Dokumen tersebut membahas konsep kebudayaan maritim yang terdiri dari tujuh unsur yaitu sistem ide, bahasa, organisasi sosial, teknologi, ekonomi, seni, dan religi yang dimiliki oleh masyarakat pesisir dan pelaut. Unsur-unsur tersebut saling terkait dan mencakup pengetahuan, nilai, norma, bahasa khas, organisasi kerja sama, teknologi perahu dan alat tangkap, sistem produksi, pemasaran
2. KEBUDAYAAN MARITIM
KONSEP KEBUDAYAAN
• Banyak ahli yang telah merumuskan defenisi
kebudayaan, salah satu diantaranya adalah
Koentjaraningrat. Menurutnya, kebudayaan
adalah sistem-sistem ide/gagasan, tindakan/
praktek terpola, dan karya manusia dalam
rangka berkehidupan bermasyarakat yang
dijadikan milik diri manusia melalui proses
belajar.
3. • Koentjaraningrat membagi kebudayaan
kedalam tiga wujud, yaitu :
1. Wujud ideasional/ kognitif/ mental.
2. Wujud tindakan/ praktek terpola.
3. Wujud kebendaan buatan manusia.
• Ketiga wujud kebudayaan tersebut saling
terkait antara satu dengan yang lainnya secara
vertikal. Sifat saling keterkaitan vertikal antar
ketiga sistem itu disebut hubungan sibernetik.
4. • Dalam proses kehidupan masyarakat sehari-hari,
sistem budaya (berupa gagasan, pengetahuan,
keyakinan, nilai, dan norma) selalu atau
seharusnya menjadi pedoman pembuatan
keputusan atau bertindak (sistem sosial).
Selanjutnya sistem budaya bersama sistem sosial
(berupa interaksi dan organisasi sosial)
mempedomani dan mewadahi praktek berkarya
dengan rekayasa dan penggunaan teknik-teknik
tertentu. Sebaliknya, budaya material (karya yang
baik dan memuaskan) menjadi prasyarat
diintensifkannya sistem sosial, yang selanjutnya
menyumbang kepada pengokohan sistem
budaya.
5. • Ada tujuh unsur kebudayaan yang berlaku
secara umum (cultural universal), diantaranya:
1. Sistem pengetahuan
2. Sistem bahasa
3. Sistem organisasi sosial
4. Sistem mata pencaharian hidup
5. Sistem peralatan hidup
6. Sistem religi dan kepercayaan
7. Sistem kesenian
6. Konsep Kebudayaan Maritim
• Kebudayaan Maritim dipahami sebagai
“sistem-sistem ideasional/ kognitif/ mental,
perilaku/ tindakan, dan karya/ sarana dan
prasarana yang digunakan oleh masyarakat
pendukungnya (masyarakat maritim) dalam
rangka pengelolaan pemanfaatan
sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa
lingkungan laut bagi kehidupannya”.
7. Unsur-unsur Kebudayaan Maritim
1. Sistem Ideasional/ Kognitif/ Mental
• Ide/ Gagasan
- Menangkap ikan dan hasil laut lainnya
merupakan media interaksi manusia dan
lingkungan alam, makhluk gaib, hantu-hantu,
tuhan atau dewa laut, yang menguasai dan
menjaga sumberdaya laut pada lokasi tertentu.
- Laut yang luas dengan segala isinya tidak ada
orang memilikinya, diciptakan oleh Allah untuk
dimanfaatkan oleh manusia dengan doa dan
usaha keras.
8. • Sistem Pengetahuan
- Pengetahuan pelayaran (tentang musim, kondisi cuaca
dan suhu, kondisi dasar, kondisi air laut, dan tanda-tanda
alam) untuk menentukan waktu kegiatan
pelayaran.
- Pengetahuan tentang lingkungan dan sumberdaya
laut, baik hayati maupun nonhayati (terkait jenis/
spesis bernilai ekonomis dan kondisi populasi/
perilaku/ lokasi).
- Pengetahuan tentang lingkungan sosial (terkait
dengan siapa mereka bertransaksi, bekerjasama,
meminta jas perlindungan keamanan, sebaliknya
melakukan persaingan dan konflik memperebutkan
potensi sumberdaya dan jasa laut.
