SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 69
III. HUKUM KEDUA DAN KETIGA
TERMODINAMIKA
1. Pendahuluan
2. Proses Lingkar Carnot
3. Hukum Kedua Termodinamika
4. Interpretasi Entropi Secara Statistik
5. Hukum Ketiga Termodinamika
6. Fungsi Energi Bebas

Kimia Fisika I - BAB III

1
3.1. Pendahuluan
Umumnya perubahan di alam disertai
dengan perubahan energi.
Dua aspek penting dalam proses perubahan
energi :
a) Arah pemindahan energi
b) Pengubahan energi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain
Kimia Fisika I - BAB III

2
Hukum pertama :
- hubungan antara kalor yang diserap
dengan kerja yang dilakukan oleh sistem.

- tidak menunjukkan batas-batas mengenai
sumber atau arah aliran energi.
Perubahan-perubahan di alam terjadi
dengan arah tertentu
Hukum pertama tidak mempersoalkan arah
perubahan ini
Kimia Fisika I - BAB III

3
Hukum pertama :
- hanya menetapkan kekekalan energi
sebelum dan sesudah perubahan
terjadi
- tidak menentukan mudah atau tidaknya
serta berapa jauh perubahan terjadi

Meskipun bermacam-macam bentuk energi
dapat diubah seluruhnya dengan mudah
menjadi kalor, tetapi kalor tidak dapat
diubah seluruhnya menjadi kerja
Kimia Fisika I - BAB III

4
Hukum kedua termodinamika :

- menyatakan pembatasan-pembatasan
yang berhubungan dengan pengubahan
kalor menjadi kerja
- menunjukkan arah perubahan proses
dalam alam.

Dalam bentuk yang paling umum, hukum
kedua termodinamika dirumuskan dengan
mempergunakan fungsi keadaan yang
disebut entropi.
Kimia Fisika I - BAB III

5
3.2. Proses Lingkar Carnot
Proses lingkar : deretan perubahan
sedemikian rupa sehingga pada akhirnya
sistem kembali ke keadaan semula.
Pengalaman : mesin kalor yang bekerja
secara berkala melalui suatu proses lingkar
hanya dapat mengubah sebagian dari kalor
yang diserap menjadi kerja.
Pengubahan terjadi karena adanya
perbedaan suhu Kimia Fisika I - BAB III

6
Sadi Carnot (1824) : menghitung secara teori
kerja maksimum yang dapat diperoleh dari
suatu mesin yang bekerja secara reversibel.
Pada mesin carnot, sejumlah gas ideal
mengalami proses lingkar yang terdiri atas
empat langkah perubahan reversibel ;
a. Ekspansi isoterm
b. Ekspansi adiabat
c. Pemampatan isoterm
d. Pemampatan adiabat
Kimia Fisika I - BAB III

7
Proses Lingkar Carnot

Skema Mesin Kalor
R1 = reserviir panas pd T1
R2 = reservoir panas pd T2
M = Mesin kalor

Kimia Fisika I - BAB III

8
Proses

Suhu

Perubahan
Volume

Kalor

Kerja

T1

V1 – V2

q1

w1

T 1 - T2

V2 – V3

q2 = 0

w2

T2

V3 – V4

q3

w3

1. Ekspansi isotermal
reversibel (A – B)
2. Ekspansi Adiabat
reversibel (B – C)
3. Pemampatan isotermal

reversibel (C – D)
4. Pemampatan Adiabat
reversibel (D – A)
w4

T 2 – T1
Kimia Fisika I - BAB III

V4 – V1

q4 = 0
9
Pada proses lingkar, sejumlah kalor q1 diserap
oleh reservoir panas R1 pada suhu T1,
sebagian kalor diubah oleh mesin M menjadi

kerja w, dan kalor sisanya, q2 dialirkan ke
Reservoir R2 pada suhu T2
Besar kerja w yang dihasilkan oleh mesin
kalor dapat dihitung sebagai berikut:

Kimia Fisika I - BAB III

10
Pada Proses (1)
V2

U12

0, w1

q1

P dV
V1

V2
n R T1 ln
V1

Pada proses (2)
T2

q2

0, w 2

U 23

n C V dT

n C V (T2

T1 )

T1

Pada proses (3)
V4

U 34

0, w 3

q3

P dV
V3

Kimia Fisika I - BAB III

V4
n R T2 ln
V3
11
Pada proses (4)
T1

q4

0, w 4

U 41

n C V dT

n C V (T1

T2 )

T2

Kerja total, w = w1 + w2 + w3 + w4
V2
V4
w
n R T1 ln
n CV (T2 T1 ) n R T2 ln
V1
V3
n CV (T1
w

T2 )
V2
n R T1 ln
V1

V4
n R T2 ln
V3

Kimia Fisika I - BAB III

(3.1)
12
Untuk proses adiabat reversibel berlaku

dU = dq + dw = dw = - P dV
nRT
n C V dT
dV
V
CV dT
dV
(3.2)
R T
V
Pada proses (2)
CV
R

T2

dT
T
T1

V3

dV
V
V2

C V T2
ln
R
T1

Kimia Fisika I - BAB III

V2
ln
V3
13
V2
V3

T2
T1

CV / R

(3.3)

Pada proses (4)
CV
R

T1

dT
T
T2
V4
V1

V1

dV
V
V4
T1
T2

C V T1
ln
R
T2

V4
ln
V1

CV / R

Kimia Fisika I - BAB III

(3.4)
14
Dari Pers. (3.3) dan (3.4) diperoleh :
V2
V3

V1
V4

atau

V2
V1

V3
V4

Bila hasil ini disubstitusi ke dalam Pers. (3.1),
diperoleh :
V2
V2
w
n R T1 ln
n R T2 ln
(3.5)
V1
V1
V2
n R ln
V1

q1
T1

Kimia Fisika I - BAB III

15
Sehingga

w

q1

T1

T2
T1

(3.6)

Pers. (3.6) menunjukkan bahwa kerja yang dihasilkan
dalam proses selalu lebih kecil dari kalor yang
diserap.
Kerja = kalor yang diserap jika T2 = 0 (kondisi ini tidak
dapat terlaksana).

Kerja merupakan kerja maksimum karena semua
proses berjalan reversibel.
Kimia Fisika I - BAB III

16
Kemampuan mesin kalor untuk mengubah
kalor menjadi kerja biasanya dinyatakan
dengan efisiensi, E.

E

w
q1

q1

q2
q1

T1

T2
T1

(3.7)

Efisiensi ini hanya bergantung pada kedua
suhu T1 dan T2 dan selalu lebih kecil dari satu.
Pers. (3.6) dan (3.7) berlaku umum dan
menyatakan pembatasan-pembatasan
pengubahan kalor menjadi kerja
Kimia Fisika I - BAB III

17
3.3. Hukum Kedua Termodinamika
3.3.1. Konsep Entropi dan Perubahan Entropi

Dari perhitungan pada lingkar Carnot dapat
diturunkan :
q1 n R T1 ln V2 /V1
n R T1 ln V2 /V1
T1
q 3 n R T2 ln V4 /V3 - n R T2 ln V2 /V1
T2
atau
q1
T1

q3
T2

0 Hukum

Carnot

Kimia Fisika I - BAB III

Clausius

(3.8)
18
Karena q2 dan q4 sama dengan nol pada
proses lingkar Carnot, pers. (3.8) dapat
juga dinyatakan sebagai :

q
T

0 atau

dq rev
T

0

(3.9)

Kesimpulan ini juga berlaku untuk setiap
proses lingkar yang berjalan reversibel.

