SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 86
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
STUDI LAPANG DI TIGA TEMPAT YANG BERBEDA
(JATIKERTO, NGIJO, DAN CANGAR)
Disusun oleh :
Kelompok : Rabu, 18.00-19.40
Kelas : B Agribisnis
Assisten : Devita Aprilia Wati
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
STUDI LAPANG DI 3 TEMPAT YANG BERBEDA
(JATIKERTO, NGIJO, DAN CANGAR)
Disusun oleh :
Kelompok : Rabu, 18.00-19.40
Kelas : B Agribisnis
JATIKERTO
NAMA NIM
Nanang Kristi Y 135040100111041
Siti Fildzah Z 135040100111042
Theresia E Sinaga 135040100111043
Citra E A Hutagalung 135040100111044
Rahmat Nurul Fauzi 135040100111045
Safarina Ubaydiyyah 135040100111047
Cristmast 135040100111048
Yudhi Dw Sampurno 135040100111049
Anastasia Tiur Juni 135040100111050
Prisca Cindy M 135040100111052
Cindy Pasaribu 135040100111054
Puput Elva Kurnia S 135040100111055
Ridwan Fauzi 135040100111056
Rustin Eka Sevtya Y 135040100111057
Ranikirana Masya F 135040100111059
Indra Marconi Sinaga 135040100111062
Novita S Simanullang 135040100111066
Gracela Marisa S 135040100111067
Nadiyah Mahboub 135040100111068
Nyimas Yola Dwika A 135040100111070
Maya Dina Jessica 135040100111071
Syifa Aulia Gany 135040100111073
Rizvianty Hadistiara 135040100111074
Nurlita F S 135040100111075
Winfried Adinata 135040100111076
Merlis Kezia 135040100111077
Yudha Kartiko Aji 135040100111078
Jeliwanti Siregar 135040100111079
CANGAR
NAMA NIM
Kinanti Aprilia Kinanthi 135040100111046
Ima Kusuma Indrawati 135040100111051
Misruri Jannati 135040100111053
Fadhila Rahmayanthi 135040100111058
Dinna Fitri Nur J 135040100111060
Andik Arifin N 135040100111061
Mira Monica A M 135040100111063
Brazil Putri Kevlin 135040100111064
Evi Sri Astuti 135040100111065
M Geri Wihandyka 135040100111069
Gabreilla Diah P 135040100111072
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
MENGESAHKAN
Asisten Co Asisten
Devita Aprilia W. Dwi Firmansyah Putra
NIM.115040200111014 NIP. 116040217011012
RINGKASAN
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara komponen
biofisika, teknik dan sosioekonomik dalam satu sistem pertanian. Ekologi
pertanian adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip ekologi untuk merancang,
mengelolah, dan mengevaluasi sistem pertanian yang produktif dan lestari.
Pengamatan analisis vegetasi dilakukan di tiga tempat yaitu Jatikerto, Ngijo, dan
Cangar.
Hasil pengamatan analisis keanekaragaman vegetasi dan arthropoda pada
tiga tempat (Cangar, jatikerto, dan Ngijo) tersebut menunjukan bahwa dari dataran
rendah, dataran sedang, serta dataran tinggi terdapat pengaruh faktor abiotik
(salinitas, cahaya, lingkungan, suhu, tanah, radiasi matahari, kelembaban, air,
angin) dan faktor biotik (manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme).
Pada pengamatan di daerah ngijo, kelas kami mengamati tanaman kedelai
yang diberikan perlakuan salinitas (kadar garam) sebesar 1200 ppm. Dilakukan
perbandingan dengan berbagai macam takaran salinitas (200 ppm, 700 ppm dan
2200 ppm) yang menghasilkan perbedaan pertumbuhan pada tanaman kedelai.
Adanya kompetisi unsur hara juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Hal itu diakibatkan adanya persaingan antara tanaman utama dengan
tanaman lainnya (interspesies) dan terdapat pula persaingan pada pertumbuhan
tanaman utama dengan tanaman utama itu sendiri yaitu (intraspesies) yang
keduanya memperebutkan unsur hara tersebut.
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kekuatan dan bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan akhir praktikum ekologi pertanian.
Laporan ini merupakan laporan akhir praktikum ekologi pertanian yang
dibuat berdasarkan praktikum lapang di tiga tempat yang berbeda yaitu di Cangar,
Malang, dan Jatikerto. Dalam laporan ini akan di bahas beberapa materi mengenai
analisis vegetasi, faktor abiotik, dan faktor biotik.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua
pihak atas dukungan dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini.Ucapan terima kasih kami sampaikan terutama kepada asisten praktikum kami,
Devita Aprilia Wati yang telah senantiasa membimbing kami selama praktikum.
Kami menyadari bahwa laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini
masih banyak kekurangannya.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari pembaca sangat kami harapkan.Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi semuanya.
Malang, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR DATA ANGGOTA
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Vegetasi, Faktor Abiotik : Suhu, Radiasi Matahari
2.2 Faktor Abiotik Tanah
2.3 Arthropoda
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan beserta Fungsinya
3.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi
Matahari)
3.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)
3.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
3.2 Langkah Kerja di Lapang (Teknis Lapang)
3.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi
aiiiiiiiiiiiiiiiiiiiMatahari)
3.2.2 Faktor Abiotik (Tanah)
3.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan + Tabel Pengamatan (Cangar, Malang & Jatikerto)
4.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi
Matahari)
 Tabel Pengamatan Vegetasi (Cangar, Malang &
Jatikerto)
 Tabel Pengamatan Faktor Abiotik
 Klasifikasi Vegetasi
 Identifikasi Tumbuhan
 Analisa Vegetasi
 Tabel SDR
 Interpretasi Hasil Perhitungan SDR
4.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)
 Kerapatan dan Strata Kanopi
 Tebal Seresah
 Keadaan Suhu (Tanah dan Udara)
 Keanekaragaman binatang yang ada di atas dan di dalam
tanah
 Potensi erosi yang terjadi pada wilayah pengamatan
4.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
 Gambar Literatur Arthropoda yang didapat
 Klasifikasi
 Bioekologi Serangga
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi
Matahari)
4.2.2 Faktor Abiotik (Tanah)
4.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Kritik
5.3 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Perhitungan SDR
- Lampiran Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hubungan makhluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali
jenis-jenis makhluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang sangat
kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amoeba dan
bakteri. Meskipun demikian semua makhluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa
hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada makhluk hidup yang lain
atupun benda lain disekelilingnya. Antar makhluk hidup yang saling
membentuk hubungan timbal balik dengan lingkungannya disebut ekosistem.
Ekosistem terdiri atas komponen yang bekerja secaara teratur sebagai suatu
kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup
(abiotik) di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan tempat
yang teratur. Keteraturan terjadi oleh adanya materi dan energi yang terkendali
oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem.
Ekologi menunjukkan suatu keadaan atau susunan dari sistem ekologi
pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan itu termasuk kepadatan atau
kerapatan, biomassa, penyebaran potensi unsur-unsur hara, energi, faktor-
faktor fisik dan kimia lainnya yang memberi karateristik kondisi sistem
tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya
menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi dan
ekosistem. Pada bidang pertanian yaitu seperti : tanah, biota tanah, vegetasi,
hewan/ternak, komponen iklim (hujan, radiasi, matahari), nutrisi/pupuk,
pestisida, sungai, air, manusia, teknologi, dan lain-lain.
Ekologi pertanian adalah aplikasi dari konsep ekologi yang prinsip-
prinsipnya untuk menyusunserta mengatur agroekosistem berkelanjutan.
Agroekosistem sebagai bentuk ekosistem binaan manusia ditujukan untuk
memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yaang sesuai
dengan kebutuhan manusia.
Konsep agroekosistem yaitu terjadi interaksi antara komponen pertanian
dan bila interaksi normal lebih besar maka akan terjadi keseimbangan.
Dalam sistem ekologi tumbuhan, kehidupan tanaman selalu mengalami
interaksi terhadap lingkungannya. Baik pada sesama tumbuhan maaupun
dengan lingkungan sekitarnya dan membuat suatu siklus yang selalu
berkesinambungan.
Praktikum Ekologi pertanian ini dilakukan untuk mempelajari interaksi
antara komponen–komponen yang ada dalam sistem pertanian atau lebih
tepatnya mempelajari hubungan timbalbalik antar komponen agroekosistem
dan proses–proses Ekologi. Khusus untuk study lapang ekologi pertanian ini,
dilakukan pada dataran rendah Jatikerto semusim yang akan membahas
tentang analisis vegetasi dan keragaman Anthropoda.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumasan masalah yang ingin dicapai dalam laporan ini, yaitu sebagai
berikut.
1. Bagaimana klasifikasi vegetasi dan keadaan faktor abiotik ( suhu, udara,
dan radiasi matahari ) pada tanaman semusim dan tahunan di Cangar,
Malang dan Jatikerto?
2. Bagaimanakeragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman semusim
dan tahunan di Cangar, Malang dan Jatikerto?
3. Bagaimana perbandingan keragaman Anthropoda pada agroekosistem
tanaman semusim dan tahunan di Cangar, Malang dan Jatikerto?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari studi lapang yang dilakukan di Jatikerto, Cangar dan
Malang, yaitu sebagai berikut.
1. Menganalisis vegetasi dan keadaan faktor abiotik (suhu, udara, dan radiasi
matahari) pada tanaman semusim, tahunan pada daerah Jatikerto, Cangar
dan Ngijo.
2. Mengetahui keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman
semusim, tahunan pada daerah Jatikerto, Cangar dan Ngijo.
3. Membandingkan keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman
semusim, tahunan pada daerah Jatikerto, Cangar dan Ngijo.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dalam laporan ini diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui klasifikasi vegetasi tumbuhan maupun hewan di Jatikerto dan
Cangar
2. Mendeskripsikan keadan faktor abiotik di Jatikerto, Cangar, dan Ngijo
3. Dapat mengetahui hubugan antara faktor biotik dan abiotik pada tumbuhan
4. Dapat mengidentifikasi keragaman arthopoda di Jatikerto, Cangar dan
Ngijo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Vegetasi
Menurut Greig-Smith (1983) Analisis vegetasi adalah suatu cara
mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)
vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah
bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan.
Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi,
dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada
secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu
representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis
tumbuhan pembentuk komunitas tersebut. (Sagala, E.H.P, 1997)
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum. (Odum, 1998)
2.1.1 Faktor Abiotik
 Suhu
Pengertian suhu mencakup dua aspek, yaitu: derajat dan
insolasi. Insolasi menunjukkan energi panas dari matahari dengan
satuan gram kalori/cm2
/jam mirip dengan pengertian intensitas
pada radiasi matahari. Jumlah insolasi/suhu suatu daerah
bergantung pada : a). Lattitude (letak lintang) suatu daerah. Di
khatulistiwa insolasi lebih besar dan sedikit variasi dibandingkan
dengan subtropis dan daerah sedang.b). Alttitude (tinggi tempat
dari permukaan laut). Semakin tinggi alttitude insolasi semakin
rendah.c). Musim, berpengaruh terhadap insolasi dalam kaitannya
dengan kelembapan udara dan keadaan awan dan d). Angin, juga
sering berpengaruh terhadap insolasi, apalagi angin tersebut
membawa uap panas.
Selain keragaman antar daerah, suhu juga bervariasi
berdasarkan waktu, baik suhu udara maupun suhu tanah. Tanah
lebih cepat menerima panas daripada udara, akan tetapi akan
semakin siang panas yang diterima akan sama karena udara selain
menerima radiasi dari matahari, juga konduksi dari tanah.
Suhu berkisar antara daerah tropis panas sampai suhu kutub
hanya beberapa kali di daerah padang pasir selama satu dekade.
 Radiasi Matahari
Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari
proses thermonuklir yang terjadi di Matahari. Energi radiasi
Matahari berbentuk sinar dan gelombang
elektromagnetik.Spektrum radiasi Matahari sendiri terdiri dari dua
yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang
panjang.Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x,
sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang
panjang adalah sinar infra merah. Jumlah total radiasi yang
diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) factor yaitu :
1. Jarak Matahari
Setiap perubahan jarak bumi dan Matahari menimbulkan
variasi terhadap penerimaan energi Matahari.
2. Intensitas Radiasi Matahari
Intensitas radiasi matahari merupakan besar kecilnya sudut
datang sinar Matahari pada permukaan bumi.Jumlah yang
diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut
datang.Sinar dengan sudut datang yang miring kurang
memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena
energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena
sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih
jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak
lurus.
3. Panjang hari (sun duration)
Panjang hari yaitu jarak dan lamanya antara Matahari terbit dan
Matahari terbenam.
4. Pengaruh atmosfer
Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-
gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan
sisanya diteruskan ke permukaan bumi.
2.2 Faktor Abiotik Tanah
 Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan
oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah
memiliki sifat, tekstur, dan kandungan garam mineral tertentu.
Tanah yang subur sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan
baik pada tanah yang subur. Setiap makhluk hidup dalam
ekosistem menempati suatu tempat yang spesifik. Tempat hidup
tersebut antara lain di dasar perairan, di bawah bebatuan, atau di
dalam tubuh makhluk lainnya. Itulah sebabnya pada tempat-tempat
tertentu kita dapat menemukan makhluk hidup yang khas dan tidak
dijumpai di tempat lainnya. Tempat hidup yang spesifik dikenal
dengan istilah habitat.
Untuk melakukan berbagai aktivitas hidupnya, setiap
makluk hidup membutuhkan energi dan nutrien. Kebutuhan hidup
tersebut dapat dipenuhi melalui berbagai proses yang dapat
menentukan kedudukan mereka dalam suatu ekosisitem. Dalam hal
ini, makhluk hidup dapat berperan sebagai produsen, konsumen,
dekomposer, predator, mangsa, parasit, atau pesaing. Masing-
masing makhluk hidup dengan peranannya yang berbeda-beda
secara bersama-sama dengan lingkungan abiotiknya akan
membentuk suatu relung ekologi.
Istilah relung (niche) dalam ekologi dapat diartikan sebagai
tempat atau cara hidup. Relung ekologi setiap spesies meliputi
semua macam hubungan antara spesies dengan lingkungannya.
Contohnya tikus sawah yang dipengaruhi oleh faktor abiotik,
misalnya struktur, air, dan iklim di sawah. Sebaliknya tikus sawah
juga mempengaruhi lingkungan abiotik dengan membuat lubang-
lubang di pematang sawah tempat berlindung dan
menyembunyikan makanan. Cara hidup tikus sawah tersebut tidak
akan dapat berlangsung di daerah padang pasir atau habitat lainnya.
Setiap spesies memerlukan habitat yang sesuai dengan cara
hidupnya. Dengan demikian, relung ekologi merupakan cara hidup
suatu makhluk hidup pada suatu habitat.
2.3 Arthropoda
Phylum arthropoda merupakan phylum yang terbesar dalam
measyarakat binatang dan juga merupakan phylum yang penting
untuk manusia. Dalam phylum arthropoda ini, ada lima kelas yang
penting, diantaranya kelas insecta (hexapoda). Lebih dari 75%
binatang uang hidup dibumi termasuk dalam phylum arthropoda
dan lebih kurang 90% dari arthropoda termasuk dalam kelas
hexapoda.
Arthropoda asal kata dari arthro yang artinya ruas,
sedangkan poda asal dari pod yang artinya kaki, jadi arti
seluruhnya binatang yang kakinya beruas. Selain kakinya beruas
badannya pun terdiri dari segmen-segmen (bagian-bagian).
Kelas Serangga (Hexapoda)
Serangga disebut juga insecta (hexapoda). Insect berasal dari kata
insecare, in artinya menjadi, secare artinya memotong atau membagi,
maka insecta artinya binatang yang badannya terdiri dari segmen-segmen.
Hexapoda, berasal dari kata hexa yang artinya enam dan poda artinya kaki,
jadi hexapoda artinya binatang yang berkaki enam.
1. Ordo Homoptera
Ciri-ciri ordo homoptera : ada yang bersayap dan ada yang tidak
bersayap, antena berfariasi, ada yang pendek dan kaku seperti rambut,
kadang panjang seperti benang. Tipe mulut penghisap. Mengalami
metamorfosis tidak sempurna.
Contohnya : wereng garengpung, dan kutu.
2. Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari bahasa yunani, ortho artinya lurus dan ptera
artinya sayap. Yang termasuk dalam ordo ini jangkrik, gangsing, anjing
tanah (orong-orong), kecoa, lipas, belalang kayu, belalang setan, belalang
sembah, belalang kerik, belalang kelapa (sexava) dan lain-lain. Suara
serangga ini asalnya bukan dari mulut, tetapi dari sayap muka yang
digosok-gosokkan bersama (misalnya jangkrik) atau sayap muka dan
belakang digosok-gosokkan atau juga bagian dalam dari paha digosok-
gosokkan pada tepi sayap muka nya. Biasanya yang bersuara hanya jenis
yang jantan. Sayap Orthoptera ada dua pasang, sepasang dimuka, sempit,
tebal, dan biasanya berwarna seperti badannya dan urat nya jelas; sepasang
terletak di belakang, tipis (seperti membran), luas (lebar), bila istirahat
melipat seperti kipas: biasanya terdapat satu ovipositor dan cerci.
Mulutnya untuk mengunyah. Prothorax besar dan jelas. Metamorfosa
bertahap.
3. Ordo Odonata
Ciri-ciri ordo odonata mempunyai dua pasang sayap. Antena
pendek seperti bulu keras. Tipe mulut megunyah. Mengalami
metamorfosis tidak sempurna. Larva hidup di air. Bersifat karnivora.
Contohnya : capung, dan capung jarum.
4. Ordo Thysanoptera (Thrips)
Berasal dari bahasa yunani, thysanos artinya rumbai-rumabai, ptera
artinya sayap, jadi arti seluruhnya adalah pada tepi sayapnya terdapat
rambut yang berumbai-rumbai. Thrips panjangnnya 1-2 mm, berwarna
hitam, kadang-kadang ada titik merah atau garis merah, datar, langsing,
metamorfosa sederhana, yang muda warnanya putih, kuning, atau merah.
Bagian mulut untukl menusuk dan mengisap. Thrips terutama mengisap
cairan dari permukaan daun seperti perak Ini disebabkan masuknya udara
dalam sel-sel yang telah diisap cairannya. Ada subordo thrips yaitu :
Terebrantia dan Tubulifera.
5. Ordo Hemiptera
Hemi artinya setengah, sedang ptera artinya sayap. Disebut demikian
karena sayap mukanya sebagian menevbal dan sebagian tipis sebagai
membran atau disebut hemelytra . Ordo ini dibagi dua subordo yaoitu
heteroptera dan tromoptera. Yng termasuk heteroptera biasanya pasangan
sayap mukanya (hemelytra) , bagian dasarnya menebal dan bagian
ujungnya tipis sebagai membran, sedang yang termasuk homoptera
seluruh sayap mukanya tipis seperti membran.Kerugian yang disebabkan
hemiptera pada tanaman diantaranya yaitu: 1)karena mulutnya berbentuk
alat penusuk untuk mengisap maka akan mengakibatkan timbulnya
bercak-bercak nekrose, bercak-bercak pusat, daun-daun berkeriting
misalnya pada tomat, atau juga bisa menyebabkan pembengkakan;2)
menyebarkan penyakit, misalnya virus pada tanaman tomat dan padi.
6. Ordo Lepidoptera (Kupu-kupu)
Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, lepidos yang artinya sisik
sedang ptera artinya sayap, jadi sayap serangga ini berisik.
Ukurannya ada yang kecil dan ada yang besar, jumlah sayapnya 4, dan
tertutup dengan sisik. Badan dan kakinya juga tertutup sisik. Antenanya
ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang. Bagian mulutnya
saling berhubungan membentuk tabung. Pengisap seperti spiral. Badan
larva terdiri dari 13 segmen. Bagian mulutnya dilengkapi alat untuk
menggigit. Larva ini mempunyai 3 pasang kaki pada dada (thorax) dan
biasanya ada kaki 5 pasang kaki pada bagian perut (abdomen), yang
disebut kaki semu (proleg). Tiap pasang kaki semu ini terikat pada segmen
perut ke 6,7,8,9, dan 12, pada ujung kaki (proleg) terdapat semacam kait
dari khitin. Perkembangannya secara holomet bolis, yakni ulat menjadi
pupa kemudian menjadi kupu-kupu.
Kupu-kupu ini ada yang sayapnya berbentuk atap menutupi
tubuhnya bila istirahat (Heterocera), dan ada pula yang kalau istirahat
sayapnya tegak lurus di atas badannya (Rhopalocera). Kupu-kupu yang
keluar malam biasanya disebut ngengat, sedang yang keluar siang disebut
kupu-kupu. Ngengat biasanya bila istirahat sayapnya menutupi badannya.
Kupu-kupu yang kecil biasanya dikelompokkan dalam
Microlepidoptera,sedang yang besar dalam Macrolepidoptera.
7. Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari bahasa (Yunani kuno) koleos yang artinya
pelindung dan ptera yang artinya sayap. Diberi nama demikian karena
sayap muka serangga yang termasuk ordo ini menebal sebagai pelindung
sayap belakangnya. Kadang-kadang sayap muka yang menebal ini disebut
juga elytra. Kalau sedang beristirahat, sayap serangga ini tidak saling
menutup tetapii terletak berdampingan sehingga membentuk garis tengah.
Mulut serangga ordo ini termasuk tipe untuk menggigit dan mengunyah.
Makanan larva dan serangga dewasa pada umumnya berbeda. Umumnya
makan mereka berupa hewan, tanaman yang masih hidup maupun yang
sudah mati, ada pula yang makan akar tanaman. Larva dapat dibedakan
dengan larva dari kupu-kupu yaitu tidak mempunyai kaki semu (proleg).
Bentuk telur umumnya oval, halus dan sederhana. Yang dewasa pada
umumnya bersayap tetapi terbangnya tidak baik, mungkin karena
terganggu elytranya. Berkembang biak dengan cara metamorphosa
sempurna atau holometabolous. Dari seluruh anggota kelas serangga,
empat puluh persennya merupakan ordo Coleoptera, dan terdiri tidak
kurang dari 250 ribu spesies.
8. Ordo Hymenoptera
Hymenoptera berasal dari bahasa Yunani kuno uman atau hymen
yang artinya kulit tipis, membran, dan ptera yang artinya sayap. Disebut
demikian karena sayap ordo seperti membran yang telanjang tak ada
pelindungnya. Dalam ordo terdapat beberapa keluarga pemakan tanaman,
tetapi sebagian besar merupakan pemakan binatang lain.
9. Ordo Dipteral
Diptera berasal dari bahasa Yunani kuno di yang artinya dua dan
ptera yang artinya sayap. Disebut demikian karena serangga yang
tergolong dalam ordo ini mempunyai sepasang sayap. Yang termasuk
dalam ordo ini adalah lalat dan nyamuk. Serangga yang termasuk dalam
ordo ini ada yang berukuran kecil sampai sedang, ada yang aktif pada
yang berukuran kecil sampai sedang, ada yang aktif pada siang hari dan
ada pula yang aktif malam hari, atau waktu cahaya remang-remang pada
waktu pagi-pagi hari atau senja hari. Ada yang hidup di darat, ada yang di
air. Cara makannya bervariasi, ada yang mengisap ada yang menjilat,
menusuk atau dengan bagian-bagian mulut yang telah mengalami
degenerasi, rudimeter (vestigial) dan mengalami metamorfose sempurna.
Matanya besar, ocellinya biasanya ada tiga.
Larva ordo ini disebut belatung, serta jentik-jentik, warna belatung
putih, tidak berkaki, kepalanya kecil, makin ke belakang makin membesar.
Biasanya bila terganggu akan melenting. Belatung hidup dalam buah,
batang, tangkai daun atau sebagai parasit binatang. Biasanya menjadi pupa
dalam tanah, tidak di dalam sumber makanan. Sementara jentik-jentik
hidup dalam air.
10. Ordo isoptera
Memiliki ciri-ciri tubuh lunak, memiliki dua sayap, yaitu sayap
depan berupa sayap yang agak menebal seperti kulit. Bersifat hemitabola.
Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks
berhubungan langsung dengan abdomen yang ukuran lebih besar,
merupakan serangga sosial. Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Tipe mulut mengunyah, cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem
pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Yaitu raja ratu dan
prajurit atau tentara. Contohnya : rayap.
Kelas Arachnida (labah-labah)
Ordo Acarina (tungau)
Tungau termasuk dalam ordo Acarina, klas Arachnida,
bukan termasuk golongan serangga dan jumlah kakinya pada
umumnya 8 (serangga jumlah kakinya 6). Tungau itu binatang
kecil, berkulit lunak dengan kerangka khitin. Yang besarnya
melebihi 0.5 mm sangat jarang. Warnanya bermacam-macam dari
hijau sampai merah. Badannya tidak beruas (segmen). Bentuknya
menyerupai kantung, bagian mulutnya menonjol, kepalanya
menjadi satu dengan badan. Bagian-bagian mulut dapat
disesuaikan untuk menggigit, menggergaji, mengisap, atau
menusuk. Perkembangan tungau mengalami beberapa instar.
Tungau dewasa mempunyai 4 pasang kaki tetapi yang masih larva
hanya 3 pasang. Kecuali tungau bisul yang termasuk dalam
keluarga Eriophydae hanya mempunyai 2 pasang kaki.
Pernapasannya melalui spiracles dan tracheae atau melalui
kutikula. Perkembangbiakannya biasanya secara seksual. Baik
oviparous (telur menetas setelah di luar tubuh induk) atau
viviparous (melahirkan anak). Tungau biasanya membuat sarang
labah-labah yang luas dan mereka hidup di bawahnya.
Perkembangannya akan pesat bila udara panas dan kering. Hujan
yang lebat dapat mengurangi populasi dalam waktu yang singkat.
Tungau parasit suka hidup di bagian terlindung, di balik daun.
Banyak merusak dau, batang dan buah, yang megakibatkan
perubahan warna dan bentuk, timbul bisul-bisul, dan buah rontok
sebelum waktunya. Ada jenis tungau yang menjadi predator hama
lain, hingga bisa dipergunakan untuk pengendalian hama secara
biologis.
Peranan arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di alam ada 3 macam,
antara lain :
1. Hama
Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada
tingkat populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga
dapat menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas
dan secara ekonomis merugikan. Contoh: serangga tikus pada
tanaman padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangan
Crocidomolia binotalis yang menyerang pucuk tanaman kubis-
kubisan.
2. Predator
Predator merupakan organism yang hidup bebas dengan
memakan atau memangsa binatang lainnya. Contohnya:
Menochilus sexmaculatus yang memangsa Aphid sp.
3. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau
binatang arthropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada
fase pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak
terikat pada inangnya. Contoh: Diadegma insulare yang
merupakan parasitoid telur dari Plutella xylostela. Apabila telur
yang terparasit sudah menetas maka D. insulare akan muncul.
2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Lingkungan hidup dari suatu organisme adalah semua faktor biotik dan
abiotik yang potensial mempengaruhi organisme. Lingkungan tersebut
juga merupakan habitat organisme yang terdiri dari komponen biotik dan
abiotik yang keduanya secara potensial mempengaruhi kehidupan makluk
hidup tersebut. Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor
fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah
suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin, dan garis lintang. Faktor
biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi,
baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan
mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Sedangkan lingkungan hidup tanaman dibagi dalam dua kelompok
besar, pertama: lingkungan makro yaitu suatu lingkungan yang
berpengaruh secara umum atau regional, sedangkan yang kedua adalah
lingkungan mikro adalah lingkungan yang paling dekat dengan tanaman
yang secara potensial berpengaruh terhadap organ tersebut, jadi
merupakan suatu lingkungan dimana tumbuhan harus bertanggap.
Lingkungan makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan mikro
sebagai contoh adalah lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat
berbeda dengan lingkungan luar kanopi tersebut khususnya pada
kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya dan temperatur tentunya,
lingkungan mikro di bawah suatu batuan di gurun tentu lebih dingin
dibandingkan dengan diluar bebatuan tersebut.
Kecepatan angin pada lingkungan mikro pada satu mm dari
permukaan daun tentu mempunyai kecepatan angin yang berbeda dengan
bagian organ lain, sehingga dikatakan lingkungan mikro adalah
lingkungan dimana tanaman mampu bertanggap.
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang
lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang
sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-
individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar
kita. Adapun macam-macam interaksi yang terjadi dalam kehidupan antara
lain interaksi antar organisme, interaksi antar populasi dan interaksi antar
komunitas.
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang
lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang
sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-
individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar
kita. Adapun macam-macam interaksi yang terjadi dalam kehidupan antara
lain interaksi antar organisme, interaksi antar populasi dan interaksi antar
komunitas.
Faktor Iklim Mikro
1. Intensitas Cahaya
Cahaya adalah unsur terpenting bagi tanaman untuk
melakukan fotosintesis. Pada proses ini dapat menghasilkan
sumber makanan di ekosistem sehingga ketersediaan cahaya
merupakan faktor penting. Cahaya dapat menembus udara dengan
sangat mudah, sehingga sebagian tanaman terestrial akan
mendapatkan banyak cahaya. Cahaya merupakan gelombang yang
membawa energi dari panas matahari, dan intensitas cahaya
merupakan aspek terpenting diantara aspek pendukung lainnya
(Strandtmann, 1967).
2. Temperatur
Temperatur tahunan dapat dijadikan sebuah parameter
temperatur. Hubungan temperatur lebih banyak berkaitan dengan
lamanya musim pertumbuhan serta beberapa proses yang
bergantung pada temperatur selain proses fotosintesis. Di darat
suhu dapat dengan mudah bervariasi 20º C dari siang hingga
malam, dan bahkan lebih dari musim panas ke musim dingin
(Krebs, 1978)
3. Kelembaban Relatif
Kelembaban udara menggambarkan suatu perbandingan
antara tekanan uap pada saat itu dengan uap air jenuh pada suhu
yang sama.
Faktor Edaphis
1. Jenis, struktur dan tekstur tanah
Tanah adalah bagian dari ekosistem yang menghasilkan
input energi dan matrial dari atas yg berinteraksi dengan pelapukan
yang lambat. Hal yang dapatmempengaruhi jenis tanah antara lain
bentuk,ukuran dan jumlah partikel yang terkandung. Beberapa tipe
tanah yang dapat dihuni oleh organisme antara lain latosol,
andosol, podsol, grumusol, regosol, aluvial dan laiinya. Sturktur
tanah dapat meliputi beremah, beragregat, tidak beragregat, atau
lainnya. Sedangkan untuk tekstur dapat berupa pasir, pasir
berdebu, tanah berdebu, tanah liat dan lainnya. Lima faktor yang
dapat mempengaruhi hasil akhir dari karakteristik tanah antara lain
iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
2. Temperatur dan Keasaman Tanah
Temperatur sangat berpengaruh terhadap proses
penyerapan nutisi atau zat hara yang terkandung dalam tanah.
Semakin tinggi nilai temperatur menunjukkan semakin cepat
proses terjadinya reaksi tersebut, selain itu dapat juga bermanfaat
dalam kecepatanpenguraian serasah.
Sifat kimia tanah meliputi pH tanah dan unsur-unsur yang
terkandung didalamnya. Mengetahui besaran nilai pH tanah sangat
diperlukan untuk dapat mengetahui kualitas dari tanah tersebut.
Proses penghitungan pH dapat ditentukan dengan pengambilan
sampel yang kemudian sampel yangkemudain akan disuspensi
sehingga dapat diketahui nilai pHnya.
3. Ketebalan serasah dan humus
Bentuk susunan vertikal tanah menunjukkan profil tanah.
Dalam bentuk yang ideal, profil tanah tanah terdiri dari suatu seri
lapisan horinsontal yang berbeda atau disebut horison. Permukkaan
atas merupakan serasah yang terdiri dari litter (lapisan yang terdiri
dari sisa tanaman dan binatang yang tidak dapat terurai). Lapisan
kedua terdapat lapisan humus yang dihasilkan oleh dekomposisi
binatang dan tanaman yang mati. Kedua lapisan ini terdiri dari
bahan organik, dengan partikel-partikel yang relatif kecil.
4. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang bisa mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terganggu. Menurut Tarigan (1996)
pengaruh salinitas terhadap perumbuhan tanaman tergantung pada
jumlah garam yang ada di dalam tanah, jenis dan varietas tanamn,
serta jumlah dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Desai et al.
(1997) menyatakan bahwa cekaman salinitas berpengaruh pada
perkecambahan melalui pencegahan pengambilan air dengan
tekanan osmotik dan masuknya ion beracun bagi perkembangan
embrio atau kecambah. Mensah et al. (2006) menambahkan bahwa
pada kacang tanah yang tercekam salinitas terjadi penundaan
perkecambahan dan mengurangi persentase perkecambahan, saat
konduktivitas elektrik lebih besar dari 2.60 mS/cm. Vigor
kecambah, panjang akar, tinggi tanaman, dan bobot kering
tanaman cenderung menurun dengan meningkatnya salinitas.
Pengaruh salinitas dalam menghambat pertumbuhan tanaman akan
semakin tinggi dengan semakin meningkatnya tingkat salinitas
tersebut.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan beserta Fungsinya
3.1.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik (Radiasi Matahari)
1) Alat
a) Busur modifikasi : Pembidikan tinggi pohon
b) Cetok : Untuk menggali tanah
c) Gunting : Untuk memotong tali raffia
d) Lux Meter : Alat untuk mengukur intensitas
radiasi matahari
e) Meteran jahit : Untuk mengukur panjang blok yang
akan dibagi
f) Penggaris : Untuk mengukur panjang, dan
tinggi vegetasi
g) Plastik ukuran 1,5 kg : Wadah sampel tanaman dan
serangga
h) Tali rafia : Untuk membuat kotak pengamatan
dan digunakan untuk pembagi kotak
pengamatan menjadi beberapa plot
i) Alat tulis : Mencatat data vegetasi yang
terdapat di dalam plot
j) Kamera : Untuk dokumentasi
k) Buku flora : Sebagai panduan untuk
mengidentifikasi tumbuhan yang
belum diketahui yang ada di dalam
plot
3.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)
1) Alat
a) Cetok : Untuk mengambil tanah
b) pH meter : Untuk mengukur pH dan kelembaban tanah
c) Termometer : Untuk mengukur suhu tanah
d) Kamera : Untuk dokumentasi
e) Alat Tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
f) Tali Rafia : Untuk membagi subplot pada tiap plot
g) Frame : Untuk mengamati vegetasi, seresah,
mikoorganisme dalam tanah
h) Kantung plastik : Untuk mengambil tanah
3.1.3 Faktor Biotik (Keanekaragaman Arthropoda pada argoekosistem)
1) Alat
a) Swept net : Untuk menangkap serangga atau
hama
b) Plastik ukuran 1,5 kg : Wadah sampel tanaman dan
serangga
c) Kamera : Untuk dokumentasi
d) Buku KDS : Sebagai panduan untuk
mengidentifikasi seragga yang
belum diketahui yang ada di dalam
plot
e) Kapas : Untuk mempermudah pengambilan
arthropoda yang terdapat di dalam
plastik serta untuk media penyerap
alkohol
f) Gelas Plastik : Untuk media pittfall
2) Bahan
a) Alkohol : Membius serangga
b) Air : Untuk pelarut deterjan
c) Deterjen : Sebagai daya tarik serangga
3.1.4 Pengaruh faktor lingkungan terhadap tanaman (polybag)
1) Alat
a) Polybag : Sebagai tempat tanah dan tumbuhnya
tanaman (pengganti pot)
b) Salinity Meter : Untuk mengukur kadar garam
c) Cetok : Untuk mengambil tanah
d) Penggaris : Untuk mengukur panjang, dan tinggi
vegetasi
e) Kamera : Untuk mendokumentasi
f) Alat Tulis : Untuk mencatan pertumbuhan tanaman
2) Bahan
a) Biji Kedelai : Sebagai objek penelitian
b) Air : Untuk menyiram tanaman
c) Garam : Untuk perlakuan salinitas
d) Tanah : Sebagai media tanaman
3.2 Langkah Kerja di Lapang (Teknis Lapang)
3.2.1.1 Analisis Vegetasi
Membuat sub plot pada area plot semusim 5x5 yang telah
disediakan dengan tali rafia.
- Sub plot 1 sebesar 5m x 2,5m
- Sub plot 2 sebesar 2,5m x 2,5m
- Sub plot 3 sebesar 2,5m x 1,25m
- Sub plot 4 sebesar 1,25m x 1,25m
- Sub plot 5 sebesar 1,25m x 1,25m
Mengidentifikasi/menginventarisasi vegetasi yang masuk dalam
sub plot pengamatan. Mengamati vegetasi di dalam sub plot yang
terdiri dari spesies, jumlah individu.
Mengukur diameter dari tumbuhan yang paling besar di seluruh
plot (D1 dan D2).
Mengambil sampel dari spesies yang belum diketahui jenisnya.
Sampel dapat digunakan untuk diidentifikasi dengan
menggunakan sumber informasi lain seperti buku identifikasi
flora, website internet, dan sumber lainnya.
Menghitung SDR sesuai dengan rumus dan memasukannya di
dalam tabel.
3.2.1.2 Faktor Abiotik Suhu Tanah
Membuka tutup batang thermometer tanah. Jangan sentuh batang
besinya, sebab akan mempengaruhi pengukuran suhu.
Menancapkan alat pada tanah.
Menunggu beberapa saat. Kemudian akan terlihat angka di layar
termometer tanah yang menunjukkan suhu udaranya.
3.2.1.3 Faktor Abiotik Intensitas Matahari
Membuka tutup Lux meter.
Menekan tombol nomor 3 untuk mengukur intensitas matahari
pada alam bebas yang tidak ada naungan.
Mengarahkan Lux meter ke arah datangnya sinar matahari.
Melihat angka yang sering muncul.Angka tersebut adalah hasil
pengukuran.
Mencatat hasil pengukuran tersebut pada tabel pengamatan.
3.2.1.4 Faktor Abiotik Kelembaban Tanah
Menyingkirkan seresah di atas tanah.
Menancapkan ujung PH meter perlahan-lahan ke dalam tanah.
Menekan dan menahan tombol pada PH meter, lalu melihat hasil
pengukuran.
Mencatat hasil pengukuran.
3.2.1.5 Faktor Abiotik PH Tanah
Menyingkirkan seresah di atas tanah.
Menancapkan ujung PH meter perlahan-lahan ke dalam tanah.
Mencatat hasil pengukuran.
3.2.2 Faktor Abiotik (Tanah)
Meletakkan Frame pada tanah.
Mengidentifikasi seresah di dalam Frame.
Menekan seresah ke permukaan tanah.
Mengukur ketebalan seresah tersebut dengan penggaris.
Mencatat hasil pengukuran.
3.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
Menangkap serangga dengan mengayunkan swept net (satu
langkah sama dengan tiga kali ayunan).
Serangga yang tertangkap dimasukkan ke dalam plastik
berukuran setengah kilogram kemudian diberi alkohol 70%.
Mengambil serangga yang sudah tertangkap di dalam pitfall traps.
Kemudian dimasukkan ke dalam plastik berukuran setengah
kilogram.
Menggali tanah dengan ukuran 20cm x 20cm dan kedalaman
10cm.
Mencari serangga yang terdapat di dalam galian
tersebut.Kemudian masukkan ke dalam plastik yang sudah diberi
alkohol 70%.
3.2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (polybag)
Menyiapkan air ke dalam ember.
Masukkan garam lalu diaduk rata.
Mencelupkan Salinity meter lalu mengukur kadar garamnya
hingga 1200 ppm.
Menyiram air garam tersebut ke tanaman.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan + Tabel Pengamatan (Cangar & Jatikerto)
4.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari)
4.1.1.1 Pengamatan Vegetasi (Cangar, Malang & Jatikerto)
Tabel 4.1 Analisis Vegetasi Tanaman Semusim (Cangar)
Luas Plot: 5m x 5m
No. Spesies D1
(cm)
D2
(cm)
Petak contoh ke- LBA
1 2 3 4 5
1. Canadian
Horseweed
(Conyza
canadensis L.)
170 96 151 103 22 7 8 2598,7
2. Kubis
(Brassica
oleracea)
40 42 18 17 8 1 1 267,5
3. Rumput Teki
(Cyperus
rotundus)
33 20 310 175 52 31 29 157,6
4. Rumput
Belulang
(Eleusine indica
(L) Gaertn)
6 24 11 5 3 - - 22,9
5. Wedusan
(Ageratum
conizoidees L.)
12 4 15 6 - 1 - 3,8
Tabel 4.2 Analisis Vegetasi Tanaman Tahunan (Jatikerto)
Luas Plot: 5m x 5m
No. Spesies D1
(cm)
D2
(cm)
Petak contoh ke- LBA
1 2 3 4 5
1. Singkong
(Manihot
utilissima)
3 1 9 2 3 - - 0,48
2. Puteri malu
(Mimosa
pudica)
1 20 26 13 1 2 2 3,18
3. Alang-alang
(Imperata
cylindrical)
30 5 16 - 1 - - 23,89
4. Rumput teki
(Cyperus
rotundus)
25 18 196 98 1 - 1 71,66
5. Rumput gajah
mini
(Pennisetum
purpureum)
14 23 89 56 24 14 7 51,27
6. Iller (Coleus
atropurpureus
L.)
35 8 3 1 1 - - 44,59
7. Tanaman X 116 6 14 8 3 - - 110,82
8. Semanggi
(Marsilea)
12 1 36 17 6 1 1 1,91
4.1.1.2 Tabel Pengamatan Faktor Abiotik
Tabel 4.3 Pengamatan suhu tanah, kelembaban, dan radiasi matahari
No. Lokasi
Suhu
Tanah
(0
C)
RH (%)
RM
(Lux)
1. Cangar 18,5 59 1000
2. Jatikerto 28,5 - 22,46
4.1.1.3 Klasifikasi Vegetasi
Tabel 4.4 Klasifikasi Vegetasi Tanaman Semusim Lokasi Cangar
No Gambar Nama Tanaman Klasifikasi
1. Kubis
(Brassica
oleracea)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Sub divisi : Angiospermae
(Berbiji Terbuka)
Kelas : Dicotyledonae
(Berkeping dua)
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea
2. Rumput Teki
(Cyperus
rotundus)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida
(berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
3. Rumput Belulang
(Eleusine indica
(L) Gaertn)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida
(berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
(suku rumput-rumputan)
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica (L.)
Gaertn
4. Canadian
Horseweed
(Conyza
canadensis L.)
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta
(Tumbuhan Berpembuluh)
Superdivision: Spermatophyta
(Tumbuhan berbiji)
Division: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Class: Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)
Subclass: Asteridae
Order: Asterales
Family: Asteraceae
(suku kenikir-kenikiran)
Genus: Conyza Less.
Species: Conyza canadensis
(L.)
5. Wedusan
(Ageratum
conizoidees L.)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Subdivisi : Gymnospermae
(Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae
(berbiji dua)
Famili : Asteracae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum
conizoidees (L.)
Tabel 4.5 Klasifikasi Vegetasi Tanaman Semusim Lokasi Jatikerto
No. Gambar Nama
Tanaman
Klasifikasi
1. Singkong
(Manihot
esculenta)
Kerajaan : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida
(Berkeping dua / dikotil)
ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
upafamili : Crotonoideae
bangsa : Manihoteae
genus : Manihot
spesies : M. esculenta
2. Puteri Malu
(Mimosa
pudica)
Kerajaan : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Magnolipohyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsid
(Berkeping dua / dikotil)
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Mimosoideae
Genus : Mimosa
Spesies : M. Pudica
3. Alang-alang
(Imperata
cylindrical)
Kerajaan : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida
(Berkeping dua / dikotil)
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrical
4. Rumput teki
(Cyperus
rotundus)
Kerajaan : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida
(Berkeping dua/dikotil)
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica
5. Rumput
Gajah Mini
(Pennisetum
purpureum)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida
(berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
(suku rumput-rumputan)
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum
purpureum, Schumacher.
6. Iler (Coleus
scutellarioide
s Linn. Benth)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Sub Divisi : Angiospermae
(Berbiji terbuka)
Kelas : Dicotyledonae
(Berkeping dua)
Bangsa : Solanales
Suku : Lamiaceae
Jenis :
Coleus scutellarioides
7. Tanaman X Kerajaan : Plantae
(Tumbuhan)
(tidak termasuk) : -
Ordo : -
Famili : -
Genus : -
Spesies : -
8. Semanggi
(Marsilea L)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Marsileaceae
Spesies : Marsilea L
4.1.1.4 Identifikasi Tumbuhan
Tabel 4.6 Identifikasi Tumbuhan Lokasi Cangar
No. Gambar Nama
Tanaman
Identifikasi
Daun Batang Akar
1. Kubis Helai daun
lekuk-
lekuk
cenderung
panjang
Memiliki
batang yang
pendek,
tangkai daun
agak panjang
Memiliki
akar
tunggang
2. Rumput
Teki
Daunnya
tunggal,
berpelepah,
bentuk
garis,
seperti
daun
rumput,
jarang
lanset atau
elip, tepi
rata tajam,
hijau tua,
ujung
meruncing
pelan, lebar
2 - 6 mm,
berupa batang
semu,
merupakan
kumpulan
pelepah daun,
batang asli
berupa
rimpang
(Rhizome),
percabangan
Rhizome
membentuk
geragih
(stolon), ujung
stolon menjadi
rumpun baru
Memiliki
akar
serabut
3. Rumput
Belulang
Memiliki
daun terdiri
dari dua
baris, tapi
kasar pada
tiap ujung,
pada
pangkal
helai daun
berambut
atau
berbulu
halus
Memiliki
batang
berbentuk
cekungan,
menempel
pipih. Pelepah
menempel
kuat, batang
seringkali
bercabang
Memiliki
akar
serabut
4. Canadian
Horseweed
- - -
5. Wedusan Bentuk
daun bulat
telur, dan
bagian
tepinya
bergerigi
serta
memiliki
bulu-bulu
halus
Batang
berbentuk
bulat
bercabang,
tegang,
mencapai
ketinggian 60-
120cm
Memiliki
akar
tunggang
Tabel 4.7 Identifikasi Tumbuhan Lokasi Jatikerto
No
.
Gambar Nama
Tanaman
Identifikasi
Daun Batang Akar
1. Singkong
(Manihot
esculenta)
Daun pada
tanaman
singkong
berurat,
menjadi
dengan
cangap 5-9
helai.
Batang
tanaman
singkong
berkayu,
beruas-ruas,
dengan
ketinggian
mencapai 2
meter
Memiliki
akar
tunggang
2. Puteri malu
(Mimosa
pudica)
Berupa
daun
majemuk
menyirip
ganda dua
yang
sempurna.
Jumlah
anak daun
sekitar 5-26
pasang.
Helaian
memanjang
sampai
lanset,
ujung
runcing,
pangkal
memundar,
tepi rata.
Batang puteri
malu
berbentuk
bulat. Pada
seluruh
batang
terdapat
rambut dan
mempunyai
duri yang
menempel,
batang
mengarah
secara miring
ke
permukaan
tanah atau ke
arah bawah.
Putri malu
mempunyai
akar pena
yang sangat
kuat berbeda
dengan akar-
akar tanaman
lainnya, jika
dicabut
langsung
terangkat
seluruh akar-
akarnya.
3. Alang-alang
(Imperata
cylindrical)
Akar
tumbuh
vertikal
dengan
rhizoma
berwarna
putih,
beruas
pendek,
berwarna
putih,
sekulen.
Daun alang-
alang tumbuh
tegak dengan
pelepah daun
yang
memiliki
permukaan
yang hals
serta tulang
daun utama
berwarna
keputihan.
Memiliki
akar serabut.
4. Rumput teki
(Cyperus
rotundus)
Daun
berbentuk
pita,
berwarna
mengkilat
dan terdiri
dari 4-10
helai,
terdapat
pada
pangkal
batang
membentuk
rozel akar,
pelepah
daun
tertutup
tanah.
Pada batang
rumput teki
ini memiliki
ketinggi
mencapai 10
sampai 75
cm.
Terdapat
banyak tunas
yang menjadi
umbi
berwarna
coklat atau
hitam.
Rasanya
sepat
kepahitan dan
baunya
wangi. Umbi-
umbi ini
mengumpul
dan
berkoloni.
5. Rumput
gajah mini
(Pennisetum
purpureum)
Daun agak
lebar,
memanjang,
tipis dan
mempunyai
tulang daun
yang tegap,
mirip
dengan
tumbuhan
tebu.
Batang
runcing
memanjang.
Akar berupa
akar serabut
yang rumpun.
6. Iler (Coleus
scutellarioi
des Linn.
Benth)
Daun
berurat dan
padat
menyerupai
bayam.
Batang
Pohon herba
tegak dan
merayap
dengan tinggi
batang
pohonnya
berkisar 30
cm sampai
150 cm,
penampung
batang
berbentuk
segi empat
dan termasuk
tumbuhan
basah yang
batangnya
mudah patah.
Berbentuk
hati dan
pada tiap
tepiannya
di hiasi
jorong
atau
lekuk-
lekuk tipis
yang
bersambu
ngan dan
didukung
oleh
tangkai
daun dan
memiliki
warna
yang
beraneka
ragam.
7. Tanaman X Daun sirih
berbentuk
jantung,
tunggal,
bagian
ujung daun
runcing,
tumbuh
berselang
seling,
setiap daun
memiliki
tangkai, bila
daun
diremas
akan
mengeluark
an aroma
khas,
panjang
sekitar 5-8
cm dengan
lebar sekitar
2-5 cm.
Batang
umumnya
berwarna
coklat
kehijauan,
batang
berbentuk
bulat,
memiliki
ruas, bagian
ini
merupakan
bakal
tumbuhnya
akar.
Akar
tunggang
terletak di
bawah tanah
dan
merambat
pada tanaman
yang dapat
dirambatinya.
8. Semanggi
(Marsilea
L)
Daun
berwarna
hijau
dengan
diameternya
yang kecil.
Batang tidak
terlalu kuat
sehingga arah
tumbuhnya
mendatar.
Ukuran
batang ini
sekitar 8-20
inchi.
Akarnya
terkadang
berwarna
merah dan
disekelilingn
ya muncul
serabut atau
bulu
warnanya
putih.
  
Analisa Vegetasi
Tabel 4.8 Analisa Tanaman Lokasi Cangar
No. Nama Vegetasi Fase
Tumbuhan
Jumlah Lebar
Kanopi
Tinggi
Tanaman
1. Kubis Vegetatif 45 42 40
2. Rumput Teki Generatif. 579 20 33
3. Rumput Belulang Generatif 19 24 6
4. Wedusan Generatif 22 4 12
5. Canadian Horseweed - 291 96 170
Tabel 4.9 Analisa Tanaman Lokasi Jatikerto
No Nama Vegetasi Fase Tumbuhan Jumlah
Lebar Kanopi
(cm)
Tinggi
Tanaman (cm)
1.
Singkong
(Manihot esculenta)
Vegetatif 14 8 187
2.
Puteri malu (Mimosa
pudica)
Generatif 44 1 20
3.
Alang-alang (Imperata
cylindrical)
Vegetatif 17 5 30
4.
Rumput teki (Cyperus
rotundus)
Generatif 296 25 18
5.
Rumput gajah mini
(Pennisetum
purpureum)
Generatif 190 23 14
6.
Iler (Coleus
scutellarioides Linn.
Benth)
Vegetatif 5 8 35
7. Tanaman X - 25 6 116
8.
Semanggi
(Marsilea L)
Generatif 61 1 12
4.1.1.6 Tabel SDR
Tabel 4.10 Tabel Perhitungan SDR Cangar
No Spesies Kerapatan Frekuensi Dominansi LBA IV
(%)
SDR
(%)Mutlak Nisbi
(%)
Mutla
k
Nisbi
(%)
Mutlak Nisbi
(%)
1 Canadian
Horsewed
58,2 29,87 1 23,8 103,95 85,19 2598,
7
138,8
6
46,2
9
2 Kubis 9 4,62 1 23,8 10,7 8,76 267,5 37,18 12,3
4
3 Rumput
Teki
119,4 61,29 1 23,8 6,3 5,16 157,6 90,25 30,0
8
4 Rumput
Belulang
3,8 1,95 0,6 14,2 0,92 0,75 22,9 16,9 5,63
5 Wedusan 4,4 2,25 0,6 14,2 0,15 0,12 3,8 16,57 5,52
Total 194,8 99,98 4,2 99,8 122,02 99,93 99,8
6
Tabel 4.11 Tabel Perhitungan SDR Jatikerto
Spesies
Kerapatan Frekuensi Dominansi
LBA
IV
(%)
SDR
(%)
Mutla
k
Nisbi
(%)
Mutlak
Nisbi
(%)
Mutlak
Nisbi
(%)
1
Singkong
(Manihot
esculenta)
2,8 2,16 0,6 10,3 45,26 78,75 1131,5 91,21 30,4
2
Putri malu
(Mimosa
pudica)
8 6,18 1 17,24 0,13 0,22 3,18 23,64 7,88
3
Alang-alang
(Imperata
cylindical)
3,4 2,62 0,4 6,89 0,95 1,65 23,88 11,16 3,72
4
Rumput teki
(Cyperus
rotundus)
59 45,5 0,6 10,3 2,6 4,87 71,65 60,27 20,2
5
Rumput
gajah mini
(Penistum
purpurum)
38 29,34 1 17,24 2,05 3,56 51,27 60,14 16,7
6
Iler (Coleus
scutellarioi
des Linn.
Benth)
0,8 0,61 0,6 10,3 1,78 3,09 44,58 14 4,67
7
.
Tanaman X 5 3,86 0,6 10,3 4,43 7,7 110,82 21,86 7,28
8
.
Semanggi
(Marsilea
L)
12,2 9,42 1 17,24 0,07 0,12 1,91 26,78 8,92
4.1.1.7 Interpretasi Hasil Perhitungan SDR
4.1.1.7.1 Cangar
1) Kubis
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi kubis di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 9 dengan kerapatan nisbi sebesar 4,62%, sedangkan
besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar
23,8%. Dominansi mutlak vegetasi kubis sebesar 10,7
dengan dominan nisbi sebesar 8,76%. Diketahui bahwa
kubis memiliki D1 sebesar 40 dan D2 sebesar 42, sehingga
didapatkan LBA (Luas Basal Area) kubis sebesar 267,5.
Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari
jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase
IV kubis sebesar 31,18%, kemudian nilai IV dibagi tga
dapat kita ketahui besar persentase SDR kubis sebesar
10,3%.
2) Rumput Teki
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi rumput teki di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 119,4 dengan kerapatan nisbi sebesar 61,29%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi
nisbi sebesar 23,8%. Dominansi mutlak vegetasi rumput
teki sebesar 6,3 dengan dominan nisbi sebesar 5,16%.
Diketahui bahwa rumput teki memiliki D1 sebesar 33 dan
D2 sebesar 20, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal
Area) rumput teki sebesar 157,6. Besar nilai penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
sehingga didapatkan persentase IV rumput teki sebesar
90,25%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui
besar persentase SDR rumput teki sebesar 30,08%.
3) Rumput Belulang
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi rumput belulang di dalam plot yang berukuran 5m
x 5m sebesar 3,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 1,95%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi
nisbi sebesar 14,2%. Dominansi mutlak vegetasi rumput
belulang sebesar 0,92 dengan dominan nisbi sebesar 0,75%.
Diketahui bahwa rumput teki memiliki D1 sebesar 6 dan
D2 sebesar 24, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal
Area) rumput belulang sebesar 22,9. Besar nilai penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
sehingga didapatkan persentase IV kubis sebesar 16,9%,
kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar
persentase SDR rumput belulang sebesar 5,63%.
4) Wedusan
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi wedusan di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 4,4 dengan kerapatan nisbi sebesar 2,25%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi
nisbi sebesar 14,2%. Dominansi mutlak vegetasi wedusan
sebesar 0,15 dengan dominan nisbi sebesar 0,12%.
Diketahui bahwa wedusan memiliki D1 sebesar 12 dan D2
sebesar 4, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area)
wedusan sebesar 3,8. Besar nilai penting (Important Value)
didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga
didapatkan persentase IV wedusan sebesar 16,57%,
kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar
persentase SDR wedusan sebesar 5,52%.
5) Canadian Horseweed
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi canadian di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 58,2 dengan kerapatan nisbi sebesar 29,87%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi
nisbi sebesar 23,8%. Dominansi mutlak vegetasi canadian
sebesar 103,95 dengan dominan nisbi sebesar 85,19%.
Diketahui bahwa canadian memiliki D1 sebesar 170 dan D2
sebesar 96, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area)
canadian sebesar 2598,7. Besar nilai penting (Important
Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga
didapatkan persentase IV canadian sebesar 138,87%,
kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar
persentase SDR canadian sebesar 46,29%.
4.1.1.7.2 Jatikerto
1) Singkong (Manihot esculenta)
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jaikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi singkong di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 2,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 2,16%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi
nisbi sebesar 10,3%. Dominansi mutlak vegetasi singkong
sebesar 45,26 dengan dominan nisbi sebesar 78,75%.
Diketahui bahwa singkong memiliki D1 sebesar 187cm dan
D2 sebesar 38cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal
Area) singkong sebesar 1.131,5. Besar nilai penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
sehingga didapatkan persentase IV singkong sebesar 91,21
%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar
persentase SDR singkong sebesar 30,4%.
2) Putri Malu (Mimosa pudica)
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi putri malu di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 8 dengan kerapatan nisbi sebesar 6,18%, sedangkan
besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar
17,24%. Dominansi mutlak vegetasi putri malu sebesar
0,13 dengan dominan nisbi sebesar 0,22%. Diketahui
bahwa putri malu memiliki D1 sebesar 1 cm dan D2
sebesar 20 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal
Area) putri malu sebesar 3,18. Besar nilai penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
sehingga didapatkan persentase IV putri malu sebesar
23,64%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui
besar persentase SDR putri malu sebesar 7,88%.
3) Alang-alang (Imperata cylindrical)
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi alang-alang di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 3,4 dengan kerapatan nisbi sebesar 2,62%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,4 dengan frekuesi
nisbi sebesar 6,89%. Dominansi mutlak vegetasi alang-
alang sebesar 0,95 dengan dominan nisbi sebesar 1,65%.
Diketahui bahwa alang-alang memiliki D1 sebesar 30 cm
dan D2 sebesar 5 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas
Basal Area) alang-alang sebesar 23,88. Besar nilai penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
sehingga didapatkan persentase IV alang-alang sebesar
11,16%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui
besar persentase SDR alang-alang sebesar 3,72%.
4) Rumput teki (Cyperus rotundus)
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi rumput gajah mini di dalam plot yang berukuran
5m x 5m sebesar 59 dengan kerapatan nisbi sebesar 45,5%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi
nisbi sebesar 10,3%. Dominansi mutlak vegetasi rumput
gajah minisebesar 2,8 dengan dominan nisbi sebesar 4,87%.
Diketahui bahwa rumput gajah mini memiliki D1 sebesar
25cm dan D2 sebesar 18 cm, sehingga didapatkan LBA
(Luas Basal Area) rumput gajah minisebesar 71,65. Besar
nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN,
FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV rumput
gajah mini sebesar 60,27%, kemudian nilai IV dibagi tiga
dapat kita ketahui besar persentase SDR rumput gajah mini
sebesar 20,2%.
5) Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum)
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi iler di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar
38 dengan kerapatan nisbi sebesar 29,34%, sedangkan
besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar
17,24%. Dominansi mutlak vegetasi iler sebesar 2,05
dengan dominan nisbi sebesar 3,56%. Diketahui bahwa iler
memiliki D1 sebesar 14 cm dan D2 sebesar 23 cm,
sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) iler sebesar
51,27. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan
dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan
persentase IV iler sebesar 60,14%, kemudian nilai IV
dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR iler
sebesar 16,7%.
6) Iler (Coleus scutellarioides Linn. Benth)
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi daun sirih di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 0,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 0,61%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi
nisbi sebesar 10,3%. Dominansi mutlak vegetasi daun sirih
sebesar 1,78 dengan dominan nisbi sebesar 3,09%.
Diketahui bahwa daun sirih memiliki D1 sebesar 35 cm dan
D2 sebesar 8 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal
Area) daun sirih sebesar 44,58. Besar nilai penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
sehingga didapatkan persentase IV daun sirih sebesar 14%,
kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar
persentase SDR daun sirih sebesar 4,67%.
7) Tanaman X
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi semanggi di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 5 dengan kerapatan nisbi sebesar 3,86%, sedangkan
besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi nisbi sebesar
10,3%. Dominansi mutlak vegetasi semanggi sebesar 4,43
dengan dominan nisbi sebesar 7,7%. Diketahui bahwa
semanggi memiliki D1 sebesar 116 cm dan D2 sebesar 6
cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) semanggi
sebesar 110,82. Besar nilai penting (Important Value)
didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga
didapatkan persentase IV semanggi sebesar 21,86%,
kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar
persentase SDR semanggi sebesar 7,28%.
8) Semanggi (Marsilea L)
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun
percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak
vegetasi rumput teki di dalam plot yang berukuran 5m x 5m
sebesar 12,2 dengan kerapatan nisbi sebesar 9,42%,
sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi
nisbi sebesar 17,24%. Dominansi mutlak vegetasi rumput
teki sebesar 0,07 dengan dominan nisbi sebesar 0,12%.
Diketahui bahwa rumput teki memiliki D1 sebesar 12 cm
dan D2 sebesar 1 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas
Basal Area) rumput teki sebesar 1,91. Besar nilai penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
sehingga didapatkan persentase IV rumput teki sebesar
26,78%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui
besar persentase SDR rumput teki sebesar 8,92%.
4.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)
4.1.2.1 Tebal Seresah
Tabel 4.12 Seresah Lokasi Cangar
No. Tebal Seresah Warna Tanah Hewan yang
dijumpai
Tekstur Tanah
1. 0,8 Warna agak
coklat
kekelabuan
hingga hitam
Semut Tekstur tanah
berdebu
2. 1,4
Tabel 4.13 Seresah Lokasi Jatikerto
No . Tebal Seresah Warna Tanah Hewan yang
dijumpai
Tekstur tanah
1. 0,5 Coklat Cacing
Semut
kelabang
Tekstur
seperti tanah
gambur
4.1.2.2 Keadaan Suhu (Tanah dan pH)
Tabel 4.14 Pengamatan suhu tanah, kelembaban, dan
radiasi matahari
No. Lokasi Suhu
(°C)
RH(%) RM
(Lux)
pH
1. Cangar 18,5 59 1000 7,1
2. Jatikerto 28,5 - 22.68 7
4.1.2.3 Keanekaragaman binatang yang ada di atas dan di dalam tanah
Tabel 4.15 Pengamatan keanekaragaman binatang lokasi Cangar
No. Gambar Nama
Serangga
Strukur Klasifikasi Peranan
1. Orong-orong
atau anjing
tanah
(Gryllotalpa
sp)
Memiliki
sepasang
tungkai
depan yang
besar dan
bergerigi,
kepala besar
dan
bercangkang
keras,
memiliki
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Orthoptera
Upaordo :
Ensifera
Superfamili
Hama
sepasang
sayap kecil,
warna tubuh
kecoklatan,
panjang
tubuh
berkisar 27-
35mm
:
Grylloidea
Famili :
Gryllotalpid
ae
2. Cacing
Tanah
(Lumbricus
rubellus)
Cacing tidak
memiliki
tulang, gigi,
mata,
telinga, atau
kaki. Tetapi
memiliki
organ perasa
yang sangat
sensitif
terhadap
cahaya dan
sentuhan
untuk
membedakan
perbedaan
intensitas
cahaya dan
merasakan
getaran di
dalam tanah,
bernapas
dengan kulit,
suhu
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Annelida
Kelas :
Clitellata
Ordo :
Haplotaxida
Famili :
Lumbricidae
Genus :
Lumbricus
Spesies :
Lumbricus
rubellus
Dapat
menyubu
rkan
tanah
tubuhnya
dipengaruhi
oleh suhu
lingkungan
3. Jangkrik
(Liogryllus
bimaculatus)
Antena
panjang, dan
halus seperti
rambut. Jenis
jantan
mempunyai
gambaran
cincin di
sayap depan,
betina
mempunyai
ovipositor
panjang
berbentuk
jarum atau
silindris
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Orthoptera
Famili :
Gryllidae
Genus :
Liogryllus
Spesies :
Liogryllus
bimacutalus
Predator
telur
penggerr
ek
batang
padi
4. Belalang
(Dissosteira
carolina)
Memiliki 3
pasang kaki,
antena
pendek, tipe
mulutnya
menggigit,
dan memiliki
sepasang
sayap
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Artropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Orthoptera
Famili :
Acrididae
Genus :
Dissosteira
Hama
Spesies :
Dissosteira
carolina
5. Semut
(Formica
yessensis)
Sayap
seperti
selaput tipis,
mulut
dilengkapi
flabellum,
pada kepala
terdapat
sepasang
antenna
Kingdom :
Animalia
Pillum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Hymenopter
Subordo :
Apokrita
Superfamili:
Vespoidea
Famili :
Formicidae
Genus :
Formica
Spesies :
Formica
yessensis
Dapat
menangk
al hama
lain
seperti
kepik
hijau,
ulat
pemakan
daun,
ulat
pemakan
buah,
dan kutu-
kutuan
Tabel 4.16 Pengamatan keanekaragaman binatang lokasi Jatikerto
No
.
Gambar Nama
Serangga
Struktur Klasifikasi Peranan
1. Capung
( I.
senegalens
is)
Sayap dua
pasang yang
bentuknya
memasang,
tembus
pandang,
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Membantu
penyerbuk
an
antenanya
sangat kecil,
serta
memiliki gigi
pemotong
dan pencabik
Ordo :
Odonata
Famili :
Coenagrioni
dae
Genus :
Ischnura
Spesies : I.
senegalensi
s
2. Belalang
(Dissosteir
a
Carolina)
3 pasang
kaki, antenna
pendek, tipe
mulutnya
menggigit
dan memiliki
sepasang
sayap
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Orthoptera
Famili :
Acrididae
Genus :
Dissosteira
Spesies :
Dissosteira
Carolina
Sebagai
hama
3. Kepik
(Hemypter
a)
Ukuran tubuh
kecil, antena
5 ruas, perisai
lebar, warna
cerah
metallic
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ada yang
sebagai
predator
dan ada
juga yang
sebagai
bervariasi,
ditemukan di
lahan basah
Ordo :
Hemyptera
Famili :
Pentatomi
hama
4. Jangkrik
(Liogryllu
s sp.)
3 ruas utama
tubuh,
memiliki
membrane
timpane
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Orthoptera
Famili :
Gryllidae
Genus :
Liogryllus
Spesies :
Liogryllus
sp.
Sebagai
hama
5. Laba-laba
(Lycosaps
eudoannla
)
Abdomen
oval, warna
abu-abu,
abdomen
terdapat
gambaran
putik
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Arachinida
Ordo :
Araenida
Famili :
Lycocidae
Genus :
Lycosa
Spesies :
Pemangs
hama
sebelum
populasiny
a
meningkat
sampai
tingkat
yang
merusak
Lycosapseu
doannla
6. Semut
hitam
(Laciusfuli
gnosus)
Sayap seperti
selaput tipis,
mulut
dilengkapi
flabellum,
pada kepala
terdapat
sepasang
antenna
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Hymenopter
Famili :
Formicidae
Genus :
Lacius
Spesies :
Lacius
fulignosus
Sebagai
penyerbuk
, sebagai
parasit,
sebagai
predator
7. Semutmer
ah
(Oechophy
llasinarag
dina)
Sayap seperti
selaput tipis,
mulut
dilengkapi
flabellum,
pada kepala
terdapat
sepasang
antenna
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Hymenopter
a
Famili :
Formicidae
Genus :
oechopita
Spesies :
Oechophyll
Sebagai
penyerbuk
, sebagai
parasit,
sebagai
predator
asinaragdin
8. Kupu-
kupu
Tubuh kupu-
kupu dewasa
terdiri dari 3
bagian ,
kepala
(head), dada
(thorax) dan
perut
(abdomen),
bersayap
sisik
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Lepidoptera
Famili :
Pieridae
Genus :
Delias
Spesies:
Delias
Eucharis
4.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
4.1.3.1 Gambar Literatur Arthropoda
Jangkrik Belalang
Cacing Tanah Semut
Kupu-kupu Kepik
Semut hitam kumbang
4.1.3.2 Klasifikasi
Arthropoda diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1. Crustacea (udang-udangan)
Memiliki dua pasang antena. Tubuh terdiri atas sefalotoraks
(kepala menyatu dengan dada) dan abdomen. Bernapas pada
daerah tipis pada kutikula, namun sebagian besar bernapas dengan
insang. Jenis kela-min sudah terpisah pada individu yang berbeda.
Contoh: Penaeus(udang windu), Cambarus virilis (udang air
tawar),Portunus s-exdentalus(kepiting), dan Neptunus
pelagicus (rajungan).
Peranan Crustacea :
 Sebagai sumber protein hewani dan bernilai ekonomis
tinggi
Contoh: udang, kepiting, lobster.
 Sebagai sumber makanan ikan, terutama
Microcrustacea yang merupakan komponen penting
pembentuk zooplankton.
2. Myriapoda (hewan berkaki banyak)
Tubuh hanya terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Pada
kepala terdapat sepasang mata tunggal, sepasang alat peraba besar,
dan peraba kecil yang beruas-ruas. Tiap ruas pada tubuhnya
terdapat sepasang atau dua pasang kaki. Sistem respirasinya
menggunakan trakea yang bermuara pada lubang kecil yang
disebut spirakel. Myriapoda diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu Chilopoda (Scolopendra subspinipes (lipan))
dan Diplopoda (Julus teristris (luwing)).
Peranan Myriapoda :
 Membantu proses penguraian sampah organik, karena
kemampuannya memakan partikel-partikel sampah
(detritus) menjadi partikel yang lebih kecil.
Contoh: luwing/lipan
3. Arachnoidea
Tubuh terdiri atas dan abdomen dan sefalotoraks. Memiliki
enam pasang anggota gerak, yakni kalisera, pedipalpus dan empat
pasang kaki yang terdapat di sefalotoraks. Arachnoidea
diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu Scorpionida(kalajengking), Arachnida(laba-laba),
dan Acarina(caplak, tungau).
Peranan Arachnida :
Umumnya Arachnida merugikan, karena:
 Sebagai ektoparasit pada hewan-hewan ternak. Contoh:
caplak
 Sarangnya menyebabkan rumah menjadi kotor. Contoh:
laba-laba
4. Insecta
Tubuh tersusun atas kepala, dada, dan perut. Mulut
dimodifikasi menjadi penggigit, pengisap, dan penelan. Memiliki
tiga pasang kaki dan disebut hexapoda (berkaki enam). Mengalami
perubahan bentuk tubuh selama perturnbuhan yang disebut
metamorfosis. Metamorfosis ada dua macam, yaitu metamorfosis
sempurna (lebah dan kupu-kupu) dan metamorfosis tak sempurna
(Ialat, belalang, dan jangkrik).
Peranan Insekta
Insekta terdiri dari spesies yang sangat beragam. Oleh
karena itu peranannya dalam kehidupan manusia juga beragam.
 Menguntungkan
- Menghasilkan sesuatu yang berguna bagi manusia.
Contoh: lebah madu menghasilkan madu, kokon ulat
sutera menghasilkan serat sutera.
- Membantu proses penyerbukan/polinasi tanaman.
Contoh: kupu-kupu, lebah.
- Sebagai musuh alami hama tanaman. Contoh: kepik
memakan kutu daun.
- Membantu proses degradasi sampah organik. Contoh:
kumbang kotoran, larvanya membantu degradasi
sampah organik berupa kotoran ternak.
- Sebagai media pengobatan berbagai penyakit. Contoh:
lebah hutan (Aphis mellifera) dimanfaatkan sengatnya
untuk terapi berbagai macam penyakit, dan telah
terbukti dapat membantu penyembuhan berbagai
penyakit, salah satunya adalah teknik Aphiterapi, yaitu
terapi menggunakan media lebah.
- Sumber protein hewani. Contoh: belalang kayu ada
yang memanfaatkannya sebagai makanan.
 Merugikan
- Sebagai vektor (agen penular) berbagai penyakit
Contoh: nyamuk Anopheles sp, nyamuk Aedes aygepti,
nyamuk Culex sp, lalat tsetse, lalat tabanus, dan lalat
rumah.
- Merusak tanaman budidaya Contoh: ulat/larva
Lepidoptera memakan berbagai dedaunan, kumbang
kelapa memakan bagian pucuk pohon kelapa, walang
sangit mengisap cairan biji padi yang masih muda.
4.1.3.3 Bioekologi Serangga
4.1.4 Pengaruh Lingkungan pada pertumbuhan Lingkungan (Sesuiakan
dengan Perlakuan atau Perbandingkan antara perlakuan dalam satu
komoditas)
4.1.4.1 Kondisi Secara Visual
Interaksi tanaman secara intraspesifik dan interspesifik pada
pertumbuhan tanaman kacang tanah dengan jangung.
( 1 ) ( 2 )
Gambar 1. Kacang tanah tanpa gulma
Gambar 2. Kacang tanah dengan gulma
( 3)
Gambar 3. Tanaman jagung tanpa gulma
4.1.4.2 Perbandingan rerata hasil tiap perlakuan
Tabel 4.17 Tanaman Kedelai
No. Kadar Salinitas Tinggi (cm) Jumlah Daun
1. 200 ppm 28,6 15
2. 700 ppm 31,89 34
3. 1200 ppm 33,03 18
4. 2200 ppm 33,38 12
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Radiasi Matahari)
Keadaan suhu tanah di Cangar relatif rendah meskipun pengukuran
dilaksanakan pada siang hari yaitu 18,5o
C. Hal itu disebabkan kondisi
topografi di Cangar yang terletak di dataran tinggi. Radiasi matahari di
Cangar juga termasuk tinggi karena mendapatkan penyinaran langsung
oleh matahari yaitu 1000 LUX. Untuk keadaan suhu tanah di Jatikerto
tergolong cukup tinggi yaitu 28,5o
C.
Dari pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu
tanah di dataran tinggi berbeda dengan suhu tanah di dataran rendah.
Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis dan
tingkat penyinaran matahari.
Dikarenakan perbedaan letak geografis, maka vegetasi yang
terdapat di ketiga tempat tersebut berbeda. Di cangar terdapat kubis,
rumput teki, rumput belulang, wedusan, canadian horseweed.
Sedangkan di Jatikerto terdapat singkong, putri malu, alang-alang,
rumput gajah mini, iler, daun sirih, semanggi, dan rumput teki. Dari
komoditas yang dibudidayakan terlihat bahwa terdapat perbedaan
komoditas sesuai dengan letak geografis suatu tempat. Tanaman yang
dibudidayakan di Cangar adalah kubis, sedangkan di Jatikerto adalah
tanaman singkong.
Untuk lahan Malang tidak digunakan untuk budidaya tanaman,
melainkan hanya digunakan untuk lahan percobaan.
4.2.2 Faktor Abiotik (Tanah)
Berdasarkan hasil pengamatan lapang yang dilakukan, Cangar
memiliki tekstur tanah yang berdebu dan ringan. Menurut salah satu
pendamping, hal itu disebabkan karena tanah di lingkungan tersebut
merupakan area bekas abu vulkanik dari letusan gunung. Suhu tanah di
Cangar mencapai 18,5°C dengan kelembaban 59% dan pH tanah 7,1.
Artinya, berdasarkan litertur yang ada, keadaan tanah di Cangar
termasuk tanah yang subur dan cocok untuk media tanam tanaman
semusim.
4.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
Keanekaragaman arthropoda yang kami temukan di Cangar antara
lain, orong-orong, jangkrik, cacing tanah, belalang, dan semut.
Sedangkan di Jatikerto keanekaragaman arthropoda yang ditemukan
adalah belalang, kepik, jangkrik, laba-laba, semut hitam, semut merah,
dan kupu-kupu. Keankeragaman di Cangar dan Jatikerto memiliki peran
sendiri terhadap faktor lingkungan.
Dari segi geografis lingkungan, dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu dataran rendah (Jatikerto), dataran sedang (Ngijo) dan dataran
tinggi (Cangar). Karakteristik geografis tiap daerah menentukan
karakteristik tiap Arthropoda. Arthropoda yang terdapat di Cangar
seperti orong-orong, jangkrik, dan belalang memiliki peran sebagai
hama, sedangkan untuk cacing tanah memiliki peran untuk
menyuburkan tanah dan semut memiliki peran untuk menangkal hama
lain seperti kepik. Sehingga karakteristik arthropoda yang terdapat di
Cangar tergolongb merugikan. Hal itu disebabkan karena lebih
banyaknya arthropoda yang berperan sebagai hama dalam lingkungan
tresebut. Sedangkan untuk karakteristik untuk hewan yang berada di
lahan Jatikerto cenderung tidak merugikan dan sedikit menguntungkan.
Tidak merugikan cenderung menguntungkan misalnya seperti semut
hitam dan semut merah (mengangkut sari makanan tanpa mengurangi
unsur hara tumbuhan), dan kepik (untuk mengusir hama). Belalang
Perbedaan arthropoda di kedua lahan tersebut disebabkan oleh
topografi, struktur tanah, dan juga perbedaan vegetasi yang ditanam.
4.2.4 Pengaruh Lingkungan pada pertumbuhan Lingkungan (penjelasan berdasar
data dan gambar antar perlakuan)
4.2.4.1 Interaksi tanaman secara intraspesifik dan interspesifik pada
pertumbuhan tanaman kacang tanah dengan jangung.
Selain tanaman kedelai yang diamati, kami juga mengamati
tanaman kacang tanah dan jagung. Tanaman kacang tanah
tersebut dibagi menjadi 2 plot. Pada plot pertama terjadi
persaingan interspesies yaitu persaingan antara vegetasi yang
utama dengan vegetasi-vegetasi lain yang tumbuh pada plot
tersebut (gulma). Akibatnya, tanaman kacang tanah pada plot
pertama tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan tertutup oleh
vegetasi-vegetasi lain yang tumbuh pada plot tersebut. Hal itu
diakibatkan adanya persaingan antar spesies untuk
memperebutkan unsur hara di dalam tanah. Sedangkan pada
plot kedua dapat kita lihat bahwa tanaman kacang tanah
tersebut dapat tumbuh dengan subur. Hal itu terjadi karena
pada plot kedua tidak banyak terdapat vegetasi-vegetasi lain
yang tumbuh (gulma), sehingga hanya terdapat persaingan
intraspesies saja yang terjadi yaitu persaingan antar vegetasi
utama.
Kemudian tanaman jagung yang kita amati juga terdapat 2
plot yaitu plot yang terawat dan plot yang tidak terawat. Dari
setiap plot tersebut kita mengambil 3 sampel tanaman jagung.
Paling
rendah
Paling tinggi Rata-rata
Jagung terawat 74 137 91
Jagung tidak
terawat
25 32 25
Jika kita lihat pada tabel diatas, kita dapat menyimpulkan
bahwa tanaman jagung yang tidak terawat atau terdapat banyak
vegetasi-vegetasi lain (gulma) yang tumbuh pada plot tersebut
mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung menjadi
terhambat. Hal itu terjadi karena pada plot tanaman jagung
yang tidak terawat terjadi persaingan interspesies antara
tanaman jagung itu sendiri dengan gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman tersebut. Sedangkan pada plot tanaman jagung
yang terawat, pertumbuhan tanaman jagung tumbuh dengan
baik. Hal itu terjadi karena dari setiap spesies hanya
mengalami persaingan intraspesies.
Persaingan yang terjadi antar hewan tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini
bersifat merugikan.
1.2.4.2 Perbandingan rerata hasil tiap perlakuan
Jika dilihat dari tabel 4.1.7 hasil dari perlakuan pada
tanaman kedelai bahwa semakin tinggi kadar salinitas yang
diberikan pada tanaman kedelai yaitu 2200 ppm menyebabkan
pertumbuhan tinggi tanaman semakin tinggi yaitu 33,38 cm,
tetapi jumlah daun lebih sedikit dengan jumlah 12 helai. Jika
kita membandingkan dengan perlakuan salinitas sebesar 700
ppm menyebabkan tinggi tanaman 31,89 dengan jumlah daun 34
helai. Dari data pada tabel perbandingan diatas dapat kita
simpulkan bahwa perlakuan salinitas mencapai titik optimal
pada tingkat 700 ppm. Selebih dari 700 ppm pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Hal itu dapat kita buktikan dari data
yang terdapat pada tabel yang menunjukan bahwa pada tanaman
kedelai dengan salinitas 1200 ppm jumlah daunnya 18 dan pada
perlakuan dengan salinitas 2200 ppm jumlah daunnya hanya
12.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang kita amati diketiga tempat
tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dari berbagai bentuk yaitu
suhu, vegetasi hingga serangga. Hal tersebut terjadi akibat letak
geografis yang berbeda. Sehingga dapat menyebabkan perbedaan
jenis vegetasi dan serangga yang dapat hidup didaerah tersebut.
Setiap vegetasi, baik tumbuhan maupun hewan memiliki ciri-ciri
tersendiri karena vegetasi tersebut telah beradaptasi dengan
lingkungannya. Faktor lingkungan juga mempengaruhi perbedaan
vegetasi. Seperti faktor lingkungan pada tanaman kedelai dengan
perlakuan salinitas yang berbeda akan menyebabkan perbedaan
pula terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Ketika suatu vegetasi
tumbuhan berada pada tingkat salinitas optimum, pertumbuhan
tumbuhan itu akan sempurna, sesuai pertumbuhan vegetasi itu
seharusnya. Sebaliknya, jika suatu vegetasi memperoleh salinitas
yang kurang dari optimum ataupun lebih dari optimum tumbuhan
akan menyebabkan ketimpangan pada tumbuhan, baik dari daun,
batang, dan lain-lain. Adanya kompetisi antar vegetasi juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
1.2 Kritik
Kritik kelas kami terhadap pelaksanaan fieltrip ke tiga tempat
meliputi Cangar, Jatikerto, dan Ngijo yaitu :
 Jika dibagi kedalam dua kelompok besar seperti di Cangar
dan Jatikerto, umumnya tiap anak hanya mengerti kondisi
dan analisis data di daerah yang dikunjungi saja.
 Alat-alat yang digunakan untuk di identifikasi cuma satu,
jadi digilir antar kelas sehingga efisiensi waktu yang
digunakan menjadi lebih lama.
 Beberapa asisten praktikum yang mengkoordinir baik di
Cangar dan Jatikerto kurang mengayomi praktikan, sehingga
praktikan masih bingung ketika berada di lapang.
1.3 Saran
 Seharusnya jangan sampai ada miss-komunikasi antara
asisten praktikum dengan praktikan.
 Memberikan sarana dan prasarana yang lebih mendukung
untuk fieldtrip kedepannya, seperti alat untuk mengukur
suhu, radiasi matahari, dan lain-lain.
LAMPIRAN
1. Perhitungan SDR Lokasi Cangar (5m x 5m)
LBA (Luas Basal Area) =
𝑑1 × 𝑑2
4
×
2
𝜋
LBA Kubis =
40 × 42
4
×
2
𝜋
= 267,5
LBA Canadian =
170 ×96
4
×
2
𝜋
= 2598,7
LBA Rumput Teki =
33 ×20
4
×
2
𝜋
= 157,6
LBA Rumput Belulang =
6 ×24
4
×
2
𝜋
= 22,9
LBA Wedusan =
12 ×4
4
×
2
𝜋
= 3,8
KM =
Jumlah spesies tersebut
jumlah plot
KM Kubis =
18+17+8+1+1
5
=
45
5
= 9
KM Canadian =
151+103+22+7+8
5
=
291
5
= 58,2
KM Rumput Teki =
310+175+52+31+29
5
=
579
5
= 119,4
KM Rumput Belulang=
11+5+3+0+0
5
=
19
5
= 3,8
KM Wedusan =
15+6+1+0+0
5
=
22
5
= 4,4
Total KM = 9 + 58,2 + 119,4 + 3,8 + 4,4 = 194,8
KN =
KM spesies tersebut
Jumlah KM seluruh spesies
× 100%
KN Kubis =
9
194,8
× 100% = 4,62%
KN Canadian =
58,2
194,8
× 100% = 29,87%
KN Rumput Teki =
119,4
194,8
× 100% = 61,29%
KN Rumput Belulang =
3,8
194,8
× 100% = 1,95%
KN Wedusan =
4,4
194,8
× 100% = 2,25%
Total KN = 4,62% + 29,87% + 61,29% + 1,95% + 2,25% =
99,98%
FM =
Plot yang terdapat spesies tersebut
Jumlah semua plot
FM Kubis =
5
5
= 1
FM Canadian =
5
5
= 1
FM Rumput Teki =
5
5
= 1
FM Rumput Belulang =
3
5
= 0,6
FM Wedusan =
3
5
= 0,6
Total FM = 1 + 1 + 1 +0,6 + 0,6 = 4,2
FN =
FM spesies tersebut
Jumlah FM seluruh spesies
× 100%
FN Kubis =
1
4,2
× 100% = 23,8%
FN Canadian =
1
4,2
× 100% = 23,8%
FN Rumput Teki =
1
4,2
× 100% = 23,8%
FN Rumput Belulang =
0,6
4,2
× 100% = 14,2%
FN Wedusan =
0,6
4,2
× 100% = 14,2%
Total FN = 23,8% + 23,8% + 23,8% + 14,2% + 14,2% =
99,8%
DM =
LBA spesies tersebut
Luas seluruh area
DM Kubis =
267,5
25
= 10,7
DM Canadian =
2598,7
25
= 103,95
DM Rumput Teki =
157,6
25
= 6,3
DM Rumput Belulang=
22,9
25
= 0,92
DM Wedusan =
3,8
25
= 0,15
Total DM = 10,7 + 103,95 + 6,3 + 0,92 + 0,15 = 122,02
DN =
DM spesies tersebut
Jumlah DM seluruh spesies
× 100%
DN Kubis =
10,7
122,02
× 100% = 8,76%
DN Canadian =
103,95
122,02
× 100% = 85,19%
DN Rumput Teki =
6,3
122,02
× 100% = 5,16%
DN Rumput Belulang =
0,92
122,02
× 100% = 0,75%
DN Wedusan =
0,15
122,02
× 100% = 0,12%
Total DN = 8,76% + 85,19% + 5,16% + 0,75% + 0,12% =
99,93%
IV = KN + FN + DN = 99,98% + 99,8% + 99,93% =
299,71%
SDR =
IV
3
=
299,71%
3
= 99,90% = 100%
2. Perhitungan SDR Jatikerto
𝑲𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑴𝒖𝒕𝒍𝒂𝒌 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒍𝒐𝒕
1. Singkong 𝐾𝑀 =
14
5
= 2,8
2. Putri malu 𝐾𝑀 =
40
5
= 8
3. Alang-alang 𝐾𝑀 =
17
5
= 3,4
4. Rumput teki 𝐾𝑀 =
295
5
= 59
5. Rumput gajah mini 𝐾𝑀 =
190
5
= 38
6. Iller 𝐾𝑀 =
4
5
= 0,8
7. Sirih 𝐾𝑀 =
25
5
= 5
8. Semanggi 𝐾𝑀 =
61
5
= 12,2
𝑲𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑵𝒊𝒔𝒃𝒊 =
𝑲𝑴 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝑴
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
1. Singkong 𝐾𝑁 =
2,8
129,5
𝑥 100% = 2,16%
2. Putri malu 𝐾𝑁 =
8
129,5
𝑥 100% = 6,18%
3. Alang-alang 𝐾𝑁 =
3,4
129,5
𝑥 100% = 2,62%
4. Rumput teki 𝐾𝑁 =
59
129,5
𝑥 100% = 45,5%
5. Rumput gajah mini 𝐾𝑁 =
38
129,5
𝑥 100% = 29,34%
6. Iller 𝐾𝑁 =
0,8
129,5
𝑥 100% = 0,61%
7. Sirih 𝐾𝑁 =
5
129,5
𝑥 100% = 3,86%
8. Semanggi 𝐾𝑁 =
12,2
129,5
𝑥 100% = 9,42%
𝐅𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐌𝐮𝐭𝐥𝐚𝐤 =
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐥𝐨𝐭 𝐬𝐩𝐞𝐬𝐢𝐞𝐬
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐩𝐥𝐨𝐭
1. Singkong FM =
3
5
= 0,6
2. Putri Malu FM =
5
5
= 1
3. Alang-alang FM =
2
5
= 0,4
4. Rumput teki FM =
3
5
= 0,6
5. Rumput gajah muni FM =
5
5
= 1
6. Iler FM =
3
5
= 0,6
7. Sirih FM =
3
5
= 0,6
8. Semanggi FM =
5
5
= 1
Jumlah = 5,8
𝐅𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐍𝐢𝐬𝐛𝐢 =
𝐅𝐌 𝐬𝐩𝐞𝐬𝐢𝐞𝐬
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐅𝐌
𝐱 𝟏𝟎𝟎%
1. Singkong FN =
0,6
5,8
x 100% = 10,3%
2. Putri Malu FN =
1
5,8
x 100% = 17,4%
3. Alang-alang FN =
0,4
5,8
x 100% = 6,89%
4. Rumput teki FN =
0,6
5,8
x 100% = 10,3%
5. Rumput gajah mini FN =
1
5,8
x 100% = 17,4%
6. Iler FN =
0,6
5,8
x 100% = 10,3%
7. Sirih FN =
0,6
5,8
x 100% = 10,3%
8. Semanggi FN =
1
5,8
x 100% = 17,4%
𝑳𝑩𝑨 =
𝑫𝟏 𝒙 𝑫𝟐
𝟒
𝒙
𝟐
𝝅
1. Singkong 𝐿𝐵𝐴 =
187 𝑥 38
4
𝑥
2
3,14
= 1131,5
2. Putri malu 𝐿𝐵𝐴 =
20 𝑥 1
4
𝑥
2
3,14
= 2,18
3. Alang-alang 𝐿𝐵𝐴 =
30 𝑥 5
4
𝑥
2
3,14
= 23,88
4. Rumput teki 𝐿𝐵𝐴 =
25 𝑥 18
4
𝑥
2
3,14
= 71,65
5. Rumput gajah muni 𝐿𝐵𝐴 =
14 𝑥 23
4
𝑥
2
3,14
= 51,27
6. Iler 𝐿𝐵𝐴 =
35 𝑥 8
4
𝑥
2
3,14
= 44,58
7. Sirih 𝐿𝐵𝐴 =
116 𝑥 6
4
𝑥
2
3,14
= 110,82
8. Semanggi 𝐿𝐵𝐴 =
12 𝑥 1
4
𝑥
2
3,14
= 1,91
𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒔𝒊 𝑴𝒖𝒕𝒍𝒂𝒌 =
𝑳𝑩𝑨
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑨𝒓𝒆𝒂
1. Singkong 𝐷𝑀 =
1131,5
25
= 45,26
2. Putri malu 𝐷𝑀 =
3,18
25
= 0,13
3. Alang-alang 𝐷𝑀 =
23,88
25
= 0,95
4. Rumput teki 𝐷𝑀 =
71,65
25
= 2,8
5. Rumput gajah mini 𝐷𝑀 =
51,27
25
= 2,05
6. Iller 𝐷𝑀 =
44,58
25
= 1,78
7. Sirih 𝐷𝑀 =
110,82
25
= 4,43
8. Semanggi 𝐷𝑀 =
1,91
25
= 0,07
𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒔𝒊 𝑵𝒊𝒔𝒃𝒊 =
𝑫𝑴 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔
𝑫𝑴 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
1. Singkong 𝐷𝑁 =
45,26
57,47
𝑥 100% = 78,75
2. Putri malu DN =
0,13
57,47
𝑥 100% = 0,21
3. Alang-alang DN =
0,95
57,47
𝑥 100% = 1,65
4. Rumput teki DN =
2,8
57,47
𝑥 100% = 4,87
5. Rumput gajah mini DN =
2,05
57,47
𝑥 100% = 3,56
6. Iller DN =
1,78
57,47
𝑥 100% = 3,09
7. Sirih DN =
4,43
57,47
𝑥 100% = 7,7
8. Semanggi DN =
0,07
57,47
𝑥 100% = 0,12
𝑰𝑽 = 𝑲𝑵 + 𝑭𝑵 + 𝑫𝑵
1. Singkong 𝐼𝑉 = 2,16% + 10,3% + 78,75% = 91,21%
2. Putri malu 𝐼𝑉 = 6,18% + 10,3% + 0,22% = 23,64%
3. Alang-alang 𝐼𝑉 = 2,62% + 6,89% + 1,65% = 11,16%
4. Rumput teki 𝐼𝑉 = 25,5% + 10,3% + 4,87% = 60,27%
5. Rumput gajah muni 𝐼𝑉 = 29,34% + 17,24% + 3,56% = 60,14%
6. Iler 𝐼𝑉 = 0,61% + 10,3% + 3,09% = 14%
7. Sirih 𝐼𝑉 = 3,86% + 10,3% + 7,7% = 21,86%
8. Semanggi 𝐼𝑉 = 9,42% + 17,24% + 0,12% = 26,78%
𝑺𝑫𝑹 =
𝑰𝑽
𝟑
1. Singkong 𝑆𝐷𝑅 =
91,21
3
= 30,40
2. Puteri malu 𝑆𝐷𝑅 =
23,64
3
= 7,88
3. Alang-alang 𝑆𝐷𝑅 =
11,16
3
= 3,72
4. Rumput teki 𝑆𝐷𝑅 =
60,27
3
= 20,2
5. Rumput gajah mini 𝑆𝐷𝑅 =
60,14
3
= 16,7
6. Iler 𝑆𝐷𝑅 =
14
3
= 4.67
7. Sirih 𝑆𝐷𝑅 =
21,86
3
= 7.28
8. Semanggi 𝑆𝐷𝑅 =
26,78
3
= 8.92
DAFTAR PUSTAKA
Amini, Arin. 2013. Acara 2 Kompetisi Inter dan Intra Spesifik Sebagai Faktor
Pembatas Biotik. http://aminiarin.blogspot.com/2013/07/acara-2-kompetisi-
inter-dan-intra.html. Diakses pada tanggal 9 November 2013.
Anonymous1
. 2013. Pengaruh Jenis Air Terhadap Pertumbuhan Kecambah
Tanaman Kacang Hijau. http://dewahyu-
wm.blogspot.com/2013/10/pengaruh-jenis-air-terhadap-pertumbuhan.html.
Diakses pada tanggal 9 November 2013.
Anonymous2
. 2009. http//tp.uns.ac.id.kompetisi tumbuhan. Diakses pada tanggal
9 November 2013.
Kennedy, A.D., 1993. Water as a limiting factor in the Antarctic terrestrial
environment: a biogeographical synthesis. Arctic and Alpine Research 25,
308–315.
Krebs, C.J., 1978. Ecology: the Experimental Analysis of Distribution and
Abundance, second ed. Harper & Row, New York.
Mc naugthon and L. L .Woff. 1998. Ekologi Umum. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Mimbar, S. M, 1999. Pengaruh jarak tanam, jumlah tanaman per rumpun dan
kerapatan populasi terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau merah.
Agrivita XII (1) : 13 – 14
Strandtmann, R.W., 1967. Terrestrial Prostigmata (Trombidiform mites).
Antarctic Research Series 10, 51–95.
Suwasono, Sutiman, Sardjono, 2000. Pengantar Ekologi. Jakarta. CV. Rajawali.
Umar.2012.http://catatanaliahkamulloh.blogspot.com/2012/03/tinjauan-pustaka-
pengaruh-salinitas.html. Diakses Tanggal 10 Desember 2013

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Bahan ajar komponen ekosistem
Bahan ajar   komponen ekosistemBahan ajar   komponen ekosistem
Bahan ajar komponen ekosistemyulia windarsih
 
Materi kelas x Modul Pembelajaran Ekosistem
Materi kelas x Modul Pembelajaran EkosistemMateri kelas x Modul Pembelajaran Ekosistem
Materi kelas x Modul Pembelajaran EkosistemFatikah Rahma Dewi
 
Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan BerkelanjutanLingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutanafilahs
 
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...Resky Ervaldi Saputra
 
Ekologi dan konsep_ekosistem
Ekologi dan konsep_ekosistemEkologi dan konsep_ekosistem
Ekologi dan konsep_ekosistemQusyairi Amira
 
1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkungan
1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkungan1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkungan
1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkunganAmrizal Muchtar
 
Ekosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tikEkosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tikirmakurniasih
 
Makalah energi dalam ekosistem
Makalah energi dalam ekosistemMakalah energi dalam ekosistem
Makalah energi dalam ekosistemPoetra Chebhungsu
 
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 2 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar EkologiAinal Chaza
 
media pembelajaran ekosistem
media pembelajaran ekosistemmedia pembelajaran ekosistem
media pembelajaran ekosistemzeniatisaniyah
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanAde Maiditasari
 
Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"
Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"
Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"ririyapgmib
 
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan HidupBiologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidupagungsyahputra
 
Bahan ajar komponen ekosistem (part 2)
Bahan ajar   komponen ekosistem (part 2)Bahan ajar   komponen ekosistem (part 2)
Bahan ajar komponen ekosistem (part 2)yulia windarsih
 

Was ist angesagt? (19)

Ekosistem kebun
Ekosistem kebunEkosistem kebun
Ekosistem kebun
 
Bahan ajar komponen ekosistem
Bahan ajar   komponen ekosistemBahan ajar   komponen ekosistem
Bahan ajar komponen ekosistem
 
Materi kelas x Modul Pembelajaran Ekosistem
Materi kelas x Modul Pembelajaran EkosistemMateri kelas x Modul Pembelajaran Ekosistem
Materi kelas x Modul Pembelajaran Ekosistem
 
Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan BerkelanjutanLingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
 
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Da...
 
Ekologi dan konsep_ekosistem
Ekologi dan konsep_ekosistemEkologi dan konsep_ekosistem
Ekologi dan konsep_ekosistem
 
1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkungan
1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkungan1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkungan
1. misnarliah pengantar mikrobiologi lingkungan
 
Ekosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tikEkosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tik
 
Makalah energi dalam ekosistem
Makalah energi dalam ekosistemMakalah energi dalam ekosistem
Makalah energi dalam ekosistem
 
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 2 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
Ekologi Tumbuhan
Ekologi Tumbuhan Ekologi Tumbuhan
Ekologi Tumbuhan
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
media pembelajaran ekosistem
media pembelajaran ekosistemmedia pembelajaran ekosistem
media pembelajaran ekosistem
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewan
 
Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"
Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"
Makalah konsep Dasar IPA "EKOSISTEM"
 
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan HidupBiologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
 
Ayu
AyuAyu
Ayu
 
Biologi SMA - Ekologi
Biologi SMA - EkologiBiologi SMA - Ekologi
Biologi SMA - Ekologi
 
Bahan ajar komponen ekosistem (part 2)
Bahan ajar   komponen ekosistem (part 2)Bahan ajar   komponen ekosistem (part 2)
Bahan ajar komponen ekosistem (part 2)
 

Ähnlich wie EKOPERTAN

Laporan organisme dan lingkungan
Laporan organisme dan lingkunganLaporan organisme dan lingkungan
Laporan organisme dan lingkunganRania Pinati
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Biology Education
 
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY SolokLaporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solokhimabioummy
 
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docxLaporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docxjeninurdiana
 
Makalah hilda
Makalah hildaMakalah hilda
Makalah hildaHildaGL
 
Pertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptx
Pertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptxPertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptx
Pertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptxKelasBiologi2
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanFirlita Nurul Kharisma
 
Bab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdf
Bab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdfBab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdf
Bab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdfagus mulanto
 
IPAS-manusia-dan-lingkungan.ppt
IPAS-manusia-dan-lingkungan.pptIPAS-manusia-dan-lingkungan.ppt
IPAS-manusia-dan-lingkungan.pptrinideliana42
 
IPA 7 EKOLOGI.pdf
IPA 7 EKOLOGI.pdfIPA 7 EKOLOGI.pdf
IPA 7 EKOLOGI.pdfadenurosita
 
Manusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganManusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganTiganSilangit
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAlfian Nopara Saifudin
 
ekosistem.ppt
ekosistem.pptekosistem.ppt
ekosistem.pptiPadPro8
 
iad-5-manusia-dan-lingkungan-i.ppt
iad-5-manusia-dan-lingkungan-i.pptiad-5-manusia-dan-lingkungan-i.ppt
iad-5-manusia-dan-lingkungan-i.pptmarlina sihombing
 
ekosistem_pptx.pptx
ekosistem_pptx.pptxekosistem_pptx.pptx
ekosistem_pptx.pptxacepmlyadi
 

Ähnlich wie EKOPERTAN (20)

Laporan organisme dan lingkungan
Laporan organisme dan lingkunganLaporan organisme dan lingkungan
Laporan organisme dan lingkungan
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
 
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY SolokLaporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
 
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docxLaporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
 
Makalah hilda
Makalah hildaMakalah hilda
Makalah hilda
 
Pertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptx
Pertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptxPertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptx
Pertemuan 1 Pengantar ekologi hewan.pptx
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
 
Bab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdf
Bab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdfBab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdf
Bab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.pdf
 
Ekologi tanaman final bab 1
Ekologi tanaman final bab 1Ekologi tanaman final bab 1
Ekologi tanaman final bab 1
 
Buku Ekosistem
Buku EkosistemBuku Ekosistem
Buku Ekosistem
 
IPAS-manusia-dan-lingkungan.ppt
IPAS-manusia-dan-lingkungan.pptIPAS-manusia-dan-lingkungan.ppt
IPAS-manusia-dan-lingkungan.ppt
 
IPA 7 EKOLOGI.pdf
IPA 7 EKOLOGI.pdfIPA 7 EKOLOGI.pdf
IPA 7 EKOLOGI.pdf
 
Manusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganManusia dan Lingkungan
Manusia dan Lingkungan
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
ekosistem.ppt
ekosistem.pptekosistem.ppt
ekosistem.ppt
 
ekosistem.ppt
ekosistem.pptekosistem.ppt
ekosistem.ppt
 
1113016100042 miftahuzzakiyah
1113016100042 miftahuzzakiyah1113016100042 miftahuzzakiyah
1113016100042 miftahuzzakiyah
 
ekosistem_1 - ok.pptx
ekosistem_1 - ok.pptxekosistem_1 - ok.pptx
ekosistem_1 - ok.pptx
 
iad-5-manusia-dan-lingkungan-i.ppt
iad-5-manusia-dan-lingkungan-i.pptiad-5-manusia-dan-lingkungan-i.ppt
iad-5-manusia-dan-lingkungan-i.ppt
 
ekosistem_pptx.pptx
ekosistem_pptx.pptxekosistem_pptx.pptx
ekosistem_pptx.pptx
 

EKOPERTAN

  • 1. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI TIGA TEMPAT YANG BERBEDA (JATIKERTO, NGIJO, DAN CANGAR) Disusun oleh : Kelompok : Rabu, 18.00-19.40 Kelas : B Agribisnis Assisten : Devita Aprilia Wati PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
  • 2. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI 3 TEMPAT YANG BERBEDA (JATIKERTO, NGIJO, DAN CANGAR) Disusun oleh : Kelompok : Rabu, 18.00-19.40 Kelas : B Agribisnis JATIKERTO NAMA NIM Nanang Kristi Y 135040100111041 Siti Fildzah Z 135040100111042 Theresia E Sinaga 135040100111043 Citra E A Hutagalung 135040100111044 Rahmat Nurul Fauzi 135040100111045 Safarina Ubaydiyyah 135040100111047 Cristmast 135040100111048 Yudhi Dw Sampurno 135040100111049 Anastasia Tiur Juni 135040100111050 Prisca Cindy M 135040100111052 Cindy Pasaribu 135040100111054 Puput Elva Kurnia S 135040100111055 Ridwan Fauzi 135040100111056 Rustin Eka Sevtya Y 135040100111057 Ranikirana Masya F 135040100111059 Indra Marconi Sinaga 135040100111062 Novita S Simanullang 135040100111066 Gracela Marisa S 135040100111067 Nadiyah Mahboub 135040100111068
  • 3. Nyimas Yola Dwika A 135040100111070 Maya Dina Jessica 135040100111071 Syifa Aulia Gany 135040100111073 Rizvianty Hadistiara 135040100111074 Nurlita F S 135040100111075 Winfried Adinata 135040100111076 Merlis Kezia 135040100111077 Yudha Kartiko Aji 135040100111078 Jeliwanti Siregar 135040100111079 CANGAR NAMA NIM Kinanti Aprilia Kinanthi 135040100111046 Ima Kusuma Indrawati 135040100111051 Misruri Jannati 135040100111053 Fadhila Rahmayanthi 135040100111058 Dinna Fitri Nur J 135040100111060 Andik Arifin N 135040100111061 Mira Monica A M 135040100111063 Brazil Putri Kevlin 135040100111064 Evi Sri Astuti 135040100111065 M Geri Wihandyka 135040100111069 Gabreilla Diah P 135040100111072 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
  • 4. LEMBAR PENGESAHAN MENGESAHKAN Asisten Co Asisten Devita Aprilia W. Dwi Firmansyah Putra NIM.115040200111014 NIP. 116040217011012
  • 5. RINGKASAN Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara komponen biofisika, teknik dan sosioekonomik dalam satu sistem pertanian. Ekologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip ekologi untuk merancang, mengelolah, dan mengevaluasi sistem pertanian yang produktif dan lestari. Pengamatan analisis vegetasi dilakukan di tiga tempat yaitu Jatikerto, Ngijo, dan Cangar. Hasil pengamatan analisis keanekaragaman vegetasi dan arthropoda pada tiga tempat (Cangar, jatikerto, dan Ngijo) tersebut menunjukan bahwa dari dataran rendah, dataran sedang, serta dataran tinggi terdapat pengaruh faktor abiotik (salinitas, cahaya, lingkungan, suhu, tanah, radiasi matahari, kelembaban, air, angin) dan faktor biotik (manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme). Pada pengamatan di daerah ngijo, kelas kami mengamati tanaman kedelai yang diberikan perlakuan salinitas (kadar garam) sebesar 1200 ppm. Dilakukan perbandingan dengan berbagai macam takaran salinitas (200 ppm, 700 ppm dan 2200 ppm) yang menghasilkan perbedaan pertumbuhan pada tanaman kedelai. Adanya kompetisi unsur hara juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal itu diakibatkan adanya persaingan antara tanaman utama dengan tanaman lainnya (interspesies) dan terdapat pula persaingan pada pertumbuhan tanaman utama dengan tanaman utama itu sendiri yaitu (intraspesies) yang keduanya memperebutkan unsur hara tersebut.
  • 6. KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir praktikum ekologi pertanian. Laporan ini merupakan laporan akhir praktikum ekologi pertanian yang dibuat berdasarkan praktikum lapang di tiga tempat yang berbeda yaitu di Cangar, Malang, dan Jatikerto. Dalam laporan ini akan di bahas beberapa materi mengenai analisis vegetasi, faktor abiotik, dan faktor biotik. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak atas dukungan dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.Ucapan terima kasih kami sampaikan terutama kepada asisten praktikum kami, Devita Aprilia Wati yang telah senantiasa membimbing kami selama praktikum. Kami menyadari bahwa laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini masih banyak kekurangannya.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Malang, Desember 2013 Penulis
  • 7. DAFTAR ISI LEMBAR DATA ANGGOTA LEMBAR PENGESAHAN RINGKASAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Vegetasi, Faktor Abiotik : Suhu, Radiasi Matahari 2.2 Faktor Abiotik Tanah 2.3 Arthropoda BAB 3 METODOLOGI 3.1 Alat, Bahan beserta Fungsinya 3.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari) 3.1.2 Faktor Abiotik (Tanah) 3.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem) 3.2 Langkah Kerja di Lapang (Teknis Lapang) 3.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi aiiiiiiiiiiiiiiiiiiiMatahari)
  • 8. 3.2.2 Faktor Abiotik (Tanah) 3.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem) BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan + Tabel Pengamatan (Cangar, Malang & Jatikerto) 4.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari)  Tabel Pengamatan Vegetasi (Cangar, Malang & Jatikerto)  Tabel Pengamatan Faktor Abiotik  Klasifikasi Vegetasi  Identifikasi Tumbuhan  Analisa Vegetasi  Tabel SDR  Interpretasi Hasil Perhitungan SDR 4.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)  Kerapatan dan Strata Kanopi  Tebal Seresah  Keadaan Suhu (Tanah dan Udara)  Keanekaragaman binatang yang ada di atas dan di dalam tanah  Potensi erosi yang terjadi pada wilayah pengamatan 4.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)  Gambar Literatur Arthropoda yang didapat  Klasifikasi  Bioekologi Serangga 4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari) 4.2.2 Faktor Abiotik (Tanah) 4.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)
  • 9. BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Kritik 5.3 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - Perhitungan SDR - Lampiran Dokumentasi
  • 10. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makhluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali jenis-jenis makhluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang sangat kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amoeba dan bakteri. Meskipun demikian semua makhluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada makhluk hidup yang lain atupun benda lain disekelilingnya. Antar makhluk hidup yang saling membentuk hubungan timbal balik dengan lingkungannya disebut ekosistem. Ekosistem terdiri atas komponen yang bekerja secaara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan tempat yang teratur. Keteraturan terjadi oleh adanya materi dan energi yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem. Ekologi menunjukkan suatu keadaan atau susunan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan itu termasuk kepadatan atau kerapatan, biomassa, penyebaran potensi unsur-unsur hara, energi, faktor- faktor fisik dan kimia lainnya yang memberi karateristik kondisi sistem tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi dan ekosistem. Pada bidang pertanian yaitu seperti : tanah, biota tanah, vegetasi, hewan/ternak, komponen iklim (hujan, radiasi, matahari), nutrisi/pupuk, pestisida, sungai, air, manusia, teknologi, dan lain-lain. Ekologi pertanian adalah aplikasi dari konsep ekologi yang prinsip- prinsipnya untuk menyusunserta mengatur agroekosistem berkelanjutan. Agroekosistem sebagai bentuk ekosistem binaan manusia ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yaang sesuai dengan kebutuhan manusia.
  • 11. Konsep agroekosistem yaitu terjadi interaksi antara komponen pertanian dan bila interaksi normal lebih besar maka akan terjadi keseimbangan. Dalam sistem ekologi tumbuhan, kehidupan tanaman selalu mengalami interaksi terhadap lingkungannya. Baik pada sesama tumbuhan maaupun dengan lingkungan sekitarnya dan membuat suatu siklus yang selalu berkesinambungan. Praktikum Ekologi pertanian ini dilakukan untuk mempelajari interaksi antara komponen–komponen yang ada dalam sistem pertanian atau lebih tepatnya mempelajari hubungan timbalbalik antar komponen agroekosistem dan proses–proses Ekologi. Khusus untuk study lapang ekologi pertanian ini, dilakukan pada dataran rendah Jatikerto semusim yang akan membahas tentang analisis vegetasi dan keragaman Anthropoda. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumasan masalah yang ingin dicapai dalam laporan ini, yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana klasifikasi vegetasi dan keadaan faktor abiotik ( suhu, udara, dan radiasi matahari ) pada tanaman semusim dan tahunan di Cangar, Malang dan Jatikerto? 2. Bagaimanakeragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman semusim dan tahunan di Cangar, Malang dan Jatikerto? 3. Bagaimana perbandingan keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman semusim dan tahunan di Cangar, Malang dan Jatikerto? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari studi lapang yang dilakukan di Jatikerto, Cangar dan Malang, yaitu sebagai berikut. 1. Menganalisis vegetasi dan keadaan faktor abiotik (suhu, udara, dan radiasi matahari) pada tanaman semusim, tahunan pada daerah Jatikerto, Cangar dan Ngijo. 2. Mengetahui keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman semusim, tahunan pada daerah Jatikerto, Cangar dan Ngijo.
  • 12. 3. Membandingkan keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman semusim, tahunan pada daerah Jatikerto, Cangar dan Ngijo. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diperoleh dalam laporan ini diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui klasifikasi vegetasi tumbuhan maupun hewan di Jatikerto dan Cangar 2. Mendeskripsikan keadan faktor abiotik di Jatikerto, Cangar, dan Ngijo 3. Dapat mengetahui hubugan antara faktor biotik dan abiotik pada tumbuhan 4. Dapat mengidentifikasi keragaman arthopoda di Jatikerto, Cangar dan Ngijo
  • 13. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Vegetasi Menurut Greig-Smith (1983) Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut. (Sagala, E.H.P, 1997) Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum. (Odum, 1998) 2.1.1 Faktor Abiotik  Suhu Pengertian suhu mencakup dua aspek, yaitu: derajat dan insolasi. Insolasi menunjukkan energi panas dari matahari dengan satuan gram kalori/cm2 /jam mirip dengan pengertian intensitas pada radiasi matahari. Jumlah insolasi/suhu suatu daerah bergantung pada : a). Lattitude (letak lintang) suatu daerah. Di khatulistiwa insolasi lebih besar dan sedikit variasi dibandingkan dengan subtropis dan daerah sedang.b). Alttitude (tinggi tempat dari permukaan laut). Semakin tinggi alttitude insolasi semakin
  • 14. rendah.c). Musim, berpengaruh terhadap insolasi dalam kaitannya dengan kelembapan udara dan keadaan awan dan d). Angin, juga sering berpengaruh terhadap insolasi, apalagi angin tersebut membawa uap panas. Selain keragaman antar daerah, suhu juga bervariasi berdasarkan waktu, baik suhu udara maupun suhu tanah. Tanah lebih cepat menerima panas daripada udara, akan tetapi akan semakin siang panas yang diterima akan sama karena udara selain menerima radiasi dari matahari, juga konduksi dari tanah. Suhu berkisar antara daerah tropis panas sampai suhu kutub hanya beberapa kali di daerah padang pasir selama satu dekade.  Radiasi Matahari Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di Matahari. Energi radiasi Matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik.Spektrum radiasi Matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang.Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah. Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) factor yaitu : 1. Jarak Matahari Setiap perubahan jarak bumi dan Matahari menimbulkan variasi terhadap penerimaan energi Matahari. 2. Intensitas Radiasi Matahari Intensitas radiasi matahari merupakan besar kecilnya sudut datang sinar Matahari pada permukaan bumi.Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang.Sinar dengan sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena
  • 15. sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus. 3. Panjang hari (sun duration) Panjang hari yaitu jarak dan lamanya antara Matahari terbit dan Matahari terbenam. 4. Pengaruh atmosfer Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas- gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi. 2.2 Faktor Abiotik Tanah  Tanah Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah memiliki sifat, tekstur, dan kandungan garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur. Setiap makhluk hidup dalam ekosistem menempati suatu tempat yang spesifik. Tempat hidup tersebut antara lain di dasar perairan, di bawah bebatuan, atau di dalam tubuh makhluk lainnya. Itulah sebabnya pada tempat-tempat tertentu kita dapat menemukan makhluk hidup yang khas dan tidak dijumpai di tempat lainnya. Tempat hidup yang spesifik dikenal dengan istilah habitat. Untuk melakukan berbagai aktivitas hidupnya, setiap makluk hidup membutuhkan energi dan nutrien. Kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi melalui berbagai proses yang dapat menentukan kedudukan mereka dalam suatu ekosisitem. Dalam hal ini, makhluk hidup dapat berperan sebagai produsen, konsumen, dekomposer, predator, mangsa, parasit, atau pesaing. Masing-
  • 16. masing makhluk hidup dengan peranannya yang berbeda-beda secara bersama-sama dengan lingkungan abiotiknya akan membentuk suatu relung ekologi. Istilah relung (niche) dalam ekologi dapat diartikan sebagai tempat atau cara hidup. Relung ekologi setiap spesies meliputi semua macam hubungan antara spesies dengan lingkungannya. Contohnya tikus sawah yang dipengaruhi oleh faktor abiotik, misalnya struktur, air, dan iklim di sawah. Sebaliknya tikus sawah juga mempengaruhi lingkungan abiotik dengan membuat lubang- lubang di pematang sawah tempat berlindung dan menyembunyikan makanan. Cara hidup tikus sawah tersebut tidak akan dapat berlangsung di daerah padang pasir atau habitat lainnya. Setiap spesies memerlukan habitat yang sesuai dengan cara hidupnya. Dengan demikian, relung ekologi merupakan cara hidup suatu makhluk hidup pada suatu habitat. 2.3 Arthropoda Phylum arthropoda merupakan phylum yang terbesar dalam measyarakat binatang dan juga merupakan phylum yang penting untuk manusia. Dalam phylum arthropoda ini, ada lima kelas yang penting, diantaranya kelas insecta (hexapoda). Lebih dari 75% binatang uang hidup dibumi termasuk dalam phylum arthropoda dan lebih kurang 90% dari arthropoda termasuk dalam kelas hexapoda. Arthropoda asal kata dari arthro yang artinya ruas, sedangkan poda asal dari pod yang artinya kaki, jadi arti seluruhnya binatang yang kakinya beruas. Selain kakinya beruas badannya pun terdiri dari segmen-segmen (bagian-bagian).
  • 17. Kelas Serangga (Hexapoda) Serangga disebut juga insecta (hexapoda). Insect berasal dari kata insecare, in artinya menjadi, secare artinya memotong atau membagi, maka insecta artinya binatang yang badannya terdiri dari segmen-segmen. Hexapoda, berasal dari kata hexa yang artinya enam dan poda artinya kaki, jadi hexapoda artinya binatang yang berkaki enam. 1. Ordo Homoptera Ciri-ciri ordo homoptera : ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap, antena berfariasi, ada yang pendek dan kaku seperti rambut, kadang panjang seperti benang. Tipe mulut penghisap. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contohnya : wereng garengpung, dan kutu. 2. Ordo Orthoptera Orthoptera berasal dari bahasa yunani, ortho artinya lurus dan ptera artinya sayap. Yang termasuk dalam ordo ini jangkrik, gangsing, anjing tanah (orong-orong), kecoa, lipas, belalang kayu, belalang setan, belalang sembah, belalang kerik, belalang kelapa (sexava) dan lain-lain. Suara serangga ini asalnya bukan dari mulut, tetapi dari sayap muka yang digosok-gosokkan bersama (misalnya jangkrik) atau sayap muka dan belakang digosok-gosokkan atau juga bagian dalam dari paha digosok- gosokkan pada tepi sayap muka nya. Biasanya yang bersuara hanya jenis yang jantan. Sayap Orthoptera ada dua pasang, sepasang dimuka, sempit, tebal, dan biasanya berwarna seperti badannya dan urat nya jelas; sepasang terletak di belakang, tipis (seperti membran), luas (lebar), bila istirahat melipat seperti kipas: biasanya terdapat satu ovipositor dan cerci. Mulutnya untuk mengunyah. Prothorax besar dan jelas. Metamorfosa bertahap.
  • 18. 3. Ordo Odonata Ciri-ciri ordo odonata mempunyai dua pasang sayap. Antena pendek seperti bulu keras. Tipe mulut megunyah. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Larva hidup di air. Bersifat karnivora. Contohnya : capung, dan capung jarum. 4. Ordo Thysanoptera (Thrips) Berasal dari bahasa yunani, thysanos artinya rumbai-rumabai, ptera artinya sayap, jadi arti seluruhnya adalah pada tepi sayapnya terdapat rambut yang berumbai-rumbai. Thrips panjangnnya 1-2 mm, berwarna hitam, kadang-kadang ada titik merah atau garis merah, datar, langsing, metamorfosa sederhana, yang muda warnanya putih, kuning, atau merah. Bagian mulut untukl menusuk dan mengisap. Thrips terutama mengisap cairan dari permukaan daun seperti perak Ini disebabkan masuknya udara dalam sel-sel yang telah diisap cairannya. Ada subordo thrips yaitu : Terebrantia dan Tubulifera. 5. Ordo Hemiptera Hemi artinya setengah, sedang ptera artinya sayap. Disebut demikian karena sayap mukanya sebagian menevbal dan sebagian tipis sebagai membran atau disebut hemelytra . Ordo ini dibagi dua subordo yaoitu heteroptera dan tromoptera. Yng termasuk heteroptera biasanya pasangan sayap mukanya (hemelytra) , bagian dasarnya menebal dan bagian ujungnya tipis sebagai membran, sedang yang termasuk homoptera seluruh sayap mukanya tipis seperti membran.Kerugian yang disebabkan hemiptera pada tanaman diantaranya yaitu: 1)karena mulutnya berbentuk alat penusuk untuk mengisap maka akan mengakibatkan timbulnya bercak-bercak nekrose, bercak-bercak pusat, daun-daun berkeriting misalnya pada tomat, atau juga bisa menyebabkan pembengkakan;2) menyebarkan penyakit, misalnya virus pada tanaman tomat dan padi.
  • 19. 6. Ordo Lepidoptera (Kupu-kupu) Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, lepidos yang artinya sisik sedang ptera artinya sayap, jadi sayap serangga ini berisik. Ukurannya ada yang kecil dan ada yang besar, jumlah sayapnya 4, dan tertutup dengan sisik. Badan dan kakinya juga tertutup sisik. Antenanya ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang. Bagian mulutnya saling berhubungan membentuk tabung. Pengisap seperti spiral. Badan larva terdiri dari 13 segmen. Bagian mulutnya dilengkapi alat untuk menggigit. Larva ini mempunyai 3 pasang kaki pada dada (thorax) dan biasanya ada kaki 5 pasang kaki pada bagian perut (abdomen), yang disebut kaki semu (proleg). Tiap pasang kaki semu ini terikat pada segmen perut ke 6,7,8,9, dan 12, pada ujung kaki (proleg) terdapat semacam kait dari khitin. Perkembangannya secara holomet bolis, yakni ulat menjadi pupa kemudian menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu ini ada yang sayapnya berbentuk atap menutupi tubuhnya bila istirahat (Heterocera), dan ada pula yang kalau istirahat sayapnya tegak lurus di atas badannya (Rhopalocera). Kupu-kupu yang keluar malam biasanya disebut ngengat, sedang yang keluar siang disebut kupu-kupu. Ngengat biasanya bila istirahat sayapnya menutupi badannya. Kupu-kupu yang kecil biasanya dikelompokkan dalam Microlepidoptera,sedang yang besar dalam Macrolepidoptera. 7. Ordo Coleoptera Coleoptera berasal dari bahasa (Yunani kuno) koleos yang artinya pelindung dan ptera yang artinya sayap. Diberi nama demikian karena sayap muka serangga yang termasuk ordo ini menebal sebagai pelindung sayap belakangnya. Kadang-kadang sayap muka yang menebal ini disebut juga elytra. Kalau sedang beristirahat, sayap serangga ini tidak saling menutup tetapii terletak berdampingan sehingga membentuk garis tengah. Mulut serangga ordo ini termasuk tipe untuk menggigit dan mengunyah. Makanan larva dan serangga dewasa pada umumnya berbeda. Umumnya makan mereka berupa hewan, tanaman yang masih hidup maupun yang
  • 20. sudah mati, ada pula yang makan akar tanaman. Larva dapat dibedakan dengan larva dari kupu-kupu yaitu tidak mempunyai kaki semu (proleg). Bentuk telur umumnya oval, halus dan sederhana. Yang dewasa pada umumnya bersayap tetapi terbangnya tidak baik, mungkin karena terganggu elytranya. Berkembang biak dengan cara metamorphosa sempurna atau holometabolous. Dari seluruh anggota kelas serangga, empat puluh persennya merupakan ordo Coleoptera, dan terdiri tidak kurang dari 250 ribu spesies. 8. Ordo Hymenoptera Hymenoptera berasal dari bahasa Yunani kuno uman atau hymen yang artinya kulit tipis, membran, dan ptera yang artinya sayap. Disebut demikian karena sayap ordo seperti membran yang telanjang tak ada pelindungnya. Dalam ordo terdapat beberapa keluarga pemakan tanaman, tetapi sebagian besar merupakan pemakan binatang lain. 9. Ordo Dipteral Diptera berasal dari bahasa Yunani kuno di yang artinya dua dan ptera yang artinya sayap. Disebut demikian karena serangga yang tergolong dalam ordo ini mempunyai sepasang sayap. Yang termasuk dalam ordo ini adalah lalat dan nyamuk. Serangga yang termasuk dalam ordo ini ada yang berukuran kecil sampai sedang, ada yang aktif pada yang berukuran kecil sampai sedang, ada yang aktif pada siang hari dan ada pula yang aktif malam hari, atau waktu cahaya remang-remang pada waktu pagi-pagi hari atau senja hari. Ada yang hidup di darat, ada yang di air. Cara makannya bervariasi, ada yang mengisap ada yang menjilat, menusuk atau dengan bagian-bagian mulut yang telah mengalami degenerasi, rudimeter (vestigial) dan mengalami metamorfose sempurna. Matanya besar, ocellinya biasanya ada tiga. Larva ordo ini disebut belatung, serta jentik-jentik, warna belatung putih, tidak berkaki, kepalanya kecil, makin ke belakang makin membesar. Biasanya bila terganggu akan melenting. Belatung hidup dalam buah,
  • 21. batang, tangkai daun atau sebagai parasit binatang. Biasanya menjadi pupa dalam tanah, tidak di dalam sumber makanan. Sementara jentik-jentik hidup dalam air. 10. Ordo isoptera Memiliki ciri-ciri tubuh lunak, memiliki dua sayap, yaitu sayap depan berupa sayap yang agak menebal seperti kulit. Bersifat hemitabola. Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks berhubungan langsung dengan abdomen yang ukuran lebih besar, merupakan serangga sosial. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut mengunyah, cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Yaitu raja ratu dan prajurit atau tentara. Contohnya : rayap. Kelas Arachnida (labah-labah) Ordo Acarina (tungau) Tungau termasuk dalam ordo Acarina, klas Arachnida, bukan termasuk golongan serangga dan jumlah kakinya pada umumnya 8 (serangga jumlah kakinya 6). Tungau itu binatang kecil, berkulit lunak dengan kerangka khitin. Yang besarnya melebihi 0.5 mm sangat jarang. Warnanya bermacam-macam dari hijau sampai merah. Badannya tidak beruas (segmen). Bentuknya menyerupai kantung, bagian mulutnya menonjol, kepalanya menjadi satu dengan badan. Bagian-bagian mulut dapat disesuaikan untuk menggigit, menggergaji, mengisap, atau menusuk. Perkembangan tungau mengalami beberapa instar. Tungau dewasa mempunyai 4 pasang kaki tetapi yang masih larva hanya 3 pasang. Kecuali tungau bisul yang termasuk dalam keluarga Eriophydae hanya mempunyai 2 pasang kaki. Pernapasannya melalui spiracles dan tracheae atau melalui kutikula. Perkembangbiakannya biasanya secara seksual. Baik oviparous (telur menetas setelah di luar tubuh induk) atau viviparous (melahirkan anak). Tungau biasanya membuat sarang
  • 22. labah-labah yang luas dan mereka hidup di bawahnya. Perkembangannya akan pesat bila udara panas dan kering. Hujan yang lebat dapat mengurangi populasi dalam waktu yang singkat. Tungau parasit suka hidup di bagian terlindung, di balik daun. Banyak merusak dau, batang dan buah, yang megakibatkan perubahan warna dan bentuk, timbul bisul-bisul, dan buah rontok sebelum waktunya. Ada jenis tungau yang menjadi predator hama lain, hingga bisa dipergunakan untuk pengendalian hama secara biologis. Peranan arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di alam ada 3 macam, antara lain : 1. Hama Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dan secara ekonomis merugikan. Contoh: serangga tikus pada tanaman padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangan Crocidomolia binotalis yang menyerang pucuk tanaman kubis- kubisan. 2. Predator Predator merupakan organism yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya. Contohnya: Menochilus sexmaculatus yang memangsa Aphid sp. 3. Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya. Contoh: Diadegma insulare yang merupakan parasitoid telur dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas maka D. insulare akan muncul.
  • 23. 2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Lingkungan hidup dari suatu organisme adalah semua faktor biotik dan abiotik yang potensial mempengaruhi organisme. Lingkungan tersebut juga merupakan habitat organisme yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang keduanya secara potensial mempengaruhi kehidupan makluk hidup tersebut. Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin, dan garis lintang. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Sedangkan lingkungan hidup tanaman dibagi dalam dua kelompok besar, pertama: lingkungan makro yaitu suatu lingkungan yang berpengaruh secara umum atau regional, sedangkan yang kedua adalah lingkungan mikro adalah lingkungan yang paling dekat dengan tanaman yang secara potensial berpengaruh terhadap organ tersebut, jadi merupakan suatu lingkungan dimana tumbuhan harus bertanggap. Lingkungan makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan mikro sebagai contoh adalah lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat berbeda dengan lingkungan luar kanopi tersebut khususnya pada kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya dan temperatur tentunya, lingkungan mikro di bawah suatu batuan di gurun tentu lebih dingin dibandingkan dengan diluar bebatuan tersebut. Kecepatan angin pada lingkungan mikro pada satu mm dari permukaan daun tentu mempunyai kecepatan angin yang berbeda dengan bagian organ lain, sehingga dikatakan lingkungan mikro adalah lingkungan dimana tanaman mampu bertanggap. Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu- individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar
  • 24. kita. Adapun macam-macam interaksi yang terjadi dalam kehidupan antara lain interaksi antar organisme, interaksi antar populasi dan interaksi antar komunitas. Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu- individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Adapun macam-macam interaksi yang terjadi dalam kehidupan antara lain interaksi antar organisme, interaksi antar populasi dan interaksi antar komunitas. Faktor Iklim Mikro 1. Intensitas Cahaya Cahaya adalah unsur terpenting bagi tanaman untuk melakukan fotosintesis. Pada proses ini dapat menghasilkan sumber makanan di ekosistem sehingga ketersediaan cahaya merupakan faktor penting. Cahaya dapat menembus udara dengan sangat mudah, sehingga sebagian tanaman terestrial akan mendapatkan banyak cahaya. Cahaya merupakan gelombang yang membawa energi dari panas matahari, dan intensitas cahaya merupakan aspek terpenting diantara aspek pendukung lainnya (Strandtmann, 1967). 2. Temperatur Temperatur tahunan dapat dijadikan sebuah parameter temperatur. Hubungan temperatur lebih banyak berkaitan dengan lamanya musim pertumbuhan serta beberapa proses yang bergantung pada temperatur selain proses fotosintesis. Di darat suhu dapat dengan mudah bervariasi 20º C dari siang hingga malam, dan bahkan lebih dari musim panas ke musim dingin (Krebs, 1978)
  • 25. 3. Kelembaban Relatif Kelembaban udara menggambarkan suatu perbandingan antara tekanan uap pada saat itu dengan uap air jenuh pada suhu yang sama. Faktor Edaphis 1. Jenis, struktur dan tekstur tanah Tanah adalah bagian dari ekosistem yang menghasilkan input energi dan matrial dari atas yg berinteraksi dengan pelapukan yang lambat. Hal yang dapatmempengaruhi jenis tanah antara lain bentuk,ukuran dan jumlah partikel yang terkandung. Beberapa tipe tanah yang dapat dihuni oleh organisme antara lain latosol, andosol, podsol, grumusol, regosol, aluvial dan laiinya. Sturktur tanah dapat meliputi beremah, beragregat, tidak beragregat, atau lainnya. Sedangkan untuk tekstur dapat berupa pasir, pasir berdebu, tanah berdebu, tanah liat dan lainnya. Lima faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari karakteristik tanah antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. 2. Temperatur dan Keasaman Tanah Temperatur sangat berpengaruh terhadap proses penyerapan nutisi atau zat hara yang terkandung dalam tanah. Semakin tinggi nilai temperatur menunjukkan semakin cepat proses terjadinya reaksi tersebut, selain itu dapat juga bermanfaat dalam kecepatanpenguraian serasah. Sifat kimia tanah meliputi pH tanah dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Mengetahui besaran nilai pH tanah sangat diperlukan untuk dapat mengetahui kualitas dari tanah tersebut. Proses penghitungan pH dapat ditentukan dengan pengambilan sampel yang kemudian sampel yangkemudain akan disuspensi sehingga dapat diketahui nilai pHnya.
  • 26. 3. Ketebalan serasah dan humus Bentuk susunan vertikal tanah menunjukkan profil tanah. Dalam bentuk yang ideal, profil tanah tanah terdiri dari suatu seri lapisan horinsontal yang berbeda atau disebut horison. Permukkaan atas merupakan serasah yang terdiri dari litter (lapisan yang terdiri dari sisa tanaman dan binatang yang tidak dapat terurai). Lapisan kedua terdapat lapisan humus yang dihasilkan oleh dekomposisi binatang dan tanaman yang mati. Kedua lapisan ini terdiri dari bahan organik, dengan partikel-partikel yang relatif kecil. 4. Salinitas Salinitas merupakan salah satu faktor yang bisa mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Menurut Tarigan (1996) pengaruh salinitas terhadap perumbuhan tanaman tergantung pada jumlah garam yang ada di dalam tanah, jenis dan varietas tanamn, serta jumlah dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Desai et al. (1997) menyatakan bahwa cekaman salinitas berpengaruh pada perkecambahan melalui pencegahan pengambilan air dengan tekanan osmotik dan masuknya ion beracun bagi perkembangan embrio atau kecambah. Mensah et al. (2006) menambahkan bahwa pada kacang tanah yang tercekam salinitas terjadi penundaan perkecambahan dan mengurangi persentase perkecambahan, saat konduktivitas elektrik lebih besar dari 2.60 mS/cm. Vigor kecambah, panjang akar, tinggi tanaman, dan bobot kering tanaman cenderung menurun dengan meningkatnya salinitas. Pengaruh salinitas dalam menghambat pertumbuhan tanaman akan semakin tinggi dengan semakin meningkatnya tingkat salinitas tersebut.
  • 27. BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan beserta Fungsinya 3.1.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik (Radiasi Matahari) 1) Alat a) Busur modifikasi : Pembidikan tinggi pohon b) Cetok : Untuk menggali tanah c) Gunting : Untuk memotong tali raffia d) Lux Meter : Alat untuk mengukur intensitas radiasi matahari e) Meteran jahit : Untuk mengukur panjang blok yang akan dibagi f) Penggaris : Untuk mengukur panjang, dan tinggi vegetasi g) Plastik ukuran 1,5 kg : Wadah sampel tanaman dan serangga h) Tali rafia : Untuk membuat kotak pengamatan dan digunakan untuk pembagi kotak pengamatan menjadi beberapa plot i) Alat tulis : Mencatat data vegetasi yang terdapat di dalam plot j) Kamera : Untuk dokumentasi k) Buku flora : Sebagai panduan untuk mengidentifikasi tumbuhan yang belum diketahui yang ada di dalam plot
  • 28. 3.1.2 Faktor Abiotik (Tanah) 1) Alat a) Cetok : Untuk mengambil tanah b) pH meter : Untuk mengukur pH dan kelembaban tanah c) Termometer : Untuk mengukur suhu tanah d) Kamera : Untuk dokumentasi e) Alat Tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan f) Tali Rafia : Untuk membagi subplot pada tiap plot g) Frame : Untuk mengamati vegetasi, seresah, mikoorganisme dalam tanah h) Kantung plastik : Untuk mengambil tanah 3.1.3 Faktor Biotik (Keanekaragaman Arthropoda pada argoekosistem) 1) Alat a) Swept net : Untuk menangkap serangga atau hama b) Plastik ukuran 1,5 kg : Wadah sampel tanaman dan serangga c) Kamera : Untuk dokumentasi d) Buku KDS : Sebagai panduan untuk mengidentifikasi seragga yang belum diketahui yang ada di dalam plot e) Kapas : Untuk mempermudah pengambilan arthropoda yang terdapat di dalam plastik serta untuk media penyerap alkohol f) Gelas Plastik : Untuk media pittfall
  • 29. 2) Bahan a) Alkohol : Membius serangga b) Air : Untuk pelarut deterjan c) Deterjen : Sebagai daya tarik serangga 3.1.4 Pengaruh faktor lingkungan terhadap tanaman (polybag) 1) Alat a) Polybag : Sebagai tempat tanah dan tumbuhnya tanaman (pengganti pot) b) Salinity Meter : Untuk mengukur kadar garam c) Cetok : Untuk mengambil tanah d) Penggaris : Untuk mengukur panjang, dan tinggi vegetasi e) Kamera : Untuk mendokumentasi f) Alat Tulis : Untuk mencatan pertumbuhan tanaman 2) Bahan a) Biji Kedelai : Sebagai objek penelitian b) Air : Untuk menyiram tanaman c) Garam : Untuk perlakuan salinitas d) Tanah : Sebagai media tanaman 3.2 Langkah Kerja di Lapang (Teknis Lapang) 3.2.1.1 Analisis Vegetasi Membuat sub plot pada area plot semusim 5x5 yang telah disediakan dengan tali rafia. - Sub plot 1 sebesar 5m x 2,5m - Sub plot 2 sebesar 2,5m x 2,5m - Sub plot 3 sebesar 2,5m x 1,25m
  • 30. - Sub plot 4 sebesar 1,25m x 1,25m - Sub plot 5 sebesar 1,25m x 1,25m Mengidentifikasi/menginventarisasi vegetasi yang masuk dalam sub plot pengamatan. Mengamati vegetasi di dalam sub plot yang terdiri dari spesies, jumlah individu. Mengukur diameter dari tumbuhan yang paling besar di seluruh plot (D1 dan D2). Mengambil sampel dari spesies yang belum diketahui jenisnya. Sampel dapat digunakan untuk diidentifikasi dengan menggunakan sumber informasi lain seperti buku identifikasi flora, website internet, dan sumber lainnya. Menghitung SDR sesuai dengan rumus dan memasukannya di dalam tabel.
  • 31. 3.2.1.2 Faktor Abiotik Suhu Tanah Membuka tutup batang thermometer tanah. Jangan sentuh batang besinya, sebab akan mempengaruhi pengukuran suhu. Menancapkan alat pada tanah. Menunggu beberapa saat. Kemudian akan terlihat angka di layar termometer tanah yang menunjukkan suhu udaranya. 3.2.1.3 Faktor Abiotik Intensitas Matahari Membuka tutup Lux meter. Menekan tombol nomor 3 untuk mengukur intensitas matahari pada alam bebas yang tidak ada naungan. Mengarahkan Lux meter ke arah datangnya sinar matahari.
  • 32. Melihat angka yang sering muncul.Angka tersebut adalah hasil pengukuran. Mencatat hasil pengukuran tersebut pada tabel pengamatan. 3.2.1.4 Faktor Abiotik Kelembaban Tanah Menyingkirkan seresah di atas tanah. Menancapkan ujung PH meter perlahan-lahan ke dalam tanah. Menekan dan menahan tombol pada PH meter, lalu melihat hasil pengukuran. Mencatat hasil pengukuran.
  • 33. 3.2.1.5 Faktor Abiotik PH Tanah Menyingkirkan seresah di atas tanah. Menancapkan ujung PH meter perlahan-lahan ke dalam tanah. Mencatat hasil pengukuran. 3.2.2 Faktor Abiotik (Tanah) Meletakkan Frame pada tanah. Mengidentifikasi seresah di dalam Frame. Menekan seresah ke permukaan tanah. Mengukur ketebalan seresah tersebut dengan penggaris. Mencatat hasil pengukuran.
  • 34. 3.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem) Menangkap serangga dengan mengayunkan swept net (satu langkah sama dengan tiga kali ayunan). Serangga yang tertangkap dimasukkan ke dalam plastik berukuran setengah kilogram kemudian diberi alkohol 70%. Mengambil serangga yang sudah tertangkap di dalam pitfall traps. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik berukuran setengah kilogram. Menggali tanah dengan ukuran 20cm x 20cm dan kedalaman 10cm. Mencari serangga yang terdapat di dalam galian tersebut.Kemudian masukkan ke dalam plastik yang sudah diberi alkohol 70%.
  • 35. 3.2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (polybag) Menyiapkan air ke dalam ember. Masukkan garam lalu diaduk rata. Mencelupkan Salinity meter lalu mengukur kadar garamnya hingga 1200 ppm. Menyiram air garam tersebut ke tanaman.
  • 36. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan + Tabel Pengamatan (Cangar & Jatikerto) 4.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari) 4.1.1.1 Pengamatan Vegetasi (Cangar, Malang & Jatikerto) Tabel 4.1 Analisis Vegetasi Tanaman Semusim (Cangar) Luas Plot: 5m x 5m No. Spesies D1 (cm) D2 (cm) Petak contoh ke- LBA 1 2 3 4 5 1. Canadian Horseweed (Conyza canadensis L.) 170 96 151 103 22 7 8 2598,7 2. Kubis (Brassica oleracea) 40 42 18 17 8 1 1 267,5 3. Rumput Teki (Cyperus rotundus) 33 20 310 175 52 31 29 157,6 4. Rumput Belulang (Eleusine indica (L) Gaertn) 6 24 11 5 3 - - 22,9 5. Wedusan (Ageratum conizoidees L.) 12 4 15 6 - 1 - 3,8
  • 37. Tabel 4.2 Analisis Vegetasi Tanaman Tahunan (Jatikerto) Luas Plot: 5m x 5m No. Spesies D1 (cm) D2 (cm) Petak contoh ke- LBA 1 2 3 4 5 1. Singkong (Manihot utilissima) 3 1 9 2 3 - - 0,48 2. Puteri malu (Mimosa pudica) 1 20 26 13 1 2 2 3,18 3. Alang-alang (Imperata cylindrical) 30 5 16 - 1 - - 23,89 4. Rumput teki (Cyperus rotundus) 25 18 196 98 1 - 1 71,66 5. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum) 14 23 89 56 24 14 7 51,27 6. Iller (Coleus atropurpureus L.) 35 8 3 1 1 - - 44,59 7. Tanaman X 116 6 14 8 3 - - 110,82 8. Semanggi (Marsilea) 12 1 36 17 6 1 1 1,91
  • 38. 4.1.1.2 Tabel Pengamatan Faktor Abiotik Tabel 4.3 Pengamatan suhu tanah, kelembaban, dan radiasi matahari No. Lokasi Suhu Tanah (0 C) RH (%) RM (Lux) 1. Cangar 18,5 59 1000 2. Jatikerto 28,5 - 22,46 4.1.1.3 Klasifikasi Vegetasi Tabel 4.4 Klasifikasi Vegetasi Tanaman Semusim Lokasi Cangar No Gambar Nama Tanaman Klasifikasi 1. Kubis (Brassica oleracea) Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Sub divisi : Angiospermae (Berbiji Terbuka) Kelas : Dicotyledonae (Berkeping dua) Famili : Cruciferae Genus : Brassica Spesies : Brassica oleracea 2. Rumput Teki (Cyperus rotundus) Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida
  • 39. (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae Genus : Cyperus Spesies : Cyperus rotundus L. 3. Rumput Belulang (Eleusine indica (L) Gaertn) Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Eleusine Spesies : Eleusine indica (L.) Gaertn 4. Canadian Horseweed (Conyza canadensis L.) Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh) Superdivision: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Division: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Class: Magnoliopsida
  • 40. (berkeping dua / dikotil) Subclass: Asteridae Order: Asterales Family: Asteraceae (suku kenikir-kenikiran) Genus: Conyza Less. Species: Conyza canadensis (L.) 5. Wedusan (Ageratum conizoidees L.) Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Subdivisi : Gymnospermae (Berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (berbiji dua) Famili : Asteracae Genus : Ageratum Spesies : Ageratum conizoidees (L.) Tabel 4.5 Klasifikasi Vegetasi Tanaman Semusim Lokasi Jatikerto No. Gambar Nama Tanaman Klasifikasi 1. Singkong (Manihot esculenta) Kerajaan : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil) ordo : Malpighiales Famili : Euphorbiaceae
  • 41. upafamili : Crotonoideae bangsa : Manihoteae genus : Manihot spesies : M. esculenta 2. Puteri Malu (Mimosa pudica) Kerajaan : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnolipohyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsid (Berkeping dua / dikotil) Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Upafamili : Mimosoideae Genus : Mimosa Spesies : M. Pudica 3. Alang-alang (Imperata cylindrical) Kerajaan : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (Berkeping dua / dikotil) Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Imperata Spesies : Imperata cylindrical 4. Rumput teki (Cyperus rotundus) Kerajaan : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (Berkeping dua/dikotil) Ordo : Poales
  • 42. Famili : Poaceae Genus : Imperata Spesies : Imperata cylindrica 5. Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum) Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Pennisetum Spesies : Pennisetum purpureum, Schumacher. 6. Iler (Coleus scutellarioide s Linn. Benth) Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji terbuka) Kelas : Dicotyledonae (Berkeping dua) Bangsa : Solanales Suku : Lamiaceae Jenis : Coleus scutellarioides
  • 43. 7. Tanaman X Kerajaan : Plantae (Tumbuhan) (tidak termasuk) : - Ordo : - Famili : - Genus : - Spesies : - 8. Semanggi (Marsilea L) Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Salviniales Famili : Marsileaceae Spesies : Marsilea L
  • 44. 4.1.1.4 Identifikasi Tumbuhan Tabel 4.6 Identifikasi Tumbuhan Lokasi Cangar No. Gambar Nama Tanaman Identifikasi Daun Batang Akar 1. Kubis Helai daun lekuk- lekuk cenderung panjang Memiliki batang yang pendek, tangkai daun agak panjang Memiliki akar tunggang 2. Rumput Teki Daunnya tunggal, berpelepah, bentuk garis, seperti daun rumput, jarang lanset atau elip, tepi rata tajam, hijau tua, ujung meruncing pelan, lebar 2 - 6 mm, berupa batang semu, merupakan kumpulan pelepah daun, batang asli berupa rimpang (Rhizome), percabangan Rhizome membentuk geragih (stolon), ujung stolon menjadi rumpun baru Memiliki akar serabut
  • 45. 3. Rumput Belulang Memiliki daun terdiri dari dua baris, tapi kasar pada tiap ujung, pada pangkal helai daun berambut atau berbulu halus Memiliki batang berbentuk cekungan, menempel pipih. Pelepah menempel kuat, batang seringkali bercabang Memiliki akar serabut 4. Canadian Horseweed - - - 5. Wedusan Bentuk daun bulat telur, dan bagian tepinya bergerigi serta memiliki bulu-bulu halus Batang berbentuk bulat bercabang, tegang, mencapai ketinggian 60- 120cm Memiliki akar tunggang
  • 46. Tabel 4.7 Identifikasi Tumbuhan Lokasi Jatikerto No . Gambar Nama Tanaman Identifikasi Daun Batang Akar 1. Singkong (Manihot esculenta) Daun pada tanaman singkong berurat, menjadi dengan cangap 5-9 helai. Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas, dengan ketinggian mencapai 2 meter Memiliki akar tunggang 2. Puteri malu (Mimosa pudica) Berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun sekitar 5-26 pasang. Helaian memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal memundar, tepi rata. Batang puteri malu berbentuk bulat. Pada seluruh batang terdapat rambut dan mempunyai duri yang menempel, batang mengarah secara miring ke permukaan tanah atau ke arah bawah. Putri malu mempunyai akar pena yang sangat kuat berbeda dengan akar- akar tanaman lainnya, jika dicabut langsung terangkat seluruh akar- akarnya.
  • 47. 3. Alang-alang (Imperata cylindrical) Akar tumbuh vertikal dengan rhizoma berwarna putih, beruas pendek, berwarna putih, sekulen. Daun alang- alang tumbuh tegak dengan pelepah daun yang memiliki permukaan yang hals serta tulang daun utama berwarna keputihan. Memiliki akar serabut. 4. Rumput teki (Cyperus rotundus) Daun berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, pelepah daun tertutup tanah. Pada batang rumput teki ini memiliki ketinggi mencapai 10 sampai 75 cm. Terdapat banyak tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahitan dan baunya wangi. Umbi- umbi ini mengumpul dan berkoloni.
  • 48. 5. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum) Daun agak lebar, memanjang, tipis dan mempunyai tulang daun yang tegap, mirip dengan tumbuhan tebu. Batang runcing memanjang. Akar berupa akar serabut yang rumpun. 6. Iler (Coleus scutellarioi des Linn. Benth) Daun berurat dan padat menyerupai bayam. Batang Pohon herba tegak dan merayap dengan tinggi batang pohonnya berkisar 30 cm sampai 150 cm, penampung batang berbentuk segi empat dan termasuk tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Berbentuk hati dan pada tiap tepiannya di hiasi jorong atau lekuk- lekuk tipis yang bersambu ngan dan didukung oleh tangkai daun dan memiliki warna yang beraneka ragam.
  • 49. 7. Tanaman X Daun sirih berbentuk jantung, tunggal, bagian ujung daun runcing, tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai, bila daun diremas akan mengeluark an aroma khas, panjang sekitar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm. Batang umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat, memiliki ruas, bagian ini merupakan bakal tumbuhnya akar. Akar tunggang terletak di bawah tanah dan merambat pada tanaman yang dapat dirambatinya.
  • 50. 8. Semanggi (Marsilea L) Daun berwarna hijau dengan diameternya yang kecil. Batang tidak terlalu kuat sehingga arah tumbuhnya mendatar. Ukuran batang ini sekitar 8-20 inchi. Akarnya terkadang berwarna merah dan disekelilingn ya muncul serabut atau bulu warnanya putih.    Analisa Vegetasi Tabel 4.8 Analisa Tanaman Lokasi Cangar No. Nama Vegetasi Fase Tumbuhan Jumlah Lebar Kanopi Tinggi Tanaman 1. Kubis Vegetatif 45 42 40 2. Rumput Teki Generatif. 579 20 33 3. Rumput Belulang Generatif 19 24 6 4. Wedusan Generatif 22 4 12 5. Canadian Horseweed - 291 96 170 Tabel 4.9 Analisa Tanaman Lokasi Jatikerto No Nama Vegetasi Fase Tumbuhan Jumlah Lebar Kanopi (cm) Tinggi Tanaman (cm) 1. Singkong (Manihot esculenta) Vegetatif 14 8 187 2. Puteri malu (Mimosa pudica) Generatif 44 1 20
  • 51. 3. Alang-alang (Imperata cylindrical) Vegetatif 17 5 30 4. Rumput teki (Cyperus rotundus) Generatif 296 25 18 5. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum) Generatif 190 23 14 6. Iler (Coleus scutellarioides Linn. Benth) Vegetatif 5 8 35 7. Tanaman X - 25 6 116 8. Semanggi (Marsilea L) Generatif 61 1 12 4.1.1.6 Tabel SDR Tabel 4.10 Tabel Perhitungan SDR Cangar No Spesies Kerapatan Frekuensi Dominansi LBA IV (%) SDR (%)Mutlak Nisbi (%) Mutla k Nisbi (%) Mutlak Nisbi (%) 1 Canadian Horsewed 58,2 29,87 1 23,8 103,95 85,19 2598, 7 138,8 6 46,2 9 2 Kubis 9 4,62 1 23,8 10,7 8,76 267,5 37,18 12,3 4 3 Rumput Teki 119,4 61,29 1 23,8 6,3 5,16 157,6 90,25 30,0 8 4 Rumput Belulang 3,8 1,95 0,6 14,2 0,92 0,75 22,9 16,9 5,63 5 Wedusan 4,4 2,25 0,6 14,2 0,15 0,12 3,8 16,57 5,52 Total 194,8 99,98 4,2 99,8 122,02 99,93 99,8 6
  • 52. Tabel 4.11 Tabel Perhitungan SDR Jatikerto Spesies Kerapatan Frekuensi Dominansi LBA IV (%) SDR (%) Mutla k Nisbi (%) Mutlak Nisbi (%) Mutlak Nisbi (%) 1 Singkong (Manihot esculenta) 2,8 2,16 0,6 10,3 45,26 78,75 1131,5 91,21 30,4 2 Putri malu (Mimosa pudica) 8 6,18 1 17,24 0,13 0,22 3,18 23,64 7,88 3 Alang-alang (Imperata cylindical) 3,4 2,62 0,4 6,89 0,95 1,65 23,88 11,16 3,72 4 Rumput teki (Cyperus rotundus) 59 45,5 0,6 10,3 2,6 4,87 71,65 60,27 20,2 5 Rumput gajah mini (Penistum purpurum) 38 29,34 1 17,24 2,05 3,56 51,27 60,14 16,7 6 Iler (Coleus scutellarioi des Linn. Benth) 0,8 0,61 0,6 10,3 1,78 3,09 44,58 14 4,67 7 . Tanaman X 5 3,86 0,6 10,3 4,43 7,7 110,82 21,86 7,28 8 . Semanggi (Marsilea L) 12,2 9,42 1 17,24 0,07 0,12 1,91 26,78 8,92
  • 53. 4.1.1.7 Interpretasi Hasil Perhitungan SDR 4.1.1.7.1 Cangar 1) Kubis Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi kubis di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 9 dengan kerapatan nisbi sebesar 4,62%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar 23,8%. Dominansi mutlak vegetasi kubis sebesar 10,7 dengan dominan nisbi sebesar 8,76%. Diketahui bahwa kubis memiliki D1 sebesar 40 dan D2 sebesar 42, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) kubis sebesar 267,5. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV kubis sebesar 31,18%, kemudian nilai IV dibagi tga dapat kita ketahui besar persentase SDR kubis sebesar 10,3%. 2) Rumput Teki Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi rumput teki di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 119,4 dengan kerapatan nisbi sebesar 61,29%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar 23,8%. Dominansi mutlak vegetasi rumput teki sebesar 6,3 dengan dominan nisbi sebesar 5,16%. Diketahui bahwa rumput teki memiliki D1 sebesar 33 dan D2 sebesar 20, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) rumput teki sebesar 157,6. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV rumput teki sebesar
  • 54. 90,25%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR rumput teki sebesar 30,08%. 3) Rumput Belulang Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi rumput belulang di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 3,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 1,95%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi nisbi sebesar 14,2%. Dominansi mutlak vegetasi rumput belulang sebesar 0,92 dengan dominan nisbi sebesar 0,75%. Diketahui bahwa rumput teki memiliki D1 sebesar 6 dan D2 sebesar 24, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) rumput belulang sebesar 22,9. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV kubis sebesar 16,9%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR rumput belulang sebesar 5,63%. 4) Wedusan Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi wedusan di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 4,4 dengan kerapatan nisbi sebesar 2,25%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi nisbi sebesar 14,2%. Dominansi mutlak vegetasi wedusan sebesar 0,15 dengan dominan nisbi sebesar 0,12%. Diketahui bahwa wedusan memiliki D1 sebesar 12 dan D2 sebesar 4, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) wedusan sebesar 3,8. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV wedusan sebesar 16,57%,
  • 55. kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR wedusan sebesar 5,52%. 5) Canadian Horseweed Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi canadian di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 58,2 dengan kerapatan nisbi sebesar 29,87%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar 23,8%. Dominansi mutlak vegetasi canadian sebesar 103,95 dengan dominan nisbi sebesar 85,19%. Diketahui bahwa canadian memiliki D1 sebesar 170 dan D2 sebesar 96, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) canadian sebesar 2598,7. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV canadian sebesar 138,87%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR canadian sebesar 46,29%. 4.1.1.7.2 Jatikerto 1) Singkong (Manihot esculenta) Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jaikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi singkong di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 2,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 2,16%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi nisbi sebesar 10,3%. Dominansi mutlak vegetasi singkong sebesar 45,26 dengan dominan nisbi sebesar 78,75%. Diketahui bahwa singkong memiliki D1 sebesar 187cm dan D2 sebesar 38cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) singkong sebesar 1.131,5. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
  • 56. sehingga didapatkan persentase IV singkong sebesar 91,21 %, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR singkong sebesar 30,4%. 2) Putri Malu (Mimosa pudica) Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi putri malu di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 8 dengan kerapatan nisbi sebesar 6,18%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar 17,24%. Dominansi mutlak vegetasi putri malu sebesar 0,13 dengan dominan nisbi sebesar 0,22%. Diketahui bahwa putri malu memiliki D1 sebesar 1 cm dan D2 sebesar 20 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) putri malu sebesar 3,18. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV putri malu sebesar 23,64%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR putri malu sebesar 7,88%. 3) Alang-alang (Imperata cylindrical) Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi alang-alang di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 3,4 dengan kerapatan nisbi sebesar 2,62%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,4 dengan frekuesi nisbi sebesar 6,89%. Dominansi mutlak vegetasi alang- alang sebesar 0,95 dengan dominan nisbi sebesar 1,65%. Diketahui bahwa alang-alang memiliki D1 sebesar 30 cm dan D2 sebesar 5 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) alang-alang sebesar 23,88. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM
  • 57. sehingga didapatkan persentase IV alang-alang sebesar 11,16%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR alang-alang sebesar 3,72%. 4) Rumput teki (Cyperus rotundus) Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi rumput gajah mini di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 59 dengan kerapatan nisbi sebesar 45,5%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi nisbi sebesar 10,3%. Dominansi mutlak vegetasi rumput gajah minisebesar 2,8 dengan dominan nisbi sebesar 4,87%. Diketahui bahwa rumput gajah mini memiliki D1 sebesar 25cm dan D2 sebesar 18 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) rumput gajah minisebesar 71,65. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV rumput gajah mini sebesar 60,27%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR rumput gajah mini sebesar 20,2%. 5) Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum) Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi iler di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 38 dengan kerapatan nisbi sebesar 29,34%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar 17,24%. Dominansi mutlak vegetasi iler sebesar 2,05 dengan dominan nisbi sebesar 3,56%. Diketahui bahwa iler memiliki D1 sebesar 14 cm dan D2 sebesar 23 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) iler sebesar 51,27. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan
  • 58. dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV iler sebesar 60,14%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR iler sebesar 16,7%. 6) Iler (Coleus scutellarioides Linn. Benth) Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi daun sirih di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 0,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 0,61%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi nisbi sebesar 10,3%. Dominansi mutlak vegetasi daun sirih sebesar 1,78 dengan dominan nisbi sebesar 3,09%. Diketahui bahwa daun sirih memiliki D1 sebesar 35 cm dan D2 sebesar 8 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) daun sirih sebesar 44,58. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV daun sirih sebesar 14%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR daun sirih sebesar 4,67%. 7) Tanaman X Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi semanggi di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 5 dengan kerapatan nisbi sebesar 3,86%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 0,6 dengan frekuesi nisbi sebesar 10,3%. Dominansi mutlak vegetasi semanggi sebesar 4,43 dengan dominan nisbi sebesar 7,7%. Diketahui bahwa semanggi memiliki D1 sebesar 116 cm dan D2 sebesar 6 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) semanggi sebesar 110,82. Besar nilai penting (Important Value)
  • 59. didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV semanggi sebesar 21,86%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR semanggi sebesar 7,28%. 8) Semanggi (Marsilea L) Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan nilai kerapatan mutlak vegetasi rumput teki di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 12,2 dengan kerapatan nisbi sebesar 9,42%, sedangkan besar frekuensi mutlaknya 1 dengan frekuesi nisbi sebesar 17,24%. Dominansi mutlak vegetasi rumput teki sebesar 0,07 dengan dominan nisbi sebesar 0,12%. Diketahui bahwa rumput teki memiliki D1 sebesar 12 cm dan D2 sebesar 1 cm, sehingga didapatkan LBA (Luas Basal Area) rumput teki sebesar 1,91. Besar nilai penting (Important Value) didapatkan dari jumlah KN, FN, dan DM sehingga didapatkan persentase IV rumput teki sebesar 26,78%, kemudian nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR rumput teki sebesar 8,92%. 4.1.2 Faktor Abiotik (Tanah) 4.1.2.1 Tebal Seresah Tabel 4.12 Seresah Lokasi Cangar No. Tebal Seresah Warna Tanah Hewan yang dijumpai Tekstur Tanah 1. 0,8 Warna agak coklat kekelabuan hingga hitam Semut Tekstur tanah berdebu 2. 1,4
  • 60. Tabel 4.13 Seresah Lokasi Jatikerto No . Tebal Seresah Warna Tanah Hewan yang dijumpai Tekstur tanah 1. 0,5 Coklat Cacing Semut kelabang Tekstur seperti tanah gambur 4.1.2.2 Keadaan Suhu (Tanah dan pH) Tabel 4.14 Pengamatan suhu tanah, kelembaban, dan radiasi matahari No. Lokasi Suhu (°C) RH(%) RM (Lux) pH 1. Cangar 18,5 59 1000 7,1 2. Jatikerto 28,5 - 22.68 7 4.1.2.3 Keanekaragaman binatang yang ada di atas dan di dalam tanah Tabel 4.15 Pengamatan keanekaragaman binatang lokasi Cangar No. Gambar Nama Serangga Strukur Klasifikasi Peranan 1. Orong-orong atau anjing tanah (Gryllotalpa sp) Memiliki sepasang tungkai depan yang besar dan bergerigi, kepala besar dan bercangkang keras, memiliki Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Upaordo : Ensifera Superfamili Hama
  • 61. sepasang sayap kecil, warna tubuh kecoklatan, panjang tubuh berkisar 27- 35mm : Grylloidea Famili : Gryllotalpid ae 2. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Cacing tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga, atau kaki. Tetapi memiliki organ perasa yang sangat sensitif terhadap cahaya dan sentuhan untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah, bernapas dengan kulit, suhu Kerajaan : Animalia Filum : Annelida Kelas : Clitellata Ordo : Haplotaxida Famili : Lumbricidae Genus : Lumbricus Spesies : Lumbricus rubellus Dapat menyubu rkan tanah
  • 62. tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan 3. Jangkrik (Liogryllus bimaculatus) Antena panjang, dan halus seperti rambut. Jenis jantan mempunyai gambaran cincin di sayap depan, betina mempunyai ovipositor panjang berbentuk jarum atau silindris Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Gryllidae Genus : Liogryllus Spesies : Liogryllus bimacutalus Predator telur penggerr ek batang padi 4. Belalang (Dissosteira carolina) Memiliki 3 pasang kaki, antena pendek, tipe mulutnya menggigit, dan memiliki sepasang sayap Kerajaan : Animalia Filum : Artropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Acrididae Genus : Dissosteira Hama
  • 63. Spesies : Dissosteira carolina 5. Semut (Formica yessensis) Sayap seperti selaput tipis, mulut dilengkapi flabellum, pada kepala terdapat sepasang antenna Kingdom : Animalia Pillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenopter Subordo : Apokrita Superfamili: Vespoidea Famili : Formicidae Genus : Formica Spesies : Formica yessensis Dapat menangk al hama lain seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, ulat pemakan buah, dan kutu- kutuan Tabel 4.16 Pengamatan keanekaragaman binatang lokasi Jatikerto No . Gambar Nama Serangga Struktur Klasifikasi Peranan 1. Capung ( I. senegalens is) Sayap dua pasang yang bentuknya memasang, tembus pandang, Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Membantu penyerbuk an
  • 64. antenanya sangat kecil, serta memiliki gigi pemotong dan pencabik Ordo : Odonata Famili : Coenagrioni dae Genus : Ischnura Spesies : I. senegalensi s 2. Belalang (Dissosteir a Carolina) 3 pasang kaki, antenna pendek, tipe mulutnya menggigit dan memiliki sepasang sayap Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Acrididae Genus : Dissosteira Spesies : Dissosteira Carolina Sebagai hama 3. Kepik (Hemypter a) Ukuran tubuh kecil, antena 5 ruas, perisai lebar, warna cerah metallic Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ada yang sebagai predator dan ada juga yang sebagai
  • 65. bervariasi, ditemukan di lahan basah Ordo : Hemyptera Famili : Pentatomi hama 4. Jangkrik (Liogryllu s sp.) 3 ruas utama tubuh, memiliki membrane timpane Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Gryllidae Genus : Liogryllus Spesies : Liogryllus sp. Sebagai hama 5. Laba-laba (Lycosaps eudoannla ) Abdomen oval, warna abu-abu, abdomen terdapat gambaran putik Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Arachinida Ordo : Araenida Famili : Lycocidae Genus : Lycosa Spesies : Pemangs hama sebelum populasiny a meningkat sampai tingkat yang merusak
  • 66. Lycosapseu doannla 6. Semut hitam (Laciusfuli gnosus) Sayap seperti selaput tipis, mulut dilengkapi flabellum, pada kepala terdapat sepasang antenna Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenopter Famili : Formicidae Genus : Lacius Spesies : Lacius fulignosus Sebagai penyerbuk , sebagai parasit, sebagai predator 7. Semutmer ah (Oechophy llasinarag dina) Sayap seperti selaput tipis, mulut dilengkapi flabellum, pada kepala terdapat sepasang antenna Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenopter a Famili : Formicidae Genus : oechopita Spesies : Oechophyll Sebagai penyerbuk , sebagai parasit, sebagai predator
  • 67. asinaragdin 8. Kupu- kupu Tubuh kupu- kupu dewasa terdiri dari 3 bagian , kepala (head), dada (thorax) dan perut (abdomen), bersayap sisik Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus : Delias Spesies: Delias Eucharis 4.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem) 4.1.3.1 Gambar Literatur Arthropoda Jangkrik Belalang Cacing Tanah Semut
  • 68. Kupu-kupu Kepik Semut hitam kumbang 4.1.3.2 Klasifikasi Arthropoda diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: 1. Crustacea (udang-udangan) Memiliki dua pasang antena. Tubuh terdiri atas sefalotoraks (kepala menyatu dengan dada) dan abdomen. Bernapas pada daerah tipis pada kutikula, namun sebagian besar bernapas dengan insang. Jenis kela-min sudah terpisah pada individu yang berbeda. Contoh: Penaeus(udang windu), Cambarus virilis (udang air tawar),Portunus s-exdentalus(kepiting), dan Neptunus pelagicus (rajungan). Peranan Crustacea :  Sebagai sumber protein hewani dan bernilai ekonomis tinggi Contoh: udang, kepiting, lobster.
  • 69.  Sebagai sumber makanan ikan, terutama Microcrustacea yang merupakan komponen penting pembentuk zooplankton. 2. Myriapoda (hewan berkaki banyak) Tubuh hanya terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Pada kepala terdapat sepasang mata tunggal, sepasang alat peraba besar, dan peraba kecil yang beruas-ruas. Tiap ruas pada tubuhnya terdapat sepasang atau dua pasang kaki. Sistem respirasinya menggunakan trakea yang bermuara pada lubang kecil yang disebut spirakel. Myriapoda diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Chilopoda (Scolopendra subspinipes (lipan)) dan Diplopoda (Julus teristris (luwing)). Peranan Myriapoda :  Membantu proses penguraian sampah organik, karena kemampuannya memakan partikel-partikel sampah (detritus) menjadi partikel yang lebih kecil. Contoh: luwing/lipan 3. Arachnoidea Tubuh terdiri atas dan abdomen dan sefalotoraks. Memiliki enam pasang anggota gerak, yakni kalisera, pedipalpus dan empat pasang kaki yang terdapat di sefalotoraks. Arachnoidea diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Scorpionida(kalajengking), Arachnida(laba-laba), dan Acarina(caplak, tungau). Peranan Arachnida : Umumnya Arachnida merugikan, karena:  Sebagai ektoparasit pada hewan-hewan ternak. Contoh: caplak
  • 70.  Sarangnya menyebabkan rumah menjadi kotor. Contoh: laba-laba 4. Insecta Tubuh tersusun atas kepala, dada, dan perut. Mulut dimodifikasi menjadi penggigit, pengisap, dan penelan. Memiliki tiga pasang kaki dan disebut hexapoda (berkaki enam). Mengalami perubahan bentuk tubuh selama perturnbuhan yang disebut metamorfosis. Metamorfosis ada dua macam, yaitu metamorfosis sempurna (lebah dan kupu-kupu) dan metamorfosis tak sempurna (Ialat, belalang, dan jangkrik). Peranan Insekta Insekta terdiri dari spesies yang sangat beragam. Oleh karena itu peranannya dalam kehidupan manusia juga beragam.  Menguntungkan - Menghasilkan sesuatu yang berguna bagi manusia. Contoh: lebah madu menghasilkan madu, kokon ulat sutera menghasilkan serat sutera. - Membantu proses penyerbukan/polinasi tanaman. Contoh: kupu-kupu, lebah. - Sebagai musuh alami hama tanaman. Contoh: kepik memakan kutu daun. - Membantu proses degradasi sampah organik. Contoh: kumbang kotoran, larvanya membantu degradasi sampah organik berupa kotoran ternak. - Sebagai media pengobatan berbagai penyakit. Contoh: lebah hutan (Aphis mellifera) dimanfaatkan sengatnya untuk terapi berbagai macam penyakit, dan telah terbukti dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit, salah satunya adalah teknik Aphiterapi, yaitu terapi menggunakan media lebah.
  • 71. - Sumber protein hewani. Contoh: belalang kayu ada yang memanfaatkannya sebagai makanan.  Merugikan - Sebagai vektor (agen penular) berbagai penyakit Contoh: nyamuk Anopheles sp, nyamuk Aedes aygepti, nyamuk Culex sp, lalat tsetse, lalat tabanus, dan lalat rumah. - Merusak tanaman budidaya Contoh: ulat/larva Lepidoptera memakan berbagai dedaunan, kumbang kelapa memakan bagian pucuk pohon kelapa, walang sangit mengisap cairan biji padi yang masih muda. 4.1.3.3 Bioekologi Serangga 4.1.4 Pengaruh Lingkungan pada pertumbuhan Lingkungan (Sesuiakan dengan Perlakuan atau Perbandingkan antara perlakuan dalam satu komoditas) 4.1.4.1 Kondisi Secara Visual Interaksi tanaman secara intraspesifik dan interspesifik pada pertumbuhan tanaman kacang tanah dengan jangung. ( 1 ) ( 2 )
  • 72. Gambar 1. Kacang tanah tanpa gulma Gambar 2. Kacang tanah dengan gulma ( 3) Gambar 3. Tanaman jagung tanpa gulma 4.1.4.2 Perbandingan rerata hasil tiap perlakuan Tabel 4.17 Tanaman Kedelai No. Kadar Salinitas Tinggi (cm) Jumlah Daun 1. 200 ppm 28,6 15 2. 700 ppm 31,89 34 3. 1200 ppm 33,03 18 4. 2200 ppm 33,38 12 4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Radiasi Matahari) Keadaan suhu tanah di Cangar relatif rendah meskipun pengukuran dilaksanakan pada siang hari yaitu 18,5o C. Hal itu disebabkan kondisi topografi di Cangar yang terletak di dataran tinggi. Radiasi matahari di Cangar juga termasuk tinggi karena mendapatkan penyinaran langsung
  • 73. oleh matahari yaitu 1000 LUX. Untuk keadaan suhu tanah di Jatikerto tergolong cukup tinggi yaitu 28,5o C. Dari pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu tanah di dataran tinggi berbeda dengan suhu tanah di dataran rendah. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis dan tingkat penyinaran matahari. Dikarenakan perbedaan letak geografis, maka vegetasi yang terdapat di ketiga tempat tersebut berbeda. Di cangar terdapat kubis, rumput teki, rumput belulang, wedusan, canadian horseweed. Sedangkan di Jatikerto terdapat singkong, putri malu, alang-alang, rumput gajah mini, iler, daun sirih, semanggi, dan rumput teki. Dari komoditas yang dibudidayakan terlihat bahwa terdapat perbedaan komoditas sesuai dengan letak geografis suatu tempat. Tanaman yang dibudidayakan di Cangar adalah kubis, sedangkan di Jatikerto adalah tanaman singkong. Untuk lahan Malang tidak digunakan untuk budidaya tanaman, melainkan hanya digunakan untuk lahan percobaan. 4.2.2 Faktor Abiotik (Tanah) Berdasarkan hasil pengamatan lapang yang dilakukan, Cangar memiliki tekstur tanah yang berdebu dan ringan. Menurut salah satu pendamping, hal itu disebabkan karena tanah di lingkungan tersebut merupakan area bekas abu vulkanik dari letusan gunung. Suhu tanah di Cangar mencapai 18,5°C dengan kelembaban 59% dan pH tanah 7,1. Artinya, berdasarkan litertur yang ada, keadaan tanah di Cangar termasuk tanah yang subur dan cocok untuk media tanam tanaman semusim. 4.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem) Keanekaragaman arthropoda yang kami temukan di Cangar antara lain, orong-orong, jangkrik, cacing tanah, belalang, dan semut. Sedangkan di Jatikerto keanekaragaman arthropoda yang ditemukan
  • 74. adalah belalang, kepik, jangkrik, laba-laba, semut hitam, semut merah, dan kupu-kupu. Keankeragaman di Cangar dan Jatikerto memiliki peran sendiri terhadap faktor lingkungan. Dari segi geografis lingkungan, dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu dataran rendah (Jatikerto), dataran sedang (Ngijo) dan dataran tinggi (Cangar). Karakteristik geografis tiap daerah menentukan karakteristik tiap Arthropoda. Arthropoda yang terdapat di Cangar seperti orong-orong, jangkrik, dan belalang memiliki peran sebagai hama, sedangkan untuk cacing tanah memiliki peran untuk menyuburkan tanah dan semut memiliki peran untuk menangkal hama lain seperti kepik. Sehingga karakteristik arthropoda yang terdapat di Cangar tergolongb merugikan. Hal itu disebabkan karena lebih banyaknya arthropoda yang berperan sebagai hama dalam lingkungan tresebut. Sedangkan untuk karakteristik untuk hewan yang berada di lahan Jatikerto cenderung tidak merugikan dan sedikit menguntungkan. Tidak merugikan cenderung menguntungkan misalnya seperti semut hitam dan semut merah (mengangkut sari makanan tanpa mengurangi unsur hara tumbuhan), dan kepik (untuk mengusir hama). Belalang Perbedaan arthropoda di kedua lahan tersebut disebabkan oleh topografi, struktur tanah, dan juga perbedaan vegetasi yang ditanam. 4.2.4 Pengaruh Lingkungan pada pertumbuhan Lingkungan (penjelasan berdasar data dan gambar antar perlakuan) 4.2.4.1 Interaksi tanaman secara intraspesifik dan interspesifik pada pertumbuhan tanaman kacang tanah dengan jangung. Selain tanaman kedelai yang diamati, kami juga mengamati tanaman kacang tanah dan jagung. Tanaman kacang tanah tersebut dibagi menjadi 2 plot. Pada plot pertama terjadi persaingan interspesies yaitu persaingan antara vegetasi yang utama dengan vegetasi-vegetasi lain yang tumbuh pada plot tersebut (gulma). Akibatnya, tanaman kacang tanah pada plot pertama tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan tertutup oleh
  • 75. vegetasi-vegetasi lain yang tumbuh pada plot tersebut. Hal itu diakibatkan adanya persaingan antar spesies untuk memperebutkan unsur hara di dalam tanah. Sedangkan pada plot kedua dapat kita lihat bahwa tanaman kacang tanah tersebut dapat tumbuh dengan subur. Hal itu terjadi karena pada plot kedua tidak banyak terdapat vegetasi-vegetasi lain yang tumbuh (gulma), sehingga hanya terdapat persaingan intraspesies saja yang terjadi yaitu persaingan antar vegetasi utama. Kemudian tanaman jagung yang kita amati juga terdapat 2 plot yaitu plot yang terawat dan plot yang tidak terawat. Dari setiap plot tersebut kita mengambil 3 sampel tanaman jagung. Paling rendah Paling tinggi Rata-rata Jagung terawat 74 137 91 Jagung tidak terawat 25 32 25 Jika kita lihat pada tabel diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa tanaman jagung yang tidak terawat atau terdapat banyak vegetasi-vegetasi lain (gulma) yang tumbuh pada plot tersebut mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung menjadi terhambat. Hal itu terjadi karena pada plot tanaman jagung yang tidak terawat terjadi persaingan interspesies antara tanaman jagung itu sendiri dengan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman tersebut. Sedangkan pada plot tanaman jagung yang terawat, pertumbuhan tanaman jagung tumbuh dengan baik. Hal itu terjadi karena dari setiap spesies hanya mengalami persaingan intraspesies. Persaingan yang terjadi antar hewan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan.
  • 76. 1.2.4.2 Perbandingan rerata hasil tiap perlakuan Jika dilihat dari tabel 4.1.7 hasil dari perlakuan pada tanaman kedelai bahwa semakin tinggi kadar salinitas yang diberikan pada tanaman kedelai yaitu 2200 ppm menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman semakin tinggi yaitu 33,38 cm, tetapi jumlah daun lebih sedikit dengan jumlah 12 helai. Jika kita membandingkan dengan perlakuan salinitas sebesar 700 ppm menyebabkan tinggi tanaman 31,89 dengan jumlah daun 34 helai. Dari data pada tabel perbandingan diatas dapat kita simpulkan bahwa perlakuan salinitas mencapai titik optimal pada tingkat 700 ppm. Selebih dari 700 ppm pertumbuhan tanaman akan terhambat. Hal itu dapat kita buktikan dari data yang terdapat pada tabel yang menunjukan bahwa pada tanaman kedelai dengan salinitas 1200 ppm jumlah daunnya 18 dan pada perlakuan dengan salinitas 2200 ppm jumlah daunnya hanya 12.
  • 77. BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang kita amati diketiga tempat tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dari berbagai bentuk yaitu suhu, vegetasi hingga serangga. Hal tersebut terjadi akibat letak geografis yang berbeda. Sehingga dapat menyebabkan perbedaan jenis vegetasi dan serangga yang dapat hidup didaerah tersebut. Setiap vegetasi, baik tumbuhan maupun hewan memiliki ciri-ciri tersendiri karena vegetasi tersebut telah beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor lingkungan juga mempengaruhi perbedaan vegetasi. Seperti faktor lingkungan pada tanaman kedelai dengan perlakuan salinitas yang berbeda akan menyebabkan perbedaan pula terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Ketika suatu vegetasi tumbuhan berada pada tingkat salinitas optimum, pertumbuhan tumbuhan itu akan sempurna, sesuai pertumbuhan vegetasi itu seharusnya. Sebaliknya, jika suatu vegetasi memperoleh salinitas yang kurang dari optimum ataupun lebih dari optimum tumbuhan akan menyebabkan ketimpangan pada tumbuhan, baik dari daun, batang, dan lain-lain. Adanya kompetisi antar vegetasi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. 1.2 Kritik Kritik kelas kami terhadap pelaksanaan fieltrip ke tiga tempat meliputi Cangar, Jatikerto, dan Ngijo yaitu :  Jika dibagi kedalam dua kelompok besar seperti di Cangar dan Jatikerto, umumnya tiap anak hanya mengerti kondisi dan analisis data di daerah yang dikunjungi saja.  Alat-alat yang digunakan untuk di identifikasi cuma satu, jadi digilir antar kelas sehingga efisiensi waktu yang digunakan menjadi lebih lama.
  • 78.  Beberapa asisten praktikum yang mengkoordinir baik di Cangar dan Jatikerto kurang mengayomi praktikan, sehingga praktikan masih bingung ketika berada di lapang. 1.3 Saran  Seharusnya jangan sampai ada miss-komunikasi antara asisten praktikum dengan praktikan.  Memberikan sarana dan prasarana yang lebih mendukung untuk fieldtrip kedepannya, seperti alat untuk mengukur suhu, radiasi matahari, dan lain-lain.
  • 79. LAMPIRAN 1. Perhitungan SDR Lokasi Cangar (5m x 5m) LBA (Luas Basal Area) = 𝑑1 × 𝑑2 4 × 2 𝜋 LBA Kubis = 40 × 42 4 × 2 𝜋 = 267,5 LBA Canadian = 170 ×96 4 × 2 𝜋 = 2598,7 LBA Rumput Teki = 33 ×20 4 × 2 𝜋 = 157,6 LBA Rumput Belulang = 6 ×24 4 × 2 𝜋 = 22,9 LBA Wedusan = 12 ×4 4 × 2 𝜋 = 3,8 KM = Jumlah spesies tersebut jumlah plot KM Kubis = 18+17+8+1+1 5 = 45 5 = 9 KM Canadian = 151+103+22+7+8 5 = 291 5 = 58,2 KM Rumput Teki = 310+175+52+31+29 5 = 579 5 = 119,4 KM Rumput Belulang= 11+5+3+0+0 5 = 19 5 = 3,8 KM Wedusan = 15+6+1+0+0 5 = 22 5 = 4,4 Total KM = 9 + 58,2 + 119,4 + 3,8 + 4,4 = 194,8 KN = KM spesies tersebut Jumlah KM seluruh spesies × 100% KN Kubis = 9 194,8 × 100% = 4,62% KN Canadian = 58,2 194,8 × 100% = 29,87% KN Rumput Teki = 119,4 194,8 × 100% = 61,29% KN Rumput Belulang = 3,8 194,8 × 100% = 1,95% KN Wedusan = 4,4 194,8 × 100% = 2,25% Total KN = 4,62% + 29,87% + 61,29% + 1,95% + 2,25% = 99,98% FM = Plot yang terdapat spesies tersebut Jumlah semua plot FM Kubis = 5 5 = 1 FM Canadian = 5 5 = 1 FM Rumput Teki = 5 5 = 1
  • 80. FM Rumput Belulang = 3 5 = 0,6 FM Wedusan = 3 5 = 0,6 Total FM = 1 + 1 + 1 +0,6 + 0,6 = 4,2 FN = FM spesies tersebut Jumlah FM seluruh spesies × 100% FN Kubis = 1 4,2 × 100% = 23,8% FN Canadian = 1 4,2 × 100% = 23,8% FN Rumput Teki = 1 4,2 × 100% = 23,8% FN Rumput Belulang = 0,6 4,2 × 100% = 14,2% FN Wedusan = 0,6 4,2 × 100% = 14,2% Total FN = 23,8% + 23,8% + 23,8% + 14,2% + 14,2% = 99,8% DM = LBA spesies tersebut Luas seluruh area DM Kubis = 267,5 25 = 10,7 DM Canadian = 2598,7 25 = 103,95 DM Rumput Teki = 157,6 25 = 6,3 DM Rumput Belulang= 22,9 25 = 0,92 DM Wedusan = 3,8 25 = 0,15 Total DM = 10,7 + 103,95 + 6,3 + 0,92 + 0,15 = 122,02 DN = DM spesies tersebut Jumlah DM seluruh spesies × 100% DN Kubis = 10,7 122,02 × 100% = 8,76% DN Canadian = 103,95 122,02 × 100% = 85,19% DN Rumput Teki = 6,3 122,02 × 100% = 5,16% DN Rumput Belulang = 0,92 122,02 × 100% = 0,75% DN Wedusan = 0,15 122,02 × 100% = 0,12% Total DN = 8,76% + 85,19% + 5,16% + 0,75% + 0,12% = 99,93%
  • 81. IV = KN + FN + DN = 99,98% + 99,8% + 99,93% = 299,71% SDR = IV 3 = 299,71% 3 = 99,90% = 100% 2. Perhitungan SDR Jatikerto 𝑲𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑴𝒖𝒕𝒍𝒂𝒌 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒍𝒐𝒕 1. Singkong 𝐾𝑀 = 14 5 = 2,8 2. Putri malu 𝐾𝑀 = 40 5 = 8 3. Alang-alang 𝐾𝑀 = 17 5 = 3,4 4. Rumput teki 𝐾𝑀 = 295 5 = 59 5. Rumput gajah mini 𝐾𝑀 = 190 5 = 38 6. Iller 𝐾𝑀 = 4 5 = 0,8 7. Sirih 𝐾𝑀 = 25 5 = 5 8. Semanggi 𝐾𝑀 = 61 5 = 12,2 𝑲𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑵𝒊𝒔𝒃𝒊 = 𝑲𝑴 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝑴 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 1. Singkong 𝐾𝑁 = 2,8 129,5 𝑥 100% = 2,16% 2. Putri malu 𝐾𝑁 = 8 129,5 𝑥 100% = 6,18% 3. Alang-alang 𝐾𝑁 = 3,4 129,5 𝑥 100% = 2,62% 4. Rumput teki 𝐾𝑁 = 59 129,5 𝑥 100% = 45,5% 5. Rumput gajah mini 𝐾𝑁 = 38 129,5 𝑥 100% = 29,34% 6. Iller 𝐾𝑁 = 0,8 129,5 𝑥 100% = 0,61%
  • 82. 7. Sirih 𝐾𝑁 = 5 129,5 𝑥 100% = 3,86% 8. Semanggi 𝐾𝑁 = 12,2 129,5 𝑥 100% = 9,42% 𝐅𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐌𝐮𝐭𝐥𝐚𝐤 = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐥𝐨𝐭 𝐬𝐩𝐞𝐬𝐢𝐞𝐬 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐩𝐥𝐨𝐭 1. Singkong FM = 3 5 = 0,6 2. Putri Malu FM = 5 5 = 1 3. Alang-alang FM = 2 5 = 0,4 4. Rumput teki FM = 3 5 = 0,6 5. Rumput gajah muni FM = 5 5 = 1 6. Iler FM = 3 5 = 0,6 7. Sirih FM = 3 5 = 0,6 8. Semanggi FM = 5 5 = 1 Jumlah = 5,8 𝐅𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐍𝐢𝐬𝐛𝐢 = 𝐅𝐌 𝐬𝐩𝐞𝐬𝐢𝐞𝐬 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐅𝐌 𝐱 𝟏𝟎𝟎% 1. Singkong FN = 0,6 5,8 x 100% = 10,3% 2. Putri Malu FN = 1 5,8 x 100% = 17,4% 3. Alang-alang FN = 0,4 5,8 x 100% = 6,89% 4. Rumput teki FN = 0,6 5,8 x 100% = 10,3% 5. Rumput gajah mini FN = 1 5,8 x 100% = 17,4% 6. Iler FN = 0,6 5,8 x 100% = 10,3% 7. Sirih FN = 0,6 5,8 x 100% = 10,3% 8. Semanggi FN = 1 5,8 x 100% = 17,4%
  • 83. 𝑳𝑩𝑨 = 𝑫𝟏 𝒙 𝑫𝟐 𝟒 𝒙 𝟐 𝝅 1. Singkong 𝐿𝐵𝐴 = 187 𝑥 38 4 𝑥 2 3,14 = 1131,5 2. Putri malu 𝐿𝐵𝐴 = 20 𝑥 1 4 𝑥 2 3,14 = 2,18 3. Alang-alang 𝐿𝐵𝐴 = 30 𝑥 5 4 𝑥 2 3,14 = 23,88 4. Rumput teki 𝐿𝐵𝐴 = 25 𝑥 18 4 𝑥 2 3,14 = 71,65 5. Rumput gajah muni 𝐿𝐵𝐴 = 14 𝑥 23 4 𝑥 2 3,14 = 51,27 6. Iler 𝐿𝐵𝐴 = 35 𝑥 8 4 𝑥 2 3,14 = 44,58 7. Sirih 𝐿𝐵𝐴 = 116 𝑥 6 4 𝑥 2 3,14 = 110,82 8. Semanggi 𝐿𝐵𝐴 = 12 𝑥 1 4 𝑥 2 3,14 = 1,91 𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒔𝒊 𝑴𝒖𝒕𝒍𝒂𝒌 = 𝑳𝑩𝑨 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑨𝒓𝒆𝒂 1. Singkong 𝐷𝑀 = 1131,5 25 = 45,26 2. Putri malu 𝐷𝑀 = 3,18 25 = 0,13 3. Alang-alang 𝐷𝑀 = 23,88 25 = 0,95 4. Rumput teki 𝐷𝑀 = 71,65 25 = 2,8 5. Rumput gajah mini 𝐷𝑀 = 51,27 25 = 2,05 6. Iller 𝐷𝑀 = 44,58 25 = 1,78 7. Sirih 𝐷𝑀 = 110,82 25 = 4,43 8. Semanggi 𝐷𝑀 = 1,91 25 = 0,07 𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒔𝒊 𝑵𝒊𝒔𝒃𝒊 = 𝑫𝑴 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 𝑫𝑴 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 1. Singkong 𝐷𝑁 = 45,26 57,47 𝑥 100% = 78,75
  • 84. 2. Putri malu DN = 0,13 57,47 𝑥 100% = 0,21 3. Alang-alang DN = 0,95 57,47 𝑥 100% = 1,65 4. Rumput teki DN = 2,8 57,47 𝑥 100% = 4,87 5. Rumput gajah mini DN = 2,05 57,47 𝑥 100% = 3,56 6. Iller DN = 1,78 57,47 𝑥 100% = 3,09 7. Sirih DN = 4,43 57,47 𝑥 100% = 7,7 8. Semanggi DN = 0,07 57,47 𝑥 100% = 0,12 𝑰𝑽 = 𝑲𝑵 + 𝑭𝑵 + 𝑫𝑵 1. Singkong 𝐼𝑉 = 2,16% + 10,3% + 78,75% = 91,21% 2. Putri malu 𝐼𝑉 = 6,18% + 10,3% + 0,22% = 23,64% 3. Alang-alang 𝐼𝑉 = 2,62% + 6,89% + 1,65% = 11,16% 4. Rumput teki 𝐼𝑉 = 25,5% + 10,3% + 4,87% = 60,27% 5. Rumput gajah muni 𝐼𝑉 = 29,34% + 17,24% + 3,56% = 60,14% 6. Iler 𝐼𝑉 = 0,61% + 10,3% + 3,09% = 14% 7. Sirih 𝐼𝑉 = 3,86% + 10,3% + 7,7% = 21,86% 8. Semanggi 𝐼𝑉 = 9,42% + 17,24% + 0,12% = 26,78% 𝑺𝑫𝑹 = 𝑰𝑽 𝟑 1. Singkong 𝑆𝐷𝑅 = 91,21 3 = 30,40 2. Puteri malu 𝑆𝐷𝑅 = 23,64 3 = 7,88 3. Alang-alang 𝑆𝐷𝑅 = 11,16 3 = 3,72 4. Rumput teki 𝑆𝐷𝑅 = 60,27 3 = 20,2 5. Rumput gajah mini 𝑆𝐷𝑅 = 60,14 3 = 16,7 6. Iler 𝑆𝐷𝑅 = 14 3 = 4.67
  • 85. 7. Sirih 𝑆𝐷𝑅 = 21,86 3 = 7.28 8. Semanggi 𝑆𝐷𝑅 = 26,78 3 = 8.92
  • 86. DAFTAR PUSTAKA Amini, Arin. 2013. Acara 2 Kompetisi Inter dan Intra Spesifik Sebagai Faktor Pembatas Biotik. http://aminiarin.blogspot.com/2013/07/acara-2-kompetisi- inter-dan-intra.html. Diakses pada tanggal 9 November 2013. Anonymous1 . 2013. Pengaruh Jenis Air Terhadap Pertumbuhan Kecambah Tanaman Kacang Hijau. http://dewahyu- wm.blogspot.com/2013/10/pengaruh-jenis-air-terhadap-pertumbuhan.html. Diakses pada tanggal 9 November 2013. Anonymous2 . 2009. http//tp.uns.ac.id.kompetisi tumbuhan. Diakses pada tanggal 9 November 2013. Kennedy, A.D., 1993. Water as a limiting factor in the Antarctic terrestrial environment: a biogeographical synthesis. Arctic and Alpine Research 25, 308–315. Krebs, C.J., 1978. Ecology: the Experimental Analysis of Distribution and Abundance, second ed. Harper & Row, New York. Mc naugthon and L. L .Woff. 1998. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mimbar, S. M, 1999. Pengaruh jarak tanam, jumlah tanaman per rumpun dan kerapatan populasi terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau merah. Agrivita XII (1) : 13 – 14 Strandtmann, R.W., 1967. Terrestrial Prostigmata (Trombidiform mites). Antarctic Research Series 10, 51–95. Suwasono, Sutiman, Sardjono, 2000. Pengantar Ekologi. Jakarta. CV. Rajawali. Umar.2012.http://catatanaliahkamulloh.blogspot.com/2012/03/tinjauan-pustaka- pengaruh-salinitas.html. Diakses Tanggal 10 Desember 2013