Sunnah Ilahiyah memiliki tiga karakteristik utama, yaitu tetap, komprehensif dan umum, serta bijaksana dan adil. Sunnah ini mengatur kehidupan manusia dan alam secara menyeluruh berdasarkan aturan dan hukum yang ditetapkan Allah sebagai pencipta.
2. Pengaruh Sunnah Ilahiyah
Pada Perkembangan Ekonomi
• Tidak seorang pun dari para ilmuwan alam mengingkari bahwa alam ini
mempunyai undang-undang alam yang mengaturnya. Baik mereka
mengembalikan hal itu kepada Sang Penciptanya maupun kepada alam. Namun
yang jelas terdapat aturan yang mengatur alam ini. Dan berdasarkan pada
pemahaman pada aturan dan undang-undang inilah dibangun peradaban materi
megah yang kita saksikan sekarang ini dalam bentuk penemuan-penemuan
dalam berbagai bidang.
• Sebagai bagian dari perkembangan pemikiran ekonomi Barat, lahirlah mazhab
Fisikian (ahli alam), dan mazhab ini berusaha menarik sunnah kauniyah (hukum
alam) yang mengatur kehidupan ekonomi untuk diterapkan pada salah satu sisi
kehidupan manusia berupa kehidupan ekonomi. Sehingga mereka menyerukan,
agar membiarkan ekonomi bebas bekerja sesuai dengan hukum alam. Oleh
karena itu sistem ekonomi yang dirintisnya di Prancis diilhami oleh sistem
sirkulasi darah pada tubuh manusia. Dan ini merupakan kekurangan pemikiran
manusia sendiri pada sisi materi.
• Adapun menurut pandangan Islam, seorang muslim mempercayai bahwa Allah
sang Pencipta kehidupan materi dan telah meletakkan aturannya, Dia-lah juga
yang menciptakan kehidupan manusia. Dan tidak ragu lagi bahwa kehidupan
manusia secara karakteristiknya berbeda dengan kehidupan materi. Oleh karena
itu, pasti berbeda pula antara hukum yang mengatur kehidupan manusia
dengan hukum yang mengatur kehidupan materi.
3. Pengertian Sunnah Ilahiyah
• Sunnah menurut Bahasa
• Ibn Mandzur berkata, “..wa sannahallahu linnas artinya Allah menjelaskan.
wa sannallahu sunnatan artinya Allah menjelaskan jalan lurus
• Meskipun para ahli bahasa berbeda pendapat tentang makna sunnah, namun
dapat digabungkan pengertian bahwa sunnah adalah berulang dan
berkesinambungannya suatu perbuatan pada bentuk yang sama
• Sunnah menurut Definisi
• Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sunnah adalah kebiasaan yang
mencakup pekerjaan dilakukan keduakalinya seperti yang dilakukan di
awalnya
• Sayid Quthub menjelaskan batasannya dengan ucapannya, “Sunnah ialah
yang mengatur kehidupan, dia ditentukan oleh kehendak bebas. Maka
sesuatu yang terjadi pada selain zaman anda, ia akan terjadi –dengan
kehendak Allah- pada zaman anda. Dan apa yang terjadi pada kondisi lain, ia
akan terjadi pada kondisi anda.”
• Syarif al-Khotib mendefinisikan, “Sunnah adalah manhaj (sistem) Allah dalam
perjalanan alam ini, dalam membangun dan dalam hukumnya. Serta dalam
kebiasaan Allah dalam menjalankan kehidupan manusia, membalas orangorang yang taat dan memberi sangsi pada orang-orang yang melanggar,
sesuai dengan qodho azalinya dan sesuai dengan kebijakasanaan dan
keadilanNya.”
4. Pembagian Sunnah Ilahiyah
• Jika kita mempelajari sunnah ilahiyah dalam al-kitab dan
al-Sunnah akan ditemukan bahwa sunnah ilahiyah
terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
1. Sunnah Ilahiyah Kauniyah, yakni sunnah (aturan)
yang mengatur gerak benda di alam ini dengan
masing-masing perbeadaannya. Sunnah ini pada
dasarnya dibahas oleh ahli medis, ahli ilmu falak
(astronomi), fisika dan kimia dan lainnya sesuai
dengan teori ilmiah mereka masing-masing.
2. Sunnah Ilaiyah Insaniyah, yakni sunnah (aturan) yang
dibangun di atas dasar ilmu kemansiaan, seperti ilmu
sosial, ilmu jiwa (psikologi), sejarah, ekonomi dan
lainnya. Dan ini menjadi pokok bahasan dalam studi
ini.