Kimia Fisika I - BAB III

19
Jadi untuk setiap proses lingkar reversibel
akan berlaku :

dq rev
T

0

(3.10)

Besaran di belakang tanda integral harus
merupakan suatu diferensial total. Hal ini
berarti bahwa besaran tersebut adalah
diferensial dari suatu fungsi keadaan.
Oleh Clausius (1850) fungsi ini disebut
entropi, S
Kimia Fisika I - BAB III

20
Jadi entropi didefinisikan sebagai :
dS

dq rev
T

(3.11)

Karena entropi merupakan suatu fungsi
keadaan, harganya hanya bergantung pada
keadaan sistem dan tidak bergantung pada
cara mencapai keadaan itu.
Kimia Fisika I - BAB III

21
Jika keadaan sistem berubah dari 1 ke 2,
perubahan entrapi adalah
2

2

dS

S2

S1

S

1

dq rev
T
1

(3.12)

Pada proses isoterm, harga integral dari
pers. (3.12) dapat dihitung dengan mudah :
2

S

1
dq rev
T1

q rev
T

Kimia Fisika I - BAB III

(3.13)
22
Persamaan (3.13) berlaku baik untuk
proses reversibel maupun untuk proses tak
reversibel yang berlangsung isoterm antara
dua keadaan yang sama.
3.3.2. Perumusan Hukum Kedua
Termodinamika
Hukum kedua termodinamika dapat
dirumuskan dengan berbagai cara.
Kimia Fisika I - BAB III

23
Perumusan Kelvin :
Kalor tidak dapat diubah seluruhnya
menjadi kerja yang setara tanpa
menyebabkan perubahan tetap pada salah
satu bagian sistem atau lingkungannya

Perumusan Clausius :
Suatu mesin tidak mungkin bekerja sendiri
mengangkut kalor dari suatu tempat pada suhu
tertentu ke tempat lain pada suhu yang lebih
tinggi tanpa bantuan luar
Kimia Fisika I - BAB III

24
Menurut Kelvin, kalor tidak dapat diubah
menjadi kerja dengan efisiensi 100 persen.
Clausius menyatakan bahwa secara spontan
kalor selalu mengalir dari suhu tinggi ke suhu
rendah.
Dalam bentuk yang paling umum, hukum
kedua dirumuskan melalui entropi.
Efisiensi proses lingkar tidak reversibel selalu
lebih kecil daripada efisiensi proses lingkar
reversibel.
Kimia Fisika I - BAB III

25
Eirrev < Erev
Jika kalor yang diserap pada T1 adalah q1 dan
kalor yang dilepaskan pada T2 adalah q2,
maka
q1 irrev

q 2 irrev

q1 rev

q1 irrev
q1 irrev

q 2 rev

q1 rev
q 2 irrev

q1 irrev
Kimia Fisika I - BAB III

T1

T2
T1
26
q1 irrev

q 2 irrev

T1

T2

0

Dengan menghilangkan garis-garis absolut
diperoleh :
q1 irrev q 2 irrev
0
T1
T2
atau
dqirrev
T

0
Kimia Fisika I - BAB III

(3.14)
27
Perhatikan sekarang suatu proses lingkar
yang terdiri atas dua bagian A B (tak
reversibel) dan B A (reversibel)

Berdasarkan pers. (3.14), diperoleh
B
A
dq rev
dq
0
T B T
A
Kimia Fisika I - BAB III

28
B

A

dq
T
A

dS 0
B

B

A

Karena dS SB

SA

dS maka

A

B

B

dq
T
A

atau

(SB

SA )

B

dq
T
A

S

(3.15)

Kimia Fisika I - BAB III

29
Jadi pada suatu proses yang berlangsung tak
reversibel dari keadaan A ke keadaan B,
perubahan entropi, S, selalu lebih besar dari
B

dq
T
A

Jika proses ini terjadi dalam sistem tersekat,
dq = 0 dan S > 0
Kesimpulan : Setiap proses yang berjalan tak
reversibel (spontan) dalam
sistem tersekat selalu disertai
peningkatan entropi sistem.
Kimia Fisika I - BAB III

30
Semua perubahan dalam alam semesta
berlangsung tidak reversibel. Jika alam
semesta dianggap sebagai sistem tersekat,
maka
Semua perubahan dalam alam semesta
selalu berjalan ke arah peningkatan
entropi
Pernyataan ini merupakan perumusan hukum
kedua termodinamika dalam bentuk yang
paling umum.
Kimia Fisika I - BAB III

31
Clausius menyimpulkan hukum pertama dan
kedua termodinamika sebagai berikut
Energi alam semesta tetap, entropi alam
semesta selalu cenderung mencapai
harga maksimum
Perubahan Entropi sebagai Kriteria
Kesetimbangan
Proses yang berlangsung secara spontan
dalam sistem tersekat selalu disertai
peningkatan entropi.
Kimia Fisika I - BAB III

32
Bila entropi sistem mencapai maksimum,
maka entropi tidak akan berubah dan S = 0.
Keadaan ini tercapai apabila proses
berlangsung reversibel atau sistem
mencapai kesetimbangan.
Jadi, bagi setiap perubahan dalam sistem
tersekat berlaku
S 0
(3.16)
Tanda > : proses spontan, tanda = proses
reversibel.
Kimia Fisika I - BAB III

33
Kebanyakan proses yang dikerjakan dalam
praktek tidak berlangsung dalam sistem
tersekat, tetapi dalam tempat atau reaktor yang
memungkinkan pertukaran kalor dengan
lingkungannya.
Dalam hal ini, hubungan (3.16) tidak lagi
berlaku.
Tetapi jika sistem ditinjau bersama dengan
lingkungannya, maka kombinasi ini merupakan
sistem dengan energi tetap (merupakan sistem
tersekat) sehinbgga sesuai dengan pers. (3.16)
Kimia Fisika I - BAB III

34
Stotal = Ss + Sl

0

(3.17)

Ss = perubahan entropi sistem dan Sl =
perubahan entropi lingkungan.

Ss dapat positip, negatip atau sama dengan
nol.

Kimia Fisika I - BAB III

35
Perhitungan Perubahan Entropi pada Sistem
tertutup
Entropi zat murni sebagai fungsi dari parameter
sistem
Entropi merupakan suatu fungsi keadaan
sehingga harganya akan bergantung pada
variabel-variabel keadaan seperti T, V dan P.
Entropi biasanya ditinjau sebagai fungsi T dan
V serta T dan P.
Kimia Fisika I - BAB III

36
1. Entropi sebagai fungsi dari T dan V
S = S(T,V)
(3.18)
dS
S
T

dan
V

S
T
S
V

dT
V

S
V

dV

(3.19)

T

dapat dievaluasi sebagai berikut
T

dU = dq + dw
= TdS - PdV
Kimia Fisika I - BAB III

(3.20)
37
Karena energi dalam juga merupakan fungsi
T dan V, maka
dU

U
T

dT
V

C V dT

U
V
U
V

dV
T

dV

(3.21)

T

Jika pers. (3.21) disubstitusikan ke dalam
pers. (3.20) diperoleh :
Kimia Fisika I - BAB III

38
C V dT

U
V

dV

TdS - PdV

T

atau
CV
dS
dT
T

1
T

U
V

P dV

(3.22)

