SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 196
Fase timbulnya
hak dan
kewajiban
Fase self
assessment
Fase
Pengawasan
Fase Sengketa Fase
Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak
Berlakunya
UU
Hak dan
kewajiban
Ber-NPWP
& PKP
Menyampai-
kan SPT
Diperiksa ?
Tidak
Pemeriksaan
Ketetapan
Pajak
Setuju?
Ya
Tidak
Keberatan
Surat Kep.
Keberatan
Setuju?
Ya
Tidak
BANDING
PUTUSAN
BANDING
Ya
S
E
L
E
S
A
I
10 Th
Pembukuan
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI dan
MELAPORKAN USAHA
Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(Pasal 2 angka 1 UU KUP)
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan
perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 2 UU KUP)
KETENTUAN MENGENAI JANGKA
WAKTU PENDAFTARAN
Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara
pendaftaran dan pengukuhan termasuk penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 2 ayat (5)
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(NPWP)
adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
(Pasal 1 angka 6 UU KUP)
terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama
merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan
Kode Administrasi Perpajakan.
01.234.567.8 – 999 . 000
Kode WP Kode
KPP
Kode
cbg
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(NPWP)
Khusus untuk Wajib Pajak berstatus cabang, orang pribadi
pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta
diberikan NPWP dengan aturan sebagai berikut :
a) Kode WP sama dengan kode WP pusat, kode WP
domisili atau kode WP suami.
b) Kode Administrasi perpajakan: 3 (tiga) digit pertama
merupakan kode KPP dimana WP mendaftar dan 3 (tiga)
digit terakhir menunjukkan kode urutan cabang.
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
BADAN
Orang pribadi
yang
menjalankan
usaha atau
pekerjaan
bebas
wajib mendaftarkan diri
kepadanya
diberikan
NPWP
Orang pribadi yg tidak
menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, apabila
s/d suatu bulan
memperoleh penghasilan
yang jumlahnya telah
melebihi PTKP setahun
wajib mendaftarkan diri kepadanya
diberikan
NPWP
WP sebagai pemungut/
pemotong pajak
wajib mendaftarkan diri
kepadanya
diberikan
NPWP
WAJIB PAJAK
paling lama 1 (satu) bulan setelah saat
usaha mulai dijalankan
paling lambat pada akhir
bulan berikutnya
sebelum memungut/memotong
PMK No.73/PMK.03/2012
NPWP BAGI WANITA KAWIN
YANG MEMILIKI PENGHASILAN
Penghasilan isteri
digabung dengan
suami
NPWP isteri = NPWP
suami
yang dikenakan pajak secara terpisah
karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta
Isteri dan suami
masing-masing
memiliki NPWP
CONTOH
Udin bersama rekan-rekannya bermaksud mendirikan sebuah
Yayasan di bidang pendidikan. Akte pendirian dibuat dihadapan
Notaris pada tanggal 20 Mei 2008 dengan nama Yayasan Bhakti
Utama. Kegiatan usaha baru benar benar dilaksanakan secara aktif
pada 1 November 2008.
Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama 1
(satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi lebih dulu antara
saat pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan.
Saat usaha mulai dijalankan Yayasan Bhakti Utama adalah tanggal
20 Mei 2008.
Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama tanggal
21 Juni 2008.
CONTOH
Udin, seorang bujangan (TK/-) mulai bekerja pada tanggal 1 Pebruari
2008 sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta nasional
dengan penghasilan neto sebulan sebesar Rp2.000.000,00.
Karena Udin belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan
maka PTKP setahun adalah Rp15.840.000,00.
Asumsi penghasilan neto Udin tetap, maka pada bulan ke-8 (September
2008) penghasilan neto Udin adalah Rp16.000.000,00 telah melebihi
PTKP.
Udin wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya
setelah bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi
PTKP setahun,
yaitu paling lambat akhir bulan Oktober 2008.
CONTOH
Seno, bujangan (TK/-) adalah pengangguran. Namun Seno memiliki
deposito dengan bunga per bulan sebesar Rp2.000.000,00. Bunga
tersebut mulai diperoleh sejak bulan Februari 2009. Atas penghasilan
bunga tersebut telah dipotong PPh yang bersifat Final oleh bank.
Bagaimana kewajiban NPWPnya?
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
SETIAP WAJIB
PAJAK
SEBAGAI
PENGUSAH
A
yang melakukan
penyerahan BKP
dan atau
penyerahan JKP
PENGUSAH
A KENA
PAJAK
tidak termasuk
Pengusaha Kecil,
kecuali Pengusaha
Kecil yang memilih
untuk dikukuhkan
sebagai PKP
Wajib melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
PENGUSAHA
Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
(Pasal 1 angka 14 UU PPN)
Pengusaha kecil
Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto
dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp600.000.000,00.
(Per. Menkeu No:68/PMK.03/2010)
KEWAJIBAN MELAPORKAN KEGIATAN
USAHANYA
BADAN
Orang pribadi
yang
menjalankan
usaha atau
pekerjaan
bebas
Sebagai Pengusaha Kecil,
yang memilih menjadi
PKP
Sebagai
PENGUSAHA
yang menyerahkan
BKP/JKP
WAJIB PAJAK
wajib melaporkan
usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP
sebelum melakukan
penyerahan BKP dan
atau JKP bagi yang
memenuhi ketentuan
sebagai PKP
wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai PKP
Sebagai
Pengusaha
Kecil, yang
tidak memilih
menjadi PKP
sampai dengan suatu
masa pajak dalam suatu
tahun buku OMSET BKP
&/ JKP> batasan yang
ditentukan sebagai
Pengusaha Kecil
wajib melaporkan
usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP
paling lambat akhir
masa pajak berikutnya
Contoh
PT Pluto adalah perusahan yang mengelola rumah makan berdasarkan
perjanjian franchise dengan pemilik merk “Kentucky Fried Chicken” di USA.
Akte pendirian dibuat di hadapan Notaris pada tanggal 10 Januari 2009.
Usaha mulai aktif dijalankan pada tanggal 1 Maret 2009 dan rumah makan
mulai dibuka tanggal 1 April 2009.
PT Pluto adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lambat 1 bulan setelah tanggal 10 Januari
2009.
PT Pluto adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dan memanfaatkan barang
tidak berwujud (franchise) dari luar Daerah Pabean.
Namun PT Pluto bukan PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang
diserahkan adalah makanan minuman di rumah makan (bukan Barang Kena
Pajak)
PT Pluto tidak wajib melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Contoh
PT Yupiter adalah pedagang besar komputer. Akte pendirian dibuat
dihadapan Notaris pada tanggal 10 Mei 2010. Usaha mulai aktif dijalankan
yaitu dengan mulai menjual komputer pada tanggal 1 Juni 2010.
PT Yupiter adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP paling lambat 11 Juni 2010.
PT Yupiter adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya melakukan usaha perdagangan.
PT Yupiter adalah PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan
adalah komputer yang merupakan Barang Kena Pajak
PT Yupiter wajib melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP,
yaitu sebelum tanggal 1 Juni 2010 (bersamaan dengan kewajiban
mendaftarkan diri).
Contoh
Misalkan PT Yupiter tersebut dalam tahun buku 2010 omset penjualan
komputernya tidak lebih dari Rp600juta.
PT Yupiter merupakan PENGUSAHA KECIL dan dengan permohonan,
pengukuhan PKP dapat dicabut.
Setelah pengukuhan PKP dicabut, apabila sampai dengan suatu masa pajak
dalam suatu tahun buku OMSET BKP dan atau JKP lebih dari Rp600juta
PT Yupiter wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
paling lambat akhir masa pajak berikutnya
NPWP dan PKP JABATAN
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak
melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri dan
atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
kegiatan usahanya.
Dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh
atau dimiliki oleh Dirjen Pajak ternyata orang pribadi atau
badan atau Pengusaha tersebut telah memenuhi syarat
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pasal 2 ayat 4 UU KUP
Pengukuhan PKP secara jabatan untuk Pengusaha
yang telah melampaui batasan sebagai Pengusaha
kecil
Dalam hal pengusaha telah melampaui batasan sebagai
Pengusaha Kecil tetapi tidak melaporkan kegiatan
usahanya atau pengukuhan dilakukan secara jabatan
maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya
setelah bulan seharusnya pengusaha tersebut
melaporkan usahanya. Kewajiban memungut,
menyetorkan dan melaporkan PPN dan PPnBM yang
terutang dimulai sejak saat pengukuhan sebagai PKP.
(Per. Menkeu No:68/PMK.03/2010)
Contoh
Toko barang elektronik “X” (milik orang pribadi), jumlah peredaran
bruto/ omzet bulan Januari 2011 s/d Mei 2011 mencapai Rp500juta.
Sedangkan omzet bulan Juni adalah Rp200juta. Dengan demikian,
batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Juni 2011,
sehingga Toko “X” harus segera melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada KPP setempat
selambat-lambatnya 31 Juli 2011.
Tetapi apabila Toko “X” baru melapor ke KPP pada tanggal 20
Agustus 2011, maka saat pengukuhan sebagai PKP terhitung mulai
tanggal 1 Agustus 2011.
Pada bulan Februari 2012 KPP memperoleh data bahwa Firma “Z”
pada tahun 2011 mempunyai omzet sebesar Rp1milyar. Selanjutnya
berdasarkan penelitian diketahui bahwa batasan omzet Rp600juta
sudah terlampaui pada bulan Juli 2011, maka saat pengukuhan
sebagai PKP terhitung mulai tanggal 1 September 2011.
TEMPAT MENDAFTARKAN
DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal WP
tempat kedudukan
Wajib Pajak
Ditetapkan oleh
Dirjen Pajak
Bagi WP tertentu
KPP BUMN, KPP PMA,
KPP Badan & Orang
Asing, KPP Perusahaan
Masuk Bursa, KPP WP
Besar/Madya
(Per-9/PJ/2008)
WP Badan
WP Orang Pribadi
Dalam hal tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua
atau lebih wilayah kerja KPP, Direktur
Jenderal Pajak dapat menetapkan KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar
&/tempat kegiatan
usaha, apabila WP
OP melakukan
kegiatan usaha
TEMPAT MENDAFTARKAN
DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi
tempat kedudukan Wajib
Pajak badan/ tempat tinggal
WP orang pribadi
tempat kegiatan usaha apabila
WP OP melakukan kegiatan
usaha/ kantor cabang
Untuk kewajiban perpajakan:
- PPh badan/PPh Orang
Pribadi (PPh Pasal 25 dan 29)
- PPh Pot Put
- PPN dan PPnBM
Untuk kewajiban perpajakan:
- PPh Pot Put
- PPN dan PPnBM
Kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPnBM
terutang dapat dilakukan secara terpusat (sentralisasi) apabila memenuhi
persyaratan tertentu. Sedangkan untuk PPh Pasal 21 dan Pasal 26 tidak
dapat dilakukan pemusatan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
terutang. (SE-23/PJ.43/2000)
TEMPAT MENDAFTARKAN
DIRI
Bagi WP OP yang berstatus sebagai
karyawan
Di KPP Domisili Melalui KPP Lokasi
Diproses sesuai ketentuan
yang berlaku.
KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan usaha
Pemberi Kerja/Bendaharawan
Pemerintah terdaftar.
KPP lokasi mengirimkan
permohonan pendaftaran ke
KPP Domisili.
NPWP diberikan oleh KPP
Lokasi.
Per-16/PJ/2007
TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN
USAHA
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi
Ditetapkan oleh
Dirjen Pajak
PKP tertentu
KPP BUMN, KPP PMA, KPP
Badan & Orang Asing, KPP
Perusahaan Masuk Bursa,
KPP WP Besar
(Per-9/PJ/2008)
tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak
KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang
perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui
tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak
termasuk perdagangan kendaraan dan restoran.
Per-32/PJ./2010
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/gerai (outlet) di
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
usaha/gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) dan di Kantor Pelayanan
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP
domisili).
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN
MENDAFTARKAN DIRI DAN MELAPORKAN KEGIATAN
USAHA
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan
diri, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling tinggi 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(Pasal 39 ayat 1 huruf a dan b UU KUP)
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
Dalam hal WP terdaftar pindah tempat tinggal atau tempat
kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lain
Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah dengan
menyampaikan surat pernyataan pindah beserta persyaratannya.
Ke KPP Lama Ke KPP Baru
KPP Lama menerbitkan
Surat Pindah paling lama
pada hari kerja berikutnya,
untuk diberikan ke KPP baru
KPP Baru menerbitkan
Kartu NPWP dan Surat
Keterangan Terdaftar paling
lama pada
hari kerja berikutnya atau
setelah menerima Surat
PindahPer-44/PJ./2008
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah
sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka
KPP lama menerbitkan Surat Pindah paling lama pada hari kerja
berikutnya setelah menerima surat pernyataan pindah beserta
persyaratannya secara lengkap dari PKP atau pemberitahuan adanya
surat pernyataan pindah dari KPP baru
KPP baru menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib
Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 1 (satu) hari kerja
setelah menerima Surat Pindah dari KPP lama
KPP lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak setelah diterimanya tembusan Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak yang diterbitkan oleh KPP baru paling lama pada hari kerja
berikutnya.
Per-44/PJ./2008
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal
Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak
sudah selesai dibagi
Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya
sebagai bentuk usaha tetap
Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi
sebagai Wajib Pajak
Kep-161/PJ./2001
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dilakukan apabila utang
pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah
daluwarsa,
Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan
harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat
ditemukan;
kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui bahwa utang pajak
tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena
Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi; atau
sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan.
Kep-161/PJ./2001
PENCABUTAN PKP
Pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dilakukan dalam hal
Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain;
Bubar;
tidak memenuhi syarat lagi sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
Kep-161/PJ./2001
Dalam hal jumlah peredaran bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi
batas jumlah peredaran bruto untuk Pengusaha Kecil, maka PKP dapat
mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai PKP paling
lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya tahun buku ybs. Paling lama 2
bulan sejak permohonan diterima, setelah dilakukan pemeriksaan DJP
harus memberikan keputusan. Jika tidak, maka dianggap dikabulkan.
(Pasal 13 angk (2), (3), dan (4) Kep-161/PJ./2001)
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur, untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.
(Pasal 1 angka 29 UU KUP)Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang
peredaran atau penerimaan bruto dan atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak
yang bersifat final.
(Pasal 28 ayat (9) UU KUP)
YANG WAJIB PEMBUKUAN
Wajib Pajak Badan
di Indonesia
Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
Pasal 28 ayat (1) UU KUP
YANG TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI
WAJIB MENYELENGGARAKAN PENCATATAN
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar 8 ratus juta rupiah), boleh
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal
Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
(Pasal 14 ayat (2) UU PPh)
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Pasal 28 ayat (2) UU KUP)
WP Orang Pribadi yang tidak memilih
menyelenggarakan pembukuan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menghitung penghasilan neto usaha atau pekerjaan
bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto
wajib memberitahukan mengenai penggunaan Norma
Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama
3 (tiga) bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan
Pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
yang disampaikan dalam jangka waktu tersebut dianggap disetujui
kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak Orang
Pribadi tidak memenuhi persyaratan untuk menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan kepada
Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan jangka waktu tersebut
dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan
Kep-536/PJ./2000
WP Orang Pribadi yang wajib menyelenggarakan pembukuan
WP Orang Pribadi yang memilih menyelenggarakan
pembukuan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang dianggap memilih
menyelenggarakan pembukuan
yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pembukuan
penghasilan netonya dihitung dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Netodikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam
tahun pajak yang bersangkutan
Kep-536/PJ./2000
Arnold adalah pengusaha bengkel motor. Menjadi Wajib Pajak sejak awal
2008. Arnold merupakan Pengusaha Kecil yang tidak memilih untuk
dikukuhkan sebagai PKP dan sejak awal tahun 2011 telah
memberitahukan mengenai penggunaan norma penghitungan penghasilan
neto. Total omset selama tahun 2011 adalah Rp500juta dengan rincian
sbb: omset JKP sebesar Rp400juta; omset BKP Rp100juta.
WP Orang
Pribadi
Pengusaha
kecil
Tidak wajib pembukuan tetapi
wajib pencatatan
Apabila memilih
menyelenggarakan pencatatan
menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto.
Tidak wajib
PKP
Arnold adalah pedagang eceran yang memiliki toko kelontong. Menjadi
Wajib Pajak dan dikukuhkan sebagai PKP sejak 10 Januari 2011 dan telah
memberitahukan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Total omset tahun 2011 adalah 400juta. Karena merupakan pengusaha
kecil, setelah mengajukan permohonan, status PKPnya dicabut sejak 15
Maret 2012. Pada tahun 2012 mencatat omset sebesar Rp700juta terdiri
dari Rp500juta omset BKP dan Rp200juta omset bukan BKP.
Tidak wajib PKP
(Pengusaha Kecil)
karena omset BKP tidak
melebihi Rp600juta
wajib pembukuan
karena omset > 600juta
WP Orang
Pribadi
KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN
harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas
Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan.
Pasal 28 ayat (3) sd ayat (8) UU KUP
PRINSIP TAAT ASAS
prinsip yang sama digunakan dalam metode
pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya,
untuk mencegah penggeseran laba atau rugi
misalnya dalam penerapan : Stelsel pengakuan
penghasilan; Tahun buku; Metode penilaian
persediaan; Metode penyusutan dan amortisasi
STELSEL AKRUAL DAN STELSEL
KAS
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan
penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada
waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi
tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan
biaya itu dibayar tunai.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya
didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang
dibayar secara tunai.
Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan,
bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu,
serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telah
dibayar tunai dalam suatu periode tertentu.
STELSEL KAS UNTUK PENGHITUNGAN
PPh
Pemakaian stelsel kas murni dapat mengakibatkan penghitungan yang
mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari
tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas
dan pengeluaran kas.
Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam
memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain sbb:
Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi
seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam
menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh
pembelian dan persediaan.
Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang
dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan
hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).
stelsel campuran
PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA
UANG SELAIN RUPIAH
Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing
bentuk usaha tetap
Wajib Pajak yang berafiliasi dengan perusahaan induk di luar negeri
WP yg mendaftarkan emisi sahamnya di bursa LN
Kontrak Investasi Kolektif
WP yg menyajikan lapkeu dlm mata uang fungsional menggunakan US $
sesuai SAK di Indonesia
harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan
dng mengajukan srt permohonan kpd Kakanwil DJP, paling lambat 3 bln
seb tahun buku yang diselenggarakan dlm bahasa Inggris dan mata uang
US$ tsb dimulai, atau 3 bln sejak tgl pendirian bagi WP baru.
PMK: 196/PMK.03/2007
PMK: 24/PMK.11/2012
PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA
UANG SELAIN RUPIAH
Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya
Wajib Pajak dalam rangka Kontraktor
Kontrak Kerja Sama
wajib menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar
paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tgl
pendirian/ 3 (tiga) bulan sebelum tahun
buku yang diselenggarakan dalam bahasa
Inggris dan mata uang US$ tersebut
dimulai.PMK: 196/PMK.03/2007
SANKSI TIDAK MENGAJUKAN
PERMOHONAN ATAU PEMBERITAHUAN
Wajib Pajak yang ternyata :
Tidak mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan
dalam bahasa Inggris dan mata uang US$, atau permohonannya ditolak,
atau tidak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP
terdaftar, namun tetap menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat; atau
Telah diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris
dan mata uang US$ atau telah memberitahukan ke KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar, namun pembukuannya tetap diselenggarakan dalam bahasa
Indonesia atau mata uang Rupiah;
maka izin untuk menyelenggarakan pembukuan dlm bhs Inggris dan mata
uang US$ dicabut dan WP tidak boleh lagi mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang USS$.
kecuali WP memberitahukan secara tertulis mengenai pembatalan untuk
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang US$
dalam batas waktu 3 bulan setelah tahun buku berjalan
PENYIMPANAN DOKUMEN
Buku, catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yg
dikelola secara elektronik atau secara program
aplikasi on-line wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat
kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak
orang pribadi, atau di tempat kedudukan bagi Wajib
Pajak badan
Pasal 28 ayat (11) UU KUP
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
ADMINISTRASI PIDANA
apabila kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28
(Pembukuan) dan Pasal 29
(Pemeriksaan) tidak dipenuhi,
sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang
berupa kenaikan sebesar :50 % dari
PPh yang tidak atau kurang dibayar;100
% dari PPh yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut,
tidak atau kurang disetorkan, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau
kurang disetorkan;100 % dari PPN dan
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
Pasal 13 (1) d dan Pasal 13 (3) UU
Setiap orang yang dengan
sengaja:memperlihatkan
pembukuan, pencatatan, atau
dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar;
atau tidak menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
penjara paling lama 6 thn dan
denda paling tinggi 4 kali jumlah
pajak terutang yg tidak atau
kurang dibayar
Pasal 39 (1) f dan g UU KUP
SPT
SPT Masa SPT Tahunan
yaitu Surat Pemberitahuan untuk
suatu Masa Pajak, terdiri dari:
PPh Pasal 21 dan Pasal 26
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23 dan Pasal 26
PPh Pasal 25
PPh Pasal 4 ayat 2
PPh Pasal 15
PPN
PPN bagi Pemungut
PPn BM
yaitu Surat Pemberitahuan
untuk suatu Tahun Pajak atau
bagian Tahun Pajak meliputi:
-SPT Tahunan PPh WP Badan
-SPT Tahunan PPh WP OP
-SPT
Tahunan PPh Pasal 21
-SPT Tahunan Pembetulan
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan
atau harta dan kewajiban, sesuai dng ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 11 UU KUP)
Definisi SPT
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan menandatangani serta
menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan.
(Pasal 3 ayat (1) UU KUP)
Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menkeu untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing
dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain
Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturanan Menkeu.
(Pasal 3 ayat (1a) UU KUP)
Wajib Pajak harus mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di
tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
(Pasal 3 ayat (2) UU tentang KUP)
Kewajiban penyampaian SPTSPT
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.(pasal 4 ayat (1) UU KUP)
Dalam hal Wajib Pajak
adalah badan, Surat
Pemberitahuan harus
ditandatangani oleh
pengurus atau
direksi.
yaitu yang tercantum
namanya dalam
susunan pengurus yang
tertera dalam akte
pendirian maupun akte
perubahan
Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan
ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib
Pajak, harus dilampiri surat kuasa
khusus.
harus memenuhi syarat sbb:
-memiliki NPWP
-telah menyampaikan SPT Tahunan Pph Tahun
Pajak terakhir
-Menguasai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
-Memiliki Surat kuasa Khusus dari WP dng
format yg telah ditetapkan
(PMK:22/PMK.03/2008)
Penandatangan SPTSPT
SPT dianggap tidak disampaikan apabila tidak
ditandatangani atau tidak sepenuhnya
dilampiri keterangan dan atau dokumen, atau
menyatakan LB disampaikan setelah 3 thn
sesudah berakhirnya masa pajak, bagian thn
pajak, atau tahun pajak dan WP telah ditegur
secara tertulis, atau SPT disampaikan
setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan
atau menerbitkan skp
{Pasal 3 ayat (7) UU tentang KUP}
SPT
Surat Pemberitahuan tidak lengkap apabila
nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak tidak dicantumkan dalam SPT;
elemen SPT Induk dan lampiran tidak/kurang lengkap diisi;
SPT tidak ditandatangani Wajib Pajak atau ditandatangani kuasa Wajib
Pajak, tetapi tidak dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus;
SPT tidak atau kurang dilampiri dengan lampiran yang disyaratkan;
atau
SPT kurang bayar tetapi tidak dilampiri dengan SSP atau Surat Keputusan
Persetujuan Penundaan/Angsuran PPh Pasal 29.
SPT
LAMPIRAN YANG DISYARATKAN
Lampiran Surat Pemberitahuan yang
disyaratkan adalah lampiran Surat
Pemberitahuan Induk dan atau lampiran-
lampiran lainnya yang disyaratkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Keputusan Dirjen Pajak Nomor:214/PJ./2001 tentang KETERANGAN
DAN ATAU DOKUMEN LAIN YANG HARUS DILAMPIRKAN DALAM
SURAT PEMBERITAHUAN (per Jenis Pajak)
SPT
CARA PENYAMPAIAN
SPT
Disampaikan Secara
langsung
diberi bukti penerimaan oleh
petugas yang ditunjuk
Disampaikan melalui
pos tercatat
bukti/resi serta tanggal
pengiriman dianggap sebagai
bukti penerimaan
Disampaikan melalui
jasa ekspedisi atau
jasa kurir
tanda bukti dan tanggal
penerimaan untuk penyampaian
SPT dianggap sebagai tanda bukti
dan tanggal penerimaan SPT
Disampaikan secara
elektronik
kepada WP diberikan Bukti
Penerimaan secara elektronik
yang dibubuhkan pada bagian
bawah induk SPT yang telah
diterima Ditjen Pajak
SPT
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
SPT MASA
Paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak.
SPT TAHUNAN
Paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak utk
PPh OP, dan paling lambat 4 (empat) setelah akhir Tahun
Pajak untuk PPh Badan
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyampaian SPT bertepatan dengan
hari libur, maka penyampaian SPT dapat dilakukan paling lambat pada
hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.
SPT
Pasal 3 ayat (3) UU KUP
Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT
SP
T
ADMISNISTRASI
SPT tdk disampaikan dlm jk waktunya dikenakan sanksi adm denda seb
Rp500rb untuk SPT Masa PPN, Rp100rb SPT Masa lainnya, Rp1juta
SPT Tahunan PPh Bdn dan seb Rp100rb untuk SPT Tahunan PPh OP
(Pasal 7 ayat 1 UU KUP)
Apabila SPT tdk disampaikan dlm jk waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tdk
disampaikan pada waktunya sbgaimana ditentukan dalam Surat Teguran; maka
jumlah pajak yang kurang dibayar ditagih dengan SKPKB ditambah sanksi adm
berupa kenaikan sebesar 50% untuk PPh, 100% untuk PPh PotPut, 100% untuk
PPN dan PPnBM
(Pasal 13 ayat 3 UU KUP)
Karena kealpaan pertama kali tdk menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT
tetapi isinya tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian pd pendapatan negara
dikenakan sanksi adm berupa kenaikan seb 200% dr jumlah pajak yg kurang
dibayar yg ditetapkan melalui penerbitan SKPKB
(Pasal 13A UU KUP)
SP
T
Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT
PIDANA
Karena kealpaan tdk menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi
isinya tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian pd pendapatan negara
dan perbuatan tsb setelah perbuatan pertama sesuai psl 13A, didenda
paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg tdk/kurang dibayar dan paling
banyak 2 kali jumlah pajak terutang yg tdk/kurang dibayar atau dipidana dgn
pidana kurungan paling singkat 3 bln atau paling lama 1 tahun
(Pasal 38 UU KUP)
Karena sengaja tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT
tetapi isinya tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
(pasal 39)
Hak WP berkaitan dengan
penyampaian SPT
Perpanjangan jangka waktu penyampaian
SPT
Pembetulan SPT
Mengungkapkan ketidakbenaran
pengisian SPT
SPT
Perpanjangan Jangka Waktu
Penyampaian SPT
Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
untuk paling lama 2 (dua) bulan.
(Pasal 3 ayat (4) UU KUP)
Apabila Wajib Pajak ternyata tidak dapat menyampaikan atau menyiapkan
laporan keuangan tahunan atau neraca perusahaan beserta laporan laba
rugi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan karena luasnya kegiatan
usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan, sulit
untuk memenuhi batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran
dari batas waktu yang telah ditentukan, WP dapat mengajukan
permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu penyampaian SPT
Tahunan Pajak Penghasilan.
SPT
Prosedur Perpanjangan Waktu
Penyampaian SPT Tahunan
Permohonan diajukan secara tertulis sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan berakhir dengan
menyebutkan alasan-alasannya
Menyampaikan penghitungan sementara pajak penghasilan yang
terutang dan dilampiri Laporan Keuangan sementara tahun pajak yang
bersangkutan (bagi WP yang menyelenggarakan pembukuan);
Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan pajak yang terutang
apabila menurut penghitungan sementara Kurang Bayar, berupa Surat
Setoran Pajak (SSP);
Kepala Kantor Pelayanan Pajak wajib memberikan keputusan
persetujuan/penolakan atas permohonan WP selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sejak permohonan diterima lengkap. Apabila Kepala KPP tidak
memberikan keputusan sesuai jangka waktu di atas, maka permohonan
WP dianggap diterima.
SPT
Akibat administratif penundaan
penyampaian SPT
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat
Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak
yang sebenarnya terutang, maka atas kekurangan pembayaran
pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (3) huruf b dan huruf c sampai dengan tanggal dibayarnya
kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 3 UU KUP)
SP
T
CONTOH
PT ABC diijinkan menunda penyampaian SPT Tahunan PPh
Badan Tahun 2008 (Tahun Takwim) sampai dengan tanggal
30 Juni 2009 dengan perhitungan sementara pajak
terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta.
Kekurangan pajak (PPh Pasal 29) sebesar Rp20juta
dilunasi pada tanggal 25 Maret 2009.
PT ABC menyampaikan SPT sesungguhnya pada tanggal 30
Juni 2009 dengan jumlah pajak yang terutang sebesar
Rp120juta. Kekurangan pembayaran dilunasi tanggal 28
Juni 2009.
Dari kasus di atas maka PT ABC dikenakan bunga
sebesar:
2% x 2 x Rp20.000.000,00 = Rp800.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 28 Juni 2009
= 2 bulan.
PEMBETULAN SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan
SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis dengan syarat Direktur Jenderal
Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
(Pasal 8 ayat 1 UU KUP)
SP
T
Dalam hal pembetulan SPT sbgmana ayat(1) menyatakan rugi atau
lebih bayar, pembetulan SPT hrs disampaikan paling lama 2 thn
sebelum daluwarsa penetapan
(pasal 8 ayat (1 a) UU KUP) (1a) UU KUP)
Akibat administratif pembetulan SPT
Dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka
kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas jumlah
pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT
berakhir sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan
dihitung satu bulan
(Pasal 8 ayat 2 UU KUP)
Mis. PT ABC membetulkan sendiri SPT PPh Badan Tahun 2007 pada
tanggal 10 Februari 2009 dan pajak terutang dari Rp120juta menjadi
Rp150juta. Atas kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar
tanggal 9 Februari 2009. Maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Bunga dihitung sejak 1 Mei 2008 sampai dengan 9 Februari
2009 = 10 bulan.
SP
T
PEMBETULAN SPT
Walaupun telah dilakukan pemeriksaan , tapi belum dilakukan
penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yg dilakukan WP
sbgmana dimaksud dlm psl 38, thd ketidakbenaran tsb tidak
dilakukan penyidikan apabila WP dng kemauan sendiri mengungkap
ketidak benaran tsb diserta pelunasan kekurangan pembayaran
beserta denda sebesar 150% dari jumlah pajak yg kurang dibayar
( Psl 8 ayat 3 UU KUP)
Walaupun Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan tapi belum
menerbitkan skp, WP dg kesadaran sendiri membuat laporan
tersendiri ketidakbenaran pengisian SPT yg dpt mengakibatkan:
(pajak, rugi,harta,modal)menjadi lebih besar/kecil, maka pajak yg
kurang dibayar dikenakan sanksi adm berupa kenaikan seb 50% dan
hrs dilunasi sebelum laporan tersendiri disampaikan
(Psl 8 ayat 4 dan 5 UU KUP)
Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah berakhir, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan, Wajib Pajak dapat membetulkan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan yang telah disampaikan, dalam hal
Wajib Pajak menerima skp, SK Keberatan, SK
Pembetulan,Putusan Banding, atau Putusan PK tahun
pajak sebelumnya,atau bbrp thn pjk seblmnya yang
menyatakan rugi fiskal yang berbeda dgn rugi fiskal yg
telah dikompensasikan dlm SPT Tahunan yg akan dibetulkan,
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima SK2 tsb
diatas
(Pasal 8 ayat 6 UU KUP)
SP
T
PEMBETULAN SPT
CONTOH
Atas SPT Tahunan PPh 2007 dilakukan pemeriksaan dan pada 6 Januari
2010 diterbitkan skp yg menyatakan rugi fiskal seb Rp70.000.000,-
PT A menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 yang menyatakan:
Penghasilan Neto Rp200.000.000,-
Kompensasi kerugian SPT Tahunan PPh 2007 Rp150.000.000,- -
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,-
Berdasarkan skp tersebut Dirjen Pajak akan mengubah perhitungan
Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 sbb:
Penghasilan Neto Rp200.000.000,-
Rugi menurut ketetapan pajak 2007 Rp 70.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp130.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak sebelum pembetulan Rp50.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak setelah pembetulan Rp130.000.000,-
WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN
Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
Masa PPh Pasal 25.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas.
Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
Tahunan PPh maupun SPT Masa PPh Pasal 25.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan
netonya tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak
Kena Pajak
PMK NO.183/PMK.03/2007
WP TERTENTU YG DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRASI BERUPA DENDA KARENA TIDAK
MENYAMPAIKAN SPT DALAM JANGKA WAKTU YG DITENTUKAN
Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia yang
belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli
warisnya sehingga masih terdaftar dalam administrasi Dirjen
Pajak;
Wajib Pajak badan yang tidak lagi melakukan kegiatan usaha
tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
Wajib Pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya.
Wajib Pajak Non Efektif
SARANA PEMBAYARAN/PENYETORAN
PAJAK
Surat Setoran Pajak (SSP)
adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan dng menggunakan formulir atau telah
dilakukan dng cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Bentuk formulir SSP dan kode akun pembayaran
berdasarkan Perdirjen No.38/PJ/2009 jo. Perdirjen
No.23/PJ/2010
JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK
Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi
masing-masing jenis pajak, paling lambat 15 (lima belas)
hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak
berakhir.(Pasal 9 ayat 1 UU KUP)
Peraturan Menteri Keuangan No. 80/PMK.03/2010
Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan Pph harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan itu
disampaikan. (Pasal 9 ayat 2 UU KUP)
STP, SKPKB, SKPKBT, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan
Banding, serta Putusan PK yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan sejak tanggal diterbitkan.
(Pasal 9 ayat 3 UU KUP)
SANKSI ADMINISTRASI TERLAMBAT
MENYETOR ATAU MEMBAYAR
Apabila pembayaran atau penyetoran pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan
setelah tgl jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenakan sanksi adm berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan yang dihitung dari jt.tempo
pembayaran sampai dng tgl pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 9 ayat 2a UU KUP)
Apabila pembayaran atau penyetoran pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan
setelah tgl jt.tempo penyampaian SPT Tahunan,
dikenakan sanksi adm berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan yang dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan
sampai dengan tgl pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 9 ayat 2b UU KUP)
Contoh:
Angsuran masa Pajak Penghasilan pasal 25
PT. A sejumlah Rp10.000.000,- per bulan.
Angsuran masa Mei 2008 dibayar tgl 18
Juni 2008 (terlambat bayar) dan
dilaporkan tgl 19 Juni 2008. Apabila pd
tgl 15 Juli 2008 diterbitkan STP, maka
sanksi bunga dalam STP tersebut dihitung
1(satu) bulan yaitu:
1 x 2% x Rp10.000.000,- = Rp200.000,-
SANKSI ADMINISTRASI KARENA
TIDAK/KURANG DIBAYAR
Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan PK, yg
menyebabkan jumlah pajak yg hrs dibayar bertambah, pada saat jatuh
tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk
seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 1 UU KUP)
CONTOH
SKPKB diterbitkan tanggal 7 Oktober 2008 dgn jumlah
pajak yg masih hrs dibayar Rp10.000.000,-. Harus
dilunasi paling lambat tanggal 6 November 2008.Sampai
dng 6 Nopember 2008 baru dibayar sejumlah
Rp6.000.000,-. Pada tanggal 1 Desember 2008
diterbitkan STP dng perhitungan:
Pajak yg masih hrs dibayar : Rp10.000.000,-
Dibayar pd tgl pelunasan : Rp 6.000.000,-
Kurang bayar : Rp 4.000.000,-
Bunga 1 bulan: 2% x 4.000.000,- = Rp80.000,-
Apabila WP membayar pd 3 Desember 2008 seb.Rp10juta,
maka pd 5 Desember diterbitkan STP atas bunga sbb:
Pajak yg masih hrs dibayar : Rp10.000.000,-
Dibayar setelah lewat jt tempo : Rp10.000.000,-
Kurang bayar : Rp 0,-
STP atas bunga: 2% x 10.000.000,- = Rp200.000,-
(penjelasan psl 9 ayat (1) UU KUP)
PEMINDAHBUKUAN
Pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda
administrasi dan kenaikan,
dapat dilakukan melalui
perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau
bunga yang diterima atau melalui perhitungan
dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib
Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain.
Adanya Kelebihan Pembayaran pajak yang besarnya dinyatakan dalam SKPLB
telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang
Adanya pembayaran yang lebih besar dari pajak terutang dalam surat
ketetapan pajak yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak
Adanya pemberian bunga terhadap Wajib Pajak akibat keterlambatan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
Adanya kesalahan dalam mengisi SSP baik yang menyangkut Wajib
Pajak Sendiri maupun Wajib Pajak lain
Definisi Pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan untuk
menghimpun dan mengolah data
keterangan dan atau bukti yg
dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan
atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
Pasal 1 angka 25 UU KUP
KEWENANGAN dan TATA CARA
PEMERIKSAAN PAJAK
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 29 ayat 1 UU KUP)
Tata cara pemeriksaan diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
(Pasal 31 UU KUP)
Peraturan Menkeu Nomor: 199/PMK.03/2007 jo. Peraturan
Menkeu Nomor 82/PMK.03/2011
