sebagai titipan itu tidak boleh kurang dari lima tahun untuk ternak besar, bagi ternak kecil jangka waktunya dapat diperpendek. Jika ternak titipan dengan bagi hasil tersebut dikembalikan, maka yang harus diberikan adalah jumlah pokok semula ditambah sepertiga dari keturunan ternak semula.
  • 22. Perjanjian bagi hasil peternakan di lokasi penelitian telah dilakukan warga sejak lama. Ada 3 pola yang diterapkan dalam sistem pembagian hasil di peternakan ini, yaitu : 1. Gadhuh dengan pembagian hasil 50 % - 50%. 2. Gadhuh sapi milik pemerintah. 3. Gadhuh dengan kebijakan Kepala Pedukuhan.
  • 23. 1.Gadhuhdenganpembagianhasil50%-50%darihasil keuntungan. Pola ini dilakukan antara pemilik modal yang merupakan warga biasa/umum pemilik sapi dengan warga lain yang akan memelihara sapinya.Yakni, pemelihara memelihara sapi milik pemilik. Kewajiban Pemelihara: Pemelihara menanggung seluruh pakan (Hijauan Makan Ternak dan konsentrat), pengobatan, dan kandang. Pemelihara merawat sapi. Kalau untuk penggemukan, digunakan sapi jantan. Lama waktunya 4 bulan. Setelah 4 bulan, sapi itu dijual. Untung dari hasil penjualan dibagi dua sama banyak. Misal: sapi awal harganya Rp5.000.000,00 kemudian dipelihara oleh penggadhuh selama 4 bulan. Setelah 4 bulan, sapi itu dijual dan laku seharga Rp8.000.000,00. Maka pemelihara harus mengembalikan modal awal, yakni harga sapi Rp5.000.000,00, sedangkan untungnya yakni Rp3.000.000,00 dibagi dua sama banyak, yaitu masing- masing mendapat Rp1.500.000,00. Sedangkan untuk sapi betina, anak yang dihasilkan dijual. Anak sapi dijual kalu sudah berumur 4 s/d 5 bulan. Hasil penjualan anak itu dibagi dua sama banyak untuk masing-masing pemelihara dan pemilik sapi. Tidak ada batas waktu untuk bagi hasil sapi betina. Lama waktu diserahkan sesuka pemelihara.
  • 26. Lanjutan… Perputaran uang bagi anggota kelompok terjadi ketika menjelang Hari Raya Qurban. Pada bulan-bulan biasa tidak terlalu banyak transaksi jual beli sapi. Jenis sapi yang dibudidayakan di peternakan sapi “Andhini Rahayu” ada empat jenis, yaitu sapi PO (Peranakan Ongole), Lemosin, Simetal, dan jenis Brahman. Saat penelitian dilakukan, mayoritas anggota kelompok ternak memelihara sapi betina sebab diutamakan untuk memperbanyak jumlah (perkembangbiakan) sapi. Barulah ketika 4 bulan menjelang Quran, didatangkan sapi-sapi jantan untuk digemukkan. Jumlah sapi ketika sebelum Hari Raya Idhul Adha kemarin ada 129 ekor. Pada saat penelitian jumlahnya ada 90-an ekor sapi. Masa birahi sapi selama 20 hari. Selisih birahi setelah melahirkan biasanya 4 bulan. Jadi, sapi umumnya dapat bunting dua kali dalam 3 tahun. Itu berarti pembagian hasil dapat dilakukan 2 kali dalam 3 tahun.
  • 27. Lanjutan… Di Pedukuhan Betakan, karakteristik hukum adat masih ada dalam usaha peternakan sapi, yakni : -karakteristik religio-magis dengan selalu mengadakan brokohan untuk anak sapi yang telah lahir; -transaksi jual-beli sapi dilakukan secara contant (tunai), ada uang ada barang, sebab untuk menghindari terulangnya tindak penipuan yang pernah terjadi sehingga merugikan pemilik sapi. Karakteristik konkret (visual) dengan menggunakan panjer sudah jarang dilakukan. Kalaupun dilakukan, maksud panjer tersebut bukan merupakan uang atau barang di luar harga, akan tetapi diambilkan dari harga sapi. Dalam jual beli sapi tidak diperlukan saksi. Sebab semuanya dilakukan atas dasar rasa saling percaya. Ketika pemelihara (penggadhuh sapi) akan menjual anak sapi hasil gadhuhannya, biasanya si pemilik modal (pemilik sapi) juga ada di tempat bersama penjual (penggadhuh) dan pembeli (bakul). Meskipun yang saling tawar-menawar hanya penggadhuh dan bakul, akan tetapi mereka sama-sama tahu.