T

Dari pers. (3.19) dan (3.22) diperoleh :
CV
S
(3.23)
T V
T
Kimia Fisika I - BAB III

39
S
V

T

1
T

U
V

P

(3.24)

T

Persamaan (3.24) dapat disusun ulang
menjadi
U
S
T
P
V T
V T
Diferensial terhadap T pada V tetap memberikan
2

U
V T

2

T

S
V T

S
V

T

Kimia Fisika I - BAB III

P
T

(3.25)
V
40
Dari persamaan
U
Dari persamaan
V T
V dan T tetap diperoleh
2

T

2

T

terhadap
V

2

U
V T
Sehingga
S
V T

CV

dS
T
dT

S
V T
2

T

S
V T
Kimia Fisika I - BAB III

(3.26)

S
V

T

P
T

V
41
dan
S
V

T

P
T

(3.27 )
V

Dengan mengsubstitusikan pers. (3.23) dan
(3.27) ke dalam pers. (3.19), diperoleh
dS

CV
dT
T

P
T

dV

(3.28 )

V

Kimia Fisika I - BAB III

42
Perubahan entropi, S dapat dihitung dengan
mengintegrasikan pers (3.28)
T2

2

dS S2
1

S1

S

CV
dT
T
T1

V2

V1

P
T

dV (3.29)
V

Contoh:
Hitung perubahan entropi jika 2 mol gas ideal
(CV = 7,88 kal mol-1 K-1) pada 100 L dan 50 oC
dipanaskan hingga 150 L dan 150 oC (anggap
CV tidak bergantung pada suhu).
Kimia Fisika I - BAB III

43
2. Entropi sebagai fungsi dari T dan P
S = S(T,P)
(3.30)
dS
S
T

dan
P

S
T
S
P

dT
P

S
P

dP

(3.31)

T

dapat dievaluasi sebagai berikut
T

H = U + PV
dH = dU + PdV + VdP
Kimia Fisika I - BAB III

44
dH = TdS - PdV + PdV + VdP
= TdS + VdP
(3.32)
Karena entalpi dalam juga merupakan fungsi
T dan P, maka
H
H
dH
dT
dP
T P
P T
H
C P dT
dP
(3.33)
P T
Jika pers. (3.33) disubstitusikan ke dalam
pers. (3.32) diperoleh :
Kimia Fisika I - BAB III

45
TdS

VdP

H
P

C P dT

dP
T

atau
dS

CP
dT
T

1
T

H
P

V dP

(3.34)

T

Dari pers. (3.31) dan (3.34) diperoleh :
S
CP
(3.35 )
P T
T
Kimia Fisika I - BAB III

46
S
P

T

1
T

H
P

V

(3.36)

T

Persamaan (3.36) dapat disusun ulang
menjadi
H
S
T
V
P T
P T
Diferensial terhadap T pada P tetap memberikan
2

H
P T

2

S
P T

S
P

T

Kimia Fisika I - BAB III

V
T

(3.37)
P
47
H
Dari persamaan
P

CP
T

dS
T
dT

terhadap
P

P dan T tetap diperoleh
2

H
P T

2

T

S
P T

(3.38)

Sehingga
2

T

S
P T

2

T

S
P T

Kimia Fisika I - BAB III

S
P

T

V
T

P
48
dan
S
P

T

V
T

(3.39 )
P

Dengan mengsubstitusikan pers. (3.35) dan
(3.39) ke dalam pers. (3.31), diperoleh
dS

CP
dT
T

V
T

dP

(3.40 )

P

Kimia Fisika I - BAB III

49
Perubahan entropi, S dapat dihitung dengan
mengintegrasikan pers (3.40)
T2

2

dS S2
1

S1

CP
S
dT
T
T1

P2

P1

V
T

dP (3.41)
P

Persamaan
ini
dapat
digunakan
untuk
menghitung perubahan entropi zat murni sebagai
fungsi dari temperatur dan tekanan

Kimia Fisika I - BAB III

50
Untuk gas ideal dan n = 1

T2
S C p ln
T1
Untuk gas ideal dan n

P2
R ln
P1
1

T2
S n C p ln
T1

P2
nR ln
P1

Kimia Fisika I - BAB III

51
Perhitungan S pada Proses Perubahan Fasa

Proses perubahan fasa, misalnya penguapan,
peleburan dan perubahan bentuk kristal selalu
disertai dengan perubahan entropi.
Cara perhitungan perubahan entropi bergantung
pada proses (apakah berlangsung reversibel
atau tidak reversibel)
Proses perubahan fasa akan berjalan reversibel
pada kondisi tertentu.
Kimia Fisika I - BAB III

52
Jika pada kondisi tertentu, dua fasa berada pada
kesetimbangan maka

q rev
S
T
Contoh:
Penguapan air pada 100 oC dan 1 atm.

H2O(l)
H2O(g)
H = 40,811 kJ mol-1
Proses ini berjalan reversibel karena pada 100 oC
dan 1 atm, air dan uap air berada dalam
kesetimbangan. Kimia Fisika I - BAB III
53
q rev
H
S
T
T
-1
40,811kJ mol
373 K

-1

0,1094 kJ mol K

-1

Jika pada kondisi yang diberikan kedua fasa
tidak dalam kesetimbangan, maka proses tidak
reversibel, S tidak dapat dihitung seperti contoh
di atas.

Kimia Fisika I - BAB III

54
Contoh:

Air pada 25 oC dan 1 atm diubah menjadi uap air
pada 100 oC dan tekanan 0,1 atm. Tentukan S jika
CP(l) = 75,6 J mol-1 K-1
Jawab:
Perhitungan S dapat dilakukan dengan membagi
proses ini atas : (a) pemanasan air dari 25 oC
sampai 100 oC pada tekanan tetap, (b) penguapan
air secara reversibel pada 100 oC dan 1 atm, dan
(c) ekspansi uap air dari 1 atm menjadi 0,1 atm
pada suhu tetap ( 100 oC).
Kimia Fisika I - BAB III

55
S = S1 + S2 + S3

S1

373
CP
T
298

dT C

373
dT
P
T
298

Kimia Fisika I - BAB III

373
CP ln
298
56
S1

373
-1
-1
75,6 x ln
16,97 J mol K
298

q rev
HV
S2
T
T
-1
40,811kJ mol
373 K

-1

0,1094 kJ mol K
-1

109,4 J mol K
S3 dihitung dari

S
P

T

Kimia Fisika I - BAB III

V
T

P

-1

-1

R
P
57
0,1

S3

dP
-R
P
1
0,1
8,314 J mol K ln
1
-1 -1
19,14 J mol K
-1

-1

S = S1 + S2 + S3
= (16,97 + 109,4 + 19,14) J mol-1 K-1
= 145,51 J mol-1 K-1

Kimia Fisika I - BAB III

58
Perhitungan S pada Reaksi Kimia
Untuk reaksi
v 1 A + v2 B

v 3 C + v4 D

Perubahan entropi untuk reaksi ini diberikan oleh
S = S2 – S1 = Shasil reaksi – Spereaksi
= v3 SC + v4 SD – (v1 SA + v2 SB)
atau
S = vi Si
dimana vi = koefisien, vi negatif untuk pereaksi dan
positif untuk hasil reaksi.
Kimia Fisika I - BAB III

59
Jika S diketahui pada suhu T1 dan CP merupakan
fungsi suhu, maka S pada suhu T2 dapat dihitung.

d ( S)
S2

CP
dT (P tetap)
T
T2

d ( S)
S1

T1

CP
dT
T

Kimia Fisika I - BAB III

60
3.4. Hukum ketiga termodinamika:

Entropi zat kristal sempurna adalah nol pada suhu
nol mutlak.
Dengan naiknya suhu, gerakan bebas juga naik.

