BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA
2. A. Pengertian
Amfibi adalah jenis hewan vertebrata (Hewan
Bertulang Belakang) yang pada umumnya hidup di dua
alam, yaitu darat dan air. Biasanya amfibi akan bertelur di
dalam air, atau sering juga menempatkan telurnya di
tempat yang memiliki tingkar kelembaban yang tinggi.
Setelah menetas larva atau berudu akan hidup di dalam
air atau tempat yang basah dan bernafas menggunakan
dengan insang. Selanjutnya berudu tersebut akan
mengalami metamorfosis dan nantinya akan menjadi
hewan dewasa yang hidup di daratan dan bernafas
menggunakan paru-paru.
3. B. Ciri-Ciri
1. Amfibi memiliki tulang belakang. Mereka adalah vertebrata.
2. Amfibi adalah hewan berdarah dingin. Mereka tidak bisa mengatur
suhu tubuh mereka sendiri.
3. Amfibi menghabiskan setidaknya sebagian dari kehidupan mereka di
air dan di darat.
4. Amfibi tidak memiliki sisik dan kulit mereka permeabel (molekul dan
gas dapat melewati).
5. Amfibi memiliki insang untuk setidaknya bagian dari kehidupan
mereka. Beberapa spesies telah insang hanya sebagai larva,
sementara yang lain dapat memiliki insang sepanjang hidup mereka.
6. Kebanyakan amfibi mengalami metamorfosis.
6. APODA/SESILIA (Gymnophiona)
Merupakan ordo amfibia yang bertubuh serupa cacing
besar atau ular. Hewan ini amat langka. Selain karena
hanya ditemukan di daerah hutan-hutan yang masih
baik, sesilia hidup di dalam tanah yang gembur, di
dekat sungai atau rawa-rawa; sehingga jarang sekali
didapati oleh manusia. Dalam bahasa Jawa mereka
disebut ulo duwel
7.
8. URODELA
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri
bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor
serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara
kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang
dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian
kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase
dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak
dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah
Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. (Pough et. al,
1998)
9.
10. ANURA
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor.
Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum
tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan,
tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik.
Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal
ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-
jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit
dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang
mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran
besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara
eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang
tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)
13. D. REPRODUKSI
Dekat pangkal oviduk pada
katak betina dewasa,
terdapat saluran yang
menggembung yang disebut
kantung telur (uterus).
Oviduk katak betina terpisah
dengan ureter. Oviduk nya
berkelok-kelok dan
bermuara di kloaka.
14. Pada katak betina, oogenesis membutuhkan waktu selama 3 tahun. Dua tahun
pertama, oosit tumbuh dan berkembang secara bertahap dan pada tahun ketiga,
pertumbuhan oosit meningkat yang menyebabkan yolk menjadi besar.
Telur dihasilkan di dalam ovarium. Sel oogonia yang bersifat diploid membelah secara
mitosis menghasilkan oosit primer. Kemudian ribuan oosit primer memulai suatu
periode pertumbuhan yang masing-masing oositnya terselubung dalam seberkas sel
yang disebut folikel. Bahan makanan dialihkan dari sel-sel folikel tersebut ke oosit yang
sedang tumbuh. Ketika tahap ini selesai, sel telur diselubungi oleh membran vitelin.
Pada kebanyakan hewan akuatik dan amfibia proses tersebut terjadi sekali setahun.
15. Spermatogenesis pada katak, tidak jauh berbeda dengan spermtogenesis
pada hewan vertebrata lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada susunan
tubulus seminiferus. Setelah spermatogonia dibentuk, spermatogonia akan
menjadi spermatosit primer yang kemudian bergerak ke tubulus seminiferus.
Pada fase ini terjadi duplikasi DNA, kemudian mengalami meiosis I dan
menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang haploid. Spermatid (n) terbentuk
setelah spermatosit sekunder mengalami meiosis II. Selama proses
spermiogenesis, ekor pada spermatid mulai terbentuk. Jika semua bagian
pada sperma telah terbentuk maka sel tersebut telah menjadi spermatozoa.
16. Organ reproduksi pada katak jantan merupakan sepasang
testis yang berbentuk oval dan berwarna kuning keputih-
putihan. Testis tersebut terletak disebelah atas ginjal yang
digantungkan oleh mesorsium. Sperma yang dihasilkan
testis berjumlah sepasang dan nantinya akan disalurkan
ke dalam vas deferens, yang selanjutnya akan bermuara
di kloaka. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada
beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula
seminalis (penyimpan sperma sementara).
17. E.PERANAN AMPHIBI
1. Katak diambil daging dan telurnya yang kemudian dikonsumsi
2. Kulit katak dapat dibuat jaket dan barang kerajinan lainnya jika
diberi samak
3. Katak berfungsi sebagai pemberantas nyamuk yang dilakukan
secara biologi dan juga sebagai pengendali serangga hama
pada pertanian
4. Katak dapat digunakan dalam tes kehamilan seperti Bufo
melanostictus, karena dapat menghasilkan hormon perang
gonad yang efeknya sama dengan hormon perangsang gonad
yang terdapat dalam urine wanita hamil
5. Dapat digunakan sebagai racun untuk anak panah hal ini
dilakukan orang indian
6. Racun bufotalin dan Bufotenin dihasilkan oleh jenis kodok
Bufo marinus yang dimanfaatkan sebagai penguat denyut
jantung.