Tujuan Pemeriksaan
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan
a. SPT menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk
yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak;
b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi;
c. SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu
yang telah ditetapkan;
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,
pembubaran atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya
e. SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh
Dapat dilakukan dalam hal:
Tujuan Pemeriksaan
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto;
f. pencocokan data dan atau alat keterangan;
g. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
h. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
i. Pemeriksaan dlm rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang waktu kompensasi
kerugian sehub dng pemberian fasilitas perpajakan;
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra P3B.
Kebijakan Pemeriksaan Pajak
Surat Edaran Nomor: SE-10/PJ.7/2004
Kebijakan Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Kriteria Seleksi
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Bukti Permulaan
PEMERIKSAAN RUTIN
PEMERIKSAAN YANG BERSIFAT RUTIN YG DILAKUKAN TERHADAP WP
SEHUBUNGAN DGN PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN
PERPAJAKANNYA
WP OP atau Badan yang menyampaikan:
-SPT Tahunan/Masa yang menyatakan Lebih Bayar
-SPT Tahunan PPh yang menyatakan Rugi Tidak Lebih Bayar
-SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak sbg akibat adanya perubahan
tahun buku atau metode pembukuan atau penilaian kembali aktiva tetap
WP melakukan penggabungan, pemekaran, pengambilalihan usaha, atau
likuidasi, penutupan usaha, atau akan meninggalkan Indonesia selamanya
WP OP atau Badan tidak menyampaikan SPT Tahunan/Masa dalam
jangka waktu yg ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak
menyampaikan SPT pada waktunya sbgmana dalam surat teguran
WP OP atau Badan melakukan kegiatan membangun sendiri yg
kewajiban PPNnya diduga tidak dilaksanakan
Dapat dilaksanakan dalam hal:
SE-10/PJ.7/2004
PEMERIKSAAN KRITERIA
SELEKSI
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN TERHADAP WP YANG TERPILIH
BERDASARKAN SKOR RISIKO KEPATUHAN
Kriteria seleksi risiko dilaksanakan apabila SPT Tahunan PPH
WP OP atau Badan terpilih untuk diperiksa berdasarkan
analisis risiko
Kriteria seleksi lainnya dilaksanakan apabila SPT Tahunan
PPH WP OP atau Badan terpilih untuk diperiksa berdasarkan
sistem skoring secara komputerisasi
Terdiri dari:
SE-10/PJ.7/2004
PEMERIKSAAN KHUSUS
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN TERHADAP WP SEHUBUNGAN DGN
ADANYA INFORMASI, DATA, LAPORAN KEMUNGKINAN TERJADINYA
PENYIMPANGAN PAJAK ATAU PENGADUAN YG BERKAITAN
DENGANNYA SERTA UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI ATAU DATA
UNTUK TUJUAN TERTENTU DALAM RANGKA PELAKSANAAN
PERATURAN PERUNDANG2AN PERPAJAKAN, termasuk KARENA
PERMINTAAN WP
a. terdapat dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan;
b. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000;
c. Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak, termasuk pemeriksaan ulang
yang dilakukan apabila terdapat data baru dan atau data yang semula
belum terungkap serta dalam rangka memperoleh informasi atau data
tertentu dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan
perpajakan;
d. Permintaan Wajib Pajak.
Dapat dilaksanakan dalam hal:
SE-10/PJ.7/2004
PEMERIKSAAN BUKTI
PERMULAAN
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENDAPATKAN
BUKTI PERMULAAN TENTANG ADANYA DUGAAN TELAH
TERJADI TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
Ditemukan adanya indikasi tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan hasil analisis
data, informasi, laporan, pengaduan, laporan
pengamatan atau laporan pemeriksaan pajak.
Dapat dilaksanakan apabila:
SE-10/PJ.7/2004
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
PAJAK
PEMERIKSAAN
LAPANGAN
PEMERIKSAAN
KANTOR
yang meliputi suatu jenis pajak,
beberapa jenis pajak atau
seluruh jenis pajak, untuk tahun
berjalan dan atau tahun-tahun
sebelumnya dan atau untuk
tujuan lain yang dilakukan di
tempat Wajib Pajak dan di
kantor Direktorat Jenderal
Pajak;
yang meliputi suatu jenis
pajak tertentu baik tahun
berjalan dan atau tahun-
tahun sebelumnya yang
dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak
Pemeriksaan Kantor hanya dapat
dilaksanakan dengan
Pemeriksaan Sederhana KantorPMK:199/2007
PEMERIKSAAN LAPANGAN
PEMERIKSAAN
LENGKAP
PEMERIKSAAN
SEDERHANA
Pemeriksan Lapangan yang
dilakukan terhadap Wajib Pajak,
termasuk kerjasama operasi dan
konsorsium, atas seluruh jenis
pajak, untuk tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya, yang
dilaksanakan dengan menerapkan
teknik-teknik pemeriksaan yang
lazim digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pemeriksaan;
Pemeriksaan Lapangan yang
dilakukan terhadap Wajib Pajak
untuk satu, beberapa atau seluruh
jenis pajak secara terkoordinasi
antar Seksi oleh Kepala Kantor,
dalam tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya, yang
dilaksanakan dengan menerapkan
teknik-teknik pemeriksaan yang
dipandang perlu menurut keadaan
dalam rangka mencapai tujuan
pemeriksaan.
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN
Jangka waktu pemeriksaan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Peraturan Dirjen Pajak No. PER-34/PJ/2011 dan PER-35/PJ/2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan
Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan (Per-34):
-Dilakukan paling lama dlm jk waktu 4 bulan
-Dgn alasan tertentu dpt diperpanjang 1 kali paling lama 4
bulan
-Apabila dlm pemeriksaan lap ditemukan indikasi transfer
pricing atau transaksi khusus lainnya yg berindikasi adanya
rekayasa transaksi keuangan, maka pemeriksaan dpt
diperpanjang paling lama 24 bulan
Pemeriksaan Kantor:
-Dilakukan dlm waktu paling lama 3 bulan
-Dng alsan tertentu dpt diperpanjang paling lama 3 bulan
-Apabila ada indikasi transfer pricing diubah menjadi
pemeriksaan lapangan
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN
Jangka waktu pemeriksaan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Peraturan Dirjen Pajak No. PER-34/PJ/2011 dan PER-35/PJ/2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan
Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain (Per-35):
-Dilakukan paling lama dlm jk waktu 4 bulan
-Dlm hal terkait penghapusan NPWP, hrs memperhatikan jk
waktu penyelesaian permohonan penghapusan NPWP
-Dlm hal terkait pencabutan pengukuhan PKP, hrs
memperhatikan jk waktu penyelesaian permohonan pencabutan
pengukuhan PKP
Pemeriksaan Kantor:
-Dilakukan dlm waktu paling lama 14 hari
-Dlm hal terkait penghapusan NPWP, hrs memperhatikan jk waktu
penyelesaian permohonan penghapusan NPWP
-Dlm hal terkait pencabutan pengukuhan PKP, hrs memperhatikan
jk waktu penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan PKP
WEWENANG PEMERIKSA PAJAK
A. memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran atau media
komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya
B. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari WP yang diperiksa
C. memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat
penyimpangan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk
tentang keadaaan usaha Wajib Pajak dan/atau tempat-tempat lain yang
dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di tempat-tempat tersebut
D. melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada huruf c,
apabila Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan kesempatan
untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada di tempat
pada saat pemeriksaan dilakukan
E. meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK KETIKA DILAKUKAN
PEMERIKSAAN
1. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak, atau objek yang terutang pajak;
2. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
3. memberikan keterangan yang diperlukan
Pasal 29 ayat 3 UU KUP
Norma Pemeriksaan
wajib memenuhi permintaan peminjaman buku2, catatan2, & dokumen2 yg
diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan & memberikan keterangan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak tgl surat permintaan, dan apabila permintaan
tsb tidak dipenuhi WP, maka pajak yg terutang dapat dihitung secara jabatan;
WP atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan persetujuan apabila
seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya;
WP atau kuasanya wajib menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan apabila
hasil pemeriksaan tersebut tidak atau tidak seluruhnya disetujui;
HAK WAJIB PAJAK
Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak meminta kepada
Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan
Tanda Pengenal Pemeriksa;
Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan;
Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak rincian yang
berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan
Surat Pemberitahuan;
PMK: 123/2006
Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembahasan oleh Tim
Pembahas dalam hal terdapat perbedaan antara pendapat WP dengan
hasil pembahasan atas tanggapan WP oleh Tim Pemeriksa Pajak;
Wajib Pajak berhak untuk memberikan pendapat atau penilaian atas
pelaksanaan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Pajak melalui pengisian
formulir kuesioner pemeriksaan pajak.
PRODUK
PEMERIKSAA
N PAJAK
SKPK
B
Pokok Pajak
>
Kredit Pajak
SKPLB
Pokok Pajak
<
Kredit Pajak
SKPN
Pokok Pajak
=
Kredit Pajak
SKPKB
T
Ada data
baru &
utang pajak
STP Sanksi adm.
BUKTI PERMULAAN
K
E
T
E
T
A
P
A
N
Sanksi administrasi berkaitan dengan pemeriksaan
Atas pajak yang tidak/kurang dibayar berdasarkan hasil pemeriksaan
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk
selama-lamanya 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai
dengan diterbitkannya SKPKB. (Pasal 13 ayat 2 UU KUP)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN/PPn BM ternyata
tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0% dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100%. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP)
Apabila kewajiban Pasal 28 (perihal pembukuan) dan Pasal 29 (berkenaan
dengan pemeriksaan) tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sbb (Pasal 13 ayat 3 UU KUP):
- PPh Sendiri (Badan/Orang Pribadi/BUT), kenaikan sebesar 50%.
- PPh Pemotongan/Pemungutan, kenaikan sebesar 100%.
- PPN/PPn BM, kenaikan sebesar 100%.
Sanksi WP menolak dilakukan pemeriksaan
SANKSI ADMINISTRASI
sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang
Atas pajak yang kurang bayar
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar
dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh
yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan
dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang
disetorkan; c. 100 % dari PPN dan
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
sengaja
Menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara
SANKSI PIDANA
Pasal 39 (1) d UU KUP
pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun
dan denda paling
tinggi 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang
dibayar
Dilakukan penetapan secara jabatan yaitu
penghitungan pajak didasarkan pada data
yg tidak hanya diperoleh dari WP
Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika
dilakukan pemeriksaan
WP tidak memperlihatkan atau meminjamkan buku
sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang
SANKSI ADMINISTRASI
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar
dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh
yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan
dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang
disetorkan; c. 100 % dari PPN dan PPnBM
yang tidak atau kurang dibayar.
sengaja
SANKSI PIDANA
Pasal 39 (1) d UU KUP
Menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara
pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun
dan denda paling
tinggi 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang
dibayar
Atas pajak yang kurang bayar
Dilakukan penetapan secara jabatan
WP tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat
atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna
kelancaran pemeriksaan
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang
SANKSI ADMINISTRASI
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun
Pajak;
b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut
tetapi tidak/kurang disetorkan;
c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
Atas pajak yang kurang bayar
Dapat juga meminta bantuan polisi setelah dilakukan penyegelan.
Dapat dilakukan penetapan secara jabatan (ex officio)
Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika
dilakukan pemeriksaan
sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang
SANKSI ADMINISTRASI
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun
Pajak;
b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut
tetapi tidak/kurang disetorkan;
c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
WP tidak memberikan keterangan yang diperlukan
Atas pajak yang kurang bayar
Dapat dilakukan penetapan secara jabatan (ex officio)
Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika
dilakukan pemeriksaan
PENETAPAN
Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat
ketetapan pajak. (Pasal 12 ayat 1 UU KUP)
Jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak
adalah jumlah pajak yang terutang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. (Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
PENETAPAN
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2009 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2009, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
jumlah pajak yang
terutang menurut
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan
Pembayaran oleh WP tanpa didahului
dengan surat ketetapan pajak, yaitu
melalui pemotongan/pemungutan pihak
ketiga dan dibayar sendiri.
KETETAPAN
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti
bahwa jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak
menetapkan jumlah pajak terutang yang
semestinya.
(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)
KETETAPAN Berdasarkan hasil
pemeriksaan atau
keterangan lain
Surat
Ketetapan
Pajak
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2010 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2010, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang
dihitung dan dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2010
tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi
yang sebenarnya sehingga PPh terutang kurang dilaporkan.
maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya
pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat
Ketetapan
Pajak
SURAT KETETAPAN PAJAK
Surat ketetapan pajak adalah surat
ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Nihil.
(Pasal 1 angka 14 UU KUP)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
(Pasal 1 angkq 15 UU KUP)
JUMLAH POKOK PAJAK
Rp10.000.000,00
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp
6.000.000,00
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp
4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00
PENERBITAN SKPKB
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat
terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut :
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29
tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.
Pasal 13 (1) UU KUP
PENERBITAN SKPKB
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
Pasal 13 (1) huruf a
UU KUP
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh
empat bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. {Pasal 13 (2) UU
KUP}
Contoh: SPT PPh badan Tahun 2009 (Tahun Takwim) dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2010
31/12/09
Berakhirny
a tahun
pajak
1/1/10 20/12/10
Terbit
SKPKB
12 bulan
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2010
(tahun takwim) pada tgl 31 Maret 2011, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 25 Maret 2011.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto
seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp312.500.000,00.
DJP
menerbitkan
SKPKB
tanggal 10
Oktober
2011
Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp
30.000.000,00
Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) Rp 6.000.000,00
PENERBITAN SKPKB
apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran;
Pasal 13 (1) huruf b
UU KUP
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang
dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Sampai
dengan tanggal 31 Maret 2010, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan
PPh badan tahun 2009. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 April
2010 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Mei 2010. PT
ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Mei 2010, dengan perincian
sbb:
Rugi (Rp200.000.000,00)
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang dibayar Rp --
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto
sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah
Rp12.500.000,00.
DJP
menerbitkan
SKPKB
tanggal 10
Desember
2010
Jumlah Pokok Pajak Rp12.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp --
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak
Rp12.500.000,00
Sanksi administrasi (50%) Rp 6.250.000,00
PENERBITAN SKPKB
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol
persen);
Pasal 13 (1) huruf c
UU KUP
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. 100 % (seratus
persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2010 dengan rincian
sbb:
Pajak Keluaran Rp200.000.000,00
Pajak Masukan Rp230.000.000,00
Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2011.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar
Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi,
DJP
menerbitkan
SKPKB
tanggal 10
Desember
2011
Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00)
Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00)
Dikompensasikan ke Masa Jan’05 Rp 30.000.000,00
Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp
20.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100%) Rp 20.000.000,00
PENERBITAN SKPKB
apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29
tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.
Pasal 13 (1) huruf d
UU KUP
Ketentuan mengenai
PEMBUKUAN
Kewajiban WP ketika dilakukan
pemeriksaan
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang
dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2009
(tahun takwim) pada tgl 31 Maret 2010, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 25 Maret 2010.
Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak meminjamkan
buku2, catatan2 serta dokumen yang menjadi dasar pengisian SPT sehingga pajak
terutang tidak dapat dihitung. Berdasarkan data yang ada DJP menetapkan
Penghasilan Neto sebesar Rp1,1milyar.
DJP
menerbitkan
SKPKB
tanggal 10
Oktober
2010
Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp
30.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 15.000.000,00
DALUWARSA PENERBITAN SKPKB
(1) Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat
terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar…”
Pasal 13 UU KUP
(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak
dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, apabila
dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.
(5) Apabila jangka waktu lima tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari jumlah
pajak yg tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka
waktu sepuluh tahun tersebut dipidana, karena melakukan tindak pidana
di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yg telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah
surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 16 UU KUP)
JUMLAH PAJAK
Rp10.000.000,00
JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00
JUMLAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp
8.000.000,00
PENERBITAN SKPKBT
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
dalam jangka waktu 5(lima) tahun sesudah
saat pajak terutang, berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
apabila ditemukan
-data baru dan atau
-data yang semula belum terungkap
yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak
yang terutang.
Pasal 15 UU KUP
DATA BARU
Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau
keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan
untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada
waktu penetapan semula, baik dalam Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun
dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan
pada waktu pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Data yang semula belum terungkap
yang dimaksud dengan data yang semula belum terungkap adalah data
atau keterangan lain mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang, yang :
a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan
beserta lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan atau memberikan keterangan lain secara
benar, lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat
menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dengan benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.
Walaupun WP telah memberitahukan dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkan pada waktu pemeriksaan, akan tetapi apabila
memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian
rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin menghitung besarnya
jumlah pajak yang terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang
terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, maka hal tersebut
termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Data yang semula belum terungkap
misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya
biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut
terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan
Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.
Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus
tidak melakukan koreksi atas pengeluaran berupa
sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut
adalah tergolong data yang semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap
misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan
disebutkan pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai
dengan perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian
pula pada saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti
kebenaran pengelompokan dimaksud.
Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan,
misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2.
Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak
tidak mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak
dilakukan koreksi atas kesalahan pengelompokan harta
tersebut, dan sebagai akibatnya pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian
diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan
harta tersebut adalah data yang semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap
misalnya
Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari
Pengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha
Kena Pajak penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang-barang tersebut
sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usahanya dan sebagian yang lain tidak mempunyai
hubungan langsung. Seluruh Faktur Pajak tersebut dikreditkan sebagai
Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli.
Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena
Pajak tidak mengungkapkan perincian penggunaan barang
tersebut dengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi
atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut, dan sebagai
akibatnya PPN yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, maka apabila kemudian diketahui adanya
data atau keterangan tentang kesalahan mengkreditkan
Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha dimaksud, data atau keterangan
tersebut merupakan data yang semula belum terungkap.
PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis
dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan
pemeriksaan.
Contoh
Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2009 a/n PT FGH telah
dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2010
dengan perincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp100.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 90.000.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 10.000.000,00
Sanksi adm. bunga Pasal 13 (2) Rp 2.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00
Pada bulan Mei 2011 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang
belum dipotong oleh PT FGH dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa
Desember 2009 dengan jumlah pokok pajak Rp20juta. Sehingga
seharusnya jumlah pokok pajak pada Masa Des’09 adalah Rp120juta.
DJP
menerbitkan
SKPKBT
tanggal 25
Mei 2011
Jumlah Pajak Rp120.000.000,00
Jumlah Pajak yang telah ditetapkan Rp100.000.000,00
Tambahan Jumlah Pajak Rp
20.000.000,00
Besarnya sanksi administrasi (100%) Rp 20.000.000,00
DALUWARSA PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5(lima)
tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila
ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen)
dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal
Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun tersebut
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR
(SKPLB)
PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00
JUMLAH KREDIT PAJAK
Rp16.000.000,00
JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Rp6.000.000,00
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau tidak seharusnya terutang.
(Pasal 1 angka 17 UU KUP)
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
tidak seharusnya terutang.
untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang;
untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
untuk PPnBM, jumlah pajak yg dibayar lebih besar dari jumlah pajak yg terutang
atau telah dilakukan pembayaran pajak yg tidak seharusnya terutang.
SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang menyatakan kurang
bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (permohonan restitusi).
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2009
(tahun takwim) pada tgl 31 Maret 2010, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp
202.500.000,00)
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 25 Maret 2010.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto
seharusnya adalah Rp900.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp252.500.000,00.
DJP
menerbitkan
SKPLB
Pajak Yang Terutang Rp252.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak (Rp282.500.000,00)
Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 30.000.000,00)
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)
POKOK PAJAK Rp10.000.000,00
JUMLAH KREDIT PAJAK
Rp10.000.000,00
PAJAK NIHIL Rp --
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.
(Pasal 1 angka 18 UU KUP)
POKOK PAJAK Rp --
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp --
PAJAK NIHIL Rp --
PENERBITAN SKPN Pasal 17A UU KUP
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil
apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau
tidak ada pembayaran pajak.
untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak;
untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak
sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang
dan tidak ada pembayaran pajak.
Contoh
PT JKL adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha industri garmen
menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2009 (tahun takwim) pada tgl 31
Maret 2010 yang menyatakan rugi, dengan perincian sbb:
Rugi Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp Nihil
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata rugi neto seharusnya
adalah Rp400.000.000,00 dan PPh terutang tetap nihil.
DJP menerbitkan SKPN
Pokok Pajak Rp --
Jumlah Kredit Pajak Rp --
Pajak Nihil Rp --
SURAT TAGIHAN PAJAK
(STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan atau
sanksi administrasi berupa bunga
dan atau denda.
(Pasal 1 angka 19 UU KUP)
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan surat ketetapan pajak.
(Pasal 14 angka 2 UU KUP)
sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan
Surat Paksa.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak
apabila :
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah
hitung;
Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan
atau bunga;
Pengusaha yg dikenakan pajak berdasarkan UU PPN tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
membuat Faktur Pajak;
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak
membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak
mengisi selengkapnya Faktur Pajak.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP
surat untuk melakukan tagihan pajak
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah
hitung;
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak
ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan
untuk paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Tagihan Pajak.
Contoh
PPh Pasal 25 Tahun 2010 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh
tempo tiap tanggal 15. Bulan Juni 2010, dibayar tepat waktu sebesar
Rp40.000.000,00.
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan kurang dibayar sebesar
Rp60juta.
Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan
STP pada tanggal 18 September 2010 dengan
penghitungan sbb:
Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Juni 2010
Rp60.000.000,00
Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 Rp 3.600.000,00
Jumlah yang harus dibayar Rp63.600.000,00
1 Juli 2010 – 18 September 2010 = 3 bulan
Contoh
SPT Tahunan PPh tahun 2010 (tahun takwim) yang
disampaikan pada tanggal 31 Maret 2011 setelah dilakukan
penelitian ternyata terdapat salah hitung yang
menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00.
Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada
tanggal 13 Juni 2011 dengan penghitungan sbb:
- Kekurangan bayar PPh Rp1.000.000,00
- Bunga = 6 x 2% x Rp1.000.000,00= Rp 120.000,00
- Jumlah yang harus dibayar Rp1.120.000,00
1 Januari 2011 – 13 Juni 2011 = 6 bulan
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP
surat untuk melakukan tagihan sanksi
administrasi berupa bunga
Pasal 8 ayat 2 yaitu sanksi administrasi berupa bunga dalam hal WP
membetulkan sendiri SPT yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar;
Pasal 9 ayat 2a KUP yaitu sanksi administrasi berupa bunga apabila
pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 19 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa bunga apabila atas
pajak yang terutang menurut ketetapan tidak atau kurang dibayar;
Pasal 19 ayat 2 KUP yaitu sanksi administrasi berupa bunga karena
diberikannya angsuran pembayaran atau penundaan pembayaran;
Pasal 19 ayat 3 KUP yakni sanksi administrasi berupa bunga
karena perpanjangan waktu penyampaian SPT.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP
surat untuk melakukan tagihan sanksi
administrasi berupa denda
Pengusaha yg dikenakan pajak berdasarkan UU PPN tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
membuat Faktur Pajak;
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak
membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak
mengisi selengkapnya Faktur Pajak.
Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak tersebut masing-
masing dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2%
(dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
Pasal 7 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT
tidak disampaikan dalam jangka waktunya;
Contoh
Pengusaha Kena Pajak A pada tanggal 30 Mei 2010 menyerahkan Barang
Kena Pajak dengan harga jual Rp10juta kepada Pengusaha Kena Pajak B.
Pelunasan dilakukan oleh A pada tanggal 2 Juli 2010 dan bersamaan
dengan itu PKP A menerbitkan Faktur Pajak Standar tertanggal 2 Juli 2010.
DJP menerbitkan
STP
2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
PKP A terlambat membuat Faktur Pajak Standar yang
seharusnya paling lambat tanggal 30 Juni 2010.
Apabila keterlambatan tersebut diketahui DJP misal
melaui pemeriksaan, maka PKP A dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% x DPP
VII
Permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran
pajak
(RESTITUSI)
Permohonan RESTITUSI
Selain WP dgn kriteria tertentu WP dengan kriteria tertentu
PEMERIKSAAN
SURAT
KETETAPAN
PAJAK
PENELITIAN
Surat Keputusan
Pengembalian
Pendahuluan
Kelebihan Pajak
(SKPPKP)
paling lambat 12 bulan sejak
surat permohonan diterima
kecuali untuk kegiatan
tertentu ditetapkan lain
dengan Keputusan
Dirjen Pajak
Yaitu kegiatan ekspor
BKP dan atau
penyerahan BKP/JKP
kepada Pemungut PPN
Per. Dirjen Pajak No:
PER-122/PJ/2006
paling lambat: 3 bulan sejak
permohonan diterima untuk
PPh dan 1 bulan untuk PPN.
Apabila setelah lewat jangka waktu tsb Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan restitusi dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam
waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.
Pasal 17 B UU KUP Pasal 17 C UU KUP
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN RESTITUSI PPN
UNTUK KEGIATAN TERTENTU
(Per. Dirjen Pajak No: PER-122/PJ/2006)
Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus menerbitkan surat ketetapan
pajak paling lambat:
a) 2 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal
permohonan pengembalian diajukan oleh PKP yang melakukan kegiatan tertentu
yang memiliki risiko rendah.
b) 4 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal
permohonan pengembalian diajukan oleh PKP yang melakukan kegiatan tertentu
selain PKP dimaksud dengan huruf a.
c) 12 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal
permohonan pengembalian diajukan oleh
1) PKP selain PKP dengan kriteria tertentu dan PKP yang melakukan kegiatan
tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b; atau
2) PKP, termasuk PKP sebagaimana dimaksud pada huruf a yang semula
memiliki risiko rendah yang berdasarkan hasil pemeriksaan Masa Pajak
sebelumnya ternyata diketahui memiliki risiko tinggi, beberapa, maupun
seluruh jenis pajak.
WP dengan kriteria tertentu
(Kep. Menkeu No:544/KMK.04/2000 jo No:235/KMK.03/2003)
a) tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan untuk semua
jenis pajak dalam 2 (dua) tahun terakhir;
b) dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih
dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
c) SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada huruf b telah
disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa
pajak berikutnya;
d) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak:
kecuali telah mendapat izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2
(dua) masa pajak terakhir;
e) tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan
f) dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian
sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
PEMERIKSAAN TERHADAP WP DENGAN
KRITERIA TERTENTU
Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu, dan menerbitkan surat ketetapan pajak,
setelah melakukan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak.
(Pasal 17 C angka 4 UU KUP)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut,
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan
pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah kekurangan pembayaran pajak.
(Pasal 17C angka 5 UU KUP)
Contoh
PT DEF adalah WP badan yang TIDAK ditetapkan DJP sebagai WP dengan
kriteria tertentu. PT DEF menyampaikan SPT Tahunan 2009 pada tanggal 31
Maret 2010 yang menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp
482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp
200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi.
Terhadap SPT Tahunan 2009 atas nama PT DEF, DJP melakukan
pemeriksaan dan paling lambat tanggal 30 Maret 2011 harus sudah
menerbitkan surat ketetapan pajak.
Apabila sampai dengan tanggal 30 Maret 2011 DJP belum menerbitkan surat
ketetapan pajak maka permohonan restitusi dianggap dikabulkan dan paling
lambat tanggal 31 April 2011 harus diterbitkan SKPLB.
Contoh
PT LMN adalah WP badan yang ditetapkan DJP sebagai WP dengan kriteria tertentu.
PT LMN menyampaikan SPT Tahunan 2009pada tanggal 31 Maret 2010 yang
menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi.
Setelah dilakukan penelitian diterbitkan SKPPKP pada tanggal 20 Juni 2010 dengan
jumlah restitusi sesuai permohonan.
DJP
menerbitkan
SKPKB
Apabila misalnya DJP melakukan pemeriksaan pada tanggal 10 Agustus 2010 dan
ditemukan ketidakbenaran sehingga PPh terutang menjadi Rp312.500.000,00.
Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak (482,5juta – 200juta) Rp282.500.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 17C (5) (100%) Rp 30.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 60.000.000,00
VIII
PENAGIHAN PAJAK
OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU
KUP
Jumlah pajak yang
terutang
STP
SKPKB
SKPKBT
Tambahan jumlah
pajak yang harus
dibayar
SK Pembetulan
SK Keberatan
Putusan Banding
yang tidak
dibayar oleh
Penanggung
Pajak sesuai
dengan jangka
waktu
ditagih
dengan
Surat
Paksa
tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo pembayaran
tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran
tidak memenuhi angsuran pembayaran
pajak
Pasal 20 angka 1 UU KUP
CONTOH
Seorang WP Pajak Penghasilan yang mempunyai tahun buku sama dengan
tahun takwim memasukkan SPT Tahunan untuk tahun 2006 tepat pada waktunya
yang disertai dengan setoran akhir. Pada tanggal 10 April 2010 dikeluarkan
SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajak yang terutang sebesar
Rp1.000.000,00. Atas kekurangan tersebut ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. Walaupun SKPKB tersebut diterbitkan
lebih dari dua tahun sejak berakhirnya Tahun Pajak, bunga dikenakan atas
kekurangan tersebut hanya untuk masa dua tahun dengan penghitungan sebagai
berikut :
1. Pajak yang terutang Rp1.725.000,00
2. Kredit Pajak : Rp 725.000,00
3. Pajak yang kurang dibayar Rp1.000.000,00
4. Bunga 2 tahun =2% X 24 X Rp1.000.000,00 Rp 480.000,00
5. Pajak yang masih harus dibayar Rp1.480.000,00
harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan yaitu sampai dengan tgl 9 Mei 2010.
Apabila sampai dengan tanggal 9 Mei 2010 SKPKB tersebut
belum dilunasi oleh WP maka dilakukan penagihan dengan
Surat Paksa.
BUNGA PENAGIHAN
Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlah
pajak yang harus dibayar berdasarkan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan
Banding, pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau
kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari
tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran
atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 angka 1 UU KUP)
CONTOH
Misalkan WP melunasi SKPKB tersebut tanggal 25 Oktober 2011.
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2010 atas nama
PT ABC, pada tanggal 20 September 2011 diterbitkan SKPKB dengan perincian
sbb:
Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00
Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00
Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00
SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober 2011.
Bunga Penagihan: 2% x 1 x 1.416.000,00 = Rp28.320,00
Ditagih dengan Surat
Tagihan Pajak (STP)
PENGANGSURAN/PENUNDAAN PEMBAYARAN
PAJAK
Direktur Jenderal Pajak atas permohonan WP dapat
memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda
pembayaran atas :
Pajak yang terutang dalam STP, SKPKB, SKPKBT, dan surat keputusan
pembetulan, surat keputusan keberatan, putusan banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
Kekurangan pembayaran PPh yang masih harus dibayar dalam SPT
Tahunan PPh sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 UU PPh.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 angka 2 UU KUP)
Permohonan pengangsuran atau penundaan ini dapat dilakukan apabila WP
mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya.
Pasal 9 angka 4 UU KUP jo Kep. Menkeu No: 541/KMK.04/2000
Contoh
Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan. Dilakukan pemeriksaan
dan diterbitkan SKPKB dengan rincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp40.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp30.000.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp10.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 5.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp15.000.000,00
Misalkan jatuh
tempo 10/10/10
Disetujui pembayaran secara mengangsur dengan skedul angsuran: I.
15/11/10; II. 15/12/10; dan III. 15/1/11 masing-masing Rp5.000.000,00.
Perhitungan bunga penagihan:
I. 2 bulan x 2% x Rp5.000.000,00 Rp200.000,00
II. 3 bulan x 2% x Rp5.000.000,00 Rp300.000,00
III. 4 bulan x 2% x Rp5.000.000,00 Rp400.000,00
Rp900.000,00
Ditagih dengan Surat
Tagihan Pajak (STP)
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakaniyandri tiluk wahyono
 
ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)
ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)
ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
 
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptPPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptDipoTriMartiano
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajakkaromah95
 
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) Umiatulazizah
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPNkaromah95
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhMahyuni Bjm
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNpuspa
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakterkaromah95
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutangkaromah95
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMIcha Icha
 
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)Pet-pet
 

Was ist angesagt? (20)

NPWP DAN NPPKP
NPWP DAN NPPKPNPWP DAN NPPKP
NPWP DAN NPPKP
 
Bab2 kup
Bab2 kupBab2 kup
Bab2 kup
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
 
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi DaerahPajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 
ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)
ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)
ppt pengantar perpajakan bab Surat pemberitahuan (pelaporan pajak)
 
Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan PajakPemeriksaan Pajak
Pemeriksaan Pajak
 
Kode etik konsultan pajak
Kode etik konsultan pajakKode etik konsultan pajak
Kode etik konsultan pajak
 
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptPPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
Bea cukai
Bea cukaiBea cukai
Bea cukai
 
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
 
Soal latihan kasus myob
Soal latihan kasus myobSoal latihan kasus myob
Soal latihan kasus myob
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPN
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPN
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakter
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
 
Presentasi pph
Presentasi pphPresentasi pph
Presentasi pph
 

Andere mochten auch

1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umumBella Tiffa
 
8 ketentuan umum dan tatacara perpajakan
8 ketentuan umum dan tatacara perpajakan8 ketentuan umum dan tatacara perpajakan
8 ketentuan umum dan tatacara perpajakannatal kristiono
 
Try Out Indonesia CPA Exam
Try Out Indonesia CPA ExamTry Out Indonesia CPA Exam
Try Out Indonesia CPA ExamPublishing
 
SURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAKSURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAKYABES HULU
 
KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)Pajak Sumenep
 
Dasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum PerpajakanDasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum PerpajakanFair Nurfachrizi
 
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...Uofa_Unsada
 
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1Triyani Budianto
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuanganRendy Franata
 
My Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should Too
My Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should TooMy Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should Too
My Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should TooParker Brand Creative Services
 
Presenters Tool Belt - What Every Presenter Should Carry
Presenters Tool Belt - What Every Presenter Should CarryPresenters Tool Belt - What Every Presenter Should Carry
Presenters Tool Belt - What Every Presenter Should CarryEmpowered Presentations
 
Connect With Your Audience
Connect With Your AudienceConnect With Your Audience
Connect With Your AudienceSlides That Rock
 
Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)
Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)
Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)Jesse Desjardins - @jessedee
 
SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...
SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...
SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...Empowered Presentations
 
Healthcare Napkins All
Healthcare Napkins AllHealthcare Napkins All
Healthcare Napkins AllDan Roam
 

Andere mochten auch (20)

1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum
 
Kup 2008
Kup 2008Kup 2008
Kup 2008
 
8 ketentuan umum dan tatacara perpajakan
8 ketentuan umum dan tatacara perpajakan8 ketentuan umum dan tatacara perpajakan
8 ketentuan umum dan tatacara perpajakan
 
Try Out Indonesia CPA Exam
Try Out Indonesia CPA ExamTry Out Indonesia CPA Exam
Try Out Indonesia CPA Exam
 
SURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAKSURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAK
 
KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
KP2KP Sumenep : Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 
Dasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum PerpajakanDasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
 
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
 
Pajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umumPajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umum
 
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangan
 
My Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should Too
My Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should TooMy Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should Too
My Tweet Story: How I Joined the Conversation & Why You Should Too
 
Presenters Tool Belt - What Every Presenter Should Carry
Presenters Tool Belt - What Every Presenter Should CarryPresenters Tool Belt - What Every Presenter Should Carry
Presenters Tool Belt - What Every Presenter Should Carry
 
Connect With Your Audience
Connect With Your AudienceConnect With Your Audience
Connect With Your Audience
 
Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)
Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)
Roba Esta Presentacion! (Steal This Presentation!)
 
THIRST
THIRSTTHIRST
THIRST
 
STEAL THIS PRESENTATION!
STEAL THIS PRESENTATION! STEAL THIS PRESENTATION!
STEAL THIS PRESENTATION!
 
SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...
SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...
SMOKE - The Convenient Truth [1st place Worlds Best Presentation Contest] by ...
 
Social Media for Business
Social Media for BusinessSocial Media for Business
Social Media for Business
 
Healthcare Napkins All
Healthcare Napkins AllHealthcare Napkins All
Healthcare Napkins All
 

Ähnlich wie Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )

Ähnlich wie Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN ) (20)

Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxPerpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
 
Kup I
Kup IKup I
Kup I
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
 
Materi Kup I Suwardi
Materi Kup I SuwardiMateri Kup I Suwardi
Materi Kup I Suwardi
 
2_KUP A - NPWP.pptx
2_KUP A - NPWP.pptx2_KUP A - NPWP.pptx
2_KUP A - NPWP.pptx
 
Booklet KUP
Booklet KUPBooklet KUP
Booklet KUP
 
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTNPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
 
Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1
 
Pertemuan 2
Pertemuan 2Pertemuan 2
Pertemuan 2
 
pp
pppp
pp
 
Npwp&Pkp
Npwp&PkpNpwp&Pkp
Npwp&Pkp
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawan
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawan
 
KB 2 - Pengusaha Kena Pajak
KB 2 - Pengusaha Kena PajakKB 2 - Pengusaha Kena Pajak
KB 2 - Pengusaha Kena Pajak
 
Slide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptxSlide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptx
 
PPT Perpajakan I [TM2].pdf
PPT Perpajakan I [TM2].pdfPPT Perpajakan I [TM2].pdf
PPT Perpajakan I [TM2].pdf
 
Tugas perpajakan
Tugas perpajakanTugas perpajakan
Tugas perpajakan
 
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajaknomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
 
Npwp retno
Npwp retnoNpwp retno
Npwp retno
 
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakantugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
 

Kürzlich hochgeladen

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 

Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )

  • 1.
  • 2. Fase timbulnya hak dan kewajiban Fase self assessment Fase Pengawasan Fase Sengketa Fase Penyelesaian Sengketa Pengadilan Pajak Berlakunya UU Hak dan kewajiban Ber-NPWP & PKP Menyampai- kan SPT Diperiksa ? Tidak Pemeriksaan Ketetapan Pajak Setuju? Ya Tidak Keberatan Surat Kep. Keberatan Setuju? Ya Tidak BANDING PUTUSAN BANDING Ya S E L E S A I 10 Th Pembukuan
  • 3.
  • 4. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI dan MELAPORKAN USAHA Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. (Pasal 2 angka 1 UU KUP) Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 2 angka 2 UU KUP)
  • 5. KETENTUAN MENGENAI JANGKA WAKTU PENDAFTARAN Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara pendaftaran dan pengukuhan termasuk penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 2 ayat (5)
  • 6. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. (Pasal 1 angka 6 UU KUP) terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan. 01.234.567.8 – 999 . 000 Kode WP Kode KPP Kode cbg
  • 7. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) Khusus untuk Wajib Pajak berstatus cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta diberikan NPWP dengan aturan sebagai berikut : a) Kode WP sama dengan kode WP pusat, kode WP domisili atau kode WP suami. b) Kode Administrasi perpajakan: 3 (tiga) digit pertama merupakan kode KPP dimana WP mendaftar dan 3 (tiga) digit terakhir menunjukkan kode urutan cabang.
  • 8. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI BADAN Orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas wajib mendaftarkan diri kepadanya diberikan NPWP Orang pribadi yg tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila s/d suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun wajib mendaftarkan diri kepadanya diberikan NPWP WP sebagai pemungut/ pemotong pajak wajib mendaftarkan diri kepadanya diberikan NPWP WAJIB PAJAK paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan paling lambat pada akhir bulan berikutnya sebelum memungut/memotong PMK No.73/PMK.03/2012
  • 9. NPWP BAGI WANITA KAWIN YANG MEMILIKI PENGHASILAN Penghasilan isteri digabung dengan suami NPWP isteri = NPWP suami yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta Isteri dan suami masing-masing memiliki NPWP
  • 10. CONTOH Udin bersama rekan-rekannya bermaksud mendirikan sebuah Yayasan di bidang pendidikan. Akte pendirian dibuat dihadapan Notaris pada tanggal 20 Mei 2008 dengan nama Yayasan Bhakti Utama. Kegiatan usaha baru benar benar dilaksanakan secara aktif pada 1 November 2008. Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi lebih dulu antara saat pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan. Saat usaha mulai dijalankan Yayasan Bhakti Utama adalah tanggal 20 Mei 2008. Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama tanggal 21 Juni 2008.
  • 11. CONTOH Udin, seorang bujangan (TK/-) mulai bekerja pada tanggal 1 Pebruari 2008 sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta nasional dengan penghasilan neto sebulan sebesar Rp2.000.000,00. Karena Udin belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan maka PTKP setahun adalah Rp15.840.000,00. Asumsi penghasilan neto Udin tetap, maka pada bulan ke-8 (September 2008) penghasilan neto Udin adalah Rp16.000.000,00 telah melebihi PTKP. Udin wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun, yaitu paling lambat akhir bulan Oktober 2008.
  • 12. CONTOH Seno, bujangan (TK/-) adalah pengangguran. Namun Seno memiliki deposito dengan bunga per bulan sebesar Rp2.000.000,00. Bunga tersebut mulai diperoleh sejak bulan Februari 2009. Atas penghasilan bunga tersebut telah dipotong PPh yang bersifat Final oleh bank. Bagaimana kewajiban NPWPnya?
  • 13. KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA SETIAP WAJIB PAJAK SEBAGAI PENGUSAH A yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP PENGUSAH A KENA PAJAK tidak termasuk Pengusaha Kecil, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP Wajib melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
  • 14. PENGUSAHA Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. (Pasal 1 angka 14 UU PPN) Pengusaha kecil Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp600.000.000,00. (Per. Menkeu No:68/PMK.03/2010)
  • 15. KEWAJIBAN MELAPORKAN KEGIATAN USAHANYA BADAN Orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas Sebagai Pengusaha Kecil, yang memilih menjadi PKP Sebagai PENGUSAHA yang menyerahkan BKP/JKP WAJIB PAJAK wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan penyerahan BKP dan atau JKP bagi yang memenuhi ketentuan sebagai PKP wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP Sebagai Pengusaha Kecil, yang tidak memilih menjadi PKP sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku OMSET BKP &/ JKP> batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya
  • 16. Contoh PT Pluto adalah perusahan yang mengelola rumah makan berdasarkan perjanjian franchise dengan pemilik merk “Kentucky Fried Chicken” di USA. Akte pendirian dibuat di hadapan Notaris pada tanggal 10 Januari 2009. Usaha mulai aktif dijalankan pada tanggal 1 Maret 2009 dan rumah makan mulai dibuka tanggal 1 April 2009. PT Pluto adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 bulan setelah tanggal 10 Januari 2009. PT Pluto adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dan memanfaatkan barang tidak berwujud (franchise) dari luar Daerah Pabean. Namun PT Pluto bukan PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan adalah makanan minuman di rumah makan (bukan Barang Kena Pajak) PT Pluto tidak wajib melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
  • 17. Contoh PT Yupiter adalah pedagang besar komputer. Akte pendirian dibuat dihadapan Notaris pada tanggal 10 Mei 2010. Usaha mulai aktif dijalankan yaitu dengan mulai menjual komputer pada tanggal 1 Juni 2010. PT Yupiter adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 11 Juni 2010. PT Yupiter adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan usaha perdagangan. PT Yupiter adalah PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan adalah komputer yang merupakan Barang Kena Pajak PT Yupiter wajib melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP, yaitu sebelum tanggal 1 Juni 2010 (bersamaan dengan kewajiban mendaftarkan diri).
  • 18. Contoh Misalkan PT Yupiter tersebut dalam tahun buku 2010 omset penjualan komputernya tidak lebih dari Rp600juta. PT Yupiter merupakan PENGUSAHA KECIL dan dengan permohonan, pengukuhan PKP dapat dicabut. Setelah pengukuhan PKP dicabut, apabila sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku OMSET BKP dan atau JKP lebih dari Rp600juta PT Yupiter wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya
  • 19. NPWP dan PKP JABATAN Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri dan atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan kegiatan usahanya. Dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Dirjen Pajak ternyata orang pribadi atau badan atau Pengusaha tersebut telah memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pasal 2 ayat 4 UU KUP
  • 20. Pengukuhan PKP secara jabatan untuk Pengusaha yang telah melampaui batasan sebagai Pengusaha kecil Dalam hal pengusaha telah melampaui batasan sebagai Pengusaha Kecil tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya atau pengukuhan dilakukan secara jabatan maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya setelah bulan seharusnya pengusaha tersebut melaporkan usahanya. Kewajiban memungut, menyetorkan dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang dimulai sejak saat pengukuhan sebagai PKP. (Per. Menkeu No:68/PMK.03/2010)
  • 21. Contoh Toko barang elektronik “X” (milik orang pribadi), jumlah peredaran bruto/ omzet bulan Januari 2011 s/d Mei 2011 mencapai Rp500juta. Sedangkan omzet bulan Juni adalah Rp200juta. Dengan demikian, batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Juni 2011, sehingga Toko “X” harus segera melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada KPP setempat selambat-lambatnya 31 Juli 2011. Tetapi apabila Toko “X” baru melapor ke KPP pada tanggal 20 Agustus 2011, maka saat pengukuhan sebagai PKP terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2011. Pada bulan Februari 2012 KPP memperoleh data bahwa Firma “Z” pada tahun 2011 mempunyai omzet sebesar Rp1milyar. Selanjutnya berdasarkan penelitian diketahui bahwa batasan omzet Rp600juta sudah terlampaui pada bulan Juli 2011, maka saat pengukuhan sebagai PKP terhitung mulai tanggal 1 September 2011.
  • 22. TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal WP tempat kedudukan Wajib Pajak Ditetapkan oleh Dirjen Pajak Bagi WP tertentu KPP BUMN, KPP PMA, KPP Badan & Orang Asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP WP Besar/Madya (Per-9/PJ/2008) WP Badan WP Orang Pribadi Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja KPP, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan KPP tempat Wajib Pajak terdaftar &/tempat kegiatan usaha, apabila WP OP melakukan kegiatan usaha
  • 23. TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Wajib Pajak badan/ tempat tinggal WP orang pribadi tempat kegiatan usaha apabila WP OP melakukan kegiatan usaha/ kantor cabang Untuk kewajiban perpajakan: - PPh badan/PPh Orang Pribadi (PPh Pasal 25 dan 29) - PPh Pot Put - PPN dan PPnBM Untuk kewajiban perpajakan: - PPh Pot Put - PPN dan PPnBM Kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPnBM terutang dapat dilakukan secara terpusat (sentralisasi) apabila memenuhi persyaratan tertentu. Sedangkan untuk PPh Pasal 21 dan Pasal 26 tidak dapat dilakukan pemusatan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak terutang. (SE-23/PJ.43/2000)
  • 24. TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI Bagi WP OP yang berstatus sebagai karyawan Di KPP Domisili Melalui KPP Lokasi Diproses sesuai ketentuan yang berlaku. KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah terdaftar. KPP lokasi mengirimkan permohonan pendaftaran ke KPP Domisili. NPWP diberikan oleh KPP Lokasi. Per-16/PJ/2007
  • 25. TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN USAHA pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi Ditetapkan oleh Dirjen Pajak PKP tertentu KPP BUMN, KPP PMA, KPP Badan & Orang Asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP WP Besar (Per-9/PJ/2008) tempat kegiatan usaha Wajib Pajak
  • 26. KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak termasuk perdagangan kendaraan dan restoran. Per-32/PJ./2010 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/gerai (outlet) di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha/gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP domisili).
  • 27. SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI DAN MELAPORKAN KEGIATAN USAHA Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. (Pasal 39 ayat 1 huruf a dan b UU KUP)
  • 28. PEMINDAHAN WAJIB PAJAK Dalam hal WP terdaftar pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lain Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah dengan menyampaikan surat pernyataan pindah beserta persyaratannya. Ke KPP Lama Ke KPP Baru KPP Lama menerbitkan Surat Pindah paling lama pada hari kerja berikutnya, untuk diberikan ke KPP baru KPP Baru menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama pada hari kerja berikutnya atau setelah menerima Surat PindahPer-44/PJ./2008
  • 29. PEMINDAHAN WAJIB PAJAK Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka KPP lama menerbitkan Surat Pindah paling lama pada hari kerja berikutnya setelah menerima surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap dari PKP atau pemberitahuan adanya surat pernyataan pindah dari KPP baru KPP baru menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima Surat Pindah dari KPP lama KPP lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak setelah diterimanya tembusan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang diterbitkan oleh KPP baru paling lama pada hari kerja berikutnya. Per-44/PJ./2008
  • 30. PENGHAPUSAN NPWP Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak Kep-161/PJ./2001
  • 31. PENGHAPUSAN NPWP Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan; kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi; atau sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan. Kep-161/PJ./2001
  • 32. PENCABUTAN PKP Pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan dalam hal Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain; Bubar; tidak memenuhi syarat lagi sebagai Pengusaha Kena Pajak. Kep-161/PJ./2001 Dalam hal jumlah peredaran bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran bruto untuk Pengusaha Kecil, maka PKP dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai PKP paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya tahun buku ybs. Paling lama 2 bulan sejak permohonan diterima, setelah dilakukan pemeriksaan DJP harus memberikan keputusan. Jika tidak, maka dianggap dikabulkan. (Pasal 13 angk (2), (3), dan (4) Kep-161/PJ./2001)
  • 33.
  • 34. PEMBUKUAN DAN PENCATATAN Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur, untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. (Pasal 1 angka 29 UU KUP)Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. (Pasal 28 ayat (9) UU KUP)
  • 35. YANG WAJIB PEMBUKUAN Wajib Pajak Badan di Indonesia Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, Pasal 28 ayat (1) UU KUP
  • 36. YANG TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI WAJIB MENYELENGGARAKAN PENCATATAN Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar 8 ratus juta rupiah), boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. (Pasal 14 ayat (2) UU PPh) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Pasal 28 ayat (2) UU KUP)
  • 37. WP Orang Pribadi yang tidak memilih menyelenggarakan pembukuan Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang menghitung penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto wajib memberitahukan mengenai penggunaan Norma Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan Pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang disampaikan dalam jangka waktu tersebut dianggap disetujui kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak Orang Pribadi tidak memenuhi persyaratan untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan jangka waktu tersebut dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan Kep-536/PJ./2000
  • 38. WP Orang Pribadi yang wajib menyelenggarakan pembukuan WP Orang Pribadi yang memilih menyelenggarakan pembukuan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netodikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam tahun pajak yang bersangkutan Kep-536/PJ./2000
  • 39. Arnold adalah pengusaha bengkel motor. Menjadi Wajib Pajak sejak awal 2008. Arnold merupakan Pengusaha Kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP dan sejak awal tahun 2011 telah memberitahukan mengenai penggunaan norma penghitungan penghasilan neto. Total omset selama tahun 2011 adalah Rp500juta dengan rincian sbb: omset JKP sebesar Rp400juta; omset BKP Rp100juta. WP Orang Pribadi Pengusaha kecil Tidak wajib pembukuan tetapi wajib pencatatan Apabila memilih menyelenggarakan pencatatan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Tidak wajib PKP
  • 40. Arnold adalah pedagang eceran yang memiliki toko kelontong. Menjadi Wajib Pajak dan dikukuhkan sebagai PKP sejak 10 Januari 2011 dan telah memberitahukan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Total omset tahun 2011 adalah 400juta. Karena merupakan pengusaha kecil, setelah mengajukan permohonan, status PKPnya dicabut sejak 15 Maret 2012. Pada tahun 2012 mencatat omset sebesar Rp700juta terdiri dari Rp500juta omset BKP dan Rp200juta omset bukan BKP. Tidak wajib PKP (Pengusaha Kecil) karena omset BKP tidak melebihi Rp600juta wajib pembukuan karena omset > 600juta WP Orang Pribadi
  • 41. KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan. Pasal 28 ayat (3) sd ayat (8) UU KUP
  • 42. PRINSIP TAAT ASAS prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah penggeseran laba atau rugi misalnya dalam penerapan : Stelsel pengakuan penghasilan; Tahun buku; Metode penilaian persediaan; Metode penyusutan dan amortisasi
  • 43. STELSEL AKRUAL DAN STELSEL KAS Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai. Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan, bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu.
  • 44. STELSEL KAS UNTUK PENGHITUNGAN PPh Pemakaian stelsel kas murni dapat mengakibatkan penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain sbb: Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi. Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten). stelsel campuran
  • 45. PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing bentuk usaha tetap Wajib Pajak yang berafiliasi dengan perusahaan induk di luar negeri WP yg mendaftarkan emisi sahamnya di bursa LN Kontrak Investasi Kolektif WP yg menyajikan lapkeu dlm mata uang fungsional menggunakan US $ sesuai SAK di Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan dng mengajukan srt permohonan kpd Kakanwil DJP, paling lambat 3 bln seb tahun buku yang diselenggarakan dlm bahasa Inggris dan mata uang US$ tsb dimulai, atau 3 bln sejak tgl pendirian bagi WP baru. PMK: 196/PMK.03/2007 PMK: 24/PMK.11/2012
  • 46. PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya Wajib Pajak dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tgl pendirian/ 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dalam bahasa Inggris dan mata uang US$ tersebut dimulai.PMK: 196/PMK.03/2007
  • 47. SANKSI TIDAK MENGAJUKAN PERMOHONAN ATAU PEMBERITAHUAN Wajib Pajak yang ternyata : Tidak mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang US$, atau permohonannya ditolak, atau tidak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar, namun tetap menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat; atau Telah diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang US$ atau telah memberitahukan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar, namun pembukuannya tetap diselenggarakan dalam bahasa Indonesia atau mata uang Rupiah; maka izin untuk menyelenggarakan pembukuan dlm bhs Inggris dan mata uang US$ dicabut dan WP tidak boleh lagi mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang USS$. kecuali WP memberitahukan secara tertulis mengenai pembatalan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang US$ dalam batas waktu 3 bulan setelah tahun buku berjalan
  • 48. PENYIMPANAN DOKUMEN Buku, catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yg dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan bagi Wajib Pajak badan Pasal 28 ayat (11) UU KUP
  • 49. SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN ADMINISTRASI PIDANA apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (Pembukuan) dan Pasal 29 (Pemeriksaan) tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang berupa kenaikan sebesar :50 % dari PPh yang tidak atau kurang dibayar;100 % dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar Pasal 13 (1) d dan Pasal 13 (3) UU Setiap orang yang dengan sengaja:memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara penjara paling lama 6 thn dan denda paling tinggi 4 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau kurang dibayar Pasal 39 (1) f dan g UU KUP
  • 50.
  • 51. SPT SPT Masa SPT Tahunan yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak, terdiri dari: PPh Pasal 21 dan Pasal 26 PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 dan Pasal 26 PPh Pasal 25 PPh Pasal 4 ayat 2 PPh Pasal 15 PPN PPN bagi Pemungut PPn BM yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak meliputi: -SPT Tahunan PPh WP Badan -SPT Tahunan PPh WP OP -SPT Tahunan PPh Pasal 21 -SPT Tahunan Pembetulan surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dng ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 11 UU KUP) Definisi SPT
  • 52. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan. (Pasal 3 ayat (1) UU KUP) Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menkeu untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturanan Menkeu. (Pasal 3 ayat (1a) UU KUP) Wajib Pajak harus mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 3 ayat (2) UU tentang KUP) Kewajiban penyampaian SPTSPT
  • 53. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.(pasal 4 ayat (1) UU KUP) Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, Surat Pemberitahuan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi. yaitu yang tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupun akte perubahan Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus. harus memenuhi syarat sbb: -memiliki NPWP -telah menyampaikan SPT Tahunan Pph Tahun Pajak terakhir -Menguasai ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan -Memiliki Surat kuasa Khusus dari WP dng format yg telah ditetapkan (PMK:22/PMK.03/2008) Penandatangan SPTSPT
  • 54. SPT dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan atau dokumen, atau menyatakan LB disampaikan setelah 3 thn sesudah berakhirnya masa pajak, bagian thn pajak, atau tahun pajak dan WP telah ditegur secara tertulis, atau SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan skp {Pasal 3 ayat (7) UU tentang KUP} SPT
  • 55. Surat Pemberitahuan tidak lengkap apabila nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak tidak dicantumkan dalam SPT; elemen SPT Induk dan lampiran tidak/kurang lengkap diisi; SPT tidak ditandatangani Wajib Pajak atau ditandatangani kuasa Wajib Pajak, tetapi tidak dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus; SPT tidak atau kurang dilampiri dengan lampiran yang disyaratkan; atau SPT kurang bayar tetapi tidak dilampiri dengan SSP atau Surat Keputusan Persetujuan Penundaan/Angsuran PPh Pasal 29. SPT
  • 56. LAMPIRAN YANG DISYARATKAN Lampiran Surat Pemberitahuan yang disyaratkan adalah lampiran Surat Pemberitahuan Induk dan atau lampiran- lampiran lainnya yang disyaratkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Keputusan Dirjen Pajak Nomor:214/PJ./2001 tentang KETERANGAN DAN ATAU DOKUMEN LAIN YANG HARUS DILAMPIRKAN DALAM SURAT PEMBERITAHUAN (per Jenis Pajak) SPT
  • 57. CARA PENYAMPAIAN SPT Disampaikan Secara langsung diberi bukti penerimaan oleh petugas yang ditunjuk Disampaikan melalui pos tercatat bukti/resi serta tanggal pengiriman dianggap sebagai bukti penerimaan Disampaikan melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir tanda bukti dan tanggal penerimaan untuk penyampaian SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT Disampaikan secara elektronik kepada WP diberikan Bukti Penerimaan secara elektronik yang dibubuhkan pada bagian bawah induk SPT yang telah diterima Ditjen Pajak SPT
  • 58. BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT SPT MASA Paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak. SPT TAHUNAN Paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak utk PPh OP, dan paling lambat 4 (empat) setelah akhir Tahun Pajak untuk PPh Badan Dalam hal tanggal jatuh tempo penyampaian SPT bertepatan dengan hari libur, maka penyampaian SPT dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo. SPT Pasal 3 ayat (3) UU KUP