  • 28. PelaksanaanUUNomor6Tahun1967tentangKetentuan- ketentuanPokokPeternakandanKesehatanHewandilokasi penelitian Warga pemelihara sapi di lokasi penelitian tidak mengetahui adanya UU tersebut. Dalam melaksanakan perjanjian bagi hasil warga tidak berpedoman kepada UU tersebut, tetapi melaksanaakan sesuai kebiasaan masyarakat. Selain itu, pembagian hasilnya bukan sejumlah harga pokok ditambah sepertiga (Pasal 17 ayat (2) UU 6/1967). Dan tidak ada batas waktu pemeliharaan oleh penggadhuh sapi (yang ada hanya untuk sapi pemerintah). Penggadhuh boleh memelihara sampai kapanpun ia mau. Semua didasari rasa saling percaya dan sifat kebersamaan antar warga dalam bagi hasil sapi.
  • 30. Jadi, perjanjian bagi hasil peternakan ialah kesepakatan antara pemilik modal (pemilik sapi) dengan pengelola (pemelihara) untuk merawat sapi dan membagi besar keuntungan dari penjualan sapi sesuai kesepakatan bersama. Ada 3 (tiga) pola yang diterapkan dalam sistem pembagian hasil di peternakan “Andhini Rahayu” Pedukuhan Betakan, yaitu: 1. Gadhuh dengan pembagian hasil 50 % : 50% dari hasil keuntungan. 2. Gadhuh sapi milik pemerintah, yaitu pemerintah melalui programnya memberikan bantuan sapi yang sudah bunting kepada para pengusul pemelihara untuk dirawat secara bergiliran. Anak yang dihasilkan menjadi milik pemelihara. 3. Gadhuh dengan kebijakan Kepala Pedukuhan, yakni 40% (utk Pak Dukuh) dan 60% untuk pemelihara. UU No 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan tidak semuanya dilaksanakan warga Kelompok Ternak Sapi “Andhini Rahayu” karena pembagian hasilnya bukan sejumlah harga pokok ditambah sepertiga. Selain itu, tidak ada batas waktu pe,meliharaan oleh penggadhuh sapi. Semua didasari rasa saling percaya dan sifat kebersamaan antar warga dalam penggadhuhan sapi.
  • 31. 1.Sebaiknya pemerintah terus memberikan bimbingan dan segala bantuan agar masyarakat desa lebih maju. 2.Seharusnya aparat pemerintahan tidak bermain politik dalam urusan kesejahteraan masyarakat. 3.Rakyat kecil harus dibantu untuk diringankan beban hidupnya, bukan untuk diperas dengan pembayaran bagi hasil yang tidak rasional sebab ada ketidakseimbangan beban yang ditanggung.
  • 32. Hadikusuma, Hilman. 1982. Hukum Perjanjian Adat. Bandung: Penerbit Alumni. Hadikusuma, Hilman. 2001. Hukum Perekonomian Adat Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. http://ebudikurniawan.blogspot.com/2010/11/nilai-ekonomis-budidaya- sapi.html http://id.wikipedia.org/wiki/Peternakan diunduh Ahad, 11 Desember 2011 jam 15:37 WIB Sudiyat, Iman. 2010. Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. UU RI Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. DAFTAR PUSTAKA
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39. ..Nyuwun pangapunten menawi wonten keladuking atur lan wonten ingkang dereng leres.. Matur nuwun….! “Negara yang kaya dengan ternak tidak akan pemah miskin, dan negara yang miskin dengan ternak tidak akan pernah kaya “ (Campbell dan Lasley, 1985)