Entropi setiap zat pada suhu di atas 0oK lebih
besar daripada nol.

Kimia Fisika I - BAB III

61
Jika kristal tidak murni , maka entropi lebih besar
daripada nol.
Entropi mutlak dari zat dapat ditentukan dengan
hukum ini.
Dengan pengetahuan bahwa entropi zat kristal
murni adalah nol pada suhu nol mutlak, kenaikan
entropi zat dapat diukur jika dipanaskan.

Perubahan entropi diberikan oleh:
ΔS = Sakhir – Sawal
= Sakhir
Kimia Fisika I - BAB III

62
3.5. Energi Bebas Gibbs

Hubungan entropi dengan ketidakteraturan
molekul : makin besar ketidakteraturan atau
gerakan bebas atom atau molekul dalam sistem,
makin besar entropi sistem.
Susunan yang paling teratur dari setiap zat
dengan gerakan bebas atom atau molekul yang
paling kecil adalah kristal sempurna murni pada
nol mutlat (0oK).
Kimia Fisika I - BAB III

63
Hukum kedua termodinamika:
ΔStotal > 0
Untuk menentukan tanda dari ΔStotal, ΔSsis dan ΔSlingk
harus diketahui.
Perhitungan Δslingk sulit dilakukan.
Fungsi termodinamika lain diperlukan untuk membantu
dalam menentukan apakah suatu reaksi berjalan secara
spontan atau tidak dengan hanya mempelajari sistem itu
sendiri.
Kimia Fisika I - BAB III
64
Untuk proses spontan
ΔStotal = ΔSsis + ΔSlingk > 0

atau
T ΔStotal = - ΔHsis + T ΔSsis > 0

Kriteria kespontanan reaksi dapat diekspresikan
berdasarkan sifat sistem (ΔHsis dan ΔSsis) dan
tidak lagi memperhatikan lingkungan.
Kimia Fisika I - BAB III

65
Persamaan di atas dapat dituliskan sebagai
ΔHsis - T ΔSsis < 0
Untuk menyatakan kespontanan reaksi secara
langsung, fungsi termodinamika baru yang
disebut energi bebas Gibbs (G) digunakan
dimana
G = H – TS
Semua besaran dalam persamaan merujuk ke
sistem dan T merupakan suhu sistem.
Kimia Fisika I - BAB III

66
G merupakan fungsi keadaan :
ΔG = ΔH - T ΔS
Kondisi kespontanan dan kesetimbangan pada
suhu dan tekanan tetap dapat disimpulkan
berdasarkan ΔG sebagai berikut:

ΔG < 0 reaksi spontan
ΔG > 0 reaksi tidak spontan (reaksi spontan
dalam arah yang berlawanan)
ΔG = 0 sistem berada pada kesetimbangan
Kimia Fisika I - BAB III

67
Perubahan Energi Bebas Gibbs Standar
Untuk reaksi yang dilakukan pada kondisi
keadaan standar, yakni pereaksi dalam keadaan
standar diubah menjadi hasil reaksi pada
keadaan standar, perubahan energi bebas
disebut perubahan energi bebas standar, ΔGfo.
aA + bB
cC + dD
Perubahan energi bebas standar, diberikan oleh
ΔG o
rxn

[c ΔG o (C)
f

d ΔG o (D)
f

[ a ΔG o (A)
f

Kimia Fisika I - BAB III

b ΔG o (B)]
f
68
Secara umum dapat dituliskan
ΔG o
rxn

Σ n ΔG o (hasil reaksi)
f

Σ m ΔG o (pereaksi)
f

dimana
n dan m = koefisien stoikiometri
ΔGfo
= energi bebas pembentukan standar
senyawa

Kimia Fisika I - BAB III

69

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)Mahammad Khadafi
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Utami Irawati
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriDila Adila
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanDokter Tekno
 
Penerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaPenerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaFKIP UHO
 
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2  Potensial kimia pptKimia fisik 2  Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2 Potensial kimia pptDaniel Marison
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamikaHabibur Rohman
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gasRfebiola
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmalinda listia
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriRidha Faturachmi
 
Tetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
Tetapan Kesetimbangan dan Energi BebasTetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
Tetapan Kesetimbangan dan Energi Bebasninisbanuwati96
 
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-keduaPpt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-keduaHusain Anker
 
Bab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasiBab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasiAndreas Cahyadi
 
Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Windha Herjinda
 

Was ist angesagt? (20)

5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
Penerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaPenerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamika
 
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2  Potensial kimia pptKimia fisik 2  Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Entropi (new)
Entropi (new)Entropi (new)
Entropi (new)
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
Ppt termokimia
Ppt termokimiaPpt termokimia
Ppt termokimia
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigma
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Tetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
Tetapan Kesetimbangan dan Energi BebasTetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
Tetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
 
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-keduaPpt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
 
Bab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasiBab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasi
 
Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14
 
Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)
 

Andere mochten auch

Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin PanasHukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin PanasJefris Okdean
 
Termodinamika2
Termodinamika2Termodinamika2
Termodinamika2rossanty
 
Entropi dan hukum termodinamika
Entropi dan hukum termodinamikaEntropi dan hukum termodinamika
Entropi dan hukum termodinamikaJho Baday
 
Entropi & Hukum Ketiga Termodinamika
Entropi & Hukum Ketiga TermodinamikaEntropi & Hukum Ketiga Termodinamika
Entropi & Hukum Ketiga TermodinamikaAnggi Indrianti
 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaEdi B Mulyana
 
Potensial Termodinamika
 Potensial Termodinamika Potensial Termodinamika
Potensial TermodinamikaMutiara Cess
 
Makalah termodinamika
Makalah termodinamikaMakalah termodinamika
Makalah termodinamikaIntan Dwisari
 
Bahan termodinamika
Bahan termodinamikaBahan termodinamika
Bahan termodinamikaYudhi Priady
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanAPRIL
 
Contoh Soal dan Pembahasan Termodinamika
Contoh Soal dan Pembahasan TermodinamikaContoh Soal dan Pembahasan Termodinamika
Contoh Soal dan Pembahasan TermodinamikaRenny Aniwarna
 

Andere mochten auch (20)

HUKUM TERMODINAMIKA 1,2,3
HUKUM TERMODINAMIKA 1,2,3HUKUM TERMODINAMIKA 1,2,3
HUKUM TERMODINAMIKA 1,2,3
 
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin PanasHukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
 
Hukum I termodinamika
Hukum I termodinamikaHukum I termodinamika
Hukum I termodinamika
 
Termodinamika dan mesin kalor
Termodinamika dan mesin kalorTermodinamika dan mesin kalor
Termodinamika dan mesin kalor
 
Termodinamika2
Termodinamika2Termodinamika2
Termodinamika2
 
Entropi dan hukum termodinamika
Entropi dan hukum termodinamikaEntropi dan hukum termodinamika
Entropi dan hukum termodinamika
 
Entropi & Hukum Ketiga Termodinamika
Entropi & Hukum Ketiga TermodinamikaEntropi & Hukum Ketiga Termodinamika
Entropi & Hukum Ketiga Termodinamika
 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika kedua
 
Potensial Termodinamika
 Potensial Termodinamika Potensial Termodinamika
Potensial Termodinamika
 