  • 59. Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT SP T ADMISNISTRASI SPT tdk disampaikan dlm jk waktunya dikenakan sanksi adm denda seb Rp500rb untuk SPT Masa PPN, Rp100rb SPT Masa lainnya, Rp1juta SPT Tahunan PPh Bdn dan seb Rp100rb untuk SPT Tahunan PPh OP (Pasal 7 ayat 1 UU KUP) Apabila SPT tdk disampaikan dlm jk waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tdk disampaikan pada waktunya sbgaimana ditentukan dalam Surat Teguran; maka jumlah pajak yang kurang dibayar ditagih dengan SKPKB ditambah sanksi adm berupa kenaikan sebesar 50% untuk PPh, 100% untuk PPh PotPut, 100% untuk PPN dan PPnBM (Pasal 13 ayat 3 UU KUP) Karena kealpaan pertama kali tdk menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian pd pendapatan negara dikenakan sanksi adm berupa kenaikan seb 200% dr jumlah pajak yg kurang dibayar yg ditetapkan melalui penerbitan SKPKB (Pasal 13A UU KUP)
  • 60. SP T Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT PIDANA Karena kealpaan tdk menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian pd pendapatan negara dan perbuatan tsb setelah perbuatan pertama sesuai psl 13A, didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg tdk/kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yg tdk/kurang dibayar atau dipidana dgn pidana kurungan paling singkat 3 bln atau paling lama 1 tahun (Pasal 38 UU KUP) Karena sengaja tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. (pasal 39)
  • 61. Hak WP berkaitan dengan penyampaian SPT Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Pembetulan SPT Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT SPT
  • 62. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh untuk paling lama 2 (dua) bulan. (Pasal 3 ayat (4) UU KUP) Apabila Wajib Pajak ternyata tidak dapat menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan atau neraca perusahaan beserta laporan laba rugi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah ditentukan, WP dapat mengajukan permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan. SPT
  • 63. Prosedur Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan Permohonan diajukan secara tertulis sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan berakhir dengan menyebutkan alasan-alasannya Menyampaikan penghitungan sementara pajak penghasilan yang terutang dan dilampiri Laporan Keuangan sementara tahun pajak yang bersangkutan (bagi WP yang menyelenggarakan pembukuan); Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan pajak yang terutang apabila menurut penghitungan sementara Kurang Bayar, berupa Surat Setoran Pajak (SSP); Kepala Kantor Pelayanan Pajak wajib memberikan keputusan persetujuan/penolakan atas permohonan WP selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima lengkap. Apabila Kepala KPP tidak memberikan keputusan sesuai jangka waktu di atas, maka permohonan WP dianggap diterima. SPT
  • 64. Akibat administratif penundaan penyampaian SPT Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 19 ayat 3 UU KUP) SP T
  • 65. CONTOH PT ABC diijinkan menunda penyampaian SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2008 (Tahun Takwim) sampai dengan tanggal 30 Juni 2009 dengan perhitungan sementara pajak terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta. Kekurangan pajak (PPh Pasal 29) sebesar Rp20juta dilunasi pada tanggal 25 Maret 2009. PT ABC menyampaikan SPT sesungguhnya pada tanggal 30 Juni 2009 dengan jumlah pajak yang terutang sebesar Rp120juta. Kekurangan pembayaran dilunasi tanggal 28 Juni 2009. Dari kasus di atas maka PT ABC dikenakan bunga sebesar: 2% x 2 x Rp20.000.000,00 = Rp800.000,00 Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 28 Juni 2009 = 2 bulan.
  • 66. PEMBETULAN SPT Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. (Pasal 8 ayat 1 UU KUP) SP T Dalam hal pembetulan SPT sbgmana ayat(1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT hrs disampaikan paling lama 2 thn sebelum daluwarsa penetapan (pasal 8 ayat (1 a) UU KUP) (1a) UU KUP)
  • 67. Akibat administratif pembetulan SPT Dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung satu bulan (Pasal 8 ayat 2 UU KUP) Mis. PT ABC membetulkan sendiri SPT PPh Badan Tahun 2007 pada tanggal 10 Februari 2009 dan pajak terutang dari Rp120juta menjadi Rp150juta. Atas kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar tanggal 9 Februari 2009. Maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar: 2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00 Bunga dihitung sejak 1 Mei 2008 sampai dengan 9 Februari 2009 = 10 bulan. SP T
  • 68. PEMBETULAN SPT Walaupun telah dilakukan pemeriksaan , tapi belum dilakukan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yg dilakukan WP sbgmana dimaksud dlm psl 38, thd ketidakbenaran tsb tidak dilakukan penyidikan apabila WP dng kemauan sendiri mengungkap ketidak benaran tsb diserta pelunasan kekurangan pembayaran beserta denda sebesar 150% dari jumlah pajak yg kurang dibayar ( Psl 8 ayat 3 UU KUP) Walaupun Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan tapi belum menerbitkan skp, WP dg kesadaran sendiri membuat laporan tersendiri ketidakbenaran pengisian SPT yg dpt mengakibatkan: (pajak, rugi,harta,modal)menjadi lebih besar/kecil, maka pajak yg kurang dibayar dikenakan sanksi adm berupa kenaikan seb 50% dan hrs dilunasi sebelum laporan tersendiri disampaikan (Psl 8 ayat 4 dan 5 UU KUP)
  • 69. Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah berakhir, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan, Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima skp, SK Keberatan, SK Pembetulan,Putusan Banding, atau Putusan PK tahun pajak sebelumnya,atau bbrp thn pjk seblmnya yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dgn rugi fiskal yg telah dikompensasikan dlm SPT Tahunan yg akan dibetulkan, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima SK2 tsb diatas (Pasal 8 ayat 6 UU KUP) SP T PEMBETULAN SPT
  • 70. CONTOH Atas SPT Tahunan PPh 2007 dilakukan pemeriksaan dan pada 6 Januari 2010 diterbitkan skp yg menyatakan rugi fiskal seb Rp70.000.000,- PT A menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 yang menyatakan: Penghasilan Neto Rp200.000.000,- Kompensasi kerugian SPT Tahunan PPh 2007 Rp150.000.000,- - Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,- Berdasarkan skp tersebut Dirjen Pajak akan mengubah perhitungan Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 sbb: Penghasilan Neto Rp200.000.000,- Rugi menurut ketetapan pajak 2007 Rp 70.000.000,- Penghasilan Kena Pajak Rp130.000.000,- Penghasilan Kena Pajak sebelum pembetulan Rp50.000.000,- Penghasilan Kena Pajak setelah pembetulan Rp130.000.000,-
  • 71. WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas. Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh maupun SPT Masa PPh Pasal 25. Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan netonya tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak PMK NO.183/PMK.03/2007
  • 72. WP TERTENTU YG DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA KARENA TIDAK MENYAMPAIKAN SPT DALAM JANGKA WAKTU YG DITENTUKAN Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia yang belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya sehingga masih terdaftar dalam administrasi Dirjen Pajak; Wajib Pajak badan yang tidak lagi melakukan kegiatan usaha tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Wajib Pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya. Wajib Pajak Non Efektif
  • 73.
  • 74. SARANA PEMBAYARAN/PENYETORAN PAJAK Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dng menggunakan formulir atau telah dilakukan dng cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Bentuk formulir SSP dan kode akun pembayaran berdasarkan Perdirjen No.38/PJ/2009 jo. Perdirjen No.23/PJ/2010
  • 75. JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir.(Pasal 9 ayat 1 UU KUP) Peraturan Menteri Keuangan No. 80/PMK.03/2010 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pph harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan itu disampaikan. (Pasal 9 ayat 2 UU KUP) STP, SKPKB, SKPKBT, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan PK yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (Pasal 9 ayat 3 UU KUP)
  • 76. SANKSI ADMINISTRASI TERLAMBAT MENYETOR ATAU MEMBAYAR Apabila pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan setelah tgl jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenakan sanksi adm berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari jt.tempo pembayaran sampai dng tgl pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 9 ayat 2a UU KUP) Apabila pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan setelah tgl jt.tempo penyampaian SPT Tahunan, dikenakan sanksi adm berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tgl pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 9 ayat 2b UU KUP)
  • 77. Contoh: Angsuran masa Pajak Penghasilan pasal 25 PT. A sejumlah Rp10.000.000,- per bulan. Angsuran masa Mei 2008 dibayar tgl 18 Juni 2008 (terlambat bayar) dan dilaporkan tgl 19 Juni 2008. Apabila pd tgl 15 Juli 2008 diterbitkan STP, maka sanksi bunga dalam STP tersebut dihitung 1(satu) bulan yaitu: 1 x 2% x Rp10.000.000,- = Rp200.000,-
  • 78. SANKSI ADMINISTRASI KARENA TIDAK/KURANG DIBAYAR Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan PK, yg menyebabkan jumlah pajak yg hrs dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 19 ayat 1 UU KUP)
  • 79. CONTOH SKPKB diterbitkan tanggal 7 Oktober 2008 dgn jumlah pajak yg masih hrs dibayar Rp10.000.000,-. Harus dilunasi paling lambat tanggal 6 November 2008.Sampai dng 6 Nopember 2008 baru dibayar sejumlah Rp6.000.000,-. Pada tanggal 1 Desember 2008 diterbitkan STP dng perhitungan: Pajak yg masih hrs dibayar : Rp10.000.000,- Dibayar pd tgl pelunasan : Rp 6.000.000,- Kurang bayar : Rp 4.000.000,- Bunga 1 bulan: 2% x 4.000.000,- = Rp80.000,- Apabila WP membayar pd 3 Desember 2008 seb.Rp10juta, maka pd 5 Desember diterbitkan STP atas bunga sbb: Pajak yg masih hrs dibayar : Rp10.000.000,- Dibayar setelah lewat jt tempo : Rp10.000.000,- Kurang bayar : Rp 0,- STP atas bunga: 2% x 10.000.000,- = Rp200.000,- (penjelasan psl 9 ayat (1) UU KUP)
  • 80. PEMINDAHBUKUAN Pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan kenaikan, dapat dilakukan melalui perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau bunga yang diterima atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain. Adanya Kelebihan Pembayaran pajak yang besarnya dinyatakan dalam SKPLB telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang Adanya pembayaran yang lebih besar dari pajak terutang dalam surat ketetapan pajak yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak Adanya pemberian bunga terhadap Wajib Pajak akibat keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Adanya kesalahan dalam mengisi SSP baik yang menyangkut Wajib Pajak Sendiri maupun Wajib Pajak lain
  • 81.
  • 82. Definisi Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk menghimpun dan mengolah data keterangan dan atau bukti yg dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Pasal 1 angka 25 UU KUP
  • 83. KEWENANGAN dan TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 29 ayat 1 UU KUP) Tata cara pemeriksaan diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP) Peraturan Menkeu Nomor: 199/PMK.03/2007 jo. Peraturan Menkeu Nomor 82/PMK.03/2011
  • 84. Tujuan Pemeriksaan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan a. SPT menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak; b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi; c. SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan; d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya e. SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Dapat dilakukan dalam hal:
  • 85. Tujuan Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; c. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; d. Wajib Pajak mengajukan keberatan; e. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto; f. pencocokan data dan atau alat keterangan; g. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil; h. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai; i. Pemeriksaan dlm rangka penagihan pajak; j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang waktu kompensasi kerugian sehub dng pemberian fasilitas perpajakan; k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra P3B.
  • 86. Kebijakan Pemeriksaan Pajak Surat Edaran Nomor: SE-10/PJ.7/2004 Kebijakan Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Kriteria Seleksi Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan Bukti Permulaan
  • 87. PEMERIKSAAN RUTIN PEMERIKSAAN YANG BERSIFAT RUTIN YG DILAKUKAN TERHADAP WP SEHUBUNGAN DGN PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA WP OP atau Badan yang menyampaikan: -SPT Tahunan/Masa yang menyatakan Lebih Bayar -SPT Tahunan PPh yang menyatakan Rugi Tidak Lebih Bayar -SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak sbg akibat adanya perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau penilaian kembali aktiva tetap WP melakukan penggabungan, pemekaran, pengambilalihan usaha, atau likuidasi, penutupan usaha, atau akan meninggalkan Indonesia selamanya WP OP atau Badan tidak menyampaikan SPT Tahunan/Masa dalam jangka waktu yg ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak menyampaikan SPT pada waktunya sbgmana dalam surat teguran WP OP atau Badan melakukan kegiatan membangun sendiri yg kewajiban PPNnya diduga tidak dilaksanakan Dapat dilaksanakan dalam hal: SE-10/PJ.7/2004
  • 88. PEMERIKSAAN KRITERIA SELEKSI PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN TERHADAP WP YANG TERPILIH BERDASARKAN SKOR RISIKO KEPATUHAN Kriteria seleksi risiko dilaksanakan apabila SPT Tahunan PPH WP OP atau Badan terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko Kriteria seleksi lainnya dilaksanakan apabila SPT Tahunan PPH WP OP atau Badan terpilih untuk diperiksa berdasarkan sistem skoring secara komputerisasi Terdiri dari: SE-10/PJ.7/2004
  • 89. PEMERIKSAAN KHUSUS PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN TERHADAP WP SEHUBUNGAN DGN ADANYA INFORMASI, DATA, LAPORAN KEMUNGKINAN TERJADINYA PENYIMPANGAN PAJAK ATAU PENGADUAN YG BERKAITAN DENGANNYA SERTA UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI ATAU DATA UNTUK TUJUAN TERTENTU DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG2AN PERPAJAKAN, termasuk KARENA PERMINTAAN WP a. terdapat dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan; b. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000; c. Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak, termasuk pemeriksaan ulang yang dilakukan apabila terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap serta dalam rangka memperoleh informasi atau data tertentu dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan; d. Permintaan Wajib Pajak. Dapat dilaksanakan dalam hal: SE-10/PJ.7/2004
  • 90. PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENDAPATKAN BUKTI PERMULAAN TENTANG ADANYA DUGAAN TELAH TERJADI TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan hasil analisis data, informasi, laporan, pengaduan, laporan pengamatan atau laporan pemeriksaan pajak. Dapat dilaksanakan apabila: SE-10/PJ.7/2004
  • 91. RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK PEMERIKSAAN LAPANGAN PEMERIKSAAN KANTOR yang meliputi suatu jenis pajak, beberapa jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak dan di kantor Direktorat Jenderal Pajak; yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun- tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak Pemeriksaan Kantor hanya dapat dilaksanakan dengan Pemeriksaan Sederhana KantorPMK:199/2007
  • 92. PEMERIKSAAN LAPANGAN PEMERIKSAAN LENGKAP PEMERIKSAAN SEDERHANA Pemeriksan Lapangan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk kerjasama operasi dan konsorsium, atas seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan; Pemeriksaan Lapangan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak secara terkoordinasi antar Seksi oleh Kepala Kantor, dalam tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang dipandang perlu menurut keadaan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.
  • 93. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN Jangka waktu pemeriksaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-34/PJ/2011 dan PER-35/PJ/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan (Per-34): -Dilakukan paling lama dlm jk waktu 4 bulan -Dgn alasan tertentu dpt diperpanjang 1 kali paling lama 4 bulan -Apabila dlm pemeriksaan lap ditemukan indikasi transfer pricing atau transaksi khusus lainnya yg berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, maka pemeriksaan dpt diperpanjang paling lama 24 bulan Pemeriksaan Kantor: -Dilakukan dlm waktu paling lama 3 bulan -Dng alsan tertentu dpt diperpanjang paling lama 3 bulan -Apabila ada indikasi transfer pricing diubah menjadi pemeriksaan lapangan
  • 94. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN Jangka waktu pemeriksaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-34/PJ/2011 dan PER-35/PJ/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain (Per-35): -Dilakukan paling lama dlm jk waktu 4 bulan -Dlm hal terkait penghapusan NPWP, hrs memperhatikan jk waktu penyelesaian permohonan penghapusan NPWP -Dlm hal terkait pencabutan pengukuhan PKP, hrs memperhatikan jk waktu penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan PKP Pemeriksaan Kantor: -Dilakukan dlm waktu paling lama 14 hari -Dlm hal terkait penghapusan NPWP, hrs memperhatikan jk waktu penyelesaian permohonan penghapusan NPWP -Dlm hal terkait pencabutan pengukuhan PKP, hrs memperhatikan jk waktu penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan PKP
  • 95. WEWENANG PEMERIKSA PAJAK A. memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya B. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari WP yang diperiksa C. memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpangan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk tentang keadaaan usaha Wajib Pajak dan/atau tempat-tempat lain yang dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di tempat-tempat tersebut D. melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada huruf c, apabila Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan E. meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa
  • 96. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK KETIKA DILAKUKAN PEMERIKSAAN 1. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; 2. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; 3. memberikan keterangan yang diperlukan Pasal 29 ayat 3 UU KUP Norma Pemeriksaan wajib memenuhi permintaan peminjaman buku2, catatan2, & dokumen2 yg diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan & memberikan keterangan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak tgl surat permintaan, dan apabila permintaan tsb tidak dipenuhi WP, maka pajak yg terutang dapat dihitung secara jabatan; WP atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan persetujuan apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya; WP atau kuasanya wajib menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan tersebut tidak atau tidak seluruhnya disetujui;
  • 97. HAK WAJIB PAJAK Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa; Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan; Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak rincian yang berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan Surat Pemberitahuan; PMK: 123/2006 Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembahasan oleh Tim Pembahas dalam hal terdapat perbedaan antara pendapat WP dengan hasil pembahasan atas tanggapan WP oleh Tim Pemeriksa Pajak; Wajib Pajak berhak untuk memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir kuesioner pemeriksaan pajak.
  • 98. PRODUK PEMERIKSAA N PAJAK SKPK B Pokok Pajak > Kredit Pajak SKPLB Pokok Pajak < Kredit Pajak SKPN Pokok Pajak = Kredit Pajak SKPKB T Ada data baru & utang pajak STP Sanksi adm. BUKTI PERMULAAN K E T E T A P A N
  • 99. Sanksi administrasi berkaitan dengan pemeriksaan Atas pajak yang tidak/kurang dibayar berdasarkan hasil pemeriksaan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB. (Pasal 13 ayat 2 UU KUP) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN/PPn BM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP) Apabila kewajiban Pasal 28 (perihal pembukuan) dan Pasal 29 (berkenaan dengan pemeriksaan) tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sbb (Pasal 13 ayat 3 UU KUP): - PPh Sendiri (Badan/Orang Pribadi/BUT), kenaikan sebesar 50%. - PPh Pemotongan/Pemungutan, kenaikan sebesar 100%. - PPN/PPn BM, kenaikan sebesar 100%.
  • 100. Sanksi WP menolak dilakukan pemeriksaan SANKSI ADMINISTRASI sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang Atas pajak yang kurang bayar berupa kenaikan sebesar : a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang disetorkan; c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. sengaja Menimbulkan kerugian pada pendapatan negara SANKSI PIDANA Pasal 39 (1) d UU KUP pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar Dilakukan penetapan secara jabatan yaitu penghitungan pajak didasarkan pada data yg tidak hanya diperoleh dari WP
  • 101. Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika dilakukan pemeriksaan WP tidak memperlihatkan atau meminjamkan buku sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang SANKSI ADMINISTRASI berupa kenaikan sebesar : a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang disetorkan; c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. sengaja SANKSI PIDANA Pasal 39 (1) d UU KUP Menimbulkan kerugian pada pendapatan negara pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar Atas pajak yang kurang bayar Dilakukan penetapan secara jabatan
  • 102. WP tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang SANKSI ADMINISTRASI berupa kenaikan sebesar : a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang disetorkan; c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. Atas pajak yang kurang bayar Dapat juga meminta bantuan polisi setelah dilakukan penyegelan. Dapat dilakukan penetapan secara jabatan (ex officio) Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika dilakukan pemeriksaan
  • 103. sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang SANKSI ADMINISTRASI berupa kenaikan sebesar : a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang disetorkan; c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. WP tidak memberikan keterangan yang diperlukan Atas pajak yang kurang bayar Dapat dilakukan penetapan secara jabatan (ex officio) Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika dilakukan pemeriksaan
  • 104.
  • 105. PENETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. (Pasal 12 ayat 1 UU KUP) Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
  • 106. PENETAPAN PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama tahun 2009 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2009, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 jumlah pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Pembayaran oleh WP tanpa didahului dengan surat ketetapan pajak, yaitu melalui pemotongan/pemungutan pihak ketiga dan dibayar sendiri.
  • 107. KETETAPAN Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya. (Pasal 12 ayat 3 UU KUP) KETETAPAN Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain Surat Ketetapan Pajak
