SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
Kementerian
Perhubungan

Lead Advisor Support Unit - LASU
Dukungan Terhadap RENSTRA 2015-2019
Kementerian Perhubungan
Rapat Koordinasi Ke-II Bersama Wakil Menteri Perhubungan
Jakarta, 30 Oktober 2013
Latar Belakang
1. Bappenas sedang melakukan Kajian Latar Belakang
(Background Study) penyusunan RPJMN III 2015-2019
sektor transportasi.

2. Kementerian Perhubungan juga sedang melakukan
Background Study penyusunan RENSTRA 2015-2019.
3. RENSTRA adalah instrumen pelaksanaan dari RPJMN.
4. Kondisi objektif :
• Defisit infrastruktur transportasi di semua lini dan
kesenjangan transportasi antar wilayah.
• Banyak target RPJMN I dan II yang tidak tercapai.
• Bottleneckings dan Gridlocks bertambah luas.

5. Oleh karena itu RPJMN dan RENSTRA 2015-2019
memikul tugas berat untuk mencapai target
pembangunan RPJPN 2025.
6. LASU IndII membantu Bappenas dan Kemenhub
melakukan Background Study RPJMN dan RENSTRA.
2
Transportasi Dalam RPJPN dan 4 RPJMN
RPJPN 2005-2025
 Meningkatkan jaringan infrastruktur Nasional
sebagai satu Kepulauan Nusantara.
 Meningkatkan jaringan infrastruktur transportasi
Nasional yang terintegrasi, lancar dan handal.

RPJMN I
2005-2009

RPJMN II
2010-2014

 Percepatan
pembangunan sektor
transportasi melalui
peningkatan peran
Swasta
 Kebijakan & regulasi
serta reformasi dan
restrukturisasi
kelembagaan sektor
transportasi

 Percepatan
pembangunan sektor
transportasi melalui
KPS
 Pembangunan
jaringan infrastruktur
transportasi untuk
mendukung
kelembagaan
ekonomi yang
mendorong prakarsa
masyarakat dalam
kegiatan
perekonomian

RENSTRA I

RENSTRA II

RPJMN III
201-2019
 Terpenuhinya ketersediaan,
kehandalan dan aksesbilitas
infrastruktur transportasi
yang efisien dan skema KPS
yang produktif
 Perekonomian yang kuat dan
maju dengan didukung
dengan infrastruktur
transportasi dan layanan yang
handal
 Pemenuhan jaringan
transportasi dengan
perencanaan tata ruang
nasional
 Pembangunan daerah
teringgal dan terbelakang
dengan sistem jaringan
transportasi untuk
mendukung sektor pertanian

RENSTRA III

RPJMN IV
2020-2025
 Penyediaan jaringan
insfrastruktur
transportasi dan
pelayanan yang
handal, effisien dan
terintegrasi di
seluruh wilayah
Indonesia yang
berkelanjutan dan
terciptanya
kesejahteraan rakyat
Indonesia

RENSTRA IV

Pemerintah sudah membangun banyak fasilitas infrastruktur transportasi selama RPJMN I dan II. Namun kebijakan
RPJPN dan 4 RPJMN dalam partisipasi sektor swasta belum banyak mengalami kemajuan yang berarti. Perubahan
kerangka hukum, peraturan, dan kelembagaan sudah berada pada jalur yang benar namun belum cukup mempercepat
pembangunan. RENSTRA III memikul tugas berat untuk mengatasi hal ini.

3
Beban Ekstra RPJMN dan RENSTRA III
Target RPJMN I dan RPJMN II
Yang Tidak Tercapai

Target RPJMN III Yang
Diamanatkan oleh
UU No. 17/2007 Tentang RPJPN

Tantangan Global dan
Isu Strategis Domestik

RPJMN III
2015-2019
<Heavy Duty>
RENSTRA
2015-2019

 Perlu dukungan perubahan kebijakan yang ofensif, perubahan
kelembagaan ekonomi transportasi sesuai amanat undang-undang, dan
ofensif investasi pemerintah dan sektor swasta termasuk inovasi
pembiayaan. Kapasitas kelembagaan dan kualitas birokrasi juga menjadi
faktor penentu.
4
Perencanaan Non-Linier
Political
Determination
<Conjecture>

RPJM III dan RPJM
IV sangat kritis bagi
pembentukan
landasan menuju
Indonesia maju
secara ekonomi,
politik, dan sosial
budaya.

The
future
of the
past
RPJMN I
2005-2009

Transportasi di Indonesia
mengalami defisit dan
kesenjangan yang luar biasa besar
dan oleh karenanya perencanaan
pembangunannya tidak dapat
dibuat berdasarkan pendekatan
linier dan teknokratik semata.
Harus berani menggunakan
pendekatan non-linier dan kalau
perlu eksponensial dan harus ada
determinasi politik yang kuat.

The future
of the
future

RPJMN IV
2020-2025
RENSTRA IV
Conjecture

RPJMN III
2015-2019
RENSTRA III

Kegagalan membangun
infrastruktur transportasi
yang maju dan modern
akan membawa implikasi
yang sangat berbahaya
bagi perekonomian
mendatang.

RPJMN II
2010-2014
RENSTRA II

RENSTRA I
2010

Technocratic
Determination
<Projection>

Tahun 2025-2030
infrastruktur
transportasi Indonesia
seharusnya sudah “well
established” melayani
pergerakan ekonomi
maju dan menopang
negara Indonesia yang
modern, bersatu dalam
ekonomi dan politik, dan
lebih sejahtera.

2015

Meningkatnya kompetisi global, tuntutan global compliance dan meningkatnya
kompleksitas tatanan sosial, ekonomi, dan politik domestik
2005

2025
Struktur RENSTRA 2010-2014
Lampiran
RENSTRA

BAB I
Pendahuluan
BAB III
Kebutuhan
Investasi
2010-2014

BAB II
Evaluasi
Pencapaian
Kinerja 2005-2009

Kondisi Sektor
Trasnportasi
2005-2009

Realisasi
2005-2009
Masalah dan
Tantangan

Pertumbuhan &
Pembiayaan

APBN &
Pembiayaan
Pemerintah
Lainnya
Investasi BUMN
Investasi
Swasta

BAB IV
Analisis
Lingkungan
Strategis
2010-2014
Globalisasi

BAB V
Arah Kebijakan
2010-2014

BAB VI
Transportasi
di Area
Perbatasan dan
Rawan Bencana

Visi 2014
Kondisi Umum

BAB VIII
Kaidah
Pelaksanaan
BAB VII
Dampak
Perubahan Iklim
Pada Sektor
Transportasi

Misi 2014

Sistem
Transportasi
Nasional
Teknologi &
Energi

Latar Belakang
Tujuan

Dampak
Sasaran
Strategi

Pembangunan
Berkelanjutan &
Pengarusutamaan
Perubahan Iklim

Sasaran

Kebijakan
Umum

Strategi
Program
Pembangunan

Arah Kebijakan
Mitigasi
Emisi

Arah
Pembangunan
Program
Pembangunan

•
•
•

Substansi Kebijakan Strategis ada pada Bab I – Bab VII
Analisis Lingkungan Strategis (Bab IV, 11 hal.) dengan SWOT nampak sangat
kualitatif dan “stand alone”
Sulit melihat keterpautan antara analisis strategis, kebijakan strategis, dan
program dan kegiatan strategis.

6
Kemungkinan Struktur RENSTRA 2015-2019
BAB I
Pendahuluan
Visi
2010-2014
Misi
2010-2014
Tujuan
Pembangunan
Sasaran
Pembangunan
Strategi
Pembangunan

BAB II
Evaluasi Kinerja
RENSTRA 2010-2014

BAB III
Lingkungan
Strategis

BAB IV
Investasi &
Pembiayaan

Realisasi Program
Pembangunan

Perekonomian
Global

Pertumbuhan Sektor
Transportasi

Dukungan/Jaminan
Pemerintah/PII

Realisasi
Pelaksanaan
Kebijakan

Kependudukan &
Urbanisasi

Investasi Pemerintah

Dana Investasi
Pemerintah/SMI

Kesenjangan
Wilayah

Peran BUMN/BUMD

New Initiatives
Fund for PPP

Partisipasi Sektor
Swasta (PSP)

Kerjasama
Pemerintah swasta
(KPS)

Analisis Kesenjangan
(Gap Analysis) dan
Diagnostik

Catatan:
•

•

•

Satu dari beberapa opsi
struktur penulisan dan
masih bersifat
“unconstrained”
DCM terdiri dari dana
perbankan, dana pensiun,
dana asuransi, pasar
modal, dan dana
kelembagaan non-bank.
Bab IV tentang Investasi
dan Pembiayaan dapat
digeser ke Bab VIII.