Hukum Termodinamika
Hukum TermodinamikaHukum Termodinamika
Hukum Termodinamika
 
soal-soal termodinamika
soal-soal termodinamikasoal-soal termodinamika
soal-soal termodinamika
 
Makalah termodinamika
Makalah termodinamikaMakalah termodinamika
Makalah termodinamika
 
Bahan termodinamika
Bahan termodinamikaBahan termodinamika
Bahan termodinamika
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutan
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Kumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi TermodinamikaKumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi Termodinamika
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Contoh Soal dan Pembahasan Termodinamika
Contoh Soal dan Pembahasan TermodinamikaContoh Soal dan Pembahasan Termodinamika
Contoh Soal dan Pembahasan Termodinamika
 
Termodinamika modul
Termodinamika modulTermodinamika modul
Termodinamika modul
 

Ähnlich wie Hukum II dan III termodinamika

KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
KIMIA FISIKA TERMODINAMIKAKIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
KIMIA FISIKA TERMODINAMIKASiti Avirda
 
Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2rossanty
 
siklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamikasiklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamikamimy14
 
02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptx02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptxSuperBoy35
 
TERMODINAMIKA.pptx
TERMODINAMIKA.pptxTERMODINAMIKA.pptx
TERMODINAMIKA.pptxssuserbe504c
 
Hukum ii-termodinamika
Hukum ii-termodinamikaHukum ii-termodinamika
Hukum ii-termodinamikasari riski
 
Perubahan usaha mjd kalor
Perubahan usaha mjd kalorPerubahan usaha mjd kalor
Perubahan usaha mjd kalorChoi Fatma
 
Pengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbaru
Pengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbaruPengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbaru
Pengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbarubarnaclex09
 
Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)Annie Fitriia
 
PERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.ppt
PERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.pptPERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.ppt
PERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.pptYusmanilaHanah
 
Rangkuman fisika smk 11 a haka mj
Rangkuman fisika smk 11 a haka mjRangkuman fisika smk 11 a haka mj
Rangkuman fisika smk 11 a haka mjicasutika
 
Bab 7 Termodinamika.pptx
Bab 7 Termodinamika.pptxBab 7 Termodinamika.pptx
Bab 7 Termodinamika.pptxFebrianaFisika
 
2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptx2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptxssuser997570
 
Termodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non regTermodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non regKlik Bayoe
 

Ähnlich wie Hukum II dan III termodinamika (20)

KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
KIMIA FISIKA TERMODINAMIKAKIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
 
Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2
 
siklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamikasiklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamika
 
Thermo mklh 1
Thermo mklh 1Thermo mklh 1
Thermo mklh 1
 
02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptx02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptx
 
TERMODINAMIKA.pptx
TERMODINAMIKA.pptxTERMODINAMIKA.pptx
TERMODINAMIKA.pptx
 
Hukum ii-termodinamika
Hukum ii-termodinamikaHukum ii-termodinamika
Hukum ii-termodinamika
 
Perubahan usaha mjd kalor
Perubahan usaha mjd kalorPerubahan usaha mjd kalor
Perubahan usaha mjd kalor
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Pengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbaru
Pengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbaruPengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbaru
Pengenalan-termodinamika.pptx kelas 11 terbaru
 
Siklus carnot
Siklus carnotSiklus carnot
Siklus carnot
 
Entropi
EntropiEntropi
Entropi
 
Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)
 
PERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.ppt
PERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.pptPERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.ppt
PERT 11 HK 2 TERMODINAMIKA.ppt
 
Rangkuman fisika smk 11 a haka mj
Rangkuman fisika smk 11 a haka mjRangkuman fisika smk 11 a haka mj
Rangkuman fisika smk 11 a haka mj
 
Bab 7 Termodinamika.pdf
Bab 7 Termodinamika.pdfBab 7 Termodinamika.pdf
Bab 7 Termodinamika.pdf
 
Bab 7 Termodinamika.pptx
Bab 7 Termodinamika.pptxBab 7 Termodinamika.pptx
Bab 7 Termodinamika.pptx
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptx2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptx
 
Termodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non regTermodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non reg
 

Mehr von Bughis Berkata (13)

Reaksi penataan ulang
Reaksi penataan ulangReaksi penataan ulang
Reaksi penataan ulang
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografi
 
Sample injection of HPLC
Sample injection of HPLCSample injection of HPLC
Sample injection of HPLC
 
GC kolom
GC kolomGC kolom
GC kolom
 
Kolom HPLC
Kolom HPLCKolom HPLC
Kolom HPLC
 
Kemoselektivitas
KemoselektivitasKemoselektivitas
Kemoselektivitas
 
Timbal
TimbalTimbal
Timbal
 
Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasiReaksi eliminasi
Reaksi eliminasi
 
Sianida
SianidaSianida
Sianida
 
Arsen
ArsenArsen
Arsen
 
Hplc ppt
Hplc pptHplc ppt
Hplc ppt
 
Teori ikatan valensi
Teori ikatan valensiTeori ikatan valensi
Teori ikatan valensi
 
Field crystal theory
Field crystal theoryField crystal theory
Field crystal theory
 

