Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
PlaqueVirus
1. Jelaskan tentang metode plaque virus beserta kelebihan dan kekurangan metode berdasarkan pustaka
yang ada
Penjelasan mengapa hasil positif maupun negative pembentukan plaque
Alasan pengambilan sampel dari limbah pembuangan ayam, kambing, sapi,ikan. Sebut dan jelaskan
masing-masing virus yang menyerang hewan tersebut beserta nama penyakitnya
Penyakit Virus Pada Ayam
Sumber: TRUBUS no. 201 / Tahun XVII
Berbagai jenis penyakit virus mudah sekali menular, dan banyak diantaranya sangat ditakuti peternak
karena keganasannya. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhan penyakit
yang disebabkan oleh virus.
Ayam mudah diternak, tapi sangat rawan terhadap penyakit. Di antara berbagai jenis penyakit menular
yang banyak mengancam, penyakit menular yang disebabkan oleh virus merupakan jenis penyakit yang
paling ditakuti. Virus lebih lembut dari bakteri, karena jasad renik inibisa tembus dari saringan bakteri. Ia
tidak bisa dilihat dengan mikroskop biasa. Untuk melihatnya secara jelas diperlukan foto dengan
mempergunakan mikroskop elektron.
Penyakit virus mudah sekali menular. Baik secara kontak langsung maupun lewat perantara benda-
benda lain. Misalnya udara, air minum, makanan, dan alat-alat peternakan yang tercemar. Di antara
berbagai jenis penyakit akibat virus yang sering merugikan peternakan ayam antara lain adalah tetelo
alias ND (New Cattle Desease), cacar unggas alias Fowl Pox, leukosis, lumpuh marek alias marek's
disease, gumboro alias infectious bursal disease, salesma ayam alias infectious laryngotracheitis, dan
kini flu burung, dll. Berikut akan dijelaskan beberapa penyakit yang diakibatkan oleh virus.
1. Tetelo adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan Paramixovirus. Keganasannya
tergantung dari strain atau tipenya. Penyakit ini menyerang alat pernafasan, susunan dan jaringan
syaraf, serta alat-alat reproduksi telur. Yang ganas cepat sekali menular, dan seringkali menimbulkan
kematian secara mendadak.
2. Cacar unggas adalah penyakit bercak-bercak kulit yang disebabkan oleh virus Borreliota avium.
Menyerang rongga mulut, hulu tenggorokan, daerah sekitar mata, jengger dan pial. Selain secara kontak
langsung, penyakit ini bisa meluar lewat perantaraan nyamuk dan lalat.
3. Leukosis adalah penyakit tumor menular yang bersifat menahun. Penyebabnya adalah virus leukosis.
Gejala dimulai dengan timbulnya pertumbuhan abnormal pada sel-sel darah putih. Tumor yang
menyerang jaringan syaraf akan menimbulkan kelumpuhan pada leher, sayap dan kaki. Yang menyerang
mata akan membuat bentuk mata tidak normal, rabun atau buta sama sekali. Yang menyerang organ
bagian dalam (hati, ginjal, limpa dan ovarium) akan membuat ayam berjalan tegak seperti itik, dan
penyakitnya disebut big liver disease. Akibatnya hati akan membengkak 3 sampai 4 kali normal,
2. kotorannya encer, tubuh kurus, jengger dan pial pucat berkerut.
4. Lumpuh marek adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus herpes. Menyerang anak ayam
berumur 1-5 bulan. Gejalanya ditandai kejang lumpuh dengan kaki satu ke depan dan kaki lainnya
kebelakang. Selain itu juga menimbulkan pembesaran yang mencolok pada syaraf dan timbulnya tumor
pada organ dalam, kulit dan otot.
5. Gumboro adalah penyakit yang menyerang bursa fabricii (kelenjar bulat terletak di atas kloaka),
penyebabnya adalah virus gumbaro. Anak ayam umur 1-12 hari yang terkena penyakit ini tidak begitu
nampak tanda-tandanya. Tapi anak ayam umur 3-6 minggu akan menunjukkan gejala yang khas. Anak
ayam tampak lesu, mengantuk, bulu mengkerut, bulu sekitar dubur kotor, mencret keputih-putihan, dan
duduk dengan sikap membungkuk. Suka mematuki duburnya sendiri, sehingga menimbulkan luka dan
pendarahan. Ayam yang mati bangkainya cepat sekali membusuk.