Transportasi
Multimoda
Teknologi, Energi,
dan Lingkungan
Pembangunan
Berkelanjutan dan
Pengarusutamaan
Perubahan Iklim

Sistem Transportasi
Nasional

Dana Investasi
Pemerintah/SMI

Investasi Sektor
Swasta (PFI)
Inovasi Pembiayaan
(Creative Financing)

Aliansi Strategis

Obligasi
Infrastruktur
Domestic Capital
Market
PBAS

Multi Years
Contract

7
Kemungkinan Struktur RENSTRA 2015-2019
BAB V
Kebijakan Nasional Sektor Transportasi
Membangun
Konektivitas Nasional

Membangun Pasar dan Industri
Transportasi Nasional

Mengintegrasikan Isu Isu Lintas
Sektor dan Sektor

Transportasi Multimoda

Kebijakan Utama

Revitalisasi Kelembagaan KPS, Revisi
Perpres dan Peraturan Menteri Terkait
Dengan KPS

Efektivitas Kerangka Hukum
dan Peraturan

Kebijakan Strategis
Sistem Logistik Nasional

Transportasi Hemat Energi
Percepatan Pembangunan
Transportasi Wilayah
Transportasi & Ekonomi
Program Strategis

Pemisahan Fungsi Regulator
dan Operator
Tarif dan Pembiayaan
Transportasi Modern

KA Barang Luar Jawa

Short Sea Shipping

Menigkatkan peran pemerintah pusat
dalam Kereta Api Perkotaan

Angkutan Umum Perkotaan

Value for Money & Life-Cycle Costing

Transportasi KTI, Daerah
Tertinggal,Perbatasan, dan
Kawasan Perdesaan

Fungsi dan Peran BUMN Kedepan
Sinkronisasi Kelembagaan KPS
Mengurangi praktek monopoli

Modernisasi Angkutan
Keperintisan

Pendidikan Dini Untuk Kepedulian
Transportasi Publik
Laksanakan RUNK dan Kurangi
Kecelakaan Transportasi
Riset dan Teknologi Transportasi
Kualitas dan Kapasitas SDM

Manajamen Sistem Transportasi
Berbasis Teknologi

Mainstreaming KPS dalam APBN

ASEAN Connectivity

Dampak Sosial Budaya Dari
Transportasi

Revitalisasi pola Subsidi, PSO, dan
Keperintisan

8
Kemungkinan Struktur RENSTRA 2015-2019
BAB VI
Transportasi
Perdesaan, dan
Kawasan Tertinggal
Kawasan Timur
Indonesia
Kawasan Perbatasan
Daerah Tertinggal
Daerah Rawan
Bencana

BAB VII
Transportasi
Perkotaan

BAB VIII
Energi, Lingkungan,
dan Teknologi

Optimasi Jaringan
Jalan Kota

Konservasi dan
Diversifikasi Energi
untuk Transportasi

Kereta Api
Perkotaan
Transport Demand
Management
Transportasi dan
Ekonomi Kota
Inovasi Pembiayaan

Pengarusutamaan
Dampak Pemanasan
Global
Teknologi Transportasi
dan Perkeretaapian
Intelligent Transport
System

Catatan:
6. Tentu ada korelasi yang dekat antara Background Study dengan
RENSTRA. Sebagian dari struktur Background Study dapat menjadi
struktur RENSTRA, sepanjang itu disepakati oleh Kemenhub.
7. Yang harus diusahakan sedapat mungkin adalah membentang benang
merah dari hulu ke hilir, menjaga konsistensi substansi dari kebijakan,
program, dan kegiatan strategis sektor transportasi.
8. Barangkali struktur Lampiran RENSTRA juga harus memuat 2 hal besar:
(i) program dan kegiatan berkesinambungan dari RENSTRA I dan II
yang tertunda atau belum selesai; (ii) program dan kegiatan strategis
yang menggambarkan non linieritas dari RENSTRA III.

BAB IX
Kaidah Pelaksanaan

Lampiran
RENSTRA

Catatan:
1. Lampiran Rencana Strategis
mencakup sebagian besar dari isi
RENSTRA 2010-2014.
2. Program dan kegiatan strategis
setiap subsektor dan kegiatan
penunjang lainnya akan tetap
menjadi bagian yang lukratif dari
RENSTRA 2015-2019.
3. Akan tetapi korelasi langsung
antara substansi dan lampiran
harus lebih terlihat sebagai satu
kesinambungan dari kebijakan
sampai dengan kegiatan
strategis, tahun demi tahun dan
lintas wilayah.
4. Struktur RENSTRA diatas tidak
merupakan struktur yang secara
riil harus diacu oleh proses
penyusunan dan penulisan
RENSTRA oleh Kemenhub.
5. Struktur diatas menjadi acuan
bagi penulisan Background Study
yang lebih substantif.

9
Organisasi LASU untuk RENSTRA 2015-2019
Wamenhub

Sekertaris Jenderal
Biro Perencanaan

Struktur Organisasi Awal
LASU untuk dukungan
RENSTRA &Tim Knowledge
Sharing

Policy Support
Wamenhub
Emil Ardiaman
Yoke Saputra

Divisi Perencanaan dari
Dirjen Darat, Dirjen KA,
Dirjen Laut, Dirjen Udara

BSTP

Knowledge-Sharing
Consultant
Peter Midgley

National Lead Advisor
Suyono Dikun

National Policy/Planning
Advisors
Devie Anggra
Isnaeni

Sebagai Tim awal yang
diprioritaskan fokus
untuk RENSTRA 20152019

Knowledge-Sharing
Advisors
Sri Purwanti
Meilany Fahriantiny

Fokus pada mobilitas
perkotaan sebagai tim
Knowledge-Sharing

Junior Program Officer

Menteri Perhubungan
Wakil Menteri Perhubungan
Sekretaris Jenderal
Biro Perencanaan
Dirjen
Perhub. Darat

Policy Support
Wamenhub
Emil Ardiaman
Yoke Saputra

Struktur Organisasi LASU
Terkait Pekerjaan RENSTRA

Badan Litbang
Dirjen
Perkeretaapian

Dirjen
Perhub. Laut

Dirjen
Perhub. Udara

National Lead Advisor
Suyono Dikun

National Sector Specialist
Muhammad Isnaeni

National Communication &
Institutional Specialist
Muslich Z Asikin

National Planning Specialist
Devie Anggra

10
Mekanisme Kerja RENSTRA 2015-2019
Mekanisme Internal MoT
Direktorat
Jenderal

[1] Konsep Awal
Dari IndII,
Litbang, atau
Dari Biro
Perencanaan

[2] Draf Naskah
Kebijakan
(Indii)

[3] Badan
Litbang

[4] Rapat
Konsolidasi

[5] Setuju/
Tidak setuju

Biro
Perencanaan

[6] Naskah
Kebijakan
Disetujui dan
Diverifikasi

Tidak
Perbaikan Konsep

[12] Uji Publik 1 :
Perguruan Tinggi,
Asosiasi, Industri,
Operator

[12] Draft Awal
RENSTRA
2015-2019

[1] Draft Awal
RENSTRA

[11]
Biro Perencanaan
Konsolidasi Naskah

[2]
Pertemuan
Bilateral
Kemenhub
Bina Marga

[8] Final
RENSTRA

Mekanisme Dengan Instansi Terkait Lainnya

[3] RENSTRA
dengan
inkorporasi
Sektor Jalan
[7]
Penyempurnaan
Draft Akhir
RENSTRA

[10] Naskah
Kebijakan di
setujui

Ya

[4] Pertemuan
Mulitilateral
Kemenhub – Sektor
Ekonomi lainnya

[7] Wakil
Menteri
Perhubungan

Tidak,
Revisi

Ya

[8] Rapat
Koordinasi

[9] Setuju/
Tidak setuju

[5] RENSTRA dengan
inkorporasi Sektor
Jalan dan Sektor
Ekonomi

[6] Uji Publik 2: LSM,
Pemerintah Daerah

Diagram ini menggambarkan mekanisme internal di Kementerian Perhubungan dan mekanisme interaksi dengan instansi terkait
diluar Kementrian Perhubungan dalam upaya membangun komunikasi dan untuk mencapai pemahaman dan persepsi yang sama
terkait dengan RENSTRA 2015-2019.