Hukum II dan III termodinamika

  • 1. III. HUKUM KEDUA DAN KETIGA TERMODINAMIKA 1. Pendahuluan 2. Proses Lingkar Carnot 3. Hukum Kedua Termodinamika 4. Interpretasi Entropi Secara Statistik 5. Hukum Ketiga Termodinamika 6. Fungsi Energi Bebas Kimia Fisika I - BAB III 1
  • 2. 3.1. Pendahuluan Umumnya perubahan di alam disertai dengan perubahan energi. Dua aspek penting dalam proses perubahan energi : a) Arah pemindahan energi b) Pengubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain Kimia Fisika I - BAB III 2
  • 3. Hukum pertama : - hubungan antara kalor yang diserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem. - tidak menunjukkan batas-batas mengenai sumber atau arah aliran energi. Perubahan-perubahan di alam terjadi dengan arah tertentu Hukum pertama tidak mempersoalkan arah perubahan ini Kimia Fisika I - BAB III 3
  • 4. Hukum pertama : - hanya menetapkan kekekalan energi sebelum dan sesudah perubahan terjadi - tidak menentukan mudah atau tidaknya serta berapa jauh perubahan terjadi Meskipun bermacam-macam bentuk energi dapat diubah seluruhnya dengan mudah menjadi kalor, tetapi kalor tidak dapat diubah seluruhnya menjadi kerja Kimia Fisika I - BAB III 4
  • 5. Hukum kedua termodinamika : - menyatakan pembatasan-pembatasan yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja - menunjukkan arah perubahan proses dalam alam. Dalam bentuk yang paling umum, hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan fungsi keadaan yang disebut entropi. Kimia Fisika I - BAB III 5
  • 6. 3.2. Proses Lingkar Carnot Proses lingkar : deretan perubahan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya sistem kembali ke keadaan semula. Pengalaman : mesin kalor yang bekerja secara berkala melalui suatu proses lingkar hanya dapat mengubah sebagian dari kalor yang diserap menjadi kerja. Pengubahan terjadi karena adanya perbedaan suhu Kimia Fisika I - BAB III 6
  • 7. Sadi Carnot (1824) : menghitung secara teori kerja maksimum yang dapat diperoleh dari suatu mesin yang bekerja secara reversibel. Pada mesin carnot, sejumlah gas ideal mengalami proses lingkar yang terdiri atas empat langkah perubahan reversibel ; a. Ekspansi isoterm b. Ekspansi adiabat c. Pemampatan isoterm d. Pemampatan adiabat Kimia Fisika I - BAB III 7
  • 8. Proses Lingkar Carnot Skema Mesin Kalor R1 = reserviir panas pd T1 R2 = reservoir panas pd T2 M = Mesin kalor Kimia Fisika I - BAB III 8
  • 9. Proses Suhu Perubahan Volume Kalor Kerja T1 V1 – V2 q1 w1 T 1 - T2 V2 – V3 q2 = 0 w2 T2 V3 – V4 q3 w3 1. Ekspansi isotermal reversibel (A – B) 2. Ekspansi Adiabat reversibel (B – C) 3. Pemampatan isotermal reversibel (C – D) 4. Pemampatan Adiabat reversibel (D – A) w4 T 2 – T1 Kimia Fisika I - BAB III V4 – V1 q4 = 0 9
  • 10. Pada proses lingkar, sejumlah kalor q1 diserap oleh reservoir panas R1 pada suhu T1, sebagian kalor diubah oleh mesin M menjadi kerja w, dan kalor sisanya, q2 dialirkan ke Reservoir R2 pada suhu T2 Besar kerja w yang dihasilkan oleh mesin kalor dapat dihitung sebagai berikut: Kimia Fisika I - BAB III 10
  • 11. Pada Proses (1) V2 U12 0, w1 q1 P dV V1 V2 n R T1 ln V1 Pada proses (2) T2 q2 0, w 2 U 23 n C V dT n C V (T2 T1 ) T1 Pada proses (3) V4 U 34 0, w 3 q3 P dV V3 Kimia Fisika I - BAB III V4 n R T2 ln V3 11
  • 12. Pada proses (4) T1 q4 0, w 4 U 41 n C V dT n C V (T1 T2 ) T2 Kerja total, w = w1 + w2 + w3 + w4 V2 V4 w n R T1 ln n CV (T2 T1 ) n R T2 ln V1 V3 n CV (T1 w T2 ) V2 n R T1 ln V1 V4 n R T2 ln V3 Kimia Fisika I - BAB III (3.1) 12
  • 13. Untuk proses adiabat reversibel berlaku dU = dq + dw = dw = - P dV nRT n C V dT dV V CV dT dV (3.2) R T V Pada proses (2) CV R T2 dT T T1 V3 dV V V2 C V T2 ln R T1 Kimia Fisika I - BAB III V2 ln V3 13
  • 14. V2 V3 T2 T1 CV / R (3.3) Pada proses (4) CV R T1 dT T T2 V4 V1 V1 dV V V4 T1 T2 C V T1 ln R T2 V4 ln V1 CV / R Kimia Fisika I - BAB III (3.4) 14
  • 15. Dari Pers. (3.3) dan (3.4) diperoleh : V2 V3 V1 V4 atau V2 V1 V3 V4 Bila hasil ini disubstitusi ke dalam Pers. (3.1), diperoleh : V2 V2 w n R T1 ln n R T2 ln (3.5) V1 V1 V2 n R ln V1 q1 T1 Kimia Fisika I - BAB III 15
  • 16. Sehingga w q1 T1 T2 T1 (3.6) Pers. (3.6) menunjukkan bahwa kerja yang dihasilkan dalam proses selalu lebih kecil dari kalor yang diserap. Kerja = kalor yang diserap jika T2 = 0 (kondisi ini tidak dapat terlaksana). Kerja merupakan kerja maksimum karena semua proses berjalan reversibel. Kimia Fisika I - BAB III 16
  • 17. Kemampuan mesin kalor untuk mengubah kalor menjadi kerja biasanya dinyatakan dengan efisiensi, E. E w q1 q1 q2 q1 T1 T2 T1 (3.7) Efisiensi ini hanya bergantung pada kedua suhu T1 dan T2 dan selalu lebih kecil dari satu. Pers. (3.6) dan (3.7) berlaku umum dan menyatakan pembatasan-pembatasan pengubahan kalor menjadi kerja Kimia Fisika I - BAB III 17
  • 18. 3.3. Hukum Kedua Termodinamika 3.3.1. Konsep Entropi dan Perubahan Entropi Dari perhitungan pada lingkar Carnot dapat diturunkan : q1 n R T1 ln V2 /V1 n R T1 ln V2 /V1 T1 q 3 n R T2 ln V4 /V3 - n R T2 ln V2 /V1 T2 atau q1 T1 q3 T2 0 Hukum Carnot Kimia Fisika I - BAB III Clausius (3.8) 18
  • 19. Karena q2 dan q4 sama dengan nol pada proses lingkar Carnot, pers. (3.8) dapat juga dinyatakan sebagai : q T 0 atau dq rev T 0 (3.9) Kesimpulan ini juga berlaku untuk setiap proses lingkar yang berjalan reversibel. Kimia Fisika I - BAB III 19
  • 20. Jadi untuk setiap proses lingkar reversibel akan berlaku : dq rev T 0 (3.10) Besaran di belakang tanda integral harus merupakan suatu diferensial total. Hal ini berarti bahwa besaran tersebut adalah diferensial dari suatu fungsi keadaan. Oleh Clausius (1850) fungsi ini disebut entropi, S Kimia Fisika I - BAB III 20
  • 21. Jadi entropi didefinisikan sebagai : dS dq rev T (3.11) Karena entropi merupakan suatu fungsi keadaan, harganya hanya bergantung pada keadaan sistem dan tidak bergantung pada cara mencapai keadaan itu. Kimia Fisika I - BAB III 21
  • 22. Jika keadaan sistem berubah dari 1 ke 2, perubahan entrapi adalah 2 2 dS S2 S1 S 1 dq rev T 1 (3.12) Pada proses isoterm, harga integral dari pers. (3.12) dapat dihitung dengan mudah : 2 S 1 dq rev T1 q rev T Kimia Fisika I - BAB III (3.13) 22
  • 23. Persamaan (3.13) berlaku baik untuk proses reversibel maupun untuk proses tak reversibel yang berlangsung isoterm antara dua keadaan yang sama. 3.3.2. Perumusan Hukum Kedua Termodinamika Hukum kedua termodinamika dapat dirumuskan dengan berbagai cara. Kimia Fisika I - BAB III 23
  • 24. Perumusan Kelvin : Kalor tidak dapat diubah seluruhnya menjadi kerja yang setara tanpa menyebabkan perubahan tetap pada salah satu bagian sistem atau lingkungannya Perumusan Clausius : Suatu mesin tidak mungkin bekerja sendiri mengangkut kalor dari suatu tempat pada suhu tertentu ke tempat lain pada suhu yang lebih tinggi tanpa bantuan luar Kimia Fisika I - BAB III 24
  • 25. Menurut Kelvin, kalor tidak dapat diubah menjadi kerja dengan efisiensi 100 persen. Clausius menyatakan bahwa secara spontan kalor selalu mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah. Dalam bentuk yang paling umum, hukum kedua dirumuskan melalui entropi. Efisiensi proses lingkar tidak reversibel selalu lebih kecil daripada efisiensi proses lingkar reversibel. Kimia Fisika I - BAB III 25
  • 26. Eirrev < Erev Jika kalor yang diserap pada T1 adalah q1 dan kalor yang dilepaskan pada T2 adalah q2, maka q1 irrev q 2 irrev q1 rev q1 irrev q1 irrev q 2 rev q1 rev q 2 irrev q1 irrev Kimia Fisika I - BAB III T1 T2 T1 26
  • 27. q1 irrev q 2 irrev T1 T2 0 Dengan menghilangkan garis-garis absolut diperoleh : q1 irrev q 2 irrev 0 T1 T2 atau dqirrev T 0 Kimia Fisika I - BAB III (3.14) 27
  • 28. Perhatikan sekarang suatu proses lingkar yang terdiri atas dua bagian A B (tak reversibel) dan B A (reversibel) Berdasarkan pers. (3.14), diperoleh B A dq rev dq 0 T B T A Kimia Fisika I - BAB III 28
  • 29. B A dq T A dS 0 B B A Karena dS SB SA dS maka A B B dq T A atau (SB SA ) B dq T A S (3.15) Kimia Fisika I - BAB III 29
  • 30. Jadi pada suatu proses yang berlangsung tak reversibel dari keadaan A ke keadaan B, perubahan entropi, S, selalu lebih besar dari B dq T A Jika proses ini terjadi dalam sistem tersekat, dq = 0 dan S > 0 Kesimpulan : Setiap proses yang berjalan tak reversibel (spontan) dalam sistem tersekat selalu disertai peningkatan entropi sistem. Kimia Fisika I - BAB III 30
  • 31. Semua perubahan dalam alam semesta berlangsung tidak reversibel. Jika alam semesta dianggap sebagai sistem tersekat, maka Semua perubahan dalam alam semesta selalu berjalan ke arah peningkatan entropi Pernyataan ini merupakan perumusan hukum kedua termodinamika dalam bentuk yang paling umum. Kimia Fisika I - BAB III 31
  • 32. Clausius menyimpulkan hukum pertama dan kedua termodinamika sebagai berikut Energi alam semesta tetap, entropi alam semesta selalu cenderung mencapai harga maksimum Perubahan Entropi sebagai Kriteria Kesetimbangan Proses yang berlangsung secara spontan dalam sistem tersekat selalu disertai peningkatan entropi. Kimia Fisika I - BAB III 32
  • 33. Bila entropi sistem mencapai maksimum, maka entropi tidak akan berubah dan S = 0. Keadaan ini tercapai apabila proses berlangsung reversibel atau sistem mencapai kesetimbangan. Jadi, bagi setiap perubahan dalam sistem tersekat berlaku S 0 (3.16) Tanda > : proses spontan, tanda = proses reversibel. Kimia Fisika I - BAB III 33
  • 34. Kebanyakan proses yang dikerjakan dalam praktek tidak berlangsung dalam sistem tersekat, tetapi dalam tempat atau reaktor yang memungkinkan pertukaran kalor dengan lingkungannya. Dalam hal ini, hubungan (3.16) tidak lagi berlaku. Tetapi jika sistem ditinjau bersama dengan lingkungannya, maka kombinasi ini merupakan sistem dengan energi tetap (merupakan sistem tersekat) sehinbgga sesuai dengan pers. (3.16) Kimia Fisika I - BAB III 34
  • 35. Stotal = Ss + Sl 0 (3.17) Ss = perubahan entropi sistem dan Sl = perubahan entropi lingkungan. Ss dapat positip, negatip atau sama dengan nol. Kimia Fisika I - BAB III 35
  • 36. Perhitungan Perubahan Entropi pada Sistem tertutup Entropi zat murni sebagai fungsi dari parameter sistem Entropi merupakan suatu fungsi keadaan sehingga harganya akan bergantung pada variabel-variabel keadaan seperti T, V dan P. Entropi biasanya ditinjau sebagai fungsi T dan V serta T dan P. Kimia Fisika I - BAB III 36
  • 37. 1. Entropi sebagai fungsi dari T dan V S = S(T,V) (3.18) dS S T dan V S T S V dT V S V dV (3.19) T dapat dievaluasi sebagai berikut T dU = dq + dw = TdS - PdV Kimia Fisika I - BAB III (3.20) 37
  • 38. Karena energi dalam juga merupakan fungsi T dan V, maka dU U T dT V C V dT U V U V dV T dV (3.21) T Jika pers. (3.21) disubstitusikan ke dalam pers. (3.20) diperoleh : Kimia Fisika I - BAB III 38
  • 39. C V dT U V dV TdS - PdV T atau CV dS dT T 1 T U V P dV (3.22) T Dari pers. (3.19) dan (3.22) diperoleh : CV S (3.23) T V T Kimia Fisika I - BAB III 39
  • 40. S V T 1 T U V P (3.24) T Persamaan (3.24) dapat disusun ulang menjadi U S T P V T V T Diferensial terhadap T pada V tetap memberikan 2 U V T 2 T S V T S V T Kimia Fisika I - BAB III P T (3.25) V 40
  • 41. Dari persamaan U Dari persamaan V T V dan T tetap diperoleh 2 T 2 T terhadap V 2 U V T Sehingga S V T CV dS T dT S V T 2 T S V T Kimia Fisika I - BAB III (3.26) S V T P T V 41
  • 42. dan S V T P T (3.27 ) V Dengan mengsubstitusikan pers. (3.23) dan (3.27) ke dalam pers. (3.19), diperoleh dS CV dT T P T dV (3.28 ) V Kimia Fisika I - BAB III 42
  • 43. Perubahan entropi, S dapat dihitung dengan mengintegrasikan pers (3.28) T2 2 dS S2 1 S1 S CV dT T T1 V2 V1 P T dV (3.29) V Contoh: Hitung perubahan entropi jika 2 mol gas ideal (CV = 7,88 kal mol-1 K-1) pada 100 L dan 50 oC dipanaskan hingga 150 L dan 150 oC (anggap CV tidak bergantung pada suhu). Kimia Fisika I - BAB III 43
  • 44. 2. Entropi sebagai fungsi dari T dan P S = S(T,P) (3.30) dS S T dan P S T S P dT P S P dP (3.31) T dapat dievaluasi sebagai berikut T H = U + PV dH = dU + PdV + VdP Kimia Fisika I - BAB III 44
  • 45. dH = TdS - PdV + PdV + VdP = TdS + VdP (3.32) Karena entalpi dalam juga merupakan fungsi T dan P, maka H H dH dT dP T P P T H C P dT dP (3.33) P T Jika pers. (3.33) disubstitusikan ke dalam pers. (3.32) diperoleh : Kimia Fisika I - BAB III 45
  • 46. TdS VdP H P C P dT dP T atau dS CP dT T 1 T H P V dP (3.34) T Dari pers. (3.31) dan (3.34) diperoleh : S CP (3.35 ) P T T Kimia Fisika I - BAB III 46