  • 108. Contoh PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama tahun 2010 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2010, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang dihitung dan dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2010 tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya sehingga PPh terutang kurang dilaporkan. maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat Ketetapan Pajak
  • 109. SURAT KETETAPAN PAJAK Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Nihil. (Pasal 1 angka 14 UU KUP)
  • 110. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. (Pasal 1 angkq 15 UU KUP) JUMLAH POKOK PAJAK Rp10.000.000,00 JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 6.000.000,00 JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp 4.000.000,00 BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00
  • 111. PENERBITAN SKPKB Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut : a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran; c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol persen); d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang. Pasal 13 (1) UU KUP
  • 112. PENERBITAN SKPKB apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; Pasal 13 (1) huruf a UU KUP Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh empat bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. {Pasal 13 (2) UU KUP} Contoh: SPT PPh badan Tahun 2009 (Tahun Takwim) dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2010 31/12/09 Berakhirny a tahun pajak 1/1/10 20/12/10 Terbit SKPKB 12 bulan
  • 113. Contoh PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2010 (tahun takwim) pada tgl 31 Maret 2011, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 25 Maret 2011. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya adalah Rp312.500.000,00. DJP menerbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2011 Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00 Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00 Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) Rp 6.000.000,00
  • 114. PENERBITAN SKPKB apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran; Pasal 13 (1) huruf b UU KUP Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar : a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan; c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar. {Pasal 13 (3) UU KUP}
  • 115. Contoh PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2010, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan PPh badan tahun 2009. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 April 2010 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Mei 2010. PT ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Mei 2010, dengan perincian sbb: Rugi (Rp200.000.000,00) PPh terutang Rp -- Kredit Pajak Rp -- Pajak yang kurang dibayar Rp -- Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah Rp12.500.000,00. DJP menerbitkan SKPKB tanggal 10 Desember 2010 Jumlah Pokok Pajak Rp12.500.000,00 Jumlah Kredit Pajak Rp -- Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp12.500.000,00 Sanksi administrasi (50%) Rp 6.250.000,00
  • 116. PENERBITAN SKPKB apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol persen); Pasal 13 (1) huruf c UU KUP Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar. {Pasal 13 (3) UU KUP}
  • 117. Contoh PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2010 dengan rincian sbb: Pajak Keluaran Rp200.000.000,00 Pajak Masukan Rp230.000.000,00 Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00) Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2011. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi, DJP menerbitkan SKPKB tanggal 10 Desember 2011 Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00 Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00) Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00) Dikompensasikan ke Masa Jan’05 Rp 30.000.000,00 Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp 20.000.000,00 Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100%) Rp 20.000.000,00
  • 118. PENERBITAN SKPKB apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang. Pasal 13 (1) huruf d UU KUP Ketentuan mengenai PEMBUKUAN Kewajiban WP ketika dilakukan pemeriksaan Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar : a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan; c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar. {Pasal 13 (3) UU KUP}
  • 119. Contoh PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2009 (tahun takwim) pada tgl 31 Maret 2010, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 25 Maret 2010. Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak meminjamkan buku2, catatan2 serta dokumen yang menjadi dasar pengisian SPT sehingga pajak terutang tidak dapat dihitung. Berdasarkan data yang ada DJP menetapkan Penghasilan Neto sebesar Rp1,1milyar. DJP menerbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2010 Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00 Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00 Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 15.000.000,00
  • 120. DALUWARSA PENERBITAN SKPKB (1) Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar…” Pasal 13 UU KUP (4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, apabila dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan pajak. (5) Apabila jangka waktu lima tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari jumlah pajak yg tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu sepuluh tahun tersebut dipidana, karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
  • 121. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. (Pasal 1 angka 16 UU KUP) JUMLAH PAJAK Rp10.000.000,00 JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00 TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00 BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00 JUMLAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 8.000.000,00
  • 122. PENERBITAN SKPKBT Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5(lima) tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila ditemukan -data baru dan atau -data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang. Pasal 15 UU KUP
  • 123. DATA BARU Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada waktu pemeriksaan. (Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
  • 124. Data yang semula belum terungkap yang dimaksud dengan data yang semula belum terungkap adalah data atau keterangan lain mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang, yang : a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan atau b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan data dan atau memberikan keterangan lain secara benar, lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang. Walaupun WP telah memberitahukan dalam Surat Pemberitahuan atau mengungkapkan pada waktu pemeriksaan, akan tetapi apabila memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, maka hal tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap. (Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
  • 125. Data yang semula belum terungkap misalnya Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah. Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak melakukan koreksi atas pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut adalah tergolong data yang semula belum terungkap.
  • 126. Data yang semula belum terungkap misalnya Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran pengelompokan dimaksud. Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan, misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2. Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak dilakukan koreksi atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan sebagai akibatnya pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan harta tersebut adalah data yang semula belum terungkap.
  • 127. Data yang semula belum terungkap misalnya Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari Pengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang-barang tersebut sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usahanya dan sebagian yang lain tidak mempunyai hubungan langsung. Seluruh Faktur Pajak tersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli. Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena Pajak tidak mengungkapkan perincian penggunaan barang tersebut dengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut, dan sebagai akibatnya PPN yang terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka apabila kemudian diketahui adanya data atau keterangan tentang kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dimaksud, data atau keterangan tersebut merupakan data yang semula belum terungkap.
  • 128. PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.
  • 129. Contoh Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2009 a/n PT FGH telah dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2010 dengan perincian sbb: Jumlah Pokok Pajak Rp100.000.000,00 Jumlah Kredit Pajak Rp 90.000.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 10.000.000,00 Sanksi adm. bunga Pasal 13 (2) Rp 2.000.000,00 Jumlah yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00 Pada bulan Mei 2011 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang belum dipotong oleh PT FGH dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa Desember 2009 dengan jumlah pokok pajak Rp20juta. Sehingga seharusnya jumlah pokok pajak pada Masa Des’09 adalah Rp120juta. DJP menerbitkan SKPKBT tanggal 25 Mei 2011 Jumlah Pajak Rp120.000.000,00 Jumlah Pajak yang telah ditetapkan Rp100.000.000,00 Tambahan Jumlah Pajak Rp 20.000.000,00 Besarnya sanksi administrasi (100%) Rp 20.000.000,00
  • 130. DALUWARSA PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP (1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5(lima) tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang. (4) Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
  • 131. SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB) PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00 JUMLAH KREDIT PAJAK Rp16.000.000,00 JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Rp6.000.000,00 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. (Pasal 1 angka 17 UU KUP)
  • 132. PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang; untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. untuk PPnBM, jumlah pajak yg dibayar lebih besar dari jumlah pajak yg terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yg tidak seharusnya terutang. SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (permohonan restitusi).
  • 133. Contoh PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2009 (tahun takwim) pada tgl 31 Maret 2010, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak (Rp 202.500.000,00) Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 25 Maret 2010. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto seharusnya adalah Rp900.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya adalah Rp252.500.000,00. DJP menerbitkan SKPLB Pajak Yang Terutang Rp252.500.000,00 Jumlah Kredit Pajak (Rp282.500.000,00) Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 30.000.000,00)
  • 134. SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN) POKOK PAJAK Rp10.000.000,00 JUMLAH KREDIT PAJAK Rp10.000.000,00 PAJAK NIHIL Rp -- Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. (Pasal 1 angka 18 UU KUP) POKOK PAJAK Rp -- JUMLAH KREDIT PAJAK Rp -- PAJAK NIHIL Rp --
  • 135. PENERBITAN SKPN Pasal 17A UU KUP Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak. untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak; untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
  • 136. Contoh PT JKL adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha industri garmen menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2009 (tahun takwim) pada tgl 31 Maret 2010 yang menyatakan rugi, dengan perincian sbb: Rugi Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp -- Kredit Pajak Rp -- Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp Nihil Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata rugi neto seharusnya adalah Rp400.000.000,00 dan PPh terutang tetap nihil. DJP menerbitkan SKPN Pokok Pajak Rp -- Jumlah Kredit Pajak Rp -- Pajak Nihil Rp --
  • 137. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. (Pasal 1 angka 19 UU KUP) Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. (Pasal 14 angka 2 UU KUP) sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa.
  • 138. PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP (1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila : Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga; Pengusaha yg dikenakan pajak berdasarkan UU PPN tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak; Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak.
  • 139. PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP surat untuk melakukan tagihan pajak Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.
  • 140. Contoh PPh Pasal 25 Tahun 2010 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh tempo tiap tanggal 15. Bulan Juni 2010, dibayar tepat waktu sebesar Rp40.000.000,00. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan kurang dibayar sebesar Rp60juta. Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan STP pada tanggal 18 September 2010 dengan penghitungan sbb: Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Juni 2010 Rp60.000.000,00 Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 Rp 3.600.000,00 Jumlah yang harus dibayar Rp63.600.000,00 1 Juli 2010 – 18 September 2010 = 3 bulan
  • 141. Contoh SPT Tahunan PPh tahun 2010 (tahun takwim) yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2011 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada tanggal 13 Juni 2011 dengan penghitungan sbb: - Kekurangan bayar PPh Rp1.000.000,00 - Bunga = 6 x 2% x Rp1.000.000,00= Rp 120.000,00 - Jumlah yang harus dibayar Rp1.120.000,00 1 Januari 2011 – 13 Juni 2011 = 6 bulan
  • 142. PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa bunga Pasal 8 ayat 2 yaitu sanksi administrasi berupa bunga dalam hal WP membetulkan sendiri SPT yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar; Pasal 9 ayat 2a KUP yaitu sanksi administrasi berupa bunga apabila pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo; Pasal 19 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa bunga apabila atas pajak yang terutang menurut ketetapan tidak atau kurang dibayar; Pasal 19 ayat 2 KUP yaitu sanksi administrasi berupa bunga karena diberikannya angsuran pembayaran atau penundaan pembayaran; Pasal 19 ayat 3 KUP yakni sanksi administrasi berupa bunga karena perpanjangan waktu penyampaian SPT.
  • 143. PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa denda Pengusaha yg dikenakan pajak berdasarkan UU PPN tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak; Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak. Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak tersebut masing- masing dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. Pasal 7 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya;
  • 144. Contoh Pengusaha Kena Pajak A pada tanggal 30 Mei 2010 menyerahkan Barang Kena Pajak dengan harga jual Rp10juta kepada Pengusaha Kena Pajak B. Pelunasan dilakukan oleh A pada tanggal 2 Juli 2010 dan bersamaan dengan itu PKP A menerbitkan Faktur Pajak Standar tertanggal 2 Juli 2010. DJP menerbitkan STP 2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00 PKP A terlambat membuat Faktur Pajak Standar yang seharusnya paling lambat tanggal 30 Juni 2010. Apabila keterlambatan tersebut diketahui DJP misal melaui pemeriksaan, maka PKP A dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% x DPP
  • 146.
  • 147. Permohonan RESTITUSI Selain WP dgn kriteria tertentu WP dengan kriteria tertentu PEMERIKSAAN SURAT KETETAPAN PAJAK PENELITIAN Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan Keputusan Dirjen Pajak Yaitu kegiatan ekspor BKP dan atau penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN Per. Dirjen Pajak No: PER-122/PJ/2006 paling lambat: 3 bulan sejak permohonan diterima untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN. Apabila setelah lewat jangka waktu tsb Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan restitusi dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir. Pasal 17 B UU KUP Pasal 17 C UU KUP
  • 148. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN RESTITUSI PPN UNTUK KEGIATAN TERTENTU (Per. Dirjen Pajak No: PER-122/PJ/2006) Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat: a) 2 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh PKP yang melakukan kegiatan tertentu yang memiliki risiko rendah. b) 4 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh PKP yang melakukan kegiatan tertentu selain PKP dimaksud dengan huruf a. c) 12 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh 1) PKP selain PKP dengan kriteria tertentu dan PKP yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b; atau 2) PKP, termasuk PKP sebagaimana dimaksud pada huruf a yang semula memiliki risiko rendah yang berdasarkan hasil pemeriksaan Masa Pajak sebelumnya ternyata diketahui memiliki risiko tinggi, beberapa, maupun seluruh jenis pajak.
  • 149. WP dengan kriteria tertentu (Kep. Menkeu No:544/KMK.04/2000 jo No:235/KMK.03/2003) a) tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam 2 (dua) tahun terakhir; b) dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; c) SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada huruf b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya; d) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak: kecuali telah mendapat izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir; e) tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan f) dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
  • 150. PEMERIKSAAN TERHADAP WP DENGAN KRITERIA TERTENTU Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, dan menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. (Pasal 17 C angka 4 UU KUP) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak. (Pasal 17C angka 5 UU KUP)
  • 151. Contoh PT DEF adalah WP badan yang TIDAK ditetapkan DJP sebagai WP dengan kriteria tertentu. PT DEF menyampaikan SPT Tahunan 2009 pada tanggal 31 Maret 2010 yang menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00) Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00) Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi. Terhadap SPT Tahunan 2009 atas nama PT DEF, DJP melakukan pemeriksaan dan paling lambat tanggal 30 Maret 2011 harus sudah menerbitkan surat ketetapan pajak. Apabila sampai dengan tanggal 30 Maret 2011 DJP belum menerbitkan surat ketetapan pajak maka permohonan restitusi dianggap dikabulkan dan paling lambat tanggal 31 April 2011 harus diterbitkan SKPLB.
  • 152. Contoh PT LMN adalah WP badan yang ditetapkan DJP sebagai WP dengan kriteria tertentu. PT LMN menyampaikan SPT Tahunan 2009pada tanggal 31 Maret 2010 yang menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00) Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00) Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi. Setelah dilakukan penelitian diterbitkan SKPPKP pada tanggal 20 Juni 2010 dengan jumlah restitusi sesuai permohonan. DJP menerbitkan SKPKB Apabila misalnya DJP melakukan pemeriksaan pada tanggal 10 Agustus 2010 dan ditemukan ketidakbenaran sehingga PPh terutang menjadi Rp312.500.000,00. Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00 Jumlah Kredit Pajak (482,5juta – 200juta) Rp282.500.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00 Sanksi adm. Pasal 17C (5) (100%) Rp 30.000.000,00 Jumlah yang masih harus dibayar Rp 60.000.000,00
  • 154.
  • 155. OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP Jumlah pajak yang terutang STP SKPKB SKPKBT Tambahan jumlah pajak yang harus dibayar SK Pembetulan SK Keberatan Putusan Banding yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu ditagih dengan Surat Paksa tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo penundaan pembayaran tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak Pasal 20 angka 1 UU KUP
  • 156. CONTOH Seorang WP Pajak Penghasilan yang mempunyai tahun buku sama dengan tahun takwim memasukkan SPT Tahunan untuk tahun 2006 tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran akhir. Pada tanggal 10 April 2010 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajak yang terutang sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan tersebut ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. Walaupun SKPKB tersebut diterbitkan lebih dari dua tahun sejak berakhirnya Tahun Pajak, bunga dikenakan atas kekurangan tersebut hanya untuk masa dua tahun dengan penghitungan sebagai berikut : 1. Pajak yang terutang Rp1.725.000,00 2. Kredit Pajak : Rp 725.000,00 3. Pajak yang kurang dibayar Rp1.000.000,00 4. Bunga 2 tahun =2% X 24 X Rp1.000.000,00 Rp 480.000,00 5. Pajak yang masih harus dibayar Rp1.480.000,00 harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan yaitu sampai dengan tgl 9 Mei 2010. Apabila sampai dengan tanggal 9 Mei 2010 SKPKB tersebut belum dilunasi oleh WP maka dilakukan penagihan dengan Surat Paksa.
  • 157. BUNGA PENAGIHAN Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlah pajak yang harus dibayar berdasarkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 19 angka 1 UU KUP)
  • 158. CONTOH Misalkan WP melunasi SKPKB tersebut tanggal 25 Oktober 2011. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2010 atas nama PT ABC, pada tanggal 20 September 2011 diterbitkan SKPKB dengan perincian sbb: Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00 Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00 Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00 SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober 2011. Bunga Penagihan: 2% x 1 x 1.416.000,00 = Rp28.320,00 Ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP)
  • 159. PENGANGSURAN/PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK Direktur Jenderal Pajak atas permohonan WP dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran atas : Pajak yang terutang dalam STP, SKPKB, SKPKBT, dan surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Kekurangan pembayaran PPh yang masih harus dibayar dalam SPT Tahunan PPh sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 UU PPh. Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 19 angka 2 UU KUP) Permohonan pengangsuran atau penundaan ini dapat dilakukan apabila WP mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya. Pasal 9 angka 4 UU KUP jo Kep. Menkeu No: 541/KMK.04/2000
  • 160. Contoh Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan. Dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB dengan rincian sbb: Jumlah Pokok Pajak Rp40.000.000,00 Jumlah Kredit Pajak Rp30.000.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp10.000.000,00 Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 5.000.000,00 Jumlah yang masih harus dibayar Rp15.000.000,00 Misalkan jatuh tempo 10/10/10 Disetujui pembayaran secara mengangsur dengan skedul angsuran: I. 15/11/10; II. 15/12/10; dan III. 15/1/11 masing-masing Rp5.000.000,00. Perhitungan bunga penagihan: I. 2 bulan x 2% x Rp5.000.000,00 Rp200.000,00 II. 3 bulan x 2% x Rp5.000.000,00 Rp300.000,00 III. 4 bulan x 2% x Rp5.000.000,00 Rp400.000,00 Rp900.000,00 Ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP)