Teks tersebut membahas tentang proses bisnis dan manajemen proses bisnis. Secara singkat, proses bisnis adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk menghasilkan output tertentu bagi pelanggan, memiliki masukan dan sumber daya, serta menghasilkan nilai tambah. Manajemen proses bisnis melibatkan pengelolaan komponen seperti waktu, biaya dan sumber daya untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
1. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Proses Bisnis
Pengertian dari bisnis adalah suatu kesatuan organisasi yang menyebarkan sumber
daya untuk menyediakan pelanggan dengan jasa atau produk yang diinginkan. Sedangkan
pengertian proses adalah salah satu rangkaian tindakan dalam melaksanakan kegiatan
operasional dari awal sampai berakhir menjadi output. Proses bisnis adalah suatu kumpulan
pekerjaan yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Suatu proses
bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki atribut
sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan dari superprosesnya. Analisis proses
bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses di dalamnya hingga tingkatan
aktivitas atau kegiatan.
Menurut Burlton (2001, p.72), proses bisnis adalah urutan kegiatan yang terjadi dari
awal sampai akhir untuk memberikan hasil yang memuaskan bagi pelanggan. Proses bisnis
dimulai dari masukan berupa bahan mentah, informasi, pengetahuan, komitmen dan status
yang akan diubah menjadi suatu keluaran atau hasil yang berguna. Perubahan itu terjadi
sesuai dengan pedoman proses yang berlaku, seperti kebijakan, standar, prosedur, peraturan
dan pengetahuan masing-masing individu. Untuk mendukung perubahan tersebut, dibutuhkan
sumber daya seperti fasilitas, perlengkapan, teknologi dan sumber daya manusia. Hasil dari
suatu proses bisnis adalah kemampuan proses tersebut menghasilkan produk ataupun
pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggan.
Menurut Jones Rama (2006, p.4), proses bisnis adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh sebuah bisnis dalam rangka penyediaan,produksi, dan penjualan barang dan
jasa.
Menurut Jeston dan Nellis (2006, p10), proses bisnis adalah proses-proses yang
memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan strategis dari organisasi. Implementasi dari
Business Process Management pasti memberikan dampak pada bisnis dengan mendapatkan
keuntungan melalui proses-proses yang dijalankan.
Dari sudut pandang pragmatis, suatu proses bisnis menguraikan tentang segala
sesuatu yang dilakukan dalam organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses bisnis adalah
serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh sumber daya dalam suatu kesatuan organisasi yang
dirancang untuk menghasilkan output tertentu untuk pelanggan atau pangsa pasar tertentu.
2. Proses bisnis menekankan soal bagaimana pekerjaan di dalam organisasi dikerjakan secara
berurutan mulai dari awal hingga akhir.
Gambar 2.1. General Value Chain in Business Process
(Sumber : Laguna, M. dan Marklund, J.2005. Business Process Modelling,
Simulation and Design, Prentice Hall, Upper Saddle River)
Singkatnya proses bisnis melingkupi hal – hal sebagai berikut :
1. Memuat tujuan atau sasaran.
2. Membutuhkan masukan atau input.
3. Menghasilkan keluaran atau output tertentu.
4. Membutuhkan sumber daya untuk memproses masukan.
5. Memiliki sejumlah aktivitas yang dikerjakan secara berurutan.
6. Proses tersebut dapat melibatkan lebih dari satu bagian.
7. Memberi keuntungan dan kemudahan (create values) tertentu untuk
pelanggan berikut atau pelanggan akhir.
3. Gambar 2.2. Business Process Model
(Sumber : www.sparxsystems.com.au)
Berdasarkan ruang lingkupnya proses – proses di dalam suatu organisasi dapat
dibedakan menjadi tiga jenis :
1. Individual Processes
Proses yang dilaksanakan oleh individual secara terpisah
2. Vertical or Functional Processes
Proses yang terdapat di dalam suatu departemen atau unit fungsional tertentu.