6. Salesma ayam adalah penyakit yang disebabkan virus avium. Menyerang saluran pernafasan.
Gejalanya sesat nafas, batuk-batuk, mata dan hidung meradang berair, dan sulit bernafas karena adanya
lendir berdarah dalam rongga mulut. Bila benafas kepala ditegakkan, dan waktu mengeluarkan nafas
kepala ditundukkan dengan mata terpejam. Penyakit ini bersifat akut.
Obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit virus sampai saat ini belum ada. Tapi pengobatan
dengan antibiotika atau kombinasi dengan obat-obatan lain tetap diperlukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dengan penyakit yang lain. Dan karena tak adanya obat yang mampu
menyembuhkan penyakit virus, alangkah bijaksananya sebelum penyakit berbahaya ini terjadi, peternak
melakukan tindak pencegahan. Caranya antara lain adalah melakukan tata laksana pemeliharaan yang
baik, melaksanakan vaksinasi pada saat yang tepat, dan hindarkan terjadinya stress pada ternak.
Direktorat kesehatan Hewan Nama :
Ludia
Pertanyaan :
Jenis penyakit babi dan pencegahannya ( obatnya )
Jawaban :
Nama Penyakit
Vesicular Stomatitis
Agen Penyebab
Genus vesiculovirus
Diskripsi Singkat
Vesicular stomatitis (VS) adalah penyakit viral yang menyerang ternak dan mengakibatkan
kerugian ekonomis yang sangat besar. Penyakit ini ditandai dengan demam, timbulnya lepuh
pada mukosa mulut, kaki dan ambing. Penyakit ini disebabkan oleh genus vesiculovirus dari
famili rhabdoviridae. Vesicular terdiri dari 2 serotipe yaitu : serotipe indiana dan new jersey.
3. Detail
Penyakit ini menyerang sapi, kuda dan babi. Sedangkan kambing dan domba relatif lebih resisten
walaupun dapat juga terinfeksi secara buatan. Beberapa hewan liar yang peka antara lain adalah
antelope, domba tanduk besar, raccoons, bangsa kera, rodensia dan bangsa kelelawar. Manusia
juga dapat terinfeksi dengan gejala seperti influenza.
Penularan dan penyebaran penyakit terjadi melalui gigitan ektoparasit seperti lalat (phlebotomum
sp), nyamuk dan culicoides sp. Virus masuk tubuh melalui mukosa dan kulit yang terluka karena
berbagai sebab misalnya akibat gigitan serangga. Infeksi VS kemungkinan tidak terjadi secara
sistemik kecuali pada babi. Infeksi terjadi secara lokal berupa vesikulasi dan denaturasi epitel
dan diikuti kerusakan sel dan oedema interstisial. Virus VS dalam jumlah besar terjadi dalam
waktu singkat dalam cairan vesikular dan jaringan-jaringan sekitar lesi atau luka.
Masa inkubasi sekitar 2-3 hari kemudian diikuti dengan demam dan timbulnya lepuh pada lidah,
mukosa mulut, kulit diantara kuku, juga pada ambing. Adanya lepuh-lepuh tersebut
mengakibatkan hipersalivasi, hewan tidak mau makan, pincang dan penurunan kondisi tubuh.
Kondisi ambing yang terinfeksi sering diperparah dengan terjadinya mastitis berat sehingga
produksi susu terhenti.
Penyakit lain yang dapat membentuk lepuh antara lain : penyakit mulut dan kuku, swine
vesicular disease dan vesicular exanthema.
Nama Penyakit
Swine Vesicular Disease (SVD)
Agen Penyebab
Genus enterovirus
Diskripsi Singkat
SVD adalah penyakit viral akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang babi dengan tanda-
tanda klinis berupa demam dan timbulnya lepuh-lepuh terutama pada mulut, hidung, kaki, dan
ambing.
Detail
SVD disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Picornaviridae. Virus ini relatif tahan
terhadap inaktivasi dengan pemanasan sampai suhu 690C, stabil pada pH 2-112. pada daging
beku yang tercemar, virus SVD mampu bertahan dalam waktu yang lama sedangkan pada
produk daging babi seperti daging asap, daging diasinkan dan dikeringkan, virus SVD juga
mampu bertahan hidup selama 138 hari pada feses babi. Babi merupakan satu-satunya hewan
yang dapat terserang SVD. Masa inkubasi berkisar antara 2-7 hari. Gejala klinis yang tampak
mirip dengan penyakit mulut dan kuku atau penyakit vesikuler lainnya yaitu ditandai dengan
demam, timbulnya lepu-lepuh terutama pada kaki. Lepuh juga timbul di daerah mulut dan
4. moncong. Karena adanya lesi pada kaki menyebabkan kepincangan pada hewan. Angka
morbiditas dapat mencapai 100% tetapi angka kematian yang ditimbulkannya kecil.
