SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
BAB V PERILAKU MENYIMPANG DAN
    PENGENDALIAN SOSIAL
                                              BAB V

    PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL

     Standar Kompetensi :

     Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian

     Kompetensi Dasar :

     Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial

     Indikator :

     1. Menjelaskan definisi perilaku menyimpang

     2. Mendeskripsikan jenis-jenis perilaku menyimpang

     3. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang

     4. Mengidentifikasi terjadinya perilaku menyimpang sebagai hasil sosialisasi yang tidak
           sempurna

     5. Mendeskripsikan cara-cara untuk menaggulangi terjadinya perilaku menyimpang

     6. Menjelaskan lembaga dan sifat pengendalian sosial

A. PERILAKU MENYIMPANG

    1. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG

        a. Robert M Z Lawang

           Penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
           dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan suatu usaha dari pihak berwenang untuk
           memperbaiki perilaku orang yang menyimpang atau abnormaltersebut.

        b. James Vander Zanden

           Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
           hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

        c. Kartini Kartono
Penyimpangan (deviasi) merupakan tingkah laku yang menyimpang dari tendensi
     sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan.

   d. Bruce J. Cohen

     Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
     dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

   e. Paul B. Horton

     Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap
     norma-norma kelompok atau masyarakat.

   Dari beberapa definisi di atas dapat disederhanakan bahwa perilaku menyimpang adalah
   setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

2. CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG

   a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan

   b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak

   c. Penyimpangan relative dan penyimpangan mutlak

   d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal

   e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan

   f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif atau menyesuaikan

3. BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG

   a. Berdasarkan kekerapan atau berat-ringannya penyimpangan

     1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation)

          Ciri-cirinya :

          a. Bersifat sementara / temporer

          b. Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang

          c. Masyarakat masih mentolerir / menerima

          Contoh: pegawai negeri yang membolos kerja, banyak minum alkohol pada
          waktu pesta, siswa yang membolos atau menyontek saat ujian dan pelanggaran
          lalu lintas.
2) Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)

        Ciri-cirinya :

        a. Bersifat permanen / tetap

        b. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang

        c. Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.

        Contoh: pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan.

  b. Berdasarkan jumlah pelakunya

    1) Penyimpangan Individu

        Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang
        individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-
        norma yang berlaku. Contohnya pencurian yang dilakukan sendiri.

    2) Penyimpangan Kelompok

        Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan secara
        berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari norma-
        norma masyarakat yang berlaku. Pada umumnya penyimpangan kelompok terjadi
        dalam sub kebudayaan yang menyimpang yang ada dalam
        masyarakat. Contohnya gank kejahatan atau mafia.

  c. Berdasarkan sifatnya

    1) Penyimpangan Positif

        Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif
        karena mengandung unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya alternatif. Jadi
        penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai
        sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan tampaknya menyimpang
        dari norma yang berlaku. Contoh seseorang ibu rumah tangga dengan terpaksa
        harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi.

    2) Penyimpangan Negatif

        Penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang cenderung bertindak ke arah
        nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Dalam
        Penyimpangan negatif, tidakan yang dilakukan akan dicela oleh masyarakat dan
        pelakunya tidak dapat ditolerir oleh masyarakat.

4. MEDIA PEMBENTUKAN PERILAKU MENYIMPANG
a. Keluarga

Kepribadian anak akan terbentuk dengan baik bila terlahir dalam lingkungan keluarga yang
       baik dan sebaliknya. Keluarga merupakan faktor penentu bagi perkembangan atau
       pembentukan kepribadian seorang anak selanjutnya.Keluarga berfungsi
       mensosialisasikan nilai-nilai yang baik dalam diri anak-anak. Kepribadian anak akan
       cenderung negatif apabila terlahir dari keluarga yang kacau yang dibebani berbagai
       macam permasalahan keluarga seperti orang tua yang sering cekcok, kehilangan
       orang tua untuk membimbing dan mendidik karena perang, orang tua yang kecanduan
       minuman keras atau obat bius, pengangguran, bahkan terlibat dalam tindakan
       kriminalitas serta kemiskinan yang mencekik dan sebagainya. Keluarga semacam ini
       gagal mensosialisasikan nilai-nilai baik dalam diri anak-anaknya.

    b. Lingkungan Tempat Tinggal

Seorang individu yang tinggal dalam lingkungan yang baik, para anggotanya taat beribadah,
      melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan positif akan
      mempengaruhi kepribadian individu tersebut untuk menjadi baik. Sebaliknya bila
      seorang individu hidup dan tinggal dalam lingkungan yang buruk, warga
      masyarakatnya suka melakukan tindakan kriminalitas seperti perampokan,
      pencurian,suka menggunakan obat bius dan mengedarkan narkoba, cenderung akan
      membentuk kepribadian yang buruk atau menyimpang pada diri individu tersebut.

    c. Kelompok Bermain

Adakalanya seorang individu memiliki kelompok bermain atau pergaulan di luar lingkungan
      tempat tinggalnya misalnya di lingkungan sekolah atau luar lingkungan sekolah. Jika
      individu memiliki kelompok bermain yang positif, suka belajar dan melakukan
      perbuatan yang baik maka perilakunya cenderung positif. Sebaliknya apabila seorang
      individu mempunyai kelompok bermain yang negatif maka pola perilakunya
      cenderung negatif / menyimpang.

    d. Media Massa

Media massa baik cetak maupun elektronik dapat memicu maraknya perilaku
      menyimpang. Misalnya tayangan-tayangan yang berbau pornografi, porno aksi, dan
      kekerasan membuat seseorang yang menontonnya meniru perilaku menyimpang
      tersebut.

5. FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG

    a. Sosialisasi Nilai-nilai Sub kebudayaan Menyimpang

Di dalam masyarakat terdapat bagian-bagian (sub-sub) atau kelompok-kelompok orang.
       Setiap kelompok memiliki ciri kebudayaan sendiri, namun merupakan bagian dari
       keseluruhan masyarakat itu. Inilah yang dimaksud sub kebudayaan. Sub kebudayaan
       tadi bisa saja merupaka sub kebudayaan yang menyimpang. Misalnya di sebuah
lokalisasi pelacuran. Ditempat ini, berzina dianggap sesuatu yang biasa (tidak
       menyimpang). Tetapi menurut ukuran masyarakat luas hal itu dianggap menyimpang.
       Seorang anak yang dibesarkan di tempat tersebut tentu juga akan menganut nilai-nilai
       sub kebudayaan yang menyimpang tadi, karena kebudayaan itulah yang diajarkan
       kepadanya.

    b. Pengaruh lingkungan dan Media Massa

Lingkungan kerja dan teman sepermainan dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Demikian juga dengan penggambaran peristiwa, berita, dan tayangan-tayangan yang
      menampilkan perilaku menyimpang sangat berpotensi untuk ditiru oleh
      masyarakat. Hal ini karena mayoritas masyarakat kita belum terbiasa menyeleksi atau
      menganalisis secara kritis terhadap berbagai informasi yang datang.

    c. Sikap mental yang tidak sehat

Sikap itu ditunjukkan dengan merasa tidak bersalah atau menyesal atas perbuatannya, bahkan
        merasa senang.

    d. Ketidaksanggupan menyerap norma

Ketidaksanggupan ini disebabkan karena individu menjalani proses sosialisasi yang tidak
       sempurna, sehingga ia tidak sanggup menjalankan peranannya sesuai dengan perilaku
       yang diharapakan masyarakat.

    e. Kegagalan dalam proses sosialisai

Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut tidak berhasil dalam
       mendalami norma-norma masyarakat dalam diri anggota keluarga.

    f. Ketidakharmonisan dalam keluarga

Orang tua yang sering bertengkar/mempunyai masalah, ayah / ibu mempunyai masalah
       dengan anaknya, atau sesama anak memiliki masalah menyebabkan ketidaknyamanan
       di dalam keluarga. Kondisi broken home mendorong mereka untuk mencari pelarian
       di luar rumah dan kemudian membuat mereka berperilaku menyimpang

    g. Pelampiasan rasa kecewa

Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkan ke hal yang positif ,
       maka ia akan berusaha mencari pelarian untuk memuaskan rasa kecewanya.

    h. Dorongan kebutuhan ekonomi
Perilaku menyimpang juga terjadi karena dorongan kebutuhan ekonomi. Sulitnya mencari
       pekerjaan yang halal sedangkan kebutuhan pokok seperti makan tidak dapat ditunda
       lebih lama maka mendorong seseorang untuk berperilaku menyimpang.

    i. Keinginan untuk dipuji

Seseorang dapat bertindak menyimpang karena keinginan untuk mendapat pujian,
       seperti memiliki banyak uang, selalu berpakaian mahal dan perhiasan yang mewah,
       atau gaya hidup yang mewah. Agar keinginan ini terwujud, ia rela melakukan
       perbuatan menyimpang seperti korupsi, menjual diri, merampok dll.

    j. Proses Belajar yang Menyimpang

Hal ini terajadi melalui interaksi sosial dengan orang-orang yang berperilaku
        menyimpang. Misalnya seorang anak yang bergaul dengan teman-temannya yang
        menggunakan obat-obatan terlarang.

    k. Adanya Ikatan Sosial yang berlainan

Seorang individu cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang dihargai,
      dan akan lebih senang bergaul dengan kelompok itu dari pada dengan kelompok
      lain. Seseorang akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompok tersebut.
      Dan apabila kelompok ini adalah kelompok yang berperilaku menyimpang, maka dia
      juga akan ikut berperilaku menyimpang..

6. PERILAKU MENYIMPANG SEBAGAI HASIL PROSES SOSIALISASI YANG
      TIDAK SEMPURNA

    Proses sosialisasi dianggap tidak berhasil jika individu tidak mampu mendalami norma-
    norma masyarakat agar menjadi bagian dari dirinya. Orang-orang yang demikian tidak
    memilki perasaan bersalah atau menyesal setelah melakukan pelanggaran norma.
    Sosialisasi yang dialami seorang individu berjalan tidak sempurna karena materi
    informasi dan media sosialisasi yang satu dengan yang lain saling bertentangan.
    Ada kalanya pesan-pesan yang disampaikan agen-agen sosialisasi seperti keluarga,
    teman bermain, sekolah dan media massa tidak sepadan atau saling bertentangan satu
    sama lain. Apa yang diajarkan dalam keluarga mungkin berbeda atau bahkan
    bertentangan dengan yang diajarkan di sekolah.

    Proses sosialisasi yang tidak sempurna dapat juga timbul karena cacat bawaan, kurang
    gizi, gangguan mental ataupun goncangan jiwa. Cacat jasmaniah dapat menyebabkan
    persepsi-persepsi tetentu atau respon-respon tingkah lakunya menjadi terhambat atau
    tidak berfungsi lagi, sehingga tingkah lakunya menjadi sangat berbeda dengan tingkah
    laku orang kebanyakan, dan pribadi orang yang bersangkutan terhambat dalam
    melaksanakan peranan sosialnya.

7. TEORI-TEORI PENYIMPANGAN SOSIAL
a. Teori Differential Assosiation

   Teori ini dikemukakan oleh Edwin H Sutherland. Ia berpendapat bahwa penyimpangan
   bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih
   budaya (cultural transmission). Contoh proses menghisap ganja dan homoseksual.

b. Teori Labelling

   Teri ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemerd. Ia berpendapat bahwa seseorang yang telah
   melakukan penyimpangan pada tahap primer (pertama) lalu oleh masyarakat telah diberikan
   cap sebagai penyimpang maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan
   sekunder (tahap lanjut) dengan alasan ”kepalang tanggung”. Contohnya seorang yang pernah
   sekali mencuri dengan alasan kebutuhan, tetapi kemudian oleh masyarakat dijuluki pencuri,
   maka ia akan terdorong menjadi pencuri bahkan dapat menjadi perampok.

c. Teori Merton

   Robert King Merton menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut Merton,
   struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku yang konformis, tetapi juga perilaku yang
   menyimpang. Struktur sosial menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial dan menekan
   orang tertentu ke arah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
   masyarakat. Merton juga menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak
   adanya kaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh struktur
   sosial. Merton mengidentifikasi lima macam adaptasi terhadap situasi, yaitu:

          1) Konformitas

               Yaitu perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat. Contoh,
               seorang siswa ingin memperoleh nilai bagus pada waktu ujian, dia melakukannya
               dengan belajar yang giat. Nilai bagus merupakan tujuan yang ditentukan
               masyarakat sedangkan belajar yang giat merupakan cara yang dibenarkan oleh
               masyarakat.

          2) Inovasi

               Yaitu perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi memakai
               cara yang dilarang oleh masyarakat. Contoh, seorang siswa ingin memperoleh
               nilai bagus, tetapi dengan cara mencontek. Nilai bagus merupakan tujuan yang
               ditentukan masyarakat tetapi mencontek merupakan cara yang dilarang oleh
               masyarakat.

          3) Ritualisme

               Yaitu perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih tetap
               berpegang pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat.Misalnya ritual
               (upacara) masih diselenggarakan, tetapi maknanya sudah hilang, para siswa yang
mengikuti upacara bendera bukan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme, tetapi
               karena takut pada kepala sekolah.

          4) Retreatisme

               Yaitu perilaku yang meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun cara
               pencapaiannya. Contoh: seseorang yang sedang mengalami masalah tetapi tidak
               dihadapai malah mabuk-mabukan, memakai narkoba dan lain sebagainya.

          5) Rebellion

               Yaitu penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai dengan
               upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru. Contoh reformator agama.

d. Teori Fungsi

   Menurut Emile Durkheim, keseragaman dan kesadaran moral semua anggota masyarakat
         tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda satu dengan yang lain. Hal ini
         dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor keturunan, lingkungan fisik dan
         lingkungan sosial. Oleh karena itu, orang yang berwatak jahat akan selalu ada,
         sehingga kejahatanpun akan selau ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa
         kejahatan perlu bagi masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, moralitas dan
         hukum dapat berkembang secara normal. Dengan kata lain, penyimpanagn tetap
         mempunyai fungsi positif.

e. Teori konflik

          1) Teori Konflik Kelas Sosial

              Teori ini dikembangkan oleh penganut Karl Marx. Penganut Marx
              mengemukakan bahwa kejahatan berkaitan erat dengan perkembangan
              kapitalisme. Perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok yang
              berkuasa untuk melindungi kepentingan mereka. Hukum merupakan cerminan
              kelompok yang berkuasa, begitu pula dengan sistem peradilan pidananya. Oleh
              karena itu, orang-orang yang dianggap melakukan penyimpangan dan yang
              terkena hukuman biasanya lebih banyak terdapat di kalangan orang miskin (kaum
              proletar). Banyak pengusaha (kaum borjuis) yang melakukan pelanggaran hukum,
              tetapi tidak diajukan ke pengadilan. Sehingga penyimpangan akan tetap
              berlangsung selama tidak ada kesamarataan, serta eksploitasi kelas juga masih
              ada.

          2) Teori Konflik Budaya

              Apabila dalam masyarakat terdapat beberapa kebudayaan khusus (etnik, agama,
              suku bangsa, kedaerahan dan kelas sosial), maka akan sulit untuk menemukan
              adanya kesepakatan nilai dan norma. Hal ini disebabkan karena masing-masing
              kelompok menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Akibatnya,
berbagai norma akan saling bertentangan dan menciptakan kondisi anomie.
              Anomie yaitu suatu keadaan masyarakat di mana tidak ada seperangkat nilai dan
              norma yang dipatuhi secara konsisten dan diterima secara luas. Sehingga
              masyarakat tidak mempunyai pegangan yang mantap sebagai pedoman nilai dan
              menentukan arah perilaku masyarakat yang teratur.

              Pada teori konflik budaya, kelompok masyarakat kelas menengah mempunyai
              norma budaya yang dominan dan dijadikannya sebagai hukum tertulis, dan orang
              lain yang termasuk dalam kebudayaan khusus lain dianggap menyimpang. Karena
              budaya kelas sosial bawah bertentangan dengan budaya dominan, maka mereka
              dianggap menyimpang. Kaum imigran, kaum minoritas yang hidup dalam
              dominasi kelompok mayoritas juga akan dianggap menyimpang karena memiliki
              kebudayaan yang berbeda dengan kelompok dominan.

f. Teori Biologis

   Teori ini berpandangan bahwa seseorang melakukan perilaku menyimpang karena faktor-
   faktor biologis. Para ahli biologi berpandangan bahwa perilaku menyimpang seperti
   homoseksual, alkoholisme kronis, dan ganggua mental tertentu disebabkan oleh peristiwa-
   peristiwa sebagai berikut:

           1. Melalui gen-gen atau plasma pembawa sifat di dalam keturunan, atau melalui
               kombinasi dari gen-gen, ataupun disebabkan oleh tidak adanya gen-gen tertentu,
               yang semuanya menimbulkan penyimpangan tingkah laku

           2. Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang abnormal, sehingga menyebabkan
               perilaku menyimpang

           3. Melalui pewaris kelemahan konstitusional tertentu, yang mengakibatkan perilaku
               menyimpang.

           Para ahli pendukung teori biologis antara lain Lombroso, Kretscmer, Horton, Von
           Hetig, dan Sheldon. Mereka melakukan berbagai studi yang menyatakan bahwa orang
           yang mempunyai tubuh tertentu lebih cenderung untuk melakukan perbuatan
           menyimpang. Cesare Lombroso, seorang kriminolog dari Italia, berpendapat bahwa
           orang jahat mempunyai ciri-ciri ukuran rahang dan tulang-tulang pipi yang panjang,
           kelianan pada mata yang khas, jari-jari kaki dan tangan relatif besar, serta mempunyai
           susunan gigi yang abnormal. Sedangkan Sheldon, seorang kriminolog dari Inggris
           membedakan bentuk tubuh manusia menjadi tiga yaitu:

           1. Endomorph (bulat, halus, gemuk)

              Orang dengan ciri-ciri tubuh seperti ini terpengaruh untuk melakukan perilaku
              menyimpang karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri.