5. Hubungan Sunnah Ilahiyah
• Hubungan antara Sunnah Insaniyah dan Sunnah
Kauniyah dapat diringkas sebagai berikut:
• Keduanya memiliki hubungan, yakni bahwa keduanya berasal dari
satu Tuhan Allah SWT.
• Orang yang berjalan sesuai dengan Sunnah insaniyah dan
memanfaatkan sunnah kauniyah yang Allah tundukan untuk
manusia, maka ia akan mendapat kesejahteraan materi dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Firman Allah SWT. “Seandainya
penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Kami
bukakan bagi mereka keberkahan dari langit dan bumi, akan
tetapi mreka mendustakan maka kami siksa mereka disebabkan
apa yang mereka lakukan”. Firman Allah SWT, “Jika mereka tetap
lurus maka kami anugerahkan air”. Firman Allah SWT,
“Barangsiapa mengikuti petunjukKu maka ia tidak akan tersesat
dan tidak akan sengsara..”.
6. Hubungan Sunnah Ilahiyah
• Orang yang membatasi pada pemanfaatan sunnah kauniyah dan
berpaling dari sunnah insaniyah, maka Allah hanya memberinya
dunia saja sesuai usahanya. Tapi dia tidak mendapatkan pahala
mengikuti sunnah kauniyah berupa kebahagiaan hakiki di dunia dan
akhirat. Firman Allah SWT, “barangsiapa menginginkan ladang
akhirat, maka Kami beri tambahan ladang padanya. Dan barangsiapa
menginginkan ladang dunia, maka Kami beri dia dunia dan tidak
mendapat apa-apa di akhirat”. Firman Allah SWT, “Barangsiapa
berpaling dari peringatanKu maka baginya kehidupan yang sempit
dan Kami bangkitkan ia pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Contoh dalam hal ini adalah perdaban Barat dewasa ini
• orang yang hidup sesuai dengan sunnah kauniyah dan tidak
memberi hak pada sunnah kauniyah, maka dia tidak diberi dunia
kecuali sekedar yang dia manfaatkan dan selalu mengambil manfaat
dari orang yang memanfaatkan sunnah kauniyah dan maju secara
materi. Barangkali kondisi umat islam sekarang secara umum masuk
dalam kategori ini. Firman Allah SWT, “Apakah kalian beriman
kepada sebagian kitab dan mengingkari sebagian lagi. Maka tidaklah
balasan buat mereka kecuali kesengsaraan di kehidupan dunia…”
7. Hubungan Sunnah Ilahiyah
• Ada pula orang yang tidak memanfaatkan sunnah kauniyah dan
sunnah insaniyah, maka dia hidup dalam kesesatan dan sengsara
secara kejiwaan dan materi. Kategori ini terjadi pada masyarkat yang
kehidupannya masih dalam kebodohan dan animisme.
• Sunnah kauniyah terkadang tidak berjalan karena kepentingan
sunnah insaniyah, dan tidak akan terjadi sebaliknya. Sebagai contoh
perubahan api yang membara menjadi dingin dan menjadi
keselamatan bagi Nabi Ibrahim as. Dalam hal ini sunnah kauniyah
tidak berjalan yang seharusnya api itu membakar, karena untuk
kepentingan sunnah insaniyah yakni menyelamatkan nabiyullah.
Demikian juga perubahan air yang bersifat cair dan mengalir menjadi
kaku dan keras dalam beberapa saat agar Allah menyelamatkan
hamba-hambanya yang mu’min dan nabi Musa as beserta
pengikutnya. Masih banyak lagi contoh seperti terbelahnya bulan
pada masa Nabi saw sebagai bukti akan kebenaran kenabiannya.
8. Hubungan antara Sunnah Ilahiyah dengan Sebab
• Di antara rahmat Allah adalah menciptakan pedoman tertentu untuk
terjadinya sunnah ilahiyah beserta pengaruhnya dan Allah
menjelaskannya pada hamba-hambanya. Dia menjadikan untuk setiap
sunnah suatu sebab untuk terjadinya sunnah. Dia juga menciptakan
penghalang dari terjadinya suatu sunnah.