11
RPJP Kementerian Perhubungan 2005-2025
 Visi Departemen Perhubungan 2025
Terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan
memberikan nilai tambah

 Misi Departemen Perhubungan:
 Memulihkan kinerja pelayanan jasa transportasi
 Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang
peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan SDM
 Meningkatkan aksesibilitas masyarakat thd pelayanan jasa transportasi
 Meningkatkan kapasitas dan mendorong pengembangan teknologi
transportasi dalam rangka menjamin tersedianya pelayanan transportasi
yg berkelanjutan dgn kuantitas dan kualitas yg memadai

 Tujuan Pembangunan Transportasi Nasional Jangka Panjang
Untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien
guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera, sejalan dengan
perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis

 Sasaran Pembangunan Transportasi Nasional Jangka Panjang
 Terwujudnya pertumbuhan sektor transportasi minimal dua kali
pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka memberikan sumbangan
terhadap kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable
growth) dan perluasan lapangan kerja
 Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa transportasi ke
seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi
barang, jasa dan mobilitas penumpang dalam rangka memberikan
kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi
 Terwujudnya penghematan pengeluaran devisa dan peningkatan
perolehan devisa dalam penyelenggaraan jasa transportasi dalam rangka
memberikan kontribusi terhadap penyehatan neraca pembayaran
khususnya dlm menekan defisit neraca jasa dlm neraca transaksi berjalan
 Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa transportasi
ke seluruh pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi
terhadap pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga
keutuhan NKRI
Sumber: KM 49/2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan 2005-2025

 Strategi Pembangunan Transportasi Nasional:
 Pembangunan transportasi dilakukan berdasarkan penerapan
prinsip ekonomi (manfaat maksimum dan biaya minumum)
 Pembangunan transportasi dilakukan dengan mempertimbangkan
aspek politik, sosial, budaya dan pertahanan
 Pembangunan transportasi difokuskan kepada segmen-segmen
tertentu untuk menunjang kegiatan sektor-sektor utama
 Pembangunan transportasi untuk mewujudkan pembangunan
nasional yang berkelanjutan
 Pembangunan transportasi dilakukan dengan orientasi peningkatan
pelayanan kepada masyarakat
 Pembangunan transportasi dilakukan sesuai dengan arah
pengembangan sosial dan ekonomi yang diadopsi dalam
perencanaan makro nasional, perencanaan sektoral, perencanaan
daerah dan penganggaran secara realistik dan rasional
 Pembangunan transportasi dilakukan dengan mengikutsertakan
masyarakat (sektor swasta)

 Kebijakan Umum Pembangunan Transportasi Nasional:




















Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara
Pertumbuhan dan Efisiensi Nasional
Koordinasi inter, antar sektor dan antar moda
Rencana terpadu, riset dan pengembangan teknologi
Persyaratan teknis, keselamatan dan keamanan
Fungsi penunjang dan fungsi pendorong
Dukungan terhadap kebijakan otonomi daerah
Dukungan kepada sektor-sektor lain
Pembangunan transportasi berkelanjutan
Pelibatan peranserta swasta
Pengadaan barang dan jasa
Perlindungan dan pengamanan
Dukungan terhadap pertahanan
Pemakaian hasil produksi dalam negeri
Kemudahan penyelenggaraan angkutan massal
Prinsip penetapan tarif jasa transportasi
Subsidi dan PSO
Pajak dan PNBP
Energi
12
Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Perkeretaapian Nasional

Program Pengembangan Jaringan dan Layanan Tahun 2015-2019:
 Pengembangan jaringan dan layanan KA antara kota: Banda Aceh-Sigli,
Lhokseumawe-Langsa Besitang, Rantau Prapat-Duri-Dumai, Tj Api-api, KM3Bakauheni, Padang-Bengkulu, Tj Enim-Pulau Baai, Muara Enim-Tj Api-api, Banko
Tengah-Srengsem, Stasiun Sukacita-Stasiun Kertapati, Shortcut Tj Enim-Baturaja,
Shortcut Rejosari-Tarahan, Shortcut Solok-Padang, Double Track Semarang –
Bojonegoro-Surabaya, Double Track Solo-Madiun-Surabaya, Pembangunan Jalur
KA di Pulau Bali, Parungpanjang-Citayam, Nambo-Cikarang-Tj Priok, Puruk CahuBangkuang, Bangkuang-Lupak Dalam, Kudangan-Kumai, Muara Wahau-Lubuk
Tutung, Balikpapan Tanah Grogot Tanjung, Makassar-Pare-pare
 Pengembangan jaringan dan layanan KA regional: Jabodetabek, Mebidangro,
Patungraya, Joglosemar, Kedungsepur, Gerbangkertosusila, Mamminasata
 Pengembangan jaringan dan layanan KA perkotaan: Medan, Padang, Palembang,
Bandar Lampung, Batam, Jakarta, Bandung Raya, Surabaya, Malang, Yogyakarta,
Denpasar, Makassar

 Visi perkeretaapian nasional tahun 2030 yaitu
mewujudkan perkeretaapian yang berdaya saing,
berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan
industri, terjangkau dan mampu menjawab
tantangan perkembangan.
 Arah pengembangan perkeretaapian nasional:
 Pelayanan prasarana dan sarana
perkeretaapian yang handal
 Teknologi perkeretaapian yang modern,
ramah lingkungan, daya angkut besar dan
berkecepatan tinggi
 Penyelenggaraan perkeretaapian nasional
yang mandiri dan berdaya saing
 Strategi pengembangan perkeretaapian nasional:
 Pengembangan jaringan dan layanan
perkeretaapian
 Peningkatan keamanan dan keselamatan
perkeretaapian
 Alih teknologi dan pengembangan industri
perkeretaapian
 Pengembangan SDM perkeretaapian
 Pengembangan kelembagaan
penyelenggaraan perkeretaapian
 Investasi dan pendanaan perkeretaapian
 Target Pengembangan Perkeretaapian Nasional
Tahun 2030: perkeretaapian nasional memiliki
pangsa pasar penumpang sebesar 11%-13% dan
barang sebesar 15%-17% dari total pangsa pasar
transportasi nasional pada tahun 2030
 Peranan Perkeretaapian Nasional:
 Penghubung antar simpul transportasi
 Mendukung keterhubungan wilayah
 Mendukung pengembangan koridor ekonomi
Sumber: PM 43/2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

13
Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Transportasi Penyeberangan
KONSEP SABUK TRANSPORTASI PENYEBERANGAN NASIONAL

KEBIJAKAN STRATEGIS (K) DAN STRATEGIS PROGRAM (P)
 (K.1) Pemulihan kondisi jaringan pelayanan penyeberangan
eksisting dan mempertahankan kinerjanya dalam jangka
panjang:
 (P.1) Pemulihan pelayanan penyeberangan eksisting
(2010-2019)
 (K.2) Optimalisasi dan peningkatan kapasitas pelayanan
penyeberangan pada jaringan eksisting secara bertahap
sesuai dengan pertumbuhan permintaan perjalanan:

 (P.2) Meningkatkan kapasitas pelayanan penyeberangan
eksisting sebagai fungsi dari pertumbuhan permintaan
perjalanan, penumpang dan kendaraan (2010-2019)

TOLOK UKUR RENCANA PENGEMBANGAN

 (P.3) Integrasi / koordinasi dengan rencana
pengembangan jaringan jalan, jalan rel dan angkutan
laut (2010-2029)
 (K.3) Pengembangan jaringan pelayanan penyeberangan
secara bertahap sesuai dengan kemampuan pendanaan
pemerintah
 (P.4) Mengembangkan pelayanan penyeberangan pada
lintas-lintas penyeberangan utama, sebagai perwujudan
konsep sabuk (2010-2019)
 (P.5) Mengembangkan pelayanan penyeberangan pada
lintas-lintas baru sebagai perwujudan
koneksitas/aksesibilitas antar kawasan yang terpisah
oleh perairan (2010-2029)
Sumber: KM 6/2010 tentang Cetak Biru Pengembangan Transportasi
Penyeberangan
14
Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Kepelabuhanan Nasional
PELABUHAN STRATEGIS DALAM KORIDOR EKONOMI INDONESIA

 Visi pembangunan di bidang kepelabuhanan: Terwujudnya
sistem Kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan responsif
yang mendukung perdagangan internasional dan domestik serta
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah
 Tujuan pembangunan di bidang kepelabuhanan:
 Meningkatkan daya saing dalam perdagangan global dan
pelayanan jasa transportasi
 Meningkatkan daya saing jasa kepelabuhanan, mengurangi
biaya pelabuhan dan meningkatkan pelayanan jasa
kepelabuhanan
 Mensinergikan pelabuhan dalam pembangunan sistem
transportasi nasional, sistem logistik nasional dan
pembangunan ekonomi
 Mengembangkan kapasitas pelabuhan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan jasa transportasi
 Mengembangan kapasitas SDM dalam sektor kepelabuhanan

INVESTASI SEKTOR PELABUHAN BERDASARKAN KORIDOR EKONOMI
DAN TAHAPAN PENGEMBANGAN (JALAN JUTA US$)

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414/2013 tentang Penetapan
Rencana Induk Pelabuhan Nasional

 Kebijakan pelabuhan nasional:
 Mendorong investasi swasta
 Mendorong persaingan
 Pemberdayaan peran penyelenggara pelabuhan
 Terwujudnya integrasi perencanaan
 Men ciptakan kerangka kerja hukum dan peraturan yang
tepat dan fleksibel
 Mewujudkan sistem operasi pelabuhan yg aman & terjamin
 Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim
 Mengembangkan sumber daya manusia

 Strategi implementasi:
 Pedoman kebijakan pelabuhan nasional dan strategi bisnis
yang komprehensif
 Perencanaan terpadu, hierarki pelabuhan, dan pemantauan
kinerja
 Pengaturan tarif
 Mondorong persaingan di sektor pelabuhan
 Meningkatkan kompetensi SDM di pelabuhan
 Meningkatkan keselamatan kapal dan keamanan fasilitas
pelabuhan secara efektif
 Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim secara efektif
15
Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Kebandarudaraan Nasional
TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL EKSISTING

TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL EKSISTING DAN RENCANA

 Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem kebandarudaraan
secara nasional yang menggambarkan perencanaan bandar udara
berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan
komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra
dan antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan
dan keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor
pembangunan lainnya
 Tatanan kebandarudaraan nasional diwujudkan dalam rangka
penyelenggaraan bandar udara yang andal, terpadu, efisien, serta
mempunyai daya saing global untuk menunjang pembangunan
nasional dan daerah yang berwawasan Nusantara:
 Andal yaitu bandar udara yang disusun dalam jaringan dan simpul
yang terstruktur, dinamis dalam memenuhi tuntutan kebutuhan
angkutan udara
 Terpadu yaitu bandar udara yang saling menunjang dan mengisi
peluang dalam satu kesatua tatanan kebandarudaraan nasional
 Efisien yaitu bandar udara yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan, tidak saling tumpang tindih dan tidak terjadi duplikasi
dalam melayani kebutuhan angkutan udara
 Berdaya saing global yaitu bandar udara yang tidak rentan
terhadap pengaruh global serta mampu beradaptasi dalam
menghadapi perubahan kebutuhan angkutan udara
 Menunjang pembangunan nasional yaitu bandar udara sebagai
pintu gerbang perekonomian, dalam rangka pemerataan
pembangunan dan keseimbangan pengembangan Indonesia
wilayah barat dan Indonesia wilayah timur
 Menunjang pembangunan daerah yaitu bandar udara sebagai
pembuka daerah terisolir, tertinggal dan mengembangkan
potensi industri daerah.
 Berwawasan Nusantara yaitu bandar udara yang memandang
kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan, dalam rangka mempersatukan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Sumber: PM 69/2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
16
Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda
CAKUPAN CETAK BIRU TRANSPORTASI ANTARMODA/MULTIMODA

RENCANA PENGEMBANGAN 2015-2019

 Pengembangan/pemantapan akses jalan/jalan rel ke beberapa
pelabuhan (Lhokseumawe, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang,
Pekanbaru, Batam, Panjang, Palembang, Bojonegara, Tanjung Priok,
Tanjung Perak, Pontianak, Banjarmasin, Benoa, Samarinda, Makassar,
Balikpapan, Bitung)
 Pembangunan dan pengembangan dermaga serta penambahan
fasilitas pelabuhan (Belawan, Pekanbaru, Tekuk Bayur, Bojonegara,
Tanjung Perak, Banjarmasin, Kupang, Makassar, Balikpapan, Bitung,
Ambon, Biak, Jayapura, Sorong)
 Peningkatan alur pelayaran dan SBNP Pelabuhan (Tanjung Perak,
Samarinda)
 Pelaksanaan kerja operasional pelabuhan 24 jam (Lhokseumawe,
Tanjung Pinang)
 Optimasi Bandara (Sukarno Hatta)
 Peningkatan aksesibilitas rel/jalan dan angkutan umum ke Bandara
(Sukarno Hatta, Kuala namu, Adi Sucipto),
 Pengembangan dan pembangunan fasilitas bandara (Kualanamu,
Ngurah rai, Hasanuddin, Sam Ratulangi, Supadio, Sepinggan , F.
Kaisepo)
 Optimasi manajemen transportasi kota Metropolitan (Mebidangro,
Palembang, Kedungsepur, Yogyakarta, Gerbangkertosusilo)
 Pengembangan dan pembangunan infrastruktur transportasi,
Mebidangro, Palembang, Jabodetabek, Bandung Raya, Kedungsepur,
Yogyakarta, Gerbangkertosusilo, Sarbagita, Mamminasatta)
 Pengembangan transportasi antarmoda/intermoda untuk daerah
tertinggal (pengembangan jaringan angkutan, penyediaan sarana, dan
peningkatan jalan)

 Visi transportasi antarmoda/multimoda Tahun 2030 adalah “Arus
Barang dan Mobilitas Orang Efektif dan Efisien”
 Misi dan kebijakan transportasi antarmoda/multimoda :
 Mewujudkan kelancaran arus barang:
- Meningkatnya kualitas badan usaha angkutan multimoda.
- Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul
transportasi laut
- Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul
transportasi udara
- Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal
 Mewujudkan kelancaran mobilitas orang:
- Meningkatnya kelancaran mobilitas orang di perkotaan
- Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal.
 Tujuan transportasi multimoda:
 Menekan Iarnanyawaktu pelayanan pada simpuI moda
transportasi.
 Menurunkan biaya pelayanan transportasi pada sirnpul moda
transportasi.
 Meningkatkan kelancaran arus barang dan rnobilitas orang pada
kota metropolitan.
 Meningkatkan aksesibilitas rnasyarakat dari dan ke daerah
tertinggal.
 Strategi pengembangan transportasi antarmoda/multimoda:
 Meningkatnya kualitas badan usaha angkutan multimoda
 Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul
transportasi laut
 Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul
transportasi udara
 Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal
 Meningkatnya kelancaran mobilitas orang di perkotaan
 Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal
Sumber: KM 15/2010 tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda Tahun 2010 - 2030

17
Bagan Alur Penyusunan RPJM dan RENSTRA-KL

Bagan diatas merupakan suatu proses Teknokratis dan Proses Politik dalam penyusunan
RENSTRA-KL berdasarkan pedoman penyusunan RENSTRA –KL 2010-2014 BAPPENAS

18

More Related Content

Similar to Meeting wamen renstra 301013 (1)

Utang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi Bangsa
Utang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi BangsaUtang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi Bangsa
Utang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi BangsaBeta Uliansyah
 
02 kemenhub talkshow musrenbangnas 2015
02 kemenhub talkshow musrenbangnas 201502 kemenhub talkshow musrenbangnas 2015
02 kemenhub talkshow musrenbangnas 2015Deni Soeboer
 
Background Study untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...
Background Study  untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...Background Study  untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...
Background Study untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...Indonesia Infrastructure Initiative
 
Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di IndonesiaKebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di IndonesiaTri Damri
 
Kumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdf
Kumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdfKumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdf
Kumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdfAndreaAsvani1
 
Panel iv rakornas 2019 - kementerian perhubungan
Panel iv    rakornas 2019 - kementerian perhubunganPanel iv    rakornas 2019 - kementerian perhubungan
Panel iv rakornas 2019 - kementerian perhubunganJoseph Sitepu
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourtedy2629
 
Sistem rantai pasok konstruksi sislognas samarinda
Sistem rantai pasok konstruksi   sislognas samarindaSistem rantai pasok konstruksi   sislognas samarinda
Sistem rantai pasok konstruksi sislognas samarindaTogar Simatupang
 
PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAANKEMENTERIAN PERHUBUNGAN PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAANKEMENTERIAN PERHUBUNGAN
PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Tri Damri
 
PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...
PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...
PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...Bayu Ardiansyah
 
Pendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptx
Pendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptxPendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptx
Pendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptxfaizalfitriahali1
 
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle themProblems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle thembramantiyo marjuki
 
Peta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptx
Peta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptxPeta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptx
Peta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptxDimasDimas25774
 
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Panembahan Senopati Sudarmanto
 
df1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.ppt
df1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.pptdf1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.ppt
df1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.pptUlulAzmi79
 
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdfPolicy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdfKetahananBangsa
 
RIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdf
RIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdfRIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdf
RIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdfAbaMaryam
 
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGKDita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGKUGK
 

Similar to Meeting wamen renstra 301013 (1) (20)

Fgd v creative financing 160414_final (2)
Fgd v creative financing 160414_final (2)Fgd v creative financing 160414_final (2)
Fgd v creative financing 160414_final (2)
 
Utang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi Bangsa
Utang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi BangsaUtang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi Bangsa
Utang Pemerintah: Bagaimana Mengelola Agar Bermanfaat bagi Bangsa
 
02 kemenhub talkshow musrenbangnas 2015
02 kemenhub talkshow musrenbangnas 201502 kemenhub talkshow musrenbangnas 2015
02 kemenhub talkshow musrenbangnas 2015
 
Background Study untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...
Background Study  untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...Background Study  untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...
Background Study untuk Penyusunan RPJMN III 2015-2019 Sektor Transportasi Ba...
 
Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di IndonesiaKebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
 
Kumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdf
Kumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdfKumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdf
Kumpulan_Data_Pembangunan_Infrastruktur_Indonesia_Edisi_Juni_2019.pdf
 
Panel iv rakornas 2019 - kementerian perhubungan
Panel iv    rakornas 2019 - kementerian perhubunganPanel iv    rakornas 2019 - kementerian perhubungan
Panel iv rakornas 2019 - kementerian perhubungan
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colour
 
Sistem rantai pasok konstruksi sislognas samarinda
Sistem rantai pasok konstruksi   sislognas samarindaSistem rantai pasok konstruksi   sislognas samarinda
Sistem rantai pasok konstruksi sislognas samarinda
 
PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAANKEMENTERIAN PERHUBUNGAN PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAANKEMENTERIAN PERHUBUNGAN
PAPARAN KEPALA BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
 
PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...
PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...
PERPRES NO. 26/2012 TENTANG CETAK BIRU PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL ...
 
Sinergi mendukung konektivitas untuk peningkatan, percepatan, dan pemerataan ...
Sinergi mendukung konektivitas untuk peningkatan, percepatan, dan pemerataan ...Sinergi mendukung konektivitas untuk peningkatan, percepatan, dan pemerataan ...
Sinergi mendukung konektivitas untuk peningkatan, percepatan, dan pemerataan ...
 
Pendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptx
Pendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptxPendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptx
Pendekatan Integralistik Dalam Pengembangan Sistem Transportasi.pptx
 
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle themProblems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
 
Peta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptx
Peta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptxPeta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptx
Peta-Jalan-NDC-sektor-energi-dalam-RPJMN-2020-2024-rev-2.pptx
 
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
df1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.ppt
df1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.pptdf1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.ppt
df1ff_DRAFT_Latsartek_Pemrograman_8_Feb_2018.ppt
 
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdfPolicy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdf
 
RIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdf
RIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdfRIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdf
RIPNAS Siap Cetak-dikompresi.pdf
 
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGKDita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
 

More from Indonesia Infrastructure Initiative

Indonesian railways revitalisation bambang susantono, vice minister for tra...
Indonesian railways revitalisation   bambang susantono, vice minister for tra...Indonesian railways revitalisation   bambang susantono, vice minister for tra...
Indonesian railways revitalisation bambang susantono, vice minister for tra...Indonesia Infrastructure Initiative
 
Railway function in developing multimodal transportation in java
Railway function in developing multimodal transportation in javaRailway function in developing multimodal transportation in java
Railway function in developing multimodal transportation in javaIndonesia Infrastructure Initiative
 
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiyDevelopment of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiyIndonesia Infrastructure Initiative
 

More from Indonesia Infrastructure Initiative (20)

Presentasi Sanitasi INDII
Presentasi Sanitasi INDIIPresentasi Sanitasi INDII
Presentasi Sanitasi INDII
 
Balikpapan Public Diplomacy 25 May 2015
Balikpapan  Public Diplomacy 25 May 2015Balikpapan  Public Diplomacy 25 May 2015
Balikpapan Public Diplomacy 25 May 2015
 
World experience-in-railway-restructuring
World experience-in-railway-restructuringWorld experience-in-railway-restructuring
World experience-in-railway-restructuring
 
Indonesian railways revitalisation bambang susantono, vice minister for tra...
Indonesian railways revitalisation   bambang susantono, vice minister for tra...Indonesian railways revitalisation   bambang susantono, vice minister for tra...
Indonesian railways revitalisation bambang susantono, vice minister for tra...
 
WS2 Infrastructure Issues
WS2 Infrastructure IssuesWS2 Infrastructure Issues
WS2 Infrastructure Issues
 
Development of multimodal transport in north java corridor
Development of multimodal transport in north java corridorDevelopment of multimodal transport in north java corridor
Development of multimodal transport in north java corridor
 
Railway function in developing multimodal transportation in java
Railway function in developing multimodal transportation in javaRailway function in developing multimodal transportation in java
Railway function in developing multimodal transportation in java
 
The role of ipc in developing multimodal transportation in java
The role of ipc in developing multimodal transportation in javaThe role of ipc in developing multimodal transportation in java
The role of ipc in developing multimodal transportation in java
 
Government strategy in developing multimodal transportation
Government strategy in developing multimodal transportationGovernment strategy in developing multimodal transportation
Government strategy in developing multimodal transportation
 
The role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportationThe role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportation
 
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiyDevelopment of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
 
Ws3 safe system approach (bahasa version)
Ws3 safe system approach (bahasa version)Ws3 safe system approach (bahasa version)
Ws3 safe system approach (bahasa version)
 
Ws3 safe system supporting vru (english version)
Ws3 safe system supporting vru (english version)Ws3 safe system supporting vru (english version)
Ws3 safe system supporting vru (english version)
 
Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)
Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)
Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)
 
Ws3 presentation
Ws3 presentationWs3 presentation
Ws3 presentation
 
Ws3 me
Ws3 meWs3 me
Ws3 me
 
Ws3 infrastructure related to pedestrian safety
Ws3 infrastructure related to pedestrian safetyWs3 infrastructure related to pedestrian safety
Ws3 infrastructure related to pedestrian safety
 
Ws3 gender and disability presentation
Ws3 gender and disability presentationWs3 gender and disability presentation
Ws3 gender and disability presentation
 
Ws2 introduction
Ws2 introductionWs2 introduction
Ws2 introduction
 
Workshop #2 safe system approach
Workshop #2 safe system approachWorkshop #2 safe system approach
Workshop #2 safe system approach
 

Meeting wamen renstra 301013 (1)

  • 1. Kementerian Perhubungan Lead Advisor Support Unit - LASU Dukungan Terhadap RENSTRA 2015-2019 Kementerian Perhubungan Rapat Koordinasi Ke-II Bersama Wakil Menteri Perhubungan Jakarta, 30 Oktober 2013
  • 2. Latar Belakang 1. Bappenas sedang melakukan Kajian Latar Belakang (Background Study) penyusunan RPJMN III 2015-2019 sektor transportasi. 2. Kementerian Perhubungan juga sedang melakukan Background Study penyusunan RENSTRA 2015-2019. 3. RENSTRA adalah instrumen pelaksanaan dari RPJMN. 4. Kondisi objektif : • Defisit infrastruktur transportasi di semua lini dan kesenjangan transportasi antar wilayah. • Banyak target RPJMN I dan II yang tidak tercapai. • Bottleneckings dan Gridlocks bertambah luas. 5. Oleh karena itu RPJMN dan RENSTRA 2015-2019 memikul tugas berat untuk mencapai target pembangunan RPJPN 2025. 6. LASU IndII membantu Bappenas dan Kemenhub melakukan Background Study RPJMN dan RENSTRA. 2
  • 3. Transportasi Dalam RPJPN dan 4 RPJMN RPJPN 2005-2025  Meningkatkan jaringan infrastruktur Nasional sebagai satu Kepulauan Nusantara.  Meningkatkan jaringan infrastruktur transportasi Nasional yang terintegrasi, lancar dan handal. RPJMN I 2005-2009 RPJMN II 2010-2014  Percepatan pembangunan sektor transportasi melalui peningkatan peran Swasta  Kebijakan & regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan sektor transportasi  Percepatan pembangunan sektor transportasi melalui KPS  Pembangunan jaringan infrastruktur transportasi untuk mendukung kelembagaan ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan perekonomian RENSTRA I RENSTRA II RPJMN III 201-2019  Terpenuhinya ketersediaan, kehandalan dan aksesbilitas infrastruktur transportasi yang efisien dan skema KPS yang produktif  Perekonomian yang kuat dan maju dengan didukung dengan infrastruktur transportasi dan layanan yang handal  Pemenuhan jaringan transportasi dengan perencanaan tata ruang nasional  Pembangunan daerah teringgal dan terbelakang dengan sistem jaringan transportasi untuk mendukung sektor pertanian RENSTRA III RPJMN IV 2020-2025  Penyediaan jaringan insfrastruktur transportasi dan pelayanan yang handal, effisien dan terintegrasi di seluruh wilayah Indonesia yang berkelanjutan dan terciptanya kesejahteraan rakyat Indonesia RENSTRA IV Pemerintah sudah membangun banyak fasilitas infrastruktur transportasi selama RPJMN I dan II. Namun kebijakan RPJPN dan 4 RPJMN dalam partisipasi sektor swasta belum banyak mengalami kemajuan yang berarti. Perubahan kerangka hukum, peraturan, dan kelembagaan sudah berada pada jalur yang benar namun belum cukup mempercepat pembangunan. RENSTRA III memikul tugas berat untuk mengatasi hal ini. 3
  • 4. Beban Ekstra RPJMN dan RENSTRA III Target RPJMN I dan RPJMN II Yang Tidak Tercapai Target RPJMN III Yang Diamanatkan oleh UU No. 17/2007 Tentang RPJPN Tantangan Global dan Isu Strategis Domestik RPJMN III 2015-2019 <Heavy Duty> RENSTRA 2015-2019  Perlu dukungan perubahan kebijakan yang ofensif, perubahan kelembagaan ekonomi transportasi sesuai amanat undang-undang, dan ofensif investasi pemerintah dan sektor swasta termasuk inovasi pembiayaan. Kapasitas kelembagaan dan kualitas birokrasi juga menjadi faktor penentu. 4
  • 5. Perencanaan Non-Linier Political Determination <Conjecture> RPJM III dan RPJM IV sangat kritis bagi pembentukan landasan menuju Indonesia maju secara ekonomi, politik, dan sosial budaya. The future of the past RPJMN I 2005-2009 Transportasi di Indonesia mengalami defisit dan kesenjangan yang luar biasa besar dan oleh karenanya perencanaan pembangunannya tidak dapat dibuat berdasarkan pendekatan linier dan teknokratik semata. Harus berani menggunakan pendekatan non-linier dan kalau perlu eksponensial dan harus ada determinasi politik yang kuat. The future of the future RPJMN IV 2020-2025 RENSTRA IV Conjecture RPJMN III 2015-2019 RENSTRA III Kegagalan membangun infrastruktur transportasi yang maju dan modern akan membawa implikasi yang sangat berbahaya bagi perekonomian mendatang. RPJMN II 2010-2014 RENSTRA II RENSTRA I 2010 Technocratic Determination <Projection> Tahun 2025-2030 infrastruktur transportasi Indonesia seharusnya sudah “well established” melayani pergerakan ekonomi maju dan menopang negara Indonesia yang modern, bersatu dalam ekonomi dan politik, dan lebih sejahtera. 2015 Meningkatnya kompetisi global, tuntutan global compliance dan meningkatnya kompleksitas tatanan sosial, ekonomi, dan politik domestik 2005 2025
  • 6. Struktur RENSTRA 2010-2014 Lampiran RENSTRA BAB I Pendahuluan BAB III Kebutuhan Investasi 2010-2014 BAB II Evaluasi Pencapaian Kinerja 2005-2009 Kondisi Sektor Trasnportasi 2005-2009 Realisasi 2005-2009 Masalah dan Tantangan Pertumbuhan & Pembiayaan APBN & Pembiayaan Pemerintah Lainnya Investasi BUMN Investasi Swasta BAB IV Analisis Lingkungan Strategis 2010-2014 Globalisasi BAB V Arah Kebijakan 2010-2014 BAB VI Transportasi di Area Perbatasan dan Rawan Bencana Visi 2014 Kondisi Umum BAB VIII Kaidah Pelaksanaan BAB VII Dampak Perubahan Iklim Pada Sektor Transportasi Misi 2014 Sistem Transportasi Nasional Teknologi & Energi Latar Belakang Tujuan Dampak Sasaran Strategi Pembangunan Berkelanjutan & Pengarusutamaan Perubahan Iklim Sasaran Kebijakan Umum Strategi Program Pembangunan Arah Kebijakan Mitigasi Emisi Arah Pembangunan Program Pembangunan • • • Substansi Kebijakan Strategis ada pada Bab I – Bab VII Analisis Lingkungan Strategis (Bab IV, 11 hal.) dengan SWOT nampak sangat kualitatif dan “stand alone” Sulit melihat keterpautan antara analisis strategis, kebijakan strategis, dan program dan kegiatan strategis. 6
  • 7. Kemungkinan Struktur RENSTRA 2015-2019 BAB I Pendahuluan Visi 2010-2014 Misi 2010-2014 Tujuan Pembangunan Sasaran Pembangunan Strategi Pembangunan BAB II Evaluasi Kinerja RENSTRA 2010-2014 BAB III Lingkungan Strategis BAB IV Investasi & Pembiayaan Realisasi Program Pembangunan Perekonomian Global Pertumbuhan Sektor Transportasi Dukungan/Jaminan Pemerintah/PII Realisasi Pelaksanaan Kebijakan Kependudukan & Urbanisasi Investasi Pemerintah Dana Investasi Pemerintah/SMI Kesenjangan Wilayah Peran BUMN/BUMD New Initiatives Fund for PPP Partisipasi Sektor Swasta (PSP) Kerjasama Pemerintah swasta (KPS) Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) dan Diagnostik Catatan: • • • Satu dari beberapa opsi struktur penulisan dan masih bersifat “unconstrained” DCM terdiri dari dana perbankan, dana pensiun, dana asuransi, pasar modal, dan dana kelembagaan non-bank. Bab IV tentang Investasi dan Pembiayaan dapat digeser ke Bab VIII. Transportasi Multimoda Teknologi, Energi, dan Lingkungan Pembangunan Berkelanjutan dan Pengarusutamaan Perubahan Iklim Sistem Transportasi Nasional Dana Investasi Pemerintah/SMI Investasi Sektor Swasta (PFI) Inovasi Pembiayaan (Creative Financing) Aliansi Strategis Obligasi Infrastruktur Domestic Capital Market PBAS Multi Years Contract 7
  • 8. Kemungkinan Struktur RENSTRA 2015-2019 BAB V Kebijakan Nasional Sektor Transportasi Membangun Konektivitas Nasional Membangun Pasar dan Industri Transportasi Nasional Mengintegrasikan Isu Isu Lintas Sektor dan Sektor Transportasi Multimoda Kebijakan Utama Revitalisasi Kelembagaan KPS, Revisi Perpres dan Peraturan Menteri Terkait Dengan KPS Efektivitas Kerangka Hukum dan Peraturan Kebijakan Strategis Sistem Logistik Nasional Transportasi Hemat Energi Percepatan Pembangunan Transportasi Wilayah Transportasi & Ekonomi Program Strategis Pemisahan Fungsi Regulator dan Operator Tarif dan Pembiayaan Transportasi Modern KA Barang Luar Jawa Short Sea Shipping Menigkatkan peran pemerintah pusat dalam Kereta Api Perkotaan Angkutan Umum Perkotaan Value for Money & Life-Cycle Costing Transportasi KTI, Daerah Tertinggal,Perbatasan, dan Kawasan Perdesaan Fungsi dan Peran BUMN Kedepan Sinkronisasi Kelembagaan KPS Mengurangi praktek monopoli Modernisasi Angkutan Keperintisan Pendidikan Dini Untuk Kepedulian Transportasi Publik Laksanakan RUNK dan Kurangi Kecelakaan Transportasi Riset dan Teknologi Transportasi Kualitas dan Kapasitas SDM Manajamen Sistem Transportasi Berbasis Teknologi Mainstreaming KPS dalam APBN ASEAN Connectivity Dampak Sosial Budaya Dari Transportasi Revitalisasi pola Subsidi, PSO, dan Keperintisan 8