           2. Mesomorph (berotot, atletis)
Orang dengan ciri-ciri tubuh seperti ini paling sering melakukan perilaku
       menyimpang, karena,sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti
       hawa nafsu atau keinginannya.

    3. Ectomorph (tipis, kurus)

       Orang dengan ciri-ciri tubuh seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, tetapi
       apabila terdapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat
       meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang.

8. CONTOH-CONTOH PERILAKU MENYIMPANG

  a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan

     Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar
     norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Kejahatan adalah bentuk
     tindakan yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat,
     anti-sosial sifatnya dan melanggar hukum dan undang-undang pidana. Misalnya
     pembunuhan, pencurian, penganiayaan, korupsi, penculikan dan sebagainya.

     Tipe-tipe kejahatan :

     a. Kejahatan kerah putih (white collar crime)

        Yaitu kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau pejabat di dalam
        menjalankan peranan fungsinya. Golongan ini menganggap dirinya kebal hukum
        dan sarana-sarana pengendaian sosial lainnya, karena kekuasaan dan keuangan
        yang dimilikinya. Contoh, korupsi.

     b. Kejahatan kerah biru (blue collar crime)

        Yaitu kejahatan yang dilakukan golongan strata rendah (masyarakat kelas
        bawah). Contoh, mencuri ayam.

     c. Kejahatan terorganisasi (organized crime)

        Yaitu kejahatan yang dilakukan sekelompok penjahat yang secara
        berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang atau
        kekuasaan dengan jalan menghindari hukum. Kejahatan ini terkadang melibatkan
        hubungan antar negara yang disebut kejahatan terorganisasi internasional.
        Misalnya women’s traficking ( penjualan perempuan ke luar negeri), jaringan
        narkoba internasional dan lain-lain.

     d. Kejahatan tanpa korban (crime without victim)
Yaitu kejahatan yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak
      pidana orang lain. Misalnya berjudi, penyalahgunaan narkoba, mabuk-mabukan
      dan sebagainya.

   e. Kejahatan korporat (corporate crime)

      Yaitu kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan
      keuntungan atau menekan kerugian. Misalnya, sebuah perusahaan yang
      membuang limbah beracun ke sungai yang mengakibatkan penduduk sekitar
      mengalami berbagai jenis penyakit.

   Untuk mengatasi masalah kejahatan tersebut, selain dengan tindakan yang bersifat
   preventif, juga dapat dilakukan dengan tindakan yang bersifat represif seperti teknik
   rehabilitasi. Menurut Cressey, ada dua konsepsi tentang teknik rehabilitasi, yaitu:

   a. Menciptakan sistem dan program-program yang bertujuan untuk menghukum
      orang-orang jahat tersebut, seperti hukuman bersyarat, hukuman kurungan serta
      hukuman penjara.

   b. Suatu usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang biasa (yang tidak jahat)
      yaitu dengan cara memberikan pendidikan serta latihan-latihan untuk menguasai
      bidang-bidang tertentu, supaya kelak setelah masa hukuman selesai punya modal
      untuk mencari pekerjaan di masyarakat.

b. Perjudian

   Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan sesuatu yang
   dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu
   pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-
   kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya. Bentuk perjudian antara lain
   permainan dadu, permainan kartu Belanda (bridge card), permainan kartu Cina dan
   domino.

   Beberapa cara untuk menanggulangi perjudian antara lain:

   a. Mengadakan perbaikan ekonomi nasional secara menyeluruh

   b. Adanya keseimbangan antara budget di pusat dan di daerah pinggiran

   c. Menyediakan tempat-tempat hiburan dan rekreasi yang sehat, disertai intensifikasi
       pendidikan mental dan ajaran-ajaran agama

   d. Menurunkan nilai hadiah tertinggi, lalu menambah jumlah hadiah-hadiah hiburan
       lainnya dalam jumlah yang banyak

   e. Larangan praktek judi disertai tindakan-tindakan preventif dan represif secara
        konsekuen dan tidak setengah-setengah.
c. Penyimpangan Seksual.

   a. Hubungan seksual di luar nikah.

       Dalam lingkungan masyarakat yang bernorma, hubungan seksual di luar nikah
       tidak dapat dibenarkan, khususnya norma agama, sosial maupun
       moral. Contohnya pelacuran dan kumpul kebo.

   b. Penyimpangan seksual lain, merupakan akstivitas seksual yang ditempuh
       seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual tidak sewajarnya.

   Bentuk-bentuk penyimpangan seksual antara lain :

   1) Homoseksual, yaitu perilaku seksual yang cenderung tertarik pada jenis kelamin
       yang sama atau sejenis (laki-laki dengan laki-laki). Sedangkan lesbian adalah
       perilaku seksual wanita yang cenderung tertarik sesama wanita.

   2) Transeksual, yaitu perilaku seseorang yang cenderung mengubah karakteristik
       seksualnya. Hal tersebut menyangkut konflik batiniah mengenai identitas yang
       bertentangan dengan identitas sosial. Contoh laki-laki yang ingin menyerupai
       perempuan, dan sebaliknya. Biasanya perilaku seksual ini lebih disebabkan oleh
       pengaruh lingkungan sosial.

   3) Sadomasokisme, yaitu perilaku sadisme untuk kepuasan seksual yang diperoleh
       bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti
       atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme merupakan kebalikannya
       yaitu seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk
       memperoleh kepuasan seksual.

   4) Ekshibisionisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual
       dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain sesuai dengan
       kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik atau menjerit ketakutan, maka ia akan
       semakin terangsang. Kondisi tersebut sering terjadi pada pria.

   5) Voyeurisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual dengan
       cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi bahkan
       melakukan hubungan seksual. Setelah mengintip, ia melakukan tindakan lebih
       lanjut dari yang diintipnya.

   6) Fetishisme, yaitu perilaku seksual yang disalurkan melalui masturbasi dengan
       BH, celana dalam, kaos kaki atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat
       atau dorongan seksualnya. Namun, ada juga yang meminta pasangannya untuk
       mengenakan benda-benda favoritnya,kemudian melakukan hubungan seksual
       yang sebenarnya dengan pasangan tersebut.

d. Kenakalan Anak (Juvenille Deklinquency)
Kenakalan anak dapat menimbulkan gap generation sebab anak yang diharapkan
   sebagai kader penerus bangsa tergelincir ke arah perilaku yang negatif. Kenakalan
   atau delinquency menurut Prof.DR. Fuad Hasan adalah perbuatan anti sosial yang
   dilakukan oleh anak/remaja, yang bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan
   sebagai tindak kejahatan. Pendapat lain mengatakan perbuatan deliquency adalah
   semua perbuatan penyelewengan norma-norma kelompok tertentu yang
   menimbulkan keonaran dalam masyarakat yang dilakukan oleh anak muda.

   Untuk menentukan kenakalan anak ternyata belum ada batas yang tegas di berbaghai
   negara. Contoh:

   1) Di Inggris batas usia yang digunakan adalah 8 tahun ke bawah.

   2) Di Amerika 16 tahun sampai dengan 18 tahun.

   3) Di Indonesia menurut KUHP pasal 45-47 menyebutkan bahwa anak yang belum
      dewasa adalah anak yang umurnya belum 16 tahun.

   4) Secara psikologis batas usia kenakalan anak lebih condong pada usia perbatasan
      (14-18tahun). Perbuatan-perbuatan kenakalan remaja dapat berupa perusakan
      tempat atau fasilitas umum, penggunaan obat-obat terlarang, pencurian,
      perkelahian, atau tawuran dan sebagainya.

   Secara fenomenologis, gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas. Pada
   masa tersebut jiwanya masih dalam keadaan labil sehingga mudah terpengaruh oleh
   lingkungan pergaulan yang negatif.

   Penyebab kenakalan anak tersebut antara lain :

   1) Lingkungan keluarga yang tidak harmonis (broken home)

   2) Situasi yang menjemukan dan membosankan.

   3) Lingkungan masyarakat yang tidak menentu bagi prospek kehidupan masa
       mendatang, seperti lingkungan kumuh dan penuh kejahatan.

e. Penyalahgunaan NAZA / Narkoba

   NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adictif) dan Narkoba (Narkotika dan Obat-obat
   terlarang) adalah dua istilah yang sama. Zat adictif meliputi semua obat-obatan yang
   dapat menimbulkan efek ketergantungan. Narkotika adalah zat-zat kimia yang
   digunakan dalam kedokteran untuk membius pasien. Narkotika yang tidak
   digunakan sebagaimana mestinya atau secara berlebih-lebihan dapat merusak organ-
   organ tubuh sehingga tidak berfungsi sempurna. Bahkan susunan saraf yang
   berfungsi sebagai pengendali daya pikir ikut rusak. Akibatnya, fikiran menjadi tidak
   rasional dan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga
perilaku yang ditampilkan cenderung bertentangan dengan nilai dan norma
   kesusilaan.

   Penggunaan NAZA untuk tujuan semestinya bukan masalah tetapi penggunaan di
   luar tujuan itu merupakan bentuk penyimpangan.

   Menurut Dr. Graham Baliane kaum remaja mudah terjerumus pada penggunaan
   narkotika karena faktor-faktor sebagai berikut:

   1) Ingin membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan berbahaya seperti
        kebut-kebutan, berkelahi dan mengancam.

   2) Ingin menunjukkan tindakan menentang orang tua yang otoriter atau siapa saja
        yang dianggap tidak sepaham dengan dirinya.

   3) Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional.

   4) Ingin mencari dan menemukan arti hidup (yang semu).

   5) Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan (tidak memiliki aktivitas di luar
        sekolah).

   6) Ingin menghilangkan kegelisahan.

   7) Solidaritas di antara kawan.

   8) Ingin tahu dan iseng.

f. Penyimpangan dalam bentuk Gaya Hidup

   Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup antara lain adalah sikap arogansi dan
   eksentrik. Sikap arogansi antara lain kesombongan terhadap sesuatu yang
   dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan dan kepandaian. Sedangkan sikap eksentrik
   adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap aneh, seperti
   anak laki-laki memakai anting-anting dan berambut gondrong.

g. Sadisme terhadap Anak

   Berdasarkan teori psikologi sosial seseorang mampu melakukan tidakan kekerasan
   kekerasan dan sadisme karena merasa frustasi dan kecewa yang dipicu oleh berbagai
   faktor, salah satunya faktor ekonomi. Sadisme terhadap anak merupakan bentuk
   perilaku menyimpang, karena tidak sesuai dengan norma-norma, baik norma agama,
   sosial, maupun hukum. Sebuah keluarga seharusnya menjadi tempat berlindung dan
   mencari kasih sayang tetapi justru malah menjadi neraka yang menakutkan.
Menurut Aan Prayogo di negara-negara berkembang lebih banyak penganiayaan
          fisik dan penelantaran anak, sedangkan di negara-negara maju lebih banyak
          penganiayaan seksual dan emosional.

          Bentuk-bentuk penganiayaan emosional yaitu :

          a. Rejecting, yaitu orang tua menunjukkan perilaku menolak anak-anak yang tidak
              diharapkan, meninggalkan anak, memanggil nama anak dengan sebutan yang
              tidak berharg, tidak berbicara pada anak, dan bahkan mengambinghitamkan
              anak sebagai penyebab masalah keluarga.

          b. Ignoring, yaitu orang tua yang tidak menunjukkan kedekatannya pada anak, dan
               tidak menyukai anak-anak atau orang tua hanya secara fisik saja bersama anak-
               anaknya.

          c. Terorizing, yaitu orang tua oyang mengkritik secara tidak proporsional,
              menghukum, mengolok-olok, dan mengharapkan anak memiliki kemampuan
              seperti orang yang diinginkan orang tua.

          d. Isolating, yaitu orang tua yang tidak menginginkan anaknya beraktivitas secara
               proporsional bersama rekan-rekan sebayanya.

          e. Corrupting, yaitu orang tua mengajarkan yang salah (melanggar norma) pada
              anaknya.

          Sebagian besar pelaku penganiayaaan terhadap anak adalah orang yang sangat
          dipercaya dan berpengaruh terhadap anak.

  9. SIKAP ANTISOSIAL

      Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial sering dipandang sebagai sikap dan
      perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun
      masyarakat secara umum di sekitarnya. Suatu tindakan antisosial termasuk dalam
      tindakan sosial yang berorientasi pada keberadaan orang lain atau ditujukan kepada
      orang lain, meskipun tindakan-tindakan tersebut memiliki makna subyektif bagi orang-
      orang yang melakukannya. Tindakan-tindakan antisosial ini sering mendatangkan
      kerugian bagi masyarakat luas, sebab pada dasarnya si pelaku tidak menyukai
      keteraturan sosial (social order) yang diinginkan oleh sebagian besar anggota masyarakat
      lainnya.

      Berdasarkan sifatnya, tindakan antisosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tindakan antisosial yang dilakukan secara sengaja

         Tindakan ini dilakukan secara sadar oleh pelaku, tetapi tetap tidak
         mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap tindakannya tersebut. Misalnya
         vandalisme, grafiti pada tembok rumah orang lain dan sebagainya.
b. Tindakan antisosial karena tidak peduli

          Tindakan ini dilakukan karena ketidakpedulian si pelaku terhadap keberadaan
          masyarakat di sekitarnya. Misalnya, membuang sampah di sembarang tempat, ngebut
          ketika berkendara dan sebagainya.

       Tindakan antisosial tidak selalu digolongkan sebagai tindak kriminal dan berakibat pada
       pemenjaraan si pelaku. Ada beberapa tindakan antisosial yang tidak langsung merugikan
       orang lain, misalnya menarik diri atau mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat.
       Namun, sebagian besar tindakan antisosial merupakan tindakan yang melanggar norma
       dan merugikan orang lain.

       Faktor yang sangat memengaruhi sikap antisosial adalah usia dan pendidikan. Umumnya,
       sikap antisosial akan berkurang seiring dengan makin dewasanya usia seseorang. Seiring
       dengan perkembangan mental dan kecerdasannya, saat makin dewasa, seseorang dapat
       membedakan tindakan yang baik (sesuai norma-norma sosial) dan tindakan yang buruk
       (tidak sesuai dengan norma). Namun, jika hingga usia dewasa seseorang masih
       melakukan tindakan-tindakan yang buruk, ia memiliki kelainan yang disebut kepribadian
       antisosial.

       Soerjono Soekanto mencatat ada tiga istilah yang berkaitan dengan sikap antisosial,
       yaitu:

a. Antikonformitas (rebellion)

          Yaitu suatu pelanggaran terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial yang disengaja
          oleh individu atau sekelompok orang. Misalnya mencuri, membuat keributan,
          membunuh, dan mengisolasi diri dari pergaulan masyarakat.

b. Aksi antisosial

          Yaitu suatu aksi yang menempatkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok
          di atas kepentingan umum. Misalnya, membunyikan radio dengan volume yang
          sangat keras sehingga mengganggu ketenangan orang lain, memanipulasi keuangan
          organisasi untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga, tidak mau ikut gotong royong
          bersama warga sekitar, dan lain-lain.

c. Antisosial grudge

          Yaitu rasa sakit hati atau dendam terhadap masyarakat atau terhadap aturan sosial
          tertentu sehingga menimbulkan perilaku menyelewengan. Sikap ini disebut pula
          dendam anti sosial. Misalnya, minum-minuman keras atau penyalahgunaan narkoba
          karena merasa kurang dihargai oleh masyarakat sekitarnya, melakukan kekerasan
          rumah tangga karena frustasi dan kecewa terhadap norma-norma sosial yang mengatur
          upaya pemenuhan kebutuhan.
Tindakan antisosial dapat ditemukan dalam banyak wujud. Tetapi pada umumnya
       tindakan antisosial digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu:

a. Dilakukan di jalan

         Tindakan antisosial ini dilakukan di jalan, sehingga pada akhirnya menimbulkan
         gangguan bagi masyarakat di sekitar atau yang melintasi jalan tersebut. Misalnya,
         membuang sampah sembarangan, melanggar rambu lalu lintas, intimidasi, mabuk,
         meminta-minta, pelacuran dan sebagainya.

b. Dilakukan oleh tetangga

         Tetangga yang mengganggu dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya.
         Mereka dapat merusak kualitas kehidupan masyarakat di sekitarnya. Misalnya,
         membunyikan radio dengan sangat keras sehingga mengganggu tetangga sekitar.

c. Dilakukan terhadap lingkungan sekitar

         Tindakan ini berdampak rusaknya lingkungan alam, fasilitas umum dan benda-benda
         lain di sekitarnya. Selain mengganggu keamanan, kenyamanan dan kelancaran
         kegiatan masyarakat, upaya perbaikannyapun memakan biaya tang tidak sedikit.
         Misalnya, orang yang mencoret-coret dan merusak telepon umum, bus kota atau
         bahkan tembok dan meja kelas. Hal ini mengganggu kepentingan orang-orang yang
         mempunyai keperluan untuk menggunakannya.



  UJI KOMPETENSI

     A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

         1. Seseorang mencari ijazah, salah satu tujuannya untuk mencari pekerjaan. Namun
             ternyata Ijazahnya palsu. Perilaku menyimpang ini oleh Robert King Merton
             dinamakan………….
             a. Komformitas
             b. Inovasi
             c. Ritualisme
             d. Retreatisme
             e. Rebellion
         2. Seseorang yang menderita ketakutan atau kekecewaan maka setiap perilakunya
             selalu mengalami kebimbangan. Kebimbangan atau keraguan itu menjurus pada
             perbuatan-perbuatan yang keliru sehingga menimbulkan ejekan dari orang
             lain. Oleh karena itu timbul kecenderungan pengasingan diri sehingga tidak
             mampu menyerap nilai dan norma masyarakat. Dan terjadilah perilaku
             menyimpang yang merupakan hasil dari…
             a. Sosialisasi yang tidak sempurna
             b. Kegagalan sosialisasi
c. Sikap mental yang tidak sehat
    d. Proses belajar menyimpang
    e. Pengaruh lingkungan
3. Seorang suami yang terpaksa mencuri karena melihat anak istrinya
    kelaparan. Bentuk penyimpangan tersebut adalah………
    a. Kelompok
    b. Primer
    c. Sekunder
    d. Situasional
    e. Sistematik
4. Seorang PSK yang tidak merasa bersalah dan bahkan merasa senang / menikmati
    pekerjaanya walaupun telah melanggar nilai dan norma. Perilaku menyimpang
    tersebut disebabkan karena………….
    a. keinginan untuk dipuji
    b. sikap mental yang tidak sehat
    c. pelampiasan rasa kecewa
    d. ketidakharmonisan dalam keluarga
    e. proses belajar menyimpang
5. Gejala kenakalan remaja disebabkan oleh berikut ini, kecuali … .
    a. masyarakat yang penuh dengan korupsi
    b. lingkungan keluarga yang harmonis
    c. situasi sosial yang tidak menentu.
    d. keadaan lingkungan yang membosankan
    e. kesenjangan yang mencolok antara kaya dengan miskin
6. Perbuatan anti sosial yang yang dilakukan oleh anak atau remaja dinamakan………
    a. Kejahatan
    b. Kriminalitas
    c. Penyimpangan
    d. Delinquency
    e. Rebellion
7. Seorang wanita menjadi sopir truk trailer belum lazim pada masyarakat
    kita/dianggapmelakukan perbuatan menyimpang. Penyimpangan tersebut
    bersifat…..
    a. Individu
    b. Primer
    c. Sekunder
    d. Positif
    e. Negatif
8. Perilaku seksual yang cenderung tertarik dengan sesama laki-laki dinamakan… .
    a. lesbian
    b. homoseksual
    c. ekshibisionisme
    d. voyeurisme
    e. fetishisme
9. Orang tua yang tidak menunjukkan kedekatan dengan anaknya dan tidak menyukai
    anak-anak merupakan bentuk penganiayaan emosional yang dinamakan… .
a. rejecting
                b. ignoring
                c. terrorizing
                d. isolating
                e. corrupting
            10. Seorang anak berperilaku menyimpang yang disebabkan karena kurang mendapat
                kasih sayang orang tuanya merupakan tinjauan dari sudut… .
                a. biologis
                b. sosiologis
                c. histories
                d. psikologis
                e. ekonomis

     B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!

         1. Sebutkan pengertian perilaku menyimpang!

         2. Jelaskan pandangan teori labelling tentang perilaku menyimpang!

         3. Jelaskan bentuk-bentuk perilaku menyimpang!

         4. Berikan satu contoh penyimpangan yang bersifat positif!

         5. Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang!

B. PENGENDALIAN SOSIAL

      1. PENGERTIAN PENGENDALIAN SOSIAL

         a. Peter L. Berger

            Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk
            menertibkan anggotanya yang menyimpang.

         b. Joseph S. Roucek

            Pengendalian sosial adalah segala proses baik direncanakan maupun tidak, yang
            bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi
            kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.

         c. Bruce C. Cohen

            Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong
            seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak kelompok atau
            masyarakat luas tertentu.

     Tujuan pengendalian sosial adalah :
a. agar masyarakat mau mematuhi norma-norma sosial yang berlaku, baik dengan kesadaran
        sendiri mapun dengan paksaan.

b. agar dapat mewujudkan keserasian dan ketentraman dalam masyarakat.

c. bagi orang yang melakukan penyimpangan diusahakan agar kembali mematuhi norma-
        norma yang berlaku.

 2. JENIS-JENIS LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL

Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial antara lain :

    a. Lembaga Kepolisian

       Lembaga Kepolisian merupakan lembaga formal yang sejak awal dibentuk dalam
       rangka mengawasi semua bentuk penyimpangan terhadap hukum yang berlaku.

       Polisi adalah lembaga yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

       Tugas polisi sesuai dengan UU No. 28 tahun 1997 adalah:

       b. Sebagai alat negara penegak hukum, memelihara serta meningkatkan tertib hukum

       c. Sebagai pengayom, memberikan perlindungan dan dan pelayanan kepada
            masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan

       d. Bersama-sama dengan segenap komponen pertahanan keamanan negara lainnya,
           membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna mewujudkan
           keamanan dan ketertiban masyarakat

       e. Membimbing masyarakat demi terciptanya kondisi yang menunjang
           terselenggaranya usaha dan kegiatan mewujudkan keamanan dan ketertiban
           masyarakat.

    b. Lembaga Kejaksaan

       Merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum, yaitu pihak yang
       mengajukan tuntutan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran hukum
       berdasarkan tertib hukum yang berlaku.

       Pekerjaan lembaga kejaksaan merupakan tindak lanjut dari lembaga kepolisian yang
       menangkap dan menyidik pelaku-pelaku pelanggaran untuk menuntut bentuk
       pelanggarannya dalam rangka menciptakan keadilan masyarakat.

    c. Lembaga Pengadilan
Merupakan lembaga formal yang menjadi pengayom sekaligus memberikanrasa
       keadilan pada masyarakat.

   Tugas lembaga pengadilan antara lain:

       1. memeriksa kembali hasil penyidikan dari kepolisian

       2. menindaklanjuti tuntutan dari jaksa terhadap suatu kasus pelanggaran.

       3. mempersidangkan setiap kasus pelanggaran terhadap norma-norma hukum, baik
          perdata maupun pidana sesuai dengan hukum masing-masing.

   Bentuk sanksi yang dijatuhkan lembaga pengadilan antara lain:

       1. denda

       2. hukuman kurungan sementara

       3. hukuman kurungan seumur hidup

       4. hukuman mati

       Sanksi dijatuhkan berdasarkan penelitian dalam persidangan secara komprehensif
       menurut kadar kesalahan yang dilakukan oleh si Pelanggar.

    d. Lembaga Adat

       Merupakan lembaga nonformal yang menangani pelanggaran terhadap norma-norma
       adat, mempengaruhi dan mengatur tata kelakuan warga masyarakat.

Misalnya pelanggaran terhadap :

       Ø adat perkawinan

       Ø adat kekerabatan

       Ø adat pembagian warisan

       Ø adat-adat ritual

       Ø tradisi-tradisi khusus yang dipertahankan oleh masing-masing anggota masyarakat.

       Lembaga-lembaga adat terdiri dari:

       Ø tokoh-tokoh adat

       Ø orang-orang tua
Ø pemuka masyarakat

       Pemimpin-pemimpin adat disebut pemimpin nonformal karena keberadaan mereka
       bukan berdasaarkan otoritas yang diberikan oleh penguasa negara, melainkan
       otoritasnya diberikan langsung oleh masyarakat yang dipimpinnya melalui kriteria-
       kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

    e. Tokoh-tokoh Masyarakat

       Merupakan pengendalian sosial nonformal yang dilakukan oleh para pemuka
       masyarakat yang mempunyai pengaruh ataupun kharisma untuk mengatur berbagai
       kegiatan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus
       pengendali yang dipatuhi oleh warga masyarakat. Dengan demikian sistem ketertiban
       yang ada di dalam masyarakat tersebut sangat ditentukan oleh peranan tokoh-tokoh
       masyarakat.

    f. Tokoh Agama

       Tokoh agama adalah orang yang mempunyai pandangan luas dalam suatu agama dan
       menjalankan pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut. Yang termasuk tokoh
       agama adalah pendeta, biksu, ustadz, pastor, kyai, dan brahmana. Tokoh agama ini
       sangat berpengaruh di lingkungannya karena nilai-nilai dan norma-norma yang
       ditanamkannya berkaitan dengan perdamaian, sikap saling mengasihi, saling
       menghargai, saling mencintai, dan saling menghormati sesama manusia, serta
       berbagai kebaikan lainnya.

    g. Sekolah

       Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan dalam pengendalian
       sosial. Guru-guru senantiasa mendidik dan menegur murid agar mau menaati
       peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Apabila ada murid yang melanggar,
       guru memiliki kewajiban untuk memberikan sanksi kepada murid tersebut.

    h. Keluarga

       Setiap orang tua pasti mengendalikan perilaku anak-anaknya agar sesuai dengan nilai
       dan norma yang berlaku dalam masyarakat, dengan cara mendidik, menasehati dan
       turut mensosialisasikan nilai dan norma yang ada.

Berbagai pengendalian sosial telah dilakukan namun penyimpangan perilaku tetap
   ada.Menurut Bruce C. Cohen hal itu bisa terjadi karena faktor berikut :

a. Adanya perubahan norma dari suatu periode ke periode waktu yang lain.

b. Tidak ada norma yang bersifat mutlak yang bisa digunakan untuk menentukan benar
       tidaknya kelakuan seseorang.
c. Individu yang tidak mematuhi norma sosial disebabkan karena mereka mengamati orang-
           orang lain yang tidak mematuhi, atau karena mereka tidak pernah dididik untuk
           mematuhinya.

   d. Adanya individu yang belum mendalami norma sosial.

   e. Adanya individu-individu yang kurang yakin akan kebenaran atau kebaikan suatu norma
          sosial.

   f. Terjadi konflik peran dalam diri individu karena ia menjalankan beberapa peran yang
           menghendaki corak yang berbeda.

   Namun demikian pengendalian sosial harus tetap berlanjut untuk meminimalisir
     penyimpangan-penyimpangan di dalam masyarakat.

       3. SIFAT-SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL

   a. Pengendalian Sosial Preventif

           Yaitu usaha yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran.

           Tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku menyimpang. Contoh, memberikan
           nasihat kepada anak.

b. Pengendalian Sosial Represif

   Pengendalian sosial yang dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran dan supaya keadaan
   pulih seperti sedia kala. Contohnya orang yang melanggar peraturan lalu lintas ditilang dan
   dipersidangan kemudian dikenai denda.

c. Pengendalian Sosial Gabungan

   Merupakan gabungan dari pengendalian represif dan preventif. Tujuannya untuk mencegah
   terjadinya penyimpangan (preventif) sekaligus memulihkan kembali keadaan semula jika
   telah terjadi penyimpanga (represif) sehingga perilaku menyimpang tidak sempat merugikan
   pelaku yang bersangkutan maupun orang lain.

   Misalnya, diberlakukan piket-piket di sekolah yang dimaksudkan untuk mengawasi dan
         mencegah siswa agar tidak bolos pada jam sekolah (preventif). Meskipun pengawasan
         tersebut dilakukan tetap saja terdapat siswa yang membolos.Maka tindakan represif
         dapat dilakukan untuk mengembalikan penyimpangan itu ke keadaan normal dengan
         cara mengenakan sanksi atau hukuman kepada siswa tersebut sesuai dengan perat
         uran yang berlaku.

   .

       4. CARA PENGENDALIAN SOSIAL
a. Pengendalian Sosial Persuasif

   Dilakukan melalui pendekatan dengan mengajak atau membimbing agar masyarakat
   mematuhi norma-norma yang ada, tanpa ada kekerasan (dengan cara sosialisasi).
   Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara :

          Ø Lisan, yaitu dilakukan dengan mengajak orang mentaati aturan dengan berbicara
              langsung dengan bahasa lisan (verbal). Contoh penyuluhan dari pihak kepolisian
              tentang bahaya narkoba.

          Ø Simbolik, yaitu dapat dilakukan melalui spanduk, tulisan, dan iklan layanan
              masyarakat. Contoh spanduk-spanduk yang mengajak masyarakt untuk menjauhi
              kekerasan serta menjaga persatuan dan kesatuan.

b. Pengendalian Sosial Koersif

   Bersifat memaksa atau menekankan pada tindakan yang menggunakan kekuatan fisik agar
   anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
   masyarakat. Upaya ini dilakukan setelah cara persuasif tidak berhasil.

   Contoh: Gerobak pedagang kaki lima yang terpaksa diangkut oleh trantib karena telah
         melanggar Perda dan telah diperingatkan berkali-kali.

          Diantara cara paksaan antara lain:

          1. Kompulsi / Compulsion

              Compulsion merupakan pengendalian sosial dengan situasi yang diciptakan
              sedemikian rupa, sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang
              menghasilkan kepatuhan scara tidak langsung.

          2. Pervasi

              Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara menyampaikan nilai atau
              norma secara berulang-ulang dan terus-menerus dengan harapan nilai dan norma
              tersebut melekat dalam jiwa seseorang sehingga akan terbentuk sikap yang
              diharapkan. Misalnya, bahaya narkoba yang disampaikan kepada remaja melalui
              media massa baik cetak maupun elektronik secara berulang-ulang dan terus-
              menerus.

    5. PENGENDALIAN SOSIAL BERDASARKAN RESMI ATAU TIDAKNYA

a. Pengendalian Formal

          Menurut Horton dan Hunt, yaitu cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh
          lembaga-lembaga resmi yang juga memiliki peraturan-peraturan resmi. Peraturan-
peraturan yang dihasilkan lembaga-lembaga ini umumnya tertulis dan sudah
         distandardisasi. Pengendalain ini dilakukan melalui:

   1. Hukuman Fisik

             Model pengendalian ini dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang diakui oleh
             semua lapisan masyarakat, seperti kepolisian, Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan
             yang lainnya.

   2. Lembaga Pendidikan

             Dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah, seseorang diarahkan
             perilakunya agar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Melalui
             pendidikan, seseorang belajar hal-hal yang berkenaan dengan pengetahuan
             (kognitif), mengenai sikap yang meliputi nilai, norma, etika dan seni (afektif),
             serta ketrampilan-ketrampilan yang menunjang agar dia mampu berperilaku wajar
             (psikomotorik). Pendidikan merupakan pengendalian sosial secara sadar
             (terencana) dan berkesinambungan untuk mengarahkan agar terjadi perubahan-
             perubahan positif dalam perilaku seseorang melalui proses sosialisasi agar
             perilaku seseorang tidak menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.

   3. Lembaga Keagamaan :

             Dalam setiap agama terdapat ajaran tentang kebenaran yang suci menurut
             penganutnya masing-masing. Perbuatan-perbuatan yang arif, bijaksana, dan
             pengabdian terhadap Tuhan adalah ajaran pokok pada setiap ajaran agama. Oleh
             sebab itu, setiap pemeluk agama yang taat akan mengakui kebenaran ajaran
             agamanya dan mejadikan ajaran agamanya sebagai pedoman dalam bertingkah
             laku. Jika melanggar ajaran agamanya ia akan merasa berdosa, dan akan berusaha
             bertobat.

b. Pengendalian Informal

         1. Gosip atau desas desus

             Yaitu berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan
             kernyataan. Biasanya terjadi apabila terjadi kritik sosial secara terbuka tidak
             dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut individu yang berperilaku menyimpang
             akan merasa malu dan bersalah sehingga akan berhati-hati dalam bertindak.

         2. Ejekan

             Adalah tindakan membicarakan seseorang dengan menggunakan kata-kata kiasan,
             perumpamaan, atau kata-kata yang berlebihan dan bermakna negatif, kadang-
             kadang digunakan kata-kata yang artinya berlawanan dengan yang dimaksud.

         3. Celaan
Merupakan tindakan kritik atau tuduhan terhadap suatu pandangan, sikap, dan
       perilaku yang tidak sejalan (tidak sesuai) dengan pandangan, sikap, dan perilaku
       anggota kelompok pada umumnya. Celaan lebih mudah dimengerti oleh
       seseorang karena diekspresikan dengan ucapan, protes, atau kritik yang terbuka
       dan langsung menuju ke sasaran.