• Sunnah ilahiyah ditinjau dari hubungannya dengan sebab akibat terbagi
kepada dua bagian:
• Pertama, sunnah yang merupakan kuasa dan kehendak Ilahi, artinya tidak ada
intervensi dari perbuatan manusia. Sebagai contoh sunnah yang akibatnya
terjadi pada manusia sesuai sebab yang mereka lakukan. Seperti sunnah ujian
dengan segala bentuknya merupakan takdir/kuasa Allah. Firman Allah SWT,
“Dia-lah yang menciptakan mati dan hidup untuk mengujimu siapa
diantaramu yang terbaik amalnya, dan Dia-lah yang Maha Mulia dan Maha
Pengampun”. Asy-Syaukani berkata, “Penyakit yang berhubungan dengan
penciptaan yakni menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa
diantaramu yang terbaik amalnya sehingga Dia memberi pahala padamu atas
hal itu..” Sayid Quthub berkata, “Itu hanyalah ujian untuk menampakkan
segala yang sudah berada dalam pengetahuan Allah tentang perilaku manusia
di bumi, dan hak mereka mendapat balasan atas amal”. Dalam hal ini,
pengaruh sunnah ini timbul sesuai penyikapan manusia terhadap ujian ini.
9. Hubungan antara Sunnah Ilahiyah dengan Sebab
• Kedua, sunnah yang Allah timbulkan kejadiannya disebabkan
sesuatu yang dilakukan manusia. Sunnah ini tidak tergantung
dengan sendirinya, akan tetapi adanya beberapa sebab yang
terkait sehingga terjadinya sunnah Allah ini. Juga terjadinya
sunnah ini karena adanya beberapa sebab dan tidak ada sesuatu
yang menghalanginya. Contoh tidak terjadinya sunnah karena
adanya sesuatu yang menghalanginya adalah firman Allah SWT,
“Tidaklah Allah menyiksa mereka sedang engkau berada di antara
mereka, dan tidaklah Allah menyiksa mereka sedang mereka
memohon ampunan”. Dengan demikian orang Quraisy terhindar
dari sunnah kebinasaan kaum kafir lantaran adanya Nabi SAW di
antara mereka, dan karena masih ada orang yang memohon
ampun dari kalangan muslimin.
10. Karakteristik Sunnah Ilahiyah
• Pertama, tetap (tsabat). Aturan dan sunnah yang mengatur
kehidupan manusia sesuai interaksi manusia dengan sistem yang
telah diletakkan sang Penciptanya memiliki karakteristik tetap. Salah
satu dalilnya adalah firman Allah SWT, “Sunnah Allah yang terjadi
pada orang-orang terdahulu, dan engkau tidak akan menemukan
pengganti bagi sunnatullah” Kata “lan” menunjukkan tidak mungkin
ada pengganti sunnah-sunnah, karena huruf “lan” menunjukkan
penafian di masa datang (nafi lil istiqbal). Kata “tabdilan” juga
berupa nakiroh yang jatuh pada bentuk nafi, yang menunjukkan
makna umum (pengganti apapun). Adanya bentuk nafi pada
pengganti untuk menegaskan (ta’kid) tidak adanya pengganti. Sayid
Quthub berkata, “Perkara-perkara tidak berlalu begitu saja, dan
kehidupan tidak berjalan di bumi dengan sia-sia, akan tetapi ada
aturan tetap yang merealisirnya, ia tidak berbah dan tidak berganti.”
Al-Qurthubi ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Yakni Allah
memberlakukan azab bagi orang-orang kafir dan menjadikan hal itu
sebagai sunnah atas mereka. Allah menyiksanya sesuai dengan
orang yang berhak atasnya. Tidak seorang pun mampu mengganti
itu atau mengalihkan azab atas dirinya kepada orang lain.”
11. Karakteristik Sunnah Ilahiyah
• Sunnah insaniyah (aturan yang mengatur manusia) lebih banyak
bersifat tetap dari pada sunnah kauniyah (aturan yang mengatur
alam). Bahkan sunnah kauniyah dapat tidak terjadi demi sunnah
insaniyah seperti contoh yang telah disebutkan. Ada lagi hadits
riwayat Abi Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Salah seorang Nabi
pernah berperang, dan berkata kaumnya, “Tidak boleh ikut
denganku orang yang memiliki tujuh isteri padahal dia akan
melaksanakan walimah dengannya, juga orang yang sedang
membangun rumah dan belum membangun atapnya, dan orang
yang membeli kambing yang menunggu anaknya”. Lalu dia
berperang dan mendekati kota saat akan masuk sholat ashar atau
dekat dengan itu. Lalu Nabi itu berkata kepada matahari;
“Sesungguhnya engkau diperintah (Allah) dan akupun diperintah. Ya
Allah tahanlah dia (untuk tidak segera terbenam) untuk kami. Maka
iapun tertahan hingga Allah memberi kemenangan baginya.” Dalam
hal ini sunnah kauniyah berupa berhentinya gerak matahari tunduk
demi kemaslahatan sunnah insaniyah berupa pertolongan Allah
kepada orang-orang mu’min.
12. Karakteristik Sunnah Ilahiyah
• Kedua, komprehensif dan umum (al-syumul wal ‘umum). Sunnah
bersifat komprehensif dan umum, berlaku untuk semua manusia di
setiap zaman, dan tidak berubah antara satu umat dengan umat
lain. Maka barangsiapa yang mengikuti sunnatullah dalam perang
contohnya, meskipun dia musyrik dan kafir pada Allah, maka
kemenangan akan menjadi miliknya dengan izin Allah. Dan
barangsiapa berpaling dari sunnah itu maka ia akan mengalami
kekalahan walaupun dia seorang yang jujur dan seorang nabi. Atas
dasar ini terjadi kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud. AlButhi berkata, “Terulang kesalahan beberapa individu pada pasukan
muslimin dengan akibat musubah pada mereka seluruhnya,
sehingga mereka terkena musibah itu hingga pada Rasulullah saw.
Hal itu adalah sunnatullah pada alam, tidak ada yang mencegah
akan keberlangsungannya walau Rasulullah saw ada di tengahtengah pasukan dan beliau sebaik-baik makhluk di hadapan Allah”.
13. Karakteristik Sunnah Ilahiyah
• Ketiga, bijaksana dan adil. Sunnah berlandaskan pada
kriteria ini karena berasal dari sifat sang Pencitanya; Allah
SWT. Firman Allah SWT, “Keathuilah sesungguhnya Allah
Maha Mulia dan Maha Adil”. Firman Allah SWT, “Alif lam
Ra, Kitab yang ayat-ayatnya pasti kemudian terperincin,
berasal dari Tuhan yang Maha Adil dan Menguasai”. Dialah yang Pemilik dan Maha Benar dan Adil, bebas dari
sifat zalim dan aniaya. Firman Allah SWT, “Dan Tuhanmu
tidak berbuat aniaya selamanya.” Firman Allah, “Dan
Tuhan tidak zalim kepada hamba”. Ayat-ayat dan haditshadits tentang hal ini banyak dan tidak dapat dihitung.
14. Karakteristik Sunnah Ilahiyah
• Keempat, terjadinya sunnah berbanding dengan perbuatan
manusia. Kriteria inimerupakan karunia dari Allah SWT bagi
manusia, dimana manusia bertanggungjawab atas
perbuatasnnya. Terjadinya sunnah Allah ini sesuai dengan
perbuatan, visi dan keyakinannya. Allah menjelaskan
hubungan sebab-akibat antara perbuatan manusia dan
terjadinya sunnah insaniyah. Firmannya, “sesungguhnya Allah
tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga mereka sendiri
yang merubahnya.”. fiman Allah SWT, “Telah nampak
kerusakan di daratan dan lautan disebabkan perbuatan tangan
manusia.” FiranNya lagi, ”Jika kalian bersabar dan bertaqwa,
maka tipudaya mereka tidak akan mencelakakan kalian
sedikitpun.”
15. Karakteristik Sunnah Ilahiyah
• Kelima, terjadi dan tidak akan mundur. Jika syarat-syarat Sunnah Allah telah
terpenuhi dan tidak ada penghalangnya, maka ia akan terjadi dan tidak akan
mundur. Karena yang merealisirnya adalah Zat yang tidak terkalahkan oleh
apapun baik di bumi maupun di langit. Firman Allah SWT, “Jika Dia telah
menentukan suatu perkara maka Dia berkata”jadi!” maka jadilah.”.
Terjadinya sunnah itu juga tidakdipengaruhi oleh ketidaktahuan umat
tentang sunnah itu. Jika ketidaktahuan itu disebabkan karena lalai, maka ia
tetap berlaku. Firman Allah SWT, “Apakah tatkala datang kepadamu musibah
yang pernah menimpa seperti itu kepadamu, kalian berkata, mengapa ini?
Katakanlah, itu datang dari kalian.” Firman Allah SWT, “Tidakkah mereka
menyaksikan, berapa banyak kaum sebelum masa kurun mereka Kami
binasakan, mereka telah Kami beri kekuasaan di muka bumi yang belum
pernah kami beri kekuasaan kepadamu, dan Kami turunkan hujan kepada
mereka, dan Kami jadikan sungai-sungai yang mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami binasakab mereka karena dosa-dosa mereka, lalu kami
ciptakan setelah mereka generasi lain.”