  • 47. S P T 1 T H P V (3.36) T Persamaan (3.36) dapat disusun ulang menjadi H S T V P T P T Diferensial terhadap T pada P tetap memberikan 2 H P T 2 S P T S P T Kimia Fisika I - BAB III V T (3.37) P 47
  • 48. H Dari persamaan P CP T dS T dT terhadap P P dan T tetap diperoleh 2 H P T 2 T S P T (3.38) Sehingga 2 T S P T 2 T S P T Kimia Fisika I - BAB III S P T V T P 48
  • 49. dan S P T V T (3.39 ) P Dengan mengsubstitusikan pers. (3.35) dan (3.39) ke dalam pers. (3.31), diperoleh dS CP dT T V T dP (3.40 ) P Kimia Fisika I - BAB III 49
  • 50. Perubahan entropi, S dapat dihitung dengan mengintegrasikan pers (3.40) T2 2 dS S2 1 S1 CP S dT T T1 P2 P1 V T dP (3.41) P Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung perubahan entropi zat murni sebagai fungsi dari temperatur dan tekanan Kimia Fisika I - BAB III 50
  • 51. Untuk gas ideal dan n = 1 T2 S C p ln T1 Untuk gas ideal dan n P2 R ln P1 1 T2 S n C p ln T1 P2 nR ln P1 Kimia Fisika I - BAB III 51
  • 52. Perhitungan S pada Proses Perubahan Fasa Proses perubahan fasa, misalnya penguapan, peleburan dan perubahan bentuk kristal selalu disertai dengan perubahan entropi. Cara perhitungan perubahan entropi bergantung pada proses (apakah berlangsung reversibel atau tidak reversibel) Proses perubahan fasa akan berjalan reversibel pada kondisi tertentu. Kimia Fisika I - BAB III 52
  • 53. Jika pada kondisi tertentu, dua fasa berada pada kesetimbangan maka q rev S T Contoh: Penguapan air pada 100 oC dan 1 atm. H2O(l) H2O(g) H = 40,811 kJ mol-1 Proses ini berjalan reversibel karena pada 100 oC dan 1 atm, air dan uap air berada dalam kesetimbangan. Kimia Fisika I - BAB III 53
  • 54. q rev H S T T -1 40,811kJ mol 373 K -1 0,1094 kJ mol K -1 Jika pada kondisi yang diberikan kedua fasa tidak dalam kesetimbangan, maka proses tidak reversibel, S tidak dapat dihitung seperti contoh di atas. Kimia Fisika I - BAB III 54
  • 55. Contoh: Air pada 25 oC dan 1 atm diubah menjadi uap air pada 100 oC dan tekanan 0,1 atm. Tentukan S jika CP(l) = 75,6 J mol-1 K-1 Jawab: Perhitungan S dapat dilakukan dengan membagi proses ini atas : (a) pemanasan air dari 25 oC sampai 100 oC pada tekanan tetap, (b) penguapan air secara reversibel pada 100 oC dan 1 atm, dan (c) ekspansi uap air dari 1 atm menjadi 0,1 atm pada suhu tetap ( 100 oC). Kimia Fisika I - BAB III 55
  • 56. S = S1 + S2 + S3 S1 373 CP T 298 dT C 373 dT P T 298 Kimia Fisika I - BAB III 373 CP ln 298 56
  • 57. S1 373 -1 -1 75,6 x ln 16,97 J mol K 298 q rev HV S2 T T -1 40,811kJ mol 373 K -1 0,1094 kJ mol K -1 109,4 J mol K S3 dihitung dari S P T Kimia Fisika I - BAB III V T P -1 -1 R P 57
  • 58. 0,1 S3 dP -R P 1 0,1 8,314 J mol K ln 1 -1 -1 19,14 J mol K -1 -1 S = S1 + S2 + S3 = (16,97 + 109,4 + 19,14) J mol-1 K-1 = 145,51 J mol-1 K-1 Kimia Fisika I - BAB III 58
  • 59. Perhitungan S pada Reaksi Kimia Untuk reaksi v 1 A + v2 B v 3 C + v4 D Perubahan entropi untuk reaksi ini diberikan oleh S = S2 – S1 = Shasil reaksi – Spereaksi = v3 SC + v4 SD – (v1 SA + v2 SB) atau S = vi Si dimana vi = koefisien, vi negatif untuk pereaksi dan positif untuk hasil reaksi. Kimia Fisika I - BAB III 59
  • 60. Jika S diketahui pada suhu T1 dan CP merupakan fungsi suhu, maka S pada suhu T2 dapat dihitung. d ( S) S2 CP dT (P tetap) T T2 d ( S) S1 T1 CP dT T Kimia Fisika I - BAB III 60
  • 61. 3.4. Hukum ketiga termodinamika: Entropi zat kristal sempurna adalah nol pada suhu nol mutlak. Dengan naiknya suhu, gerakan bebas juga naik. Entropi setiap zat pada suhu di atas 0oK lebih besar daripada nol. Kimia Fisika I - BAB III 61
  • 62. Jika kristal tidak murni , maka entropi lebih besar daripada nol. Entropi mutlak dari zat dapat ditentukan dengan hukum ini. Dengan pengetahuan bahwa entropi zat kristal murni adalah nol pada suhu nol mutlak, kenaikan entropi zat dapat diukur jika dipanaskan. Perubahan entropi diberikan oleh: ΔS = Sakhir – Sawal = Sakhir Kimia Fisika I - BAB III 62
  • 63. 3.5. Energi Bebas Gibbs Hubungan entropi dengan ketidakteraturan molekul : makin besar ketidakteraturan atau gerakan bebas atom atau molekul dalam sistem, makin besar entropi sistem. Susunan yang paling teratur dari setiap zat dengan gerakan bebas atom atau molekul yang paling kecil adalah kristal sempurna murni pada nol mutlat (0oK). Kimia Fisika I - BAB III 63
  • 64. Hukum kedua termodinamika: ΔStotal > 0 Untuk menentukan tanda dari ΔStotal, ΔSsis dan ΔSlingk harus diketahui. Perhitungan Δslingk sulit dilakukan. Fungsi termodinamika lain diperlukan untuk membantu dalam menentukan apakah suatu reaksi berjalan secara spontan atau tidak dengan hanya mempelajari sistem itu sendiri. Kimia Fisika I - BAB III 64
  • 65. Untuk proses spontan ΔStotal = ΔSsis + ΔSlingk > 0 atau T ΔStotal = - ΔHsis + T ΔSsis > 0 Kriteria kespontanan reaksi dapat diekspresikan berdasarkan sifat sistem (ΔHsis dan ΔSsis) dan tidak lagi memperhatikan lingkungan. Kimia Fisika I - BAB III 65
  • 66. Persamaan di atas dapat dituliskan sebagai ΔHsis - T ΔSsis < 0 Untuk menyatakan kespontanan reaksi secara langsung, fungsi termodinamika baru yang disebut energi bebas Gibbs (G) digunakan dimana G = H – TS Semua besaran dalam persamaan merujuk ke sistem dan T merupakan suhu sistem. Kimia Fisika I - BAB III 66
  • 67. G merupakan fungsi keadaan : ΔG = ΔH - T ΔS Kondisi kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dapat disimpulkan berdasarkan ΔG sebagai berikut: ΔG < 0 reaksi spontan ΔG > 0 reaksi tidak spontan (reaksi spontan dalam arah yang berlawanan) ΔG = 0 sistem berada pada kesetimbangan Kimia Fisika I - BAB III 67
  • 68. Perubahan Energi Bebas Gibbs Standar Untuk reaksi yang dilakukan pada kondisi keadaan standar, yakni pereaksi dalam keadaan standar diubah menjadi hasil reaksi pada keadaan standar, perubahan energi bebas disebut perubahan energi bebas standar, ΔGfo. aA + bB cC + dD Perubahan energi bebas standar, diberikan oleh ΔG o rxn [c ΔG o (C) f d ΔG o (D) f [ a ΔG o (A) f Kimia Fisika I - BAB III b ΔG o (B)] f 68
  • 69. Secara umum dapat dituliskan ΔG o rxn Σ n ΔG o (hasil reaksi) f Σ m ΔG o (pereaksi) f dimana n dan m = koefisien stoikiometri ΔGfo = energi bebas pembentukan standar senyawa Kimia Fisika I - BAB III 69