  • 9. Kemungkinan Struktur RENSTRA 2015-2019 BAB VI Transportasi Perdesaan, dan Kawasan Tertinggal Kawasan Timur Indonesia Kawasan Perbatasan Daerah Tertinggal Daerah Rawan Bencana BAB VII Transportasi Perkotaan BAB VIII Energi, Lingkungan, dan Teknologi Optimasi Jaringan Jalan Kota Konservasi dan Diversifikasi Energi untuk Transportasi Kereta Api Perkotaan Transport Demand Management Transportasi dan Ekonomi Kota Inovasi Pembiayaan Pengarusutamaan Dampak Pemanasan Global Teknologi Transportasi dan Perkeretaapian Intelligent Transport System Catatan: 6. Tentu ada korelasi yang dekat antara Background Study dengan RENSTRA. Sebagian dari struktur Background Study dapat menjadi struktur RENSTRA, sepanjang itu disepakati oleh Kemenhub. 7. Yang harus diusahakan sedapat mungkin adalah membentang benang merah dari hulu ke hilir, menjaga konsistensi substansi dari kebijakan, program, dan kegiatan strategis sektor transportasi. 8. Barangkali struktur Lampiran RENSTRA juga harus memuat 2 hal besar: (i) program dan kegiatan berkesinambungan dari RENSTRA I dan II yang tertunda atau belum selesai; (ii) program dan kegiatan strategis yang menggambarkan non linieritas dari RENSTRA III. BAB IX Kaidah Pelaksanaan Lampiran RENSTRA Catatan: 1. Lampiran Rencana Strategis mencakup sebagian besar dari isi RENSTRA 2010-2014. 2. Program dan kegiatan strategis setiap subsektor dan kegiatan penunjang lainnya akan tetap menjadi bagian yang lukratif dari RENSTRA 2015-2019. 3. Akan tetapi korelasi langsung antara substansi dan lampiran harus lebih terlihat sebagai satu kesinambungan dari kebijakan sampai dengan kegiatan strategis, tahun demi tahun dan lintas wilayah. 4. Struktur RENSTRA diatas tidak merupakan struktur yang secara riil harus diacu oleh proses penyusunan dan penulisan RENSTRA oleh Kemenhub. 5. Struktur diatas menjadi acuan bagi penulisan Background Study yang lebih substantif. 9
  • 10. Organisasi LASU untuk RENSTRA 2015-2019 Wamenhub Sekertaris Jenderal Biro Perencanaan Struktur Organisasi Awal LASU untuk dukungan RENSTRA &Tim Knowledge Sharing Policy Support Wamenhub Emil Ardiaman Yoke Saputra Divisi Perencanaan dari Dirjen Darat, Dirjen KA, Dirjen Laut, Dirjen Udara BSTP Knowledge-Sharing Consultant Peter Midgley National Lead Advisor Suyono Dikun National Policy/Planning Advisors Devie Anggra Isnaeni Sebagai Tim awal yang diprioritaskan fokus untuk RENSTRA 20152019 Knowledge-Sharing Advisors Sri Purwanti Meilany Fahriantiny Fokus pada mobilitas perkotaan sebagai tim Knowledge-Sharing Junior Program Officer Menteri Perhubungan Wakil Menteri Perhubungan Sekretaris Jenderal Biro Perencanaan Dirjen Perhub. Darat Policy Support Wamenhub Emil Ardiaman Yoke Saputra Struktur Organisasi LASU Terkait Pekerjaan RENSTRA Badan Litbang Dirjen Perkeretaapian Dirjen Perhub. Laut Dirjen Perhub. Udara National Lead Advisor Suyono Dikun National Sector Specialist Muhammad Isnaeni National Communication & Institutional Specialist Muslich Z Asikin National Planning Specialist Devie Anggra 10
  • 11. Mekanisme Kerja RENSTRA 2015-2019 Mekanisme Internal MoT Direktorat Jenderal [1] Konsep Awal Dari IndII, Litbang, atau Dari Biro Perencanaan [2] Draf Naskah Kebijakan (Indii) [3] Badan Litbang [4] Rapat Konsolidasi [5] Setuju/ Tidak setuju Biro Perencanaan [6] Naskah Kebijakan Disetujui dan Diverifikasi Tidak Perbaikan Konsep [12] Uji Publik 1 : Perguruan Tinggi, Asosiasi, Industri, Operator [12] Draft Awal RENSTRA 2015-2019 [1] Draft Awal RENSTRA [11] Biro Perencanaan Konsolidasi Naskah [2] Pertemuan Bilateral Kemenhub Bina Marga [8] Final RENSTRA Mekanisme Dengan Instansi Terkait Lainnya [3] RENSTRA dengan inkorporasi Sektor Jalan [7] Penyempurnaan Draft Akhir RENSTRA [10] Naskah Kebijakan di setujui Ya [4] Pertemuan Mulitilateral Kemenhub – Sektor Ekonomi lainnya [7] Wakil Menteri Perhubungan Tidak, Revisi Ya [8] Rapat Koordinasi [9] Setuju/ Tidak setuju [5] RENSTRA dengan inkorporasi Sektor Jalan dan Sektor Ekonomi [6] Uji Publik 2: LSM, Pemerintah Daerah Diagram ini menggambarkan mekanisme internal di Kementerian Perhubungan dan mekanisme interaksi dengan instansi terkait diluar Kementrian Perhubungan dalam upaya membangun komunikasi dan untuk mencapai pemahaman dan persepsi yang sama terkait dengan RENSTRA 2015-2019. 11
  • 12. RPJP Kementerian Perhubungan 2005-2025  Visi Departemen Perhubungan 2025 Terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah  Misi Departemen Perhubungan:  Memulihkan kinerja pelayanan jasa transportasi  Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan SDM  Meningkatkan aksesibilitas masyarakat thd pelayanan jasa transportasi  Meningkatkan kapasitas dan mendorong pengembangan teknologi transportasi dalam rangka menjamin tersedianya pelayanan transportasi yg berkelanjutan dgn kuantitas dan kualitas yg memadai  Tujuan Pembangunan Transportasi Nasional Jangka Panjang Untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera, sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis  Sasaran Pembangunan Transportasi Nasional Jangka Panjang  Terwujudnya pertumbuhan sektor transportasi minimal dua kali pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka memberikan sumbangan terhadap kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) dan perluasan lapangan kerja  Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa transportasi ke seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan mobilitas penumpang dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi  Terwujudnya penghematan pengeluaran devisa dan peningkatan perolehan devisa dalam penyelenggaraan jasa transportasi dalam rangka memberikan kontribusi terhadap penyehatan neraca pembayaran khususnya dlm menekan defisit neraca jasa dlm neraca transaksi berjalan  Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa transportasi ke seluruh pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan NKRI Sumber: KM 49/2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan 2005-2025  Strategi Pembangunan Transportasi Nasional:  Pembangunan transportasi dilakukan berdasarkan penerapan prinsip ekonomi (manfaat maksimum dan biaya minumum)  Pembangunan transportasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek politik, sosial, budaya dan pertahanan  Pembangunan transportasi difokuskan kepada segmen-segmen tertentu untuk menunjang kegiatan sektor-sektor utama  Pembangunan transportasi untuk mewujudkan pembangunan nasional yang berkelanjutan  Pembangunan transportasi dilakukan dengan orientasi peningkatan pelayanan kepada masyarakat  Pembangunan transportasi dilakukan sesuai dengan arah pengembangan sosial dan ekonomi yang diadopsi dalam perencanaan makro nasional, perencanaan sektoral, perencanaan daerah dan penganggaran secara realistik dan rasional  Pembangunan transportasi dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat (sektor swasta)  Kebijakan Umum Pembangunan Transportasi Nasional:                    Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara Pertumbuhan dan Efisiensi Nasional Koordinasi inter, antar sektor dan antar moda Rencana terpadu, riset dan pengembangan teknologi Persyaratan teknis, keselamatan dan keamanan Fungsi penunjang dan fungsi pendorong Dukungan terhadap kebijakan otonomi daerah Dukungan kepada sektor-sektor lain Pembangunan transportasi berkelanjutan Pelibatan peranserta swasta Pengadaan barang dan jasa Perlindungan dan pengamanan Dukungan terhadap pertahanan Pemakaian hasil produksi dalam negeri Kemudahan penyelenggaraan angkutan massal Prinsip penetapan tarif jasa transportasi Subsidi dan PSO Pajak dan PNBP Energi 12
  • 13. Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Perkeretaapian Nasional Program Pengembangan Jaringan dan Layanan Tahun 2015-2019:  Pengembangan jaringan dan layanan KA antara kota: Banda Aceh-Sigli, Lhokseumawe-Langsa Besitang, Rantau Prapat-Duri-Dumai, Tj Api-api, KM3Bakauheni, Padang-Bengkulu, Tj Enim-Pulau Baai, Muara Enim-Tj Api-api, Banko Tengah-Srengsem, Stasiun Sukacita-Stasiun Kertapati, Shortcut Tj Enim-Baturaja, Shortcut Rejosari-Tarahan, Shortcut Solok-Padang, Double Track Semarang – Bojonegoro-Surabaya, Double Track Solo-Madiun-Surabaya, Pembangunan Jalur KA di Pulau Bali, Parungpanjang-Citayam, Nambo-Cikarang-Tj Priok, Puruk CahuBangkuang, Bangkuang-Lupak Dalam, Kudangan-Kumai, Muara Wahau-Lubuk Tutung, Balikpapan Tanah Grogot Tanjung, Makassar-Pare-pare  Pengembangan jaringan dan layanan KA regional: Jabodetabek, Mebidangro, Patungraya, Joglosemar, Kedungsepur, Gerbangkertosusila, Mamminasata  Pengembangan jaringan dan layanan KA perkotaan: Medan, Padang, Palembang, Bandar Lampung, Batam, Jakarta, Bandung Raya, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Denpasar, Makassar  Visi perkeretaapian nasional tahun 2030 yaitu mewujudkan perkeretaapian yang berdaya saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan industri, terjangkau dan mampu menjawab tantangan perkembangan.  Arah pengembangan perkeretaapian nasional:  Pelayanan prasarana dan sarana perkeretaapian yang handal  Teknologi perkeretaapian yang modern, ramah lingkungan, daya angkut besar dan berkecepatan tinggi  Penyelenggaraan perkeretaapian nasional yang mandiri dan berdaya saing  Strategi pengembangan perkeretaapian nasional:  Pengembangan jaringan dan layanan perkeretaapian  Peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian  Alih teknologi dan pengembangan industri perkeretaapian  Pengembangan SDM perkeretaapian  Pengembangan kelembagaan penyelenggaraan perkeretaapian  Investasi dan pendanaan perkeretaapian  Target Pengembangan Perkeretaapian Nasional Tahun 2030: perkeretaapian nasional memiliki pangsa pasar penumpang sebesar 11%-13% dan barang sebesar 15%-17% dari total pangsa pasar transportasi nasional pada tahun 2030  Peranan Perkeretaapian Nasional:  Penghubung antar simpul transportasi  Mendukung keterhubungan wilayah  Mendukung pengembangan koridor ekonomi Sumber: PM 43/2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 13