9. • Sistem Nilai
Berfungsi sebagai pedoman bagi setiap
individu atau kelompok dalam menentukan
sikap, tindakan, dan memaknai segala hal
yang dianggap baik atau layak dalam
hubungan manusia dengan lingkungan,
berkehidupan bersama, berekonomi,
beragama, berteknologi, berkesenian, dll
10. • Sistem Norma/ Aturan
Berfungsi mengatur secara khusus perangkat-perangkat
tindakan kelompok atau individu
dalam semua bidang kehidupan.
- Norma perkreditan, pemasaran, dan penentuan
harga
- Penetapan aturan bagi hasil
- Hak penguasaan wilayah/lokasi penangkapan
- Larangan penggunaan bom dan pukat harimau
- Peraturan kuota
- Peraturan keselamatan pelayaran
11. 2. Bahasa
• Bahasa yang digunakan masyarakat maritim banyak
berbeda dengan masyarakat di darat meskipun berasal
dari suku bangsa yang sama. Perbedaannya dalam hal
perbendaharaan dan pemaknaan kata-kata yang
diucapkan sehari-hari untuk menamai :
- unsur-unsur dan gejala alam fisik dan flora fauna
yang dimanfaatkan
- lingkungan sosial untuk bergaul dan bekerjasama
- sektor kerja dan teknologi yang diterapkan
- dll
12. • Contoh beberapa kata dalam bahasa pelaut :
- Musim : timo’ (musim timur), bare’ (musim barat),
jenne’ kebo’ (musim pancaroba) dll.
- Lokasi SDA : taka, pasi’, bungin, pulau, dll.
- Jenis-jenis karang : batu karang, karang bunga, k.
pute, k. tinggi, k. keriting, dsb.
- Kondisi air laut : pasang, meti, dll
- Jenis-jenis ikan karang : sunu, kerapu, katamba,
laccukang, sarisi, lamuru, tenggiri, baronang, dsb.
- Perahu : lepa-lepa, sampan, jarangka’, katinting,
jolloro, pinisi, bodi, dsb.
13. - Alat tangkap : pancing labu, bubu, puka’, rumpong,
bagang, kompresor, dll.
- Kata pengganti nama binatang yang pemali
diucapkan di laut : toriwai/ torije’ne (buaya), todapo’
(kucing), dan totakke (monyet).
- Ungkapan dalam mantra : nurung ri wae nama
sebenarmu hai lautan, nabi nuhung nabimu hai
perahu, berjiwa besarlah, kita menjelajah samudra
luas, mencari rezeki dan kita segera kembali sebelum
hari yang ketujuh.
14. 3. Organisasi sosial
• Contoh kelompok kerjasama nelayan dan pelayar :
- schipper-bemanning (Belanda)
- juragan-pandega (Jawa)
- tanase wasanae (Maluku)
- ponggawa-sawi (Bugis, Makassar, Bajo)
• Fungsi utama Organisasi sosial :
1. Meringankan pekerjaan berat dan rumit di laut.
2. Mekanisme perolehan modal dan pemasaran.
3. Wadah dan media pembelajaran pengetahuan, ketrampilan
kerja, dan kepribadian kebaharian.
4. Lembaga dan media tolong menolong dan sekuritas sosial.
5. Mekanisme distribusi risiko.
15. 4. Sistem Teknologi Kebaharian
• Berbagai tipe perahu tradisional milik kelompok suku
bangsa di Indonesia :
- perahu patorani (Makassar)
- lambo (Mandar)
- pinisi, bagang (Bugis)
- lambo (Buton)
- janggolan, perahu jarring (Madura)
- mayang, jukung (Jawa)
- nade (Sumatra)
16. • Teknologi penangkapan ikan di Indonesia, ada 5
kategori :
1. Net
2. Pancing
3. Bubu
4. Alat tusuk (tombak, panah)
5. Teknik lainnya
17.
18.
19. 5. Sistem Ekonomi Kebaharian
• Sistem ekonomi kebaharian terdiri dari :
- sektor-sektor perikanan (perikanan tangkap,
budidaya)
- jasa (pelayaran/pengangkutan, pengamanan wilayah
laut, pendidikan, pemerintahan, pengerukan dasar laut
kawasan pelabuhan dan pemukiman, pembangunan
pemukiman pantai)
- perdagangan (lewat laut, hasil laut ke darat, usaha
modal)
- industri (hasil laut, pertambangan, pembuatan garam,
pembuatan perahu/kapal dan alat tangkap, industri jasa
pariwisata dan barang kerajinan hasil laut).
20. a. Sistem Produksi
Laut yang luas dengan kekayaan sumberdaya hayati dan
nonhayati yang dikandungnya merupakan faktor produksi
dari sektor ekonomi kebaharian utama seperti perikanan
dan industri maritim.
Terdapat 5 bentuk pemilikan/penguasaan wilayah dan
sumberdaya laut yang dipraktekkan oleh nelayan
diberbagai tempat di dunia, yaitu :
1. Pemilikan/penguasaan bersama komunitas
2. Pemilikan/penguasaan individual/keluarga
3. Pemilikan/penguasaan privat
4. Pemilikan/penguasaan negara
5. Penguasaan dan pemanfaatan secara bebas/terbuka
21. Modal usaha merupakan faktor produksi terpenting
dalam suatu usaha perikanan, baik skala besar dan
modern maupun skala kecil tradisional. Modal usaha
perikanan ini terinvestasi dalam alat-alat produksi
(kapal/perahu,, mesin, alat-alat tangkap dan
perlengkapan).
Tenaga kerja juga merupakan faktor produksi
menentukan dalam usaha ekonomi perikanan laut,
dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan
kondisi fisik, asal usul, pendidikan, dan usia.
Pengolahan dan pengawetan hasil tangkapan
merupakan tahap kegiatan transisi antara sistem
produksi dan sistem pemasaran.
22. b. Sistem Pemasaran
Masyarakat nelayan di dunia ketiga yang masih
banyak dikuasai oleh kelas pengusaha modal atau
rentenir lokal/dari luar, pola jaringan pemasaran
komoditas lautnya kebanyakan mengikuti jaringan
sumber perolehan modalnya.
Sebaliknya di negara maju yang nelayannya
mempunyai posisi tawar yang kuat, pemasaran hasil
lautnya diatur menurut mekanisme pasar bebas dan
kebijakan pemerintah hingga batas-batas tertentu.
23. b. Sistem Konsumsi
Sistem konsumsi dalam ekonomi nelayan adalah
daftar kebutuhan, kondisi penghasilan, dan pola
penjatahan pendapatan ekonominya.
Daftar kebutuhan pokok nelayan sama saja dengan
masyarakat di darat, meliputi sandang, pangan,
papan, perabot rumah tangga, kesehatan,
pendidikan, sosial religius (perkawinan, hajatan,
menunaikan ibadah haji, kematian) pengembangan
usaha dan biaya produksi, dll.
24. 6. Seni Kebaharian
• Kebudayaan maritim juga tidak luput dari unsur
kesenian, terutama seni arsitektur/konstruksi
kapal/perahu dan layar, ukir dan gambar dengan
motif dan warna cet, lagu dan musik. Perahu-perahu
Jawa dan Bali, India dan Cina banyak dicirikan
dengan ukiran dan gambar binatang dengan
kombinasi warna cet. Ukiran dan gambar tersebut,
selain berfungsi seni, juga memuat makna akan
gagasan dunia dan keyakinan religius.
25. 7. Sistem Religi dan Keyakinan
• Kebanyakan nelayan Bugis, Bajo, Makassar, dan
Madura yang beragama Islam sangat percaya pada
kekuasaan Allah dan takdir-Nya. Sedikit banyaknya
hasil yang diperoleh senantiasa dikembalikan pada
ketentuan takdir. Rintangan arus dan ombak,
dalamnya laut, berbahaya dan angkernya tempat
yang kaya sumberdayanya, dan ancaman raksasa
laut, semuanya dihadapi dan dilawan atau dihindari
dengan keyakinan religius dan praktek ritual.