3. Horizontal or cross-functional processes
Proses yang melintasi beberapa unit fungsional atau pada konteks supply chain
dapat melintasi beberapa perusahaan yang berbeda.
Menurut Smith, Neal, Ferrara, dan Hyden (2002, p.4), proses bisnis memiliki
karakteristik :
Besar dan kompleks, melibatkan arus bahan, informasi dan komitmen bisnis.
Sangat dinamis, menanggapi permintaan dari pelanggan dan mengubah kondisi
pasar.
Didistribusikan secara luas dan disesuaikan melewati batas di dalam bisnis.
Pelaksanaan yang lama, seperti sebuah contoh proses permintaan untuk kas dapat
berjalan dalam jangka waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
4. Terotomatisasi, setidaknya dalam bagian. Aktivitas rutin seharusnya dilakukan
dengan komputer apabila memungkinkan, demi kecepatan dan kehandalan.
Optimatisasi ini dapat digunakan dengan menggunakan aplikasi workflow.
Ketergantungan terhadap intelejensi dan penilaian manusia. Manusia melakukan
tugas-tugasnya yang tidak terstruktur untuk didelegasikan kepada komputer atau
yang memerlukan interaksi pribadi dengan pelanggan.
Sulit untuk membuatnya terlihat. Di dalam banyak perusahaan, proses-proses
tidak dengan sengaja atau dengan tegas dilakukan, tetapi tidak didokumentasikan
dan harus lengkap, menanamkannya dalam sejarah organisasi.
Banyak definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli manajemen mengenai proses
bisnis. Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses
bisnis adalah :
1. Definitif : suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta
keluaran yang jelas.
2. Urutan : suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut
sesuai waktu dan ruang.
3. Pelanggan : suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
4. Nilai tambah : transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan
nilai tambah pada penerima.
5. Keterkaitan : suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus
terkait dalam suatu struktur organisasi.
6. Fungsi silang : suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup
beberapa fungsi.
Seringkali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap
kinerja dan pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai
karakteristik proses bisnis.
Proses bisnis terbagi menjadi beberapa proses yaitu :
1. Proses bisnis inti / utama
Yaitu proses yang diselenggarakan untuk melayani pelanggan pengguna produk
atau jasa.
2. Proses bisnis pendukung
Yaitu proses yang diselenggarakan untuk melayani pelanggan internal (karyawan
perusahaan).
5. 3. Proses bisnis manajemen
Yaitu proses dimana perusahaan menyusun rencana, mengorganisasikan dan
mengendalikan sumber daya yang ada.
4. Proses network bisnis
Yaitu proses yang diselenggarakan untuk pemasok, pemberi pinjaman, investor,
pemerintah ataupun masyarakat umum.
Pengelolaan proses bisnis yang baik akan memberikan keuntungan–
keuntungan pada organisasi perusahaan, yaitu :
Organisasi dapat lebih memfokuskan diri pada kebutuhan customer.
Organisasi mampu mengendalikan dan memprediksi setiap perubahan yang
terjadi di lingkungan dalam ataupun luar.
Organisasi mampu melakukan pengukuran pada setiap perubahan pada kondisi
perusahaan.
Organisasi mampu memperbaiki tingkat penggunaan sumber dayanya sehingga
dapat menekan biaya pemakaian serendah mungkin.
Organisasi dapat mengelola dengan baik integrasi proses – proses antar bagian
yang ada.
Organisasi dapat memonitor secara sistematik aktifitas – aktifitas pada setiap
proses operasional dalam perusahaan.
Organisasi dapat dengan mudah menemukan kesalahan dalam proses dan
memperbaikinya secepat mungkin.
Organisasi dapat memahami setiap proses dan metode dari prosess yang benar.
Proses bisnis terdapat tiga jenis proses bisnis yaitu :
1. Proses manajemen, yakni proses yang mengendalikan operasional dari sebuah
sistem.
Contohnya semisal manajemen strategis.
2. Proses operasional, yakni proses yang meliputi bisnis inti dan menciptakan aliran
nilai utama.
Contohnya semisal proses pembelian, manufaktur, pengiklanan, pemasaran, dan
penjualan.
3. Proses pendukung, yang mendukung proses inti.
Contohnya semisal akunting, rekruitmen, pusat bantuan.
6. 2.1.1 Analisis Proses Bisnis
Analisa proses bisnis mempelajari dan memahami bagaimana
aktifitas dan fungsi dari suatu proses bisnis dapat berjalan sesuai dengan
pencapaian tujuan organisasi. Tujuan dari analisis proses bisnis diantaranya
adalah memahami hubungan proses bisnis yang sedang berjalan dengan
pencapaian visi dan misi organisasi. Selain itu juga analisis proses bisnis
bertujuan mempelajari kumpulan proses dan aktifitas dari proses bisnis yang
digunakan organisasi dan mempelajari seberapa jauh proses bisnis ini
mencapai tujuan dari organisasi.
Analisa proses bisnis menggunakan tenik pemodelan proses bisnis
yaitu validasi, simulasi dan verifikasi. Pemodelan proses bisnis merupakan
cara untuk memahami, mendesign dan menganalisa suatu proses. Dengan
proses pemodelan, perusahaan dapat melakukan integrasi, menganalisa dan
mengingkatkan performance dari pengelolaan bisnis prosesnya.
2.1.2 Tahapan dalam Analisis dan Perancangan Proses Bisnis
Tahap Validasi : Tahap ini merupakan tahap validasi terhadap desain awal
dari proses bisnis dibangun. Satu instrumen yang bermanfaat untuk
memvalidasi proses bisnis adalah workshop. Workshop akan memastikan
apakah semua proses bisnis yang valid telah terwakili oleh model proses
bisnis.
Tahap Simulasi : Teknik simulasi dapat digunakan untuk mendukung
validasi, karena urutan pelaksanaan yang tidak diinginkan mungkin dapat
disimulasikan untuk menampilkan kekurangan pada model proses.
Simulasi proses bisnis memungkinkan stakeholder untuk melewati proses
pada suatu urutan cara yang bertahap dan untuk memeriksa apakah proses
sesungguhnya telah sesuai dengan yang diharapkan.
Tahap Verifikasi : Proses bisnis benar-benar di analisa dan ditingkatkan
sedemikian rupa sehingga model proses bisnis ini merupakan proses
bisnis yang diinginkan.
Identifikasi Proses Bisnis dan Pemodelan: setelah melalui tahap verifikasi
maka proses bisnis diidentifikasi kira-kira mana yang sesuai dengan
proses bisnis baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan mencapai tujuan
perusahaan.
7. 2.2 Manajemen Proses Bisnis
Menurut Burlton (2007), manajemen proses merupakan suatu proses yang
memastikan perkembangan yang berkesinambungan dalam kinerja perusahaan.
Seperti beberapa proses, manajemen proses bisnis memerlukan pimpinan dan
panduan. Kadang – kadang, manajemen proses bisnis ini berarti melakukan suatu
perubahan secara radikal, yang berate terjadinya pengecekan kembali seluruh proses
yang sedang berjalan dan memperbaharui keseluruhan proses tersebut. Namun, dapat
juga hanya sebatas pemantauan yang berkesinambungan atas proses yang berjalan
dan terjadi peningkatan dengan melakukan sedikit perusahaan.
Menurut Gunjan Samtani (2002),bisnis proses manajemen melibatkan
manajemen dari beberapa komponen, termasuk waktu, biaya, kualitas, ruang lingkup,
sumber daya manusia, komunikasi, pengadaan, resiko, dan integrasi. BPM di desain
untuk mengefektifkan bagian internal dan eksternal proses bisnis dari perusahaan
melalui beberapa teknik seperti merancang proses kerja, aturan proses, dan
komponen aplikasi. Manajemen proses bisnis adalah bagian yang diperlukan
untuk menghubungkan langsung aliran data diantara seperangkat aplikasi besar,
sistem yang sudah ada, layanan, dan partner.
2.2.1 Empat Komponen Utama Solusi Manajemen Proses Bisnis
Menurut saltanera.com, setiap solusi Manajemen Proses Bisnis
memiliki empat komponen utama :
Pemodelan
Pengguna dapat mendefinisikan dan mendesain struktur dari setiap
proses bisnis secara grafis. Manajer proses dapat mendesain sebuah
proses beserta seluruh elemen, aturan, sub-proses, parallel proses,
penanganan exception, penanganan error, dan workflow dengan
mudah tanpa perlu memiliki kemampuan programming khusus dan
tanpa membutuhkan bantuan dari staf IT.
Pengintegrasian
Manajemen Proses Bisnis dapat menghubungkan setiap elemen dalam
proses sehingga elemen – elemen tersebut dapat saling berkolaborasi
dan bertukar informasi untuk menyelesaikan tujuannya. Pada level
aplikasi, hal ini bisa diartikan sebagai pengguna Application
Programming Interface (API) dan messaging. Bagi pengguna, hal ini
8. berate tersedianya sebuah workspace pada komputernya ataupun
perangkat wireless-nya untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
perannya pada suatu proses bisnis.
Pengawasan
Pengguna dapat mengawasi dan mengontrol performansi dari proses
bisnis yang sedang berjalan dan performansi dari setiap personil yang
terlibat dalam proses bisnis tersebut. Pengguna juga dapat memperoleh
informasi mengenai proses yang tengah berjalan, maupun yang telah
selesai, beserta data-data yang ada di dalamnya.
Optimalisasi
Pengguna dapat menganalisa dan memonitor suatu proses bisnis,
melihat ketidakefisienan, dan juga memungkinkan pengguna untuk
mengambil tindakan dengan cepat dan merubah proses tersebut untuk
meningkatkan efisiensinya.
2.3 Business Process Modelling (BPM)
Sebuah pemodelan proses bisnis atau Business Process Modelling (BPM)
adalah diagram umum yang mewakili urutan kegiatan. Biasanya menunjukkan
peristiwa, tindakan dan hubungan atau titik – titik koneksi, secara berurutan dari
ujung ke ujung.
Pemodelan Proses Bisnis secara implicit berfokus pada proses, tindakan dan
kegiatan. Sumber daya yang digambarkan dalam BPM menunjukkan bagaimana
mereka akan diproses. Orang (tim, departemen, dan lain-lain) yang digambarkan
dalam BPM menunjukkan hal apa yang mereka lakukan, untuk apa, dan biasanya
kapan dan untuk alasan – alasan, terutama ketika berbagai kemungkinan atau pilihan
muncul, seperti pada diagram alir.
Pemodelan Proses Bisnis merupakan lintas fungsional, biasanya
menggabungkan pekerjaan dan dokumentasi lebih dari satu departemen dalam
organisasi. Dalam situasi lebih rumit, Pemodelan Proses Bisnis juga termasuk
aktivitas proses eksternal organisasi dan sistem yang dimasukkan ke dalam proses
primer atau utama. Dalam organisasi besar Pemodelan Proses Bisnis cenderung
dianalisis dan direpresentasikan secara lebih rinci daripada di organisasi kecil, karena
skala dan kompleksitasnya lebih besar.
9. Pemodelan Proses Bisnis sampai batas tertentu juga ditentukan oleh berbagai
alat komputerisasi atau perangkat lunak yang digunakan dalam menerapkan metode
tersebut. Metode – metode dan fitur standar dalam Pemodelan Proses Bisnis terus
berkembang, yang berarti bahwa kita harus tetap berpikiran terbuka dan selalu ingin
tahu bagaimana BPM dapat digunakan.
2.3.1 Tahap Pengembangan BPM
Menurut jeston dan Nellis (2006), tahap pengembangan dalam BPM
terdiri dari aktivitas – aktivitas berikut :
a. Dokumentasi proses
Mendokumentasikan proses yang sedang berjalan, masalah yang
sedang dihadapi dalam proses yang sedang berjalan tersebut,
kebutuhan informasi apa saja yang dibutuhkan pada proses tersebut,
yang nantinya berguna untuk membuat pengembangan dari sistem
yang ada sebelumnya dalam mengatasi kelemahan yang terjadi.
b. Simulasi
Menjelaskan kelayakan dan efisiensi dari pilihan – pilihan proses yang
akan dirancang kembali.
c. Membuat Activity Based Costing (ABC)
Untuk melihat perbedaan biaya dan waktu dari proses yang sedang
berjalan dengan proses yang akan dikembangkan. Jika proses yang
sedang berjalan ternyata lebih efisien dan efektif maka dilakukan
perubahan dari sistem yang lama.
d. Perencanaan kapasitas
Memastikan kemampuan dari sumber daya manusia memenuhi
kebutuhan pelanggan dan organisasi atas proses yang akan
dikembangkan.
e. Workflow routing
Mengatur dan mengontrol proses pengembangan yang sudah dipilih
agar sesuai dengan proses yang akan dikembangkan.
10. 2.3.2 BPM Success Stool
Menurut Jeston dan Nellis (2006), kunci sukses dari Business Process
Management (BPM) atau disebut BPM success stool, dipengaruhj oleh :
a. Proses
Dimana harus memiliki inovasi proses bisnis pada level yang sesuai atau
mendesain ulang strategi organisasi dan tujuan proses, dan seluruh
persetujuan pengakuan dari pentingnya proses yang terjadi di dalam
organisasi.
b. Orang
Sebagaimana sebuah manajemen di organisasi mencapai tahap kedewasaan,
akan dipahami bahwa orang merupakan kunci untuk mengimplementasikan
proses baru yang diinginkan. Organisasi harus memiliki penilaian kinerja
yang sesuai dan struktur manajemen untuk lintas proses kunci. Proses
pengaturannya haruslah proaktif dan juga dapat memprediksikan apa yang
akan terjadi, dan bukannya reaktif. Diantara semua hal, aspek orang yang
terlibat merupakan poin yang paling penting dari proyek BPM.
c. Teknologi
Dalam hal ini mengacu pada tools pendukung semua proses dan orang yang
terlibat dalam proyek BPM. Namun tidak pasti merupakan komponen atau
aplikasi dari software BPM.
d. Pengaturan proyek
Komponen terakhir ini menggabungkan keseluruhan komponen proses, orang,
dan teknologi. Apabila tanpa proyek yangb berjalan baik maka implementasi
akan mengaruh pada kegagalan.
11. 2.3.3. BPM Project Framework
Gambar BPM program framework
(Jeston dan Nellis, 2006)
Menurut Jeston dan Nellis (2006), menjabarkan kerangka kerja implementasi
BPM yang terdiri dari 10 fase, diantaranya :
a. Dasar Organisasi (Organization Foundation)
Fase ini membahas seluk beluk mengenai organisasi yang terkait secara jelas,
antara lain aspek internal dan eksternal organisasi, visi dan misi organisasi,
tujuan organisasi, sasaran organisasi, struktur organisasi, nama unit dan
deskripsi umum, strategi untuk mencapai tujuan, strategi implementasi
organisasi, pemilihan strategi, konteks model bisnis, pemasok, rekan kerja
sama, kerjasama dengan industry – industry, kerjasama dengan institusi-
institusi pemerintah, pembeda utama organisasi, sumber daya, dan strategi
pembeda utama.
b. Dasar proses (Process Foundation)
Fase ini membahas mengenai hasil analisa dari proses bisnis yang sedang
berjalan untuk dapat dikembangkan dan digunakan untuk menjalankan
proyek. Tahap ini terdiri prosess models, arsitektur awal proyek, gambaran
proses organisasi, dan daftar proses end to end.