  • 14. Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Transportasi Penyeberangan KONSEP SABUK TRANSPORTASI PENYEBERANGAN NASIONAL KEBIJAKAN STRATEGIS (K) DAN STRATEGIS PROGRAM (P)  (K.1) Pemulihan kondisi jaringan pelayanan penyeberangan eksisting dan mempertahankan kinerjanya dalam jangka panjang:  (P.1) Pemulihan pelayanan penyeberangan eksisting (2010-2019)  (K.2) Optimalisasi dan peningkatan kapasitas pelayanan penyeberangan pada jaringan eksisting secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan permintaan perjalanan:  (P.2) Meningkatkan kapasitas pelayanan penyeberangan eksisting sebagai fungsi dari pertumbuhan permintaan perjalanan, penumpang dan kendaraan (2010-2019) TOLOK UKUR RENCANA PENGEMBANGAN  (P.3) Integrasi / koordinasi dengan rencana pengembangan jaringan jalan, jalan rel dan angkutan laut (2010-2029)  (K.3) Pengembangan jaringan pelayanan penyeberangan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pendanaan pemerintah  (P.4) Mengembangkan pelayanan penyeberangan pada lintas-lintas penyeberangan utama, sebagai perwujudan konsep sabuk (2010-2019)  (P.5) Mengembangkan pelayanan penyeberangan pada lintas-lintas baru sebagai perwujudan koneksitas/aksesibilitas antar kawasan yang terpisah oleh perairan (2010-2029) Sumber: KM 6/2010 tentang Cetak Biru Pengembangan Transportasi Penyeberangan 14
  • 15. Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Kepelabuhanan Nasional PELABUHAN STRATEGIS DALAM KORIDOR EKONOMI INDONESIA  Visi pembangunan di bidang kepelabuhanan: Terwujudnya sistem Kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan responsif yang mendukung perdagangan internasional dan domestik serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah  Tujuan pembangunan di bidang kepelabuhanan:  Meningkatkan daya saing dalam perdagangan global dan pelayanan jasa transportasi  Meningkatkan daya saing jasa kepelabuhanan, mengurangi biaya pelabuhan dan meningkatkan pelayanan jasa kepelabuhanan  Mensinergikan pelabuhan dalam pembangunan sistem transportasi nasional, sistem logistik nasional dan pembangunan ekonomi  Mengembangkan kapasitas pelabuhan untuk memenuhi permintaan kebutuhan jasa transportasi  Mengembangan kapasitas SDM dalam sektor kepelabuhanan INVESTASI SEKTOR PELABUHAN BERDASARKAN KORIDOR EKONOMI DAN TAHAPAN PENGEMBANGAN (JALAN JUTA US$) Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414/2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional  Kebijakan pelabuhan nasional:  Mendorong investasi swasta  Mendorong persaingan  Pemberdayaan peran penyelenggara pelabuhan  Terwujudnya integrasi perencanaan  Men ciptakan kerangka kerja hukum dan peraturan yang tepat dan fleksibel  Mewujudkan sistem operasi pelabuhan yg aman & terjamin  Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim  Mengembangkan sumber daya manusia  Strategi implementasi:  Pedoman kebijakan pelabuhan nasional dan strategi bisnis yang komprehensif  Perencanaan terpadu, hierarki pelabuhan, dan pemantauan kinerja  Pengaturan tarif  Mondorong persaingan di sektor pelabuhan  Meningkatkan kompetensi SDM di pelabuhan  Meningkatkan keselamatan kapal dan keamanan fasilitas pelabuhan secara efektif  Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim secara efektif 15
  • 16. Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Kebandarudaraan Nasional TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL EKSISTING TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL EKSISTING DAN RENCANA  Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya  Tatanan kebandarudaraan nasional diwujudkan dalam rangka penyelenggaraan bandar udara yang andal, terpadu, efisien, serta mempunyai daya saing global untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah yang berwawasan Nusantara:  Andal yaitu bandar udara yang disusun dalam jaringan dan simpul yang terstruktur, dinamis dalam memenuhi tuntutan kebutuhan angkutan udara  Terpadu yaitu bandar udara yang saling menunjang dan mengisi peluang dalam satu kesatua tatanan kebandarudaraan nasional  Efisien yaitu bandar udara yang sesuai dengan tingkat kebutuhan, tidak saling tumpang tindih dan tidak terjadi duplikasi dalam melayani kebutuhan angkutan udara  Berdaya saing global yaitu bandar udara yang tidak rentan terhadap pengaruh global serta mampu beradaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan angkutan udara  Menunjang pembangunan nasional yaitu bandar udara sebagai pintu gerbang perekonomian, dalam rangka pemerataan pembangunan dan keseimbangan pengembangan Indonesia wilayah barat dan Indonesia wilayah timur  Menunjang pembangunan daerah yaitu bandar udara sebagai pembuka daerah terisolir, tertinggal dan mengembangkan potensi industri daerah.  Berwawasan Nusantara yaitu bandar udara yang memandang kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan, dalam rangka mempersatukan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Sumber: PM 69/2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional 16
  • 17. Arah kebijakan dan Rencana Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda CAKUPAN CETAK BIRU TRANSPORTASI ANTARMODA/MULTIMODA RENCANA PENGEMBANGAN 2015-2019  Pengembangan/pemantapan akses jalan/jalan rel ke beberapa pelabuhan (Lhokseumawe, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang, Pekanbaru, Batam, Panjang, Palembang, Bojonegara, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Pontianak, Banjarmasin, Benoa, Samarinda, Makassar, Balikpapan, Bitung)  Pembangunan dan pengembangan dermaga serta penambahan fasilitas pelabuhan (Belawan, Pekanbaru, Tekuk Bayur, Bojonegara, Tanjung Perak, Banjarmasin, Kupang, Makassar, Balikpapan, Bitung, Ambon, Biak, Jayapura, Sorong)  Peningkatan alur pelayaran dan SBNP Pelabuhan (Tanjung Perak, Samarinda)  Pelaksanaan kerja operasional pelabuhan 24 jam (Lhokseumawe, Tanjung Pinang)  Optimasi Bandara (Sukarno Hatta)  Peningkatan aksesibilitas rel/jalan dan angkutan umum ke Bandara (Sukarno Hatta, Kuala namu, Adi Sucipto),  Pengembangan dan pembangunan fasilitas bandara (Kualanamu, Ngurah rai, Hasanuddin, Sam Ratulangi, Supadio, Sepinggan , F. Kaisepo)  Optimasi manajemen transportasi kota Metropolitan (Mebidangro, Palembang, Kedungsepur, Yogyakarta, Gerbangkertosusilo)  Pengembangan dan pembangunan infrastruktur transportasi, Mebidangro, Palembang, Jabodetabek, Bandung Raya, Kedungsepur, Yogyakarta, Gerbangkertosusilo, Sarbagita, Mamminasatta)  Pengembangan transportasi antarmoda/intermoda untuk daerah tertinggal (pengembangan jaringan angkutan, penyediaan sarana, dan peningkatan jalan)  Visi transportasi antarmoda/multimoda Tahun 2030 adalah “Arus Barang dan Mobilitas Orang Efektif dan Efisien”  Misi dan kebijakan transportasi antarmoda/multimoda :  Mewujudkan kelancaran arus barang: - Meningkatnya kualitas badan usaha angkutan multimoda. - Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul transportasi laut - Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul transportasi udara - Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal  Mewujudkan kelancaran mobilitas orang: - Meningkatnya kelancaran mobilitas orang di perkotaan - Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal.  Tujuan transportasi multimoda:  Menekan Iarnanyawaktu pelayanan pada simpuI moda transportasi.  Menurunkan biaya pelayanan transportasi pada sirnpul moda transportasi.  Meningkatkan kelancaran arus barang dan rnobilitas orang pada kota metropolitan.  Meningkatkan aksesibilitas rnasyarakat dari dan ke daerah tertinggal.  Strategi pengembangan transportasi antarmoda/multimoda:  Meningkatnya kualitas badan usaha angkutan multimoda  Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul transportasi laut  Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul transportasi udara  Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal  Meningkatnya kelancaran mobilitas orang di perkotaan  Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal Sumber: KM 15/2010 tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda Tahun 2010 - 2030 17
  • 18. Bagan Alur Penyusunan RPJM dan RENSTRA-KL Bagan diatas merupakan suatu proses Teknokratis dan Proses Politik dalam penyusunan RENSTRA-KL berdasarkan pedoman penyusunan RENSTRA –KL 2010-2014 BAPPENAS 18