   4. Ostrasisme (pengucilan)

       Yaitu keadaaan di mana seseorang anggota masyarakat walaupun diperbolehkan
       bekerjasama atau dibiarkan hidup dan bekerja dalam kelompok masyarakat tetapi
       dia tidak diajak berkomunikasi. Tujuannya agar anggota masyarakat yang
       bersangkutan atau anggota masyarakat yang lainnya tidak melakukan pelanggaran
       terhadap nilai dan norma yang berlaku.

   5. Fraudulens : pengendalian sosial dengan jalan minta bantuan kepada pihak
       lain yang dianggap dapat mengatasi masalah, atau istilah lainnya adalah meminta
       beking kepada pihak lain.

   6. Intimidasi

       Dilkukan dengan cara menekan, memaksa, mengancam, atau manakut-
       nakuti sehingga seseorang tidak berani berperilaku menyimpang atau pelaku
       perilaku menyimpang mau mengakui perbuatannya dan tidak mengulanginya
       lagi.

6. PERWUJUDAN PENGENDALIAN SOSIAL

 Menurut Soerjono Soekanto perwujudan pengendalian sosial adalah:

 a. Pemidanaan

     Standar atau patokannya adalah suatu larangan yang apabila dilanggar, akan
     mengakibatkan penderitaan (sanksi negatif) bagi pelanggarnya. Dalam hal ini
     kepentingan-kepentingan seluruh kelompok masyarakat dilanggar, sehingga inisiatif
     datang dari seluruh anggota kelompok (yang mungkin dikuasakan kepada pihak-
     pihak tertentu).

 b. Kompensasi

     Standard an patokannya adalah kewajiban, di mana inisiatif untuk memprosesnya
     ada pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan akan meminta ganti rugi, oleh
     karena pihak lawan melakukan cidera janji. Sehingga ada pihak yang kalah dan ada
     pihak yang menang.

 c. Terapi
Pada terapi, korban mengambil inisiatif sendiri untuk memperbaiki dirinya dengan
      bantuan pihak-pihak tertentu, misalnya pada kasus penyalahgunaan obat bius
      (narkoba), di mana korban kemudian sadar dengan sendirinya.

  d. Konsiliasi

      Pada konsiliasi, masing-masing pihak yang bersengketa mencari upaya untuk
      menyelesaikannya, baik secara kompromis ataupun dengan mengundang pihak
      ketiga.

7. POLA UMUM PENGENDALIAN SOSIAL

  a. Pengendalian kelompok terhadap kelompok

  b. Pengendalian kelompok terhadap individu

  c. Pengendalian individu terhadap individu

  d. Pengendalian individu terhadap kelompok

8. FUNGSI PENGENDALIAN SOSIAL

  Ada beberapa fungsi pengendalian sosial menurut Koentjaraningrat, yaitu:
  a. Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial
      Penanaman keyakinan terhadap norma sosial yang baik sangat diperlukan dalam
      rangka keberlangsungan tatanan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
      sebagai berikut:
      1. Melalui lembaga pendidikan sekolah dan lembaga pendidikan keluarga.
          Melalui lembaga-lembaga ini seorang anak diarahkan untuk meyakini norma-
          norma sosial yang baik.
      2. Sugesti sosial
          Dilakukan dengan mempengaruhi alam pikiran seseorang melalui cerita-cerita
          dongeng maupun kisah-kisah nyata dari tokoh-tokoh terkenal.
      3. Menonjolkan kelebihan norma-norma tertentu dibandingkan dengan norma-norma
          pada masyarakat lainnya.
  b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma
      Imbalan di sini mulai berupa pujian dan penghormatan hingga pemberian hadiah
      (reward) yang berupa materi. Pemberian imbalan ini bertujuan agar anggota
      masyarakat tetap melakukan perbuatan yang baik dan senantiasa memberikan contoh
      yang baik kepada orang lain di sekitarnya.
  c. Mengembangkan rasa malu
      Setiap anggota masyarakat memiliki ”rasa malu” yang ukurannya berbeda-beda.
      Budaya malu berkenaan dengan ’harga diri’. Harga diri akan turun jika seseorang
      melakukan kesalahan yang melanggar norma- norma sosial di dalam suatu
      masyarakat. Masyarakat akan sangat antusias mencela setiap anggotanya yang
      melakukan pelanggaran terhadap norma. Bila setiap perbuatan melanggar norma
      dicela, maka dengan sendirinya akan timbul ”budaya malu” dalam diri seseorang.
d. Mengembangkan rasa takut
        Perasaan takut akan mengarahkan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang
        dinilai mengandung resiko. Dengan demikian, orang akan berkelakuan baik dan taat
        pada tata kelakuan atau adat-istiadat sebab sadar bahwa perbuatan yang menyimpang
        dari norma-norma itu akan berakibat tidak baik bagi dirinya maupun orang lain di
        sekitarnya.
    e. Menciptakan sistem hukum
        Sistem hukum merupakan aturan yang disusun secara resmi dan disertai aturan
        tentang ganjaran atau sanksi tegas yang harus diterima oleh sesorang yang melakukan
        penyimpangan (pelanggaran).

 9. AKIBAT TIDAK BERFUNGSINYA LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL

    Pengendalian sosial dapat dilakukan secara :

    a. Internal

        Pengendalian sosial yang dilakukan oleh komponen masyarakat itu sendiri di bawah
        koordinasi pemuka adat dan tokoh masyarakat dan dimulai dari pengendalian diri
        dari tiap-tiap individu anggota masyarakat, serta pelatihan-pelatihan yang berkaitan
        dengan pembudayaaan nilai dan norma dari generasi tua kepada generasi muda.

        Apabila pengendalian sosial secara internal ini berhasil maka sesungguhnya
        pengendalian sosial tidak memerlukan aparat formal seperti polisi, kejaksan , dan
        pengadilan. Hal ini dapat terjadi pada masyarakat primitif.

    b. Eksternal

        pengendalian sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga formal seperti kepolisian
        kejaksaan dan pengadilan dengan berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku,
        baik perdata maupun pidana.

        Pada masyarakat modern terutama yang majemuk pengendalian sosial secara
        internal sulit untuk menjamin ketertiban. Pengendalian sosial eksternal lebih
        dipatuhi karena sifatnya tegas dan jelas dengan sanksi-sanksi yang memberatkan.

Komponen penting bagi terwujudnya ketertiban dalam masyarakat:

    a. Adanya norma-norma yang memadai, dalam arti norma-norma yang sesuai dengan
        tingkat perkembangan masyarakat.

    b. Adanya aparat penegak hukum yang konsisten secara ideologi dan mempunyai tekad
        untuk mengabdikan diri dalam setiap upaya penegakan hukum.

    c. Adanya kesadaran dari seluruh warga masyarakat untuk berlaku tertib dan menjunjung
        tinggi hukum.
Lembaga pengendalaian sosial belum tentu melaksanakan fungsinya dengan baik. Bentuk-
   bentuk nyata kejadian dalam masyarakat yang merupakan akibat langsung dari tidak
   berfungsinya lembaga-lembaga pengendalian sosial antara lain :

a. Tidak adanya kepastian hukum

b. Kepentingan masyarakat sulit untuk dipenuhi

c. Sering terjadi konflik

d. Munculnya komersialisasi hukum, jabatan dan kekuasaan.

e. Munculnya sindikat-sindikat kejahatan yang mempunyai kepentingan khusus.

Di dalam masyarakat terdapoat rantai sistem penciptaan ketertiban dalam masyarakat itu
    sendiri. Apabila sistem itu tidak berfungsi maka akibatnya di dalam masyarakat terdapat
    kekacauan-kekacauan karena banyaknya perilaku menyimpang yang terjadi. Untuk
    mengatasi hal tersebut maka dapat dilakukan terapi sosial sebagai berikut :

a. Memperbaiki perangkat hukum, seperti undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
      presiden, keputusan menteri, dan peraturan pelaksana lainnya.

b. Melakukan revitalisasi aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan dan
       pengadilan. Yang dimaksud dengan revitalisasi adalah penggantian, pembinaan serta
       pengawasan-pengawasan yang lebih intensif terhadap semua bentuk kegiatan hukum.

c. Melakukan usaha-usaha pembudayaan tertib sosial yang di dalamnya terdapat kepatuhan
       terhadap norma kesusilaan, kesopanan, adat, norma agama, dan norma hukum.



UJI KOMPETENSI

A. Pilihlah jawaban yang paling benar!
    1. Contoh pengendalian sosial melalui sosialisasi antara lain….
         a. penanaman pengertian dan kesadaran hukum
         b. mempermalukan di depan orang banyak
         c. mengemukakan sindiran terhadap penyimpangan
         d. diajukannya penyimpangan ke pengadilan
         e. membuat standardisasi
    2. Kekuatan bahasa seperti eufemisme (penghalusan bahasa) di kalangan atas dan
         plesetan di kalangan bawah efektif sebagai alat pengendalian sosial karena berfungsi
         sebagai alat….
         a. tekanan sosial
         b. komunikasi
         c. mengintegrasikan masyarakat
         d. mempermalukan orang
e. menanamkan pengertian
3. Badan – badan yang berkaitan erat dengan pengendalian sosial dalam masyarakat
    adalah….
    a. kepolisian, kejaksaan, dan penjara
    b. kepolisian, bank, dan penjara
    c. bank, penjara, dan badan usaha milik negara
    d. bank, kejaksaan, dan penjara
    e. badan lusaha milik negara, bank, dan penjara
4. Surat kabar di ibu kota memberitakan keputusan pengadilan tentang kasus korupsi
    yang terjadi di lingkungan pemerintah. Pemberitaan tersebut tergolong pengendalian
    sosial yang dinamakan….
    a. gosip
    b. persuasif
    c. regresif
    d. edukatif
    e. koersif
5. Untuk menunjang fungsi dan tugasnya, polisi diberi hak ....

    a. Melakukan tindak kekerasan

    b. Mengadili

    c. Melakukan penyidikan

    d. Mengajukan tuntutan

    e. Mengajukan banding

6. Lembaga adat dan tokoh-tokoh masyarakat merupakan lembaga pengendalian sosial
    secara nonformal karena otoritasnya diberikan oleh....

    a. masyarakat setempat

    b. penguasa negara

    c. kepolisian

    d. pengadilan

    e. masyarakat luas

7. Lembaga yang merupakan tempat untuk memperoleh rasa keadilan dalam masyarakat
    adalah....

    a. kepolisian

    b. kejaksaan
c. pengadilan

    d. tokoh-tokoh masyarakat

    e. lembaga adat

8. Menjatuhkan denda pada para pelanggar peraturan lalu lintas merupakan pengendalian
    sosialyang bersifat....

    a. represif

    b. persuasif

    c. koersif

    d. kompulsi

    e. preventif

9. Di sekolah siswa yang bisa mendapatkan beasiswa, syaratnya mendapatkan nilai
    bagus, tidak bolos sekolah, tidak mencontek merupakan pengendalian sosial yang
    bersifat....

    a. persuasif

    b. koersif

    c. kompulsi

    d. preventif

    e. represif

10. Ajakan pemuka agama dalam ceramah-ceramahnya untuk menjauhi tindakan
    kriminal merupakan pengendalian sosial yang bersifat....

    a. preventif

    b. persuasif lisan

    c. persuasif simbolik

    d. koersif

    e. represif
11. Seorang warga masyarakat walaupun diperbolehkan bekerjasama dalam kelompok
    masyarakat, tetapi dia tidak diajak berkomunikasi. Pengendalian sosial dengan cara
    ini disebut....

    a. fraudulens

    b. hukuman

    c. ostrasisme

    d. pendidikan

    e. cemoohan

12. Proses pengendalian sosial yang paling utama dalam kehidupan bermasyarakat yang
    dimulai sejak individu lahir dan berlangsung sepanjang hidup adalah....

    a. fraudulens

    b. hukuman

    c. pendidikan

    d. ostrasisme

    e. cemoohan

13. Pengendalian sosial dengan cara meminta bantuan pada pihak lain yang dianggap
    dapatmengatasi masalah dinamakan....

    a. fraudulens

    b. hukuman

    c. pendidikan

    d. ostrasisme

    e. cemoohan

14. Perhatikan pernyataan berikut ini !

    1) adanya norma yang memadai

    2) tidak adanya kepastian hukum

    3) kepentingan masyarakat tidak terpenuhi
4) adanya aparat penegak hukum

    5) kesadaran warga masyarakat untuk berperilaku tertib

    Suatu ketertiban terwujud ditentukan oleh tiga hal yaitu....

    a. 1, 2, dan 3

    b. 1, 3, dan 5

    c. 1, 4, dan 5

    d. 3, 4, dan 5

    e. 2, 3, dan 4

15. Bentuk nyata kejadian dalam masyarakat yang merupakan akibat langsung dari tidak
    berfungsinya lembaga-lembaga pengendalian sosial adalah....

    a. adanya kepastian hukum

    b. kepntingan masyarakat terpenuhi

    c. tidak pernah terjadi konflik

    d. adanya kelompok-kelompok khusus

    e. komersialisasi hukum, jabatan dan kekuasaan

16. Revitalisasi aparat penegak hukum dapat dilakukan dengan cara....

    a. memperbaiki Undang-undang dasar

    b. mengganti peratuan pemerintah

    c. mengubah keputusan presiden

    d. menolak keputusan menteri

    e. mengganti, membina serta mengawasi lebih intensif

17. Pengendalian sosial akan dapat terwujud bila....

    a. tekanan dari pemerintah kuat berdasarkan hukum

    b. kekuasaan negara otoriter dan menekan.

    c. masyarakat berusaha mematuhi norma secara sadar.
d. pelanggaran dapat ditindak dengan tegas

       e. para pejabat dapat memberikan keteladanan.

   18. Yang termasuk tujuan pengendalian sosial adalah....

       a. agar masyarakat mematuhi norma atau aturan

       b. dapat terwujud keserasian dan ketentraman

       c. dapat mengekang masyarakat untuk berinteraksi

       d. agar menyadari perilakunya yang menyimpang

       e. memaksa untuk mematuhi peraturan.

   19. Warga masyarakat mengadakan gotong royong dengan melibatkan seluruh warga
       baik laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja dan para orang tua merupakan salah
       satu upaya pengendalian sosial secara....

       a. formal

       b. persuasif

       c. represif

       d. internal

       e. eksternal

   20. Pada masyarakat modern pengendalian sosial eksternal lebih dipatuhi dari pada
       internal karena....

       a. pengendalian eksternal dibuat oleh yang berwenang.

       b. pengendalian internal dianggap kuno

       c. pengendalian internal dibuat oleh masyarakat yang bersangkutan

       d. pengendalian eksternal sifatnya tegas dan jelas dengan sanksi-sanksi yang
            memberatkan.

       e. pengendalian intenal sudah tidak diperlukan lagi.

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!

   1. Sebutkan pengertian pengendalian sosial!
2. Jelaskan yang dimaksud pengendalian sosial preventif dan represif dan berikan
     contohnya!

3. Sebutkan cara-cara pengendalian sosial!

4. Sebutkan jenis-jenis lembaga pengendalian sosial!

5. Jelaskan akibat dari tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial!

More Related Content

What's hot

MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKAMAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKAImam tantowi
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamMuzay Iena
 
Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru ayu larissa
 
LKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGI
LKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGILKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGI
LKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGIMiftahul Janah Janah
 
Transfer elektron
Transfer elektronTransfer elektron
Transfer elektrondianmp
 
Perkembangan Ilmu Tasawuf
Perkembangan Ilmu TasawufPerkembangan Ilmu Tasawuf
Perkembangan Ilmu TasawufUlfiatu Rochmah
 
Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirikamrin syahrafi
 
Cerahkan nurani dengan saling menasehati
Cerahkan nurani dengan saling menasehatiCerahkan nurani dengan saling menasehati
Cerahkan nurani dengan saling menasehatiNamaku Merah
 
Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)
Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)
Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)Fathan Rosidi
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)Nisrokhah6
 
Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat
Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat
Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat Muhammad Wae
 
Iman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadarIman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadarNurul Wulandari
 
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)zoelfiqar
 
Kekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptx
Kekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptxKekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptx
Kekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptxafifahdhaniyah
 
Masa kejayaan islam ppt
Masa kejayaan islam  pptMasa kejayaan islam  ppt
Masa kejayaan islam pptMya Miranda
 
_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.ppt
_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.ppt_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.ppt
_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.pptAngriPermatasari
 
Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu,
Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu, Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu,
Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu, Faran Aiki
 

What's hot (20)

MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKAMAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islam
 
Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru
 
LKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGI
LKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGILKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGI
LKPD INQUIRI TERBIMBING DAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI FUNGI
 
Transfer elektron
Transfer elektronTransfer elektron
Transfer elektron
 
Perkembangan Ilmu Tasawuf
Perkembangan Ilmu TasawufPerkembangan Ilmu Tasawuf
Perkembangan Ilmu Tasawuf
 
Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirik
 
Cerahkan nurani dengan saling menasehati
Cerahkan nurani dengan saling menasehatiCerahkan nurani dengan saling menasehati
Cerahkan nurani dengan saling menasehati
 
Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)
Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)
Materi pai kelas xii semester genap 2020 2021 (1)
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
 
Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat
Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat
Akidah Akhlak kelas 10 - Husnudzan, Raja', Taubat
 
Ringkasan materi pai kelas 7 bab 3 asmaul husna
Ringkasan materi pai kelas 7 bab 3 asmaul husnaRingkasan materi pai kelas 7 bab 3 asmaul husna
Ringkasan materi pai kelas 7 bab 3 asmaul husna
 
Iman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadarIman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadar
 
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
 
Kekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptx
Kekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptxKekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptx
Kekerasan Sosial - Sosiologi Kelas XI.pptx
 
Masa kejayaan islam ppt
Masa kejayaan islam  pptMasa kejayaan islam  ppt
Masa kejayaan islam ppt
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Malaikat dan tugasnya
Malaikat dan tugasnyaMalaikat dan tugasnya
Malaikat dan tugasnya
 
_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.ppt
_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.ppt_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.ppt
_PPT kelas 7 Kalor dan Perpindahannya.ppt
 
Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu,
Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu, Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu,
Mengasah Pribadi dengan Tata Krama, Santun, dan Malu,
 

Viewers also liked

Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012
Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012
Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012Dian Oktavia
 
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakat
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakatPerilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakat
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakatelnestl
 
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosialPerilaku menyimpang dan pengendalian sosial
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosialYuca Siahaan
 
Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosialPenyimpangan sosial
Penyimpangan sosiallisna12
 
Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"
Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"
Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"Listya Angreni
 
Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosialPenyimpangan sosial
Penyimpangan sosialBlpt Thomas
 

Viewers also liked (11)

Pembaruan Sistem Pengawasan Jaksa
Pembaruan Sistem Pengawasan JaksaPembaruan Sistem Pengawasan Jaksa
Pembaruan Sistem Pengawasan Jaksa
 
Makalah genosida
Makalah genosidaMakalah genosida
Makalah genosida
 
Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012
Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012
Ringkasan Materi UN Sosiologi SMA 2012
 
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakat
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakatPerilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakat
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakat
 
Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpangPerilaku menyimpang
Perilaku menyimpang
 
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosialPerilaku menyimpang dan pengendalian sosial
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial
 
Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosialPenyimpangan sosial
Penyimpangan sosial
 
Pengendalian sosial
Pengendalian sosialPengendalian sosial
Pengendalian sosial
 
Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"
Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"
Sosiologi kelas X "Perilaku Menyimpang"
 
Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosialPenyimpangan sosial
Penyimpangan sosial
 
penyimpangan sosial
penyimpangan sosialpenyimpangan sosial
penyimpangan sosial
 

Similar to Bab v perilaku menyimpang dan pengendalian sosial

Penyimpangan sosiologi kelas X
Penyimpangan sosiologi kelas XPenyimpangan sosiologi kelas X
Penyimpangan sosiologi kelas XKarina Febrianti
 
Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpangPerilaku menyimpang
Perilaku menyimpangFathur Marah
 
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka Nur Fitriyani
 
Sosiologi penyimpangan sosial
Sosiologi penyimpangan sosialSosiologi penyimpangan sosial
Sosiologi penyimpangan sosialAbi Hutomo
 
Presentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpang
Presentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpangPresentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpang
Presentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpangsync
 
M5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptx
M5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptxM5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptx
M5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptxAyuNilaRatna
 
Bagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 l
Bagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 lBagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 l
Bagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 lEka Nur Fitriyani
 
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosialPerilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosialLiananda Indri Putri
 
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosialPerilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosialLiananda Indri Putri
 
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Paarief Udin
 
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Paarief Udin
 
Kelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptxKelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptxhariacobra
 

Similar to Bab v perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (20)

Tugas sosiologi x3 sandra
Tugas sosiologi x3 sandraTugas sosiologi x3 sandra
Tugas sosiologi x3 sandra
 
Contoh penyimpangan sosial
Contoh penyimpangan sosialContoh penyimpangan sosial
Contoh penyimpangan sosial
 
Presentasi sosiologi
Presentasi sosiologiPresentasi sosiologi
Presentasi sosiologi
 
Penyimpangan sosiologi kelas X
Penyimpangan sosiologi kelas XPenyimpangan sosiologi kelas X
Penyimpangan sosiologi kelas X
 
Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpangPerilaku menyimpang
Perilaku menyimpang
 
Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpangPerilaku menyimpang
Perilaku menyimpang
 
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
 
Makalah sosiologi
Makalah sosiologiMakalah sosiologi
Makalah sosiologi
 
Sosiologi penyimpangan sosial
Sosiologi penyimpangan sosialSosiologi penyimpangan sosial
Sosiologi penyimpangan sosial
 
Presentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpang
Presentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpangPresentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpang
Presentasi Sosiologi SMA 1 - Perilaku menyimpang
 
Makalah perilaku menyimpang
Makalah perilaku menyimpangMakalah perilaku menyimpang
Makalah perilaku menyimpang
 
M5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptx
M5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptxM5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptx
M5 Sosiologi Perilaku Menyimpang.pptx
 
Bagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 l
Bagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 lBagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 l
Bagas yudi septiadi (penyimpangan sosia0 l
 
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosialPerilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosial
 
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosialPerilaku menyimpang dan sikap anti sosial
Perilaku menyimpang dan sikap anti sosial
 
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
 
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
 
Kelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptxKelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptx
 
Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosialPenyimpangan sosial
Penyimpangan sosial
 
Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosialPenyimpangan sosial
Penyimpangan sosial
 

More from Fathur Marah

Fungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuanganFungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuanganFathur Marah
 
Surat kuasa pengambilan uang makan
Surat kuasa pengambilan uang makanSurat kuasa pengambilan uang makan
Surat kuasa pengambilan uang makanFathur Marah
 
Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958Fathur Marah
 
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraanUndang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraanFathur Marah
 
Tata cara memperoleh
Tata cara memperolehTata cara memperoleh
Tata cara memperolehFathur Marah
 
Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007
Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007
Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007Fathur Marah
 
Materi pers dan kewarganegaraan indonesia
Materi pers dan kewarganegaraan indonesiaMateri pers dan kewarganegaraan indonesia
Materi pers dan kewarganegaraan indonesiaFathur Marah
 
Bab 5 hak dan kewajiban warga negara
Bab 5   hak dan kewajiban warga negaraBab 5   hak dan kewajiban warga negara
Bab 5 hak dan kewajiban warga negaraFathur Marah
 
Warga negara dan pewarganegaraan
Warga negara dan pewarganegaraanWarga negara dan pewarganegaraan
Warga negara dan pewarganegaraanFathur Marah
 
Menghidupkan orang mati
Menghidupkan orang matiMenghidupkan orang mati
Menghidupkan orang matiFathur Marah
 
Identitas peserta didik
Identitas peserta didikIdentitas peserta didik
Identitas peserta didikFathur Marah
 

More from Fathur Marah (20)

Fungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuanganFungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuangan
 
Atmosfer
AtmosferAtmosfer
Atmosfer
 
Antroposfer
AntroposferAntroposfer
Antroposfer
 
Surat kuasa pengambilan uang makan
Surat kuasa pengambilan uang makanSurat kuasa pengambilan uang makan
Surat kuasa pengambilan uang makan
 
Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958
 
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraanUndang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
 
Tata cara memperoleh
Tata cara memperolehTata cara memperoleh
Tata cara memperoleh
 
Pewarganegaraan
PewarganegaraanPewarganegaraan
Pewarganegaraan
 
Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007
Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007
Peraturan pemerintah no. 2 tahun 2007
 
Melani wuwungan
Melani wuwunganMelani wuwungan
Melani wuwungan
 
Materi pers dan kewarganegaraan indonesia
Materi pers dan kewarganegaraan indonesiaMateri pers dan kewarganegaraan indonesia
Materi pers dan kewarganegaraan indonesia
 
Makalah 10
Makalah 10Makalah 10
Makalah 10
 
Kewarganegaraan
KewarganegaraanKewarganegaraan
Kewarganegaraan
 
Kewarganegaraan
KewarganegaraanKewarganegaraan
Kewarganegaraan
 
Kewarganegaraa1
Kewarganegaraa1Kewarganegaraa1
Kewarganegaraa1
 
Bab 5 hak dan kewajiban warga negara
Bab 5   hak dan kewajiban warga negaraBab 5   hak dan kewajiban warga negara
Bab 5 hak dan kewajiban warga negara
 
151095766
151095766151095766
151095766
 
Warga negara dan pewarganegaraan
Warga negara dan pewarganegaraanWarga negara dan pewarganegaraan
Warga negara dan pewarganegaraan
 
Menghidupkan orang mati
Menghidupkan orang matiMenghidupkan orang mati
Menghidupkan orang mati
 
Identitas peserta didik
Identitas peserta didikIdentitas peserta didik
Identitas peserta didik
 

Bab v perilaku menyimpang dan pengendalian sosial

  • 1. BAB V PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL BAB V PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial Indikator : 1. Menjelaskan definisi perilaku menyimpang 2. Mendeskripsikan jenis-jenis perilaku menyimpang 3. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang 4. Mengidentifikasi terjadinya perilaku menyimpang sebagai hasil sosialisasi yang tidak sempurna 5. Mendeskripsikan cara-cara untuk menaggulangi terjadinya perilaku menyimpang 6. Menjelaskan lembaga dan sifat pengendalian sosial A. PERILAKU MENYIMPANG 1. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG a. Robert M Z Lawang Penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan suatu usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku orang yang menyimpang atau abnormaltersebut. b. James Vander Zanden Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. c. Kartini Kartono
  • 2. Penyimpangan (deviasi) merupakan tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan. d. Bruce J. Cohen Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. e. Paul B. Horton Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disederhanakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. 2. CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak c. Penyimpangan relative dan penyimpangan mutlak d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif atau menyesuaikan 3. BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG a. Berdasarkan kekerapan atau berat-ringannya penyimpangan 1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation) Ciri-cirinya : a. Bersifat sementara / temporer b. Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang c. Masyarakat masih mentolerir / menerima Contoh: pegawai negeri yang membolos kerja, banyak minum alkohol pada waktu pesta, siswa yang membolos atau menyontek saat ujian dan pelanggaran lalu lintas.
  • 3. 2) Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation) Ciri-cirinya : a. Bersifat permanen / tetap b. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang c. Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut. Contoh: pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan. b. Berdasarkan jumlah pelakunya 1) Penyimpangan Individu Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma- norma yang berlaku. Contohnya pencurian yang dilakukan sendiri. 2) Penyimpangan Kelompok Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari norma- norma masyarakat yang berlaku. Pada umumnya penyimpangan kelompok terjadi dalam sub kebudayaan yang menyimpang yang ada dalam masyarakat. Contohnya gank kejahatan atau mafia. c. Berdasarkan sifatnya 1) Penyimpangan Positif Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif karena mengandung unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya alternatif. Jadi penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seseorang ibu rumah tangga dengan terpaksa harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi. 2) Penyimpangan Negatif Penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang cenderung bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Dalam Penyimpangan negatif, tidakan yang dilakukan akan dicela oleh masyarakat dan pelakunya tidak dapat ditolerir oleh masyarakat. 4. MEDIA PEMBENTUKAN PERILAKU MENYIMPANG
  • 4. a. Keluarga Kepribadian anak akan terbentuk dengan baik bila terlahir dalam lingkungan keluarga yang baik dan sebaliknya. Keluarga merupakan faktor penentu bagi perkembangan atau pembentukan kepribadian seorang anak selanjutnya.Keluarga berfungsi mensosialisasikan nilai-nilai yang baik dalam diri anak-anak. Kepribadian anak akan cenderung negatif apabila terlahir dari keluarga yang kacau yang dibebani berbagai macam permasalahan keluarga seperti orang tua yang sering cekcok, kehilangan orang tua untuk membimbing dan mendidik karena perang, orang tua yang kecanduan minuman keras atau obat bius, pengangguran, bahkan terlibat dalam tindakan kriminalitas serta kemiskinan yang mencekik dan sebagainya. Keluarga semacam ini gagal mensosialisasikan nilai-nilai baik dalam diri anak-anaknya. b. Lingkungan Tempat Tinggal Seorang individu yang tinggal dalam lingkungan yang baik, para anggotanya taat beribadah, melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan positif akan mempengaruhi kepribadian individu tersebut untuk menjadi baik. Sebaliknya bila seorang individu hidup dan tinggal dalam lingkungan yang buruk, warga masyarakatnya suka melakukan tindakan kriminalitas seperti perampokan, pencurian,suka menggunakan obat bius dan mengedarkan narkoba, cenderung akan membentuk kepribadian yang buruk atau menyimpang pada diri individu tersebut. c. Kelompok Bermain Adakalanya seorang individu memiliki kelompok bermain atau pergaulan di luar lingkungan tempat tinggalnya misalnya di lingkungan sekolah atau luar lingkungan sekolah. Jika individu memiliki kelompok bermain yang positif, suka belajar dan melakukan perbuatan yang baik maka perilakunya cenderung positif. Sebaliknya apabila seorang individu mempunyai kelompok bermain yang negatif maka pola perilakunya cenderung negatif / menyimpang. d. Media Massa Media massa baik cetak maupun elektronik dapat memicu maraknya perilaku menyimpang. Misalnya tayangan-tayangan yang berbau pornografi, porno aksi, dan kekerasan membuat seseorang yang menontonnya meniru perilaku menyimpang tersebut. 5. FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG a. Sosialisasi Nilai-nilai Sub kebudayaan Menyimpang Di dalam masyarakat terdapat bagian-bagian (sub-sub) atau kelompok-kelompok orang. Setiap kelompok memiliki ciri kebudayaan sendiri, namun merupakan bagian dari keseluruhan masyarakat itu. Inilah yang dimaksud sub kebudayaan. Sub kebudayaan tadi bisa saja merupaka sub kebudayaan yang menyimpang. Misalnya di sebuah
  • 5. lokalisasi pelacuran. Ditempat ini, berzina dianggap sesuatu yang biasa (tidak menyimpang). Tetapi menurut ukuran masyarakat luas hal itu dianggap menyimpang. Seorang anak yang dibesarkan di tempat tersebut tentu juga akan menganut nilai-nilai sub kebudayaan yang menyimpang tadi, karena kebudayaan itulah yang diajarkan kepadanya. b. Pengaruh lingkungan dan Media Massa Lingkungan kerja dan teman sepermainan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Demikian juga dengan penggambaran peristiwa, berita, dan tayangan-tayangan yang menampilkan perilaku menyimpang sangat berpotensi untuk ditiru oleh masyarakat. Hal ini karena mayoritas masyarakat kita belum terbiasa menyeleksi atau menganalisis secara kritis terhadap berbagai informasi yang datang. c. Sikap mental yang tidak sehat Sikap itu ditunjukkan dengan merasa tidak bersalah atau menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang. d. Ketidaksanggupan menyerap norma Ketidaksanggupan ini disebabkan karena individu menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga ia tidak sanggup menjalankan peranannya sesuai dengan perilaku yang diharapakan masyarakat. e. Kegagalan dalam proses sosialisai Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut tidak berhasil dalam mendalami norma-norma masyarakat dalam diri anggota keluarga. f. Ketidakharmonisan dalam keluarga Orang tua yang sering bertengkar/mempunyai masalah, ayah / ibu mempunyai masalah dengan anaknya, atau sesama anak memiliki masalah menyebabkan ketidaknyamanan di dalam keluarga. Kondisi broken home mendorong mereka untuk mencari pelarian di luar rumah dan kemudian membuat mereka berperilaku menyimpang g. Pelampiasan rasa kecewa Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkan ke hal yang positif , maka ia akan berusaha mencari pelarian untuk memuaskan rasa kecewanya. h. Dorongan kebutuhan ekonomi
  • 6. Perilaku menyimpang juga terjadi karena dorongan kebutuhan ekonomi. Sulitnya mencari pekerjaan yang halal sedangkan kebutuhan pokok seperti makan tidak dapat ditunda lebih lama maka mendorong seseorang untuk berperilaku menyimpang. i. Keinginan untuk dipuji Seseorang dapat bertindak menyimpang karena keinginan untuk mendapat pujian, seperti memiliki banyak uang, selalu berpakaian mahal dan perhiasan yang mewah, atau gaya hidup yang mewah. Agar keinginan ini terwujud, ia rela melakukan perbuatan menyimpang seperti korupsi, menjual diri, merampok dll. j. Proses Belajar yang Menyimpang Hal ini terajadi melalui interaksi sosial dengan orang-orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya seorang anak yang bergaul dengan teman-temannya yang menggunakan obat-obatan terlarang. k. Adanya Ikatan Sosial yang berlainan Seorang individu cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang dihargai, dan akan lebih senang bergaul dengan kelompok itu dari pada dengan kelompok lain. Seseorang akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompok tersebut. Dan apabila kelompok ini adalah kelompok yang berperilaku menyimpang, maka dia juga akan ikut berperilaku menyimpang.. 6. PERILAKU MENYIMPANG SEBAGAI HASIL PROSES SOSIALISASI YANG TIDAK SEMPURNA Proses sosialisasi dianggap tidak berhasil jika individu tidak mampu mendalami norma- norma masyarakat agar menjadi bagian dari dirinya. Orang-orang yang demikian tidak memilki perasaan bersalah atau menyesal setelah melakukan pelanggaran norma. Sosialisasi yang dialami seorang individu berjalan tidak sempurna karena materi informasi dan media sosialisasi yang satu dengan yang lain saling bertentangan. Ada kalanya pesan-pesan yang disampaikan agen-agen sosialisasi seperti keluarga, teman bermain, sekolah dan media massa tidak sepadan atau saling bertentangan satu sama lain. Apa yang diajarkan dalam keluarga mungkin berbeda atau bahkan bertentangan dengan yang diajarkan di sekolah. Proses sosialisasi yang tidak sempurna dapat juga timbul karena cacat bawaan, kurang gizi, gangguan mental ataupun goncangan jiwa. Cacat jasmaniah dapat menyebabkan persepsi-persepsi tetentu atau respon-respon tingkah lakunya menjadi terhambat atau tidak berfungsi lagi, sehingga tingkah lakunya menjadi sangat berbeda dengan tingkah laku orang kebanyakan, dan pribadi orang yang bersangkutan terhambat dalam melaksanakan peranan sosialnya. 7. TEORI-TEORI PENYIMPANGAN SOSIAL
  • 7. a. Teori Differential Assosiation Teori ini dikemukakan oleh Edwin H Sutherland. Ia berpendapat bahwa penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya (cultural transmission). Contoh proses menghisap ganja dan homoseksual. b. Teori Labelling Teri ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemerd. Ia berpendapat bahwa seseorang yang telah melakukan penyimpangan pada tahap primer (pertama) lalu oleh masyarakat telah diberikan cap sebagai penyimpang maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan sekunder (tahap lanjut) dengan alasan ”kepalang tanggung”. Contohnya seorang yang pernah sekali mencuri dengan alasan kebutuhan, tetapi kemudian oleh masyarakat dijuluki pencuri, maka ia akan terdorong menjadi pencuri bahkan dapat menjadi perampok. c. Teori Merton Robert King Merton menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut Merton, struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku yang konformis, tetapi juga perilaku yang menyimpang. Struktur sosial menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial dan menekan orang tertentu ke arah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Merton juga menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak adanya kaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh struktur sosial. Merton mengidentifikasi lima macam adaptasi terhadap situasi, yaitu: 1) Konformitas Yaitu perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat. Contoh, seorang siswa ingin memperoleh nilai bagus pada waktu ujian, dia melakukannya dengan belajar yang giat. Nilai bagus merupakan tujuan yang ditentukan masyarakat sedangkan belajar yang giat merupakan cara yang dibenarkan oleh masyarakat. 2) Inovasi Yaitu perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. Contoh, seorang siswa ingin memperoleh nilai bagus, tetapi dengan cara mencontek. Nilai bagus merupakan tujuan yang ditentukan masyarakat tetapi mencontek merupakan cara yang dilarang oleh masyarakat. 3) Ritualisme Yaitu perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat.Misalnya ritual (upacara) masih diselenggarakan, tetapi maknanya sudah hilang, para siswa yang
  • 8. mengikuti upacara bendera bukan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme, tetapi karena takut pada kepala sekolah. 4) Retreatisme Yaitu perilaku yang meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya. Contoh: seseorang yang sedang mengalami masalah tetapi tidak dihadapai malah mabuk-mabukan, memakai narkoba dan lain sebagainya. 5) Rebellion Yaitu penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru. Contoh reformator agama. d. Teori Fungsi Menurut Emile Durkheim, keseragaman dan kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor keturunan, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, orang yang berwatak jahat akan selalu ada, sehingga kejahatanpun akan selau ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal. Dengan kata lain, penyimpanagn tetap mempunyai fungsi positif. e. Teori konflik 1) Teori Konflik Kelas Sosial Teori ini dikembangkan oleh penganut Karl Marx. Penganut Marx mengemukakan bahwa kejahatan berkaitan erat dengan perkembangan kapitalisme. Perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok yang berkuasa untuk melindungi kepentingan mereka. Hukum merupakan cerminan kelompok yang berkuasa, begitu pula dengan sistem peradilan pidananya. Oleh karena itu, orang-orang yang dianggap melakukan penyimpangan dan yang terkena hukuman biasanya lebih banyak terdapat di kalangan orang miskin (kaum proletar). Banyak pengusaha (kaum borjuis) yang melakukan pelanggaran hukum, tetapi tidak diajukan ke pengadilan. Sehingga penyimpangan akan tetap berlangsung selama tidak ada kesamarataan, serta eksploitasi kelas juga masih ada. 2) Teori Konflik Budaya Apabila dalam masyarakat terdapat beberapa kebudayaan khusus (etnik, agama, suku bangsa, kedaerahan dan kelas sosial), maka akan sulit untuk menemukan adanya kesepakatan nilai dan norma. Hal ini disebabkan karena masing-masing kelompok menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Akibatnya,
  • 9. berbagai norma akan saling bertentangan dan menciptakan kondisi anomie. Anomie yaitu suatu keadaan masyarakat di mana tidak ada seperangkat nilai dan norma yang dipatuhi secara konsisten dan diterima secara luas. Sehingga masyarakat tidak mempunyai pegangan yang mantap sebagai pedoman nilai dan menentukan arah perilaku masyarakat yang teratur. Pada teori konflik budaya, kelompok masyarakat kelas menengah mempunyai norma budaya yang dominan dan dijadikannya sebagai hukum tertulis, dan orang lain yang termasuk dalam kebudayaan khusus lain dianggap menyimpang. Karena budaya kelas sosial bawah bertentangan dengan budaya dominan, maka mereka dianggap menyimpang. Kaum imigran, kaum minoritas yang hidup dalam dominasi kelompok mayoritas juga akan dianggap menyimpang karena memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kelompok dominan. f. Teori Biologis Teori ini berpandangan bahwa seseorang melakukan perilaku menyimpang karena faktor- faktor biologis. Para ahli biologi berpandangan bahwa perilaku menyimpang seperti homoseksual, alkoholisme kronis, dan ganggua mental tertentu disebabkan oleh peristiwa- peristiwa sebagai berikut: 1. Melalui gen-gen atau plasma pembawa sifat di dalam keturunan, atau melalui kombinasi dari gen-gen, ataupun disebabkan oleh tidak adanya gen-gen tertentu, yang semuanya menimbulkan penyimpangan tingkah laku 2. Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang abnormal, sehingga menyebabkan perilaku menyimpang 3. Melalui pewaris kelemahan konstitusional tertentu, yang mengakibatkan perilaku menyimpang. Para ahli pendukung teori biologis antara lain Lombroso, Kretscmer, Horton, Von Hetig, dan Sheldon. Mereka melakukan berbagai studi yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tubuh tertentu lebih cenderung untuk melakukan perbuatan menyimpang. Cesare Lombroso, seorang kriminolog dari Italia, berpendapat bahwa orang jahat mempunyai ciri-ciri ukuran rahang dan tulang-tulang pipi yang panjang, kelianan pada mata yang khas, jari-jari kaki dan tangan relatif besar, serta mempunyai susunan gigi yang abnormal. Sedangkan Sheldon, seorang kriminolog dari Inggris membedakan bentuk tubuh manusia menjadi tiga yaitu: 1. Endomorph (bulat, halus, gemuk) Orang dengan ciri-ciri tubuh seperti ini terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri. 2. Mesomorph (berotot, atletis)
  • 10. Orang dengan ciri-ciri tubuh seperti ini paling sering melakukan perilaku menyimpang, karena,sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau keinginannya. 3. Ectomorph (tipis, kurus) Orang dengan ciri-ciri tubuh seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, tetapi apabila terdapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang. 8. CONTOH-CONTOH PERILAKU MENYIMPANG a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Kejahatan adalah bentuk tindakan yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat, anti-sosial sifatnya dan melanggar hukum dan undang-undang pidana. Misalnya pembunuhan, pencurian, penganiayaan, korupsi, penculikan dan sebagainya. Tipe-tipe kejahatan : a. Kejahatan kerah putih (white collar crime) Yaitu kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau pejabat di dalam menjalankan peranan fungsinya. Golongan ini menganggap dirinya kebal hukum dan sarana-sarana pengendaian sosial lainnya, karena kekuasaan dan keuangan yang dimilikinya. Contoh, korupsi. b. Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Yaitu kejahatan yang dilakukan golongan strata rendah (masyarakat kelas bawah). Contoh, mencuri ayam. c. Kejahatan terorganisasi (organized crime) Yaitu kejahatan yang dilakukan sekelompok penjahat yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum. Kejahatan ini terkadang melibatkan hubungan antar negara yang disebut kejahatan terorganisasi internasional. Misalnya women’s traficking ( penjualan perempuan ke luar negeri), jaringan narkoba internasional dan lain-lain. d. Kejahatan tanpa korban (crime without victim)
  • 11. Yaitu kejahatan yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain. Misalnya berjudi, penyalahgunaan narkoba, mabuk-mabukan dan sebagainya. e. Kejahatan korporat (corporate crime) Yaitu kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian. Misalnya, sebuah perusahaan yang membuang limbah beracun ke sungai yang mengakibatkan penduduk sekitar mengalami berbagai jenis penyakit. Untuk mengatasi masalah kejahatan tersebut, selain dengan tindakan yang bersifat preventif, juga dapat dilakukan dengan tindakan yang bersifat represif seperti teknik rehabilitasi. Menurut Cressey, ada dua konsepsi tentang teknik rehabilitasi, yaitu: a. Menciptakan sistem dan program-program yang bertujuan untuk menghukum orang-orang jahat tersebut, seperti hukuman bersyarat, hukuman kurungan serta hukuman penjara. b. Suatu usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang biasa (yang tidak jahat) yaitu dengan cara memberikan pendidikan serta latihan-latihan untuk menguasai bidang-bidang tertentu, supaya kelak setelah masa hukuman selesai punya modal untuk mencari pekerjaan di masyarakat. b. Perjudian Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan sesuatu yang dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian- kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya. Bentuk perjudian antara lain permainan dadu, permainan kartu Belanda (bridge card), permainan kartu Cina dan domino. Beberapa cara untuk menanggulangi perjudian antara lain: a. Mengadakan perbaikan ekonomi nasional secara menyeluruh b. Adanya keseimbangan antara budget di pusat dan di daerah pinggiran c. Menyediakan tempat-tempat hiburan dan rekreasi yang sehat, disertai intensifikasi pendidikan mental dan ajaran-ajaran agama d. Menurunkan nilai hadiah tertinggi, lalu menambah jumlah hadiah-hadiah hiburan lainnya dalam jumlah yang banyak e. Larangan praktek judi disertai tindakan-tindakan preventif dan represif secara konsekuen dan tidak setengah-setengah.