12. c. Dasar Teknologi (Technology Foundation)
Fase ini berisi gambaran sistem yang sedang berjalan serta teknologi dan tools
yang dibutuhkan oleh organisasi untuk dipergunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Tahap ini terdiri dari gambaran arsitektur dan
blue print, penentuan peralatan dan teknologi yang dibutuhkan, identifikasi
sistem yang berjalan, portofolio fungsionalitas bisnis awal, dan penentuan tim
proyek teknis yang dibutuhkan.
d. Dasar BPM (BPM Foundation)
Fase ini merupakan platform dimana proyek BPM dijangkau, dibuat dan
diadakan. Tahap ini terdiri dari definisi pihak yang berkepntingan
(stakeholder) dalam proyek, harapan pihak berkepentingan (stakeholder) yang
disetujui dan didokumentasikan, process selection matrix, daftar proses bisnis
yang teridentifikasikan dan metrics awal ( process worth matrix), proses yang
diprioritaskan untuk tahap elaborasi, rancangan awal perencanaan proyek,
strategi komunikasi awal dan analisis resiko awal. Fase ini tidak hanya
menyediakan cara untuk memulai proyek, namun juga melengkapi langkah-
langkah yang diperlukan dalam membuat proyek sukses. Hal ini meliputi :
1. jangkauan proyek
2. pemilihan dan struktur tim proyek
3. harapan, pembuatan, dan perjanjian dengan pemegang kepentingan
4. pembuatan tujuan proses-proses awal
5. penggunaan arsitektur awal proses untuk menyediakan awal yang
cepat bagi proyek dalam perspektif arsitektur.
e. Elaborasi (Elaboration)
Fase ini membahas mengenai proses bisnis yang sedang berjalan dan melihat
apakah proses bisnis tersebut perlu untuk dikembangkan lagi.
f. Pengembangan (Improvement)
Fase ini merupakan tahap pengembangan terhadap sistem, dimana bertujuan
untuk mengubah dari sistem yang lama ke sistem yang baru atau melakukan
modifikasi dari sistem yang lama agar sesuai dengan kebutuhan atau proses
bisnis saat ini, yang sesuai dengan pengembangan-pengembangan taha
elaboration
g. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Teknologi (People and
Technology Development)
Fase pengembangan Manusia dan Teknologi perlu dikembangkan secara
paralel walaupun terdiri dari aspek-aspek yang berbeda yang berperan dalam
pengembangan.
13. h. Pengimplementasian (Deployment)
Fase ini merupakan penindaklanjutan dari pengembangan tahap-tahap
sebelumnya ke dalam sistme baru untuk dijalankan dalam kegiatan
operasional.
i. Pengawasan dan Realisasi Keuntungan (Monitor and Benefit Realization)
Fase ini sangat penting untuk dilakukan, karena sebuah proyek belum benar-
benar selesai walaupun sistem yang dikembangkan sudah mulai berjalan.
Perlu ditetapkan sebuah kerangka untuk mengelola manfaat proyek bisnis,
menetapkan target, ukuran dan berusaha untuk mencapainya.
j. Pengembangan Berkelanjutan (Continuous Improvement)
Merupakan salah satu fase yang penting karena dalam tahap ini dijelaskan
aspek-aspek pendukung yang dibutuhkan agar pengembangan sistem dapat
tetap berjalan seiring dengan perkembangan dan perubahan bisnis.
2.3.4 Integrated Enterprise Ecosystem
Gambar Integrated Enterprise Ecosystem Portal
(Jeston dan Nellis,2006)
Menurut Jeston dan Nellis(2006), menjabarkan portal dalam suatu perusahaan
terdapat beberapa factor yang saling terintegrasi atau berhubungan dimana
antara satu dan yang lainnya saling mendukung seperti yang dijelaskan
gambar diatas sangatlah penting. Dengan adanya portal tersebut, maka
semakin memudahkan dan memperlancar proses bisnis yang ada di
perusahaan.