Nama Penyakit
Rift Valley Fever (RVF)
Agen Penyebab
Virus dalam famili Bunyaviridae genus phlebovirus
Diskripsi Singkat
RVF adalah penyakit viral akut yang menyerang ruminansia dan disebarkan melalui gigitan
nyamuk (mosquito-borne viral disease) dengan menyebabkan keguguran. Sedangkan pada hewan
muda menyebabkan kematian yang tinggi. Penyakit ini, RVF juga bersifat zoonosis dengan
menyebabkan penyakit menyerupai influenza berat dengan atau disertai komplikasi.
Detail
Seluruh karkas dari hewan yang diduga menderita RVF harus ditanam atau dibakar karena untuk
mencegah penularan penyakit pada manusia. Hewan yang peka adalah kambing, domba, sapi,
kerbau, onta, dan manusia. Diantara hewan peka tersebut, domba merupakan hewan yang paling
peka diikuti oleh kambing, disamping itu RVF juga dilaporkan dapat menyerang beberapa hewan
lainnya seperti : antelope, bangsa kera, rodensia, babi, kuda, anjing, kucing dan burung.
Walaupun kejadian penyakit bersifat subklinis. RVF dapat menyerang domba pada semua
tingkat umur meskipun demikian anak domba menderita RVF lebih parah daripada dewasa.
Angka kematian pada anak domba berumur <1 minggu dapat mencapai 95% sedangkan angka
morbiditas bisa mencapai 100%. Pada anak domba yang masih menyusui, angka kematian
mencapai 40-60% dan pada domba muda, angka kematian yang ditimbulkan adalah sekitar
15-30%. Pada kejadian perakut, domba sering ditemukan mati mendadak atau tiba-tiba lemah
dan kemudian mati. Pada kasus akut, masa inkubasi sangat pendek yaitu sekitar 24 jam,
kemudian diikuti oleh demam, denyut jantung cepat, lemah, muntah, keluar eksudat
mukopurulent dari hidung dan kematian setelah 24-72 jam. Gejala klinis lainnya berupa diare
berdarah dan adanya perdarahan pada selaput mukosa. Pada domba dewasa, umumnya penyakit
terjadi secara subakut dengan gejala klinis berupa demam diikuti dengan tidak mau makan, dan
lesu, lemah, gejala kekuningan (jaundice). Keguguran juga terjadi pada domba betina bunting
yang terinfeksi.
Sapi muda menderita RVF lebih parah dari sapi dewasa dengan tingkat kematian pada sapi dara
sampai 30% atau bahkan lebih tinggi pada anak-anak sapi. Sedangkan angka kematian pada sapi
dewasa kurang dari 2%. Keguguran juga dapat terjadi pada sapi betina bunting dan juga
penurunan produksi susu yang sangat tajam. Gejala klinis RVF pada manusia mempunyai
kemiripan dengan gejala penyakit influenza yang berat. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah berupa kerusakan pada retina mata yang pada kejadian yang berta bisa mengakibatkan
kebutaan sementara atau permanen. Komplikasi lain berupa peradangan otak dan peradangan
5. hati. RVF sering dikelirukan dengan Bluetongue, enterotoxaemia, hepatotoxin, nairobi sheep
disease. Wesselsbron disease, penyakit-penyakit yang menyebabkan keguguran pada sapi dan
domba/kambing.
Nama Penyakit
African Swine Fever (ASF)
Agen Penyebab
Virus DNA yang mempunyai sifat seperti iridovirus dan poxvirus.
Diskripsi Singkat
ASF adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular, menimbulkan berbagai perdarahan
pada organ internal dan disertai angka kematian yang sangat tinggi.
Detail
ASF virus sangat tahan terhadap pengaruh lingkungan, dan stabil pada pH 4-13, serta dapat tahan
hidup dalam darah (40C) selama 18 bulan, dalam daging dingin selama 15 minggu, dalam daging
beku selama beberapa tahun, dalam ham selama 6 bulan dan di dalam kiandang babi selama 1
bulan. Babi peliharaan (domestik) adalah hewan yang paling peka dan ASF dapak tampak secara
klinis. Sedangkan pada babi hutan – warthogs (Phacochoerus aethiopicus), bushpigs
(Potamochoerus porcus) dan babi hutan raksasa (Hylochoerus meinerzhageni), manifestasi ASF
hanya subklinis. Babi-babi yang sembuh dari sakit mungkin tampak sehat, tetapi babi-babi
tersebut sebenarnya masih tetap terinfeksi walaupun tidak menampakkan gejala klinis. Infeksi
yang berkelanjutan ini (persistent infection) dapat berlangsung lama bahkan virus masih dapat
terisolasi dari beberapa jaringan sampai lebih satu tahun setelah infeksi awal. mAsa inkubasi
antara 5-15 hari, dan penyakit dapat terjadi dalam bentuk perakut, akut, subakut dan kronis.
Dalam bentuk perakut biasanya hewan ditemukan mati tanpa gejala apapun; bentuk akut ditandai
dengan demam sampai mencapai 420 C dan gejala klinis terlihat 1-2 hari setelah muncul demam,
nafsu makan menurun, malas bergerak, cenderung berkumpul. Warna kulit terlihat sianosis
(kebiruan) terutama pada kaki. Diare dapat terjadi sebagai akibat infeksi sekunder. Pada induk
bunting dapat menyebabkan keguguran, dan kematian biasanya terjadi dalam tempo 7 hari
setelah muncul gejala klinis, dengan angka kematian 100%; bentuk subakut terlihat demam
konstan atau berfluktuasi sampai 20 hari. Keguguran juga sering terjadi pada babi bunting.
Angka kematian sangat bervariasi tergantung dari faktor nutrisi, stres ataupun infeksi sekunder;
bentuk kronis sangat bervariasi gejalanya dan mungkin sampai berbulan-bulan. Hewan sakit
mungkin mengalami demam dan tanda klinis yang tampak adalah kekurusan serta kerdil. Kadang
terjadi pneumonia, pincang dan ulserasi kulit serta hypergammaglobulinemia. Kematian dapat
terjadi setiap saat khususnya bila ada infeksi sekunder. Penyakit-penyakit yang dapat dikelirukan
dengan ASF antara lain: hog cholera, salmonellosis akut, pasteurellosis, aujeszky’s disease,
thrombocytopenic purpura (pada babi umur 2-3 minggu), keracunan walfarin, penyakit-penyakit
kronis babi dan keracunan logam berat.
6. Nama Penyakit
Pseudo Rabies (PRV)(sinonim : Aujeszky,s, infectious bulbar paralysis atau Mad itch)
Penyebab
Alphaherpesvirus dari famili Herpesviridae
Diskripsi Singkat
Pseudorabies merupakan penyakit menular bersifat akut yang dapat menimbulkan gejala syaraf,
respirasi dan gangguan reproduksi pada babi. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan cukup besar
karena mortalitasnya tinggi, turunnya berat badan dan gangguan reproduksi. Disamping itu
hilangnya devisa negara atau daerah akibat larangan ekspor atau antar pulau ternak dan hasil
olahannya.
Detail
Hewan yang paling peka adalah babi peliharaan, babi hutan juga dapat terinfeksi. Kasus sporadis
dapat terjadi pada sapi, domba, kambing, anjing, kucing dan hewan lainnya seperti srigala kutub
dan srigala perak, rusa liar, landak, beruang kutub, harimau tutul, anjing laut, terwelu, kelinci
liar, luak, kuskus, musang berang-berang, dan tikus. Orang tidak terserang penyakit ini. Penyakit
ini ditularkan secara langsung dari babi yang sakit kepada babi yang sehat dan persisten dalam
suatu populasi. Virus dapat dikeluarkan melalui sekresi mulut dan hidung lewat udara. Babi
terinfeksi kronis selama lebih dari 1 tahun atau bersifat laten yang sewaktu-waktu mengeluarkan
virus apabila hewan dalam keadaan stres biasanya pada waktu melahirkan. Kebanyakan wabah
terjadi sebagai akibat masuknya babi tertular kesuatu kelompok babi yang peka. Penularan virus
dari satu kandang ke kandang lainnya dapat terjadi. Peranan vektor mekanis dalam hal ini sangat
besar. Anjing, kucing, dan hewan karnivora lainnya serta tikus dapat terinfeksi akibat makan
organ atau bangkai hewan atau limbah tercemar virus PRV. Penyakit dapat bersifat endemik.
Babi yang terserang pseudo rabies ditandai dengan tingkat mortalitas 20-100% terutama anak
babi berumur kurang dari 2 minggu, sedangkan anak babi yang baru disapih, tingkat
mortalitasnya 5-10%. Gejala klinis pada sapi dan domba adalah gatal-gatal, menjilat-jilat, tidak
mampu berdiri, sangat lemah sampai akhirnya konvulsi, paralisis faring, mulut berbuih dan
kematian dalam waktu 2 hari setelah gejala klinis muncul. Tindakan administrasi yang dilakukan
adalah melaporkan segera kepada dinas peternakan setempat untuk dilakukan tindakan
sementara. Pencegahannya dengan pelarangan impor hewan dari daerah tertular, karantina yang
ketat, vaksinasi dengan killed vaksin untuk daerah enzootik. Tidak ada pengobatan yang efektif
untuk penyakit ini, babi-babi yang sudah memperlihatkan gejala klinis diberi serum hiperimun
atau preparat imunoglobulin. Tindakan yang paling efektif adalah melakukan vaksinasi, hewan
yang sakit dilarang dipotong dan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur yang
dalam.
Nama Penyakit
7. Atropic Rhinitis (AR) pada Babi
Penyebab
Pasteurella multocida
Diskripsi Singkat
Atropic Rhinitis adalah penyakit menular pada babi ditandai keluar leleran hidung bersifat
purulen, disertai perubahan bentuk hidung berupa cungur hidung membengkok, atrofi tulang
turbinatum dan penurunan produktifitas. AR kemungkinan telah tersebar di seluruh dunia.
Amerika Serikat dan beberapa negara di eropa menderita kerugian cukup besar oleh penyakit ini.
Detail
AR merupakan penyakit khas pada babi dari berbagai umur, namun demikian tanda klinik lebih
banyak ditemukan pada babi muda. Keparahan penyakit erat hubungannya dengan cara
pengelolaan intensif misalnya pemeliharaan babi dalam jumlah banyak dalam ruangan terbatas,
hygiene kandang dan lingkungan yang tidak memadai. Peningkatan konsentrasi amonia dalam
ruangan kandang yang dipergunakan untuk penggemukan babi, juga sering menyebabkan
peningkatan kasu AR. Penularan terjadi secara aerosol, dari babi tertular ke babi sehat, melalui
droplet yang dikeluarkan saat babi tertular bersin. Penularan dapat terjadi pada semua umur,
namun demikian kejadian atrofi turbinatum umum disebabkan karena anak babi tertular sewaktu
masih berumur beberapa hari atau minggu. AR mempunyai 2 manifestasi klinik yaitu : bentuk
progresif dan parah, bentuk ringan sampai sedang. Gejala klinik yang terlihat adalah babi terlihat
bersin-bersin kemudian diikuti oleh eksudat bersifat mukus keluar dari lubang hidung.
Pengobatan dengan sulfonamida. Pencegahan AR dapat dilakukan dengan cara
vaksinasihttp://keswan.ditjennak.go.id/tanyajawabdetail.php?cid=6&id=93
Penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh picorna virus.
Menurut Hendrick et al (2000), penyakit KHV menyebabkan kematian yang besar dan bersifat sporadis
pada ikan mas dan koi. Koi Herpes virus (KHV) yang menyerang ikan mas dan koi pertama kali
ditemukan di Israel tahun 1997 (Doyle, 2003),
Jelaskan mengapa menggunakan bakteri e.coli, sebutkan bakteri lain yang bisa diinfeksi virus
Penjelasan infeksi secara litik dan lisogenik virus
Untuk perkembangbiakan, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh karena itu,
virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi. Ada dua
macam cara virusmenginfeksi sel hospes, yaitu secara litik dan secara lisogenik.
8. A. INFEKSI SECARA LITIK
Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini:
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes, daerah itu
disebut daerah reseptor (receptor site = reseptor spot). Daerah ini khas bagi fag tertentu,
dan fag jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut. Virus tidak memiliki enzim
untuk metabolisme, tetapi memliki enzim lisozim yang berfungsi merusak atau
melubangi dinding sel hospes.
Sesudah dinding sel hospes terhidrolisis oleh lisozim, maka seluruh isi fag masuk
kedalam hospes. Fag kemudian merusak dan mengendalikan DNA hospes.
2. Fase replikasi (fase sintesa)
DNA fag mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan DNA hospes sebagai
bahan, serta membentuk selubung protein. Maka terbentuklah beratus-ratus molekul
DNA baru virus yang lengakap dengan selubungnya.
3.Fase pembebasan virus (fag-fag baru)/ fase lisis
Sesudah fag dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau fag yang
baru. Jumlah virus baru ini dapat mencapai sekitar 200.
B. INFEKSI SECARA LISOGENIK
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menenpel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes
kemudian mengluarkan DNAnya kedalam tubuh hospes.
2. Fase penggabungan
9. DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profag. Dalam bentuk profag,
sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang
selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi
menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan hospes
juga mengandung profag didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama
sel bakteri yang mengandung profag membelah.
reproduksi virus yang utama karena menyangkut penghancuran sel inangnya.
Siklus litik, secara umum mempunyai tiga tahap yaitu adsorbsi & penetrasi, replikasi
(biosintesis) dan lisis[1]
Setiap siklus litik dalam prosesnya membutuhkan waktu dari 10-60 menit
• Siklus litik dari bakteriofage (dimulai dari kanan bawah ke
kiri):1. adsorbsi & penetrasi 2. Pengabungan DNA virus dengan DNA sel 3. Replikasi DNA virus 4.
Pembentukan kapsid 5. Pembentukan tubuh dan ekor bakteriofage 6. Lisis
[sunting] Tahapan siklus
[sunting] Adsorbsi & penetrasi
Tahap adsorbsi yaitu penempelan virus pada inang. Virus mempunyai reseptor protein untuk
menempel pada inang spesifik.
Setelah menempel, virus kemudian akan melubangi membran dari sel inang dengan enzim
lisozim. Setelah berlubang, virus akan menyuntikkan DNA virusnya kedalam sitoplasma sel
inang.
10. [sunting] Replikasi (Biosintesis)
Setelah disuntikkan kedalam sel inang, DNA[2][3] dari virus akan menonaktifkan DNA sel
inangnya dan kemudian mengambil alih kerja sel inang, lalu menggunakan sel tersebut untuk
memperoleh energi dalam bentuk ATP untuk melanjutkan proses reproduksinya.
DNA dari virus, akan menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru, kemudian
DNA akan mengarahkan virus untuk menghasilkan protein dan mereplikasi DNA virus untuk
dimasukkan ke dalam virus baru yang sedang dibuat.
Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian diselubungi oleh kapsid, kapsid
dibuat dari protein sel inang dan berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus.
[sunting] Lisis
Tahap lisis terjadi ketika virus-virus yang dibuat dalam sel telah matang. Ratusan virus-virus
kemudian akan berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom yang
menghancurkan membran sel dan menyediakan jalan keluar untuk virus-virus baru. Sel yang
membrannya hancur itu akhirnya akan mati dan virus-virus yang bebas akan menginvasi sel-sel
lain dan siklus akan berulang kembali.
Tahap siklus
[sunting] Adsorpsi dan penetrasi
Virus menempel pada permukaan sel inang dengan reseptor protein yang spesifik lalu
menghancurkan membran sel dengan enzim lisozim, virus melakukan penetrasi pada sel inang
dengan menyuntikkan materi genetik yang terdapat pada asam nukleatnya kedalam sel.
[sunting] Penyisipan gen virus
Asam nukleat dari virus yang telah menembus sitoplasma sel inang kemudian akan menyisip
kedalam asam nukleat sel inang, tahap penyisipan tersebut kemudian akan membentuk provirus
(pada bakteriofage disebut profage). Sebelum terjadi pembelahan sel, kromosom dan provirus
akan bereplikasi.
[sunting] Pembelahan sel inang
Sel inang yang telah disisipi kemudian melakukan pembelahan, provirus yang telah bereplikasi
akan diberikan kepada sel anakan dan siklus inipun akan kembali berulang sehingga sel yang
memiliki profage menjadi sangat banyak.
11. Haenen O , 2003. Global Occurance of KHV. Modified Abstract of Lecture at The Institut fur
Zoologie, Fischereibiologie und Fischkrankheiten, University of Munich, Germany. 5 ps
Hendrick RP, Gilad O, Yun S, Spangenberg JV,2000. A Herpes Virus Associated with Mass
Mortality of Juvenile and Adult Koi, a Strain of Common Carp J. Aquatic Animal Health 12 :
44-57
Ornamental Aquatic Trade association (OATA) , 2001. KOi Herpes Virus (KHV). United
Kingdom. 33 hal
Sunarto, et al. 2002. Field investigations on serious disease outbreak among koi and common
carp (cyprinus carpio) in Indonesia. Paper presented in 5th