  • 12. c. Penyimpangan Seksual. a. Hubungan seksual di luar nikah. Dalam lingkungan masyarakat yang bernorma, hubungan seksual di luar nikah tidak dapat dibenarkan, khususnya norma agama, sosial maupun moral. Contohnya pelacuran dan kumpul kebo. b. Penyimpangan seksual lain, merupakan akstivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual tidak sewajarnya. Bentuk-bentuk penyimpangan seksual antara lain : 1) Homoseksual, yaitu perilaku seksual yang cenderung tertarik pada jenis kelamin yang sama atau sejenis (laki-laki dengan laki-laki). Sedangkan lesbian adalah perilaku seksual wanita yang cenderung tertarik sesama wanita. 2) Transeksual, yaitu perilaku seseorang yang cenderung mengubah karakteristik seksualnya. Hal tersebut menyangkut konflik batiniah mengenai identitas yang bertentangan dengan identitas sosial. Contoh laki-laki yang ingin menyerupai perempuan, dan sebaliknya. Biasanya perilaku seksual ini lebih disebabkan oleh pengaruh lingkungan sosial. 3) Sadomasokisme, yaitu perilaku sadisme untuk kepuasan seksual yang diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme merupakan kebalikannya yaitu seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual. 4) Ekshibisionisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik atau menjerit ketakutan, maka ia akan semakin terangsang. Kondisi tersebut sering terjadi pada pria. 5) Voyeurisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi bahkan melakukan hubungan seksual. Setelah mengintip, ia melakukan tindakan lebih lanjut dari yang diintipnya. 6) Fetishisme, yaitu perilaku seksual yang disalurkan melalui masturbasi dengan BH, celana dalam, kaos kaki atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksualnya. Namun, ada juga yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya,kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangan tersebut. d. Kenakalan Anak (Juvenille Deklinquency)
  • 13. Kenakalan anak dapat menimbulkan gap generation sebab anak yang diharapkan sebagai kader penerus bangsa tergelincir ke arah perilaku yang negatif. Kenakalan atau delinquency menurut Prof.DR. Fuad Hasan adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak/remaja, yang bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan sebagai tindak kejahatan. Pendapat lain mengatakan perbuatan deliquency adalah semua perbuatan penyelewengan norma-norma kelompok tertentu yang menimbulkan keonaran dalam masyarakat yang dilakukan oleh anak muda. Untuk menentukan kenakalan anak ternyata belum ada batas yang tegas di berbaghai negara. Contoh: 1) Di Inggris batas usia yang digunakan adalah 8 tahun ke bawah. 2) Di Amerika 16 tahun sampai dengan 18 tahun. 3) Di Indonesia menurut KUHP pasal 45-47 menyebutkan bahwa anak yang belum dewasa adalah anak yang umurnya belum 16 tahun. 4) Secara psikologis batas usia kenakalan anak lebih condong pada usia perbatasan (14-18tahun). Perbuatan-perbuatan kenakalan remaja dapat berupa perusakan tempat atau fasilitas umum, penggunaan obat-obat terlarang, pencurian, perkelahian, atau tawuran dan sebagainya. Secara fenomenologis, gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas. Pada masa tersebut jiwanya masih dalam keadaan labil sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang negatif. Penyebab kenakalan anak tersebut antara lain : 1) Lingkungan keluarga yang tidak harmonis (broken home) 2) Situasi yang menjemukan dan membosankan. 3) Lingkungan masyarakat yang tidak menentu bagi prospek kehidupan masa mendatang, seperti lingkungan kumuh dan penuh kejahatan. e. Penyalahgunaan NAZA / Narkoba NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adictif) dan Narkoba (Narkotika dan Obat-obat terlarang) adalah dua istilah yang sama. Zat adictif meliputi semua obat-obatan yang dapat menimbulkan efek ketergantungan. Narkotika adalah zat-zat kimia yang digunakan dalam kedokteran untuk membius pasien. Narkotika yang tidak digunakan sebagaimana mestinya atau secara berlebih-lebihan dapat merusak organ- organ tubuh sehingga tidak berfungsi sempurna. Bahkan susunan saraf yang berfungsi sebagai pengendali daya pikir ikut rusak. Akibatnya, fikiran menjadi tidak rasional dan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga
  • 14. perilaku yang ditampilkan cenderung bertentangan dengan nilai dan norma kesusilaan. Penggunaan NAZA untuk tujuan semestinya bukan masalah tetapi penggunaan di luar tujuan itu merupakan bentuk penyimpangan. Menurut Dr. Graham Baliane kaum remaja mudah terjerumus pada penggunaan narkotika karena faktor-faktor sebagai berikut: 1) Ingin membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan berbahaya seperti kebut-kebutan, berkelahi dan mengancam. 2) Ingin menunjukkan tindakan menentang orang tua yang otoriter atau siapa saja yang dianggap tidak sepaham dengan dirinya. 3) Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional. 4) Ingin mencari dan menemukan arti hidup (yang semu). 5) Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan (tidak memiliki aktivitas di luar sekolah). 6) Ingin menghilangkan kegelisahan. 7) Solidaritas di antara kawan. 8) Ingin tahu dan iseng. f. Penyimpangan dalam bentuk Gaya Hidup Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup antara lain adalah sikap arogansi dan eksentrik. Sikap arogansi antara lain kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan dan kepandaian. Sedangkan sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap aneh, seperti anak laki-laki memakai anting-anting dan berambut gondrong. g. Sadisme terhadap Anak Berdasarkan teori psikologi sosial seseorang mampu melakukan tidakan kekerasan kekerasan dan sadisme karena merasa frustasi dan kecewa yang dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya faktor ekonomi. Sadisme terhadap anak merupakan bentuk perilaku menyimpang, karena tidak sesuai dengan norma-norma, baik norma agama, sosial, maupun hukum. Sebuah keluarga seharusnya menjadi tempat berlindung dan mencari kasih sayang tetapi justru malah menjadi neraka yang menakutkan.
  • 15. Menurut Aan Prayogo di negara-negara berkembang lebih banyak penganiayaan fisik dan penelantaran anak, sedangkan di negara-negara maju lebih banyak penganiayaan seksual dan emosional. Bentuk-bentuk penganiayaan emosional yaitu : a. Rejecting, yaitu orang tua menunjukkan perilaku menolak anak-anak yang tidak diharapkan, meninggalkan anak, memanggil nama anak dengan sebutan yang tidak berharg, tidak berbicara pada anak, dan bahkan mengambinghitamkan anak sebagai penyebab masalah keluarga. b. Ignoring, yaitu orang tua yang tidak menunjukkan kedekatannya pada anak, dan tidak menyukai anak-anak atau orang tua hanya secara fisik saja bersama anak- anaknya. c. Terorizing, yaitu orang tua oyang mengkritik secara tidak proporsional, menghukum, mengolok-olok, dan mengharapkan anak memiliki kemampuan seperti orang yang diinginkan orang tua. d. Isolating, yaitu orang tua yang tidak menginginkan anaknya beraktivitas secara proporsional bersama rekan-rekan sebayanya. e. Corrupting, yaitu orang tua mengajarkan yang salah (melanggar norma) pada anaknya. Sebagian besar pelaku penganiayaaan terhadap anak adalah orang yang sangat dipercaya dan berpengaruh terhadap anak. 9. SIKAP ANTISOSIAL Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial sering dipandang sebagai sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Suatu tindakan antisosial termasuk dalam tindakan sosial yang berorientasi pada keberadaan orang lain atau ditujukan kepada orang lain, meskipun tindakan-tindakan tersebut memiliki makna subyektif bagi orang- orang yang melakukannya. Tindakan-tindakan antisosial ini sering mendatangkan kerugian bagi masyarakat luas, sebab pada dasarnya si pelaku tidak menyukai keteraturan sosial (social order) yang diinginkan oleh sebagian besar anggota masyarakat lainnya. Berdasarkan sifatnya, tindakan antisosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Tindakan antisosial yang dilakukan secara sengaja Tindakan ini dilakukan secara sadar oleh pelaku, tetapi tetap tidak mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap tindakannya tersebut. Misalnya vandalisme, grafiti pada tembok rumah orang lain dan sebagainya.
  • 16. b. Tindakan antisosial karena tidak peduli Tindakan ini dilakukan karena ketidakpedulian si pelaku terhadap keberadaan masyarakat di sekitarnya. Misalnya, membuang sampah di sembarang tempat, ngebut ketika berkendara dan sebagainya. Tindakan antisosial tidak selalu digolongkan sebagai tindak kriminal dan berakibat pada pemenjaraan si pelaku. Ada beberapa tindakan antisosial yang tidak langsung merugikan orang lain, misalnya menarik diri atau mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat. Namun, sebagian besar tindakan antisosial merupakan tindakan yang melanggar norma dan merugikan orang lain. Faktor yang sangat memengaruhi sikap antisosial adalah usia dan pendidikan. Umumnya, sikap antisosial akan berkurang seiring dengan makin dewasanya usia seseorang. Seiring dengan perkembangan mental dan kecerdasannya, saat makin dewasa, seseorang dapat membedakan tindakan yang baik (sesuai norma-norma sosial) dan tindakan yang buruk (tidak sesuai dengan norma). Namun, jika hingga usia dewasa seseorang masih melakukan tindakan-tindakan yang buruk, ia memiliki kelainan yang disebut kepribadian antisosial. Soerjono Soekanto mencatat ada tiga istilah yang berkaitan dengan sikap antisosial, yaitu: a. Antikonformitas (rebellion) Yaitu suatu pelanggaran terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial yang disengaja oleh individu atau sekelompok orang. Misalnya mencuri, membuat keributan, membunuh, dan mengisolasi diri dari pergaulan masyarakat. b. Aksi antisosial Yaitu suatu aksi yang menempatkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok di atas kepentingan umum. Misalnya, membunyikan radio dengan volume yang sangat keras sehingga mengganggu ketenangan orang lain, memanipulasi keuangan organisasi untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga, tidak mau ikut gotong royong bersama warga sekitar, dan lain-lain. c. Antisosial grudge Yaitu rasa sakit hati atau dendam terhadap masyarakat atau terhadap aturan sosial tertentu sehingga menimbulkan perilaku menyelewengan. Sikap ini disebut pula dendam anti sosial. Misalnya, minum-minuman keras atau penyalahgunaan narkoba karena merasa kurang dihargai oleh masyarakat sekitarnya, melakukan kekerasan rumah tangga karena frustasi dan kecewa terhadap norma-norma sosial yang mengatur upaya pemenuhan kebutuhan.
  • 17. Tindakan antisosial dapat ditemukan dalam banyak wujud. Tetapi pada umumnya tindakan antisosial digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu: a. Dilakukan di jalan Tindakan antisosial ini dilakukan di jalan, sehingga pada akhirnya menimbulkan gangguan bagi masyarakat di sekitar atau yang melintasi jalan tersebut. Misalnya, membuang sampah sembarangan, melanggar rambu lalu lintas, intimidasi, mabuk, meminta-minta, pelacuran dan sebagainya. b. Dilakukan oleh tetangga Tetangga yang mengganggu dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya. Mereka dapat merusak kualitas kehidupan masyarakat di sekitarnya. Misalnya, membunyikan radio dengan sangat keras sehingga mengganggu tetangga sekitar. c. Dilakukan terhadap lingkungan sekitar Tindakan ini berdampak rusaknya lingkungan alam, fasilitas umum dan benda-benda lain di sekitarnya. Selain mengganggu keamanan, kenyamanan dan kelancaran kegiatan masyarakat, upaya perbaikannyapun memakan biaya tang tidak sedikit. Misalnya, orang yang mencoret-coret dan merusak telepon umum, bus kota atau bahkan tembok dan meja kelas. Hal ini mengganggu kepentingan orang-orang yang mempunyai keperluan untuk menggunakannya. UJI KOMPETENSI A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Seseorang mencari ijazah, salah satu tujuannya untuk mencari pekerjaan. Namun ternyata Ijazahnya palsu. Perilaku menyimpang ini oleh Robert King Merton dinamakan…………. a. Komformitas b. Inovasi c. Ritualisme d. Retreatisme e. Rebellion 2. Seseorang yang menderita ketakutan atau kekecewaan maka setiap perilakunya selalu mengalami kebimbangan. Kebimbangan atau keraguan itu menjurus pada perbuatan-perbuatan yang keliru sehingga menimbulkan ejekan dari orang lain. Oleh karena itu timbul kecenderungan pengasingan diri sehingga tidak mampu menyerap nilai dan norma masyarakat. Dan terjadilah perilaku menyimpang yang merupakan hasil dari… a. Sosialisasi yang tidak sempurna b. Kegagalan sosialisasi
  • 18. c. Sikap mental yang tidak sehat d. Proses belajar menyimpang e. Pengaruh lingkungan 3. Seorang suami yang terpaksa mencuri karena melihat anak istrinya kelaparan. Bentuk penyimpangan tersebut adalah……… a. Kelompok b. Primer c. Sekunder d. Situasional e. Sistematik 4. Seorang PSK yang tidak merasa bersalah dan bahkan merasa senang / menikmati pekerjaanya walaupun telah melanggar nilai dan norma. Perilaku menyimpang tersebut disebabkan karena…………. a. keinginan untuk dipuji b. sikap mental yang tidak sehat c. pelampiasan rasa kecewa d. ketidakharmonisan dalam keluarga e. proses belajar menyimpang 5. Gejala kenakalan remaja disebabkan oleh berikut ini, kecuali … . a. masyarakat yang penuh dengan korupsi b. lingkungan keluarga yang harmonis c. situasi sosial yang tidak menentu. d. keadaan lingkungan yang membosankan e. kesenjangan yang mencolok antara kaya dengan miskin 6. Perbuatan anti sosial yang yang dilakukan oleh anak atau remaja dinamakan……… a. Kejahatan b. Kriminalitas c. Penyimpangan d. Delinquency e. Rebellion 7. Seorang wanita menjadi sopir truk trailer belum lazim pada masyarakat kita/dianggapmelakukan perbuatan menyimpang. Penyimpangan tersebut bersifat….. a. Individu b. Primer c. Sekunder d. Positif e. Negatif 8. Perilaku seksual yang cenderung tertarik dengan sesama laki-laki dinamakan… . a. lesbian b. homoseksual c. ekshibisionisme d. voyeurisme e. fetishisme 9. Orang tua yang tidak menunjukkan kedekatan dengan anaknya dan tidak menyukai anak-anak merupakan bentuk penganiayaan emosional yang dinamakan… .
  • 19. a. rejecting b. ignoring c. terrorizing d. isolating e. corrupting 10. Seorang anak berperilaku menyimpang yang disebabkan karena kurang mendapat kasih sayang orang tuanya merupakan tinjauan dari sudut… . a. biologis b. sosiologis c. histories d. psikologis e. ekonomis B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Sebutkan pengertian perilaku menyimpang! 2. Jelaskan pandangan teori labelling tentang perilaku menyimpang! 3. Jelaskan bentuk-bentuk perilaku menyimpang! 4. Berikan satu contoh penyimpangan yang bersifat positif! 5. Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang! B. PENGENDALIAN SOSIAL 1. PENGERTIAN PENGENDALIAN SOSIAL a. Peter L. Berger Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang menyimpang. b. Joseph S. Roucek Pengendalian sosial adalah segala proses baik direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku. c. Bruce C. Cohen Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu. Tujuan pengendalian sosial adalah :
  • 20. a. agar masyarakat mau mematuhi norma-norma sosial yang berlaku, baik dengan kesadaran sendiri mapun dengan paksaan. b. agar dapat mewujudkan keserasian dan ketentraman dalam masyarakat. c. bagi orang yang melakukan penyimpangan diusahakan agar kembali mematuhi norma- norma yang berlaku. 2. JENIS-JENIS LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial antara lain : a. Lembaga Kepolisian Lembaga Kepolisian merupakan lembaga formal yang sejak awal dibentuk dalam rangka mengawasi semua bentuk penyimpangan terhadap hukum yang berlaku. Polisi adalah lembaga yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Tugas polisi sesuai dengan UU No. 28 tahun 1997 adalah: b. Sebagai alat negara penegak hukum, memelihara serta meningkatkan tertib hukum c. Sebagai pengayom, memberikan perlindungan dan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan d. Bersama-sama dengan segenap komponen pertahanan keamanan negara lainnya, membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat e. Membimbing masyarakat demi terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Lembaga Kejaksaan Merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum, yaitu pihak yang mengajukan tuntutan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran hukum berdasarkan tertib hukum yang berlaku. Pekerjaan lembaga kejaksaan merupakan tindak lanjut dari lembaga kepolisian yang menangkap dan menyidik pelaku-pelaku pelanggaran untuk menuntut bentuk pelanggarannya dalam rangka menciptakan keadilan masyarakat. c. Lembaga Pengadilan
  • 21. Merupakan lembaga formal yang menjadi pengayom sekaligus memberikanrasa keadilan pada masyarakat. Tugas lembaga pengadilan antara lain: 1. memeriksa kembali hasil penyidikan dari kepolisian 2. menindaklanjuti tuntutan dari jaksa terhadap suatu kasus pelanggaran. 3. mempersidangkan setiap kasus pelanggaran terhadap norma-norma hukum, baik perdata maupun pidana sesuai dengan hukum masing-masing. Bentuk sanksi yang dijatuhkan lembaga pengadilan antara lain: 1. denda 2. hukuman kurungan sementara 3. hukuman kurungan seumur hidup 4. hukuman mati Sanksi dijatuhkan berdasarkan penelitian dalam persidangan secara komprehensif menurut kadar kesalahan yang dilakukan oleh si Pelanggar. d. Lembaga Adat Merupakan lembaga nonformal yang menangani pelanggaran terhadap norma-norma adat, mempengaruhi dan mengatur tata kelakuan warga masyarakat. Misalnya pelanggaran terhadap : Ø adat perkawinan Ø adat kekerabatan Ø adat pembagian warisan Ø adat-adat ritual Ø tradisi-tradisi khusus yang dipertahankan oleh masing-masing anggota masyarakat. Lembaga-lembaga adat terdiri dari: Ø tokoh-tokoh adat Ø orang-orang tua
  • 22. Ø pemuka masyarakat Pemimpin-pemimpin adat disebut pemimpin nonformal karena keberadaan mereka bukan berdasaarkan otoritas yang diberikan oleh penguasa negara, melainkan otoritasnya diberikan langsung oleh masyarakat yang dipimpinnya melalui kriteria- kriteria tertentu yang telah ditetapkan. e. Tokoh-tokoh Masyarakat Merupakan pengendalian sosial nonformal yang dilakukan oleh para pemuka masyarakat yang mempunyai pengaruh ataupun kharisma untuk mengatur berbagai kegiatan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus pengendali yang dipatuhi oleh warga masyarakat. Dengan demikian sistem ketertiban yang ada di dalam masyarakat tersebut sangat ditentukan oleh peranan tokoh-tokoh masyarakat. f. Tokoh Agama Tokoh agama adalah orang yang mempunyai pandangan luas dalam suatu agama dan menjalankan pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut. Yang termasuk tokoh agama adalah pendeta, biksu, ustadz, pastor, kyai, dan brahmana. Tokoh agama ini sangat berpengaruh di lingkungannya karena nilai-nilai dan norma-norma yang ditanamkannya berkaitan dengan perdamaian, sikap saling mengasihi, saling menghargai, saling mencintai, dan saling menghormati sesama manusia, serta berbagai kebaikan lainnya. g. Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan dalam pengendalian sosial. Guru-guru senantiasa mendidik dan menegur murid agar mau menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Apabila ada murid yang melanggar, guru memiliki kewajiban untuk memberikan sanksi kepada murid tersebut. h. Keluarga Setiap orang tua pasti mengendalikan perilaku anak-anaknya agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, dengan cara mendidik, menasehati dan turut mensosialisasikan nilai dan norma yang ada. Berbagai pengendalian sosial telah dilakukan namun penyimpangan perilaku tetap ada.Menurut Bruce C. Cohen hal itu bisa terjadi karena faktor berikut : a. Adanya perubahan norma dari suatu periode ke periode waktu yang lain. b. Tidak ada norma yang bersifat mutlak yang bisa digunakan untuk menentukan benar tidaknya kelakuan seseorang.
