2. Edisi Khusus Tahun XII 2013
ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
1
Redaksi
SIP. No. 712/J04.11.1.3/
UM/13/200
Diterbitkan oleh
Mahasiswa Sastra Indonesia
FS-UH
Penanggung Jawab:
Ketua IMSI KMFS-UH
Pembina:
Dra. St. Nursa’adah, M.Hum.
Drs. Abd. Azis KS
Drs. H. M. Dahlan Abubakar,
M.Hum
Drs. H. Hasan Ali M.Hum
Faika Burhan
Dewan Redaksi:
Resnita Dewi S.S
Sylvia Rizky
Ilham.
Muhclis Abduh
Pemimpin Redaksi:
Sri Verlin
Koordinator Liputan:
A. Utari Artika Sari
Bendahara:
Nurjannah. M
Editor:
Hikmawati
Fitria
Raviqa
Reporter:
Mutahharah Nemin Kaharuddin,
Faisal Oddang, Amul Hikmah,
Helmiyaningsi H, Satriani, Winda
Saputri, Imran Jafar, Nurhidayanti,
Irmawati, Arlan Sahid, Ikadarsi
Yuliandari, Sitti Rahma, Rinal
Wad’alna, Nikarlina
Layouter:
M.. Muhaimin
Agus Sardiansah
Fotografer:
Radiah Puspita Utoyo
Tahun 2013 akhirnya terlewati. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Demikian pun yang dirasakan Lentera Kita. Berada di awal tahun selalu menyisakan
ingatan tentang peristiwa pada tahun sebelumnya dan tentulah kita berharap untuk
lebih baik pada tahun berikutnya.
Edisi khusus Lentera Kita kali ini, menyuguhkan beberapa berita terbaru sep-
utar Penelitian dan Bakti Sosial 2013 yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Sastra
Indonesia Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin (IMSI KMFS-
UH) di Dusun Ko’mara Desa Kale Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabu-
paten Takalar. Edisi kali ini menghadirkan laporan utama dengan judul Bumi Ko’mara
dan laporan khusus dengan judul Potret Ko’mara dalam Kebudayaan. Semoga edisi
ini memberikan pengetahuan baru tentang Tanah Ko’mara kepada pembaca. Seti-
daknya Lentera Kita dapat membawa semangat baru pada liburan semester ini.
Redaksi Lentera Kita menyampaikan ‘Selamat Hari Natal dan Tahun Baru’.
Semoga kita semua lebih baik lagi ke depannya.
SalamLentera!
Redaksi menerima tulisan opini, budaya, sosial, karya sastra (puisi, cerpen, dan
naskah drama), dan seni, juga foto dan karikatur sepanjang tidak lepas dari idealisme
mahasiswa. Redaksi berhak mengedit tulisan yang masuk tanpa mengurangi maksud
dan tujuan.
Kirim ke :
REDAKSI LENTERA KITA
Diskusi dosen dengan peserta Penelitian dan Bakti Sosial 2013
3. Edisi Khusus Tahun XII 2013
ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
2
Laporan Utama
D
esa Kale Ko’mara merupakan
desa yang terletak di Keca-
matan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Se-
latan, Indonesia. Desa ini terdiri atas em-
pat dusun yaitu Dusun Ko’mara, Dusun
Kupanga, Dusun Buttadidia, dan Dusun
Pallilanga dan dihuni oleh ±1.000 pen-
duduk.
Ada beberapa hal yang unik dari Desa
Ko’mara, salah satunya asal usul desa
tersebut. Menurut Dg. Akbar Tutu yang
biasa disapa Dg. Tutu oleh masyarakat
setempat juga bertugas sebagai penjaga
makam pahlawan Ranggong Dg Romo.
Bapak satu orang anak ini menjelaskan
bahwa dulu Desa Ko’mara berada di
bawah pemerintahan Dampang Ko’mara.
Dampang artinya orang yang memerin-
tah. Sedangkan Ko’mara berarti cahaya.
Konon, Dampang Ko’mara dipanggil oleh
saudaranya yang tinggal di salah satu
Desa yang ada di Takalar untuk memer-
intah di desa Komara. Ketika Dampang
Ko’mara ingin ke Makassar untuk me-
mancing ikan kebetulan ia bertemu den-
gan saudara-saudaranya. Setiap melem-
par pancingan yang keluar adalah bambu
bukan ikan. Hal ini terjadi sebanyak tujuh
kali. Kemudian dari bambu itu keluarlah
Siti Ko’mara. Akhirnya, Dampang Ko’mara
menikah dengan Sitti Ko’mara. dari per-
Bumi Ko’mara
Komara dengan berbagai versi sejarah dari berbagai orang tentulah membuat-
nya unik. Ko’mara sebagai tanah perjuangan nan bersejarah. Namun, semua
itu hampir terlupakan.
nikahannya Siti Ko’mara pun melahirkan
tujuh orang anak. Enam laki-laki dan satu
perempuan. Anak perempuan dari pas-
angan Siti Komara dan Dampang Ko’mara
ini bisa berwujud ular ketika ia memakai
baju khusus (jubah).
Imam desa Ko’mara juga memiliki
pandangan yang berbeda mengenai asal-
usul Ko’mara, ia mengatakan, bahwa
Ko’mara berasal dari kata Qomar dalam
bahasa Arab yang artinya bulan, Dulu ka-
tanya di kampung tersebut pernah turun
bulan, bulan diinterpretasikan dengan
berkah. Berdasar dari interpretasi terse-
but orang-orang pun berlomba-lomba
untuk datang ke desa ini.
Berbeda lagi dengan Mangkutana Dg.
Nuntung seorang pensiunan veteran. Ia
mengatakan bahwa asal usul dari desa
Ko’mara itu berawal dari Sawerigad-
ing yang memiliki kapal yang akan digu-
nakan untuk pergi akbundu’ (berperang)
ke suatu tempat yang bernama Anjaya
untuk memerangi makhluk gaib. Ketika
akan pergi, Sawerigading bertemu den-
gan Baginda Ali, berkatalah Baginda
Ali, “Sawerigading, kau mau kemana?”,
Sawerigading pun menjawab, “saya akan
ke Anjaya untuk berperang, Baginda Ali
kemudian berkata, “Saya yang macannya
Allah Ta’ala tidak berani melakukannya.
Untuk mencegah perbuatan Sawerigad-
ing tersebut, Baginda Ali pun melepaskan
bambu yang merupakan alat penahan
air. Terlepasnya bambu tersebut menye-
babkan Momo (surut air), karena surut-
nya air tersebut akhirnya menyebabkan
Kato’marang (kekeringan), Kato’marang
inilah yang menjadi asal usul nama
Ko’mara.
Selain asal usulnya, makam Ranggong
Dg. Romo salah satu pahlawan juga ter-
dapat di desa tersebut. Makam tersebut
bukanlah satu-satunya makam yang ter-
kenal di desa tersebut, makam Jera Bak-
ka adalah salah satu ikon menarik yang
sering dikunjungi oleh masyarakat, baik
masyarakat yang ada di sana, maupun
masyarakat yang ada di luar desa terse-
but. Makam Jera Bakka konon semakin
hari semakin membesar. Makam ini di-
anggap sebagai kuburan pertama yang
menunjukkan bagaimana orang Islam
seharusnya dikubur sesuai dengan ajaran
Islam karena orang-orang terdahulu tidak
memilki patokan bagaimana mengubur-
kan orang ketika meninggal. Setiap Senin
dan Kamis penjaga kuburan yang ada di
desa tersebut sering mengadakan baca
baca. Ketika mengunjungi makam terse-
but dan berdo’a di sana maka do’anya
akan dikabulkan asalkan si yang berdo’a
percaya, Akbar Dg. Tutu yang menjadi
penjaga makam tersebut mengatakan,
“ Pernah ada seorang pemuda yang juga
merupakan keponakannya sendiri in-
gin menjadi seorang polisi, pemuda itu
datang ke makam tersebut, satu bulan
kemudian ternyata ia benar-benar men-
jadi polisi, namun orang tersebut ha-
rus kembali ke makam untuk membawa
makanan dan makan di sana”, jelasnya
Sri Verlin, Irmawati *
*Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan
2011
Mahasiswa sastra indonesia yang mengikuti penelitian desa Ko’mara tgl 27-29 Desember 2013
4. Edisi Khusus Tahun XII 2013
ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
3
Mozaik
Motor yang saya tumpangi
memasuki Kabupaten Taka-
lar. Saya merasakan atmosfir
yang berbeda pada jalan yang mulai ti-
dak mulus lagi, setelah melewati gerbang
pabrik gula yang terdapat di sebelah kiri
jalan. Beberapa kilometer dari sana saya
dan tiga orang teman telah memasuki
Desa Ko’mara. Jalanan telah sepi pada-
hal malam baru saja tiba. Tiga bus yang
memuat warga Ikatan Mahasiswa Sas-
tra Indonesia (IMSI) belum juga terlihat,
mereka tertinggal jauh di belakang. Se-
makin jauh jalan semakin lengang, sepi
mencekam, dan tampak jalan semakin
rusak, dan menanjak. Kami beberapa kali
harus singgah untuk menanyakan alamat
yang dituju karena di antara kami belum
pernah ada yang mengunjungi daerah
tersebut.
Setelah tiga jam perjalanan, saya dan
tiga orang teman yang mengendarai mo-
tor tiba di Dusun Kale Ko’mara, Desa
Ko’mara, Kecamatan Polongbangkeng,
Kabupaten Takalar. Sejam kemudian bus
yang mengantarkan warga dan maha-
siswa baru IMSI KMFS-UH pun tiba. Wa-
jah mereka tampak sangat lelah setelah
melewati perjalanan yang cukup ekstrim.
Meskipun begitu kami harus menahan
rasa lelah sebab beberapa menit lagi pe-
nyambutan akan dilaksanakan dan dibu-
ka oleh kepala dusun.
Rasa lelah sedikit terbayarkan setelah
tidur beberapa jam. Saya merasakan sua-
sana yang berbeda ketika bangun di pagi
hari, udara pagi yang sejuk dan segar ten-
tunya sangat berbeda dengan udara di
perkotaan khususnya di kos saya.
Selain udara yang sejuk di pagi itu
kehangatan pun sangat terasa oleh pen-
duduk yang sangat ramah. Dibuktikan
oleh pisang goreng yang disuguhkan ke-
pada kami. Wajah teman-teman tampak
bahagia karena jarang sekali kami me-
nikmati sarapan seperti ini sejak tinggal
seorang diri di Makassar.
Pagi itu saya berjalan-jalan di sekitar
kampung ditemani oleh seorang adik
yang saya temui di jalan. Ketika itu saya
memerhatikan tangga di setiap rumah
penduduk, ternyata tangga mereka ber-
bentuk lengkungan. Dari seorang warga,
akhirnya saya mengetahui bahwa ben-
tuk tersebut memiliki filosofi dan harus
menggunakan jumlah tertentu yakni 15,
7, 8, dan 9. Jika tidak, maka akan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan di rumah
tersebut misalnya keluarga tersebut tidak
harmonis, tidak memiliki keturunan bah-
kan mengakibatkan kematian.
Saya tiba di rumah adik yang men-
emani saya tadi, rumahnya terletak
agak tinggi dari jalanan. Saat tiba di atas
pemandangan pegunungan dan pepo-
honan terlihat indah dan menawan. Ibu-
nya menyambut dengan ramah. Ia adalah
seorang bidan yang telah lama tinggal di
desa tersebut. Penduduk desa tersebut
tidak perlu khawatir mengenai kebu-
tuhan pangan, karena katanya mereka
terbiasa untuk berbagi apa yang mereka
punya, seperti sayuran dan buah-buahan.
Ketika hendak pulang dari rumah adik itu,
ibunya memberikan sekantong mangga
kepada saya.
Tidak terasa dua hari pun berlalu.
Tibalah saatnya kami untuk berpamitan
kepada warga. Anak-anak berkumpul me-
lihat kami sedang berkemas-kemas. Saya
sangat terhibur selama berada di sini.
Suasana, pemandangan serta penduduk
menjadi hal-hal yang tidak akan saya lu-
pakan. Ketika saya bertanya kepada anak-
anak apa yang membuat mereka terhi-
bur, jawabannya sama yaitu yel-yel dari
mahasiswa baru yang diberikan oleh pa-
nitia. Saya pun meminta seorang teman
untuk memanggil mereka agar melihat
yel-yel tersebut, dan ketika kami berte-
riak “Ekspresi 2013” maka mereka akan
melakukan tarian aneh sambil bernyanyi
“goyang ubur-ubur…. Goyang ubur-
ubur… hih hah hih hah..”.
“Ramah” Khas
Penduduk Dusun
Kale Ko’mara
Perjalanan yang ekstrim ternyata tidak sejalan dengan apa
yang didapatkan di tempat tujuan. Pemandangan yang in-
dah, udara yang sejuk, dan keramahan penduduk menjadi
ciri khas daerah Ko’mara.
A.Utari AS *
*Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan
2011
acara penutupan bakti sosial warga IMSI KMFS-UH
5. Edisi Khusus Tahun XII 2013
ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
4
Kreasi
Ikatan mahasiswa Sastra Indonesia
(IMSI) kembali lagi berunjuk gigi,
menunjukkan taringnya disela-sela
kesibukannya yang padat. Kegiatan ini
berlangsung Jumat-Minggu, 27-29 De-
sember 2013 di Dusun Ko’mara Desa Kale
Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng
Utara, Kabupaten Takalar. Kegiatan yang
berlangsung selama tiga hari ini, kembali
merangkul seluruh keluarga IMSI untuk
berpartisipasi serta mengembalikan mo-
men untuk bersua, bersama, serta meru-
pakan tahap proses pengaderan untuk
mahasiswa baru, adapun nama dalam
kegiatan ini adalah Penelitian dan Bakti
Sosial.
Sabtu malam 29 Desember 2013 te-
pat pukul 09:00 WITA, mahasiswa baru
beserta seluruh warga IMSI menunjuk-
kan kreativitasnya dengan menampilkan
gambaran besar sejarah Dusun Ko’mara
yang dibalut dalam bentuk teater yang
dihadiri oleh warga setempat, riuh tepuk
tangan warga yang berjejer di aula seko-
lah tempat kegiatan itu berlangsung turut
mewarnai pementasan tersebut. Bebera-
pa warga Ko’mara ada yang menitikkan
air mata ketika menyaksikan pemen-
tasan teater dengan judul Ko’mara yang
sekaligus kembali menghadirkan ingatan
warga setempat mengenai sejarah yang
mulai terlupakan, Ko’mara bertemakan
tentang Perjuangan dan Nasionalisme.
Khidmatnya menonton ternyata bukan
saya saja yang merasakannya, menoleh
ke sebelah, juga ada warga setempat
yang penuh perhatian menyaksikan pe-
mentasan itu sampai akhir, ia berkata
dengan lirih “kita tidak boleh sekali-kali
melupakan sejarah, melupakan perjuan-
gan para pendahulu kita”, katanya sambil
menonton.
Kepala desa yang membuka acara
tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini
memang perlu, sebagai ajang mengem-
balikan kembali Ko’mara yang memiliki
sejarah yang panjang serta sebagai ajang
refleksi kepada warga Ko’mara yang be-
lum paham atau sudah luput dari in-
gatan tentang Ko’mara ini yang dalam
perjalanannya banyak mengorbankan
banyak nyawa demi menggapai sebuah
kemerdekaan. Mahasiswa baru tak ka-
lah antusias dalam kegiatan itu, meski
baru beberapa bulan menjalani proses
pengaderan mereka sudah mampu mem-
perlihatkan bakatnya di hadapan warga
Ko’mara warga IMSI sebagai gaung eksis-
tensi dalam menembus segala batas dan
segala ruang.
Tari Padduppa yang menjadi pem-
buka kegiatan pada acara malam itu,
mendapat apresiasi dari seluruh warga
Ko’mara, warga IMSI serta partisipan
yang menyempatkan waktunya untuk
menghadiri undangan, yaitu: Perhimpu-
nan Sastra Inggris (Perisai), Himpunan
Sastra Jepang (Himaspa), serta Ikatan
Mahasiswa Sastra Daerah (IMSAD).
Pembacaan puisi dalam bahasa
Makassar seolah-olah mengajak warga
Ko’mara untuk berinteraksi, mengajak
warga setempat untuk menghilangkan
ketegangan setelah seharian penuh ber-
aktivitas, baik bercocok tanam, berbibit,
maupun membajak sawah.
Tak hanya air mata yang diteteskan.
namun, tingkah kocak tiga bocah warga
desa yang tanmpil juga mengundang
gelak tawa dan tepuk tangan yang riuh.
aula yang ditempati pementasan sema-
kin ribut saja, suara warga IMSI dan war-
ga setempat tidak dapat dibedakan lagi
karna sudah bersatu dalam gelak tawa.
terlebih ketika melihat stil dan tingkah
laku para pemain parodi yang ditampil-
kan sebagai tampilan penutup.
Momen
Pengembalian Ingatan
Kamsah *
Biarlah sejarah yang menjadi saksi. Fungsikanlah semua indramu.
Malam itu, melalui pementasan teater yang berjudul Ko’mara maka
jelas kusaksikan dan kudengar tentang perjuangan dan nasionalisme,
yang tidak lain adalah sejarah Ko’mara itu sendiri.
*Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan
2011
Salah satu adegan pementasan teater “Ko’mara” yang dibawakan oleh SPaSI di Desa Ko’mara
6. Edisi Khusus Tahun XII 2013
ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
5
Profil
Dg. Nuntung begitulah ia biasa disapa oleh masyarakat
yang ada di Dusun Ko’mara Desa Kale Ko’mara Kecamatan
Polobangkeng Utara Kabupaten Takalar. Sambil menunjukkan
papan nama yang terpasang di depan rumahnya, bapak lanjut
usia ini menjelaskan bahwa nama lengkapnya ialah Mangku-
tana Dg. Nuntung. Ia adalah salah satu pejuang kemerdekaan
pada tahun 1944-1945. Ia bersama Ranggong Daeng Romo
salah satu pahlawan di Desa tersebut berjuang melawan Be-
landa pada masa penjajahan.
± 90 tahun sudah usianya saat ini, namun seman-
gat daya juangnya masih terpancar lewat suaranya
yang tegas. Ia sudah tak lagi ingat kapan tanggal
lahirnya ketika ditanya. Bapak empat anak ini telah
ditinggal mati oleh istrinya, dan sekarang ia hanya
tinggal berdua bersama anak perempuannya. Satu
orang anaknya ada di Mamuju, satu anaknya lagi
tinggal tak jauh dari rumahnya. Sedangkan, satu
anaknya telah meninggal.
Menjadi pejuang pada masa penjajahan bukan-
lah cita-cita dari Dg. Nuntung sejak ia kecil. Namun,
pada masa pemerintahan karaeng melawan penja-
jah untuk menumpas para penjajah Belanda, para
pemuda diancam dengan badik jika ia tidak menjadi
prajurit, tak terkecuali Dg. Nuntung.
Ketika ditanya mengenai pekerjaannya, ia hanya
mengatakan, “Merdeka, itulah pekerjaan”, sambil
tertawa, gigi ompongnya pun kelihatan. Sebagai pen-
siunan veteran tentunya ada simbol yang menunjuk-
kan bahwa ia pernah berjuang melawan penjajah,
itulah Lencana yang dilekatkan di baju bermotif ba-
tik kebanggaannya.
Pesan terakhir yang disampaikan ketika hampir men-
gakhiri wawancara, ia mengatakan, “ Nai ajappa ri
kabajikang nagappai suruga, nai ajappa ri kakodiang
na gappa tongi naraka (Siapa yang berjalan dalam
kebaikan ia akan mendapatkan surga dan siapa yang
berjalan dalam kejelekan ia akan mendapatkan ner-
aka). Begitulah pesan terakhir yang ia sampaikan.
Merdeka adalah
Pekerjaan
Irmawati *
Ketika pengkhianat merajalela, tidak cukup baginya
untuk sekedar mengutuk. Doa adalah cara terbaik untuk
balas dendam. Semoga pejuang seperti Dg. Nuntung bisa
membangunkan para generasi muda dari tidur panjang-
nya yang dinina bobokkan oleh ketidakpeduliannya.
*Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan 2011
Lentera Kita
menyampaikan
Selamat Ulang Tahun yang ke-20
Serikat Pecinta Sastra Indonesia (SPaSI)
semoga selalu bersama, berkata, berkarya.
Dg. Nuntung
7. Edisi Khusus Tahun XII 2013
ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
6
Laporan Khusus
Dusun Ko’mara, Desa Kale Ko’mara
yang berada di Kabupaten Takalar ini
menjadi lokasi Penelitian dan Bakti So-
sial 2013 yang diadakan oleh Ikatan
Mahasiswa Sastra Indonesia Keluarga
Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas
Hasanuddin (IMSI-KMFS UH). Kegiatan ini
mengangkat tema “Eksistensi Kaderisasi
sebagai Gawai Lembaga”. Penelitian yang
dilakukan berpusat pada lima aspek yakni
sastra lisan, artefak, strata sosial, simbol
pernikahan, dan mata pencaharian yang
ada di daerah tersebut.
Dusun Ko’mara atau biasa disebut
dengan desa penuh cahaya ini ternyata
menyimpan banyak cerita. Menurut para
warga setempat awal munculnya Du-
sun Ko’mara berawal dari adanya mitos
bahwa adanya kapal besar Sawerigading
yang kandas dikarenakan surutnya air
laut sehingga kapal tersebut kini menjadi
batu.
Ada lima aspek yang menjadi pusat
penelitian pada tahun ini sebagai berikut:
Artefak
Sebelum memasuki Dusun Ko’mara,
para pengunjung akan melewati makam
yang merupakan salah satu pahlawan di
dusun ini. Makam itu ialah Makam Rang-
gong Daeng Romo. Menurut salah satu
warga Dusun Ko’mara, sebelum adanya
makam Ranggong, masih ada lagi makam
yang dikeramatkan oleh warga setempat.
Dg Tutu’ salah satu warga mengatakan
bahwa makam yang dikeramatkan itu
merupakan contoh makam yang dibuat
oleh Karaeng Sehu Abdul Karim. Ini di-
maksudkan agar masyarakat memak-
amkan orang yang meninggal layaknya
makam tersebut. Lelaki yang berprofesi
sebagai penjaga makam ini menuturkan
bahwa, Karaeng Sehu adalah anak dari
Syekh Yusuf yang menyebarkan ajaran
Islam di Dusun Ko’mara. Selain itu, be-
liau mengatakan bahwa makam ini tidak
seperti makam biasanya karena panjang
makam ini memiliki panjang kurang lebih
lima meter dan lebar satu meter. Selain
itu, makam ini akan selalu bertambah
panjang, dan makam ini sudah ada sejak
lama dan tahun keberadaannya sendiri
belum diketahuinya dengan pasti.
Kebanyakan warga setempat men-
ganggap bahwa makam ini memberikan
keberkahan. Selama bertahun-tahun
makam ini tidak henti-hentinya dikunjun-
gi oleh warga setempat. Dg Tutu’ menu-
turkan sudah banyak warga yang berhasil
jika meminta sesuatu di makam ini. Na-
mun untuk meminta itu, orang tersebut
harus banyak berdzikir kepada Nabi Mu-
hammad dan tak lupa banyak shalat.
Potret Ko’mara
dalam Kebudayaan
Karena dengan mengenal, kemudian mengerti. Untuk mengerti terlebih
dahulu harus mencari tahu. Melalui penelitian lima aspek yakni sastra lisan,
artefak, strata sosial, simbol pernikahan, dan mata pencaharian, tak hanya
sebatas mengenal namun juga mengerti jauh lebih banyak tentang Dusun
Ko’mara.
Makam yang memiliki corak khas
ini terdiri atas bagian kepala, mulut,
hidung, pusar, dan kaki. “Makam ini
biasanya dikunjungi warga pada hari
Senin dan Kamis karena merupakan
hari besar dan orang yang mengun-
jungi makam harus mengenakan pak-
aian kebesaran atau pakaian adatnya”,
tambah Dg. Tutu ketika diwawancarai.
Strata Sosial Warga Dusun Ko’mara
Strata sosial warga di Dusun Ko’mara
tidak membedakan tingkatan, baik strata
rendah maupun strata yang tinggi. Na-
mun, orang yang memiliki jabatan tinggi
akan dihargai dan dianggap tinggi de-
rajatnya, kata Dg Bale salah satu warga
Dusun Ko’mara. Strata sosial yang dipa-
hami oleh narasumber adalah tingkat
kebangsawanan, sehingga dia membeda-
kan antara strata sosial dengan jabatan.
MataPencaharianWargaDusunKo’mara
Pada umunya warga Dusun Ko’mara
ini menghidupi keluarganya dengan ber-
tani dan berkebun. Bertani merupakan
mata pencaharian utama dilihat dari
kondisi geografis yang mendukung. Bi-
asanya dibulan Desember, para petani
mulai menanam benih padi dan panen-
nya akan dilaksanakan pada bulan April
mendatang. Dg Tarra (40), salah satu
petani di dusun ini mengaku keuntungan
yang diperoleh saat panen sekitar 40-70
karung. Adapun kendala yang dihadapi
oleh petani biasanya diakibatkan oleh bi-
natang liar seperti babi hutan dan mony-
et yang menyerang persawahan. Selain
itu, hama tanaman yang kerap kali meng-
hambat biaya yang tidak sepadan dengan
pemasukan.
Selain bertani, warga juga menggu-
nakan lahannya untuk berkebun dengan
menanam berbagai jenis sayuran, coklat,
ubi, dan buah-buahan. Dg tutu meru-
pakan salah satu warga yang menjual
hasil kebun yang didatangi oleh pembeli
biasanya menghasilkan upah sebesar Rp
200.000,- sampai dengan Rp 300.000,-
perminggu. Selain itu.
Meskipun mayoritas masyarakat
bekerja sebagai petani dan pengelola
kebun, ada pula beberapa yang menjadi
pegawai negeri sipil (PNS). Salah satunya
adalah Ibu Nurhayati (40) yang bekerja
sebagai bidan sejak tahun 1995. Di desa
Kale Ko’mara terdapat tiga orang bidan
yang siap melayani warga dengan men-
datangi rumah bidan tersebut.
Sastra Lisan yang ada di Dusun
Ko’mara
Di Desa Kale Ko’mara terdapat sejum-
lah kepercayaan yang masih terdengar
dikalangan para warga. Kepercayaan-ke-
percayaan tersebut diturunkan dari gen-
erasi ke generasi dengan lisan atau dari
mulut kemulut. Kepercayaan inilah yang
disebut dengan sastra lisan. Adapun yang
termasuk satra lisan yang ada di desa ini
adalah legenda atau cerita dahulu kala
yang sampai saat ini masih dipercayakan.
Setidaknya ada tujuh sastra lisan yang
masih ada di desa ini diantaranya asal
usul desa Ko’mara, Dampang (pemerin-
tahan) Ko’mara, Bangkeng Batu Ko’mara,
Jera’ Bakka, Ranggong Dg Romo, Romang
Bo’dong, dan Romang Lompoa.
Simbol pernikahan
Desa Ko’mara dusun Kale Ko’mara ini
juga memiliki beberapa simbol pernika-
han. Adat pernikahan di desa ini sedikit
berbeda dengan daerah lainnya yang bisa
dikatakn unik. Dari beberapa narasum-
ber yang ditemui mengatakan bahwa hal
yang pertama yang dilakukan oleh calon
penganting harus ziarah kubur terlebih
dahulu. Ziarah kubur yang disebut adalah
ziarah kubur di makam Jera’ Bakka yang
diyakini sebagai makam Syehk Yusuf. Se-
bagian warga memercayai untuk memin-
ta berkah agar pernikahannya bertahan
lama.
Setelah itu, prosesi lamaran oleh pi-
hak mempelai perempuan. Pada saat
prosesi lamaran, ada beberapa tahap
yang harus dilalui yaitu meminta ker-
elaan menikah, lalu memutuskan berapa
jumlah uang pernikahan/mahar yang
disebut pannai’ kemudian menetapakan
hari pernikahan.
Sehari sebelum pernikahan, pihak
mempelai perempuan akan melakukan
ritual passili’ atau mandi. Ritual ini ber-
tujuan untuk menyucikan diri atau proses
buang sial. Pada prosesi ini, calon pen-
gantin wanita dimandikan oleh seorang
Anrong Botting dan melakukan proses
ba’basa yaitu proses mencipratkan air ke
calon penganting dengan daun-daunan
khusus. Proses ini juga dilakukan oleh
mempelai pengantin laki-laki.
Setelah itu, mempelai perempuan
akan diberikan onde-onde untuk dimakan
dengan maksud untuk mencapai kebaha-
giaan. Kemudian mempelai perempuan
akan melakukan proses korontigi/map-
pacci disertai dengan pa’rate. Setelah
itu proses Ijab Kabul yang dilangsung-
kan dengam bahasa Arab dan Makassar.
Setelah itu, pengantin akan diarak ke ka-
mar untuk ritual appadongko’ nikka.
Setelah itu, masih ada acara yang di-
lakukan setelah pernikahan ialah proses
mandi bersama sebelum melakukan
malam pertama. Proses mandi bersama
ini dilakukan di sungai didekat pemaka-
man. Setelah kedua pengantin melaku-
kan proses mandi bersama maka akan
dilanjutkan dengan malam pertama oleh
Tari, Winda, Jannah *
*Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan
2011
8. ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
7
Puisi
Wajah yang Namanya
Saya Rahasiakan
- @picisansastra
Ini kali kedua saya menulis
malam, mengingat satu
wajah yang semakin lekat
dalam-dalam; mengikat
satu kenang pada lengan
bajumu yang kancingnya
dua.
Dua adalah tragedi yang
kita tanggalkan, belakan-
gan kau tinggalkan sebagai
tunangan; selepas keper-
gian kita menjadi satu-
satu.
Kita adalah manusia-manu-
sia kesepian yang mencari
manusia kesepian; malam
semakin malam, sementa-
ra manusia kesepian sema-
kin mencari.
Ada yang tiba, mengulur
sepasang lengannya yang
berkabut, sekilas saya
temukan banyak garis pada
telapak tangannya.
“pulanglah, cinta tak akan
kau temukan dengan
mata” ucapnya bersama
malam yang sementara
mencari.
Seolah menggambarkan
satu masa, dimana manu-
sia belum mengenal kes-
epian.
2013-Makassar
Perihal Diam
Agus Sardiansa
Kepada Sepi,hampa kini meme-
lukku
tak ada lagi selain kekosongan di
mataku
hanya tinggal ruang beku tanpa
rasa
kepada su-
nyi, jiwa terbawa
lamunan panjang-
nya
hidup bagai
batu apung di
luasnya samudera
sedang om-
bak menerpa tanpa
tanya pada hatiku
kepada langit, tatapan terpaku
kelamnya awan kelabu
udara menghilang entah kemana
setiap insan bagai tak lagi ber-
nyawa
kepada
waktu, kekuasaa-
nya telah dibe-
lenggu
angka tak
lagi dapat memu-
tar dunia
semua bera-
lih pada kesend-
irian
kepada Tuhan, aku ingin me-
nyandarkan ampun
walau tak dapat kuungkap lewat
munajat
kuharap tetes air mata yang beku
ini
dapat cair di pintu maaf-Nya
Makassar, 17 Oktober 2013
TROMPET AKHIR TAHUN
PENUH SESAK
Agung Gumilang
“kutiup kau malam ini”
tapi esok akan kah anak-anak
yang bapaknya terbunuh itu
bisa mendapatkan keadilan
di atas meja hijau?
“kutiup kau malam ini”
Tapi esok ketika fajar menya-
pa
akan kah orang-orang yang
kehilangan keluarganya bisa
tahu di mana rimba –jika ma-
sih hidup-
atau nisan bapak, anak,
saudara, dan cucunya bera-
da?
“kutiup kau malam ini”
tapi esok ketika orang ter-
tidur pulas setelah melalui
akhir tahun penuh sesak,
akan kah seorang jendral
yang berkuasa 30 tahun lebih
meminta maaf
di depan para keluarga kor-
ban atas tindakan tangan be-
sinya yang keji?
“kutiup kau malam ini”
agar esok ketika terbangun
setelah melalui akhir tahun
penuh sesak
dengan berbagai klakson
yang sombong dan dipayungi
cahaya petasan dilangit ber-
wajah arogan,
aku tidak berubah menjadi,
Mandela.
Makassar, 31 desember
2013
9. Edisi Khusus Tahun XII 2013
ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
8
Melancong
Penelitian dan Bakti Sosial ini meru-
pakan program kerja Pengurus IMSI
KMFS-UH yang telah rutin dilaksanakan
tiap tahunnya. Pada tahun ini Penelitian
dan Bakti Sosial (Baksos) bertempat di
Desa Kale Ko’mara Kecamatan Polong-
bangkeng Utara, Kabupaten Takalar.
Saya beserta rombongan berangkat
dari Makassar menuju lokasi pada pu-
kul 18.00 WITA dengan menumpangi 3
bus yang telah disediakan oleh panitia.
Jadwal keberangkatan sempat tertunda
karena menunggu kedatangan tim medis
yang disiapkan oleh panitia untuk ber-
siaga atas kemungkinan adanya peserta
baksos yang kesehatannya terganggu.
Saya sangat menikmati perjalanan,
terlebih dalam bus yang saya tumpangi.
Peserta baksos ada yang sibuk menyanyi
diiringi petikan gitar, ada yang menik-
mati keindahan kerlap-kerlip lampu Kota
Makassar pada malam hari, dan ada yang
lebih memilih tidur mungkin karena kele-
lahan. Bus yang saya tumpangi sempat
singgah di Jembatan Timbang untuk men-
jemput salah seorang peserta baksos.
Sekitar pukul 21.30 WITA Rombon-
gan tiba di Desa Kale Ko’mara, Kec. Po-
longbangkeng Utara, Kabupaten Takalar,
jalanan yang terjal dan berlubang adalah
penyebab keterlambatan kami tiba di
lokasi dari waktu yang diperkirakan. Se-
lanjutnya kami disambut oleh kepala du-
sun Ko’mara dalam acara pembukaan.
Setelah itu, kami beristirahat di rumah
warga yang telah disiapkan oleh panitia.
Saya dan beberapa peserta baksos
sempat mengunjungi salah satu tempat
wisata yang ada di Dusun Ko’mara, tem-
pat wisata itu adalah air terjun. Meski
dalam menjangkaunya kami perlu berja-
lan hingga kira-kira 2 km, pun di tengah
perjalanan sempat berniat untuk tidak
Panorama Keindahan Alam
Dusun Ko’maraRadiah Puspita Utoyo *
Serupa ketenangan air jika harus me-
lalui jalur yang terjal, pun akan tetap
gemuruh. Begitulah kehidupan, lalu-
ilah maka keindahan tiada lagi seke-
dar mimpi. Jika setelah ini timbullah
rasa penasaranmu, maka berkun-
junglah ke Air Terjun Jenne Bangko,
Dusun Kale Ko’mara Desa Ko’mara
Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar.
melanjutkan perjalanan karena kelelahan
namun pada akhirnya kami tetap melan-
jutkan perjalanan diselingi canda tawa
bersama adik-adik dari Dusun Ko’mara
yang menjadi penunjuk jalan bagi kami.
Di tengah perjalanan pun kami sempat
melihat salah satu makam pahlawan Dg.
Ramma’ yang merupakan salah seorang
pejuang kemerdekaan yang berasal dari
Desa Kale Ko’mara. Adik-adik dari Desa
Kale Ko’mara yang ikut bersama kami
pun sempat berceloteh banyak tentang
hutan yang dilalui untuk sampai ke air
terjun Jenne Bangko, bahwa kita tidak
boleh memetik terlebih memakan buah
apapun yang ada di hutan tersebut,
karena kita bisa sakit setelah memakan-
nya. Mitos lain yang disampaikan oleh
bocah-bocah lucu nan imut itu adalah,
jika kita menjumpai daun jatuh di aliran
sungai, sebaiknya kita mengambilnya dan
menggosokkannya di ketiak kita, agar ke-
tiak kita tidak lagi mengeluarkan aroma
yang tidak sedap. Mereka juga menceri-
takan bahwa, ada air terjun lain selain
air terjun Jenne Bangko. Namun, air ter-
jun tersebut tidak boleh lagi dikunjungi
karena di sana terdapat ular yang besar
dan berbahaya, di sana juga pernah ada
orang yang hilang dan hingga saat ini be-
lum ditemukan.
Tidak lama kemudian kami pun tiba,
kami sangat terpesona oleh panorama
keindahan alam air terjun Kombang.
Airnya yang jernih, jejeran pepohonan,
dan bebatuan yang tertata sedemikian
rupa tempat pengunjung memijakkan
kaki untuk menikmati air terjun tersebut
adalah perpaduan alami yang berhasil
menghipnotis kami untuk tidak berpikir
panjang segera menikmatinya.
Awalnya saya hanya memilih bersan-
tai di bebatuan sambil menyaksikan ke-
ceriaan peserta baksos dan adik-adik dari
Dusun Ko’mara yang langsung menik-
mati kejernihan air terjun tersebut. Tidak
lupa saya mengabadikan tingkah kocak
mereka, mendokumentasikannya den-
gan kamera dari telepon genggam saya.
Namun tentunya saya akan merasa rugi
bila tidak ikut bergabung dengan mer-
eka untuk menikmati air terjun tersebut.
Sungguh, panorama keindahan alam air
terjun tersebut tidak hanya menawarkan
keceriaan, namun juga ketenangan jiwa
yang didapatkan dari jernihnya air, kese-
jukan udara, dan rindangnya pepohonan.
Hanya saja cuaca tidak bersahabat, awan
mendung yang nampak oleh pandang
mata kami membuat kami menyepakati
untuk segera beranjak dan kembali ke
penginapan.
Meski hanya sesaat, saya merasa san-
gat beruntung sempat menjadi salah satu
penikmat panorama keindahan alam dari
air terjun Jenne Bangko tersebut. Jika
memungkinkan saya ingin berkunjung
untuk kali kedua di sana.
*Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan
2011
air terjun Jenne bangko di Desa Ko’mara adalah salah satu keindahan alam
10. ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
9
Pesan Sastra Edisi Khusus Tahun XII 2013
… berilah aku satu kata puisi dari-pada seribu rumus ilmu yang penuhjanji yang menyebabkan aku terlon-tar kini jauh dari bumi yang kukasih.Angkasa ini bisu. Angkasa ini sepi.Tetapi aku telah sampai pada tepi.Dari mana aku tak mungkin lagikembali.
–Manusia pertama di angkasa luar,Subagio Sastrowardojo
Menulis sajak bagi saya adalah semacam
upacara penundaan kematian. Dengan
sajak, saya bisa berdialog dengan hidup.
Berkompromi dan berpikir tentangnya: me-
nyadari bahwa saya benar-benar manusia.
–“Warna kita”, Oka Rusmini.
Sastra, bagi saya adalah sebuah cara tak putus-putus
menghadirkan manusia sebagai sebuah unikum, untuk
menggoyangkan dan mempertanyakan ulang setiap
definisi tentang manusia, tepat ketika dia coba dibikin
final dan absolute.
–“Suatu Cerita dari Negeri Angin”, Agus R. Sarjono.
Menulis puisi bai saya adalah mem-
bebaskan kata-kata, yang berarti
mengembalikan kata pada awal mu-
lanya. Pada mulanya adalah kata.
–“O, Amuk, & Kapak”, Sutardji C.B
Kita tidak punya pilihan lain. Kita ha-
rus berjalan terus. Karena berhenti atau
mundur. Berarti hancur.
–“Tirani dan Benteng”, Taufik Ismail
...Menjadi pengarang tidak berarti
menduduki tempat lebih tinggi dari
lingkunganya. pengarang tetap sebagai
bagian dari masyarakat dimana dia
hidup. dia tetap manusia biasa dengan
serba kekuarangan da kerendahan hati,
namun bermartabat.
– Nh Dini: sikap saya sebagai penga-
rang
CITA SUCI MAHARDIKA, S.S.
MUHANDAS GANDI, S.S.
MARGARETA, S.S.
KUSMAWATI, S.S.
BAKTIANI PALILING, S.S.
MUH.SIRWAN, S.S
BUDI SANTOSO, S.S
SELAMAT DAN SUKSES ATAS GELAR SARJANA YANG TELAH DIRAIH OLEH:
11. ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
Edisi Khusus Tahun XII 2013
10
Galeri Foto
berpegangan tangan, tradisi mahasiswa baru sebelum berangkat ke tempat penelitian dan baksos
penyambutan langsung oleh kepala dusun Ko’mara pengumpulan mahasiswa baru
foto bersama mahasiswa baru dengan warga IMSI keindahan air terjun jenne bangko
12. ALAMAT : SEKRETARIAT IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA
GEDUNG FIS V FAKULTAS SASTRA KAMPUS TAMALANREA UNHAS
Selamat Tahun Baru 2014
Segenap keluarga besar Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia
Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
Mengucapkan
Selamat Tahun Baru 2014