14. 2.3.4 BPM Maturity Model
Menurut Jeston dan Nellis (2006), BPM Maturity Model adalah
sebuah alat penjelasan yang memungkinkan penaksiran ‘as-is’ dari kekuatan
dan kelemahan, serta merupakan alat petunjuk yang memungkinkan
pengembangan dari sebuah roadmap untuk pengembangan. BPM Maturity
Model juga sebagai alat perbandingan yang memungkinkan adanya patokan
untuk penaksiran dalam menghadapi standar industry dan organisasi lainnya.
Menurut Jeston dan Nellis(2006), BPM Maturity Model adalah
perlengkapan pendukung untuk membantu organisasi untuk lebih sukses
dengan BPM, dimana hasilnya adalah pencapaian yang lebih besar dalam hal
operasional dan keuntungan dalam kinerja bisnis. Terdapat perbandingan
antara low dan high maturity yang mengklarifikasikan kelengkapan dan
lingkup dari BPM maturity. Acuan yang digunakan sebagai model untuk
mengukur tingkat maturity dari berbagai sisi BPM adalah Capability Maturity
Model (CMM).
Menurut Jeston dan Nellis(2006), terdapat 5 tahapan maturity dari
initiative BPM (lihat gambar) :
Tahap 1 : Initial State
Sebuah organisasi yang berada pada tahap initial state akan
memiliki BPM yang belum terkoordinasi dan terstruktur.
Tahap 2 : Repeatable
Sebuah organisasi yang memiliki BPM Maturity tahap 2
sudah memiliki pengalaman dalam membuat BPM dan akan
membuat BPM capability juga meningkatkan jumlah orang
yang mengawasi organisasi dari perspektif proses bisnis.
Tahap 3 : Defined
Sebuah organisasi yang memiliki tingkat maturity pada tahap
ketiga akan mengalami momentum peningkatan dalam
pencarian untuk mengembangkan BPM capability dan
memperluas jumlah orang yang terlibat dalam menilai
organisasi dari perspektif proses bisnis
15. Tahap 4 : Managed
Sebuah organisasi yang berada pada BPM Maturity tahap 4
akan merasakan keuntungan dari memiliki BPM yang benar-
benar kuat dasarnya untuk pengembangan strategi
perusahaan.
Tahap 5 : Optimized
Sebuah organisasi yang berada pada BPM Maturity tahp 5
akan merasakan keuntungan dari memiliki BPM yang benar-
benar kuat dasarnya sebagai bagian inti dari pengaturan
operasional dan strategi dalam organisasi.
Gambar Perbandingan low dan high comparison dan 5 tahap maturity
(Jeston dan Nellis,2006)
2.3.1 Tujuan Pemodelan Proses Bisnis
Sebuah Diagram Model Proses Bisnis adalah alat untuk mencapai
tujuan, bukan hasil kinerja dari suatu proses. Hasil akhir diagram proses bisnis
adalah perbaikan cara proses bisnis itu bekerja.
Fokus perbaikan adalah nilai tambah yang membuat layanan
pelanggan dan pengalaman yang lebih baik dan mengurangi waktu atau usaha
yang terbuang. Ada dua jenis utama dari Model Proses Bisnis yaitu :
16. 1. Model awal atau situasi saat ini.
2. Situasi baru yang dituju atau diharapkan yang digunakan untuk
menganalisis, menguji, menerapkan dan meningkatkan proses.
Tujuan dari pemodelan adalah untuk menggambarkan proses lengkap,
memungkinkan manajer, konsultan, dan staff untuk meningkatkan aliran
dan merampingkan proses. Hasil dari proyek pemodelan proses bisnis
pada dasarnya adalah :
Nilai pelanggan.
Mengurangi biaya bagi perusahaan.
Menyebabkan peningkatan keuntungan.
Konsekuensi sekunder lainnya yang timbul dari pemodelan proses bisnis
yang sukses yakni dapat ditingkatkannya keunggulan kompetitif,
pertumbuhan pasar, dan moral staff yang lebih baik.