  • 23. c. Individu yang tidak mematuhi norma sosial disebabkan karena mereka mengamati orang- orang lain yang tidak mematuhi, atau karena mereka tidak pernah dididik untuk mematuhinya. d. Adanya individu yang belum mendalami norma sosial. e. Adanya individu-individu yang kurang yakin akan kebenaran atau kebaikan suatu norma sosial. f. Terjadi konflik peran dalam diri individu karena ia menjalankan beberapa peran yang menghendaki corak yang berbeda. Namun demikian pengendalian sosial harus tetap berlanjut untuk meminimalisir penyimpangan-penyimpangan di dalam masyarakat. 3. SIFAT-SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL a. Pengendalian Sosial Preventif Yaitu usaha yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran. Tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku menyimpang. Contoh, memberikan nasihat kepada anak. b. Pengendalian Sosial Represif Pengendalian sosial yang dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran dan supaya keadaan pulih seperti sedia kala. Contohnya orang yang melanggar peraturan lalu lintas ditilang dan dipersidangan kemudian dikenai denda. c. Pengendalian Sosial Gabungan Merupakan gabungan dari pengendalian represif dan preventif. Tujuannya untuk mencegah terjadinya penyimpangan (preventif) sekaligus memulihkan kembali keadaan semula jika telah terjadi penyimpanga (represif) sehingga perilaku menyimpang tidak sempat merugikan pelaku yang bersangkutan maupun orang lain. Misalnya, diberlakukan piket-piket di sekolah yang dimaksudkan untuk mengawasi dan mencegah siswa agar tidak bolos pada jam sekolah (preventif). Meskipun pengawasan tersebut dilakukan tetap saja terdapat siswa yang membolos.Maka tindakan represif dapat dilakukan untuk mengembalikan penyimpangan itu ke keadaan normal dengan cara mengenakan sanksi atau hukuman kepada siswa tersebut sesuai dengan perat uran yang berlaku. . 4. CARA PENGENDALIAN SOSIAL
  • 24. a. Pengendalian Sosial Persuasif Dilakukan melalui pendekatan dengan mengajak atau membimbing agar masyarakat mematuhi norma-norma yang ada, tanpa ada kekerasan (dengan cara sosialisasi). Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara : Ø Lisan, yaitu dilakukan dengan mengajak orang mentaati aturan dengan berbicara langsung dengan bahasa lisan (verbal). Contoh penyuluhan dari pihak kepolisian tentang bahaya narkoba. Ø Simbolik, yaitu dapat dilakukan melalui spanduk, tulisan, dan iklan layanan masyarakat. Contoh spanduk-spanduk yang mengajak masyarakt untuk menjauhi kekerasan serta menjaga persatuan dan kesatuan. b. Pengendalian Sosial Koersif Bersifat memaksa atau menekankan pada tindakan yang menggunakan kekuatan fisik agar anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Upaya ini dilakukan setelah cara persuasif tidak berhasil. Contoh: Gerobak pedagang kaki lima yang terpaksa diangkut oleh trantib karena telah melanggar Perda dan telah diperingatkan berkali-kali. Diantara cara paksaan antara lain: 1. Kompulsi / Compulsion Compulsion merupakan pengendalian sosial dengan situasi yang diciptakan sedemikian rupa, sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan scara tidak langsung. 2. Pervasi Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara menyampaikan nilai atau norma secara berulang-ulang dan terus-menerus dengan harapan nilai dan norma tersebut melekat dalam jiwa seseorang sehingga akan terbentuk sikap yang diharapkan. Misalnya, bahaya narkoba yang disampaikan kepada remaja melalui media massa baik cetak maupun elektronik secara berulang-ulang dan terus- menerus. 5. PENGENDALIAN SOSIAL BERDASARKAN RESMI ATAU TIDAKNYA a. Pengendalian Formal Menurut Horton dan Hunt, yaitu cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang juga memiliki peraturan-peraturan resmi. Peraturan-
  • 25. peraturan yang dihasilkan lembaga-lembaga ini umumnya tertulis dan sudah distandardisasi. Pengendalain ini dilakukan melalui: 1. Hukuman Fisik Model pengendalian ini dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang diakui oleh semua lapisan masyarakat, seperti kepolisian, Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan yang lainnya. 2. Lembaga Pendidikan Dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah, seseorang diarahkan perilakunya agar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Melalui pendidikan, seseorang belajar hal-hal yang berkenaan dengan pengetahuan (kognitif), mengenai sikap yang meliputi nilai, norma, etika dan seni (afektif), serta ketrampilan-ketrampilan yang menunjang agar dia mampu berperilaku wajar (psikomotorik). Pendidikan merupakan pengendalian sosial secara sadar (terencana) dan berkesinambungan untuk mengarahkan agar terjadi perubahan- perubahan positif dalam perilaku seseorang melalui proses sosialisasi agar perilaku seseorang tidak menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. 3. Lembaga Keagamaan : Dalam setiap agama terdapat ajaran tentang kebenaran yang suci menurut penganutnya masing-masing. Perbuatan-perbuatan yang arif, bijaksana, dan pengabdian terhadap Tuhan adalah ajaran pokok pada setiap ajaran agama. Oleh sebab itu, setiap pemeluk agama yang taat akan mengakui kebenaran ajaran agamanya dan mejadikan ajaran agamanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Jika melanggar ajaran agamanya ia akan merasa berdosa, dan akan berusaha bertobat. b. Pengendalian Informal 1. Gosip atau desas desus Yaitu berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan kernyataan. Biasanya terjadi apabila terjadi kritik sosial secara terbuka tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut individu yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah sehingga akan berhati-hati dalam bertindak. 2. Ejekan Adalah tindakan membicarakan seseorang dengan menggunakan kata-kata kiasan, perumpamaan, atau kata-kata yang berlebihan dan bermakna negatif, kadang- kadang digunakan kata-kata yang artinya berlawanan dengan yang dimaksud. 3. Celaan
  • 26. Merupakan tindakan kritik atau tuduhan terhadap suatu pandangan, sikap, dan perilaku yang tidak sejalan (tidak sesuai) dengan pandangan, sikap, dan perilaku anggota kelompok pada umumnya. Celaan lebih mudah dimengerti oleh seseorang karena diekspresikan dengan ucapan, protes, atau kritik yang terbuka dan langsung menuju ke sasaran. 4. Ostrasisme (pengucilan) Yaitu keadaaan di mana seseorang anggota masyarakat walaupun diperbolehkan bekerjasama atau dibiarkan hidup dan bekerja dalam kelompok masyarakat tetapi dia tidak diajak berkomunikasi. Tujuannya agar anggota masyarakat yang bersangkutan atau anggota masyarakat yang lainnya tidak melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku. 5. Fraudulens : pengendalian sosial dengan jalan minta bantuan kepada pihak lain yang dianggap dapat mengatasi masalah, atau istilah lainnya adalah meminta beking kepada pihak lain. 6. Intimidasi Dilkukan dengan cara menekan, memaksa, mengancam, atau manakut- nakuti sehingga seseorang tidak berani berperilaku menyimpang atau pelaku perilaku menyimpang mau mengakui perbuatannya dan tidak mengulanginya lagi. 6. PERWUJUDAN PENGENDALIAN SOSIAL Menurut Soerjono Soekanto perwujudan pengendalian sosial adalah: a. Pemidanaan Standar atau patokannya adalah suatu larangan yang apabila dilanggar, akan mengakibatkan penderitaan (sanksi negatif) bagi pelanggarnya. Dalam hal ini kepentingan-kepentingan seluruh kelompok masyarakat dilanggar, sehingga inisiatif datang dari seluruh anggota kelompok (yang mungkin dikuasakan kepada pihak- pihak tertentu). b. Kompensasi Standard an patokannya adalah kewajiban, di mana inisiatif untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan akan meminta ganti rugi, oleh karena pihak lawan melakukan cidera janji. Sehingga ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang. c. Terapi
  • 27. Pada terapi, korban mengambil inisiatif sendiri untuk memperbaiki dirinya dengan bantuan pihak-pihak tertentu, misalnya pada kasus penyalahgunaan obat bius (narkoba), di mana korban kemudian sadar dengan sendirinya. d. Konsiliasi Pada konsiliasi, masing-masing pihak yang bersengketa mencari upaya untuk menyelesaikannya, baik secara kompromis ataupun dengan mengundang pihak ketiga. 7. POLA UMUM PENGENDALIAN SOSIAL a. Pengendalian kelompok terhadap kelompok b. Pengendalian kelompok terhadap individu c. Pengendalian individu terhadap individu d. Pengendalian individu terhadap kelompok 8. FUNGSI PENGENDALIAN SOSIAL Ada beberapa fungsi pengendalian sosial menurut Koentjaraningrat, yaitu: a. Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial Penanaman keyakinan terhadap norma sosial yang baik sangat diperlukan dalam rangka keberlangsungan tatanan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Melalui lembaga pendidikan sekolah dan lembaga pendidikan keluarga. Melalui lembaga-lembaga ini seorang anak diarahkan untuk meyakini norma- norma sosial yang baik. 2. Sugesti sosial Dilakukan dengan mempengaruhi alam pikiran seseorang melalui cerita-cerita dongeng maupun kisah-kisah nyata dari tokoh-tokoh terkenal. 3. Menonjolkan kelebihan norma-norma tertentu dibandingkan dengan norma-norma pada masyarakat lainnya. b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma Imbalan di sini mulai berupa pujian dan penghormatan hingga pemberian hadiah (reward) yang berupa materi. Pemberian imbalan ini bertujuan agar anggota masyarakat tetap melakukan perbuatan yang baik dan senantiasa memberikan contoh yang baik kepada orang lain di sekitarnya. c. Mengembangkan rasa malu Setiap anggota masyarakat memiliki ”rasa malu” yang ukurannya berbeda-beda. Budaya malu berkenaan dengan ’harga diri’. Harga diri akan turun jika seseorang melakukan kesalahan yang melanggar norma- norma sosial di dalam suatu masyarakat. Masyarakat akan sangat antusias mencela setiap anggotanya yang melakukan pelanggaran terhadap norma. Bila setiap perbuatan melanggar norma dicela, maka dengan sendirinya akan timbul ”budaya malu” dalam diri seseorang.
  • 28. d. Mengembangkan rasa takut Perasaan takut akan mengarahkan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang dinilai mengandung resiko. Dengan demikian, orang akan berkelakuan baik dan taat pada tata kelakuan atau adat-istiadat sebab sadar bahwa perbuatan yang menyimpang dari norma-norma itu akan berakibat tidak baik bagi dirinya maupun orang lain di sekitarnya. e. Menciptakan sistem hukum Sistem hukum merupakan aturan yang disusun secara resmi dan disertai aturan tentang ganjaran atau sanksi tegas yang harus diterima oleh sesorang yang melakukan penyimpangan (pelanggaran). 9. AKIBAT TIDAK BERFUNGSINYA LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL Pengendalian sosial dapat dilakukan secara : a. Internal Pengendalian sosial yang dilakukan oleh komponen masyarakat itu sendiri di bawah koordinasi pemuka adat dan tokoh masyarakat dan dimulai dari pengendalian diri dari tiap-tiap individu anggota masyarakat, serta pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembudayaaan nilai dan norma dari generasi tua kepada generasi muda. Apabila pengendalian sosial secara internal ini berhasil maka sesungguhnya pengendalian sosial tidak memerlukan aparat formal seperti polisi, kejaksan , dan pengadilan. Hal ini dapat terjadi pada masyarakat primitif. b. Eksternal pengendalian sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga formal seperti kepolisian kejaksaan dan pengadilan dengan berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku, baik perdata maupun pidana. Pada masyarakat modern terutama yang majemuk pengendalian sosial secara internal sulit untuk menjamin ketertiban. Pengendalian sosial eksternal lebih dipatuhi karena sifatnya tegas dan jelas dengan sanksi-sanksi yang memberatkan. Komponen penting bagi terwujudnya ketertiban dalam masyarakat: a. Adanya norma-norma yang memadai, dalam arti norma-norma yang sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. b. Adanya aparat penegak hukum yang konsisten secara ideologi dan mempunyai tekad untuk mengabdikan diri dalam setiap upaya penegakan hukum. c. Adanya kesadaran dari seluruh warga masyarakat untuk berlaku tertib dan menjunjung tinggi hukum.
  • 29. Lembaga pengendalaian sosial belum tentu melaksanakan fungsinya dengan baik. Bentuk- bentuk nyata kejadian dalam masyarakat yang merupakan akibat langsung dari tidak berfungsinya lembaga-lembaga pengendalian sosial antara lain : a. Tidak adanya kepastian hukum b. Kepentingan masyarakat sulit untuk dipenuhi c. Sering terjadi konflik d. Munculnya komersialisasi hukum, jabatan dan kekuasaan. e. Munculnya sindikat-sindikat kejahatan yang mempunyai kepentingan khusus. Di dalam masyarakat terdapoat rantai sistem penciptaan ketertiban dalam masyarakat itu sendiri. Apabila sistem itu tidak berfungsi maka akibatnya di dalam masyarakat terdapat kekacauan-kekacauan karena banyaknya perilaku menyimpang yang terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat dilakukan terapi sosial sebagai berikut : a. Memperbaiki perangkat hukum, seperti undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri, dan peraturan pelaksana lainnya. b. Melakukan revitalisasi aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Yang dimaksud dengan revitalisasi adalah penggantian, pembinaan serta pengawasan-pengawasan yang lebih intensif terhadap semua bentuk kegiatan hukum. c. Melakukan usaha-usaha pembudayaan tertib sosial yang di dalamnya terdapat kepatuhan terhadap norma kesusilaan, kesopanan, adat, norma agama, dan norma hukum. UJI KOMPETENSI A. Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Contoh pengendalian sosial melalui sosialisasi antara lain…. a. penanaman pengertian dan kesadaran hukum b. mempermalukan di depan orang banyak c. mengemukakan sindiran terhadap penyimpangan d. diajukannya penyimpangan ke pengadilan e. membuat standardisasi 2. Kekuatan bahasa seperti eufemisme (penghalusan bahasa) di kalangan atas dan plesetan di kalangan bawah efektif sebagai alat pengendalian sosial karena berfungsi sebagai alat…. a. tekanan sosial b. komunikasi c. mengintegrasikan masyarakat d. mempermalukan orang
  • 30. e. menanamkan pengertian 3. Badan – badan yang berkaitan erat dengan pengendalian sosial dalam masyarakat adalah…. a. kepolisian, kejaksaan, dan penjara b. kepolisian, bank, dan penjara c. bank, penjara, dan badan usaha milik negara d. bank, kejaksaan, dan penjara e. badan lusaha milik negara, bank, dan penjara 4. Surat kabar di ibu kota memberitakan keputusan pengadilan tentang kasus korupsi yang terjadi di lingkungan pemerintah. Pemberitaan tersebut tergolong pengendalian sosial yang dinamakan…. a. gosip b. persuasif c. regresif d. edukatif e. koersif 5. Untuk menunjang fungsi dan tugasnya, polisi diberi hak .... a. Melakukan tindak kekerasan b. Mengadili c. Melakukan penyidikan d. Mengajukan tuntutan e. Mengajukan banding 6. Lembaga adat dan tokoh-tokoh masyarakat merupakan lembaga pengendalian sosial secara nonformal karena otoritasnya diberikan oleh.... a. masyarakat setempat b. penguasa negara c. kepolisian d. pengadilan e. masyarakat luas 7. Lembaga yang merupakan tempat untuk memperoleh rasa keadilan dalam masyarakat adalah.... a. kepolisian b. kejaksaan
  • 31. c. pengadilan d. tokoh-tokoh masyarakat e. lembaga adat 8. Menjatuhkan denda pada para pelanggar peraturan lalu lintas merupakan pengendalian sosialyang bersifat.... a. represif b. persuasif c. koersif d. kompulsi e. preventif 9. Di sekolah siswa yang bisa mendapatkan beasiswa, syaratnya mendapatkan nilai bagus, tidak bolos sekolah, tidak mencontek merupakan pengendalian sosial yang bersifat.... a. persuasif b. koersif c. kompulsi d. preventif e. represif 10. Ajakan pemuka agama dalam ceramah-ceramahnya untuk menjauhi tindakan kriminal merupakan pengendalian sosial yang bersifat.... a. preventif b. persuasif lisan c. persuasif simbolik d. koersif e. represif
  • 32. 11. Seorang warga masyarakat walaupun diperbolehkan bekerjasama dalam kelompok masyarakat, tetapi dia tidak diajak berkomunikasi. Pengendalian sosial dengan cara ini disebut.... a. fraudulens b. hukuman c. ostrasisme d. pendidikan e. cemoohan 12. Proses pengendalian sosial yang paling utama dalam kehidupan bermasyarakat yang dimulai sejak individu lahir dan berlangsung sepanjang hidup adalah.... a. fraudulens b. hukuman c. pendidikan d. ostrasisme e. cemoohan 13. Pengendalian sosial dengan cara meminta bantuan pada pihak lain yang dianggap dapatmengatasi masalah dinamakan.... a. fraudulens b. hukuman c. pendidikan d. ostrasisme e. cemoohan 14. Perhatikan pernyataan berikut ini ! 1) adanya norma yang memadai 2) tidak adanya kepastian hukum 3) kepentingan masyarakat tidak terpenuhi
  • 33. 4) adanya aparat penegak hukum 5) kesadaran warga masyarakat untuk berperilaku tertib Suatu ketertiban terwujud ditentukan oleh tiga hal yaitu.... a. 1, 2, dan 3 b. 1, 3, dan 5 c. 1, 4, dan 5 d. 3, 4, dan 5 e. 2, 3, dan 4 15. Bentuk nyata kejadian dalam masyarakat yang merupakan akibat langsung dari tidak berfungsinya lembaga-lembaga pengendalian sosial adalah.... a. adanya kepastian hukum b. kepntingan masyarakat terpenuhi c. tidak pernah terjadi konflik d. adanya kelompok-kelompok khusus e. komersialisasi hukum, jabatan dan kekuasaan 16. Revitalisasi aparat penegak hukum dapat dilakukan dengan cara.... a. memperbaiki Undang-undang dasar b. mengganti peratuan pemerintah c. mengubah keputusan presiden d. menolak keputusan menteri e. mengganti, membina serta mengawasi lebih intensif 17. Pengendalian sosial akan dapat terwujud bila.... a. tekanan dari pemerintah kuat berdasarkan hukum b. kekuasaan negara otoriter dan menekan. c. masyarakat berusaha mematuhi norma secara sadar.
  • 34. d. pelanggaran dapat ditindak dengan tegas e. para pejabat dapat memberikan keteladanan. 18. Yang termasuk tujuan pengendalian sosial adalah.... a. agar masyarakat mematuhi norma atau aturan b. dapat terwujud keserasian dan ketentraman c. dapat mengekang masyarakat untuk berinteraksi d. agar menyadari perilakunya yang menyimpang e. memaksa untuk mematuhi peraturan. 19. Warga masyarakat mengadakan gotong royong dengan melibatkan seluruh warga baik laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja dan para orang tua merupakan salah satu upaya pengendalian sosial secara.... a. formal b. persuasif c. represif d. internal e. eksternal 20. Pada masyarakat modern pengendalian sosial eksternal lebih dipatuhi dari pada internal karena.... a. pengendalian eksternal dibuat oleh yang berwenang. b. pengendalian internal dianggap kuno c. pengendalian internal dibuat oleh masyarakat yang bersangkutan d. pengendalian eksternal sifatnya tegas dan jelas dengan sanksi-sanksi yang memberatkan. e. pengendalian intenal sudah tidak diperlukan lagi. B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar! 1. Sebutkan pengertian pengendalian sosial!
  • 35. 2. Jelaskan yang dimaksud pengendalian sosial preventif dan represif dan berikan contohnya! 3. Sebutkan cara-cara pengendalian sosial! 4. Sebutkan jenis-jenis lembaga pengendalian sosial! 5. Jelaskan akibat dari tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial!